Jumat, 19 Mei 2023

NASAB HABIB BA ALAWI SEPERTI MALAM LIKURAN

Para habaib sering mengungkapkan narasi bahwa, nasab para habib Ba Alawi sudah terang benderang bagaikan matahari di sianghari. Jika di siang hari, dalam keadaan matahari terang benderang, ada orang yang tidak bisa melihat, maka hanya ada dua kemungkinan, kalau tidak ia buta, maka ia sedang sakit mata.

Bagi penulis, nasab para habib Ba Alawi, bagaikan gurun sahara di malam likuran, tiada bulan tiada bintang. Jika ada yang menyatakan ia terang benderang, maka hanya ada dua kemungkinan, kalau ia tidak sedang bermimipi melihat matahari, maka ia bagaikan katak dalam tempurung yang diletakan didalamnya lampu 150 watt.

Nasab Ba Alawi terputus periwayatannya selama 550 tahun. Itu fakta. Artinya, sejak Ahmad bin Isa wafat, baru setelah 550 tahun, ada penyebutan, bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah. Ulama-ulama nasab sebelumnya tidak ada yang menyebut nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad.

Penyebutan Ubadillah sebagai anak Ahmad setelah 550 tahun itu-pun, setelah diteliti, ternyata bermasalah, karena nama Ubaidillah disebut sebagai anak Ahmad bin Isa, dapat dikatakan, hanya ditulis oleh keluarga dan orang yang ada kaitan dengan Ba Alawi saja, baik kolega maupun murid.

Di bawah ini, penulis tunjukan beberapa contoh, ulama-ulama yang menyebut Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa, yang mereka mempunyai hubungan emosional dengan Klan Ba Alawi.


HABIB ALI AL SAKRAN


Nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad, pertama ditulis oleh Habib Ali al sakran (w.895 H.). ia adalah keturunan langsung dari Ubaidillah. Silsilah lengkapnya adalah Ali bin Abubakar bin Abudurrahman bin Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqih Muqoddam bin Ali bin Muhammad Sohib Mirbat bin Ali Khali Qisam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah. Habib Ali al-Sakran, berasumsi bahwa nama Abdullah bin Ahmad, yang disebut dalam kitab al-jundi (w. 730 H.), adalah nama yang sama dengan leluhurnya yang bernama Ubaid bin Ahmad.


SYAIKH YUSUF AN-NABHANI


Salah seorang yang menyebut nasab Ba Alawi adalah Syaikh Yusuf al-Nabhani (w. 1350 H). ia bukan keluarga Ba Alawi. penyebutan oleh An-Nabhani ini, banyak dinukil oleh pembela nasab Ba Alawi sebagai salah satu hujjah ketersambungan nasab Ba Alawi. ia sufi yang juga seorang qodli.

Dalam kitabnya, Riyadul jannah fi Adzkaril Qur’an wassunnah, ia memuji nasab Ba Alawi. Yang harus dicari tahu adalah, Kenapa ia memuji? Apakah ia memuji setelah melakukan penelitian dan pengkajian yang detail tentang nasab Ba Alawi, atau karena hal lain? Missal, karena ia punya guru, teman atau kolega dari Ba Alawi.

Setelah penulis telaah, ternyata ia memuji nasab Ba Alawi, bukan karena ia telah meneliti nasab tersebut, tetapi karena ia bergaul dengan sebagian mereka yang penuh akhlak mulia. Selain itu, ia menemukan dari kitab-kitab karya Ba Alawi yang, menurutnya, penuh dengan “huda” (petunjuk). Disamping itu, ia saling berkirim surat dengan mereka dan mendapat balasan dengan bahasa yang penuh kelembutan dan ketawadu’an. Jadi ia memuji nasab Ba Alawi, bukan karena penelitiannya, tetapi dari hal lain selain itu.

Dapat ditambahkan pula, bahwa ia mendapatkan banyak referensi untuk kitab yang ditulisnya tersebut, dari koleganya yang seorang ulama Ba Alawi, ia bernama Habib Zainal Abdidin Jamalullail. Habib tersebut meminjamkan dua buah kitab karya kakeknya yang berjudul “Rahatul Arwah bi Dzikril Fattah” dan hasyiyahnya.

Jika Syaikh Yusuf an-Nabhani, berkesimpulan bahwa nasab Ba Alawi adalah sahih dilihat dari akhlak para Ba Alawi yang baik, maka demikian pula sebaliknya, tidak bisa disalahkan, jika ada orang yang menyatakan nasab Ba Alawi batil karena ia berjumpa dengan kalangan Ba Alawi yang akhlaknya tidak baik, walau tanpa penelitian.

Maka penulis berkesimpulan, yang dinyatakan oleh Syekh Yusuf an-Nabhani tentang sahihnya nasab Ba Alawi tersebut, termasuk dalam bab husnuzhon saja. Kepada yang ada waktu untuk menelaah, silahkan menelaah kitab syaikh Yusuf an-Nabhani, Riyadul jannah fi Adzkaril Qur’an wassunnah, halaman 23 samapai 24. Ditambah, dalam biografinya, ia disebut mempunyai dua guru dari klan Ba Alawi, yaitu Habib Ahmad bin Hasan Alatas dan Habib Hasan bin Muhammad Alhabsyi.

IBNU HAJAR AL-HAITAMI

Ibnu Hajar al-haitami dikatakan menyebut silsilah Ba Alawi sampai kepada Rasulullah, benarkah? Dalam kitabnya “Tsabat Ibnu Hajar al-haitami”, Ibnu hajar menyebutkan sanad “lubsul khirqoh”, yaitu tanda ijajah dalam tarikat dengan menyematkan semacam kain kepada seorang murid.

Ibnu Hajar al-haitami menjelaskan, bahwa salah satu sanad dalam lubsul khirqoh yang dimilikinya adalah dari Imam Abu Bakar Al-Idrus. Di mana sanad itu bertaut kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jaili (al-jailani), al-Rifai, al-Suhrawardi dll. Di dalam kitab itu pula Ibnu Hajar mengutip perkataan Abu Bakar al-Idrus, bahwa ia memiliki sanad lubsul khirqah yang menyambung kepada rasul melalui ayahnya terus ke kakeknya sampai kepada Rasul. (Lihat kitab al-tsabat Ibnu Hajra al-haitami halaman 212 sampai 213).
Jadi bukan Ibnu Hajar menetapkan bahwa nasab Ba Alawi tersambung ke Nabi Muhammad s.a.w. tetapi ia hanya mengutip ucapan Syaikh Abu Bakar al-Idrus.

MURTADLO AZZAIBIDI

Salah satu andalan pembela nasab Ba Alawi adalah kitab Arraudul Jali yang dikarang oleh Syaikh Murtado Azzabidi. Dikatakan bahwa, seorang ulama besar, pengarang kitab syarah Ihya Ulumuddin telah menetapkan nasab Ba Alawi tersambung kepada Nabi Muhammad s..a.w. benarkah?

Syekh Murtado Azzabidi, mengarang kitab Arraudul Jali atas perintah gurunya yang bernama Habib Mustofa bin Abdurrahman Alidrus. (lihat Arraudul Jali halaman 13) Ketika ia diperintahkan itu ia masih berumur duapuluh tahun (lihat halaman 12).

Dikatakan oleh Muhaqqiq, syaikh Arif Abdul ghani, bahwa ketika itu Habib Alidrus tersebut datang menemui Azzabidi di Toif tahun 1166 H. dan tinggal di sana selama enam bulan. (lihat halaman 16). Dari situ, kita dapat menyimpulkan bahwa, penulisan nasab itu sejatinya adalah pesanan gurunya, dan bahan-bahan penulisan tentang Ba Alawi-pun, kemungkinan besar, berasal dari riwayat gurunya tersebut. Jadi, hujjah bahwa seorang ulama besar yang bernama Azzabidi mengesahkan nasab Ba Alawi pun menjadi rancu, apakah benar bahwa Azzabidi menulis sesuai keilmuannya pada saat itu, atau sesuai data yang disiapkan gurunya tersebut?

SYAIKH MAHDI ARROJA’I

Syaikh Mahdi Arroja’I, ulama kontemporer, adalah salah satu ulama yang menulis nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa. Dalam kitabnya “al-Mu’qibun” ia menulis bahwa anak Ahmad bin Isa berjumlah empat orang: Muhammad, Ali, Husain dan Ubaidillah. Bahkan, beberapa hari lalu, ia sampai mengirimkan selembar surat yang menyatakan nasab Ba Alawi tersambung kepada Ahmad bin Isa. Siapa beliau?
Beliau adalah ulama nasab yang bekerja di Yayasan Nasab yang didirikan oleh Syekh Al-Mar’asyi al-Najafi (w. 1411 H.). penulis meneliti dari mana ia mencantumkan nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa. Karena dalam kitabnya, al-Mu’qibun, ia tidak menjelaskan darimana pengambilannya.

Setelah penulis teliti, maka penulis mendapatkan titik terang, bahwa Syekh Mahdi Arroja’I mendapatkan nama Ubaidillah ini dari catatan Syekh Al-mar’asyi sendiri, yaitu pendiri yayasan di mana ia bekerja. Catatan itu terdapat dalam footnote kitab “Tahdzibu Hada’iqil Albab” karya al-Amili (w. 1138 H.) yang ditahqiq oleh Syekh Mahdi Arroja’i. dalam kitab kitab itu, nama Ahmad disebut tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah, namun pentahqiq, Syekh Mahdi Arroja’I, membuat footnote bahwa Syekh al-mar’asyi mencatat bahwa Ahmad mempunyai anak bernama Ubaidillah. Lalu siapa Syekh Al-Mar’asyi?

Syekh Al-Mar’asyi, nama lengkapnya adalah Syaikh Syihabuddin al-Mar’asyi al-Najafi. Ia adalah murid seorang habib keturunan Ba Alawi yang bernama Habib Muhammad Aqil al-Alawi al-Hadrami (w. 1350 H.) pengarang kitab al-Atbul Jamil. (lihat kitab Tahdzib halaman 278).

Ini adalah beberapa contoh, di mana ulama-ulama yang mencantumkan Ubaidillah sebagai anak Ahmad, selalu ada hubungan emosional dengan klan Ba Alawi.

Sebelum penulis akhiri artikel ini, ada hal yang ingin penulis sampaikan, terkait pernyataan sebagian kalangan, bahwa signifikansi konfirmasi kitab nasab sezaman tidak diperlukan. Dan persyaratan konfirmasi kitab sezaman, yang penulis tulis dalam buku menakar, menyalahi para ahli nasab. Penulis akan menukil ucapan seorang ahli nasab yang masih hidup dari Hijaz, ia adalah Sayyid Ibrahim bin mansur. Dalam kitabnya, al-Ifadloh, ia menyatakan:

اما الادلة على ان دعوي المتأخرين من الطبريين للنسب الحسيني العلوي حادثة لا اصل لها، ان كتب التواريخ المتقدمة لم ترفع نسب الطبريين الى النسب الحسيني العلوي (الافاضة: 56)

“Adapun dalil-dalil bahwa pengakuan orang-orang belakangan dari kaum tabariyyah kepada nasab al-Husaini al-Alawi, itu adalah (pengakuan) baru yang tidak mempunyai dasar, (adalah karena) kitab-kitab tarikh yang tua tidak menyambungkan nasab kaum Tabariyah kepada nasab al-Husaini al-Alawi.” (al-Ifadloh: 56)

Perhatikan, Sayyid Ibrahim bin Mansur yang menyatakan nasab kaum Tabariyah di Makkah tidak tersambung dengan nasab al-Husaini, ia menyimpulkannya berdasarkan kitab-kitab tua yang menyatakan bahwa nasab kaum Tabariyah ini terputus. Padahal kaum tabariyah dikenal pada abad 14 sebagai keturunan Nabi yang derajat kemasyhurannya sudah istifadlah, bahkan sebagian ulama, misalnya Qodi Ja’far li bani Makkiy, menyatakan ia telah qot’I sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w. (lihat kitab al-Hadits syujun halaman 94), tetapi, ketika diteliti, ternyata kemasyhuran pada masa sekarang, tidak menjamin ketersambungan nasab ini, berdasarkan kesaksian kitab-kitab tua. Bahkan Kaum tabariyyin ini disimpulkan baru mengaku sebagai keturunan Nabi pada abad kesembilan. Sementara pada abad 5,6,7,8 nasab ini majhul. Sama peristiwanya seperti nasab Ba Alawi.

(penulis: Imaduddin Utsman al-Bantani)

Minggu, 05 Maret 2023

DO'A BA'DA AKAD NIKAH

 

]اَ لدُّ عَاءُ بَعدَ عَقدِ ا لنِكَا حِ [

بسم الله الرحمن الرحيم

اَلْحَـمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَـالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشرَفِ اْلاَ نْبِيَآءِ وَاْلمُـرْسَلِينَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اللَّهُمَ بَارِكْ ِلهِذَا اْلعَقدِ اْلمَيْمُونَ, وَاجْعَلِ اِجْتِمَاعَهُمَا عَلىٰ حُصُولِ خَيْرِ يَّكُونَ وَاَلـِّفْ بَيْنَهُمَا (......و......) الَـْمَحَبَّةَ وَالـْوِدَادَ كَمَااَلـَّفْتَ بَيْنَ اٰدَمَ وَحَوَّى وَ اَلـِّفْ بَيْنَهُمَا الـْمَحَبَّةَ وَالـْوِدَادَ كَمَااَلـَّفْتَ بَيْنَ اِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمْ و ستى سَارْة , وَ اَلـِّفْ بَيْنَهُمَا الـْمَحَبَّةَ وَالـْوِدَادَ كَمَااَلـَّفْتَ بَيْنَ مُوْسٰى عَلَيْهِ السَّلاَمْ وَ سِتِىْ صَافُوْرَا, وَ اَلـِّفْ بَيْنَهُمَا الـْمَحَبَّةَ وَالـْوِدَادَ كَمَااَلـَّفْتَ بَيْنَ دَاوُودَ عَلَيْهِ السَّلاَمْ وَ سِتِى زُلـَيْخـَآ, وَ اَلـِّفْ بَيْنَهُمَا الـْمَحَبَّةَ وَالـْوِدَادَ كَمَااَلـَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِناَ عَلِى كَـرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ وَفَاطِمَةَ الزَّهْــرَآء, وَ اَلـِّفْ بَيْنَهُمَا الـْمَحَبَّةَ وَالـْوِدَادَ كَمَااَلـَّفْتَ بَيْنَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم وَ خَدِيْجَة َالْكُـبْرَى وَعـَآئِشَة َالرِّضـَآء رَضِىَ اللهُ عَنْهُمـَـا. وَرْازُقْــهُمَا النَّسْلَ الصَّا ِلحَ مِنَ الـْبَنَاتِ وَاْلاَوْلاَدِ حَتَّى يَكُو نَ اْلاَ سْبَاطَ وَاْلاَ حْفَادَ وَوَسِّــعْ عَلَــيْهِمَا الرِّزْقَ وَحْفَظْـهـُماَ مِنْ مَكَايِدِ اْلخَلْقِ ِبرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ.اَللَّهُمَ أَصْلِحْ بَيْنَهُمَا مَعَ الأَ عْمَالِ وَ أَ لـِّـفْ بــَيـْنَ قُلُو ِبِهمَا مَعَ اْلإِ يـْـمَانِ وَ أَ كــْثِرْ اَوْلاَدَ هُمَا مَعَ الصَّا لِحِينَ. وَلاَ تَجْعَلْ بَيْنَهُمَا فِـتْـنَةً بِجُوْدِكَ وَكَــرَمِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ . اَللَّهمَّ أَ لــِّفْ بَينَ قُلـُوْ بِهِمَا كَمَا َأَ لَّـفْتَ بَينَ الَمآءِ وَالطِّيـنِ وَاجْعَلْ هُمَا صَابـِرِينَ كَمَا صَبَرْتَ طِيْنـًا دَاءِمًا اِلَى يَومَ الدِ ّيْنَ . اَللَّهمَ بَارِكْ كُلاً مِنْهُمَا فِى صَاحِبِهِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللَّهمَ ارْزُقهُمَا ذُرِّ يَّـةً صَا لِحَةً قُرَةَ عَينً لَهُمَا وَلِلمُسْلِمِينَ اَجَمَعِينَ

 

Sabtu, 31 Desember 2022

KEKUATAN SEBUAH DOA

 


(kecerdasan seorang ahli ibadah dapat dilihat dari redaksi doanya ::refdak::)

“Ya Allah, jangan kembalikan aku ke keluargakau, dan limpahkanlah kepadaku kesyahidan.”

Doa itu keluar dari mulut `Amru bin Jamuh, ketika ia bersiap-siap mengenakan baju perang dan bermaksud berangkat bersama kaum Muslimin ke medan Uhud. Ini adalah kali pertama bagi `Amru terjun ke medan perang, karena dia kakinya pincang. Di dalam Al-Quran disebutkan: “Tiada dosa atas orang-orang buta, atas orang-orang pincang dan atas orang sakit untuk tidak ikut berperang.” (Qs Al-Fath:17)

Karena kepincangannya itu maka `Amru tidak wajib ikut berperang, di samping keempat anaknya telah pergi ke medan perang. Tidak seorangpun menduga `Amru dengan keadaannya yang seperti itu akan memanggul senjata dan bergabung dengan kaum Muslimin lainnya untuk berperang.

Sebenarnya, kaumnya telah mencegah dia dengan mengatakan: “Sadarilah hai `Amru, bahwa engkau pincang. Tak usahlah ikut berperang bersama Nabi saw.”

Namun `Amru menjawab: “Mereka semua pergi ke surga, apakah aku harus duduk-duduk bersama kalian?”

Meski `Amru berkeras, kaumnya tetap mencegahnya pergi ke medan perang. Karena itu `Amru kemudian menghadap Rasulullah Saw dan berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah. Kaumku mencegahku pergi berperang bersama Tuan. Demi Allah, aku ingin menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini.”

“Engkau dimaafkan. Berperang tidak wajib atas dirimu.” Kata Nabi mengingatkan.

“Aku tahu itu, wahai Rasulullah. Tetapi aku ingin berangkat ke sana.” Kata `Amru tetap berkeras.

Melihat semangat yang begitu kuat, Rasulullah kemudian bersabda kepada kaum `Amru: “Biarlah dia pergi. Semoga Allah menganugerahkan kesyahidan kepadanya.”

Dengan terpincang-pincang `Amru akhirnya ikut juga berperang di barisan depan bersama seorang anaknya. Mereka berperang dengan gagah berani, seakan-akan berteriak: “Aku mendambakan surga, aku mendambakan mati: sampai akhirnya ajal menemui mereka.

Setelah perang usai, kaum wanita yang ikut ke medan perang semuanya pulang. Di antara mereka adalah “Aisyah. Di tengah perjalanan pulang itu `Aisyah melihat Hindun, istri `Amru bin Jamuh sedang menuntun unta ke arah Madinah. `Aisyah bertanya: “Bagaimana beritanya?”

“Baik-baik , Rasulullah selamat Musibah yang ada ringan-ringan saja. Sedang orang-orang kafir pulang dengan kemarahan, “jawab Hindun.

“Mayat siapakah di atas unta itu?”
“Saudaraku, anakku dan suamiku.”
“Akan dibawa ke mana?”
“Akan dikubur di Madinah.”

Setelah itu Hindun melanjutkan perjalanan sambil menuntun untanya ke arah Madinah. Namun untanya berjalan terseot-seot lalu merebah.

“Barangkali terlalu berat,” kata `Aisyah.
“Tidak. Unta ini kuat sekali. Mungkin ada sebab lain.” Jawab Hindun.

Ia kemudian memukul unta tersebut sampai berdiri dan berjalan kembali, namun binatang itu berjalan dengan cepat ke arah Uhud dan lagi-lagi merebah ketika di belokkan ke arah Madinah. Menyaksikan pemandangan aneh itu, Hindun kemudian menghadap kepada Rasulullah dan menyampaikan peristiwa yang dialaminya: “Hai Rasulullah. Jasad saudaraku, anakku dan suamiku akan kubawa dengan unta ini untuk dikuburkan di Madinah. Tapi binatang ini tak mau berjalan bahkan berbalik ke Uhud dengan cepat.”

Rasulullah berkata kepada Hindun: “Sungguh unta ini sangat kuat. Apakah suamimu tidak berkata apa-apa ketika hendak ke Uhud?”

“Benar ya Rasulullah. Ketika hendak berangkat dia menghadap ke kiblat dan berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau kembalikan aku ke keluargaku dan limpahkanlah kepadaku kesyahidan.”

“Karena itulah unta ini tidak mau berangkat ke Medinah. Allah SWT tidak mau mengembalikan jasad ini ke Madinah” kata beliau lagi.

“Sesungguhnya diantara kamu sekalian ada orang-orang jika berdoa kepada Allah benar-benar dikabulkan. Diantara mereka itu adalah suamimu, `Amru bin Jumuh,” sambung Nabi.

Setelah itu Rasulullah memerintahkan agar ketiga jasad itu dikuburkan di Uhud. Selanjutnya beliau berkata kepada Hindun: “Mereka akan bertemu di surga. `Amru bin Jumuh, suamimu; Khulad, anakmu; dan Abdullah, saudaramu.”

“Ya Rasulullah. Doakan aku agar Allah mengumpulkan aku bersama mereka,: kata Hindun memohon kepada Nabi.

Jumat, 30 Desember 2022

Khutbah Sunda "GENTOS TAUN NGANDUNG HARTOS JATAH UMUR NGURANGAN"

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الشُّهُوْرَ وَ الْاَعْوَامَ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْاَنَامِ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ مَا دَامَتِ اللَّيَالِيْ وَ الْاَيَّامُ . اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
" Yeuh jalma-jalma iman ! Masing takwa aranjeun ka Allah sarta saban-saban jalma kudu nengetan naon-naon anu geus ditataharkeun pikeun jaga {poe kiyamat}, jeung masing takwa ka Allah, lantaran saestuna Allah Maha Uninga kana saniskara anu ku aranjeun dilampahkeun". {QS. Al-Hasyru, ayat 18}.
Hadirin Ahli Jum`ah, Rahimakumullah !
Waktos anu karandapan ku urang teu pernah liren sadetik oge bari moal luput tina ngandung tugas ti Allah, naha mangrupi piwarangan atanapi mangrupi larangan, anu sadayana kedah diestokeun kalawan ikhlas karana Allah.
مَا مِنْ نَفَسٍ تُبْدِيْهِ اِلَّا وَلَهُ قَدَرٌ فِيْكَ يُمْضِيْهِ - الحكمة
" Teu aya hiji renghap nafas anu ku anjeun dikaluarkeun, anging {di dinya} aya takdir anu berjalan di anjeun{ naha to`at, ma`siyat, ni`mat atanapi balai}".
Ku betah sareng resepna hirup di alam dunya, sanaos kadang disarengan ku kacape, kanyeri sareng tunggara, geuning waktos sataun teh asa mung sakedap. Ayeuna tos lebet deui dina sasih sareng taun anu munggaran 1444 H , etangan taun Islam anu katelah taun Hijriyah. Etangan yuswa memang nambihan, tapi saleresna tos beuki ngirangan jatah hirup di alam dunya, hartosna tereh maot, tereh lebet ka alam kubur, tereh ngantunkeun alam karamean, tereh ngantunkeun kulawarga baraya tatangga sareng sobat anu dipikacinta. Ieu sakarina jatah yuswa teh duka sabaraha taun, sasih, minggu, sareng dinten deui, malih duka sabaraha menit deui, ma`lum jalmi teu aya anu uninga kana iraha pasna sumping ajal. Ieu ngandung hartos kesempetan kanggo nambih-nambih ibadah ka Allah sareng amal sholeh beuki ngirangan. Kumargi kitu hayu urang gunakeun ieu kasempetan sasae-saena ku midamel padamelan anu sae tur manfa`at kanggo dunya sareng akherat.
Hadirin, Rahimakumullah !
Pangalaman hirup taun kapengker kedah janten pieunteungeun kanggo larapkeuneun kapayun, kanggo ngarobih sikep, ngatur strategi, anu awonna kantunkeun, anu saena pertahankeun, komo upami tiasa langkung ningkat. Hirup manusa ayeuna teu kenging kajongjonan, katipu ku ombak kahirupan dugika hilap saha ari urang, dipiwarang naon dina hirup ayeuna, sareng bade kamana mulang, da manusa tos dipasihan sarana ku Gusti Allah anu mangrupi akal sareng pituduh kanggo jalan pitincakeun anu nyandak kana kasalametan sareng kabagjaan.
Gusti Allah Ngadawuh dina Al-Qur`an Surat Al-Hadiid ayat 20 anu pihartoseunana kirang langkung kieu: " Masing apal aranjeun sarerea, yen saestuna taya lian kahirupan dunya teh ukur kaulinan, heuheureuyan, jeung papaes jeung pareueus-reueus diantara aranjeun, jeung paloba-loba harta katut anak; saperti tutuwuhan sabada hujan anu tumuwuhna pikaresepeun patani, tuluy jadi garing sarta terus katingal ku anjeun eta tutuwuhan teh jadi karoneng pisan, satuluyna jadi kalakay. Jeung di akherat teh aya siksaan anu liwat saking jeung aya pangampura jeung karido ti Allah. Jeung ari kahirupan dunya teh taya lian anging kasenangan anu palsu wungkul".
Nyakitu deui ulah katipu ku ningali kasenangan hirupna jalmi-jalmi luar islam.
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ (196) مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (197)
" Poma anjeun ulah katipu ku rumingkangna jalma-jalma kafir di bumi alam.. {nyaeta} kasenangan anu teu sabaraha, jeung pangbalikan maranehna naraka jahannam, jeung eta teh padumukan anu panggoreng-gorengna". {QS. Ali Imron, ayat 196-197}.
Hadirin Anu Mulya !
Muga-muga dina ngalebetan taun anu enggal ayeuna Allah SWT salamina maparin ka urang sadaya kasaean sareng kabarokahan dina sagala perkara, diriksa tina godaan syetan jeung balad-baladna, dipasihan pitulung kanggo ngalawan nafsu amarah anu ngadorong kajahatan, disibukeun tina padamelan anu bakal nyaketkeun ka Gusti Allah anu ngalahirkeun kabagjaan di dunya sareng akherat. Aamiin , Ya Rabbal `Aalamiin !.

Khutbah Sunda "UJIAN DUNYA"

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى اَمَرَنَا بِاِقَامَةِ دِيْنِهِ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ مُقِرٍّ بِرُبُوْبِيَّتِهِ وَ تَوْحِيْدِهِ . وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهَادَةَ مُتَّبِعٍ لِّسُنَّتِهِ وَ سُنَّةِ خُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِهِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَ اَنْفُسِهِمْ حَقَّ جِهَادِهِ . صَلَاةً وَّ سَلَامًا دَائِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ . اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ فِيْ جَنَّتِهِ وَ مَرْضاتِهِ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ قلى وَ نَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَ الْخَيْرِ فِتْنَةً قلى وَ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Hartosna :“ Saban-saban jiwa baris ngarandapan maot. Kami baris maparin cocoba ka aranjeun ku kasusah jeung kabungah minangka ujian, jeung nya ka Kami aranjeun baris dipulangkeun ”. { QS. A1-Anbiya’ ayat 35}.
Hadirin Ahli Jum`ah, Rahimakumullah !.
Hirup di ieu alam dunya mangrupa ujian, boh nu sipatna ruhaniah atawa jasmaniyah. Ujian oge ngawujud dina kasusah jeung dina rasa senang. Kitu deui dina sehat atawa nalika gering jeung sajabana.
Tina rupa-rupa ujian tadi, saterusna mah nu kedah dipahing nyaeta paripolah atawa lampah nu bakal ngaragragkeun kaimanan tina eta ujian, pangpangna nu matak kabawa ku hawa nafsu syaiton. Dawuhan Allah SWT dina QS. An-Nur ayat 21 anu hartosna: “ Yeuh jalma-jalma anu ariman ! Aranjeun ulah nurut kana lengkah-lengkah syetan, karana sing saha anu nurut kana lengkahna syetan, nya saenyana manehna geus nitah batur ngalampahkeun kajahatan jeung kamungkaran, jeung lamun seug teu aya kurnia ti Allah katut rahmat-Na ka aranjeun, tangtu salawasna tiantara aranjeun moal aya nu beresih saurang oge. Tapi Allah ngabersihkeun sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna, jeung Allah Maha Ngadangu, Maha Uninga.” { QS. An-Nur ayat 21}.
Hirup manusa kedah nurut kana bener nyaeta papagon agama, sanes nurut kana pangajak syetan jeung hawa napsu. Sadaya pangeusi nagara teu meunang patojaiyah jeung papagon agama. Hirup ulah ngabalieur tina ayat-ayat Allah, papagon agama ulah sakadar jadi simbol. Sabab bakal ngabalukarkeun karicuhan atawa kamadorotan dimana-mana, bakal beuki jauh tina harepan baldatun toyyibatun warobbun ghofuur. Kagolong sanget dolim jalma nu ngabalieur tina paringetan Gusti Allah.
Dawuhan Gusti Allah dina surat Al-Qur`an Surat As-Sajdah ayat 22:
وَ مَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآَيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ اَعْرَضَ عَنْهَا قلى اِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِيْنَ مُنْتَقِمُوْنَ
Hartosna : “ Jeung naha lain taya anu leuwih dolim batan jalma-jalma anu diwawadian ku aya-ayat Pangeranana, tuluy maranehna ngabalieur ti dinya ? Saestuna Kami bakal ngabales jalma-jalma anu jarahat ”.
Dawuhan Allah SAW ieu paringetan pikeun jalma-jalma dzolim anu ngamiliki sifat munafek tur pasek. Maranehna pasti bakal meunang wawales alatan kajahatanana. Ku margi kitu, dina ngeusian kahirupan urang sapopoe ieu, hayu urang tingkatkeun deui kaimanan sareng katakwaan ka Allah Swt. Lantaran upama henteu ngancik kaiman jeung kataqwaan mah cocoba teh bakal ngadeukeutan.
Hadirin Rahimakumullah !
Ayat lenyepaneun urang sadaya nu kaunggel dina dawuhan Allah SWT Surat Al-A`rof, ayat 97 - 98, nu kieu pihartoseunana : “ Ku kituna naha pangeusi eta nagri teh ngarasa aman katibanan siksaan Kami ti peuting waktu maranehna keur sarare ?. Atawa, naha eta pengeusi nagri teh ngarasa aman katibanan siksaan Kami isuk-isuk waktu maranehna keur arulin ? Dilajengkeun dina ayat saterasna, ayat 102 : “ Jeung Kami henteu manggih kalolobaan maranehna anu nyumponan jangji, tapi saenyana Kami manggih kalolobaan maranehna teh parasek “.
Kaum muslimin masing tawekal sarta mampuh ngajauhan sifat nu matak ngaleungitkeun jati diri tina aqidah sareng akhlak anu mengpar tina papagon agama. Nulad kana akhlak Kanjeng Nabi Muhammad SAW sakumaha hadits nu diriwayatkeun ku Imam Ahmad, Mantenna ngadawuh :
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلاَقِ
Hartosna :“ Saestuna kawula diutus pikeun nyampurnakeun akhlak anu mulya “.
Gerak-gerikna estuning leunjeuran tina usaha ngarojong kana ngajagragna kamanusaan anu mibanda ajen.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ وَ لِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kadua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَهْلِ الْحَمْدِ وَ مُسْتَحِقِّهِ . اَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الْقَائِمُ بِفَرَائِضِ اللهِ وَ سُنَّتِهِ . اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَ التَّابِعِيْنَ عَلَى مِنْهَاجِهِ وَ سُنَّتِهِ . اَمَّا بَعْدُ فَيَا اَ يُّهَا النَّاسُ اُوْصِيْكُمْ و َاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ . رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَ تُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ اَللَّهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَنَا بِنُوْرِ هِدَايَتِكَ كَمَا نَوَّرْتَ الْأَرْضَ بِنُوْرِ شَمْسِكَ اَبَدًا اَبَدًا . رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَارِ . وَ اَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Kamis, 29 Desember 2022

Khutbah Sunda " BEKEL KA AKHERAT "


الحمد لله الذي أخرجنا من الظلمات إلى النور، وأبعدنا من الكفر والجور، وأرصد لمن آمن به وعمل صالحا بالجنّة والخور، وجعلنا من الصالحين المتقين بالله الغفور، أشهد أن لا إله إلا الله الواحد القهار، وأشهد أن محمدا رسول الله المصطفى الأخيار والصلاة والسلام على خير خلق الله، سيدنا محمد ابن عبد الله، الذي بعثه الله إلى الجن والإنس كافة، وعلى آله وأصحابه الذين اتبعوا هداه، صلاة وسلاما دائمين متلازمين إلى يوم تلقاه أما بعد، فيا من رجا رضوان الله، اتقوا الله حق تقواه، لأن الجنة أعدت لمن اتقاه، قال الله تعالى في كتابه المبين، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم
Hadirin sidang jum'ah rohimakumulloh ! Sim kuring salaku khotib umajak ka sadayana mangga urang sami sami ningkatkeun kualitas jeung kuantitas ibadah urang ka Alloh Ta'ala, margi urang diciptakeun, dipasihan hirup jeung kahuripan teh teu aya deui iwalti pikeun ngabdikeun diri ka Alloh Ta'ala. Kanggo ningkatkeun kualitas ibadah ka Alloh, supados diri henteu lali kana purwadaksi, sangkan diri henteu kamalinaan dialam pawenangan, Rosululloh SAW. Masihan opat nasehat,
sakumaha pidawuhna ka Abu Dzar Al-Ghiffari
جدد السفينة فإن البحر عميق .1
Weuteuhkeun parahu, sabab lautan anu rek di ambah teh kacida pisan jerona.
Maksadna yen kahirupan akherat anu bakal di sorang ku sadaya ummat teh kacida pisan rumpilna, kacida hese jeung beuratna, pikeun ngambah eta kahirupan, maka sadaya jalmi kedah gaduh kendaraan.
Ari kendaraan pikeun ngambah ka akherat nyaeta amal ibadah, Rosululloh ngadawuhkeun ,weuteuhkeun parahu جدد السفينة
hartosna dina ngalaksanakeun ibadah teh ulah asal asalan, Contoh sholat ulah asal prak bari henteu merhatoskeun kana syarat ruku'nna bahkan sareng syarat qobulna, sapertos jalmi anu gaduh kendaraan, upami kendaraan hoyong sae, hoyong raoseun dianggona kedah rutin di servis, komo upami aya anu karaos ulah di antep dugika mogokna.
Nyakitu deui amal ibadah ge kedah sering di servis, sholat kedah sering didangdosan, sering diperhatoskeun.
خذ الزاد كاملاً فإن السفر بعيد .2
Siapkeun bekel nu sampurna sabab perjalanan ka akherat teh Kacida jauhna.
Hadirin sidang jum'ah rohimakumulloh ! Hirup di dunya teh ngan saliwat, moal lila ge di sampeur ku malaikat, dunya lain tempat pangabetah, dunya lain tempat anu tuma'ninah, lain tempat anu merenah, ni'mat di dunya ngan sajorelat, tapi kahirupan anu lana mah di alam baqa, hirup anu sanyatanamah di akherat, kumargi kitu mu'minin kedah bebekelan ti ayeuna sampeureun jaga di yaumil jaza. Ari bekel anu paling utama teu aya deui iwalti taqwa ka Alloh Ta'ala, sakumaha pidawuhna
........وتزودوا فإن خير الزاد التقوى
Aranjeun kudu bebekelan, jeung saenyana bekel anu paling utama teu aya deui iwalti taqwa ka Alloh Ta'ala, ..........
QS. Al-baqoroh 197
خفف الحمل فإن الصعد كلود .3
Tong sagala di bawa sabab tanjakan nu bakal di sorang teh kacida pisan nanjeurna.
Kahirupan anu bakal dijalani ku sakabeh ummat manusa teh kacida pisan seueurna jeung kacida beuratna, ti kawit alam kubur, pertanyaan di kubur, ba'ats, hisaban, shirot, mizan, mauqif jeung sajabana, kulantaran kitu supaya hampang himping di akherat, maka ti ayeuna kosongkeun hate tina masalah dunyawiyyah, tapi sanes berarti ulah gaduh dunya, sanes ulah gaduh harta banda sareng kakayaan, ngan sagala nu di pimilik sareng sagala urusan dunya tong dilebetkeun kana hate, nu aya dina hate mah cekap Alloh jeung rosulna, sabab lamun sagala rupa diasupkeun kana hate bakal riweuh, malahan bakal nyita waktu kana ibadah, padahal Alloh ngadawuh
يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم
Di akherat dina poe pangwalesan, harta kakayaan jeung anak pamajikan teu jadi jaminan kana kasalametan, ngan hate anu pinuh ku kaimanan jeung kataqwaan nu jadi jaminan kana kasalametan.
QS. Asy-Syu'aro 89-90
أخلص العمل فإن الناقد بصير 4
Ikhlaskeun sadaya amal amalan, sabab Dzat anu Maha Waspada salamina ningali jeung nalingakeun.
Ari amal ibadah teh lir boneka, ngajanteng teu aya nyawaan, ari nyawana eta amal teh nyaeta ikhlas, sabab sadaya amal amalan moal di qobul ku pangeran lamun henteu dibarengan ku ikhlas karana Alloh, sakumaha pidawuh Rosululloh SAW.
الناس كلهم هلكي إلا العالمون والعالمون كلهم هلگی إلا العاملون والعاملون كلهم هلكي إلا المخلصون
Sadaya manusa bakal ruksak kajaba jalma anu berilmu, jalma berilmu ge bakal ruksak kajaba anu beramal, anu beramal ge bakal ruksak kajaba jalma anu ikhlas dina amalna.
Ari ikhlas teh nyaeta ngalaksanakeun ibadah karana Alloh, ibadah sanes ngahontal tujuan kadunyaan, ibadah sanes ku pedah aya harepan, tapi ibadahna leres leres seja ngalaksanakeun parentah Alloh sangkan tiasa ngahontal karidoan Mantenna.
Hadirin sidang jum'ah rohimakumuloh !
Mudah-mudahan ieu khutbah janten tadzkiroh, janten pepeling ka urang sadaya sangkan urang sadaya tiasa leres leres ngabdikeun diri ka Alloh Ta'ala, ngagunakeun umur anu sesa pikeun ibadah ka Mantenna sangkan janten bekel sampeureun jaga di yaumil jaza.
بارك الله لي ولكم بالقرآن العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وأنت أرحم الراحمين

Khutbah Sunda " Hoax jeung Akhlaq"


**Khutbah ka 1 **
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
**Ma'asyirol mu'minin sidang jum'ah anu sami sami miharep karidoan Allah**
Saparantosna urang nyanggakeun syukur ka Robbun Ghofur, manjatkeun sadaya puja ka Allah Subhanahu Wata'ala lantaran kukudrot sarta irodat mantenna urang tiasa sasarengan deui ngalaksanakeun ibadah Jum'at dinten ieu , Kalih ti eta urang ngedalkeun kalimat tasyahud, sarta tahlil, minangka angkeuhan urang ka Alloh swt yen Mantenna Dzat anu hiji hijina tempat panyalindungan pikeun urang tina sagala perkara, mangka teuaya sanes anu pang pantesna didugikeun dina majelis ieu salian ti wasiat taqwa, sarta ngawasiatkeun ka urang sadaya yen poma urang ulah dugi kapiheulaan ku ajal kajaba urang aya dina kaayaan sumerah diri ka Allah taala.
**Ma'asyirol mu'minin sidang jum'ah anu sami sami miharep karidoan Allah**
Lamun ku urang dibandungan jaman kiwari urang teh aya dina jaman kabebasan informasi anu teu aya ugeranana, Ti isuk jedur nepi ka sore tomper teu weleh disuguhan ku iber atawa warta boh anu wujudna tulisan, sora, gambar malah nepi ka vidio, eta kabeh tepi ka diri urang alatan hiji alat komunikasi Handphon kabandungan oge ku kulawarga urang eces pisan tanpa tedeng aling aling sumebar gancang alah batan kilat ku itungan detik atawa menit. Hal ieu pisan anu nyababkeun masyarakat jadi pagaliwota kalawan diririweuh kuayana warta berita samodel kitu.
Masyarakat unggal waktu disuguhan berita tina Media sosial (Medsos) anu nyebarkeun warta tanpa juru titen atawa editor teu aya penanggung jawab redaksi, informasi tanpa bukti ngagolontor bari teuaya sensor akibat tina ngabudayana istilah copas (copy paste) atawa ngoper berita nu datang tibatur buru buru dikabaturkeun deui bari luput tina sikap tabayun urang, luput tina panalungtikan urang, naha berita teh bener atawa bohong, .naha bakal ngakibatkeun batur jadi rungsing teu diambil pusing.
Padahal pikeun jalma anu ngaku Iman ka Alloh oge ka poe akhir, urang sadaya teh tos kenging pang wawadi ti Allah swt sakumaha dawuhanana
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ ( الحجرات 6)
Yeuh jalma jalma nu ariman upama datang kamaraneh jalma jalma pasek kalawan mawa beja, geura cukcruk heula, supaya maraneh henteu nyilakakeun hiji kaom kalawan kabodoan, tuluy maraneh jadi kaduhung alatan saniskara anu ku mareneh geus dilampahkeun.(QS; Al Hujarat 6)
**Ma'asyirol mu'minin sidang jum'ah anu sami sami miharep karidoan Allah**
Ari Fasek teh nyaeta hiji sifat anu sok moncor tina aturan.
Sacara pikiran jeung pangarti teh paham kana hukum syari'at boh nu wajib atawa nu haram kayaning terang kana kawajiban shalat, shaum sareng ibadah nusanesna , oge terang kana rupa rupa panyarek Allah tapi kusifat hayang moncor, ku nembongkeun nambalang (ngabantah) ka Allah kedul ngalaksanakeun ibadah sarta teu mirosea kana sajumlah panyarek Allah swt.
Ari sifat Pasek teh aya tingkatanana, ti ngawitan anu pang luhurna nyaeta anu jelas jelas ngabantah kana parentah Allah sacara terang terangan nepi ka nu pang hampangna anu ngan ukur remen migawe hal hal anu dilarang ku agama kayaning, teu malire kana waktu shalat, sering ngabohong, ghibah (ngomongkeun batur).
Lamun mah ka Allah remen ngabantah sok komo deui ukur omongan omongan anu bohong mah geus asa teu dosa deui, Padahal Rasulullah saw parantos ngelingan ka umatna anu ngaku cinta sarta bade mitutur ka galur kangjeng Rasul :
عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيْمٍ عَن ْ أَبيِهِ عَنْ جَدِيهِ قَالَ : َسمِعْتُ النَّبيِّ : وَيْلُ لِلَّذِيْنَ يحُدِثُ باِلْحَدِيْثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمُ فَيَكْذِبَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ( رواه الترمذي)
Katampi ti Bahz bin Hakim ti bapana ti eyangna Anjeuna sasauran : Parantos ngandika Rasulullah saw: “ bakal Cilaka sing saha anu cacarita , tapi ku jalan ngabohong lantaran dina raraga ngahibur sangkan ngadatangkeun pi kaseurieun Cilaka eta teh " ( HR Tirmidzi)
Kiwari meh teu karasa deui ku urang yen urang tanpa sadar geus ancrub kana kancah kabiasaan jalma loba anu ngarasa reueues lamun milu icikibung dina kabiasaan oper berita anu di sawang berita na aheng, bari jeung poho naha eusining warta teh bener atawa salah, hoax atawa lain naon euisina boa boa eusina fitnah atawa omongan jalma nu keur ngarandapan kuciwa jeung keur boga rasa ngewa ka hiji golongan terus di earkeun, disalabarkeun keur ngaliarkeun taleus ateul sangkan rame di dunia maya.
**Ma'asyirol mu'minin sidang jum'ah anu sami sami miharep karidoan Allah**
Lamun urang yakin yen bakal mulang ka Allah bakal mintonkeun hasil amal, atuh tetela wajib ati ati, kuduna awas, waspada ngaraksa awak, sabab awak anu digadekeun ka naraka, anu jadi tandonna.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ( المائدة 105)
Yeuh jalma jalma anu ariman ! Geura raksa diri maraneh ! Kasasran jalma anu salasar teh moal bisa nyilakakeun maraneh upama maraneh meunang pituduh. Nya ka Allah pang balikan maraneh sakabeh sarta bakal diwartikeun ka maraneh wawales kana saniskara anu ku maraneh geus dilampahkeun. (QS Al Maidah 105)
Ayat Ieu ngemutan ka urang pikeun tetep aya dina ugeran pituduh Allah swt. Lamun Urang rumasa aya dina ugeran atanapi beungkeutan anu simpayna ku tali Allah, tangtu moal nyoba nyoba neangan liang pikeun moncor. Ucap tekad lampah kudu aya dina jalan anu dipikaridho ku Mantenna.
Pangandika Rasulullah saw :
عن ابن مسعود رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم , " عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلىَ الْبِرَّ, وَالْبِرَّ يَهْدِى اِلىَ الْجَنَّةِ, وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَّرَىالصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ صِدِّيْقًا. وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى اِلىَ الْفُجُوْرِ فَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى اِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّ ى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّباً " ( رواه البخارى ومسلم)
Ka tampi ti Ibnu Mas'ud rd anjeuna sasuran yen Parantos ngandika Rasulullah saw. " Omat aranjeun kudu jujur lantaran satemena jujur teh bakal mawa kana kahadean, sarta kahadean bakal ngaping ka Sawarga. Teu petot petot hiji hamba kana kajujuranana sarta bener bener jujurna nepi ka Allah bakal netepkeun atawa nyatet jalma eta jalma anu jujur. Sarta poma sing ati ati kana kabohongan lantaran saestuna ngabohong bakal mawa kana kagorengan sarta kagorengan bakal nyered kana Naraka. Sarta teu petot petot hiji jalma ngalampahkeun kabohongan sarta bener bener aya dina kabohongan nepi ka Allah bakal nyatet eta jalma jadi tukang bohong (HR Bukhari &Muslim)
بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
**Khutbah ka 2**
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَاحْدَهُ لاَ شَرِيْكَلَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اما بعد اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ لدّيْن.
**Ma'asyirol mu'minin sidang jum'ah anu sami sami miharep karidoan Allah **
Allah swt parantos ngadawuh
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ ( القلم 10-11)
Jeung maraneh ulah nurut ka saban saban jalma tukang sumpah, tukang ngahina , Tukang nyawad anu kaditu kadieu tukang ngupat jeung ngumbar fitnah (QS Al Qalam 10-11)
Palawargi sidang jum'ah, ari akhlaq teh nyaeta hiji kabiasaan anu geus ngajadi watek sarta tabeat tina jiwa anu geus ngabiasa tanpa direncana sakumaha anu di ungkapkeun ku Ulama ahli ushul fiqih **Abdul Hamid Hakim** dina kitab Tahdzibul Akhlaq anjeuna sasauran
اَلُخُلُقُ هَيْئَةٌ رَاسِخَةٌ فيِ النَفْسِ تَصْدُرُ عَنْهَا الأَخْلاَقُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيرْ ِحَاجَةٍ اِلىَ فِكْرٍ وَرَوِيَةٍ
Khuluq (Akhlaq) nyaeta hiji wujud anu kuat dina jiwa dimana akhlaq teh bakal nembongkeun kalayan gampil teu ngabutuhkeun pikiran jeung pertimbangan .( Abdul Hamid Hakim / Tahdzibul Ahlaq)
Kitu oge pendidikan akhlaq teh nyaeta pendidikan anu ngajadikeun diri sangkan ngabiasakeun dina perkara perkara nu dipika Ridho ku Allah swt
Mudah mudahan urang sadaya ditangtayungan ku Allah pikeun ngaraksa jiwa sangkan aya dina kaayaan anu teuweleh dipika cinta ku Allah swt
اَللَّهُمَّ اَرِنَاالْحَقَّ حَقًا وَارْزٌقْنَا تِبَاعَةً, اَللَّهُمَّ اَرِنَا الْبَطِلَ بَطِلاً وَارْزُقْنَا تِنَابَةً , اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى أله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
,

KHUTBAH JUM'AH

NASAB HABIB BA ALAWI SEPERTI MALAM LIKURAN

Para habaib sering mengungkapkan narasi bahwa, nasab para habib Ba Alawi sudah terang benderang bagaikan matahari di sianghari. Jika di sian...