TERJEMAH KITAB NASHOIHUL IBAD
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ الْعِلْمَ أَرْفَعَ الصِّفَاتِ الْكَمَالِيَّةِ وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الَّذِى خَصَّ مَنْ
شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ بِالْمَآثِرِ الْحِكَمِيَّةِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى خَصَّهُ اللَّهُ تَعَالَى بِجَمِيعِ كَمَالَاتِ
الْعُبُودِيَّةِ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِى مَلَأَ
اللَّهُ تَعَالَى قَلْبَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جَلَالِهِ
الْأَعْلَى جَلَّ وَعَلَا وَعَيَّنَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
جَمَالِهِ الْأَسْنَى فَصَارَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسْرُورًا مَنْصُورًا
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالسَّالِكِينَ عَلَى نَهْجِهِ فَنَالُوْا خَيْرًا
وَافِرًا.
Segala puji milik Allah yang telah menganugrahkan
ilmu dengan sifat yang paling tinggi dan sempurna. Aku bersaksi bahwa tidak ada
Dzat yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Allah telah mengistimewakan orang yang ia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya dengan menguasai riwayat yang bersifat hikmah. Aku juga
bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan utusan-Nya yang
mana Allah telah mengistimewakan Nabi Muhammad ﷺ
dengan semua kesempurnaan hamba. Semoga Allah melimpahkan lebih banyak rahmat
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ,
yang telah memenuhui oleh Allah Ta'ala ke dalam hatinya dengan sebagian
keagungan Allah yang Maha Tinggi, Maha Agung, dan Maha Luhur. Dan Allah telah
mengistimewakan Nabi Muhammad ﷺ dari sebagian
keindahan Allah yang sangat luhur, sehingga menjadi Nabi Shollallahu
alaihi wasallama seseorang yang disenangi dan selalu mendapatkan pertolongan.
Semoga terlimpah juga sholawat dan salam kepada keluarganya dan para sahabatnya
dan semua orang yang menempuh pada jalannnya Nabi Muhammad ﷺ sehingga mereka mendapatkan kebaikan yang banyak.
أَمَّا
بَعْدُ: فَيَقُولُ الْمُرْتَجِى غُفْرَ الْمَسَاوِى مُحَمَّدٌ نَوَوِى بْنُ عُمَرُ
الْجَاوِيُّ : هَذَا شَرْحٌ وَضَعْتُهُ عَلَى الْكِتَابِ الْمُشْتَمِلِ عَلَى
الْمَوَاعِظِ لِلْعَلَّامَةِ الْحَافِظِ الشَّيْخِ شِهَابِ الدِّينِ أَحْمَدَ بْنِ
عَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ الشَّافِعِيِّ الشَّهِيرِ بِابْنِ حَجَرٍ
الْعَسْقَلَانِيِّ ثُمَّ الْمِصْرِيِّ تَغَمَّدَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِرَحْمَتِهِ
آمِينَ وَسَمَّيَتُهُ : نَصَائِحَ الْعِبَادِ فِى بَيَانِ أَلْفَاظٍ مُنَبِّهَاتٍ
عَلَى الْإِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْمَعَادِ وَأَسْأَلُ اللَّهَ الْكَرِيمَ أَنْ
يَنْفَعَ بِهِ الْمُسْلِمِينَ، وَأَنْ يَجْعَلَهُ ذَخِيرَةً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
آمِينَ.
Setelah mengucapkan basmallah, tahmid, dan shalawat,
Kemudian berkata orang yang senantiasa mengharap diampuninya dosa dosa Muhammad
Nawawi bin Umar, seorang penduduk Jawa asal Banten : Kitab ini adalah
penjelasan yang saya karang untuk mensyarahi sebuah kitab yang berisi
nasehat nasehat milik seorang alim yang hafal ribuan hadits syekh Sihabuddin
Ahmad bin Ahmad As Syafi'i yang terkenal dengan nama Ibnu Hajar Al Asqalany
kemudian Al Mishri, Semoga memenuhinya Allah Ta'ala dengan rahmat Allah Aamiin.
Aku beri nama kitab ini: Nashaihul Ibad, dalam menerangkan lafadz-lafadz yang
mengingatkan supaya bersiap-siap untuk menghadapi hari akhirat. Dan saya
memohon kepada Allah yang Maha Pemurah, agar Allah memberi kemanfaatan melalui
kitab ini kepada umat Muslim dan semoga Allah menjadikannya sebagai tabungan
pahala sampai hari kiamat. Amin.
(بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) وَتُسَنُّ عِنْدَ ابْتِدَاءِ كُلِّ
أُمُورٍ غَيْرِ مُحَقَّرَاتٍ، فَإِنْ تَرَكَهَا فِي أَوَّلِهَا أَتَى بِهَا فِي
أَثْنَائِهَا بِقَوْلِهِ "بِسْمِ اللَّهِ فِى أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ".
(Dengan
menyebut nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang) Disunnahkan
membaca lafadz basmalah ketika mengawali setiap perkara yang bukan remeh atau
hina, maka jika seseorang meninggalkan basmalah di awal perkara hendaklah ia
membaca basmalah di tenga-tengah perkara itu dengan mengucap "بِسْمِ
اللَّهِ فِى أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ".
(الْحَمْدُ
لِلَّهِ فِي كُلِّ حِينٍ) أَيْ زَمَانٍ قَلَّ أَوْكَثُرَ (وَأَوْقَاتٍ) وَهِيَ
أَزْمِنَةٌ مَحْدُودَةٌ، وَهِيَ مِنْ عَطْفِ خَاصٍّ عَلَى عَامٍّ.
(Segala
puji milik Allah di setiap waktu) Maksudnya di setiap zaman sedikit
atau banyak (Dan di banyak waktu) Makna pada lafadz أَوْقَاتٍ adalah
zaman zaman yang dibatasi, lafadz أَوْقَاتٍ diathofkan
pada lafadz فِى كُلِّ حِيْنٍ termasuk kategori mengathofkan lafadz
yang khusus kepada lafadz yang umum.
(وَالصَّلَاةُ) أَيْ
الْعَطْفُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ غَيْرِهِ (عَلَى رَسُولِهِ) إلَى
كَافَّةِ الْخَلْقِ (أَشْرَفِ الْخَلْقِ) وَهُوَ كُلُّ مَا
أَوْجَدَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى تَقْدِيرٍ أَوْجَبَتْهُ الْحِكْمَةُ (وَالْبَرَيَّاتِ) أَيْ
الْمَخْلُوقَاتِ مُطْلَقًا أَوِ الَّتِي فِي الْأَرْضِ، فَهِيَ مِنْ عَطْفِ
الْمُرَادِفِ أَوْ مِنْ عَطْفِ الْخَاصِّ عَلَى الْعَامِّ، فَسَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْخَلْقِ اللهِ كُلِّهِمْ.
(Semoga bertambahnya rahmat) Maksudnya kasih
sayang dari Allah dan dari selain Allah (Terlimpah kepada Rasulullah) yang
diutus kepada seluruh makhluk (Paling mulianya makhluk) Makhluk
adalah segala sesuatu yang Allah wujudkan sesuai dengan ukuran ukuran tertentu
yang mengharuskan ketentuan itu bijaksananya Allah (Dan paling mulianya
ciptaan Allah) Maksudnya makhluk secara mutlak atau maknanya البريات adalah
makhluk yang berada di atas bumi, lafadz البريات diathofkan
pada lafadz الخلق itu termasuk mengathofkan dua lafadz
yang maknanya sama atau athofnya lafadz اَلْبَرِيَّات kepada
lafadz اَلْخَلْقِ itu termasuk dari mengathofkan lafadz
yang khusus kepada lafadz sebelumnya yang lebih umum, Jadi Sayyidina Muhammad ﷺ adalah Paling utamanya ciptaan Allah dari
seluruh makhluk.
(هَذِهِ) أَيْ
الْمُسْتَحْضَرَةُ فِى الذِّهْنِ (مُنَبِّهَاتٌ عَلَى الْإِسْتِعْدَادِ
لِيَوْمِ الْمَعَادِ) أَيْ عَلَى التَّأَهُّبِ لِأَجْلِ وَقْتِ
الرُّجُوعِ إِلَى اللهِ تَعَالَى (فَإِنَّ مِنْهَا) أَيْ
الْمُنَبِّهَاتِ (مَا يَكُونُ مَثْنَى) أَيْ زَوْجَيْنِ
زَوْجَيْنِ (وَمِنْهَا مَا يَكُونُ ثُلَاثِيًا، إِلَى تَمَامِ
الْعَشْرَةِ) وَجُمْلَةُ الْمَقَالَاتِ مِائَتَانِ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ
الْأَخْبَارُ خَمْسَةٌ وَأَرْبَعُونَ، وَالْبَوَاقِي آثَارٌ، وَأَنَا الْآنَ
أُرِيدُ التَّبَرُّكَ بِإِتْيَانِ حَدِيثَيْنِ شَرِيْفَيْنِ جَلِيلَيْنِ:
(Ini) Kitab yang hadir dalam fikiran
ini (Adalah hal-hal yang mengingatkan supaya bersiap siap untuk
menghadapi hari akhirat) Maksudnya bersiap siap karna waktu kepulangan
menghadap Allah Ta'ala (Sungguh ada di antaranya) hal-hal yang
mengingatkan kematian ini (Nasehat-nasehat yang dua dua) Maksudnya
dua pasang nasehat dua pasang nasehat (Ada di antaranya yang isinya
tiga tiga sampai genap sepuluh) Jumlah maqolah ada 214 yang terdiri
dari 45 hadits dan sisanya riwayat dari sahabat dan tabi'in. Saya sekarang
ingin mendapatkan keberkahan dengan menuturkan dua hadits yang mulya, dan
agung.
Hadits Pertama
فَالْحَدِيثُ
الْأَوَّلُ : أَجَازَنِي بِهِ الْعَلَّامَةُ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ الْخَطِيبُ
الشَّامِيُّ ثُمَّ الْمَدَنِيُّ الْحَنْبَلِيُّ وَهُوَ ابْنُ عُثْمَانَ بْنُ
عَبَّاسِ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ مَشَايِخِهِ مُتَّصِلًا إِلَى أَبِى ذَرٍّ
الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى
: "يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي
وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحْرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوْا، يَا عِبَادِي
كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ، يَا
عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى
أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ
فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ
بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى
أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي
فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي، يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا
عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي
شَيْئًا، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا على أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ ما نَقَصَ
ذلك مِنْ مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي لو أَنَّ أَوَّلَكُمْ
وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا في صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي
فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ ما نَقَصَ ذلك مِمَّا عِنْدِي إلاّ كما
يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ، يَا عِبَادِي
إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيْكُمْ إِيَّاهَا
فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللهَ، وَمَنْ وَجَدَ غيرَ ذلك فَلَا
يَلُوْمَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ."
Hadits yang pertama telah mengijazahkan kepadaku Al
Allamah Asy Syaikh Muhammad Al Khatib Asy Syami Al Madani Al Hambali, yaitu
Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, dari gurunya dalam rantai sanad yang terus
menerus sampai kepada Abu Dzar Al Ghiffari radiyallahu 'anhu dari Rasulullah ﷺ' dalam riwayat yang Nabi riwayatkan dari
Allah sebagai tuhan-Nya azza wajalla : "Wahai hamba hambaku
sungguh aku haramkan dzolim atas diriku sendiri dan aku jadikan perbuatan
dzolim itu diharamkan di antara kalian maka janganlah kalian saling mendzolimi.
Wahai hamba hambaku kalian semua adalah tersesat kecuali orang yang telah aku
beri hidayah maka mintalah kalian semua petunjuk kepadaku pasti aku akan
memberikan petunjuk kepada kalian. Wahai hamba hambaku kalian semua lapar
kecuali orang yang telah aku beri makan maka mintalah kalian semua makan ke
padaku pasti aku akan memberi makanan kepada kalian. Wahai hamba hambaku kalian
semua telanjang kecuali orang yang telah aku beri pakaian maka mintalah pakaian
kepadaku pasti aku akan berikan pakaian kepada kalian. Wahai hamba hambaku
sungguh kalian berbuat dosa siang dan malam dan aku mengampuni semua dosa maka
mintalah ampun kepadaku pasti aku mengampuni kalian. Wahai hamba hambaku
sungguh kalian tidak mampu membahayakan aku lalu kalian mencelakakan aku dan
kalian tidak akan mampu memberikan manfaat kepadaku lalu kalian bermanfaat
padaku. Wahai hamba hambaku andai orang yang pertama di antara kalian dan orang
yang terakhir di antara kalian semua golongan manusia dan golongan jin mereka
semua ada pada setaqwa taqwa hati seseorang dari kalian tidaklah hal itu
menambah dalam kekuasaanku sedikitpun. Wahai hamba hambaku andai orang
yang pertama di antara kalian dan orang yang terakhir di antara kalian semua
golongan manusia dan golongan jin mereka semua ada pada sebejad bejadnya hati
seseorang dari kalian tidaklah hal itu mengurangi dalam kekuasaanku
sedikitpun. Wahai hamba hambaku andai orang yang pertama di antara kalian
dan orang yang terakhir di antara kalian semua golongan manusia dan golongan
jin mereka semua berdiri di satu lapangan lalu mereka semua meminta kepadaku
lalu aku beri setiap orang dari permintaanya tidaklah hal itu mengurangi dari
kekayaan yang ada padaku kecuali seperti jarum yang dicelupkan pada lautan.
Wahai hamba hambaku sesungguhnya itu adalah amal kalian yang aku hitung amal
kalian itu untuk kalian kemudian aku berikan balasan penuh kepada kalian amalan
amalan itu maka barang siapa mendapat kebaikan hendaklah ia bersyukurlah kepada
Allah dan barang siapa tidak mendapatkan kebaikan Janganlah ia mencela siapapun
kecuali hanya pada dirinya sendiri."
Hadits Kedua:
وَالْحَدِيثُ
الثَّانِى : أَجَازَنِي بِهِ الْعَلَّامَةُ السَّيِّدُ أَحْمَدُ الْمَرْصَفِيُّ
الْمِصْرِيُّ بَعْدَ أَنْ أَجَازَنِي بِهِ السَّيِّدُ عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ
لْأَحْمَدَ فَرَحَاتِ الشَّافِعِيُّ، عَنْ مَشَايِخِهِ مُسَلْسَلًا
بِالْأَوَّلِيَّةِ إلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : "الرَّاحِمُونَ
يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اِرْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ
يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ"
Hadits yang ke dua telah mengijazahkan kepada ku Al
Allamah Al Sayyid Ahmad Al Marsafi Al Mesir setelah dia mengijazahkan kepada ku
Al Sayyid Abdul Wahhab bin Ahmad Farhat Al Syafi'i, dari para guru-gurunya
secara berurutan hingga kepada Abdullah bin Amr bin Ash dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda : "Orang
orang yang penuh kasih sayang, Yang Maha Pemurah akan merahmati mereka. Maka
berikanlah belas kasihan kepada mereka yang ada di bumi, maka yang ada di
langit akan merahmati kalian."
وَالْمَعْنَى:
اَلرَّاحِمُونَ لِمَنْ فِى الْأَرْضِ مِنْ آدَمِيٍّ وَحَيَوَانٍ لَمْ يُؤْمَرْ
بِقَتْلِهِ بِالْإِحْسَانِ إِلَيْهِمْ يُحْسِنُ الرَّحْمَنُ إِلَيْهِمْ، ارْحَمُوا
مَنْ تَسْتَطِيعُونَ أَنْ تَرْحَمُوهُ مِنْ أَصْنَافِ مَخْلُوقَاتِهِ تَعَالَى
وَلَوْ غَيْرَ عَاقِلٍ بِالشَّفَقَةِ عَلَيْهِمْ وَدُعَائِكُمْ لَهُمْ
بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ يَرْحَمْكُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَمَنْ رَحْمَتُهُ
عَامَّةٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ الَّذِينَ هُمْ أَكْثَرُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ.
وَلَا يَجُوزُ لِشَخْصٍ أَنْ يَدْعُوَ لِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ بِغَفْرِ جَمِيعِ
ذُنُوبِهِمْ أَوْ يَدْعُوَ لِفَقِيرٍ بِنَحْوِ مِائَةِ دِينَارٍ وَلَيْسَ لَهُ
جِهَةٌ يَتَسَهَّلُ مِنْهَا ذَلِكَ وَيَقُولُ : هَذَا مِنَ الرَّحْمَةِ
بِالْخَلْقِ لِأَنَّهُ مُخَالِفٌ لِنُصُوصِ الشَّرْعِ اهـ.
Makna hadits ini: Orang orang yang berbelas kasih
kepada makhluk makhluk yang ada di muka bumi baik itu makhluk bangsa Adam
maupun hewan yang mana tidak diperintah membunuhnya, dengan berbuat baik kepada
makhluk itu Allah akan berbuat baik kepada mereka. Berbelas kasihlah kalian semua
kepada makhluk makhluk yang kalian mampu untuk berbelas kasih kepada-Nya dari
berbagai kelompok makhluk makhluknya meskipun makhluk itu tidak berakal dengan
sayang pada makhluk makhluk itu dan dengan kalian mendoakan kepada makhluk
makhluk itu dengan doa rahmat dan ampunan maka Allah dan para malaikat akan
berbelas kasih kepada kalian. Yang mana belas kasihnya Allah itu menyeluruh
kepada penduduk langit yang mana para penduduk langit itu lebih banyak dari
pada penduduk bumi. Tidak boleh bagi seseorang mendoakan semua umat Islam
dengan diampuninya semua dosa atau berdoa untuk seorang faqir dengan semisal
mendapatkan uang seratus dinar sedangkan tidak ada baginya jalan yang menjadi
mudah dari jalan itu untuk mendapatka uang seratus dinar. lalu dia berucap :
"Yang demikian ini termasuk kasih sayang Allah kepada makhluk" karena
doa yang seperti itu bertentangan dengan hukum syar'a.
رُؤيَ
الْغَزَالِيُّ فِى النَّوْمِ فَقِيلَ لَهُ: مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟، فَقَالَ
أَوْقَفَنِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَقَالَ لِيْ: بِمَ قَدِمْتَ عَلَيَّ؟، فَصِرْتُ
أَذَكُرُ أَعْمَالِيْ، فَقَالَ: لَمْ أَقْبَلْهَا، وَإِنَّمَا قَبِلْتُ مِنْك
ذَاتَ يَوْمٍ نَزَلَتْ ذُبَابَةٌ عَلَى مِدَادِ قَلَمِكَ لِتَشْرَبَ مِنْهُ
وَأَنْتَ تَكْتُبُ فَتَرَكْتَ الْكِتَابَةَ حَتَّى أَخَذَتْ حَظَّهَا رَحْمَةً بِهَا،
ثُمَّ قَالَ تَعَالَى: اِمْضُوا بِعَبْدِي إلَى الْجَنَّةِ.
Imam Al-Ghazali pernah diimpikan oleh seseorang, dan
dia ditanya, "Bagaimana perlakuan Allah terhadap Anda?" Imam
Al-Ghazali menjawab, "Allah SWT. membawaku kehadapan-Nya, lalu Allah
berfirman kepadaku, 'Karena apa kamu datang ke pada-Ku?' Saya pun menyebutkan
berbagai amal perbuatanku. Kemudian Allah berfirman, 'Aku tidak menerimanya,
yang aku terima darimu hanyalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada
wadah tinta mu untuk meminum isinya, sementara kamu sedang menulis, lalu kamu
berhenti menulis hingga lalat itu mengambil jatah minumnya, karena kamu kasihan
terhadap lalat tersebut.' Kemudian Allah memerintahkan, 'Bawalah hamba-Ku ini
ke surga!'."
وَفِى
قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “يَرْحَمُكُمْ” رِوَايَتَانِ،
الْجَزْمُ عَلَى أَنَّهُ جَوَابُ الْأَمْرِ، وَالرَّفْعُ عَلَى أَنَّهُ جُمْلَةٌ
دِعَائِيَّةٌ، وَهُوَ أَوْلَى لِأَنَّ دُعَائَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ غَيْرُ مَرْدُودٍ.
Dalam membaca sabda Nabi ﷺ
lafadz “يَرْحَمُكُمْ” ada dua riwayat,
riwayat pertama dibaca jazm atas i'rab lafadz “يَرْحَمْكُمْ”
itu jawab dari fiil amar. Riwayat ke dua dibaca rofa atas i'rab bahwa lafadz “يَرْحَمُكُمْ” itu doa. Dibaca rofa adalah yang paling
utama karena doa Nabi ﷺ tidak ditolak.
وَمِنْ
أَسْبَابِ حُسْنِ الْخَاتِمَةِ: الْمُوَاظَبَةُ عَلَى هَذَا الدُّعَاءِ، وَهُوَ
: "اَللَّهُمَّ أكْرِمْ هَذِهِ الْأُمَّةَ الْمُحَمَّدِيَّةَ
بِجَمِيلِ عَوَائِدِكَ فِى الدَّارَيْنِ إكْرَامًا لِمَنْ جَعَلْتَهَا مِنْ
أُمَّتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" وَمِنْهَا:
اَلْمُوَاظَبَةُ عَلَى هَذَا الدُّعَاءِ بَيْنَ سُنَّةِ الصُّبْحِ وَفَرْضِهِ،
وَهُوَ : "اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اسْتُرْ اُمَّةَ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ اجْبُرْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ اصْلِحْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ عَافِ اُمَّةَ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ احْفَظْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ
الْعَا لِمِينَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَغْفِرَةً
عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَا لِمِينَ اَللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ فَرْجًا عَاجِلًا يَا رَبَّ الْعَا لِمِينَ". وَمِنْهَا:
مُلَازَمَةُ هَذَا الدُّعَاءِ، وَهُوَ : "يَا رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ
بِقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ اِغْفِرْلِيْ كُلَّ شَيْءٍ وَلَا تَسْئَلْنِى
عَنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تُحَاسِبْنِيْ فِى كُلِّ شَيْءٍ وَأَعْطِنِيْ كُلَّ
شَيْءٍ". اهـ
Diantara
sebab sebab Husnul Khotimah, membiasakan doa berikut ini : “Ya Allah,
semoga Engkau memuliakan umat Sayyidina Muhammad ini dengan kebaikan
pemberian-Mu di dunia dan di akhirat, sebagai kemulyaan bagi orang-orang yang
engkau jadikan dari sebagian umatnya ﷺ.
” Di antara sebab sebab Husnul Khotimah membiasakan doa berikut ini
antara sholat sunnah subuh dan fardhu subuh, Yaitu : "Ya Allah,
semoga Engkau memberikan ampunan bagi umat junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ. Ya Allah, semoga engkau menyayangi
umat junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ. Ya
Allah, semoga Engkau menutupi aib umat Nabi Muhammad ﷺ. Ya
Allah, Semoga Engkau menutupi kekurangan umat junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ. Ya Allah, Semoga Engkau memperbaiki
keadaan umat junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ. Ya
Allah, Semoga Engkau menyelamatkan umat junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ. Ya Allah, Semoga Engkau menjaga umat
junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ. Ya Allah,
Semoga Engkau mengkasihani umat junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ, dengan kasih sayang yang menyeluruh, wahai Tuhan yang mengurus
seluruh alam. Wahai Tuhanku, Semoga Engkau mengampuni umat junjungan kami, Nabi
Muhammad ﷺ, dengan ampunan yang menyeluruh, wahai
Tuhan yang mengurus seluruh alam. Ya Allah, Semoga Engkau melapangkan umat
junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ, dengan kelapangan
yang segera, wahai Tuhan yang mengurus seluru alam.” Diantara sebab
sebab Husnul Khotimah, membiasakan membaca doa berikut ini: “Wahai
Tuhan yang memelihara segala sesuatu, dengan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu,
Semoga Engkau mengampuni untuk ku segala sesuatu , dan Semoga Engkau tidak
menanyakan kepadaku segala sesuatu. Semoga Engkau tidak menghisabku dengan
segala sesuatu, dan Semoga Engkau memberikan kepadaku segala sesuatu.”
بَابُ
الثُنَائِيْ
وَفِيهِ
ثَلَاثُونَ مَوْعِظَة، أَرْبَعَةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ وَنَعْنِى
بِالْأَخْبَارِ أَقْوَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَبِالْآثَارِ أَقْوَالَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ.
Dalam
bab ini ada 30 Nasihat, dari tiga puluh nasihat itu ada 4 akhbar dan sisanya
atsar. Yang kami maksud dengan istilah akhbar adalah sabda sabda nabi dan yang
kami maksud dengan istilah atsar adalah perkataan sahabat dan para tabiin.
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 1:
Dua Perkara yang Lebih
Utama
(فمِنْهُ) أَيْ
فَالْمَقَالَةُ الْأُوْلَى مِنَ الْمُنَبِّهَاتِ الثُّنَائِيَّةِ (مَا
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
خَصْلَتَانِ لاَ شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا: الْإِيْمَانُ بِاللهِ وَالنَّفْعُ
لِلْمُسْلِمِينَ) بِالْمَقَالِ أَوْ بِالْجَاهِ أَوْ بِالْمَالِ أَوْ
بِالْبَدَنِ.
(Di antara Bab yang isinya dua dua) Maksudnya maqalah
yang pertama dari bab munabbihat (Nasehat yang mengingatkan supaya bersiap
menuju akhirat) yang isinya dua dua (Adalah hadits yang diriwayatkan
dari Nabi bahwa Nabi bersabda : "Ada dua perkara tidak ada suatu amalan
lain yang lebih utama daripada dua amalan itu yaitu beriman kepada Allah dan
memberi manfaat kepada umat Islam".) Dengan ucapan atau dengan
kedudukan atau dengan hartan atau dengan badan.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَصْبَحَ لَا يَنْوِي الظُّلْمَ
عَلَى أَحَدٍ غُفِرَ لَهُ مَا جَنَى، وَ مَنْ أَصْبَحَ يَنْوِي نُصْرَةَ
الْمَظْلُومِ وَقَضَاءَ حَاجَةِ الْمُسْلِمِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ
مَبْرُورَةٍ".
Telah bersabda Rasulullah ﷺ
:"Barang siapa yang masuk di waktu pagi tidak berniat dzolim kepada
siapapun maka pasti akan diampuni atas kesalahan yang telah dilakukan. Barang
siapa yang masuk di waktu pagi dia berniat menolong orang yang didzolimi dan
memenuhi kebutuhan orang lain Maka perbuatan ini baginya seperti pahala haji
yang mabrur.
وَقَالَ عَلَيْهِ
السَّلَامُ: "أَحَبُّ الْعِبَادِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُ النَّاسِ
لِلنَّاسِ، وَأَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ
الْمُؤْمِنِ، يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كَرْبًا أَوْ يَقْضِي
لَهُ دَيْنًا".
Telah bersabda Rasulullah ﷺ :"Hamba yang paling disukai oleh Allah adalah orang yang
paling banyak memberi manfaat kepada manusia. Dan amalan yang paling utama
adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang mukmin, dia usir rasa lapar
dari orang mukmin atau dia hilangkan kesusahan dari orang mukmin atau dia
bayarkan hutang bagi orang mukmin.
(وَخَصْلَتَانِ
لَا شَيْءَ أَخْبَثُ) أَيْ أَنْجَسُ (مِنْهُمَا:
الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُّرُّ لِلْمُسْلِمِينَ) فِي أَبْدَانِهِمْ أَوْ
أَمْوَالِهِمْ فَإِنَّ جَمِيعَ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى تَرْجِعُ إلَى
خَصْلَتَيْنِ: التَّعْظِيمِ للهِ تَعَالَى وَالشَّفَقَةِ لِخَلْقِهِ، كَقَوْلِهِ
تَعَالَى: "أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ" [الْبَقَرَةِ:
٤٣]، وَقََوْلِهِ تَعَالَى: "اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ" [لُقْمَانَ:
١٤]. رُوِيَ عَنْ أُوَيْس الْقَرْنِ أَنَّهُ قَالَ: "مَرَرْتُ فِي بَعْضِ
سِيَاحَتِي بِرَاهِبٍ، فَقُلْتُ یا رَاهِب، مَا أَوَّلُ دَرَجَةٍ يَرْقَاهَا
الْمُرِيدُ؟، قَالَ رَدُّ الْمَظَالِمِ وَخِفَّةُ الظَّهْرِ مِنَ التَّبِعَاتِ،
فَإِنَّهُ لَا يَصْعَدُ لِلْعَبْدِ عَمَلٌ وَعَلَيْهِ تَبِعَةٌ أَوْ مَظْلَمَةٌ.
(Ada dua perkara tidak ada perkara lain
yang lebih buruk) maksudnya
lebih kotor (dari pada dua perkara ini yaitu yang pertama syirik kepada
Allah dan yang ke dua membahayakan orang Islam) pada fisiknya atau
harta orang Islam. Karena semua perintah Allah itu merujuk pada dua perkara
yaitu yang pertama mengagungkan Allah dan yang ke dua adalah berbelas kasih
kepada makhluk. Seperti Firman Allah "Dirikanlah sholat dan bayarlah zakat"
[Q.S Al-Baqarah : 34] dan firman Allah "bersyukurlah kamu kepadaku dan
kepada kedua orang tua mu" [Q.S Luqman : 14]. Diriwayatkan dari Uwais
al-Qarni, beliau berkata: "Saya melewati sebagian perjalanan saya di dekat
seorang pendeta, lalu saya berkata, 'Wahai pendeta, apa tingkatan pertama yang
harus dilalui seorang murid ?' Pertapa itu menjawab, 'mengembalikan hal hal
yang diambil secara zalim dan ringankan beban dari tangguan tanggungan pada
manusia, sungguh tidak bisa naik amal perbuatan bagi seorang hamba sedangkan
atas hamba itu ada tanggungan dosa pada orang lain atau masih ada
kedzoliman.'"
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 2: Dua Perintah Agar Bergaul dengan Ulama
(وَ)الْمَقَالَةُ
الثَّانِيَةُ : (قَالَ) النَّبِيُّ (عَلَيْهِ السَّلَامُ
: عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ) أَيْ الْعَامِلِينَ (وَاسْتِمَاعِ
كَلَامِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْعَالِمِينَ بِذَاتِ اللَّهِ تَعَالَى
الْمُصِيبِينَ فِى أَقْوَالِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ (فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى
يُحْيِى الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُورِ الْحِكْمَةِ) أَيْ الْعِلْمِ
النَّافِعِ (كَمَا يُحْيِى الْأَرْضَ الْمَيِّتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ).
Maqolah yang kedua : (Telah bersabda) Nabi
Muhammad (ﷺ : Tetaplah kamu
beristiqomah duduk bersama para ulama) Yang mengamalkan ilmunya (dan
mendengarkan perkataan orang orang yang ahli hikmah) Maksudnya ahli
hikmah adalah orang yang marifat billah yang senantiasa tepat dalam setiap
ucapan mereka dan setiap perbuatan mereka. (Sungguh Allah Subhanahu
wata'ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah) Maksudnya
ilmu yang bermanfaat (sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang kering
dengan air hujan).
وَفِى
رِوَايَةِ الطَّبَرَانِيِّ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ : (جَالِسُوا
الْكُبَرَاءَ وَسَائِلُوا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَاءَ) وَفَى
رِوَايَةٍ : (جَالِسِ الْعُلَمَاءَ وَصَاحِبِ الْحُكَمَاءَ وَخَالِطِ
الْكُبَرَاءَ) أَيْ فَإِنَّ الْعُلَمَاءَ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ :
الْعُلَمَاءُ بِأَحْكَامِ اللهِ تَعَالَى وَهُمْ أَصْحَابُ الْفَتْوَى؛
وَالْعُلَمَاءُ بِذَاتِ اللَّهِ فَقَطْ وَهُمْ الْحُكَمَاءُ فَفِي مُدَاخَلَتِهِمْ
تَهْذِيبٌ لِلْأَخْلَاقِ لِأَنَّهُمْ أَشْرَقَتْ قُلُوبُهُمْ بِمَعْرِفَةِ اللهِ
وَأَشْرَقَتْ أَسْرَارُهُمْ بِأَنْوَارِ جَلَالِ اللَّهِ. وَالْعُلَمَاءُ
بِالْقِسْمَيْنِ وَهُمْ الْكُبَرَاءُ فَإِنَّ مُخَالَطَةَ أَهْلِ اللهِ تُكْسِبُ
أَحْوَالًا سَنِيَّةً وَالنَّفْعُ بِاللَّحْظِ فَوْقَ النَّفْعِ بِاللَّفْظِ
فَمَنْ نَفَعَكَ لَحْظُهُ نَفْعَكَ لَفْظُهُ وَمَنْ لَا فَلَا؛
Disebut dalam riwayat Imam Tobroni dari Imam Abu
Hanifah Rasulullah ﷺ bersabda (Duduklah
kalian semua bersama orang orang besar, dan bertanyalah kamu kepada para Ulama,
dan berbaurlah kamu bersama orang orang yang ahli hikmah). Disebutkan
dalam sebuah riwayat : (Duduklah di majelis ulama, dan bersahabatlah
dengan para hukama dan bergaullah dengan orang orang besar.) Maksudnya
Ulama ada tiga macam : Yang pertama Ulama yang mempunyai ilmu tentang hukum
hukum Allah, mereka adalah orang orang yang berhak memberi fatwa. Yang kedua
orang orang yang mengerti tentang dzat Allah saja, merekalah orang orang ahli
hikmah. Bergaul dengan mereka akan menghaluskan akhlaq. Karena sesungguhnya
mereka benar benar bersinar hatinya dengan marifatullah dan bersinar ruh ruh
mereka dengan cahaya keagungan Allah. Ulama dua bagian tadi mereka adalah
Al-Kubarao / orang orang besar. Sungguh berbaur dengan orang orang yang marifat
billah akan menghasilkan sikap sikap yang mulia. Mendapatkan manfaat karena
diperhatikan ulama itu melebihi kemanfaatan lafadz / ucapan. Barang siapa ulama
yang bermanfaat bagimu perhatiannya maka akan bermanfaat pula kepadamu
ucapannya. Barang siapa ulama yang tidak memberi perhatian kepadamu maka tidak
akan bermanfaat pula kepadamu ucapannya.
وَكَانَ
السُّهْرَوَرْدِيُّ يَطُوفُ فِى بَعْضِ مَسْجِدِ الْخَيْفِ بِمِنًى يَتَصَفَّحُ
الْوُجُوهَ فَقِيلَ لَهُ فِيهِ فَقَالَ : إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا إِذَا نَظَرُوا
إِلَى شَخْصٍ أَكْسَبُوهُ سَعَادَةً فَأَنَا أَطْلُبُ ذَلِكَ.
Adalah Imam Suhrowardi beliau towaf di masjid khoif
yang ada di mina sambil memcari cari wajah orang kemudian beliau ditanya
tentang perbuatannya maka ia menjawab "sesungguhnya Allah mempunyai hamba
hamba, jika hamba itu menatap pada seseorang mereka memberikan kepada orang
yang mereka tatap itu sebuah kebahagiaan. Saya sedang mencari yang demikian
itu."
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى
أُمَّتِي يَفِرُّونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيهِمُ اللَّهُ
بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ : أُولَاهَا يَرْفَعُ اللَّهُ الْبَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ ،
وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا ،
وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُونَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيمَانٍ).
Nabi ﷺ bersabda (akan
datang suatu zaman pada umatku di zaman itu umatku akan lari dari ulama dan
fuqoha maka Allah akan memberikan cobaan kepada umat yang menjauhi ulama dengan
tiga musibah : yang pertama dari musibah itu Allah akan menghapus keberkahan
dari hasil kerja mereka yang kedua Allah akan menguasakan untuk memimpin mereka
semua sultan yang dzolim yang ketiga mereka keluar meninggalkan dunia tanpa
iman).
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 3: Dua Perumpamaan Masuk Kubur
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّالِثَةُ : (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :
مَنْ دَخَلَ الْقَبْرَ بِلَا زَادٍ) أَيْ مِنَ الْعَمَلِ
الصَّالِحِ (فَكَأَنَّمَا رَكِبَ الْبَحْرَ بِلَا سَفِينَةٍ) أَيْ
فَيَغْرَقُ غَرَقًا لَا خَلَاصَ لَهُ إِلَّا بِمَنْ يُنْقِذُهُ كَمَا قَالَ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا
كَالْغَرِيقِ الْمُغَوِّثِ) أَيْ الطَّلَبِ لِأَنْ يُغَاثَ.
Maqolah yang ke tiga (Dari Abu Bakar
As-siddiq Semoga Allah meridhoinya : Orang yang masuk ke liang lahat / qubur
tanpa bekal) Maksudnya bekal dari amal sholeh (Seakan ia
mengarungi lautan tanpa menaiki perahu) Maksudnya tentu ia akan hanyut
tenggelam dengan sebenar benarnya hanyut yang tiada keselamatan baginya kecuali
dengan syafaatnya orang yang akan menyelamatkan dia sebagaimana Nabi ﷺ bersabda : (Tiadalah mayit itu di
alam quburnya melainkan seperti orang yang hanyut / tenggelam teriak teriak
minta tolong) Maksudnya mencari pertolongan.
Bab 2 Maqolah 4: Dua Kemuliaan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ
الشَّيْخِ عَبْدِ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : صِفْ لِي
حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ
أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ
: عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).
Maqolah yang ke empat dari : (Dari Umar
Radhiallahu Anhu) Dinukil dari syaikh Abdul mu'ti As-Samlawi (Sesungguhnya
Nabi berkata kepada Malaikat Jibril Alaihissalam : Wahai jibril sebutkan
kepadaku kebaikan-kebaikan Umar ! Lalu Malaikat Jibril berkata : Andai
laut-laut menjadi tintanhya pohon pohon menjadi penanya niscaya aku tidak akan
bisa menghitung kebaikan kebaikan Umar. Kemudian Nabi berkata kepada Malaikat
Jibril : Wahai Jibril sebutkan kepadaku kebaikan-kebaikan Abu Bakar ! lalu
Malaikat Jibril berkata : Kebaikan Umar adalah satu kebaikan dari kebaikan
kebaikannya Abu Bakar).
(عِزُّ
الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ
فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا
تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَعْمَالِ
الصَّالِحَةِ.
(Kemuliaan dunia itu dengan harta dan
kemuliaan akhirat itu dengan amal sholeh) Maksudnya tidaklah menjadi kuat
perkara-perkara dunia dan tidak bisa menjadi baik perkara perkara dunia kecuali
dengan harta dan tidaklah menjadi kuat perkara-perkara akhirat dan tidak bisa
menjadi baik perkara-perkara akhirat kecuali dengan amal sholeh.
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 5: Dua Kesedihan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : هَمُّ الدُّنْيَا
ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةِ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ
الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي
الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ
مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا.
Maqolah yang ke lima (Dari Utsman Radhiallahu
Anhu : Bersedih karena urusan dunia menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih
karena urusan akhirat menjadikan cahaya dalam hati). Maksudnya
kesedihan di dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan dunia pasti akan
menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih di dalam perkara-perkara yang
berkaitan dengan akhirat pasti akan menjadikan cahaya dalam hati. Ya Allah
janganlah engkau jadikan dunia sebesar-besarnya kesedihan kami dan janganlah
engkau jadikan dunia sebagai tujuan dari ilmu kami.
Bab 2 Maqolah
6: Dua Pencarian
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ
وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ فِي
طَلَبِهِ وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي طَلَبِهِ) أَيْ
مَنْ اشْتَغَلَ فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ
الْعَاقِلِ جَهْلُهُ كَانَ فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ
تَعَالَى وَمَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا
لِلنَّارِ وَلِسَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke enam (dari ali radhiallahu
anhu) wakarroma wajhahu (Orang yang ada dalam mencari ilmu
maka ada surga dalam pencariannya. Orang yang ada dalam mencari maksiat maka
ada neraka dalam pencariannya) Maksudnya orang yang sibuk dalam ilmu
yang bermanfaat yang tidak boleh bagi orang baligh yang berakal tidak tahu
tentang ilmu tersebut pada hakikatnya ia sedang mencari surga dan ridho Allah
Subhanahu Wata'ala. Dan barang siapa yang menginginkan perbuatan maksiat pada
hakikatnya ia sedang mencari neraka dan murka Allah Subhanahu Wata'ala.
Bab 2 Maqolah Ke 7: Dua
Pencarian
(و) الْمَقَالَةُ
السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا
عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ
نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا آثَرَ
الدُّنْيَا) أَيْ لَا قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى
الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ
نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ السَّلِيمِ.
Maqolah yang ke tujuh (Dari yahya bin ma'adz
Radhiallahu Anhu : Tidak mungkin berbuat maksiat kepada Allah orang yang mulia) Maksudnya
orang yang terpuji perbuatannya. Orang yang mulia adalah orang yang memuliakan
dirinya dengan perbuatan taqwa dan dengan menjaga dirinya dari perbuatan
maksiat (Dan tidak mungkin mengutamakan dunia) Maksudnya tidak
mungkin mendahulukan dunia dan tidak mungkin mengutamakan dunia (Dari
akhirat orang yang bijaksana) Maksudnya orang yang senantiasa tepat
dalam perbuatan-perbuatannya. Orang yang bijaksana adalah orang yang mencegah
dirinya dari menentang akal sehatnya.
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 8: Dua Modal yang Berbeda Hasilnya
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّامِنَةُ (عَنِ الْأَعْمَشِ) اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ
مَهْرَانَ الْكُوفِيُّ (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ رَأْسُ
مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِبْحِ دِينِهِ ، وَمَنْ
كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنْيَا كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ
دِينِهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ تَمَسَّكَ عَلَى التَّقْوَى بِامْتِثَالِ
أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابِ الْمَعَاصِي بِأَنْ أَسَّسَ أَفْعَالَهُ
بِمُوَافَقَاتِ الشَّرْعِ فَلَهُ حَسَنَاتٌ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى، وَمَنْ
تَمَسَّكَ عَلَى أُمُورٍ مُخَالِفَاتٍ لِلشَّرْعِ فَلَهُ سَيِّئَاتٌ كَثِيرَةٌ
عَجِزَتِ الْأَلْسُنُ عَنْ ذِكْرِ ذَلِكَ بِالْعَدَدِ.
Maqolah yang ke delapan (Dari A'mas) Nama
aslinya adalah Sulaiman Bin Mahran Al-Kufi (Rodhiallahu Anhu : Barang
siapa yang modal utamanya takwa maka menjadi letih lisan-lisannya dari
mensifati keuntungan agamanya. Barang siapa yang modal utamanya dunia maka
menjadi letih lisan-lisannya dari mensifati kerugian agamanya) Ma'nanya
adalah barang siapa yang berpegang teguh pada takwa dengan melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dengan mendasarkan
perbuatan perbuatannya sesuai dengan hukum syariat maka untuknya
kebaikan-kebaikan yang banyak tidak terhitung. Barang siapa yang berpegang
teguh pada perkara-perkara yang menyelisihi hukum syara maka untuknya
keburukan-keburukan yang banyak yang menjadikan tidak mampu lisan-lisannya dari
menyebutkan keburukannya dengan hitungan.
Bab 2 Maqolah Ke 9: Dua
Dasar Ma’siyat
(وَ) الْمَقَالَةُ
التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ
شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٍ (عَنْ
شَهْوَةٍ) أَيْ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ
يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ
كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى
غُفْرَانُهَا لِأَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ
الْمَعْصِيَةِ (مِنَ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ
سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا (آدَمَ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ
إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.
Maqolah yang ke sembilan (Dari sufyan
Ats-tsauri Radhiallahu Anhu) Dia adalah gurunya Imam Malik (Setiap
kemaksiatan) Yang muncul (Dari nafsu) Maksudnya
inginnya nafsu pada sesuatu (Maka sesungguhnya bisa diharapkan
diampuninya) Maksudnya Maksiat Itu. (Setiap kemaksiatan) Yang
muncul (Dari sifat sombong) Maksudnya mengaku lebih
utama (Maka sesungguhnya tidak bisa diharapkan diampuninya maksiat itu
karena maksiat Iblis asal mulanya) Maksudnya maksiat (Karena
sombong) Dia mengklaim dirinya lebih baik dari nabi Adam (Dan) Karena (Kesalahan) Sayyidina (Adam) Alaihissalam (Asal
mulanya dari syahwat) Karenan Inginnya nabi Adam mencicipi buah Khuldi
yang sejatinya itu dilarang.
Bab 2 Maqolah Ke 10: Dua Jenis Tangisan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْعَاشِرَةُ (عَنْ بَعْضِ الزُّهَّادِ) وَهُمُ الَّذِينَ
احْتَقَرُوا الدُّنْيَا وَلَمْ يُبَالُوا بِهَا بَلْ أَخَذُوا مِنْهَا قَدْرَ
ضَرُورَتِهِمْ (مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا) أَيْ تَحَمَّلَهُ (وَهُوَ
يَضْحَكُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْرَحُ بِتَحَمُّلِهِ (فَإِنَّ
اللَّهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِي) لِأَنَّ حَقَّهُ أَنْ
يَنْدَمَ وَيَسْتَغْفِرَ اللَّهَ تَعَالَى لِذَلِكَ (وَمَنْ أَطَاعَ
وَهُوَ يَبْكِي) حَيَاءً مِنَ اللَّهِ تَعَالَى وَخَوْفًا مِنْهُ
تَعَالَى عَلَى تَقْصِيرِهِ فِي تِلْكَ الطَّاعَةِ (فَإِنَّ اللَّهَ
تَعَالَى يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ يَفْرَحُ غَايَةَ
الْفَرَحِ لِحُصُولِ مَطْلُوبِهِ وَهُوَ عَفْوُ اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke sepuluh (Dari sebagian
orang-orang ahli zuhud) Ahli zuhud adalah orang-orang yang merendahkan
dunia dan mereka tidak peduli terhadap dunia bahkan mereka mengambil dari dunia
sebatas keperluan mendesak mereka. (Barang siapa yang melakukan dosa) Maksudnya
dia memilkul dosa (Kemudian ia tertawa) Maksudnya dalam
keadaan sesungguhnya ia senang dengan memikul dosa (Maka sesungguhnya
Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka dan dia akan menangis) Karena
sesungguhnya kewajibannya yaitu menyesal dan memohon ampunan kepada Allah
Ta'ala karena melakukan dosa (Barang siapa yang melakukan ketaatan
kemudian ia menangis) Karena malu kepada Allah Ta'ala dan karena takut
kepada Allah Ta'ala atas kelalaiannya dalam melakukan ketaatan (Maka
sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam surga kemudian ia tertawa) Maksudnya
ia merasa bahagia dengan sebahagia bahagianya karena ia telah mendapatkan apa
yang ia cari yaitu ampunan Allah Ta'ala.
Bab 2 Maqolah Ke 11:
Dosa Besar Dan Kecil
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ
الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ الصِّغَارَ) أَيْ لَا
تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ
الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي
تِلْكَ الصِّغَارِ.
Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian para
ahli hikmah) Maksudnya para wali (Janganlah kalian meremehkan
terhadap dosa yang kecil) Maksudnya janganlah kalian menghitung dosa
sebagai dosa yang kecil (Karena sesungguhnya meremehkan dosa kecil akan
bercabang-cabang darinya dosa dosa yang besar) Dan juga terkadang
murkanya Allah itu sebab dosa dosa yang kecil.
Bab 2 Maqolah Ke 12:
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا
بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا
عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي
الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ
التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ
كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ عَنِ الْأُولَى.
Maqolah yang ke dua belas (Dari Nabi ﷺ : Tidak ada dosa kecil dengan terus menerus) Sesungguhnya
dosa dosa kecil dengan terus menerus dilakukan atasnya akan menjadi besar maka
jadilah dosa kecil itu menjadi dosa besar. Dan juga sesungguhnya dosa kecil itu
dengan berniat melanggengkannya maka akan menjadi dosa besar. Karena niat seseorang
dalam maksiat adalah maksiat (Dan tidak ada dosa besar dengan istigfar) Maksudnhya
bertaubat dengan syarat syaratnya. Karena sesungguhnya bertaubat akan menghapus
jejak kesalahan walaupun adanya dosa itu sebagai dosa besar. telah meriwayatkan
hadits ini Imam Ad-Dailami dari Ibnu Abbas tetapi riwayatnya dengan
mendahulukan jumlah terakhir dari jumlah pertama.
Bab
2 Maqolah Ke 13: Ahli Marifat Dan Ahli Zuhud
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ : هَمُّ الْعَارِفِ الثَّنَاءُ) أَيْ
مُرَادُ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِجَمِيلِ
صِفَاتِهِ (وَهَمُّ الزَّاهِدِ الدُّعَاءُ) أَيْ مُرَادُ
الْمُعْرِضِ عَنِ الزَّائِدِ عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ مِنَ الدُّنْيَا بِقَلْبِهِ
الدُّعَاءُ وَهُوَ التَّضَرُّعُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِسُؤَالِ مَا عِنْدَهُ
مِنَ الْخَيْرِ (لِأَنَّ هَمَّ الْعَارِفِ رَبُّهُ) لَا
الثَّوَابُ وَلَا الْجَنَّةُ (وَهَمَّ الزَّاهِدِ نَفْسُهُ) أَيْ
مَنْفَعَةُ نَفْسِهِ مِنَ الثَّوَابِ وَالْجَنَّةِ, فَفَرَقَ بَيْنَ مَنْ
هِمَّتُهُ الْحُورُ وَهِمَّتُهُ رَفْعُ السُّتُورِ.
Maqolah yang ke tiga belas (Dikatakan : Cita
cita seorang ahli ma'rifat adalah memuji) Maksudnya yang diinginkan
seorang ahli ma'rifat billah adalah memuji kepada Allah dengan keindahan sifat
sifat Allah (Dan cita cita seorang ahli zuhud adalah doa) Maksudnya
yang menjadi keinginan berpaling dari tambahan atas barang yang melebihi
kebutuhan dari dunia dengan hatinya adalah doa. Doa adalah memohon dengan
kerendahan hati kepada Allah taala dengan meminta sesuatu di sisinya dari
kebaikan (Karena sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli ma'rifat
adalah rabbnya) Bukan ganjaran dan bukan pahala (Sesungguhnya
yang menjadi keinginan ahli zuhud adalah dirinya) Maksudnya
kemanfaatan dirinya dari pahala dan surga. Maka berbeda antara orang yang cita
citanya adalah bidadari dan orang yang cita citanya adalah diangkatnya tabir.
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 14:
Mengenal Allah dan diri
sendiri
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ
أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ وَهُمُ الْأَوْلِيَاءُ (مَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ
وَلِيًّا أَوْلَى مِنَ اللَّهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِاللَّهِ) وَالْمَعْنَى
مَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ نَاصِرًا أَقْرَبَ مِنَ اللَّهِ وَأَكْثَرَ نُصْرَةً مِنْهُ
فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفِ اللَّهَ تَعَالَى (وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ
عَدُوًّا أَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِنَفْسِهِ) أَيْ
وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَقْوَى مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَّارَةِ
وَاللَّوَّامَةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفْ نَفْسَهُ.
Maqolah yang ke empat belas (Dari sebagian
orang orang ahli hikmah) Dokter hati mereka adalah para wali (Barang
siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada pelindung yang lebih utama
daripada Allah maka sedikit ma'rifatnya kepada Allah ) Ma'nanya barang
siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada penolong yang lebih dekat
daripada Allah dan lebih banyak pertolongannya daripada pertolongan Allah maka
sesungguhnya dia tidak mengenal kepada Allah Ta'ala (Barang siapa yang
menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih memusuhi daripada
dirinya maka sedikit ma'rifatnya kepada dirinya sendiri) Maksudnya
barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih kuat
daripada dirinya sendiri yang senantiasa memerintahkan maksiat dan senantiasa
mengajak mencela maka sesungguhnya dia tidak mengenal pada dirinya sendiri.
Bab 2 Maqolah Ke 15:
Lisan Dan Hati
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ فِي قَوْله تَعَالَى : "ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ" قَالَ :) أَيْ أَبُو بَكْرٍ فِي تَفْسِيرِ
ذَلِكَ (الْبَرُّ هُوَ اللِّسَانُ وَاالْبَحْرُ هُوَ الْقَلْبُ فَإِذَا
فَسَدَ اللِّسَانُ) بِالسَّبِّ مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ
النُّفُوسُ) أَيْ الْأَشْخَاصُ مِنْ بَنِي آدَمَ (وَإِذَا فَسَدَ
الْقَلْبُ) بِالرِّيَاءِ مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ
الْمَلَائِكَةُ) قِيلَ: الْحِكْمَةُ فِى أَنَّ اللِّسَانَ وَاحِدٌ
تَنْبِيهٌ لِلْعَبْدِ فِي أَنَّهُ لَا يَنْبَغِى أَنْ يَتَكَلَّمَ إِلَّا فِيمَا
يُهِمُّهُ وَفِى خَيْرٍ. وَقِيلَ: لِأَنَّ اللِّسَانَ الذَّاكِرَ بِكُلِّ لُغَاتٍ
كَانَ ذِكْرُهُ لِلْمَذْكُورِ الْوَاحِدِ وَهُوَ اللَّهُ تَعَالَى، وَكَذَلِكَ
الْقَلْبُ بِخِلَافِ نَحْوِ الْعَيْنِ وَالْأُذُنِ فَإِنَّهُ يَتَعَدَّدُ، قِيلَ:
لِأَنَّ الْحَاجَةَ إِلَى السَّمْعِ وَالْبَصَرِ أَكْثَرُ مِنَ الْحَاجَةِ إِلَى
الْكَلَامِ اهَ. وَإِنَّمَا شَبَّهَ الْقَلْبَ بِالْبَحْرِ لِشِدَّةِ عُمْقِهِ
وَاتِّسَاعِهِ اهِ.
Maqolah yang ke lima belas (Dari Abu Bakar
Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu mengenai firman Allah Ta'ala : "Telah nampak
kerusakan di daratan dan di lautan" Abu Bakar berkata) Maksudnya
Abu Bakar dalam menafsirkan firman itu (Daratan adalah lisan dan lautan
adalah hati maka ketika rusak lisan) Sebab mencaci umpamanya (Maka
pasti menangis atas lisan yang rusak itu manusia) Maksudnya tiap
individu dari anak Adam (Maka ketika rusak hati) Sebab riya
umpamanya (Maka pasti menangis atas hati yang rusak itu malaikat) Dikatakan
: Hikmah mengenai sesungguhnya lisan itu satu yaitu sebagai peringatan bagi
seorang hamba sesungguhnya tidak penting berbicara kecuali dalam perkara yang
menjadi penting untuknya dan dalam kebaikan. Dikatakan : Karena sesungguhnya
lisan yang bertutur kata dengan setiap bahasa ada ucapan dari lisan itu untuk
disebutkan dzat yang hanya satu dia adalah Allah, begitu juga hati. Berbeda
semisal mata dan telinga karena sesungguhnya mata dan telinga berjumla dua.
Dikatakan : karena sesungguhnya kebutuhan untuk mendengar dan melihat itu lebih
besar daripada kebutuhan untuk berbicara. Sesungguhnya Abu Bakar hanya
menyerupakan hati dengan lautan karena dalamnya hati dan karena luasnya hati.
Bab 2 Maqolah 16 : Dua Hal yang Bisa Berubah
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: إِنَّ الشَّهْوَةَ تُصَيِّرُ الْمُلُوكَ
عَبِيدًا) فَإِنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ (وَالصَّبْرَ
يُصَيِّرُ الْعَبِيدَ مُلُوكًا) لِأَنَّ الْعَبْدَ بِصَبْرِهِ يَنَالُ
مَا يُرِيدُ (أَلَا تَرَى) أَيْ أَلَا يَصِلُ عِلْمُكَ (إِلَى) قِصَّةِ
سَيِّدِنَا الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ (يُوسُفَ) الصِّدِّيقِ
ابْنِ يَعْقُوبَ الصَّبُورِ ابْنِ إِسْحَاقَ الْحَلِيمِ ابْنِ إِبْرَاهِيمَ
الْخَلِيلِ الْأَوَّاهِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ (وَزُلَيْخَا ؟) فَإِنَّهَا
أَحَبَّتْ سَيِّدَنَا يُوسُفَ نِهَايَةَ الْحُبِّ وَهُوَ يَصْبِرُ عَلَى مَكْرِهَا
وَأَذِيَّتِهَا
Maqolah yang ke enam belas (Dikatakan:
Sesungguhnya syahwat bisa menjadikan raja-raja sebagai para hamba) Karena
sesungguhnya orang yang mencintai pada suatu perkara maka dia adalah hambanya
perkara itu (Dan sabar bisa menjadikan hamba-hamba sebagai para raja) Karena
sesungguhnya seorang hamba dengan kesabarannya ia bisa mencapai perkara yang ia
inginkan (Apakah kalian tidak melihat) Maksudnya apakah tidak
sampai pengetahuanmu (pada) Kisah jungjunan kita yang mulia
anak orang yang mulia anak orang yang mulia anak orang yang mulia (Nabi
Yusuf) yang jujur anak dari Nabi Ya'qub yang sangat sabar, Nabi Ya'qub
anak dari Nabi Ishaq yang lembut, Nabi Ishaq anak dari Nabi Ibrahim yang
menjadi kekasih Allah yang banyak bertaubat Alaihimus salam (Dan Siti
Zulaikha ?) Karena sesungguhnya siti Zulaikha mencintai sayyidina
Yusuf dengan setinggi tingginya cinta dan Nabi Yusuf sabar atas tipu daya siti
Zulaikha dan gangguannya.
Bab 2 Maqolah 17 :
Dua Perkara, Untung dan Celaka
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: طُوبَى) أَيْ الْخَيْرُ
الْكَثِيرُ (لِمَنْ كَانَ عَقْلُهُ أَمِيرًا) بِأَنْ يَقْتَدِيَ
بِمُرَادِ عَقْلِهِ الْكَامِلِ (وَهَوَاهُ) أَيْ مَيْلَانُ
نَفْسِهِ إِلَى مَا لَاتَشْتَهِيهِ مِنْ غَيْرِ دَاعِيَةِ الشَّرْعِ (أَسِيرًا) أَيْ
مَمْنُوعًا مِنْ ذَلِكَ (وَوَيْلٌ) أَيْ هَلَاكٌ شَدِيدٌ (لِمَنْ
كَانَ هَوَاهُ أَمِيرًا) بِأَنْ أَرْسَلَهَا إِلَى
مُشْتَهَيَاتِهَا (وَعَقْلُهُ أَسِيرًا) أَيْ مَمْنُوعًا مِنْ
نَحْوِ التَّفَكُّرِ فِي نِعَمِ اللَّهِ تَعَالَى وَفَى عَظَمَتِهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke tujuh belas (Dikatakan:
Kebahagiaan) Maksudnya kebaikan yang banyak (Bagi orang yang
akalnya menjadi pemimpin) Dengan mengikuti pada keinginan akal yang
sempurna (Sedangkan hawa nafsunya) Maksudnya kecondongan
dirinya pada perkara yang tidak menginginkan nafsunya pada perkara itu dari
selain ajakan syariat (Dipenjara) Maksudnya yang dicegah dari
kecondongan nafsu. (Celaka) Maksudnya celaka yang sangat (Bagi
orang yang hawa nafsunya menjadi pemimpin) Dengan mengutus hawa
nafsunya pada perkara yang menjadi kesenangan hawa nafsunya (Sedangkan
akalnya dipenjara) Maksudnya akalnya dicegah dari semisal tafakur
tentang nikmat-nikmat Allah dan tentang keagungan Allah Taala.
Bab 2 Maqolah 18 :
Meninggalkan Dua Perkara
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: "مَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ رَقَّ
قَلْبُهُ) فَيَقْبَلُ النَّصِيحَةَ وَيَخْشَعُ لَهَا (وَمَنْ
تَرَكَ الْحَرَامَ) فِي الْمَطْعُومِ وَالْمَلْبُوسِ وَغَيْرِهِمَا (وَأَكَلَ
الْحَلَالَ صَفَّتْ فِكْرَتُهُ") عَلَى مَصْنُوعَاتِ اللَّهِ
تَعَالَى الدَّالَّةِ عَلَى إحْيَاءِ اللَّهِ تَعَالَى الْخَلْقَ بَعْدَ الْمَوْتِ
وَعَلَى وَحْدَتِهِ تَعَالَى وَقُدْرَتِهِ وَعِلْمِهِ،
Maqolah yang ke delapan belas (Dikatakan:
Barang siapa yang meninggalkan dosa-dosa maka pasti akan menjadi halus hatinya) Maka
hatinya menerima pada nasihat dan hatinya tunduk pada nasihat (Barang
siapa yang meninggalkan perkara-perkara haram) Pada masalah makanan
dan pakaian dan dari selain keduanya (Kemudian dia memakan makanan
halal maka pasti akan menjadi bening fikirannya) atas ciptaan ciptaan
Allah Ta'ala yang menunjukkan atas kuasa Allah menghidupkan makhluk sesudah
mati dan berfikir atas keesaan Allah Ta'ala dan atas kekuasaan Allah dan atas
Ilmu Allah.
وَذَلِكَ
بِأَنْ تَأَمَّلَ بِفِكْرِهِ وَتَدَبَّرَ بِعَقْلِهِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى
خَلَقَهُ مِنْ نُطْفَةٍ فِي الرَّحِمِ فَجَعَلَهَا عَلَقَةً ثُمَّ
مُضْغَةً ثُمَّ خَلَقَ مِنْهَا لَحْمًا وَعَظْمًا وَعُرُوقًا وَأَعْصَابًا
وَشَقَّ لَهَا سَمْعًا وَبَصَرًا وَأَعْضَاءً, ثُمَّ سَهَّلَ الْخُرُوجَ
لِلْجَنِينِ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ وَأَلْهَمَهُ ارْتِضَاعَ الثَّدِيِ وَجَعَلَهُ
فِي أَوَّلِ الْأَمْرِ بِلَا أَسْنَانٍ ثُمَّ أَنْبَتَ لَهُ الْأَسْنَانَ ثُمَّ
أَسْقَطَهَا وَأَزَالَهَا عِنْدَ سَبْعِ سِنِينَ ثُمَّ أَعَادَهَا مَرَّةً أُخْرَى
وَجَعَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَحْوَالَ الْعَبْدِ مُتَغَيِّرَةً مِنْ صِغَرٍ إِلَى
كِبَرٍ وَمِنْ شَبَابٍ إِلَى هَرَمٍ وَمِنْ صِحَّةٍ إِلَى سَقَمٍ وَجَعَلَ
الْعَبْدَ كُلَّ يَوْمٍ يَنَامُ وَيَسْتَيْقِظُ, وَكَذَلِكَ شُعُورُهُ
وَأَظْفَارُهُ كُلَّمَا سَقَطَ مِنْهَا رَجَعَ إِلَى مَا كَانَ، وَكَذَلِكَ
اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ يَتَنَاوَبَانِ كُلَّمَا ذَهَبَ أَحَدُهُمَا جَاءَ
الْآخَرُ، وَكَذَلِكَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالسَّحَابُ
وَالْمَطَرُ كُلُّهَا تَجِىءُ وَتَذْهَبُ وَكَذَلِكَ الْقَمَرُ يَنْمَحِقُ كُلَّ
شَهْرٍ ثُمَّ يَتَكَامَلُ ثُمَّ يَنْمَحِقُ، وَكَذَلِكَ الْكُسُوفُ لِلشَّمْسِ
وَالْقَمَرِ حَيْثُ يَذْهَبُ الضَّوْءُ مِنْهَا ثُمَّ يَعُودُ، وَكَذَلِكَ
الْأَرْضُ تَكُونُ يَابِسَةً ثُمَّ يُنْبِتُ اللَّهُ فِيهَا النَّبَاتَ ثُمَّ
يَذْهَبُ مِنْهَا فَتَعُودُ يَابِسَةً ثُمَّ تُنْبِتُ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى،
فَاَلَّذِى قَدَرَ عَلَى ذَلِكَ كُلِّهِ قَادِرٌ عَلَى إِحْيَاءِ الْمَوْتَى
بَعْدَ فَنَائِهِمْ فِى الْأَرْضِ، فَعَلَى الْعَبْدِ أَنْ يُكْثِرَ الْفِكْرَ فِى
ذَلِكَ حَتَّى يَقْوَى إيمَانُهُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَيَعْلَمَ أَنَّ
اللَّهَ يَبْعَثُهُ وَيُجَازِيهِ بِأَعْمَالِهِ، فَعَلَى قَدْرِ قُوَّةِ إيمَانِهِ
بِذَلِكَ يَجْتَهِدُ فِي الطَّاعَاتِ وَاجْتِنَابِ الْمُخَالَفَاتِ لِلشَّرْعِ.
Dan semua itu dengan meneliti menggunakan fikirannya
dan merenung dengan akal sehatnya bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan ia
dari setetes air mani di dalam rahim ibu kemudian Allah menjadikan setetes mani
itu alaqoh kemudian menjadi segumpal daging kemudian Allah menciptakan dari
segumpal daging itu daging dan tulang dan otot-otot dan saraf saraf dan Allah
membagi dua untuknya pendengaran dan penglihatan dan anggota badan, kemudian
Allah memudahkan keluarnya janin dari perut ibunya dan Allah mengilhami janin
itu menyusu pada ibunya kemudian Allah menjadikan janin itu pada awal kelahiran
tanpa gigi kemudian Allah menumbuhkan untuk janin itu gigi kemudian Allah
memutus gigi itu kemudian Allah menghilangkan gigi itu pada umur tujuh tahun
kemudian Allah mengembalikan gigi itu sekali lagi, kemudian Allah menjadikan
tingkah laku seorang hamba berubah-ubah dari awal masa kecil hingga dewasa dan
dari muda sampai pikun dan dari sehat sampai sakit dan Allah telah menjadikan
seorang hamba setiap hari tidur dan bangun. Begitu juga dengan rambut-rambutnya
dan kuku-kukunya setiap kali ia memotong kukunya maka kembali kuku itu pada
kondisi semula. Begitu juga malam dan siang saling berganti setiap kali hilang
salah satu dari keduanya maka datang yang lain. begitu juga matahari dan rembulan
dan bintang-bintang dan mendung dan hujan setiap salah satu dari semuanya
datang dan pergi. Begitu juga bulan menjadi kecil dari setiap bulan kemudian
menjadi sempurna kemudian menjadi kecil. Dan begitu juga gerhana matahari dan
gerhana bulan sekiranya menjadi hilang cahaya dari keduanya kemudian kembali.
Begitu juga bumi ada yang kering kemudian Allah menumbuhkan di dalam bumi itu
tumbuh-tumbuhan kemudian tumbuhan itu menghilang dari bumi kemudian Allah
mengembalikan tanah itu menjadi kering kemudian bumi itu tumbuh sekali lagi
setelah satu waktu, Maka dzat Allah yang kuasa atas itu semua adalah dzat yang
kuasa menghidupkan yang mati sesudah rusaknya di bumi, Maka wajib atas seorang
hamba memperbanyak berfikir tentang ciptaan Allah itu sehingga menjadi kuat
imannya sampai dibangkitkan lagi sesudah mati dan sampai dia tahu bahwa Allah
telah membangkitkan ia dan Allah akan membalas padanya atas amal-amalnya. Maka
atas ukuran kekuatan imannya tentang perkara itu ia bersungguh sungguh dalam
ketaatan dan ia menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hukum syariat.
Bab 2 Maqolah 19 :
Dua Wahyu Allah kepada Nabinya
(وَ) الْمَقَالَةُ
التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (أُوحِيَ إِلَى بَعْضِ الأَنْبِيَاءِ:
"أَطِعْنِي فِيْمَا أَمَرْتُكَ وَلاَ تَعْصِنِيْ فِيْمَا نَصَحْتُكَ") أَيْ
فِيْمَا دَعَوْتُكَ إِلَى مَا فِيْهِ الصَّلَاحُ وَنَهَيْتُكَ عَمَّا فِيْهِ
الْفَسَادُ.
Maqolah yang ke sembilan belas (Telah
diwahyukeun kepada sebagian dari para nabi : "Taatilah aku dalam hal yang
telah aku perintahkan ke padamu dan janganlah kamu bermaksiat ke padaku dalam
hal yang telah aku nasehatkan ke padamu) Maksudnya dalam hal yang
telah aku perintahkan kepadamu pada perkara yang di dalamnya ada kebaikan dan
dalam hal yang telah aku larang kepadamu dari perkara yang di dalamnya ada
kerusakan.
Bab 2 Maqolah 20 :
Dua Kesempurnaan Akal
(و) الْمَقَالَةُ
الْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: "إِكْمَالُ العَقْلِ اتَّبَاعُ رِضْوَانِ
اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابُ سُخَطِهِ" ) أَيْ فَخِلَافُ ذَلِكَ
جُنُوْنٌ.
Maqolah yang ke dua puluh (Dikatakan : Sempurnanya
akal adalah mengikuti ridho Allah Ta'ala dan menjauhi murka Allah) Maksudnya
menyelisihi semua itu adalah gila.
Bab 2 Maqolah 21:
Dua Perbedaan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: "لَا غُرْبَةَ لِلْفَاضِلِ
وَلَا وَطَنَ لِلْجَاهِلِ") أَيْ الْمُتَّصِفِ بِالْعِلْمِ
وَالْعَمَلِ كَانَ مُكَرَّمًا مُعَظَّمًا عِنْدَ النَّاسِ فِي أَيِّ بَلَدٍ كَانَ،
فَكَانَ كُلُّ بَلَدٍ عِنْدَهُ وَطَنًا وَلَوْكَانَ غَرِيبًا وَالْجَاهِلُ
بِخِلَافِ ذَلِكَ.
Maqolah yang ke dua puluh satu (Dikatakan :
"Tidak ada keterasingan bagi orang yang unggul dan tidak ada tempat
tinggal bagi orang yang bodoh") Maksudnya orang yang disifati
dengan ilmu dan amal jadilah ia dimulyakan dan diagungkan oleh manusia di
daerah manapun ia berada, maka jadila setiap negara baginya adalah tanah air
walaupun keberadaannya adalah sebagai orang asing, sedangkan orang bodoh
bertentangan dengan itu semua.
Bab 2 Maqolah 22 :
Dua Ciri yang Taat Kepada Allah
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ : مَنْ كَانَ بِالطَّاعَةِ عِنْدَ
اللَّهِ قَرِيبًا كَانَ بَيْنَ النَّاسِ غَرِيبًا) أَيْ مَنْ اسْتَأْنَسَ
بِاشْتِغَالِ طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى صَارَ مُسْتَوْحِشًا عَنْ النَّاسِ.
Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan :
Barang siapa yang melakukan ketaatan kepada Allah dengan merasa dekat maka
jadilah ia di antara manusia terasing) Maksudnya barang siapa yang
menemukan kesenangan dengan sibuk taat kepada Allah maka ia pasti akan menjadi
terasing dari para manusia.
Bab 2 Maqolah 23 :
Dua Aktivitas Inti
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: حَرَكَةُ الطَّاعَةِ دَلِيلُ
الْمَعْرِفَةِ، كَمَا أَنَّ حَرَكَةَ الْجِسْمِ دَلِيلُ الْحَيَاةِ) وَالْمَعْنَى
أَنَّ إتْيَانَ الْعَبْدِ الطَّاعَةَ لِلَّهِ تَعَالَى عَلَامَةٌ عَلَى
مَعْرِفَتِهِ للَّهِ، فَإِذَا كَثُرَتْ الطَّاعَةُ كَثُرَتْ الْمَعْرِفَةُ،
وَإِذَا قَلَّتْ قَلَّتْ، لِأَنَّ الظَّاهِرَ مِرْآةُ الْبَاطِنِ.
Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dikatakan :
Gerakan ketaatan adalah tanda adanya kemarifatan, sebagaimana bahwa
sesungguhnya gerakan badan adalah tanda adanya kehidupan) Ma'nanya
sesungguhnya mendatangkannya seorang hamba pada ketaatan karna Allah
Ta'ala adalah tanda atas kemarifatannya kepada Allah, ketika banyak
ketaatan maka pasti akan banyak kema'rifatan dan ketika sedikit ketaatan maka
pasti akan sedikit kema'rifatan karena sesungguhnya prilaku dzhohir adalah
cermin bagi batin.
Bab 2 Maqolah 24 :
Dua Sumber Dosa dan Fitnah
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أَصْلُ جَمِيعِ الْخَطَايَا حُبُّ الدُّنْيَا) وَهِيَ
مَا زَادَ عَنِ الْحَاجَةِ (وَأَصْلُ جَمِيعِ الْفِتَنِ مَنْعُ الْعُشْرِ
وَالزَّكَاةِ) وَهَذَا مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى الْخَاصِّ، لِأَنَّ
الْعُشْرَ خَاصٌّ بِالزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ وَالزَّكَاةُ شَامِلَةٌ لِذَلِكَ,
وَلِزَكَاةِ النَّقْدِ وَالْأَنْعَامِ وَلِزَكَاةِ الْبَدَنِ.
Maqolah yang ke dua puluh empat (Telah
bersabda Nabi Muhammad ﷺ : "Pangkal
seluruh dosa adalah cinta dunia) Yaitu perkara yang melebihi dari
kebutuhan pokok (Dan pangkal seluruh fitnah adalah menahan dari
membayar sepersepuluh dan menahan zakat) Athof lafadz ini adalah dari
menathofkan lafadz umum pada lafadz yang lebih khusus, Karena sesungguhnya
zakat persepuluh itu khusus bagi hasil tani dan buah buahan. Sedangkan lafadz
zakat itu mencakup pada zakat hasil pertanian dan buah-buahan, dan mencapuk
zakat emas dan ternak dan zakat fitrah.
Bab 2 Maqolah 25 :
Dua Pengakuan Kelemahan Diri
(وَ) الْمَقَالَةُ
الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ : الْمُقِرُّ بِالتَّقْصِيرِ) أَيْ
بِالْعَجْزِ عَنِ الطَّاعَةِ (أَبَدًا مَحْمُودٌ، وَالْإِقْرَارُ
بِالتَّقْصِيرِ عَلَامَةُ الْقَبُولِ) لِأَنَّهُ إِشَارَةٌ إِلَى عَدَمِ
الْعُجْبِ وَالْكِبْرِ.
Maqolah yang ke dua puluh lima (Dikatakan :
Orang yang mengakui kelalaian dirinya) Maksudnya ketidak mampuan dari
ketaatan (Selamanya terpuji dan mengakui kelalaian diri adalah tanda
diterimanya amal) Karena sesungguhnya mengakui kelalaian diri adalah
isyarat tidak adanya sifat ujub dan takabur.
Bab 2 Maqolah 26 : Dua
Perbuatan Tercela
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: كُفْرَانُ النِّعْمَةِ
لُؤْمٌ) أَيْ عَدَمُ شُكْرِ لِلنِّعْمَةِ دَلِيلٌ عَلَى دَنَاءَةِ
النَّفْسِ (وَصُحْبَةُ الْأَحْمَقِ) وَهُوَ وَاضِعُ الشَّيْءِ
فِي غَيْرِ مَحَلِّهِ مَعَ الْعِلْمِ بِقُبْحِهِ (شُؤمٌ) أَيْ
غَيْرُ مُبَارَكٍ، كَمَا رَوَى الطَّبَرَانِيُّ عَنْ بَشِيْرٍ أَنَّهُ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اِصْرِمِ الْأَحْمَقَ" بِكَسْرِ
الْهَمْزَةِ وَالرَّاءِ أَيْ اِقْطَعْ وُدَّهُ، وَالْمَعْنَى لَا تُصَاحِبْهُ
لِقُبْحِ حَالَتِهِ وَلِأَنَّ الطِّبَاعَ سَرَّاقَةٌ وَقَدْ يَسْرِقُ طَبْعُكَ مِنْهُ.
Maqolah yang ke dua puluh enam (Dikatakan :
Mengkufuri nikmat adalah kehinaan) Maksudnya tidak adanya rasa
mensyukuri nikmat menjadi tanda atas kehinaan diri (Dan menemani orang
bodoh) Ahmak adalah orang yang menempatkan satu perkara pada selain
tempatnya bersamaan dengan pengetahuan tentang jeleknya perkara itu (Adalah
kesialan) Maksudnya tidak diberkahi, Sebagai mana telah meriwayatkan
Imam At-Thobroni dari Basyir Sesungguhnya Nabi ﷺ
telah bersabda : "Putuskanlah hubunganmu dengan orang yang bodoh"
Lafadz اِصْرِمْ dengan mengkasroh hamzah dan ro
Maksudnya putuskanlah rasa suka padanya. Ma'nanya adalah kamu jangan
menemaninya sebab jelek tingkah lakunya dan karena sesungguhnya karakter itu
gampang mencuri dan terkadang mencuri tabiatmu darinya.
وَرَوَى
التِّرْمِذِيُّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيْهِ كَتَبَهُ
اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ لَمْ تَكُوْنَا فِيْهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ
شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا: مَنْ نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ
فَاقْتَدَى بِهِ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ فَحَمِدَ اللّٰهَ
عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ
نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ
هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا
صَابِرًا" اهْ. هَذَا الْحَدِيْثُ جَامِعٌ لِجَمِيْعِ أَنْوَاعِ
الْخَيْرِ.
Telah meriwayatkan Imam Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa
sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda
: "Dua perkara barang siapa yang ada dua perkara itu dalam dirinya
maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan orang yang
sabar. Barang siapa yang tidak ada dua perkara itu dalam dirinya maka Allah
tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai
orang yang sabar : Barang siapa yang melihat dalam agamanya kepada orang yang
lebih tinggi darinya maka ia mengikutinya dan ia melihat dalam masalah dunianya
kepada orang yang lebih rendah darinya kemudian ia memuji kepada Allah atas
perkara yang Allah telah melebihkan kepadanya dengan dunia di atas orang itu
maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan sebagai
orang yang sabar. Barang siapa melihat dalam urusan agamanya kepada orang yang
lebih rendah darinya dan melihat dalam urusan dunia kepada orang yang di
atasnya kemudian ia menyesal atas perkara yang telah luput darinya maka Allah
tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak juga sebagai
orang yang bersabar". Hadist ini merangkum pada seluruh macam
kebaikan.
Bab 2 Maqolah 27 : Dua
Kerugian
(وَ) الْمَقَالَةُ
السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ الشَّاعِرُ:) مِنْ بَحْرِ
الْكَامِلِ الْمَجْزُوِّ :
(يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اشْتَغَلْ $ قَدْ غَرَّهُ طُوْلُ
الْأَمَلِ
(Wahai
orang yang sibuk dengan urusuan dunia $ Atau
orang yang tidak henti hentinya lalai
أَوْ لَمْ يَزَلْ فِى
غَفْلَةٍ $ حَتّى دَنَا مِنْهُ الْأَجَلُ
Maut
akan datang secara serentak $ Engkau harus bersabar atas kengerian mati
الْمَوْتُ يَأْتِي بَغْتَةً
$ وَالْقَبْرُ صُنْدُوْقُ الْعَمَلِ
Telah menipu kepadanya panjang angan angan $ Sampai dekat kepadanya ajal
إِصْبِرْ عَلَى
أَهْوَالِهَا $ لَا مَوْتَ إِلَّا بِالْأَجَلِ)
Dan qubur adalah petinya amal $ Tidak ada kematian kecuali sebab adanya ajal
وَرَوَى
الدَّيْلَمِيُّ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَرْكُ
الدُّنْيَا أَمَرُّ مِنَ الصَّبْرِ وَأَشَدُّ مِنْ حَطْمِ السُّيُوْفِ فِى
سَبِيْلِ اللّٰهِ، وَلَا يَتْرُكُهَا أَحَدٌ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ مِثْلَ مَا
يُعْطِي الشُّهَدَاءَ، وَتَرْكُهَا قِلَّةُ الْأَكْلِ وَالشَّبْعِ وَبُغْضُ
الثَّنَاءِ مِنْ النَّاسِ، فَإِنَّهُ مَنْ أَحَبُّ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ
أَحَبَّ الدُّنْيَا وَنَعِيْمَهَا وَمَنْ سَرَّهُ النَّعِيْمُ كُلَّ النَّعِيْمِ
فَلْيَدَعِ الدُّنْيَا وَالثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ".
Telah meriwayatkan Imam Ad-dailimi sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda :"Meninggalkan
dunia itu lebih pahit dibandingkan dengan sabar dan lebih berat dibandingkan
dengan goresan pedang dalam berperang di jalan Allah, Tidak ada yang meninggalkan
dunia seorangpun kecuali Allah akan memberi kepadanya pada semisal perkara yang
telah diberikan kepada orang-orang yang mati syahid. Meninggalkan dunia adalah
sedikit makan dan kenyang dan membenci pujian dari manusia. Sesungguhnya orang
yang mencintai pujian dari manusia adalah orang yang mencintai dunia dan
kenikmatannya dan orang yang telah menyenangkannya sebuah kenikmatan atas
segala kenikmatan maka ia harus meninggalkan dunia dan pujian dari
manusia".
وَرَوَى
ابْنُ مَاجَهْ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ
كَانَتْ نِيَّتُهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ اللَّهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي
قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً، وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا
فَرَّقَ اللّٰهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ
يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ".
Telah meriwayatkan Ibnu Majah Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : "Barang
siapa yang ada niatnya pada akhirat maka pasti Allah akan mengumpulkan
urusannya dan Allah akan menjadikan rasa cukup dalam hatinya dan datang
kepadanya dengan hina, dan barang siapa yang ada niatnya pada dunia maka pasti
Allah akan memecah kepadanya segala urusannya dan pasti Allah akan menjadikan
kefakirannya berada di antara dua matanya dan tidak akan datang kepadanya dari
dunia kecuali perkara yang telah ditetapkan untuknya".
Bab 2 Maqolah 28 : Dua
Kidung Penawar Qolbu
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ) دَلْفِ بْنِ
جَحْدَرٍ (الشِّبْلِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى) بَغْدَادِيِّ
الْمَوْلِدِ وَالْمَنْشَأِ, صَحِبَ الْجُنَيْدَ وَمَنْ فِي عَصْرِهِ مَالِكِيِّ
الْمَذْهَبِ عَاشَ سَبْعًا وَثَمَانِيْنَ سَنَةً وَمَاتَ سَنَةَ أَرْبَعٍ
وَثَلَاثِينَ وَثَلَاثِمِائَةٍ وَقَبْرُهُ بِبَغْدَادٍ (وَهُوَ مِنْ
عُظَمَاءِ الْعَارِفِيْنَ) بِاللّٰهِ تَعَالَى (قَالَ) فِى
مُنَاجَاتِهِ (إلَهِيْ إنِّي أُحِبُّ أَنْ أَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ
حَسَنَاتِيْ مَعَ فَقْرِيْ) أَيْ احْتِيَاجِيْ لِلْحَسَنَاتِ (وَضُعْفِيْ) أَيْ
عَجْزِيْ عَنْ إِكْثَارِ الْعِبَادَاتِ (فَكَيْفَ لَا تُحِبُّ سَيِّدِيْ) بِحَذْفِ
حَرْفِ النِّدَاءِ (أَنْ تَهَبَ لِيْ) أَيْ تَسْمَحَ لِيْ (جَمِيْعَ
سَيِّئَاتِيْ مَعَ غِنَاكَ مَوْلَايَ عَنِّيْ) أَيْ عَذَابِيْ فَإِنَّ
سَيِّئَاتِيْ لَا تَضُرُّكَ وَحَسَنَاتِيْ لَا تَنْفَعُكَ،
Maqolah
yang ke dua puluh delapan (Dari Abu bakar) dalf bin
jahdar (As-Syibli rahimahullahu Ta'ala) Bagdad kelahirannya
dan tempat ia dibesarkan, Imam Syibli bersahabat dengan Imam junaid dan ulama
di zamannya, maliki madhabnya. Imam Syibli hidup selama 87 tahun dan beliau
mati di tahun 334 H dan kuburannya ada di bagdad (Dia adalah pembesar
dari kalangan orang orang yang ma'rifat) kepada Allah Ta'ala (Telah
berkata Abu Bakar As-Syibli) Dalam munajatnya (Wahai tuhanku
Sesungguhnya aku ingin menghadiahkan kepadamu semua kebaikan-kebaikan saya
meskipun saya fakir) Maksunya meskipun saya butuh pada
kebaikan-kebaikan (Meskipun saya lemah) Maksudnya lemahnya
saya dari memperbanyak ibadah (Maka bagaimana kau tidak suka wahai
tuanku) Lafadz سَيِّدِيْ dengan
membuang huruf nida (Menghibahkan kepadaku) Maksudnya engkau
memaafkan kepadaku (Pada semua dosa-dosaku meskipun engkau tidak butuh
wahai tuanku kepadaku) Maksudnya tidak butuh mengadabku, Karena
sesungguhnya dosa-dosaku tidak akan membahayakanmu dan kebaikan-kebaikanku
tidak bermanfaat padamu.
وَقَدْ أَجَازَنِيْ بَعْضُ الْفُضَلَاءِ
أَنْ أَقْرَأَ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سَبْعَ مَرَّاتٍ هَذِهِ الْأَبْيَاتِ
الثَّلَاثَةَ [مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ] :
إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا $ وَلَا أَقْوَى عَلَى نَارِ
الْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِي زَلَّتِيْ وَاغْفِرْ ذُنُوبِي $ فَإِنّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيمِ
وَعَامِلْنِي مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ $ وَثَبِّتْنِيْ عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ
Telah
mengijazahkan kepadaku sebagian dari para ulama supaya saya membaca sesudah
sholat jum'at tujuh kali tiga bait ini [dari bahar wafir]
Wahai
tuhanku tidaklah aku untuk surga firdaus sebagai orang yang layak $ Dan aku tidak kuat pada neraka jahim
Semoga engkau membebaskan untukku kesalahanku
dan semoga engkau mengampuni dosa-dosaku $ Maka sesungguhnya engkau
adalah dzat yang mengampuni dosa yang besar.
Semoga engkau memperlakukan aku dengan
amalan-amalan yang mulia $ Dan semoga engkau menetapkanku pada manhaj yang
lurus
(حِكَايَةٌ) قَدِمَ الشِّبْلِيُّ
عَلَى ابْنِ مُجَاهِدٍ فَعَانَقَهُ ابْنُ مُجَاهِدٍ وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
فَسُئِلَ عَنْ ذٰلِكَ، فَقَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِى النَّوْمِ وَقَدْ أَقْبَلَ الشِّبْلِيُّ، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلَيْهِ وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، فَقُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللّٰهِ أَتَفْعَلُ هَذَا بِالشِّبْلِيِّ؟ قَالَ نَعَمْ إنَّهُ لَمْ
يُصَلِّ فَرِيْضَةً إلَّا وَهُوَ يَقْرَأُ خَلْفَهَا {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مِّنْ أَنْفُسِكُمْ} إِلَى آخِرِ الْآيَتَيْنِ, وَيَقُوْلُ: صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ، فَسَأَلْتُ الشِّبْلِيَّ عَمَّا يَقُوْلُهُ بَعْدَ
الصَّلَاةِ فَذَكَرَ مِثْلَهُ.
(Kisah) Telah menghadap Imam
Syibli kepada Ibnu Mujahid kemudian Ibnu mujahid merangkul Imam syibli
kemudian ia mengecup di antara dua matanya Imam Syibli kemudian Ibnu Mujahid
ditanya tentang perbuatannya maka Ibnu mujahid menjawab : Aku melihat Nabi
dalam mimpi. Sungguh telah menghadap Imam Syibli kemudian berdiri Nabi di
hadapan Imam Syibli kemudian Nabi mengecup di antara dua mata Imam Syibli,
kemudian saya berkata : Wahai Rasulullah kenapa engkau melakukan ini kepada
Imam Syibli ? maka Nabi bersabda ya sesungguhnya Abu bakar As-Syibli tidaklah
ia menunaikan sholat yang fardhu kecuali ia membaca sesudah sholat {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ} sampai
akhir dua ayat,kemudian ia membaca : صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. Kemudian aku bertanya kepada Imam
Syibli tentang perkara yang selalu ia baca sesudah sholat maka bercerita Imam
Syibli tentang hal semisal itu.
Terjemah Kitab
Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 29 : Dua Nasihat Asy-Syilbi (Apabila engkau
menginginkan ketenangan bersama Allah)
(وَ) الْمَقَالَةُ
التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (إِذَا
أَرَدْتَ أَنْ تَسْتَأْنِسَ بِاللّٰهِ) أَيْ يَسْكُنَ قَلْبُكَ مَعَ
اللّٰهِ وَلَا يَنْفِرَ مِنْهُ (فَاسْتَوْحِشْ مِنْ نَفْسِكَ) أَيْ
فَاقْطَعْ مَوَدَّاتِ نَفْسِكَ.
Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Telah
berkata) Maksudnya Imam Syibli (Ketika kamu ingin menjadi
tenang bersama Allah) Maksudnya menjadi tenang hatimu bersama Allah
dan tidak kabur hatimu dari Allah (Maka bercerailah kamu dari nafsumu) Maksudnya
kamu harus memutuskan yang menjadi kesenangan nafsumu.
سُئِلَ الشِّبْلِيُّ بَعْدَ
مَوْتِهِ عَنْ حَالِهِ فِى الْمَنَامِ، فَقَالَ: قَالَ اللّٰهُ لِيْ:يَا أَبَا
بَكْرٍ أَتَدْرِى بِمَ غَفَرْتُ لَكَ؟، قُلْتُ بِصَالِحِ عَمَلِيْ، قَالَ: لَا.
قُلْتُ: بِإِخْلَاصِ عُبُودِيَّتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِحَجِّيْ وَصَوْمِيْ
وَصَلَاتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِهِجْرَتِيْ لِلصَّالِحِيْنَ وَلِطَلَبِ
الْعِلْمِ قَالَ : لَا . قُلْتُ: إلَهِي فَبِمَ؟، فَقَالَ تَعَالَى: أَتَذْكُرُ
حِيْنَ كُنْتَ تَمْشِى فِي دَرْبِ بَغْدَادَ فَوَجَدْتَ هِرَّةً صَغِيرَةً قَدْ
أَضْعَفَهَا الْبَرْدُ وَهِيَ تَنْزَوِيْ مِنْ شِدَّتِهِ فَأَخَذْتَهَا رَحْمَةً
لَهَا وَأَدْخَلْتَهَا فِى فَرْوٍ كَانَ عَلَيْكَ وِقَايَةً لَهَا، فَقُلْتُ:
نَعَمْ. فَقَالَ تَعَالَى بِرَحْمَتِك لِتِلْكَ الْهِرَّةِ رَحِمْتُكَ.
Ditanya Imam Syibli sesudah beliau meninggal tentang
keadaannya dalam mimpi, Kemudian Imam Syibli berkata : Telah berfirman Allah
kepadaku :"Wahai Abu bakar apakah kamu tau sebab apa aku mengampunimu
?" Aku menjawab : "Sebab kesholehan amalku", Allah menjawab :
"Bukan". Aku berkata : "Sebab ikhlasnya ibadahku", Allah
menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Sebab Ibadah hajiku ibadah
puasaku dan sholatku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata :
"Karna hijrahnya aku untuk mengunjungi orang-orang sholeh dan untuk
mencari ilmu", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata :
"Wahai tuhanku sebab apa ?" Maka berfirman Allah Ta'ala :
"Apakah kamu tidak ingat pada saat kamu berjalan di jalan kota baghdad
kemudian kamu menemukan seekor kucing yang masih kecil benar-benar telah
melemahkannya rasa dingin dan kucing itu menggigil sebab sangat kedinginan maka
engkau mengambilnya karena kasihan padanya dan kamu memasukkannya ke dalam kain
woll yang ada padamu karena menjaganya dari kedinginan". Kemudian aku
menjawab : "Iya", kemudian berfirman Allah Ta'ala : "Sebab rasa
sayangmu pada kucing maka aku menyayangimu".
Bab 2 Maqolah 30
: Dua Kenikmatan
(وَ) الْمَقَالَةُ
الثَّلَاثُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (لَوْ
ذُقْتُمْ حَلَاوَةَ الْوُصْلَةِ) أَيْ الْقُرْبِ مَعَ اللّٰهِ
تَعَالَى (لَعَرَفْتُمْ مَرَارَةَ الْقَطِيْعَةِ) أَيْ الْبُعْدِ
عَنْهُ تَعَالَى، فَإِنَّهُ عَذَابٌ عَظِيْمٌ عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى.
وَكَانَ مِنْ دُعَائِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللّٰهُمَّ
اُرْزُقْنِيْ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَالشَّوْقِ إِلَى
لِقَائِكَ".
Maqolah yang ke tiga puluh (Telah berkata) Maksudnya
Imam As-Syibli (Jika kalian mencicipi manisnya wushul) Maksudnya
dekat dengan Allah (Pasti kalian akan mengetahui pahitnya terputus) Maksudnya
jauh dari Allah Ta'ala, Karena sesungguhnya terputus dari Allah adalah adab
yang sangat besar menurut wali-wali Allah Ta'ala. Ada dari sebagian doa-doa
Nabi ﷺ : "Ya Allah semoga Engkau
memberikan rizqi kepadaku nikmatnya memandang pada dzatmu yang mulia dan
nikmatnya rindu untuk bertemu kepadamu".
Bab 3
بَابُ الثُّلَاثِيِّ
وَفِيهِ خَمْسٌ وَخَمْسُونَ مَوْعِظَةً سَبْعَةٌ أَحْبَارٌ وَالْبَاقِى
آثَارٌ
Dalam bab ini ada 55
Nasihat, 7 akhbar dan sisanya atsar.
Bab 3
Maqolah 1
الْمَقَالَةُ
الْأُولَى (رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (وَهُوَ
يَشْكُوْ) إِلَى النَّاسِ (ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا
يَشْكُوْ رَبَّهُ) وَالشِّكَايَةُ لَا تَلِيْقُ إلَّا إلَى اللّٰهِ،
فَإِنَّهَا مِنْ جُمْلَةِ الدُّعَاءِ.
Maqolah yang pertama (Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : Barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya
masuk di waktu subuh (Dan ia mengeluh) Kepada manusia (Tentang
kesempitan hidup maka seakan akan ia mengeluh kepada tuhannya) Sedangkan
mengeluh tidaklah layak kecuali kepada Allah karena sesungguhnya mengeluh
adalah sebagian dari jumlah doa.
أَمَّا
الشِّكَايَةُ إلَى النَّاسِ فَهِيَ مِنْ عَلَامَاتِ عَدَمِ الرِّضَا بِقِسْمَةِ
اللّٰهِ تَعَالَى لَهُ، كَمَا رُوِيَ عَنْ عَبْدِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا
أُعَلِّمُكُمُ الْكَلِمَاتِ الَّتِيْ تَكَلَّمَ بِهَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ
حِيْنَ جَاوَزَ الْبَحْرَ مَعَ بَنِيْ إسْرَائِيْلَ؟"، فَقُلْنَا بَلَى يَا
رَسُولَ اللّٰهِ ، قَالَ : قُوْلُوْا اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ
الْمُشْتَكَى وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ. قَالَ الْأَعْمَشُ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ
مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ شَقِيْقِيْ اَلْأَسَدِيِّ الْكُوْفِيِّ, وَهُوَ عَنْ
عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.
Adapun
mengeluh kepada manusia maka itu adalah tanda tidak adanya ridho terhadap
bagian dari Allah Ta'ala untuknya. Sebagai mana telah diriwayatkan dari
abdullah bin Mas'ud beliau berkata : Telah bersabda Rasulullahi :"Apakah
tidak aku memberitahukan kepada kalian beberapa kalimat yang telah berkata
dengan kalimat itu nabi musa alaihissalam ketika ia melintasi lautan bersama
bani israil ?" Maka kami berkata tentu wahai Rasulullah, Rasulullah ﷺ bersabda : "Ucapkanlah oleh
kalian Ya Allah hanya milikmu segala puji dan hanya kepadamulah tempat mengeluh
dan kamu adalah yang dimintai pertolongan. Tiada daya dan tiada upaya kecuali
dengan pertolongan Allah yang maha luhur dan agung." Telah
berkata A'mas maka aku tidak pernah meninggalkan doa itu sejak aku mendengar
kalimat itu dari saudara kandungku Asadi bangsa kufi, dan A'mas menerimanya
dari Abdullah Radhiallahu Anhu.
قَالَ
الْأَعْمَشُ أَتَانِي آتٍ فِى الْمَنَامِ فَقَالَ: يَا سُلَيْمَانُ زِدْ فِى
هٰذِهِ الْكَلِمَاتِ وَنَسْتَعِيْنُكَ عَلَى فَسَادٍ فِيْنَا، وَنَسْأَلُكَ
صَلَاحَ أَمْرِنَا كُلِّهِ.
Telah
berkata A'mas telah datang kepadaku orang yang datang dalam mimpi kemudian ia
berkata : Wahai Sulaiman tambahkanlah pada kalimat ini. Aku meminta pertolongan
kepadamu atas kerusakan dalam diri kami, dan kami meminta kepadamu atas
keperluan urusan kami semua seluruhnya.
(وَمَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِى الصَّبَاحِ (لِأُمُوْرِ
الدُّنْيَا حَزِينًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللّٰهِ) وَالْمَعْنَى
مَنْ حَزِنَ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا فَقَدْ غَضِبَ عَلَى اللّٰهِ، لِأَنَّهُ
لَمْ يَرْضَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِهِ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِقَدَرِهِ لِأَنَّ كُلَّ مَا وَقَعَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ
تَعَالَى وَقَدَرِهِ (وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ
ثُلُثَا دِيْنِهِ) أَيْ لِأَنَّ الشَّرِيْعَةَ أَنْ يَكُوْنَ تَعْظِيْمُ
النَّاسِ لِأَجْلِ صَلَاحِهِ وَلِأَجْلِ عِلْمِهِ دُوْنَ التَّعْظِيْمِ لِأَجْلِ
مَالِهِ، فَإِنَّ مَنْ أَكْرَمَ الْمَالَ أَهَانَ الْعِلْمَ وَالصَّلَاحَ.
(Dan
barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu
subuh (Karena urusan dunia seraya mengeluh maka sungguh ia telah masuk
waktu subuh seraya murka kepada Allah) Makna orang yang mengeluh atas
urusan dunia maka sungguh ia telah murka kepada Allah, karena sesungguhnya ia
tidak ridho atas qodho Allah dan ia tidak bersabar atas cobaannya dan ia tidak
beriman atas kodarnya karena sesungguhnya setiap perkara yang terjadi di dunia
maka setiap perkara yang terjadi itu sebab qodho dari Allah dan sebab qodar
dari Allah (Dan barang siap merendah kepada orang kaya karena kekayaan
orang itu maka sungguh telah hilang dua pertiga agamanya) Maksudnya
karena sesungguhnya syariat itu mengagungkan manusia karena kesholehannya dan
karena keilmuannya bukan mengagungkan karena hartanya. Sungguh orang yang
memuliakan harta ia telah merendahkan ilmu dan kesholehan.
قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ
قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ: لَا بُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ
مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ أَمْرٍ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٍ يَجْتَنِبُهُ وَقَدَرٍ
يَرْضَى بِهِ، فَأَقَلُّ حَالَاتِ الْمُؤْمِنِ لَا يَخْلُوْ فِيْهَا مِنْ أَحَدِ
هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ، فَيَنْبَغِي لَهُ أَنْ يُلْزِمَ هَمَّهَا
قَلْبَهُ وَيُحَدِّثَ بِهَا نَفْسَهُ وَيَأْخُذَ الْجَوَارِحَ بِهَا فِي سَائِرِ
أَحْوَالِهِ اهْ.
Telah
berkata tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasallahu Sirrohu: Tidak boleh tidak
bagi setiap orang mu'min dalam setiap keadaannya dari tiga perkara: Yang
pertama perintah yang ia melaksanakannya yang kedua larangan yang ia
menjauhinya yang ketiga qodar yang ia ridho padanya. Maka paling sedikit
keadaan orang mu'min adalah tidak kosong dalam keadaan itu salah satu dari tiga
perkara ini, maka penting bagi orang mu'min mengharuskan dirinya mementingkan
tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membisikkan tentang tiga perkara ini ke
dalam hatinya dan membawa anggota badan bersama tiga perkara ini dalam setiap
keadaannya.
Bab 3 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ
أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَلَاثٌ لَا تُدْرَكُ
بِثَلَاثٍ) أَيْ ثَلَاثُ خِصَالٍ لَا تُطْلَبُ بِثَلَاثَةِ
أَشْيَاءَ (اَلْغِنَى بِالْمُنَى) بِضَمِّ الْمِيْمِ جَمْعُ
مُنْيَةٍ، أَيْ فَلَا يَحْصُلُ الْغِنَى بِالْأَمَانِى بَلْ بِالْقِسْمَةِ مِنَ
اللّٰهِ تَعَالَى (وَالشَّبَابُ بِالْخِضَابِ) فَلَا يَحْصُلُ
الشَّبَابُ بِخِضَابِ الشَّعْرِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ (وَالصِّحَّةُ
بِالْأَدْوِيَةِ) فَلَا تَحْصُلُ الصِّحَّةُ بِنَفْسِ الْأَدْوِيَةِ بَلْ
بِشِفَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى.
Maqolah
yang ke dua (Dari Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu: Tiga perkara
yang tidak bisa dicapai dengan tiga perkara) Maksudnya tiga perkara
yang tidak bisa dicari dengan tiga perkara (Yang pertama kaya dengan
cara melamun) Dengan mendhommahkan huruf mim, lafad مُنَى adalah
jamak dari lafad مُنْيَةٌ.
Maksudnya maka tidak akan bisa hasil kekayaan dengan cara melamun akan tetapi
bisa hasilnya kekayaan sebab ada bagian dari Allah ta'ala (Yang kedua
muda dengan mewarnai rambut) Maka tidak akan bisa hasil muda dengan
cara menyemir rambut menggunakan hena dan semisalnya (Yang ketiga sehat
dengan obat-obatan) Maka tidak akan bisa hasil kesehatan dengan dzat
obat-obatan akan tetapi bisa hasilnya kesehatan itu sebab kesembuhan dari Allah
Ta'ala.
Bab 3 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: حُسْنُ التَّوَدُّدِ) أَيْ
الْمَحَبَّةِ (إِلَى النَّاسِ نِصْفُ الْعَقْلِ) كَمَا رَوَى
ابْنُ حِبَّانَ وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقَىُّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مُدَارَاةُ
النَّاسِ صَدَقَةٌ" أَيْ مُلَاطَفَةُ النَّاسِ بِالْقَوْلِ
وَالْفِعْلِ يُثَابُ عَلَيْهَا ثَوَابَ الصَّدَقَةِ، وَكَانَ مِنْ مُدَارَتِهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَا يَذُمُّ طَعَامًا وَلَا يَنْهَرُ
خَادِمًا وَلَا يَضْرِبُ امْرَأَةً. وَالْمُدَارَاةُ هِيَ تَرْكُ الدُّنْيَا
لِأَجْلِ الدِّينِ عَكْسُ الْمُدَاهَنَةِ (وَحُسْنُ السُّؤَالِ) أَيْ
لِلْعُلَمَاءِ (نِصْفُ الْعِلْمِ) لِأَنَّ الْعِلْمَ يَحْصُلُ
بِهِ (وَحُسْنُ التَّدْبِيرِ) أَيْ إِجْرَاءُ الْأُمُورِ عَلَى
عِلْمِ الْعَوَاقِبِ (نِصْفُ الْمَعِيشَةِ) وَهِيَ مَكْسَبُ
الْإِنْسَانِ الَّذِي يَعِيشُ بِسَبَبِهِ.
Maqolah
yang ke tiga (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Baiknya rasa sayang) Maksudnya
cinta (Kepada manusia adalah setengah dari aqal) Sebagaimana
telah meriwayatkan Imam Ibnu Hibban dan Imam Thobroni dan Imam Al-Baihaqi dari
Jabir bin Abdullah sesungguhnya Nabi ﷺ
telah bersabda: "lemah lembut kepada manusia adalah sodaqoh" Maksudnya
lemah lembut kepada manusia dengan ucapan dan perbuatan akan diberipahala pada
orang yang lemah lembut dengan pahala sodaqoh, dan ada dari sebagian sifat
lemah lembutnya Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi
tidak pernah mencela pada makanan dan tidak pernah menyentak kepada pembantu
dan tidak pernah memukul kepada istri. Mudaroh adalah meninggalkan dunia karena
agama kebalikan dari mudahanah (Dan baiknya bertanya) Maksudnya
kepada Ulama (Adalah setengah dari Ilmu) Karena sesungguhnya
ilmu itu akan hasil sebab bertanya (Dan baiknya mengelola) Maksudnya
mengelola setiap perkara karena mengetahui akibatnya (Adalah setengah
dari ma'isyah) Ma'isyah adalah pekerjaan manusia yang ia bisa hidup
sebab pekerjaannya.
Bab 3 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ
عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: "مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا) بِأَنَّ
أَقَلَّ الشِّبَعَ وَالْأَكْلَ وَأَبْغَضَ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ (أَحَبَّهُ
اللَّهُ تَعَالَى) لِأَنَّهُ تَرَكَ الرِّيَاءَ وَالتَّفَاخُرَ (وَمَنْ
تَرَكَ الذُّنُوبَ أَحَبَّهُ الْمَلَائِكَةُ) لِأَنَّهُ لَا يُتْعِبُ
الْكَتَبَةَ الَّذِينَ يَكْتُبُونَ السَّيِّئَاتِ (وَمَنْ حَسَمَ
الطَّمَعَ عَنِ الْمُسْلِمِينَ) أَيْ قَطَعَهُ عَنْهُمْ (أَحَبَّهُ
الْمُسْلِمُونَ") لِأَنَّهُ لَا يُكَدِّرُ قُلُوبَهُمْ.
Maqolah
yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: "Barang siapa
meninggalkan dunia) Dengan cara menyedikitkan rasa kenyang dan
makan dan membenci pujian dari manusia (Maka akan mencintainya Allah
Subhanahu Wata'ala) Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan riya dan
membangga-banggakan amal (Dan barang siapa meninggalkan dosa maka akan
mencintainya para malaikat) Karena sesungguhnya ia tidak melelahkan
malaikat katabah yang menulis amal-amal keburukan (Dan barang siapa
meningglakna sifat rakus dari orang orang muslim) Maksudnya memutuskan
sifat rakus dari orang orang muslim (Maka akan mencintainya orang orang
muslim") Karena sesungguhnya ia tidak mengotori hati orang orang
muslim.
Bab 3 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (إِنَّ مِنْ
نَعِيمِ الدُّنْيَا يَكْفِيكَ الْإِسْلَامُ نِعْمَةً) فَإِنَّ أَعْظَمَ
نِعَمِ اللَّهِ لِلْعَبْدِ إخْرَاجُهُ مِنَ الْعَدَمِ إلَى الْوُجُودِ،
وَإِخْرَاجُهُ مِنْ ظُلُمَاتِ الْكُفْرِ إلَى نُورِ الْإِسْلَامِ (وَإِنَّ
مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلًا) فَطَاعَةُ اللَّهِ
تَعَالَى أَعْظَمُ الْأَشْغَالِ (وَإِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ) أَيْ
الْعِظَةِ (يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً) فَإِنَّ الْمَوْتَ
أَكْبَرُ الْمَوَاعِظِ لِلنَّاسِ.
Maqolah
yang ke lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Dan Karroma
wajhahu (Sesungguhnya sebagian dari kenikmatan dunia cukup bagimu islam
sebagai kenikmatan) Karena sesungguhnya yang terbesar dari nikmat
Allah untuk seorang hamba adalah keluarnya seorang hamba dari tidak ada menjadi
ada, dan ia keluar dari kegelapan kafir menuju cahaya Islam (Dan
sesungguhnya sebagian dari kesibukkan cukup bagimu ta'at sebagai kesibukan) Karena
Taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala adalah paling agungnya kesibukan (Dan
sesungguhnya sebagian dari pelajaran) Maksudnya nasihat (Cukup
bagimu mati sebagai pelajaran) Karena sesungguhnya mati adalah yang
terbesar dari sebagian nasihat untuk manusia.
Bab 3 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كَمْ مِنْ مُسْتَدْرَجٍ) أَيْ
مَأْخُوذٍ قَلِيلًا قَلِيلًا (بِالنِّعْمَةِ) بِإِكْثَارِهَا (عَلَيْهِ،
وَكَمْ مِنْ مَفْتُونٍ) أَيْ مُمْتَحَنٍ بِالْبَلَاءِ (بِالثَّنَاءِ) أَيْ
بِكَثْرَةِ ثَنَاءِ النَّاسِ (عَلَيْهِ، وَكَمْ مِنْ مَغْرُورٍ) أَيْ
مُطْمَئِنٍّ قَلْبُهُ فِي الدُّنْيَا وَغَافِلٌ عَنْ الْآخِرَةِ (بِالسَّتْرِ) أَيْ
بِسَتْرِ اللَّهِ عُيُوبَهُ (عَلَيْهِ).
Maqolah
yang ke enam (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu: Begitu banyak
dari orang yang ditipu) Maksudnya orang yang diadzab sedikit demi
sedikit (dengan kenikmatan) dengan memperbanyak nikmat (Kepadanya,
Dan begitu banyak dari orang yang diberi ujian) Maksudnya orang yang
diuji dengan musibah (Dengan pujian) Maksudnya dengan
banyaknya pujian dari manusia (Kepadanya, Dan begitu banyak dari orang
yang tertipu) Maksudnya ditenangkan hatinya di dunia dan lalai dari
akhirat (Dengan ditutupnya aib) Maksudnya dengan cara Allah
menutup aibnya (Kepadanya).
Bab 3 Maqolah 7
(وَ) الْمَقَالَهُ السَّابِعَهُ (عَنْ
دَاوُدَ النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (قَالَ: اُوْحِي فِي
الزَّبُورِ) وَهُوَ كِتَابٌ اُنْزِلَ عَلَيْهِ (حَقٌّ عَلَى
الْعَاقِلِ) ايْ وَاجِبٌ عَلَيْهِ (أَنْ لَا يَشْتَغِلَ إِلَّا
بِثَلَاثٍ) مِنْ الْخِصَالِ (تَزَوَّدٌ لِمَعَادٍ) ايْ
لِآخِرَتِهِ بِأَدَاءِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (وَمُؤْنَةٌ لِمَعَاشٍ) ايْ
قِيَامٌ بِأَمْرِ كِفَايَتِهِ وَصَوْنِهِ, وَفِي عِبَارَةٍ: وَمَرَمَّةٌ لِمَعَاشٍ
بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالرَّاءِ وَتَشْدِيدِ الْمِيمِ أَيْ إِصْلَاحِهِ (وَطَلَبُ
لَذَّةٍ بِحَلَالٍ) فَإِنَّ كَسْبَ الْحَلَالِ وَاجِبٌ.
Maqolah
yang ke tujuh (Dari Daud seorang Nabi) Alaihis Salam (Ia
bersabda: Telah diwahyukan dalam kitab Zabur) Kitab Zabur adalah kitab
yang diwahyukan kepadanya (Hak atas orang yang berakal sehat) Maksudnya
wajib atasnya (Tidak menyibukkan diri kecuali atas tiga) Perkara (Berbekal
untuk tempat kembali) Maksudnya untuk Akhirat dengan cara menunaikan
amal-amal sholeh (Dan usaha untuk kehidupan) Maksudnya
mendirikan pekerjaan yang mencukupinya dan menjaganya, dan Dalam suatu
ibarat: مَرَمَّةٌ
لِمَعَاشٍ dengan memfathahkan huruf mim dan ra
dan mentasydid mim maksudnya memperbaiki urusan untuk kehidupannya (Dan
mencari kenikmatan dengan yang halal) Karena sesungguhnya pekerjaan
halal adalah wajib.
Bab 3 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ صَخْرٍ (أَنَّهُ قَالَ) قَالَ النَّبِيُّ : ("ثَلَاثٌ
مُنْجِيَاتٌ) أَيْ مُخَلِّصَاتٌ لِصَاحِبِهَا مِنَ الْعَذَابِ (وَثَلَاثٌ
مُهْلِكَاتٌ) أَيْ مُوقِعَاتٌ لِفَاعِلِهَا فِي الْهَلَاكِ (وَثَلَاثُ
دَرَجَاتٍ) أَيْ مَنَازِلُ فِي الْآخِرَةِ (وَثَلَاثُ
كَفَّارَاتٍ) لِذُنُوبِ عَامِلِهَا (أَمَّا الْمُنْجِيَاتُ:
فَخَشْيَةُ اللَّهِ تَعَالَى فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ) قُدِّمَ
السِّرُّ لِأَنَّ تَقْوَى اللَّهِ فِيهِ أَعْلَى دَرَجَةً (وَالْقَصْدُ
فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى) أَيْ التَّوَسُّطُ فِي الْمَعِيشَةِ بِأَنْ
لَمْ يُجَاوِزْ فِيهَا الْحَدَّ وَرَضِيَ بِذَلِكَ (وَالْعَدْلُ فِي
الرِّضَا وَالْغَضَبِ) بِأَنْ يَغْضَبَ لِلَّهِ وَيَرْضَى لِرِضَاهُ.
Maqolah
yang ke delapan (Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu) Namanya
Abu Huroiroh adalah Abdul Rahman bin Sokhr (Sesungguhnya Abu Huroiroh
berkata) Telah bersabda Nabi ﷺ
: ("Tiga perkara yang menyelamatkan) Maksudnya
menyelamatkan bagi ornag yang membawanya dari adzab (Dan tiga perkara
yang membinasakan) Maksudnya terjadi bagi orang yang melakukannya
dalam kebinasaan (Dan tiga derajat) Maksudnya tempat-tempat di
akhirat (Dan tiga penghapus) Untuk menhapus dosa dosa dari
orang yang melakukannya (Adapun perkara yang menyelamatkan adalah:
Takut kepada Allah dalam kerahasiaan dan dalam keramaian) Didahulukan
lafadz السِّرُّ karena
sesungguhnya bertakwa kepada Allah dalam kerahasiaan itu adalah setinggi
tingginya derajat (Dan bercita cita dalam keadaan faqir dan dalam
keadaan kaya) Maksudnya pertengahan dalam masalah kehidupan dengan
cara tidak melewati dalam masalah kehidupan pada batasan dan ia ridho terhadap
kehidupan. (Dan adil dalam keridhoan dan dalam kemarahan) Dengan
cara ia mara karena Allah dan ia ridho karena ridhonya Allah.
(وَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ فَشُحٌ شَدِيدٌ) أَيْ بُخْلٌ شَدِيدٌ فَلَا يُؤَدِّي
مَا عَلَيْهِ مِنْ حَقِّ اللَّهِ وَحَقِّ الْخَلْقِ. وَفِي رِوَايَةٍ: فَشُحٌّ
مُطَاعٌ أَيْ بُخْلٌ يُطِيعُهُ الْإِنْسَانُ أَمَّا لَوْ كَانَ الْبُخْلُ
مَوْجُودًا فِي النَّفْسِ غَيْرَ مُطَاعٍ فَلَا يَكُونُ مُهْلِكًا لِأَنَّهُ مِنَ
الصِّفَاتِ اللَّازِمَةِ لِلنَّفْسِ (وَهَوًى مُتَّبَعٌ) بِأَنْ
يَتْبَعَ مَا يَأْمُرُهُ بِهِ هَوَاهُ (وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ) أَيْ
نَظْرُهُ إِلَيْهَا بِعَيْنِ الْكَمَالِ مَعَ نِسْيَانِ نِعْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى
وَمَعَ الْأَمْنِ مِنْ زَوَالِهَا .
(Adapun
perkara yang membinasakan adalah pelit yang keterlaluan) Maksudnya
pelit yang keterlaluan ia tidak menunaikan suatu perkara yang wajib atasnya
dari hak Allah dan hak makhluk. Dalam suatu riwayat: Pelit yang diikuti
maksudnya pelit yang mengikuti padanya para manusia. Adapaun jika terbukti
sifat pelit yang ada dalam dirinya tidak diikuti maka sifat pelit itu tidak
akan menjadi hal yang membinasakan karena sesungguhnya sifat pelit adalah
sebagian dari sifat yang lazim bagi diri (Dan keinginan yang diikuti) Dengan
cara ia mengikuti perkara yang memerintah kepada dirinya atas perkara itu
keinginannya (Dan ujubnya seseorang pada dirinya sendiri) Maksudnya
melihatnya ia pada dirinya sendiri dengan pandangan kesempurnaan sambil
melupakan nikmat dari Allah dan sambil merasa aman dari hilangnya nikmat itu.
(وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ فَإِفْشَاءُ السَّلَامِ) أَيْ إِظْهَارُ السَّلَامِ بَيْنَ
النَّاسِ بِأَنْ تُسَلِّمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَهُ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْهُ (وَإِطْعَامُ
الطَّعَامِ) لِلضَّيْفِ وَالْجَائِعِ (وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ
وَالنَّاسُ نِيَامٌ) أَيْ التَّهَجُّدُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ حَالَ
غَفْلَةِ النَّاسِ فِي لَذَّةِ النَّوْمِ.
(Adapun
derajat adalah menyebarkan salam) Maksudnya menampakkan salam di
antara manusia dengan cara mengucapkan salam kepada orang yang ia kenal dan
kepada orang yang tidak ia kenal (Dan memberi makanan) Kepada
tamu dan kepada orang yang lapar (Dan Sholat di waktu malam sedangkan
manusia tertidur) Maksudnya sholat tahajud di tengah malam dalam
keadaan lengahnya manusia sebab nikmatnya tidur.
(وَأَمَّا الْكَفَّارَاتُ) أَيْ الَّتِي عَادَتُهَا أَنْ تَمْحُوَ
الْخَطِيئَةَ (فَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ) بِفَتْحَتَيْنِ
جَمْعُ سَبْرَةٍ بِفَتْحٍ فَسُكُونٍ أَيْ إِتْمَامُ الْوُضُوءِ فِي وَقْتِ شِدَّةِ
الْبَرْدِ بِأَنْ يَأْتِيَ بِسُنَنِهِ (وَنَقْلُ الْأَقْدَامِ إِلَى
الْجَمَاعَاتِ) أَيْ إِلَى الصَّلَاةِ مَعَ الْجَمَاعَةِ (وَانْتِظَارُ
الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ) لِيُصَلِّيَهَا فِى الْمَسْجِدِ
وَمِثْلُهُ انْتِظَارُ كُلِّ خَيْرٍ.
(Adapun
perkara yang menghapus dosa) Maksudnya yang kebiasaannya
menghapus pada kesalahan (Menyempurnakan wudhu disaat dingin) Dengan
memfathahkan keduanya Jamak dari lafadz سَبْرَةٍ dengan
membaca fathah kemudian sukun. Maksudnya menyempurnakan wudhu di waktu yang
sangat dingin dengan mendatangkan sunah-sunah wudhu (Dan melangkahkan
kaki untuk berjamaah) Maksudnya untuk melaksanakan sholat sambil
berjamaah (Dan menunggu sholat sesudah sholat) sehingga ia
bisa melaksanakan sholat berjamaah di masjid dan yang seumpama dari menggu
sholat sesudah sholat adalah menunggu setiap kebaikan.
Bab 3 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ
جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ) لِأَنَّ
آخِرَ الْحَيِّ مَيِّتٌ (وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّك مُفَارِقُهُ) أَيْ
مُفَارِقُ مَنْ شِئْتَ بِالْمَوْتِ (وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّك
مَجْزِيٌّ بِهِ) لِأَنَّ الْعِبَادَ مَجْزِيُّونَ بِأَعْمَالِهِمْ إِنْ
خَيْرًا فَخَيْرٌ وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ .
Maqolah
yang ke sembilan (Telah berkata Malaikat Jibril Alaihis salam: Wahai
Muhammad hiduplah semaumu karena sesungguhnya engkau akan mati) Karena
sesungguhnya akhir dari kehidupan adalah mati (Dan cintailah orang yang
engkau kehendaki karena sesungguhnya engkau akan berpisah darinya) Maksudnya
berpisah dari orang yang engkau kehendaki sebab kematian (Dan
beramallah kamu atas apa yang engkau kehendaki Karena sesungguhnya engkau akan
dibalas sebab amal mu) Karena sesungguhnhya para hamba akan dibalas
sebab amal-amal mereka jika amal mereka baik maka balasannya baik jika amal
mereka jelek maka balasannya jelek.
Bab 3 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: ثَلَاثَةُ نَفَرٍ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ
لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ) أَيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (اَلْمُتَوَضِّئُ
فِي الْمَكَارِهِ) جَمْعُ مُكْرَهٍ بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالرَّاءِ
أَيْ فِي أَوْقَاتِ الْمَشَقَّةِ وَهِيَ أَوْقَاتُ الْبَرْدِ الشَّدِيدِ (وَالْمَاشِي
إِلَى الْمَسَاجِدِ فِي الظُّلَمِ) لِأَجْلِ الصَّلَاةِ مَعَ
الْجَمَاعَةِ (وَمُظْعِمُ الْجَائِعِ).
Maqolah
yang ke sepuluh (Telah bersabda Nabi ﷺ:
Tiga golongan yang akan menaungi merekak Allah Subhanahu Wata'ala di bawah
naungan arsyinya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah) Maksudnya
di hari kiamat (Orang yang berwudhu di waktu waktu yang dibenci) lafadz الْمَكَارِهُ adalah
jamak dari lafadz مُكْرَهٌ dengan
memfathahkan mim dan ro. Maksudnya di waktu-waktu sulit yaitu waktu-waktu
dingin yang sangat (Dan orang yang berjalan menuju masjid di waktu
gelap) Untuk melaksanakan sholat berjamaah (Dan orang yang
memberi makan kepada orang yang lapar).
Bab 3 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ
عَشْرَةَ (قِيلَ لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: لِأَيِّ شَيْءٍ
اتَّخَذَكَ اللَّهُ خَلِيلًاً؟ قَالَ: بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: اِخْتَرْتُ أَمْرَ
اللَّهِ تَعَالَى عَلَى أَمْرِ غَيْرِهِ) وَفِي نُسْخَةٍ: مَا اخْتَرْتُ
أَمْرَ الْغَيْرِ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَا اهْتَمَمْتُ بِمَا
تَكَفَّلَ اللَّهُ لِي) أَيْ مَا قُمْتُ بِأَمْرِ مَا تَحَمَّلَ اللَّهُ
لِي مِنَ الرِّزْقِ (وَمَا تَعَشَّيْتُ) أَيْ مَا أَكَلْتُ
وَقْتَ الْمَسَاءِ (وَمَا تَغَدَّيْتُ) أَيْ مَا أَكَلْتُ وَقْتَ
الْغَدَاةِ (إلَّا مَعَ الضَّيْفِ) رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ
السَّلَامُ كَانَ يَمْشِي مِيلًاً أَوْ مِيلَيْنِ لِطَلَبِ مَنْ يَأْكُلُ مَعَهُ
عَلَيْهِ السَّلَامُ.
Maqolah
yang ke sebelas (Dikatakan pada Nabi Ibrohim Alaihis Salam: Karena
sebab apa Allah Subhanahu Wataalah menjadikan kamu sebagai kekasih? Nabi
Ibrahim bersabda: Sebab tiga perkara: Aku lebih memilih perintah Allah di atas
perintah selain Allah) Dan dalam satu tulisan: Aku tidak mengutamakan
perintah orang lain di atas perintah Allah Ta'ala (Dan aku tidak pernah
meresahkan perkara yang telah Allah jamin untukku) Maksudnya aku tidak
berdiri atas perkara yang Allah telah menjamin untukku daru urusan rizqi (Aku
tidak makan malam) Maksudnya Aku tidak makan di waktu sore (Dan
aku tidak makan siang) Maksudnya aku tidak makan di waktu siang (Kecuali
bersama tamu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Ibrohim Alaihissalam
berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang akan makan bersama Nabi
Ibrohim Alaihissalam.
Bab 3 Maqolah 12
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ
عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ
الْقُلُوبِ (ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ تُفَرِّجُ الْغُصَصَ) بِضَمِّ
الْغَيْنِ أَيْ تَكْشِفُ الْغُمُومَ (ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى) بِأَيِّ
صِيغَةٍ كَانَتْ كَأَنْ يَقُولَ كَثِيرًا: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا
حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاللَّهِ"، أَوْ بِالْمُنَاجَاةِ كَأَنْ
يَقُولَ: "يَا مُغِيثَ كُلِّ مَلْهُوفٍ" نَادَاهُ "وَيَا مُجِيبَ
كُلِّ مُضْطَرٍّ" دَعَاهُ، وَ"يَا حَلِيمًا عَلَى كُلِّ ذِي
هَفْوَةٍ" عَصَاهُ، وَ"يَا قَائِمًا بِالْكِفَايَةِ" لِمَنْ
آثَرَهُ عَلَى دُنْيَاهُ "أَسْأَلُكَ الْوُصُولَ إلَى مَا لَا أَصِلُ إلَيْهِ
إلَّا بِمَعُونَتِكَ وَدَفْعَ مَا لَا أُطِيقُ دَفْعَهُ إلَّا بِقُوَّتِكَ
وَأَسْأَلُكَ خَيْرَةً فِيهَا عَافِيَةٌ وَعَافِيَةً فِيهَا خَيْرَةٌ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ".
Maqolah
yang ke dua belas (Dari sebagian ahli hikmah) Maksudnya dokter
hati (Tiga perkara yang akan membuka lebar-lebar kesempitan) Lafadz الْغُصَصَ dengan
mendhommahkan huruf gin. Maksudnya akan menghilangkan kesumpekan (Dzikir
kepada Allah Ta'ala) Dengan redaksi manapun yang ada seperti seseorang
berkata sebanyak-banyaknya: "Tiada tuhan selain Allah tiada daya dan tiada
upaya kecuali dengan pertolongan Allah", atau dengan bermunajat seperti
seseorang berkata: "Wahai dzat yang selalu menolong setiap orang yang
dilanda kesedihan" ia memanggil kepada Allah dan "Wahai dzat yang
selalu mengijabah setiap orang yang terdesak" ia berdoa kepada Allah dan
"Wahai dzat yang selalu lemah lembut kepada setiap orang yang memiliki
kesalahan" yang ia bermaksiat kepada Allah dan "Wahai dzat yang
mendirikan kecukupan" untuk orang yang lebih mengutamakan kepada Allah di
atas keduniaannya "Aku memohon kepadamu untuk mencapai apa yang tidak bisa
aku raih kecuali dengan pertolonganmu dan aku memohon kepadamu untuk mencegah
perkara yang aku tidak kuasa untuk mencegahnya kecuali dengan kekuatanmu dan
aku memohon kepadamu kebaikan yang di dalamnya ada keselamatan dan keselamatan
yang di dalamnya ada kebaikan dengan rahmatmu wahai dzat yang maha penyayang
dari yang penyayang".
(وَلِقَاءُ أَوْلِيَائِهِ) مِنْ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَكَلَامُ
الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِي يَدُلُّ عَلَى خَيْرَيْ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ.
(Dan
bertemu kekasih Allah) Dari golongan para ulama yang
sholeh (Dan kalam ahli hikmah) Maksudnya orang yang
menunjukkan pada dua kebaikan dunia dan akhirat.
Bab 3 Maqolah 13
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ
عَشْرَةَ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ
مِنْ أَكَابِرِ التَّابِعِينَ (مَنْ لَا أَدَبَ لَهُ) مَعَ
اللَّهِ تَعَالَى وَمَعَ الْخَلْقِ (لَا عِلْمَ لَهُ) يُعْتَدُّ
بِهِ (وَمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ) عَلَى تَحَمُّلِ الْبَلَايَا
وَأَذَى الْخَلْقِ وَعَلَى مَشَقَّةِ اجْتِنَابِ الْمَعَاصِي وَعَلَى أَدَاءِ
الْفَرَائِضِ (لَا دِينَ لَهُ) يُعْتَدُّ بِهِ (وَمَنْ
لَا وَرَعَ لَهُ) عَنِ الْمَحَارِمِ وَالشُّبُهَاتِ (لَا زُلْفَى
لَهُ) أَيْ لَا مَرْتَبَةَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا قُرْبَةَ لَهُ مِنْ
اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah
yang ke tiga belas (Dari Hasan Al-Basri Radhiallahu Anhu) Beliau
termasuk dari sebagian para pembesar tabiin (Barang siapa yang tidak
ada adab pada dirinya) Bersama Allah dan bersama makhluk (Maka
tidak ada ilmu baginya) Yang dianggap padanya (Dan barang
siapa tidak ada kesabaran pada dirinya) Atas tanggungan berbagai
musibah dan atas gangguan dari sesama makhluk dan atas beratnya menjauhi
kemaksiatan dan atas beratnya melaksanakan kewajiban (Maka tidak ada
agama baginya) Yang dianggap padanya (Dan barang siapa tidak
ada kehati-hatian pada dirinya) Dari perkara haram dan syubhat (Maka
tidak ada kedekatan pada allah baginya) Maksudnya tidak ada pangkat
baginya di sisi Allah dan tidak ada kedekatan baginya dari Allah Ta'ala.
Bab 3 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ
عَشْرَةَ (رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ خَرَجَ إِلَى
طَلَبِ الْعِلْمِ فَبَلَغَ ذَلِكَ نَبِيَّهُمْ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (فَبَعَثَ إِلَيْهِ فَأَتَاهُ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (فَقَالَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (لَهُ) أَيْ
لِذَلِكَ الرَّجُلِ (يَا فَتَى إنِّي أَعِظُكَ بِثَلَاثِ خِصَالٍ فِيهَا
عِلْمُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ) أَيْ يَكْفِيكَ ذَلِكَ (خَفِ
اللَّهَ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ) أَيْ فِي حَالِ الْخَفَاءِ عَنِ
النَّاسِ وَفِي حَالِ الظُّهُورِ عِنْدَهُمْ (وَأَمْسِكْ لِسَانَكَ عَنِ
الْخَلْقِ لَا تَذْكُرْهُمْ إلَّا بِخَيْرٍ) كَمَا قَالُوا: مَنْ
غَرْبَلَ النَّاسَ نَخْلُوهُ (وَانْظُرْ خُبْزَكَ الَّذِي تَأْكُلُهُ
حَتَّى يَكُونَ) أَيْ ذَلِكَ الْخُبْزُ (مِنَ الْحَلَالِ) فَحِينَئِذٍ
تَأْكُلُهُ وَإِلَّا فَلَا تَأْكُلْهُ (فَامْتَنَعَ الْفَتَى عَنِ
الْخُرُوجِ) إِلَى بَلَدٍ آخَرَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ.
Maqolah
yang ke empat belas (Diriwayatkan sesungguhnya ada seorang lelaki dari
Bani Israil yang keluar untuk mencari ilmu kemudian sampailah cerita itu kepada
Nabi Bani Israil) Alaihimus Salam (Kemudian nabi mengutus
kepadanya kemudian pemuda itu mendatangi Nabi) Alaihis Salam (Kemudian
berkata) Alaihis Salam (Kepadanya) Maksudnya kepada
pemuda itu (Wahai pemuda sesungguhnya aku akan memberikan pepatah
kepadamu dengan tiga perkara yang didalamnya ada ilmu awal dan akhir) Maksudnya
cukup untukmu ilmu itu (Takutlah kamu kepada Allah dalam keadaan
rahasia maupun dalam keadaan ramai) Maksudnya dalam keadaan sepi dari
manusia dan dalam keadaan nampak di sisi orang lain (Tahan lisanmu dari
para manusai jangan menyebut-nyebut manusia kecuali dengan perkataan yang baik) Sebagaimana
telah para ulama telah berkata : Barang siapa mencari-cari kesalahan manusia
maka manusia akan mencari kesalahannya (Dan perhatikanlah tentang
rotimu yang akan kamu makan sehingga terbukti) roti (Dari yang
halal) ketika itu halal silahkan kamu memakannya dan jika tidak maka
jangan kamu makan roti itu (Kemudian pemuda itu tercegah dari keluar) Menuju
Negara lain untuk mencari ilmu.
Bab 3 Maqolah 15
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ
عَشْرَةَ (رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ جَمَعَ
ثَمَانِينَ تَابُوتًا مِنَ الْعِلْمِ وَ) الْحَالُ أَنَّهُ (لَمْ
يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ، فَأَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إلَى نَبِيِّهِمْ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (أَنْ) تَفْسِيرِيَّةٌ (قُلْ لِهَذَا
الْجَامِعِ) لِتِلْكَ الْكُتُبِ (لَوْ جَمَعْتَ كَثِيرًا مِنَ
الْعِلْمِ لَمْ يَنْفَعْكَ إلَّا أَنْ تَعْمَلَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: لَا
تُحِبَّ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعَهَا وَزُخْرُفَهَا (فَلَيْسَتْ
بِدَارِ الْمُؤْمِنِينَ) الْفَاءُ لِلتَّعْلِيلِ، أَيْ لِأَنَّهَا
لَيْسَتْ دَارَ جَزَاءٍ لِلْمُؤْمِنِينَ فَإِنَّ دَارَ ثَوَابِهِمْ
الْجَنَّةُ (وَلَا تُصَاحِبِ الشَّيْطَانَ) بِأَنْ تُطِيعَ
أَمْرَهُ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ (فَلَيْسَ بِرَفِيقِ
الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ لِأَنَّ الشَّيْطَانَ لَيْسَ رَفِيقًا لَهُمْ (وَلَا
تُؤْذِ أَحَدًا) مِنْ عِبَادِ اللَّهِ (فَلَيْسَ بِحِرْفَةِ
الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ لِأَنَّ الْإِيذَاءَ لَيْسَ صَنْعَتَهُمْ.
Maqolah
yang ke lima belas (Diriwayatkan sesungguhnya ada seorang lelaki dari
Bani Israil yang mengumpulkan 80 peti dari ilmu dan) keadaan lelaki
itu sesungguhnya ia (Tidak menerima manfaat dengan ilmunya, kemudian
Allah Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Bani Israil) Alaihis Salam (Yakni) lafadz أَنْ pada
kalimat ini bermakna tafsiriyah / penjelasan (Katakanlah kepada orang
yang mengumpulkan ilmu ini) tentang buku-buku itu (Walaupun
kamu mengumpulkan begitu banyak sebagian dari ilmu tidak akan bermanfaat ilmu
itu kecuali kamu megamalkan tiga perkara: Kamu tidak mencintai dunia) Maksudnya
pada kesenangan dunia dan hiasan dunia (Karena sesungguhnya dunia
bukanlah tempat tinggal orang-orang mu'min) Huruf ف pada
kalimat فَلَيْسَتْ itu
bermakna litta'lil, Maksudnya karena sesungguhnya dunia bukanlah tempat balasan
untuk orang orang mu'min karena sesungguhnya balasan orang-orang mu'min adalah
Surga (Dan janganlah kamu bersahabat dengan Syaiton) Dengan
mengikuti perintah Syaiton dan menyelisihi perintah dari Allah dan dari
Rasulullah (Karena Syaitan itu bukanlah sahabat orang-orang mu'min) Maksudnya
karena sesungguhnya Syaiton bukanlah sahabat bagi orang-orang mu'min (Dan
janganlah kamu menyakiti satu orangpun) Dari hamba-hamba Allah (Karena
menyakiti bukanlah pekerjaan orang-orang mu'min) Maksudnya karena
sesungguhnya menyakiti bukanlah pekerjaan orang-orang mu'min.
Bab 3 Maqolah 16
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ
عَشْرَةَ (عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيِّ) عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَدَارَانِ قَرْيَةٌ مِنْ
قُرَى دِمَشْقَ، مَاتَ سَنَةَ خَمْسَ عَشْرَةَ وَمِائَتَيْنِ (أَنَّهُ
قَالَ فِي الْمُنَاجَاةِ:) مَعَ اللَّهِ تَعَالَى (إلَهِيْ
لَئِنْ طَالَبْتَنِيْ بِذَنْبِيْ لَأَطْلُبَنَّكَ بِعَفْوِكَ) لِأَنَّ
مَغْفِرَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوبِيْ (وَلَئِنْ طَالَبْتَنِيْ
بِبُخْلِيْ) بِمَنْعِ الْوَاجِبِ أَوْ مَنْعِ السَّائِلِ مِمَّا فَضَلَ
عِنْدِيْ (لَأَطْلُبَنَّكَ بِسَخَائِكَ) أَيْ بِكَرَمِكَ (وَلَئِنْ
أَدْخَلْتَنِيْ النَّارَ لَأَخْبَرْتُ أَهْلَ النَّارِ بِأَنِّيْ أُحِبُّكَ).
Maqolah
yang ke enam belas (Dari Abu Sulaiman Ad-Daroni) Abdur Rahman
bin Atiyyah Radhiallahu Anhu, Istilah daroni adalah satu desa dari sebagian
desa desa damasqus, beliau wafat pada tahun 215 H (Sesungguhnya
ia telah berkata dalam munajatnya:) Bersama Allah Ta'ala (Wahai
tuhanku jika engkau menuntut padaku atas dosaku pasti aku akan menuntut
padamu atas ampunanmu) Karena sesunguhnya ampunanmu lebih luas
dibandingkan dengan dosa-dosaku (Dan jika engkau menuntut padaku atas
sifat pelitku) Dengan menahan kewajiban atau mencegah dari orang yang
meminta-minta dari apa yang telah engkau anugrahkan kepadaku (Pasti aku
akan menuntut padamu atas sifat kedermawananmu) Maksudnya atas sifat
pemurahmu (Dan jika engkau memasukkanku ke dalam neraka pasti aku akan
mengabarkan pada penduduk neraka bahwa sungguh aku cinta padamu).
Bab 3 Maqolah 17
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ
عَشْرَةَ (قِيلَ: أَسْعَدُ النَّاسِ مَنْ لَهُ قَلْبٌ عَالِمٌ) بِأَنَّ
اللَّهَ تَعَالَى مَعَهُ فِي أَيِّ مَوْضِعٍ كَانَ (وَبَدَنٌ صَابِرٌ) عَلَى
الطَّاعَاتِ وَالْمَرَازِي (وَقَنَاعَةٌ) أَيْ رِضًا (بِمَا
فِي الْيَدِ) مِنْ قِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ
عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ.
Maqolah
yang ke tujuh belas (Dikatakan: Paling bahagianya manusia adalah orang
yang memiliki hati yang alim) Karena sesungguhnya Allah Ta'ala
bersamanya di tempat manapun ia berada (Dan badan yang sabar) Atas
ketaatan dan kebaktian (Dan qona'ah) Maksudnya ridho (Atas
perkara yang ada pada tangan) Yakni bagian dari Allah Ta'ala dan
tenangnya hati ketika tidak ada orang yang dikenal.
Bab 3 Maqolah 18
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ
عَشْرَةَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ) رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ (إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ هَلَكَ قَبْلَكُمْ) مِنَ
الْأُمَمِ (بِثَلَاثِ خِصَالٍ: بِفُضُولِ الْكَلَامِ) وَهُوَ مَا
لَا خَيْرَ فِيهِ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا (وَفُضُولِ الطَّعَامِ) وَهُوَ
مَا لَا يُعِينُهُ عَلَى الدِّينِ (وَفُضُولِ الْمَنَامِ) وَهُوَ
مَا لَا يَنْفَعُهُ فِي الدِّينِ.
Maqolah
yang ke delapan belas (Dari Ibrohim An-Nakho'i) Radhiallahu
Anhu (Sesungguhnya celaka pada orang yang celaka sebelum kalian) Dari
umat-umat (Hanya sebab tiga perkara: Sebab berlebihan berbicara) Yaitu
ucapan yang tidak ada kebaikan di dalamnya tentang agama dan dunia (Dan
berlebihan makan) Yaitu makanan yang tidak menolongnya pada agama (Dan
berlebihan tidur) Yaitu tidur yang tidak memberi manfaat untuk agama.
Bab 3 Maqolah 19
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ
عَشْرَةَ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيّ) الْوَاعِظُ
لَهُ لِسَانٌ فِي الرَّجَاءِ خُصُوصًا وَكَلَامٌ فِي الْمَعْرِفَةِ، خَرَجَ إِلَى
بَلْخٍ وَأَقَامَ بِهَا مُدَّةً وَرَجَعَ إِلَى نَيْسَابُورَ وَمَاتَ بِهَا سَنَةَ
ثَمَانٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَتَيْنِ (طُوبَى لِمَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا
قَبْلَ أَنْ تَتْرُكَهُ) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيرُ لِمَنْ صَرَفَ
أَمْوَالَهُ فِي أَنْوَاعِ الْبِرِّ قَبْلَ ذَهَابِهَا عَنْهُ (وَبَنَى
قَبْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَهُ) بِأَنْ عَمِلَ مَا فِيهِ تَوْنِيْسٌ
فِي الْقَبْرِ (وَأَرْضَى رَبَّهُ) بِامْتِثَالِ أَمْرِهِ
وَاجْتِنَابِ نَهْيِهِ (قَبْلَ أَنْ يَلْقَاهُ) بِالْمَوْتِ.
Maqolah
yang ke sembilan belas (Dari Yahya bin Mu'ad Ar-Razi) Seorang
pepatah yang memiliki bahasa pasih dalam masalah roja khususnya dan
perkataan dalam masalah kema'rifatan. Beliau keluar menuju daerah Balkh
dan bermukim di daerah Balkh pada satu masa dan kembali ke daerah Naisabur dan
mati di daerah Naisabur pada tahun 258 H (Kebahagiaan bagi orang yang
meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya) Maksudnya kebaikan
yang banyak bagi orang yang mentasorufkan hartanya dalam warna kebaikan sebelum
hilang harta itu darinya (Dan membangun kuburannya sebelum ia masuk ke
dalam kubur) Dengan mengamalkan perkara yang didalamnya ada kesenangan
di alam qubur (Dan ridho kepada Rabbnya) Dengan melaksanakan
perintahnya dan menjauhi larangannya (Sebelum ia bertemu dengannya) Sebab
mati.
Bab 3 Maqolah 20
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُونَ (عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ لَمْ
يَكُنْ عِنْدَهُ سُنَّةُ اللَّهِ) أَيْ عَادَتُهُ (وَسُنَّةُ
رَسُولِهِ) أَيْ شَأْنُهُ (وَسُنَّةُ أَوْلِيَائِهِ) أَيْ
أَمْرُهُمْ (فَلَيْسَ فِي يَدِهِ شَيْءٌ) أَيْ فَلَيْسَ لَهُ
شَيْءٌ يُعْتَدُّ بِهِ (قِيلَ لَهُ - أَيْ لِعَلِيٍّ - مَا سُنَّةُ
اللَّهِ؟ قَالَ:) أَيْ عَلَيٌّ (كِتْمَانُ السِّرِّ) وَهُوَ
مَا أَخْفَاهُ النَّاسُ مِنَ الْحَدِيثِ عِنْدَ شَخْصٍ فَكِتْمَانُ السِّرِّ
وَاجِبٌ (وَقِيلَ: مَا سُنَّةُ الرَّسُولِ؟ قَالَ: الْمُدَارَاةُ بَيْنَ
النَّاسِ) كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ:
Maqolah
yang ke dua puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma
Wajhahu (Barang siapa yang tidak ada padanya sunnatullah)
Maksudnya kebiasaan Allah (Dan sunnah Rasulnya) Maksudnya
urusan rasulullah (Dan sunnah wali-wali Allah) Maksudnya
urusan wali-wali Allah (Maka tidak ada pada tangannya apapun) Maksudnya
tidak ada baginya sesuatu yang dianggap atasnya (Dikatakan padanya -
Maksudnya pada Ali - Apa Sunnatullah ? Ia berkata) Maksudnya Ali (Menyimpan
rahasia) Rahasia adalah perkara yang telah menyembunyikan padanya
manusia dari perakara yang datang dari seseorang maka menyembunyikan rahasia
adalah wajib (Dan dikatakan: Apa sunnah Rasul ? Ia berkata: Beradaptasi
di antara manusisa) Sebagaimana telah berkata sebagian ulama:
وَدَارِهِمْ
مَا دُمْتَ فِي دَارِهِمْ $ وَأَرْضِهِمْ
مَا دُمْتْ فِي أَرْضِهِمْ
Dan
kamu harus beradaptasi dengan manusia selama kamu masih berada di kampung
halaman mereka $
Dan
kamu harus ridho kepada manusia selama kamu masi berada di tanah mereka
(وَقِيلَ:
مَا سُنَّةُ أَوْلِيَائِهِ؟ قَالَ: اِحْتِمَالُ الْأَذَى مِنَ النَّاسِ، وَكَانُوا
مَنْ قَبْلَنَا) مِنَ
الْأُمَمِ (يَتَوَاصَوْنَ) أَيْ يُوصِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا (بِثَلَاثِ
خِصَالٍ وَيَتَكَاتَبُونَ بِهَا) أَيْ يُرْسِلُ بَعْضُهُمُ الْكِتَابَةَ
بِتِلْكَ الثَّلَاثِ إِلَى بَعْضٍ، فَمَنْ بَدَلٌ مِنْ اِسْمِ كَانَ (مَنْ
عَمِلَ) شَيْئًا مِنَ الْأَعْمَالِ (لِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ
أَمْرَ دِينِهِ وَدُنْيَاهُ) أَيْ فَهُوَ فِي حِفْظِ اللَّهِ تَعَالَى
فِي جَمِيعِ أَحْوَالِهِ (وَمَنْ أَحْسَنَ سَرِيرَتَهُ) أَيْ
ضَمِيرَ قَلْبِهِ (أَحْسَنَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ) فَالظَّاهِرُ
يَدُلُّ عَلَى الْبَاطِنِ (وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ
اللَّهِ) بِأَنْ عَمِلَ عَمَلًا خَالِصًا مِنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ
وَالتَّسْمِيعِ (أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ) فَمَنْ
أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبَّهُ الْخَلْقُ.
(Dan
dikatakan: Apa sunnah wali-wali Allah ? Ia berkata: Menanggung rasa sakit dari
manusia, Dan ada wali wali Allah itu yaitu orang sebelum kita semua) Dari
berbagai umat (Mereka saling memberikan wasiat) Maksudnya
memberikan wasiat sebagian dari mereka kepada sebagian yang lainnya (Dengan
tiga perkara dan mereka saling berkirim surat dengan tiga perkara itu) Maksudnya
mengirim sebagian dari mereka sebuah tulisan dengan tiga perkara kepada
sebagian yang lain. Lafadz مَنْ قَبْلَنَا adalah badal dari isim كَانَ (Barang
siapa beramal) suatu perkara dari berbagai amal (Untuk
akhiratnya maka Allah akan mencukupi urusan agama dan urusan dunianya) Maksudnya
ia dalam penjeagaan Allah di dalam semua keadaan (Dan barang siapa yang
membaguskan rahasianya) Maksudnya hati nuraninya (Maka pasti
Allah akan membaguskan lahiriyahnya) Dzohir itu menunjukkan pada hal
yang batin (Dan barang siapa yang memperbaiki perkara antara dirinya
dan antara Allah) Dengan cara mengamalkan amalan yang murni dari sifat
riya dan ujub dan sum'ah (Maka pasti Allah akan memperbaiki perkara
antara dirinya dan manusia) Barang siapa yang cinta padanya Allah maka
akan cinta kepadanya makhluk.
Bab 3 Maqolah 21
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ
وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ
وَجْهَهُ (كُنْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرَ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ
شَرَّ النَّاسِ) وَذَلِكَ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ
الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قُدَّسَ سِرَّهُ: إذَا لَقِيتَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ
رَأَيْتَ الْفَضْلَ لَهُ عَلَيْكَ وَتَقُولُ عَسَى أَنْ يَكُونَ عِنْدَ اللَّهِ
خَيْرًا مِنِّي وَأَرْفَعَ دَرَجَةً فَإِنْ كَانَ صَغِيرًا قُلْتَ: هَذَا لَمْ
يَعْصِ اللَّهَ وَأَنَا قَدْ عَصَيْتُ فَلَا شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنًى، وَإِنْ
كَانَ كَبِيرًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَبَدَ اللَّهَ قَبْلِیْ، وَإِنْ كَانَ
عَالِمًا قُلْتَ: هَذَا أُعْطِيَ مَا لَمْ أَبْلُغْ وَنَالَ مَا لَمْ أَنَلْ
وَعَلِمَ مَا جَهِلْتُ وَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ، وَإِنْ كَانَ جَاهِلًا قُلْتَ:
هَذَا عَصَى اللَّهَ بِجَهْلٍ وَأَنَا عَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ وَلَا أَدْرِي بِمَ
يَخْتَمُ لِي أَوْ بِمَ يُخْتَمُ لَهُ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لَا أَدْرِي
عَسَى أَنْ يُسْلِمَ فَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ وَعَسَى أَنْ أَكْفُرَ
فَيُخْتَمَ لِي بِسُوءِ الْعَمَلِ اهْ.
Maqolah
yang ke dua puluh satu (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama
Wajhahu (Jadilah kamu di hadapan Allah sebaik-baiknya manusia dan
jadilah kamu di hadapan dirimu sejelek-jeleknya manusia) Dan hal itu
sebagaimana telah berkata tentangnya tuanku syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani
Qoddasa sirrohu : Ketika kamu berjumpa dengan salah seorang dari manusia kamu
melihat keistimewaan padanya di atas dirimu kemudian kamu berkata bisa jadi ia
terbukti di sisi Allah lebih baik dari pada aku dan lebih tinggi derajatnya.
Jika terbukti orang itu masih keci kamu berkata anak ini tidak bermaksiat
kepada Allah sedangkan aku sungguh telah bermaksiat maka tidak diragukan lagi
dia lebih baik daripada aku. Jika terbukti orang itu lebih tua kamu berkata
orang ini sungguh telah beribadah kepada Allah sebelum diriku. Jika terbukti
orang itu berilmu kamu berkata orang ini telah diberikan ilmu yang tidak bisa
aku capai dan ia memperoleh perkara yang tidak aku peroleh dan ia mengetahui
perkara yang tidak aku ketahui dan ia beramal dengan ilmunya. Jika terbukti
orang itu bodoh kamu berkata orang ini bermaksiat kepada Allah bersama
kebodohannya sedangkan aku bermaksiat kepada Allah bersama ilmu dan aku tidak
tau pada perkara yang mengakhiriku dan mengakhirinya. Jika terbukti orang itu
kafir kamu berkata aku tidak tahu bisa jadi ia masuk islam kemudian mengakhiri
padanya dengan kebaikan amal dan bisa jadi aku kafir kemudian mengakhiri padaku
dengan keburukan amal. Sampai sini perkataan syikh Abdul Qodir Al-Jaelani
berakhir.
(وَکُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلًا مِنَ النَّاسِ) فَإِنَّ اللَّهَ يَكْرَهُ أَنْ يَرَى
عَبْدَهُ مُتَمَيِّزًا عَنْ غَيْرِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ. وَكَانَ بَعْضُهُمْ
يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي صَبُورًا وَاجْعَلْنِي
شَكُورًا وَاجْعَلْنِيْ فِي عَيْنِيْ صَغِيرًا وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيرًا.
(Dan
jadilah kamu di sisi manusia menjadi seseorang di antara manusia) Karena
sesungguhnya Allah benci melihat seorang hamba berbeda dari yang lain
sebagaimana keterangan dalam suatu hadits. Ada sebagian dari para ulama beroda
dengan doa ini : Ya Allah semoga engkau menjadikan aku orang yang sabar dan
semoga engkau menjadikan aku orang yang bersyukur dan semoga engkau menjadikan
aku di mataku kecil dan di mata manusia besar.
Bab 3 Maqolah 22
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ
وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى عُزَيْرٍ
النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَقَالَ:) عَزَّ
وَجَلَّ (يَا عُزَيْرُ إِذَا أَذْنَبْتَ ذَنْبًا صَغِيرًا فَلَا تَنْظُرْ
إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الذَّنْبِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ
أَذْنَبْتَ لَهُ، وَإِذَا أَصَابَكَ خَيْرٌ يَسِيرٌ فَلَا تَنْظُرْ إِلَى
صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الْخَيْرِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ
رَزَقَكَ) أَيْ مَنْ سَاقَ ذَلِكَ الْخَيْرَ إِلَيْكَ (وَإِذَا أَصَابَكَ
بَلِيَّةٌ فَلَا تَشْكُنِي إِلَى خَلْقِي كَمَا لَا أَشْكُوكَ إِلَى مَلَائِكَتِي
إِذَا صَعِدَتْ إِلَيَّ مَسَاوِيكَ) أَيْ عُيُوبُكَ.
Maqolah
yang ke dua puluh dua (Dikatakan: Allah Ta'ala memberikan wahyu kepada
Uzair yang menjadi seorang nabi) Alaihis Salam (Telah
berfirman Allah) Azza wajalla (Wahai Uzair jika kamu melakukan
dosa dengan dosa yang kecil maka janganlah kamu lihat pada kecilnya dosa itu) Maksudnya
dosa itu (Dan lihatlah kepada dzat yang engkau telah berbuat dosa
padanya, Dan ketika menimpa kepadamu kebaikan yang ringan maka kamu jangan
melihat pada kecilnya kebaikan itu) Maksudnya kebaikan itu (Dan
lihatlah pada dzat yang telah memberikan rizqi padamu) Maksudnya dzat
yang telah menyampaikan kebaikan itu kepadamu (Dan ketika menimpa kepadamu
suatu musibah maka janganlah kamu mengadukan ku pada makhluk ku sebagaimana aku
tidak pernah mengadukanmu pada malaikatku ketika datang kepadaku aib-aib
dirimu) Maksudnya aib-aib dirimu.
قَالَ الْإِمَامُ ابْنُ عُيَيْنَةَ: مَنْ شَكَا
لِلنَّاسِ وَقَلْبُهُ صَابِرٌ رَاضٍ بِالْقَضَاءِ لَمْ يَكُنْ جَزَعًا فَإِنَّ
النَّبِيَّ قَالَ: ((أَجِدُنِي يَا جِبْرِيلُ مَغْمُومًا وَأَجِدُنِي
مَكْرُوبًا)) جَوَابًا لِسُؤَالِ جِبْرِيلَ عَنْهُ فِي مَرَضِ مَوْتِهِ
"كَيْفَ تَجِدُكَ".
Telah
berkata Imam Uyainah: Barang siapa mengadu pada manusia dan hatinya sabar,
ridho atas qhodo maka tidak termasuk resah karena sesungguhnya nabi telah
bersabda ((Aku menemukan diriku wahai Jibril bersedih dan aku menemukan
diriku susah)) Sebagai jawaban dari pertanyaan Malaikat Jibril kepada
nabi tentang penyakit yang menyebabkan ia mati. "bagaimana kamu mendapati
dirimu?".
Bab 3 Maqolah 23
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ
وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
وَهُوَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَاتِمُ بْنُ عُلْوَانَ، وَيُقَالُ: حَاتِمُ بْنُ
يُوسُفَ، وَهُوَ مِنْ أَكَابِرِ مَشَايِخِ خُرَاسَانَ وَكَانَ تِلْمِيذَ شَقِيقٍ.
Maqolah
yang ke dua puluh tiga (Dari Hatim Al-Asom) Radhiallahu Anhu
Ia adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Ulwan dan Dikatakan : Hatim Bin Yusuf,
Beliau adalah sebagian dari para pembesars syaik khurasan dan Ia adalah
muridnya Syaqiq.
رُوِيَ أَنَّهُ جَاءَتْ امْرَأَةٌ فَسَأَلَتْ حَاتِمًا
عَنْ مَسْأَلَةٍ فَاتَّفَقَ أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا فِي تِلْكَ الْحَالَةِ صَوْتٌ،
فَخَجِلَتْ فَقَالَ حَاتِمٌ: اِرْفَعِي صَوْتَكِ، فَأَرَى مِنْ نَفْسِهِ أَنَّهُ
أَصَمُّ فَسَرَتِ الْمَرْأَةُ بِذَلِكَ وَقَالَتْ: إنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ
الصَّوْتَ، فَغَلَبَ عَلَيْهِ اِسْمُ الْأَصَمِّ (مَا مِنْ صَبَاحٍ إلَّا
وَيَقُولُ الشَّيْطَانُ لِي: مَا تَأْكُلُ، وَمَا تَلْبَسُ، وَأَيْنَ تَسْكُنُ، فَأَقُولُ
لَهُ: آكُلُ الْمَوْتَ) أَيْ أَذُوقُ مَرَارَةَ الْمَوْتِ (وَأَلْبَسُ
الْكَفَنَ، وَأَسْكُنُ الْقَبْرَ، فَيَهْرُبُ) أَيْ الشَّيْطَانُ بِضَمِّ
الرَّاءِ (مِنِّي).
Diriwayatkan
sesungguhnya telah datang seorang perempuan kemudian ia bertanya kepada Hatim
tentang satu masalah kemudian secara tidak sengaja telah keluar dari wanita itu
suara kentut, kemudian wanita itu merasa malu, maka Hatim berkata : Keraskan
suaramu kemuadian Hatim Al-Asom memperlihatkan pada dirinya bahwa sesungguhnya
ia tuli maka menjadi bahagia wanita itu atas ketulian Hatim Al-Asom dan wanita
itu berkata sesungguhnya Hatim tidak mendengar suara kentut kemudian menjadi
terkenal kepada Hatim Al-Asom gelar Asom/tuli (Tidaklah di waktu pagi
kecuali setan berkata kepadaku: Apa yang akan engkau makan, dan apa yang akan
engkau pakai, dimana engkau akan berdiam kemudian aku berkata kepadanya: Aku
akan memakan kematian) Maksudnya aku akan mencicipi pahitnya
kematian (Dan aku akan memakai kain kafan, dan aku akan mendiami
quburan kemudian ia melarikan diri) Maksudnya setan, ladafz يَهْرُبُ dengan
mendhommahkan huruf ra (Dariku).
Bab 3 Maqolah 24
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ
وَالْعِشْرُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: مَنْ خَرَجَ مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ
إِلَى عِزِّ الطَّاعَةِ) وَهَذَا مِنْ إضَافَةِ الصِّفَةِ لِلْمَوْصُوفِ
أَيْ مَنْ تَرَكَ الْمَعْصِيَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ ذَلِيلًا وَعَمِلَ الطَّاعَةَ
الَّتِي تُصَيِّرُهُ عَزِيزًا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَلَاثَ صِفَاتٍ
مَحْمُودَةٍ (أَغْنَاهُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ مَالٍ) يُنْفِقُهُ
بَلْ بِسُكُونِ قَلْبِهِ (وَأَيَّدَهُ) أَيْ قَوَّاهُ (مِنْ
غَيْرِ جُنْدٍ) أَيْ عَسَاكِرَ يُعِينُونَهُ بَلْ بِقُوَّةِ اللَّهِ
تَعَالَى (وَأَعَزَّهُ) أَيْ غَلَبَهُ عَلَى عَدُوِّهِ (مِنْ
غَيْرِ عَشِيرَةٍ) أَيْ جَمَاعَةٍ يُعَاشِرُونَهُ بَلْ بِنَصْرِ اللَّهِ
تَعَالَى.
Maqolah
yang ke dua puluh empat (Dari Nabi ﷺ:
Barang siapa yang keluar dari kemaksiatan yang hina menuju ketaatan yang mulia) Lafadz
ini dari sebagian idhopatnya sifat kepada yang disifti. Maksudnya barang siapa
meninggalkan kemaksiatan yang menjadikan ia hina dan ia melakukan keta'atan
yang menjadikan ia mulia maka pasti Allah akan memberikan kepadanya tiga
sifat yang terpuji (Akan menjadikan kaya kepadanya Allah Ta'ala tanpa
harta) Yang ia membelanjakannya tetapi dengan ketenangan hatinya (Dan
Allah akan memberikan ia kekuatan) Maksudnya meberikan ia
kekuatan (Tanpa pasukan) Maksudnya tanpa tentara yang
membantunya tetapi dengan kekuatan Allah Ta'ala (Dan Allah akan
memuliakannya) Maksudnya Allah akan memberikan ia kemenangan atas
musuhnya (Tanpa kelompok) Maksudnya kelompok yang bergabung
dengannya tetapi dengan pertolongan Allah Ta'ala.
Bab 3 Maqolah 25
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ
وَالْعِشْرُونَ (رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ
خَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: كَيْفَ أَصْبَحْتُمْ) أَيْ
دَخَلْتُمْ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (فَقَالُوا: أَصْبَحْنَا) أَيْ
صِرْنَا فِي الصَّبَاحِ (مُؤْمِنِينَ بِاللَّهِ) جَلَّ
وَعَلَا (فَقَالَ) ﷺ (وَمَا عَلَامَةُ إيمَانِكُمْ؟
قَالُوا: نَصْبِرُ عَلَى الْبَلَاءِ) أَيْ الِامْتِحَانِ مِنَ اللَّهِ
تَعَالَى (وَنَشْكُرُ عَلَى الرَّخَاءِ) أَيْ الِاتِّسَاعِ فِي
الْمَعِيشَةِ (وَنَرْضَى بِالْقَضَاءِ) أَيْ الْحُكْمِ
الْإِلَهِيِّ فِي أَعْيَانِ الْمَوْجُودَاتِ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ مِنْ
الْأَحْوَالِ فِي الْأَزَلِ إِلَى الْأَبَدِ (فَقَالَ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ
وَ(السَّلَامُ: أَنْتُمْ الْمُؤْمِنُونَ حَقًا) أَيْ إِيمَانًا
مُطَابِقًا لِلْوَاقِعِ (وَرَبِّ الْكَعْبَةِ) الْوَاوُ
لِلْقَسَمِ .
Maqolah
yang ke dua puluh lima (Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Alaihis) Sholatu (Wassalam
keluar pada suatu hari menuju sahabat-sahabatnya kemudian Nabi bersabda:
Bagaimana keadaan kalian di waktu subuh) Maksudnya kalian masuk di
waktu subuh (Kemudian mereka berkata: Kami masuk di waktu subuh) Maksudnya
kami menjadi di waktu subuh (Sebagai orang-orang yang iman kepada
Allah) Jalla Wa'ala (Kemudian bersabda Nabi) ﷺ (Apa tanda keimanan kalian ?
Kemudain mereka menjawab: Kami bersabar atas balai) Maksudnya atas
ujian dari Allah Ta'ala (Dan kami bersyukur atas kemakmuran) Maksudnya
keluasan dalam ekonomi (Dan kami ridho atas Qodho) Maksudnya
hukum Allah mengenai pengkhususan segala sesuatu yang diadakan atas perkara
yang itu atas hukum Allah dari keadaan-keadaan di zaman azali sampai
seterusnya (Kemudian bersabda Nabi Alaihis) Sholatuwwa (Salam:
Kalian adalah orang-orang mu'min yang sebenarnya) Maksudnya Keimanan
yang sesuai dengan fakta (Demi dzat yang menguasai Ka'bah) Huruf
wau pada lafadz وَرَبِّ adalah
wau qosam/sumpah.
قَالَ بَعْضُ الْعَارِفِينَ: الصَّبْرُ ثَلَاثُ
مَقَامَاتٍ: تَرْكُ الشَّكْوَى وَهِيَ دَرَجَةُ التَّابِعِينَ، وَالرِّضَا
بِالْمَقْدُورِ وَهِيَ دَرَجَةُ الزَّاهِدِينَ، وَالْمَحَبَّةُ لِلِابْتِلَاءِ
وَهِيَ دَرَجَةُ الصِّدِّيقِينَ، فَفِي الْحَدِيثِ: ((اُعْبُدِ اللَّهَ
عَلَى الرِّضَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَفِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَگرَہ خَیْرٌ گَثِیْرٌ)).
Telah
berkata sebagian dari orang-orang yang ma'rifat billah: Sabar itu ada tiga
maqom: Meninggalkan keluh kesah itu adalah derajatnya tabiin, dan ridho atas
perkara yang ditaqdirkan itu adalah derajat orang-orang zuhud, dan senang atas
cobaan itu adalah derajatnya orang-orang yang benar. Dalam satu hadits ((Beribadahlah
kamu kepada Allah dengan ridho jika kamu tidak mampu maka dalam keadaan sabar
atas perkara yang engkau benci padanya ada kebaikan yang banyak)).
Bab 3 Maqolah 26
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ
وَالْعِشْرُونَ (أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى بَعْضِ الْأَنْبِيَاءِ) عَلَيْهِمْ
السَّلَامُ (مَنْ لَقِيَنِي) بِالْمَوْتِ (وَهُوَ
يُحِبُّنِي) أَيْ يَشْتَاقُ إِلَيَّ وَيَرْغَبُ فِيمَا عِنْدِي مِنَ
الثَّوَابِ (أَدْخَلْتُهُ جَنَّتِي) مَعَ السَّابِقِينَ (وَمَنْ
لَقِيَنِي) بِالْمَوْتِ (وَ) الْحَالُ (هُوَ
يَخَافُنِي) أَيْ يَخَافُ عَذَابِي (أَجْنَبْتُهُ نَارِي، وَمَنْ
لَقِيَنِي بِالْمَوْتِ وَهُوَ يَسْتَحْيِي مِنِّي) بِأَنْ تَنْقَبِضَ
نَفْسُهُ مِنْ شَيْءٍ خَوْفًا مِنْ عِقَابِ اللَّهِ تَعَالَى لَهُ فِيْهِ (أُنْسَيتُ
الْحَفَظَةَ) أَيْ الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ كَتَبُوا أَعْمَالَهُ (ذُنُوبَهُ) فَضْلًا
مِنَ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.
Maqolah
yang ke dua pulu enam (Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada para Nabi) Alaihimus
Salam (Barang siapa bertemu denganku) Sebab mati (Dan
ia mencintai aku) Maksudnya ia rindu padaku dan senang atas apa yang
ada padaku dari pahala (Maka pasti aku akan memasukkannya ke dalam
surgaku) Bersama orang-orang terdahulu (Dan Barang siapa
bertemu denganku) Sebab mati (Dan) huruf wau pada
kalimat ini adalah wau haliah (Ia takut padaku) Maksudnya
takut atas adzabku (Maka pasti aku akan menjauhkan ia dari nerakaku,
dan barang siapa bertemu denganku sebab mati dan ia malu padaku) Dengan
cara ia menahan dirinya dari suatu perkara karna takut dari siksaan Allah
Ta'ala padanya sebab perkara itu (Maka pasti aku akan menjadikan lupa
malaikat hafadhoh) Maksudnya malaikat yang menulis amal-amalnya (Pada
dosanya) Sebagai anugrah dari Allah Ta'ala padanya.
Bab 3 Maqolah 27
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ
وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ) رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ (أَدِّ مَا افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكَ) بِالتَّمَامِ (تَكُنْ
أَعْبَدَ النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ عِبَادَةً (وَاجْتَنِبْ
مَحَارِمَ اللَّهِ تَكُنْ أَزْهَدَ النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ
النَّاسِ بُغْضًا لِلدُّنْيَا وَإِعْرَاضًا عَنْهَا (وَارْضَ بِمَا قَسَمَ
اللَّهُ لَكَ) مِنَ الرِّزْقِ (تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ) أَيْ
تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ مَالًا.٠
Maqolah
yang ke dua puluh tujuh (Dari Abdullah Bin Mas'ud) Radhiallahu
Anhu (Tunaikanlah perkara yang telah memfardhukan Allah Ta'ala
kepadamu) Dengan sempurna (Maka pasti kamu akan menjadi
manusia yang paling ahli beribadah) Maksudnya kamu akan menjadi
manusia yang paling banyak beribadah (Dan jauhilah laranngan-larangan
Allah maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling zuhud) Maksudnya
kamu akan menjadi manusia yang paling banyak membenci dunia dan berpaling dari
dunia (Dan kamu harus ridho atas perkara yang telah Allah bagikan ke
padamu) Dari rizqi (Maka pasti kamu akan menjadi manusia
paling kaya) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak
hartanya.
Bab 3 Maqolah 28
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ
وَالْعِشْرُونَ (عَنْ صَالِحٍ الْمَرْقَدِيِّ) رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ (أَنَّهُ مَرَّ بِبَعْضِ الدِّيَارِ فَقَالَ: يَا دِيَارُ أَيْنَ
أَهْلُكِ) أَيْ أَيْنَ مُؤَنِّسُكِ (الْأَوَّلُوْنَ وَأَيْنَ
عُمَّارُكِ) أَيْ بَانُوكِ (الْمَاضُونَ، وَأَینَ سُكَانُْكِ
الْأَقْدَمُونَ، فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ) أَيْ صَاحَ بِهِ صَائِحٌ
فَسَمِعَ صَوْتَهُ وَلَمْ يَرَ شَخْصَهُ (انْقَطَعَتْ آثَارُهُمْ) أَيْ
عَلَامَتُهُمْ (وَبَلِيَتْ) أَيْ فَنِيَتْ (تَحْتَ
التُّرَابِ أَجْسَامُهُمْ وَبَقِيَتْ أَعْمَالُهُمْ قَلَائِدَ) أَيْ
أَطْوَاقًا فِي أَعْنَاقِهِمْ.
Maqolah
yang ke dua puluh delapan (Dari Solih Al-Marqodi) Radhiallahu
Anhu (Sesungguhnya ia melewati sebagian kampung-kampung kemudian ia
berkata: Wahai kampung-kampung di mana para pendudukmu) Maksudnya
dimana orang yang menempatimu (Yang awal dan dimana orang yang telah
memakmurkan kamu) Maksudnya orang yang membangunmu (Yang
terdahulu, dan dimana pendudukmu yang terdahulu, kemudian menjerit kepadanya
orang yang menjerit) Maksudnya menangis sambil berteriak kepadanya
orang yang menangis sambil berteriak kemudian Solih mendengar suaranya
sedangkan Solih tidak melihat orangnya (Telah terputus jejak-jejak
mereka) Maksudnya tanda-tanda mereka (Dan telah membusuk) Maksudnya
binasa (Di bawah tanah jasad mereka dan telah menetap amal mereka
menjadi kalung) Maksudnya menjadi kalung di leher-leher mereka.
Bab 3 Maqolah 29
(وَ)
الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (تَفَضَّلْ عَلَى مَنْ شِئْتَ) أَيْ
أَحْسِنْ إِلَيْهِ وَأَنْعِمْ عَلَيْهِ (فَأَنْتَ أَمِيرُهُ) أَيْ
إِنْ أَحْسَنْتَ إِلَى شَخْصٍ بِالْعَطَاءِ صِرْتَ أَمِيرًا لَهُ (وَاسْأَلْ
مَنْ شِئْتَ فَأَنْتَ أَسِيرُهُ) أَيْ وَاسْأَلْ النَّاسَ مَا
تَحْتَاجُهُ مِنَ الْمَالِ وَالْعِلْمِ فَإِنِ احْتَجْتَ إِلَى شَخْصٍ فِي ذَلِكَ
صِرْتَ عَبْدًا لَهُ لِأَنَّ النُّفُوسَ جُبِلَتْ بِحُبِّ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهَا
كَمَا فِي الْحَدِيثِ: ((وَمَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ أَسِيرٌ لَهُ))،
وَلِقَوْلِ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ: أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي
حَرْفًا فَإِنْ شَاءَ بَاعَنِي وَإِنْ شَاءَ أَعْتَقَنِي (وَاسْتَغْنِ
عَمَّنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ نَظِيرُهُ) أَيْ اِكْتَفِ بِمَا عِنْدَكَ مِنَ
الرِّزْقِ وَلَا تَفْتَقِرْ فِي الْمَالِ لِشَخْصٍ غَنِيٍّ كَثِيرِ الْمَالِ
فَإِنْ لَمْ تَفْتَقِرْ إِلَيْهِ صِرْتَ غَنِيًّا مِثْلَهُ .
Maqolah
yang ke dua puluh sembilan (Dari Alii Radhialllahu Anhu) Wakarroma
Wajhahu (Berikanlah anugrah kepada siapapun yang kamu kehendaki) Maksudnya
berbuat baiklah kamu kepada siapapun yang kamu kehendaki dan berikanlah
kenikmatan kepada siapapun yang kamu kehendaki (Maka kamu adalah
pemimpinnya) Maksudnya jika kamu berbuat baik kepada seseorang dengan
cara memberi maka kamu pasti akan menjadi pemimpin baginya (Dan
mengemislah kamu kepada orang yang kamu kehendaki maka kamu adalah budaknya) Maksudnya
mengemislah kamu kepada manusia atas apapun yang engkau membutuhkannya dari
harta dan ilmu jika kamu butuh pada seseorang dalam hal itu maka pasti kamu
akan menjadi budak baginya karena sesungguhnya jiwa jiwa manusia diciptakan
dengan mencintai seseorang yang telah berbuat baik kepadanya sebagaimana
keterangan dalam hadits: ((Barang siapa mencintai sesuatu maka ia
menjadi tawanan baginya)), Dan karena perkataan Ali Karramallahu
Wajhahu : Aku adalah budaknya seorang guru yang telah mengajarkan padaku
walaupun hanya satu huruf. Jika ia mau maka ia menjual ku dan jika ia mau maka
ia memerdekakanku. (Dan jadilah kamu mandiri dari orang yang kamu
kehendaki maka sesungguhnya kamu menjadi orang yang sebanding dengannya) Maksudnya
kamu harus merasa cukup atas apa yang ada padamu dari rizqi dan janganlah kamu
merasa butuh dalam masalah harta pada orang kaya yang banyak hartanya. Jika
kamu tidak butuh pada orang kaya maka pasti kamu akan menjadi kaya sepertinya.
Bab 3 Maqolah 30
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ) أَبِي
زَكَرِيَّا (يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ: تَرْكُ
الدُّنْيَا كُلِّهَا أَخْذُ الْآخِرَةِ كُلِّهَا) لِأَنَّهُمَا
كَالضَّرَّتَيْنِ (فَمَنْ تَرَكَهَا) أَيْ الدُّنْيَا (كُلَّهَا
أَخَذَهَا) أَيْ الْآخِرَةَ (كُلَّهَا) أَيْ فَمَنْ
أَعْرَضَ عَنِ الدُّنْيَا بِالْكُلِّيَّةِ أَحَبَّ الْآخِرَةَ حُبًّا
كَثِيرًا (وَمَنْ أَخَذَهَا) أَيْ الدُّنْيَا (كُلَّهَا
تَرَكَهَا) أَيْ الْآخِرَةَ (كُلَّهَا) أَيْ فَمَنْ
أَحَبَّ الدُّنْيَا بِالْكُلِّيَّةِ أَعْرَضَ عَنِ الْآخِرَةِ
بِالْكُلِّيَّةِ (فَأَخْذُهَا فِي تَرْكِهَا) أَيْ فَحُبُّ
الْآخِرَةِ سَبَبُ الْإِعْرَاضِ عَنِ الدُّنْيَا (وَتَرْكُهَا فِي
أَخْذِهَا) أَيْ وَبُغْضُ الدُّنْيَا بِسَبَبِ حُبِّ الْآخِرَةِ.
Maqolah
yang ke tiga puluh (Dari) Abu zakariya (Yahya Bin
Mu'adz Rahmatullahi Alaihi: Meninggalkan dunia seluruhnya itu adalah mengambil
akhirat seluruhnya) Karena sesungguhnya dunia dan akhirat itu seperti dua
kebutuhan (Maka barang siapa meninggalkannya) Maksudnya
dunia (Seluruhnya maka ia telah mengambil akhirat) Maksudnya
akhirat (Seluruhnya) Maksudnya barang siapa berpaling dari
dunia secara keseluruhan maka ia pasti mencintai akhirat dengan cinta yang banyak (Dan
barang siapa mengambilnya) Maksudnya dunia (Seluruhnya maka ia
telah meninggalkan akhirat) Maksudnya akhirat (Seluruhnya) Maksudnya
barang siapa mencintai dunia secara keseluruhan maka ia pasti berpalinng dari
akhirat secara keseluruhan. (Mengambil akhirat itu adalah sebab
meninggalkan dunia) Maksudnya Mencintai akhirat itu adalah sebab
berpaling dari dunia (Dan meninggalkan akhirat itu adalah sebab
mengambil dunia) Maksudnya membenci dunia itu adalah sebab mencintai
akhirat.
Bab 3 Maqolah 31
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَدْهَمَ رَحِمَهُ اللَّهُ
أَنَّهُ قِيلَ لَهُ: بِمَ وَجَدْتَ الزُّهْدَ) أَيْ بِأَيِّ شَيْءٍ
أَحْبَبْتَ تَرْكَ رَاحَةِ الدُّنْيَا طَلَبًا لِرَاحَةِ الْآخِرَةِ ؟. رُوِيَ
أَنَّهُ كَانَ سُلْطَانًا فِي بَلَدِهِ فَتَرَكَ السَّلْطَنَةَ وَاجْتَهَدَ فِي
الْعِبَادَةِ فِي مَكَّةَ وَغَيْرِهَا.
Maqolah
yang ke tiga puluh satu (Dari Ibrahim Bin Adham Rahimahullah
sesungguhnya dikatakan kepadanya: Sebab apa kamu menemukan sifat juhud) Maksudnya
sebab hal apa kamu suka meninggalkan kesenangan dunia karena mencari kesenangan
akhirat ?. Diriwayatkan sesungguhnya Ibrahim bin Adham menjadi sultan di
negaranya kemudian ia meninggalkan kekuasaan kemudian dia bersungguh-sungguh
dalam peribadahan di kota Mekkah dan selain kota Mekkah.
وَفِي الرِّسَالَةِ الْقُشَيْرِيَّةِ هُوَ أَبُو
إِسْحَاقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ كَورَةِ بَلْخٍ كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ
الْمُلُوكِ فَخَرَجَ يَوْمًا مُتَصَيِّدًا فَأَثَارَ ثَعْلَبًا أَوْ أَرْنَبًا
وَهُوَ فِي طَلَبِهِ فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ: يَا إبْرَاهِيمُ أَلِهَذَا خُلِقْتَ
أَمْ بِهَذَا أُمِرْتَ؟ ثُمَّ هَتَفَ بِهِ أَيْضًا مِنْ قَرْبُوسِ سَرْجِهِ:
وَاللَّهِ مَا لِهَذَا خُلِقْتَ وَلَا بِهَذَا أُمِرْتَ، فَنَزَلَ عَنْ دَابَّتِهِ
وَصَادَفَ رَاعِيًا لِأَبِيهِ فَأَخَذَ جُبَّةً لِلرَّاعِي مِنْ صُوفٍ وَلَبِسَهَا
وَأَعْطَاهُ فَرَسَهُ وَمَا مَعَهُ ثُمَّ إنَّهُ دَخَلَ الْبَادِيَةَ ثُمَّ دَخَلَ
مَكَّةَ وَصَحِبَ بِهَا سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَالْفُضَيْلَ بْنُ عِيَاضٍ
وَدَخَلَ الشَّامَ وَمَاتَ بِهَا وَكَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ مِثْلَ
الْحَصَادِ وَحِفْظِ الْبَسَاتِينِ وَغَيْرِ ذَلِكَ اهْ.
Dalam
kitab Risalah Qusyairiyah Ibrahim bin Adham adalah Abu Ishaq Ibrahim Bin Mansur
dari kauroh Balkh ia adalah anak dari raja. Ia keluar pada suatu hari sambil
berburu kemudian ia menyerbu musang atau kelinci. Saat dia dalam penyerbuan
kemudian berteriak kepadanya orang yang berteriak : Wahai Ibrahim apakah untuk
ini engkau diciptakan ? atau apakah dengan ini engkau diperintah ? kemudian
berteriak kepadanya juga dari arah bagian pelananya : Demi Allah bukan untuk
ini engkau diciptakan dan bukan dengan ini engkau diperintah. Kemudian Ibrahim
bin Adham turun dari kendaraanya kemudian secara tidak sengaja ia bertemu
dengan seorang pengembala milik ayahnya kemudian ia mengambil sebuah jubah milik
si pengembala yang terbuat dari woll kemudian ia mengenakan jubah itu kemudian
Ibrahim bin Adham memberikan kepadanya kudanya dan apa yang ada padanya
kemudian sesungguhnya ia masuk ke suatu lembah kemudian ia masuk ke Mekkah dan
Ibrahim Bin Adham menemani Supyan Ats-tsauri dan Fudhoil bin Iyadh di Mekkah
kemudian ia masuk ke negri Syam dan meninggal di negri Syam. Ia adalah orang
yang makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri seperti panen dan
menjaga kebun-kebun dan selain hal itu.
(قَالَ) أَيْ
سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيمُ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: رَأَيْتُ الْقَبْرَ
مُوحِشًا) أَيْ قَاطِعًا لِلْقُلُوبِ عَنْ مَحْبُوبَاتِهِ (وَلَيْسَ
مَعِيْ مُؤْنِسٌ) أَيْ مَنْ يُسْكِنُ قَلْبِيْ (وَرَأَيْتُ
طَرِيقًا طَوِيلًا) أَيْ مَسَافَةً بَعِيدَةً فِي اَلْآخِرَةِ (وَلَيْسَ
مَعِيْ زَادٌ) يُعِينُنِي عَلَى تِلْكَ الْمَسَافَةِ (وَرَأَيْتُ
الْجَبَّارَ) أَيْ الَّذِي يَقْهَرُ الْعِبَادَ عَلَى كُلِّ مَا
أَرَادَ (قَاضِيًا وَلَيْسَ لِيْ حُجَّةٌ) أَيْ مَا يَدُلُّ
عَلَى صِحَّةِ دَعْوَايَ.
(Telah
berkata) Maksudnya Tuanku Ibrahim (Aku menemukan
sifat juhud dengan tiga perkara: Aku melihat quburan sepi) Yang
memutuskan hati dari yang dicintainya (Dan tidak ada bersamaku orang
yang menghibur) Maksudnhya orang yang menenangkan hatiku (Dan
aku melihat jalan yang panjang) Maksudnya jarak yang jauh di
akhirat (Dan tidak ada bersamaku perbekalan) Yang akan
menolongku atas jarak itu (Dan aku melihat Allah yang maha perkasa) Maksudnya
dzat yang bisa memaksa kepada para hamba atas setiap perkata yang ia
kehendaki (Sebagai hakim dan tidak ada bagiku hujjah) Maksudnya
hal yang menunjukkan atas kebenaran pengakuan ku.
Bab 3 Maqolah 32
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّهُ
سُئِلَ عَنِ الْأُنْسِ بِاللَّهِ تَعَالَى مَا هُوَ؟ فَقَالَ:) أَيْ
سُفْيَانُ (أَنْ لَا تَسْتَأْنِسَ بِكُلِّ وَجْهٍ صَبِيحٍ) أَيْ
مُشْرِقٍ (وَلَا بِصَوْتٍ طَيِّبٍ) أَيْ لَذِيذٍ فِي السَّمَاعِ
وَشَارِحٍ فِي الْقَلْبِ وَ(لَا بِلِسَانٍ فَصِيحٍ) أَيْ جَیِّدٍ.
Maqolah
yang ke tiga puluh dua (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullah :
Sesungguhnya ia ditanya tentang ketenangan bersama Allah apakah itu? Kemudian
ia menjawab) Maksudnya Supyan (Janganlah kamu merasa senang
dengan setiap wajah yang ceria) Wajah yang bersih (Dan
janganlah kamu senang dengan suara yang merdu) Maksudnya suara yang
enak di dengar dan yang melapangkan hati dan (Janganlah kamu senang
dengan lisan yang pasih) Maksudnya yang bagus.
Bab 3 Maqolah 33
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ
قَالَ: الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ: زَايٌ وَهَاءٌ وَدَالٌ، فَالزَّايُ زَادٌ
لِلْمَعَادِ) أَيْ لِلْآخِرَةِ وَهُوَ تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى (وَالْهَاءُ
هُدًى لِلدِّينِ) أَيْ سُلُوكُ طَرِيقٍ يُوصِلُ إِلَى الطَّرِيقَةِ
الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَالدَّالُّ دَوَامٌ عَلَى الطَّاعَةِ).
Maqolah
yang ke tiga puluh tiga (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma
sesungguhnya ia berkata: zuhud ada tiga huruf: ز dan ه dan د maka ز adalah زاد للمعاد bekal
untuk akhirat) Maksudnya untuk akhirat yaitu takwa
kepada Allah Ta'ala (Dan ه adalah هدى للدين petunjuk
agama) maksudnya menelusuri jalan yang bisa
menyampaikan menuju jalan Nabi Muhammad (Dan د adalah دوام على الطاعة istiqomah
dalam ketaatan).
Bab 3 Maqolah 34
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ) أَيْ ابْنُ عَبَّاسٍ (فِي
مَوْضِعٍ آخَرَ:) الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ (الزَّايُ تَرْكُ
الزِّينَةِ، وَالْهَاءُ تَرْكُ الْهَوَى) أَيْ مَحْبُوبَاتِ
النَّفْسِ (وَالدَّالُ تَرْكُ الدُّنْيَا) مِنْ ثَنَاءِ
الْخَلْقِ وَمِنْ التَّنَعُّمِ وَالتَّوَسُّعِ فِي الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ
وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.
Maqolah
yang ke tiga puluh empat (Telah berkata) Maksudnya Ibnu
Abbas (Di tempat yang lain:) Zuhud ada tiga huruf (ز adalah ترك الزينة meninggalkan
zinah, dan ه adalah ترك الهوى meninggalkan
hawa nafsu) Maksudnya hal-hal yang dicintai
nafsu (Dan د adalah ترك الدنيا meninggalkan
dunia) Dari pujian makhluq dan dari kenikmatan dan
dari kemewahan pada makanan dan minuman dan pakaian dan tempat tinggal.
Bab 3 Maqolah 35
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَامِدِ اللَّقَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ
أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ: أَوْصِنِيْ) أَيْ بِمَا يَنْفَعُنِيْ فِي
الدِّيْنِ (فَقَالَ: اِجْعَلْ لِدِينِكَ غِلَافًا كَغِلَافِ الْمُصْحَفِ) وَهُوَ
مَا يَصُوْنُهُ عَنِ الدَّنَسِ (قِيلَ لَهُ: مَا غِلَافُ الدِّينِ) فَالشَّرِيعَةُ
مِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُطَاعُ تُسَمَّى دِينًا وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُجْمَعُ
تُسَمَّى مِلَّةً وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا يُرْجَعُ إلَيْهَا تُسَمَّى
مَذْهَبًا (قَالَ لَهُ:) غِلَافُ الدِّينِ (تَرْكُ
الْكَلَامِ إلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يُحْصُلُ
الْمَقْصُودُ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا إلَّا بِهِ. قَالَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ
السَّلَامُ أَوْ لُقْمَانُ: إذَا كَانَ الْكَلَامُ مِنْ فِضَّةٍ كَانَ السُّكُوتُ
مِنْ ذَهَبٍ. وَالْمَعْنَى إذَا كَانَ الْكَلَامُ فِي الْخَيْرِ كَالْفِضَّةِ
حَسَنًا كَانَ السُّكُوتُ عَنِ الشَّرِّ كَالذَّهَبِ فِي الْحُسْنِ اهْ.
Maqolah
yang ke tiga puluh lima (Dari Hamid Al-Laqof Rahimahullah Sesungguhnya
datang kepadanya seorang lelaki kemudian berkata kepada Hamid Al-Laqof:
Berikanlah aku wasiat) Maksudnya atas perkara yang bermanfaat padaku
dalam agama (Kemudian Hamdi Al-Laqof berkata: Jadikanlah unuk agamamu
bungkus seperti bungkus mushaf) Maksudnya yang bisa menjaga dari
kotoran (Dikatakan kepadanya: Apa bungkus agama ?) Syariat
dari sekiranya sesungguhnya syariat itu diikuti maka dinamakan agama dan dari
sekiranya sesungguhnya syariat itu dikumpulkan maka dinamakan millah dan dari
sekiranya sesungguhnya syariat itu dikembalikan agama padanya maka dinamakan
madzhab (Hamid Al-Laqof berkata kepadanya:) Bungkus
agama (Adalah meninggalkan percakapan kecuali percakapan yang tidak
boleh tidak darinya) yaitu percakapan yang tidak akan hasil pada yang
dimaksud dari urusan dunia kecuali dengannya. Telah bersabda Nabi Sulaiman
Alaihis Salam atau Luqman : Jika berbicara itu adalah perak maka pasti diam itu
adalah emas. Maknanya Jika berbicara tentang kebaikan seperti perak itu bagus
maka pasti diam dari perkataan buruk itu seperti emas dalam hal bagusnya.
وَالسَّاكِتُ فِي الْحَقِّ كَالنَّاطِقِ فِي
الْبَاطِلِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا) مِنَ الْأَمْتِعَةِ (إِلَّا
مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا تَحْصُلُ الْحَاجَةُ إِلَّا
بِهِ (وَتَرْكُ مُخَالَطَةِ النَّاسِ إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ
مَا لَا يَحْصُلُ الْمَطْلُوبُ إلَّا بِهِ.
Dan
orang yang diam tentang kebenaran itu seperti orang yang berbicara dalam
kebatilan. (Dan meninggalkan dunia) Dari benda-benda (Kecuali
dunia yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu perkara yang tidak akan
hasil suatu kebutuhan kecualing dengannya (Dan meninggalkan bergaul
dengan manusia kecuali bergaul yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu
pergaulan yang tidak akan hasil yang dicari kecuali dengan bergaul.
وَالنَّاسُ تَنْقَسِمُ إِلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ
كَمَا قَالَهُ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ:
رَجُلٌ لَا لِسَانَ لَهُ وَلَا قَلْبَ وَهُوَ الْعَاصِي الْغَرُّ الْغَبِيُّ،
فَاحْذَرْ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ وَلَا تَقُمْ فِيهِمْ فَإِنَّهُمْ أَهْلُ
الْعَذَابِ، وَرَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلَا قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَا
يَعْمَلُ بِهَا، يَدْعُو النَّاسَ إلَى اللَّهِ تَعَالَى وَهُوَ يَفِرُّ مِنْهُ
فَابْعُدْ مِنْهُ لِئَلَّا يَخْطَفَكَ بِلَذِيذِ لِسَانِهِ فَتُحْرِقَكَ نَارُ
مَعَاصِيْهِ وَيَقْتُلَكَ نَتْنُ قَلْبِهِ، وَرَجُلٌ لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ
نَفْسِهِ وَنَوَّرَ قَلْبَهُ وَعَرَّفَهُ غَوَائِلَ مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمَ
الْكَلَامِ فَهَذَا رَجُلٌ وَلِيُّ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظٌ فِي سَتْرِ اللَّهِ
تَعَالَى، فَالْخَيْرُ كُلُّ الْخَيْرِ عِنْدَهُ فَدُوْنَكَ وَمُخَالَطَتَهُ
وَخِدْمَتَهُ فَيُحِبَّكَ اللَّهُ تَعَالَى، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ
وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِاللَّهِ تَعَالَى وَآيَاتِهِ
اِسْتَوْدَعَ اللَّهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرَحَ صَدْرَهُ لِقَبُولِ
الْعُلُومِ فَاحْذَرْ أَنْ تُخَالِفَهُ وَتُجَانِبَهُ وَتَتْرُكَ الرُّجُوعَ إِلَى
نَصِيحَتِهِ.
Manusia
itu terbagi pada empat kelompok sebagaimana telah berkata tentang hal itu
tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa Sirrohu: Lelaki yang tidak
mempunya lisan dan tidak mempunyai hati dan dia adalah orang yang bermaksiat
yang menipu dan bodoh, Maka berhati hatilah kamu menjadi bagian dari mereka dan
janganlah kamu berdiri diantara mereka karena mereka adalah orang yang pantas
mendapat siksaan. Lelaki yang mempunyai lisan dan tidak mempunyai hati kemudian
ia berbicara dengan kalimat kalimat hikmah dan ia tidak mengamalkan pada
hikmah, dia mengajak kepada manusia menyembah Allah Ta'ala sedangkan ia kabur
dari Allah maka menjauhlah kamu darinya supaya ia tidak menyambarmu dengan
kenikmatan lisannya kemudian akan membakarmu api kemaksiatannya dan akan
membunuhmu kebusukan hatinya. Lelaki yang mempunyai hati tanpa mempunyai lisan
dia adalah orang mu'min yang menutup kepadanya Allah Ta'ala dari makhluk Allah
dan Allah memperlihatkan padanya atas aib-aib dirinya Dan Allah menerangi
hatinya dan Allah memberi tahu padanya tentang bahayanya bergaul dengan manusia
dan bahayanya kesialan obrolan Maka lelaki ini adalah kekasih Allah yang dijaga
dalam perlindungan Allah Ta'ala. Kebaikan seluruh kebaikan ada pada lelaki itu
maka wajib atasmu bergaul dengannya dan berkhidmah padanya maka pasti akan
cinta padamu Allah Ta'ala. Lelaki yang mengaji dan mengajar dan mengamalkan
ilmunya dan ia tahu pada Allah dan pada ayat Allah. Allah menitipkan kedalam
hatinya keindahan-keindahan ilmunya dan Allah melapangkan hatinya untuk
menerima ilmu maka berhati hatilah kamu menyelisihinya dan menjauhinya dan
meninggalkan merujuk pada nasihatnya.
(ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الِاجْتِنَابُ
عَنِ الْمَحَارِمِ، كَبِيرِهَا وَصَغِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا وَرَعَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ
الزُّهْدُ (وَأَدَاءُ جَمِيعِ الْفَرَائِضِ يَسِيرِهَا وَعَسِيرِهَا) لِأَنَّ
مَنْ لَا تَوْبَةَ لَهُ لَا تَصِحُّ لَهُ الْإِنَابَةُ فَالتَّوْبَةُ هُوَ
الْقِيَامُ بِكُلِّ حُقُوقِ الرَّبِّ وَالْإِنَابَةُ هُوَ إخْرَاجُ الْقَلْبِ مِنْ
ظُلُمَاتِ الشُّبُهَاتِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلَى أَهْلِهَا قَلِيلِهَا
وَكَثِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا قَنَاعَةَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ
التَّوَكُّلُ وَمَنْ لَا تَوَكُّلَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّسْلِيمُ اهٍ.
(Kemudian
ketahuilah sesungguhnya asal zuhud itu adalah menjauhi dari yang diharamkan,
besarnya yang diharamkan itu atau kecilnya yang diharamkan itu) Karena
sesungguhnya orang yang tidak wara' itu tidak sah baginya zuhud (Dan
menunaikan seluruh kefardhuan mudahnya kewajiban itu atau susahnya kewajiban
itu) Karena sesunggunya orang yang tidak bertaubat untuk dirinya
itu tidak sah baginya kembali kepada Allah. Taubat adalah mendirikan setiap
hak-hak Allah. Inabah adalah mengeluarkan hati dari kegelapan-kegelapan
syubhat (Dan meninggalkan dunia pada Ahlinya sedikitnya dunia itu dan
banyaknya dunia itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak qonaah untuk
dirinya itu tidak sah baginya tawakkal dan barang siapa yang tidak bertawakal
kepada Allah maka tidak sah baginya taslim.
فَالتَّوَكُّلُ هُوَ الثِّقَةُ بِمَا عِنْدَ اللَّهِ
وَالْيَأْسُ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ، فَالتَّسْلِيمُ هُوَ الِانْقِيَادُ
لِأَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى وَتَرْكُ الْإِعْرَاضِ فِيمَا لَا يُلَائِمُ.
Tawakkal
adalah percaya atas perkara yang ada pada Allah dan memutuskan harapan dari
perkara yang ada pada tangan manusia, Taslim adalah patuh pada perintah Allah
dan meninggalkan protes dalam perkara yang tidak sesuai keinginan.
Bab 3 Maqolah 36
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ لُقْمَانَ الْحَكِيمِ: أَنَّهُ قَالَ لِابْنِهِ:
يَا بُنَيَّ إِنَّ النَّاسَ ثَلَاثَةُ أَثْلَاثٍ: ثُلُثٌ لِلَّهِ، وَثُلُثٌ
لِنَفْسِهِ، وَثُلُثٌ لِلدُّودِ، فَأَمَّا مَا هُوَ لِلَّهِ فَرُوحُهُ) فَهُوَ
رَاجِعٌ لِلَّهِ تَعَالَى (وَأَمَّا مَا هُوَ لِنَفْسِهِ فَعَمَلُهُ) فَهُوَ
رَاجِعٌ لِنَفْسِهِ بِالنَّفْعِ وَالْإِضْرَارِ (وَأَمَّا مَا هُوَ
لِلدُّودِ فَجِسْمُهُ) فَهُوَ مَأْكُولُ الدُّودِ.
Maqolah
yang ke tiga puluh enam (Dari Luqman Al-Hakim: Sesungguhnya ia berkata
kepada anaknya: Wahai anakku sesungguhnya manusia itu terbagi tiga pertiga:
Sepertiga untuk Allah dan sepertiga untuk dirinya dan sepertiga untuk
cacing. Adapun sepertiga yaitu yang untuk Allah adalah ruh manusia) Maka
ruh manusia itu kembali kepada Allah Ta'ala (Dan adapun sepertiga yaitu
untuk manusia adalah amalnya) Maka amal manusia itu kembali kepada
dirinya sendiri dengan manfaat dan madharat (Dan adapun sepertiga yaitu
untuk cacing adalah jasad manusia) Maka jasad manusia itu menjadi
makanan cacing.
Bab 3 Maqolah 37
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ
عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ) وَرَضِيَ عَنْهُ (أَنَّهُ
قَالَ: ثَلَاثٌ يَزِدْنَ فِي الْحِفْظِ) فِي الذِّهْنِ (وَيُذْهِبْنَ
الْبُلْغَمَ) وَهُوَ أَحَدُ الطَّبَائِعِ الْأَرْبَعَةِ وَهِيَ
الْبُلْغَمُ وَالدَّمُ وَالسَّوْدَاءُ وَالصَّفْرَاءُ (السِّوَاكُ
وَالصَّوْمُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ).
Maqolah
yang ke tiga puluh tujuh (Dari Ali Karromallahu Wajhah) Waradhia
Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Tiga perkara yang bisa menambah hafalan) Dalam
hati (Dan menghilangkan dahak) Dahak adalah salah satu dari
tabiat yang empat yaitu dahak, darah, empedu hitam dan empedu kuning (Yaitu
siwak dan berpuasa dan membaca Al-Qur'an).
Bab 3 Maqolah 38
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ كَعْبِ الْأَحْبَارِ) أَيْ مَلْجَأِ
الْعُلَمَاءِ مِنَ الْيَهُودِ أَسْلَمَ فِي زَمَنِ سَيِّدِنَا عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (الْحُصُونُ لِلْمُؤْمِنِينَ مِنَ
الشَّيْطَانِ ثَلَاثٌ) مِنَ الْخِصَالِ: أَيْ الَّتِي تَمْنَعُ
الْمُؤْمِنِينَ وَتَحْفَظُهُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثٌ، وَالْحِصْنُ هُوَ
الْمَكَانُ الْمُرْتَفِعُ الَّذِي يَمْنَعُ الْعَدُوَّ وَالْحِصْنُ أَيْضًا
السِّلَاحُ كَمَا فِي الْأَسَاسِ (الْمَسْجِدُ حِصْنٌ) لِأَنَّهُ
مَحَلُّ الذَّاكِرِينَ وَالْمَلَائِكَةِ (وَذِكْرُ اللَّهِ حِصْنٌ) لَا
سِيَّمَا لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ
يَنْقَبِضُ أَيْ يَخْتَفِي وَيَتَأَخَّرُ إِذَا سَمِعَ ذِكْرُ اللَّهِ
تَعَالَى (وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ حِصْنٌ) لَا سِيَّمَا آيَةُ
الْكُرْسِيِّ كَمَا هُوَ مُجَرَّبٌ.
Maqolah
yang ke tiga puluh delapan (Dari Ka'b Al-Ahbar) Maksudnya
rujukan para ulama dari kalangan yahudi ia masuk Islam di zaman Sayyidina Umar
bin Khottob Radhiallahu Anhu (Benteng-benteng untuk orang-orang yang
beriman dari godaan syaiton itu ada tiga) perkara: Maksudnya yang
mencegah kepada orang orang yang beriman dan melindungi dari syaitan itu ada
tiga, الْحِصْنُ yaitu
tempat yang tinggi yang mencegah kepada musuh الْحِصْنُ juga
bermakna pedang sebagaimana dalam kamus Al-Asas (Masjid itu adalah
benteng) Karena sesungguhnya masjid adalah tempat orang-orang yang
berdzikir dan tempat para malaikat (Dan dzikir kepada Allah itu adalah
benteng) Apalagi bacaan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ,
Karena sesungguhnya setan itu menyusut dan sembunyi dan mundur ketika ia
mendengar dzikrullahi Ta'ala (Dan membaca Al-Quran adalah benteng) apalagi
ayat kursi sebagaimana ia telah dibuktikan.
Bab 3 Maqolah 39
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: ثَلَاثٌ مِنْ
كَنْزِ اللَّهُ تَعَالَى) أَيْ مِمَّا يَدَّخِرُهُ اللَّهُ تَعَالَى لَا
يُعْطِيهَا اللَّهُ إِلَّا مَنْ أَحَبَّهُ (الْفَقْرُ) وَهُوَ
فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَالْمَرَضُ) وَهُوَ يَعْرِضُ
لِلْبَدَنِ فَيُخْرِجُهُ عَنِ الِاعْتِدَالِ الْخَاصِّ (وَالصَّبْرِ) وَهُوَ
تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ لَا إِلَى اللَّهِ
تَعَالَى، وَالرِّضَا بِالْقَضَاءِ لَا يَقْدَحُ فِيهِ الشَّكْوَى إِلَى اللَّهِ
وَلَا إِلَى غَيْرِهِ وَإِنَّمَا يَقْدَحُ بِالرِّضَا فِي الْمَقْضِيِّ وَإِنَّمَا
لَزِمَ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ لِأَنَّ الْعَبْدَ لَا بُدَّ أَنْ يَرْضَى بِحُكْمِ
سَيِّدِهِ، كَذَا فِي التَّعْرِيفَاتِ لِلسَّيِّدِ عَلِيٍّ الْجُرْجَانِي.
Maqolah
yang ke tiga puluh sembilan (Dari sebagian orang yang bijaksana
sesungguhnya mereka berkata: Tiga perkara dari sebagian gudangnya Allah) Maksudnya
dari perkara yang Allah Ta'ala simpan pada perkara itu yang tidak akan Allah
berikan perkara itu kecuali kepada orang yang Allah cintai (Kefaqiran) Kefaqiran
adalah tidak adanya perkara yang ia membutuhkan pada perkara itu (Dan
sakit) Sakit adalah yang menimpa pada badan kemudian mengeluarkan pada
badan dari kenormalan yang khusus (Dan kesabaran) Sabar adalah
meninggalkan prilaku mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah tidak
kepada Allah Ta'ala, dan ridho atas qodhonya tidak menjelek-jelekan dalam qodho
mengeluh kepada Allah dan tidak kepada selain Allah dan sesungguhnya
menjelek-jelekan atas ridho hanya dalam perkara yang dipastikan dan
sesungguhnya wajib ridho pada qodho karena sesungguhnya seorang hamba tidak
boleh tidak harus ridho pada hukum tuannya, seperti keterangan dalam kitab
At-Ta'rifat milik sayyid Al-jurjani.
Bab 3 Maqolah 40
(وَ) الْمَقَالَةُ الْأَرْبَعُونَ (عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حِينَ سُئِلَ: مَا خَيْرُ الْأَيَّامِ
وَمَا خَيْرُ الشُّهُورِ وَمَا خَيْرُ الْأَعْمَالِ؟ فَقَالَ) أَيْ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ (خَيْرُ الْأَيَّامِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ) لِأَنَّهُ
سَيِّدُ الْأَيَّامِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ
الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَخَيْرُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ) لِأَنَّهُ
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ وَفِيهِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَفِيهِ الصِّيَامُ
الْوَاجِبُ وَلِأَنَّ ثَوَابَ النَّفْلِ فِيهِ كَثَوَابِ الْفَرْضِ.
Maqolah
yang ke empat puluh (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma ketika ia
ditanya: Apa sebaik-baiknya hari dan apa sebaik-baiknya bulan dan apa
sebaik-baiknya amal? Maka ia berkata) Maksudnya Abdullah Bin
Abbas (Sebaik-baiknya hari adalah hari Jum'at) Karena
sesungguhnya hari Jum'at adalah tuannya hari Allah telah memberikan hari jumat
untuk umat Nabi Muhammad ini (Dan sebaik-baiknya bulan adalah bulan
Ramadhan) Karena sesungguhnya diturunkan di bulan Ramadhan Al-Qur'an
dan di turunkan di bulan Ramadhan Lailatul Qodar dan di bulan Ramadhan
diturunkan Puasa yang wajib dan karena sesungguhnya pahala amalan sunah di
bulan Ramadhan itu seperti pahala amalan fardhu.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْوَرَّاقُ: شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرِ
الزَّرْعِ وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ
حَصَادِ ذَلِكَ الزَّرْعِ.
Telah
berkata Abu Bakar Al-Warroq: Bulan Rajab adalah bulan bercocok tanam dan bulan
Sya'ban adalah bulan mengairi tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen
tanaman itu.
(وَخَيْرُ الْأَعْمَالِ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ
لِوَقْتِهَا) فَإِنَّهَا
أَبْوَابُ الْأَعْمَالِ فَإِذَا فُتِحَتْ الصَّلَوَاتُ فُتِحَتْ سَائِرُ
الْأَعْمَالِ وَإِذَا سُدَّتْ سُدَّتْ.
(Dan
sebaik-baiknya amal adalah sholat yang lima waktu pada waktunya) Karena
sesungguhnya sholat yang lima waktu adalah pintu-pintu berbagai amal. Ketika
dibuka sholat lima waktu maka pasti terbuka sesisanya dari berbagai amal dan
ketika dikunci maka pasti terkunci.
(فَمَاتَ ابْنُ عَبَّاسٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا (فِي ذَلِكَ
الْيَوْمِ) أَيْ وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ (فَمَضَى عَلَى
ذَلِكَ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ، فَبَلَغَ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ
وَجْهَهُ (أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا سُئِلَ عَنْ
ذَلِكَ) أَيْ الْمَسَائِلِ الثَّلَاثِ (فَأَجَابَ بِكَذَا) أَيْ
بِذَلِكَ الْجَوَابِ الْمَذْكُورِ (فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ: (لَوْ سُئِلَ الْعُلَمَاءُ
وَالْحُكَمَاءُ وَالْفُقَهَاءُ مِنَ الْمَشْرِقِ إلَى الْمَغْرِبِ) عَنْ
تِلْكَ الْمَسَائِلِ الثَّلَاثِ (لَأَجَابُوا بِمِثْلِ مَا أَجَابَ بِهِ
ابْنُ عَبَّاسٍ، إلَّا أَنِّي أَقُولُ) فِي جَوَابِ ذَلِكَ (إنَّ
خَيْرَ الْأَعْمَالِ مَا يَقْبَلُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْكَ) سَوَاءٌ
كَانَتْ قَلِيلَةً أَوْ كَثِيرَةً (وَخَيْرُ الشُّهُورِ مَا تَتُوبُ فِيهِ
إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا).
Apakah
kamu melihat bagaimana menghancurkan kita siang dan malam Jangan
sekali-kali kamu condong pada kesenangan dunia dan perhiasan dunia Dan
beramallah kamu untuk kepentingan dirimu sebelum mati maka jangan |
* |
Sedangkan
kita masih bermain-main dalam rahasia maupun terang-terangan Karena
sesungguhnya tanah air dunia bukanlah tanah air yang sebenarnya sampai
menipu kepadamu banyaknya sahabat dan banyaknya saudara |
* |
||
* |
(Kemudian Ibnu Abbas mati) Radhiallahu
Anhuma (Di hari itu) Maksudnya yaitu hari Jumat (Kemudian
berlalu atas kematian Ibnu Abbas tiga hari, kemudian sampailah kepada Ali
Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Sesungguhnya Ibnu Abbas
telah ditanya tentang hal itu) Maksudnya pertanyaan yang tiga (Kemudian
Ibnu Abbas menjawab begitu) Maksudnya dengan jawaban itu yang telah
disebutkan (Kemudian berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama
Wajhahu (Jika ditanya para Ulama dan Hukama dan Fuqoha dari timur
sampai ke barat) Tentang pertanyaan itu yang tiga (Pasti
mereka akan menjawab dengan semisal jawaban yang telah menjawab atas hal itu
Ibnu Abbas, Kecuali sesungguhnya aku akan berkata) Dalam menjawab
pertanyaan itu (Sesungguhnya sebaik-baiknya amal adalah amalan yang telah
menerima pada amalan itu Allah Ta'ala darimu) Sama saja adanya amalan itu
sedikit atau banyak (Dan sebaik-baiknya bulan adalah bulan engkau
bertaubat di bulan itu kepada Allah dengan taubat nasuha).
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: التَّوْبَةُ النَّصُوحُ
النَّدَمُ بِالْقَلْبِ وَالِاسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ وَالْإِقْلَاعُ بِالْبَدَنِ
وَالْإِضْمَارُ عَلَى أَنْ لَا يَعُودَ إلَى مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ. وَقِيلَ:
التَّوْبَةُ النَّصُوحُ أَنْ لَا يَبْقَى عَلَى عَمَلِهِ أَثَرٌ مِنَ
الْمَعْصِيَةِ سِرًّا وَجَهْرًا. وَقِيلَ: هِيَ الَّتِي تُورِثُ صَاحِبَهَا
الْفَلَاحَ عَاجِلًا وَآجِلًا. (وَخَيْرُ الْأَيَّامِ مَا تَخْرُجُ فِيهِ
مِنَ الدَّنِّیا إلْی اللَّهُ) تَعَالَی بِالْمَوْتِ (مُؤْمِنًا
بِاللَّهِ، وَقَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْبَسِيطِ]
Telah
berkata Ibnu Abbas: Taubat Nasuha adalah penyesalan dalam hati dan memohon
ampun dengan lisan dan menahan dengan badan dan bertekad tidak akan mengulangi
pada perkara yang telah melarangnya Allah dari hal itu. dan dikatakan: Taubatan
Nasuha adalah tidak tersisa dari amalnya orang itu bekas dari kemaksiatan baik
secara tersembunyi atau terang-terangan. Dan dikatakan: Taubatan Nasuha adalah
taubat yang mewariskan pada orang yang memilikinya sebuah kebahagiaan di dunia
dan di akhirat (Dan sebaik-baiknya hari adalah hari engkau keluar di
hari itu dari dunia menuju Allah) Ta'ala sebab mati (Dalam
keadaan iman kepada Allah. Telah berkata seorang penyair dari [Bahar Basit]
وَنَحْنُ
نَلْعَبُ فِي سِرٍّ وَإِعْلَانٍ |
* |
مَا
تَرَى كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ |
|
|
فَإِنَّ
أَوْطَانَهَا لَيْسَتْ بِأَوْطَانٍ |
* |
لَا
تَرْكَنَنَّ إِلَى الدُّنْيَا وَزُخْرُفِهَا |
|
|
تَغْرُرْكَ
كَثْرَةُ أَصْحَابٍ وَإِخْوَانٍ) |
* |
وَاعْمَلْ
لِنَفْسِكَ مِنْ قَبْلِ الْمَمَاتِ فَلَا |
|
قَوْلُهُ: كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ أَيْ يُفْنِيْنَا
اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَهَذِهِ الْأَبْيَاتُ السَّبْعَةُ مِنْ بَحْرِ
الْوَافِرِ تُنْسَبُ لِلْإِمَامِ الْغَزَالِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:
Ucapan lafadz: كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ Maksudnya
bagaimana menghancurkan kita waktu siang dan malam, dan tujuh bait berikut ini
dari bahar wafir yang dinisbatkan kepada Imam Al-Ghozali Rahimahullahu Ta'ala:
وَيُسْمَعُ مِنْكَ قَوْلُكَ فِى
الْمَقَالِ |
* |
أَتَطْلُبُ أَنْ تَكُونَ كَثِيرَ مَالٍ |
|
تُسَرُّ بِهِ
وَمِنْ كُلِّ الرِّجَالِ |
* |
وَمِنْ
كُلِّ النِّسَاءِ تُرَى وِدَادًا |
|
مُهَابًا
مُكْرَمًا وَكَثِيْرَ مَالٍ |
* |
وَيَأْتِيْكَ
الْغِنَا وَتُرَى سَعِيدًا |
|
مِنَ
الْأَعْدَاءِ وَمِمَّنْ كَانَ وَالِيًّ |
* |
وَتُكْفَى
كُلَّ حَادِثَةٍ وَمَکْرٍ |
|
مُكَمَّلَةً
عَلَى مَرِّ اللَّيَالِي |
* |
فَقُلْ
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ أَلْفًا |
|
أَشَرْتُ
إِلَيْهِ مُرَخِّصَ كُلِّ غَالٍّ |
* |
بِلَيْلٍ
أَوْ نَهَارٍ إِنَّ فِي مَا |
|
فَفِيهِ تَبْلُغُ
الرُّتَبَ الْعَوَالِيَ |
* |
فَلَازِمْ
مَا ذَكَرْتُ وَلَا تَدَعْهُ |
Apakah kamu
mencari supaya kamu menjadi orang yang banyak harta |
* |
Dan
didengar darikamu ucapan ucapanmu dalam berkata |
Dan dari
setiap kaum wanita kamu terlihat disenangi |
* |
Kamu
dibahagiakan oleh kaum wanita dan dari setiap kaum lelaki |
Dan didatangkan kepadamu kekayaan dan
kamu terlihat bahagia |
* |
berwibawa
dan dimulyakan dan banyak hartanya |
Dan dihindarkan dari setiap bencana dan
tipuan |
* |
Dari
musuh-musuh dan dari orang yang menjadi penguasa |
Maka bacalah Yaa Hayyu Yaa Qoyyum seribu
kali |
* |
Disempurnakan
atas berlalunya setiap malam |
Di waktu malam atau diwaktu siang.
Sesungguhnya di dalam amalan-amalan |
* |
Yang telah
aku tunjukkan pada amalan itu bisa membuat murah segala yang mahal |
Maka kamu harus membiasakan pada amalan
yang telah aku sebutkan dan janganlah kamu meninggalkannya |
* |
Maka sebab
amalan itu kamu akan sampai pada derajat yang tinggi |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3
Maqolah 41
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (قِيلَ: إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا) كَامِلًا (فَقَّهَهُ
فِي الدِّينِ) أَيْ فِي أُصُولِهِ وَفُرُوعِهِ (وَزَهَّدَهُ فِي
الدُّنْيَا) أَيْ جَعَلَ قَلْبَهُ خَالِيًا مِمَّا خَلَتْ مِنْهُ
يَدُهُ (وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ نَفْسِهِ).
Maqolah
yang ke empat puluh satu (Dikatakan: Ketika Allah menginginkan pada
seorang hamba kebaikan) Yang sempurna (Maka Allah akan
memberikan ia pemahaman dalam beragama) Maksudnya dalam pokok agama
dan cabangnya (Dan Allah menjadikan ia zuhud di dunia) Maksudnya
Allah menjadikan hatinya kosong dari perkara yang kosong dari perkara itu
tangannya (Dan Allah akan memperlihatkan kepada hamba itu tentang
aib-aib dirinya sendiri).
Bab 3 Maqolah 42
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ:
[حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ) أَيْ مَحْبُوبَاتِكُمْ مِمَّا بَيْنَ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (ثَلَاثٌ: الطِّيبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ
قُرَّةُ عَيْنِيْ فِى الصَّلَاةِ]) وَهَذِهِ الْخِصَالُ الَّتِي وَقَعَتْ
لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ لَيْسَتْ مِنَ الدُّنْيَا فِي شَيْءٍ لِأَنَّ كُلَّ مَا
كَانَ لِلَّهِ تَعَالَى لَيْسَ مِنَ الدُّنْيَا كَالَّذِي لَا بُدَّ مِنْهُ مِنَ
الْقُوْتِ وَالْمَسْكَنِ وَالْمَلْبَسِ كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ خَلِيلُ
الرَّشِيْدِيُّ فِي الْمَجَالِسِ الرَّائِقَةِ (وَكَانَ مَعَهُ) ﷺ (أَصْحَابُهُ) رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ (جُلُوسًا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ
اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ
الدُّنْيَا) أَيْ مِمَّا كَانَ بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (ثَلَاثٌ:
النَّظْرُ إِلَى وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ) ﷺ (وَإِنْفَاقُ مَالِي
عَلَى رَسُولِ اللَّهِ) ﷺ (وَأَنْ تَكُونَ اِبْنَتِيْ تَحْتَ
رَسُولِ اللَّهِ) ﷺ (فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:
صَدَقْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: الْأَمْرُ
بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالثَّوْبُ الْخَلَقُ) بِفَتْحَتَيْنِ
أَيْ الْبَالِي. رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ فِي جُبَّتِهِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ
رُقْعَةً (فَقَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا عُمَرُ.
وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: إِشْبَاعُ الْجِيْعَانِ وَكِسْوَةُ
الْعُرْيَانِ وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ) رُوِيَ أَنَّهُ خَتَمَ الْقُرْآنَ
فِي رَكْعَتَيْنِ فِي اللَّيْلِ (فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ
وَجْهَهُ (صَدَقْتَ يَا عُثْمَانُ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا
ثَلَاثٌ: الْخِدْمَةُ لِلضَّيْفِ، وَالصَّوْمُ فِي الصَّيْفِ) أَيْ فِي
وَقْتِ شِدَّةِ الْحَرِّ (وَالضَّرْبُ) أَيْ لِلْأَعْدَاءِ (بِالسَّيْفِ).
Maqolah
yang ke empat puluh dua (Dari Rasulullah ﷺ
sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Telah dicintai oleh ku dari dunia kalian) Maksudnya
yang dicintai oleh kalian dari perkara yang ada di antara langit dan bumi (Tiga
perkara: Wewangian dan wanita dan telah dijadikan kebahagiaan hatiku didalam
sholat]) Tiga perkara yang datang kepada Rasulullah ﷺ bukan termasuk dari dunia sedikitpun karena sesungguhnya setiap
perkara yang terbukti karena Allah ta'ala itu tidak termasuk dari dunia seperti
perkara yang tidak bisa tidak darinya dari makanan pokok dan tempat tinggal dan
pakaian sebagaimana telah berkata tentang hal itu Syaikh Kholil Al-Rasyid dalam
kitab Al-Majalis Ar-Roiqoh (Dan ada bersama Rasulullah) ﷺ (Sahabat-sahabatnya) Radhiallahu
Anhum (Sambil duduk kemudian berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu
Ta'ala Anhu: Anda benar wahai Rasulullah, dan telah dicintai olehku dari dunia) Maksudnya
dari perkara yang ada di antara langit dan bumi (Tiga: Melihat wajah
Rasulullah) ﷺ (Dan menginfaqkan
hartaku kepada Rasulullah) ﷺ (Dan
ada putriku itu menjadi istri Rasulullah) ﷺ (Kemudian
berkata Umar Radhiallahu Anhu: Kamu benar wahai Abu Bakar. Dan dicintai olehku
dari dunia tiga: Amar ma'ruf dan nahi munkar dan memakai baju yang rusak) lafadz الخلق dengan
memfathahkan keduanya maksudnya rusak. Diriwayatkan sesungguhnya Umar bin
Khottob ada pada jubahnya empat belas tambalan (Kemudian berkata Utsman
Radhiallahu Anhu: kamu benar wahai Umar. Dan dicintai olehku dari dunia tiga:
Mengenyangkan orang yang lapar dan memberi pakaian pada orang yang telanjang
dan membaca Al-Quran) Diriwayatkan sesungguhnya Utsman bin Affan
mengkhatamkan Al-Quran dalam dua rakaat di waktu malam (Kemudian
berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhah (Kamu benar
wahai Utsman. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Melayani orang lemah dan
puasa di musim kemarau) Maksudnya di waktu yang sangat panas (Dan
memenggal) Kepada musuh-musuh (Dengan pedang).
(فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَ جِبْرِيلُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ لِلنَّبِيِّ
ﷺ (وَقَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا جِبْرِيلُ (أَرْسَلَنِي
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَمَّا سَمِعَ مَقَالَتَكُمْ وَأَمَرَكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَنْ تَسْأَلَنِي عَمَّا أُحِبُّ أَنْ كُنْتُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا،
فَقَالَ) أَيْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ (مَا تُحِبُّ) يَا
جِبْرِيلُ (أَنْ كُنْتَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، فَقَالَ: إِرْشَادُ
الضَّالِّينَ) إِلَى الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمِ (وَمُؤَانَسَةُ
الْغَرَبَاءُ الْقَانِتِينَ) أَيْ الْمُطِيعِينَ لِلَّهِ تَعَالَى
الْخَاشِعِينَ لَهُ تَعَالَى (وَمُعَاوَنَةُ أَهْلِ الْعِيَالِ
الْمُعْسِرِينَ) أَيْ الْفُقَرَاءِ. (قَالَ جِبْرِيلُ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (يُحِبُّ رَبُّ الْعِزَّةِ جَلَّ جَلَالُهُ مِنْ عَبِيْدِهِ
ثَلَاثَ خِصَالٍ: بَذْلَ الْاِسْتِطَاعَةِ) أَيْ إِعْطَاءَ الْقُدْرَةِ
فِي طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى (وَالْبُكَاءَ عِنْدَ النَّدَامَةِ) أَيْ
عَلَى فِعْلِ الْمَعَاصِي (وَالصَّبْرَ عِنْدَ الْفَاقَةِ) أَيْ
وُجُودِ الْحَاجَةِ.
(Maka
tatkala mereka seperti itu ketika datang malaikat Jibril) Alaihis
Salam kepada Nabi ﷺ (Dan ia
berkata) Maksudnya tuan kita Jibril (Telah mengutus kepadaku
Allah Tabaraka Wata'ala ketika Allah mendengar perkataan kalian dan Allah
memerintahkanmu wahai Rasulullah supaya engkau bertanya kepadaku tentang apa
yang aku cintai jika aku terbukti termasuk dari penduduk dunia, Kemudian bersabda) Maksudnya
Rasulullah ﷺ (Apa yang engkau cintai) Wahai
Jibril (Jika engkau terbukti termasuk dari penduduk dunia, maka
malaikat Jibril berkara: Memberikan petunjuk pada orang yang tersesat) Menuju
jalan yang lurus (Dan bersikap ramah kepada orang asing yang taat) Maksudnya
Yang taat kepada Allah yang khusyu kepada Allah Ta'ala (Dan menolong
keluarga yang kesusahan) Maksudnya orang-orang faqir. (Telah
berkata Malaikat Jibril) Alaihis Salam (Rabbul Izzati Jalla
Jalaaluh mencintai dari hambanya pada tiga perkara: Mengerahkan segala
kemampuan untuk taat) Maksudnya mengerahkan segala kemampuan dalam
ketaatan kepada Allah Ta'ala (Menangis ketika menyesal) Maksudnya
atas perbuatan maksiat (Sabar ketika melarat) Maksudnya ketika
ada kebutuhan.
Bab 3 Maqolah 43
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنْ اِعْتَصَمَ بِعَقْلِهِ
ضَلَّ) أَيْ مَنْ اِعْتَمَدَ عَلَى عَقْلِهِ فِي أُمُورِهِ وَلَمْ
يَعْتَمِدْ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي ذَلِكَ لَمْ يَهْتَدِ إِلَى
الصَّوَابِ (وَمَنْ اسْتَغْنَى بِمَالِهِ قَلَّ) أَيْ مَنْ
اكْتَفَى بِمَالِهِ لَمْ يَكْفِهِ ذَلِكَ، وَفِي الْحَدِيثِ: مَنْ اِسْتَغْنَى
بِاللَّهِ أَغْنَاهُ (وَمَنْ عَزَّ بِمَخْلُوقٍ ذَلَّ) أَيْ
وَمَنْ كَانَتْ قُوَّتُهُ بِمَخْلُوقٍ صَارَ ذَلِيلًا.
Maqolah
yang ke empat puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana:
Barang siapa yang berpegang teguh pada akalnya maka pasti tersesat) Maksudnya
barang siapa yang bergantung pada akalnya di dalam urusannya dan ia tidak
bergantung kepada Allah dalam hal itu maka ia tidak akan menerima petunjuk
menuju kebenaran (Dan barang siapa yang merasa kaya dengan hartanya
maka pasti sedikit) Maksudnya barang siapa yang merasa cukup dengan
hartanya maka tidak akan mencukupinya harta itu, dan dalam satu hadits: Barang
siapa yang merasa kaya sebab Allah maka Allah akan menjadikan ia kaya (Dan
barang siapa yang merasa mulia sebab makhluq maka pasti hina) Maksudnya
barang siapa yang terbukti kekuatanynya sebab makhluq maka pasti ia akan
menjadi orang yang hina.
Bab 3 Maqolah 44
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) وَهُمُ الَّذِينَ
يَكُونُ قَوْلُهُمْ وَفِعْلُهُمْ مُوَافِقًا لِلسُّنَّةِ (ثَمْرَةُ
الْمَعْرِفَةِ) أَيْ إِدْرَاكِ صِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى (ثَلَاثُ
خِصَالٍ: الْحَيَاءُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى) أَيْ اِنْقِبَاضُ الْقَلْبِ
عَنْ مَعَاصِي اللَّهِ تَعَالَى (وَالْحُبُّ فِي اللَّهِ) أَيْ
الرَّغْبَةُ فِيمَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الثَّوَابِ وَحُصُولِ رِضَاهُ
تَعَالَى (وَالْأُنْسُ بِاللَّهِ) وَهُوَ الصَّحْوُ بِاللَّهِ
تَعَالَى فَكُلُّ مُسْتَأْنِسٍ صَالِحٌ وَهُوَ أَثَرُ مُشَاهَدَةِ جَمَالِ
حَضْرَةِ اللَّهِ تَعَالَى فِي الْقَلْبِ.
Maqolah
yang ke empat puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Mereka
adalah orang yang terbukti ucapannya dan prilakunya sesuai dengan sunnah (Buah
kema'rifatan) Maksudnya memahami sifat-sifat Allah Ta'ala (Itu
tiga perkara: Malu kepada Allah) Maksudnya menyusutnya hati dari
berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala (Dan cinta karena Allah) Maksudnya
suka pada perkara yang ada di sisi Allah dari pahala-pahala dan hasilnya ridho
Allah Ta'ala (Dan gembira karena Allah) Yaitu merasa tenang
dengan Allah Ta'ala maka setiap yang menjadikan hati tenang itu baik yaitu
tanda menyaksikan keindahan Allah dalam hati.
Bab 3 Maqolah 45
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الْمَحَبَّةُ) فِي
اللَّهِ تَعَالَى وَهِيَ أَنْ تَعْبُدَهُ (أَسَاسُ الْمَعْرِفَةِ) فَإِنَّ
لِلصُّوْفِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَاتِبَ: شَرِيْعَةً وَهِيَ عِنْدَهُمْ عِبَادَةُ
اللَّهِ تَعَالَى لِأَنَّهَا الْمَقْصُودَةُ مِنَ الشَّرِيعَةِ الَّتِي هِيَ
عِنْدَ الْفُقَهَاءِ الْأَحْكَامُ الَّتِي بَيَّنَهَا اللَّهُ تَعَالَى لَنَا
وَطَرِيقَةً لَنَا وَهِيَ قَصْدُ اللَّهِ تَعَالَى بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ
وَمَعْرِفَةً وَهِيَ الْعِلْمُ بِبَوَاطِنِ الْأُمُورِ وَهِيَ ثَمْرَتُهَا (وَالْعِفَّةُ) أَيْ
الْاِمْتِنَاعُ عَنِ السُّؤَالِ مِنَ الْخَلْقِ (عَلَامَةُ الْيَقِينِ) وَهُوَ
اعْتِقَادُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَادِرٌ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَرَازِقٌ كُلَّ
حَيَوَانٍ مَعَ اعْتِقَادِ أَنَّ الرِّزْقَ لَا يَصِلُ إلَيْهِ إلَّا بِسَوْقِ
اللَّهِ تَعَالَى إِلَيْهِ (وَرَأْسُ الْيَقِينِ التَّقْوَى) أَيْ
أَصْلُ الْيَقِينِ اِمْتِثَالُ أَمْرِ اللَّهِ وَاجْتِنَابُ نَهْيِهِ (وَالرِّضَا
بِتَقْدِيرِ اللَّهِ) وَهُوَ سُرُورُ الْقَلْبِ بِمَا قَدَّرَهُ اللَّهُ
تَعَالَى عَلَيْهِ مِنَ الْمُرِّ وَالْحُلْوِ وَبِمَا قَضَاهُ.
Maqolah
yang ke empat puluh lima (Dari Nabi ﷺ
sesungguhnya Nabi bersabda: [Cinta) Di jalan Allah yaitu kamu
beribadah kepada Allah (Adalah pondasi kemarifatan) Karena
sesungguhnya untuk para ahli tasawuf ada tiga martabat : Syariat yaitu menurut
para ahli tasawuf adalah beribadah kepada Allah Ta'ala karena sesungguhnya
beribadah kepada Allah adalah yang dituju dari syariat yang syariat itu menurut
ahli fiqih adalah hukum-hukum yang telah menjelaskan pada hukum-hukum itu Allah
Ta'ala kepada kita. Dan Toriqoh untuk kita yaitu bermaksud kepada Allah Ta'ala
dengan ilmu dan amal. Dan marifat yaitu mengetahui esensi setiap perkara yaitu
buahnya cinta (Menahan diri) Maksudnya menahan diri dari
meminta-minta dari makhluq (Adalah tandanya keyakinan) Yaitu
bertekad sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan Allah memberi
rizki kepada setiap makhluk dengan bertekad sesungguhnya rizki itu tidak akan
hasil kecuali dengan kiriman dari Allah Ta'ala kepadanya (Dan pokok
dari keyakinan adalah takwa) Maksudnya asal dari keyakinan adalah
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya (Dan Ridho atas
taqdir dari Allah) Yaitu bahagianya hati pada perkara yang telah
mentakdirkan atas perkara itu Allah Ta'ala kepadanya dari takdir yang pahit dan
yang manis dan atas perkara yang Allah telah menentukan atas perkara itu.
Bab 3 Maqolah 46
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ: مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ تَعَالَى) مِنَ
الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَمَنْ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ
تَعَالَى أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى) مِنَ الْأَعْمَالِ
الصَّالِحَاتِ (وَمَنْ أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى أَحَبَّ
أَنْ لَا يَعْرِفَهُ النَّاسُ) بَلْ يَشْتَغِلُ الْأَعْمَالَ فِي
الْخَلْوَةِ.
Maqolahh
yang ke empat puluh enam (Dari Supyan bin Uyainah Radhiallahu Anhu ia
berkata: Barang siapa mencintai Allah maka pasti ia akan mencintai orang yang
mencintai Allah Ta'ala) Dari golongan ulama dan dari golongan orang
orang yang sholeh (Dan barang siapa yang mencintai orang yang telah
cinta kepadanya Allah Ta'ala maka pasti ia akan mencintai perkara yang ia
senangi karena Allah Ta'ala) Dari Amal-amal sholeh (Dan barang
siapa mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala maka pasti ia akan
menyenangi supaya tidak mengenal kepadanya para manusia) Bahkan ia
sibuk beramal di waktu sendirian.
وَنَقَلَ الْعَسْقَلَانِيُّ: أَنَّ مَحَبَّةَ اللَّهِ
قِسْمَانِ: فَرْضٌ وَهِيَ الْبَاعِثَةُ عَلَى اِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ
وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيهِ وَالرِّضَا بِقَدَرِهِ، وَنَدْبٌ وَهِيَ أَنْ يُوَاظِبَ
عَلَى النَّوَافِلِ وَيَجْتَنِبَ الشُّبُهَاتِ اهُ. وَقَالَ الصِّدِّيقُ: مَنْ
ذَاقَ مِنْ خَالِصِ مَحَبَّةِ اللَّهِ شَغَلَهُ ذَلِكَ عَنْ طَلَبِ الدُّنْيَا
وَأَوْحَشَهُ عَنْ جَمِيعِ الْبَشَرِ.
Dan
telah menuqil Syaikh Ibnu Hajar Al-Asqollani: Sesunggunya cinta kepada Allah
terbagi dua: Fardhu yaitu yang memotifasi pada melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan Allah dan ridho dengan takdirnya. Dan sunnah yaitu menekuni
pada ibadah sunnah dan menjauhi perkara syubhat. Sampai sini nuqilan Syekh Ibnu
Hajar berakhir. Berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu : Barang siapa
yang mencicipi dari kemurnian cinta kepada Allah maka pastii akan mengsibukkan
kepadanya kemurnian cinta itu dari dunia dan Allh pasti akan menjauhkan ia dari
seluruh manusia.
Bab 3 Maqolah 47
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
أَنَّهُ قَالَ: [صِدْقُ الْمَحَبَّةِ فِي ثَلَاثِ خِصَالٍ: أَنْ يَخْتَارَ كَلَامَ
حَبِيبِهِ عَلَى كَلَامِ غَيْرِهِ، وَيَخْتَارَ مُجَالَسَةَ حَبِيْبِهِ عَلَى
مُجَالَسَةِ غَيْرِهِ وَيَخْتَارَ رِضَا حَيِّيَيْهِ عَلَى رِضَا غَيْرِهِ]) فَإِنَّ
مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ. وَقَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: وَمِثْقَالُ
خَرْدَلَةٍ مِنْ حُبِّ اللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عِبَادَةِ سَبْعِينَ سَنَةً.
Maqolah
yang ke empat puluh tujuh (Dari Nabi Alaihis Sholatu Wassalam
sesungguhnya Nabi bersabda: [Benarnya cinta ada pada tiga perkara: Orang yang
mencintai memilih perkataan kekasihnya di atas perkataan orang lain, dan ia
memilih majelis kekasihnya diatas majelis orang lain, dan ia memilih ridho
kekasihnya diatas ridho orang lain]) Karena sesungguhnya orang yang
mencintai sesuatu maka ia adalah hamba sahayanya. Dan telah berkata Yahya bin
Mu'adz: Seberat biji sawi dari cinta Allah lebih dicintai olehku daripada
ibadah tujuh puluh tahun.
Bab 3 Maqolah 48
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ الْيَمَانِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ: مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ: الْحَرِيصُ فَقِيرٌ) أَيْ
الطَّالِبُ لِشَيْءٍ بِاجْتِهَادٍ فِي إِصَابَتِهِ فَاقِدٌ لِمَا يَحْتَاجُ
إِلَيْهِ (وَإِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّنْيَا) أَيْ مَا بَيْنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ مِنَ الْأَمْتِعَةِ وَالْجَوَاهِرِ (وَالْمُطِيعُ
لِلَّهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّاسِ وَإِنْ كَانَ) أَيْ الْمُطِيعُ (مَمْلُوكًا) أَيْ
عَبْدًا لِلنَّاسِ (وَالْقَانِعُ) أَيْ السَّاكِنُ الْقَلْبِ
عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ وَالرَّاضِي بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى (غَنِيٌّ
وَإِنْ كَانَ جَائِعًا) وَهَرَبَتْ اِمْرَأَةٌ أَسِيرَةٌ مِنْ بِلَادِ
الْكُفْرِ وَمَشَتْ مِائَتَيْ فَرْسَخٍ لَمْ تَأْكُلْ شَيْئًا فَسُئِلَتْ: كَيْفَ
قَوِيتِ عَلَى الْمَشْيِ بِلَا أَكْلٍ؟ فَقَالَتْ: كُلَّمَا جِعْتُ قَرَأْتُ قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَشْبَعُ.
Maqolah
yang ke empat puluh delapan (Dari Wahab Bin Munabbih Al-Yamani
Radhiallahu Anhu: Termaktub dalam kitab Taurat: Orang yang ambisius itu adalah
orang fakir) Maksudnya Orang yang mencai sesuatu dengan
bersungguh-sungguh dalam memperoleh sesuatu itu adalah yang tidak mempunyai
perkara yang ia mebutuhkan pada perkara itu (Walaupun terbukti ia
memiliki dunia) Maksudnya perkara di antara langit dan bumi dari
berbagai kenikmatan dan perhiasan (Dan orang yang taat kepada Allah
Ta'ala itu adalah orang yang akan ditaati oleh manusia walaupun terbukti) Maksudnya
orang yang mentaati Allah (Adalah seorang budak) Maksudnya
budak milik manusia (Dan orang yang qonaah) Maksudnya yang
tenang hatinya ketika tidak ada perkara yang menjadi kebiasaanya dan ridho atas
bagian dari Allah Ta'ala (Adalah orang kaya walaupun terbukti ia adalah
orang yang lapar) Telah kabur seorang wanita yang ditawan dari
negaranya orang kafir dan ia berjalan sejauh dua ratus parsah ia tidak makan
apapun kemudian ia ditanya: Bagaimana kamu bisa kuat berjalan tanpa makan,
kemudian ia berkata setiap kali aku lapar maka aku membaca قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ tiga
kali kemudian aku kenyang.
Bab 3 Maqolah 49
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ
وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ (مَنْ عَرَفَ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَعَ الْخَلْقِ لَذَّةٌ) لِأَنَّهُ
لَمْ يُحِبَّ غَيْرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا
فَانِيَةٌ (لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهَا رَغْبَةٌ) بَلْ اخْتَارَ
الدَّارَ الْبَاقِيَةَ وَعَمِلَ لَهَا (وَمَنْ عَرَفَ عَدْلَ اللَّهِ
تَعَالَى لَمْ يَتَقَدَّمْ إلَيْهِ الْخُصَمَاءُ) أَيْ لَمْ يُقْبِلُوا
عَلَيْهِ لِأَنَّهُ قَدْ تَرَكَ الْخُصُومَةَ كَمَا قَالَ الْحَسَنُ رَحِمَهُ
اللَّهُ: مَنْ عَرَفَ اللَّهَ أَحَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا كَرِهَهَا.
Maqolah
yang ke empat puluh sembilan (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu
Anhu (Barang siapa yang kenal kepada Allah maka tidak akan ada baginya
bersama makhluk suatu kenikmatan) Karena sesungguhnya ia tidak
mencintai kepada selain Allah Ta'ala (Dan barang siapa kenal kepada
dunia) Karena sesungguhnya dunia akan sirna (Maka tidak akan
ada baginya di dalam dunia suatu kesenangan) Bahkan ia akan memilih
tempat tinggal yang kekal dan beramal untuknya (Dan barang siapa
mengenal pada keadilan Allah Ta'ala maka tidak akan menantang kepadanya
musuh-musuh) Maksudnya mereka tidak akan datang kepadanya karena
sesungguhnya ia telah meninggalkan permusuhan sebagaimana telah berkata Imam
Hasan Rahimahullah: Barang siapa kenal kepada Allah maka pasti ia akan cinta
kepada Allah dan barang siapa kenal pada dunia pasti ia akan membenci dunia.
وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :
عَلَيْهَا كِلَابٌ هَمُّهُنَّ
اجْتِذَابُهَا |
* |
فَمَا
هِيَ إِلَّا جِيفَةٌ مُسْتَحِيلَةٌ |
وَإِنْ
تَجْتَذِبْهَا نَازَعَتْكَ كِلَابُهَا |
* |
فَإِنْ
تَجْتَنِبْهَا كُنْتَ سِلْمًا لِأَهْلِهَا |
Telah
berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu:
Tiadalah keduniaan itu
melainkan bangkai yang busuk |
* |
berkerumun diatas bangkai itu anjing mereka ingin menarik bangkai
itu |
Jika engkau menjauhi dunia itu maka kamu pasti akan menjadi aman
dari ahli dunia |
* |
Dan jika engkau menarik dunia itu maka pasti akan merebut
kepadamu anjing-anjing dunia |
Bab 3 Maqolah 50
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَمْسُونَ (عَنْ) أَبِي
الْفَيْضِ (ذِي النُّونِ الْمِصْرِيِّ) وَاسْمُهُ ثَوْبَانُ
ابْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَقِيلَ الْفَيْضُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُوهُ كَانَ
نَوْبِيًّا وَهُوَ أَوْحَدَ وَقْتِهِ عِلْمًا وَوَرَعًا وَحَالًا وَأَدَبًا
وَكَانَ رَجُلًا نَحِيفًا تَعْلُوهُ حُمْرَةٌ لَيْسَ بِأَبْيَضِ اللِّحْيَةِ
تُوُفِّيَ سَنَةَ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ وَمِائَتَيْنِ (كُلُّ خَائِفٍ) مِنْ
شَيْءٍ (هَارِبٌ) مِنْهُ أَيْ فَمَنْ خَافَ مِنْ عَذَابِ
النَّارِ عَمِلَ عَمَلًا يُبْعِدُهُ مِنْهَا (وَكُلُّ رَاغِبٍ) فِي
شَيْءٍ (طَالِبٌ) لَهُ، أَيْ فَمَنْ رَغِبَ فِي الْجَنَّةِ
عَمِلَ عَمَلًا يُقَرِّبُهُ إِلَيْهَا (وَكُلُّ آنِسٍ بِاللَّهِ
مُسْتَوْحِشٌ بِالْخَلْقِ، وَفِي نُسْخَةٍ: مُسْتَوْحِشٌ عَنْ نَفْسِهِ).
Maqolah
yang ke lima puluh (Dari) Abu Faidh (Dzun nun
Al-Misri) Namanya adalah Tsauban bin Ibrohim, dan dikatakan Faidh bin
Ibrohim dan ayahnya adalah seorang na'ib. Dzun nun Al-Misri adalah satu-satunya
orang di zamannya yang paling alim dan wara dan tingkah lakunya dan
tatakramanya dan terbukti Dzun nun Al-Misri adalah seorang lelaki yang ramping
bagian atasnya merah dan tidak ada yang putih jenggotnya ia wafat pada tahun
245 H (Setiap orang yang takut) Dari sesuatu (Adalah
yang melarikan diri) Darinya maksudnya barang siapa yang takut dari
siksa neraka maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan menjauhkan ia dari
siksa neraka (Dan setiap orang yang senang) pada sesuatu (Adalah
yang mencari) padanya. Maksudnya barang siapa yang senang pada surga
maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan mendekatkan ia kepada surga (Dan
setiap orang yang merasa dekat bersama Allah adalah orang yang merasa asing
dengan makhluq. Dalam salinan matan: Adalah orang yang merasa asing dari
dirinya sendiri).
Bab 3 Maqolah 51
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ
وَالْخَمْسُونَ (قَالَ) أَيْ ذُو النُّونِ الْمِصْرِيُّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ (اَلْعَارِفُ بِاللَّهِ تَعَالَى أَسِيرٌ) أَيْ
مَرْبُوطٌ بِحُبِّهِ (وَقَلْبُهُ بَصِيرٌ) أَيْ مُزَيِّنٌ
لِبَاطِنِهِ بِالْمُرَاقَبَةِ وَلِظَاهِرِهِ بِالْمُحَاسَبَةِ (وَعَمَلُهُ
لِلَّهِ كَثِيرٌ).
Maqolah
yang ke lima puluh satu (Telah berkata) Maksudnya Dzun nun
Al-Misri Radhiallahu Anhu (Orang yang kenal kepada Allah Ta'ala itu
tertawan) Maksudnya terikat dengan cintanya kepada Allah (Dan
hatinya itu melihat) Maksudnya menghiasai untuk hatinya dengan sifat
merasa terus diawasi Allah dan pada jasmaninya dengan berevaluasi diri (Dan
amalnya kepada Allah itu banyak).
Bab 3 Maqolah 52
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ
وَالْخَمْسُونَ (قَالَ) أَيْ ذُو النُّونِ الْمِصْرِيُّ (اَلْعَارِفُ
بِاللَّهِ تَعَالَى وَفِيٌّ) أَيْ بِعَهْدِ اللَّهِ تَعَالَى بِأَنْ
أَدَّى أَوَامِرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَقَلْبُهُ ذَكِيٌّ) أَيْ
سَرِيعٌ (وَعَمَلُهُ لِلَّهِ زَكِيٌّ) أَيْ صَالِحٌ زَائِدٌ فِي
كُلِّ وَقْتٍ.
Maqolah
yang ke lima puluh dua (Telah berkata) Maksudnya Dzun nun
Al-Misri (Orang yang kenal kepada Allah itu menepati janji) Maksudnya
atas janji kepada Allah Ta'ala dengan menunaikan perintah-perintah Allah
Ta'ala (Dan hatinya itu cerdas) Maksudnya cepat tanggap (Dan
amalnya kepada Allah itu murni) Maksudnya yang lurus dan bertambah di
setiap waktu.
Bab 3 Maqolah 53
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ
وَالْخَمْسُونَ (عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ الدَّرَانِيِّ أَنَّهُ قَالَ:
أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ الْخَوْفُ مِنَ اللَّهِ) فَإِنَّ
الْخَوْفَ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى مُحَوِّلُ الصَّحِيفَةِ فَيَجْعَلُهَا فِي
الْيَمِينِ بَعْدَ أَنْ هَوَتْ إلَى الشِّمَالِ فَلِلْعَبْدِ فِي حَالِ
سَلَامَتِهِ مِنَ الْمَرَضِ أَنْ يَكُونَ خَائِفًا رَاجِيًا لِيَزْجُرَهُ
الْخَوْفُ مِنْ الْمَعَاصِي وَيَبْعَثَهُ الرَّجَاءُ عَلَى اكْتِسَابِ الْعَمَلِ
الصَّالِحِ، وَعِبَادَةُ الرَّاجِي أَفْضَلُ لِغَلَبَةِ مَحَبَّةِ اللَّهِ فِيهِ
فَوْقَ الْخَائِفِ وَالْمَلِكُ يُفَرِّقُ بَيْنَ مَنْ يَخْدُمُهُ اتِّقَاءَ
عِقَابِهِ وَمَنْ يَخْدُمُهُ رَجَاءَ كَرَمِهِ وَمَنْ يَخْدُمُهُ لَا
لِشَيْءٍ (وَمِفْتَاحُ الدُّنْيَا الشَّبَعُ) فَتُفْتَحُ أُمُورُ
الدُّنْيَا بِالشَّبَعِ (وَمِفْتَاحُ الْآخِرَةِ الْجُوعُ) فَتُفْتَحُ
أُمُورُ الْآخِرَةِ بِالْجُوعِ.
Maqolah
yang ke lima puluh tiga (Dari Abu Sulaiman Ad-Daroni ia berkata :
Pangkal dari setiap kebaikan di dunia dan di akhirat adalah takut karena Allah) Karena
sesungguhnya takut karena Allah Ta'ala itu bisa merubah lembaran amal maka rasa
takut akan menjadikan lembaran amal di tangan kanan sesudah jatuhnya lembaran
amal itu di tangan kiri maka untuk seorang hamba dalam keadaan selamatannya
hamba itu dari penyakit supaya ada rasa takut lagi berharap supaya mencegah
kepadanya oleh rasa takut dari melaksanakan maksiat dan supaya membangkitkan
padanya oleh rasa berharap melakukan amalah sholeh. Ibadah orang yang berharap
itu lebih utama karena lebih kuatnya cinta kepada Allah karena berharap diatas
orang yang takut. Seorang raja itu bisa membedakan antara orang yang berkhidmah
kepada raja karena takut dari siksaan raja dan orang yang berkhidmah kepada
raja karena berharap dari kemurahannya dan orang yang berkhidmah kepada raja
bukan karena apa-apa (Kunci dunia adalah kenyang) Maka terbuka
urusan dunia dengan kenyang (Sedangkan kunci akhirat adalah lapar) Maka
terbuka urusan-urusan akhirat dengan lapar.
Bab 3 Maqolah 54
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ
وَالْخَمْسُونَ (قِيلَ: الْعِبَادَةُ) لِلَّهِ تَعَالَى (حِرْفَةٌ) أَيْ
مَكْسَبٌ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ (وَحَانُوتُهَا الْخَلْوَةُ) أَيْ
دُكَّانُهَا مُحَادَثَةُ السِّرِّ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى حَيْثُ لَا أَحَدَ (وَرَأْسُ
مَالِهَا التَّقْوَى) أَيْ أَصْلُ حَالِ الْعِبَادَةِ صِيَانَةُ
النَّفْسِ عَمَّا تَسْتَحِقُّ بِهِ الْعُقُوبَةُ مِنْ فِعْلٍ أَوْ تَرْكٍ (وَرِبْحُهَا
الْجَنَّةُ) أَيْ دَارُ الثَّوَابِ وَمَا فِيهَا.
Maqolah
yang ke lima puluh empat (Dikatakan: Beribadah) Kepada
Allah (Adalah pekerjaan) Maksudnya pekerjaan dari setiap
arah (Dan warung ibadah adalah sepi) Maksudnya toko ibadah
adalah membisikan hati bersama Allah Ta'ala sekiranya tak ada seorangpun (Dan
modal utamanya adalah taqwa) Maksudnya modal utama beribadah adalah
menjaga diri dari perkara yang berhak sebab perkara itu siksaan dari melakukan
maksiat atau meninggalkan kewajiban (Dan untung dari ibadah adalah
surga) Maksudnya tempat ganjaran dan berbagai kenikmatan di dalam
surga.
Bab 3 Maqolah 55
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ
وَالْخَمْسُونَ (قَالَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ) رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ (اِحْبِسْ) أَيْ امْنَعْ (ثَلَاثًا) مِنَ
الْخِصَالِ الْمَذْمُومَةِ (بِثَلَاثٍ) مِنَ الْخِصَالِ الْمَحْمُودَةِ (حَتَّى
تَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ كَيْ تَتَّصِفَ بِحَقَائِقِ
الْإِيمَانِ كَالْمُؤْمِنِينَ الصَّادِقِينَ فِي إيْمَانِهِمْ (اَلْكِبْرَ
بِالتَّوَاضُعِ) وَالْكِبْرُ هُوَ رُؤْيَةُ النَّفْسِ بِعَيْنِ الْعِزِّ
وَرُؤْيَةُ الْغَيْرِ بِعَيْنِ الْحَقَارَةِ عَكْسُ التَّوَاضُعِ وَالْكِبْرُ
يَكُونُ بِالْمَنْزِلَةِ وَالْعُجْبُ يَكُونُ بِالْفَضِيلَةِ، فَالْمُتَكَبِّرُ
يُجِلُّ نَفْسَهُ عَنْ رُتْبَةِ الْمُتَعَلِّمِينَ وَالْمُعْجِبُ مُسْتَكْثِرٌ
فَضْلَهُ عَنْ اسْتِزَادَةِ الْمُتَأَدِّبِينَ (وَالْحِرْصَ بِالْقَنَاعَةِ) فَالْحِرْصُ
هُوَ الِاجْتِهَادُ فِي شَيْءٍ يَطْلُبُهُ وَالْقَنَاعَةُ هِيَ الرِّضَا
بِالْقِسْمَةِ (وَالْحَسَدَ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ
الْمَحْسُودِ إلَى الْحَاسِدِ (بِالنَّصِيحَةِ) وَهِيَ
الدُّعَاءُ إلَى مَا فِيهِ الصَّلَاحُ وَالنَّهْيُ عَمَّا فِيهِ
الْفَسَادُ. وَفِي الْحَدِيثِ: [لَا يَجْتَمِعُ فِي جَوْفِ عَبْدٍ
الْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ] اهْ أَيْ الْإِيمَانُ بِالْقَدَرِ.
Maqolah
yang ke lima puluh lima (Telah berkata Malik bin Dinar) Radhiallahu
Anhu (Cegahlah oleh mu) Maksudnya cegahlah olehmu (Tiga) Perkara
yang tercela (Dengan tiga) perkara yang terpuji (Sehingga
kamu ada dari golongan orang-orang beriman) Maksudnya supaya kamu
bersifat dengan hakikat keimanan seperti orang-orang beriman yang benar dalam
keimanannya (Kesombongan dengan tawadu) Sombong adalah
memandang diri sendiri dengan pandangan mulya dan memandang orang lain dengan
pandangan hina kebalikan dari tawadu. Sombong itu ada sebab martabat dan ujub
itu ada sebab kelebihan. Maka orang yang sombong itu mengagung-agungkan dirinya
dari pangkat orang-orang yang mengaji dan orang yang ujub itu menganggap lebih
banyak nilai keutamaannya dari kelebihan orang yang disiplin (Dan sifat
keserakahan dengan sifat qona'ah) Maka sifat rakus yaitu bersungguh
sungguh dalam sesuatu yang ia cari dan qona'ah yaitu ridho atas bagian (Dan
dengki) Yaitu mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki
kepada orang yang dengki (Dengan nasihat) Yaitu mengajak pada
perkara yang di dalamnya kemaslahatan dan melarang dari perkara yang di
dalamnya kerusakan. Dalam sebuah hadits : [Tidak mungkin mengumpul
dalam hati seorang hamba keimanan dan kedengkian]. Maksudnya Iman
pada takdir.
وَعَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كُلُّ
النَّاسِ أَقْدِرُ عَلَى رِضَاهُ إِلَّا حَاسِدَ نِعْمَتِي فَإِنَّهُ لَا
يُرْضِيهِ إِلَّا زَوَالُهَا، كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيلِ:
Dari
Mu'awiyah Radhiallahu Anhu ia berkata: Setiap manusia aku mampu atas ridhonya
kecuali pada orang yang dengki kepada nikmatku karena sesungguhnya tidak akan
membuat puas orang yang dengki itu kecuali dengan hilangnya kenikmatan itu.
Sebagaimana telah berkata sebagian ulama dari bahar towil:
وَدَارَيْتُ كُلَّ النَّاسِ لَكِنَّ حَاسِدِي $ مُدَارَاتُهُ
شَقَّتْ وَعَزَّ نَوَالُهَا
وَكَيْفَ يُدَارِي الْمَرْءُ حَاسِدَ نِعْمَةٍلا $ إِذَا كَانَ لَا يُرْضِيهِ
إِلَّا زَوَالُهَا
Aku berusaha berbaur dengan
semua manusia
akan tetapi orang yang dengki
kepadaku *
Berbaur dengannya itu sulit
dan menyakitkan untuk meraihnya
Dan bagaimana mungkin bisa
berbaur seseorang
kepada orang yang dengki akan
kenikmatan *
Sementara tidak akan
memuaskan kepada orang yang dengki
kecuali dengan hilangnya kenikmatan itu
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4
بَابُ الرُّبَاعِيِّ
فِيهِ سَبْعَةٌ وَ ثَلَاثُوْنَ مَوْعِظَةً
ثَمَانِيَةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ
Dalam bab ini ada 37 Nasihat, 8 akhbar
dan sisanya atsar.
Terjemah
Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 1
الْمَقَالَةُ الْأُولَى (رُوِيَ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ لِأَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ
جُنْدُبُ بْنُ جُنَادَةَ (يَا أَبَا ذَرٍّ جَدِّدِ السَّفِينَةَ فَإِنَّ
الْبَحْرَ عَمِيقٌ) أَيْ أَحْسِنِ النِّيَّةَ فِي كُلِّ مَا تَأْتِيْ
وَتَذَرُ لِيَحْصُلَ لَكَ الْأَجْرُ وَالنَّجَاةُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah yang
pertama (Diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ
Sesungguhnya Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari Radhiallahu Anhu) Namanya adalah
Jundub bin Junadah (Wahai Abu Dzar perbaruilah olehmu perahu karena sesungguhnya
lautan itu sangat dalam) Maksudnya baguskanlah olehmu niat dalam setiap perkara
yang akan kamu kerjakan dan yang akan kamu tinggalkan supaya hasil kepadamu
ganjaran dan selamat dari adzab Allah Ta'ala.
وَكَتَبَ الْإِمَامُ عُمَرُ الْفَارُوقُ إِلَى أَبِي
مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: مَنْ خَلَصَتْ نِيَّتُهُ كَفَاهُ
اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ. وَكَتَبَ سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُمَرَ الْخَطَّابِ إلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ: اِعْلَمْ يَا عُمَرُ أَنَّ عَوْنَ اللَّهِ لِلْعَبْدِ بِقَدْرِ
نِيَّتِهِ، فَمَنْ خَلَصَتْ نِيَّتُهُ تَمَّ عَوْنُ اللَّهِ لَهُ، وَمَنْ نَقَصَتْ
نِيَّتُهُ نَقَصَ عَنْهُ عَوْنُ اللَّهِ بِقَدْرِ ذَلِكَ اهَ.
Telah
menulis surat Imam Umar Al-Faruq kepada Abu Musa Al-Asy'ariy Radhiallahu
Anhuma: Barang siapa yang bersih niatnya maka pasti akan mencukupi kepadanya
perkara antara dirinya dan antara manusia. Dan telah menulis surat Salim Bin
Abdillah bin Umar Al-Khottob kepada Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhum:
Ketahuilah olehmu wahai Umar sesungguhnya pertolongan Allah kepada hambanya itu
dengan bergantung dari niatnya. Barang siapa yang murni niatnya maka sempurna
pertolongan Allah padanya, dan barang siapa yang kurang niatnya maka pasti
berkurang darinya pertolongan Allah sebab ukuran berkurangnya niat itu.
(وَخُذِ الزَّادَ كَامِلاً فَإِنَّ السَّفَرَ) فِى الْآخِرَةِ (بَعِيدٌ) فِى
غَايَةِ التَّعَبِ (وخَفِّفِ الحِمْلَ) بِكَسْرِ الْحَاءِ أَيْ
مَحْمُوْلَكَ مِنَ الدُّنْيَا (فَإِنَّ الْعَقَبَةَ كَئُوْدٌ) بِفَتْحِ
الْكَافِ وَضَمِّ الْهَمْزَةِ: أَيْ إِنَّ طُلُوْعَ عَقَبَةِ الْجَبَلِ صَعْبٌ،
فَإِنَّ أُمُوْرَ الْآخِرَةِ شَبِيْهَةٌ بِالْبَحْرِ الْعَمِيْقِ وَبِالسَّفَرِ
الْبَعِيْدِ وَبِالْعَقَبَةِ الصَّعْبَةِ لِكَثْرَةِ الْأَهْوَالِ (وَأَخْلِصِ
الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ) أَيْ الْمُعْتَبِرَ الْمُمَيِّزَ بَيْنَ
الْحَسَنِ وَالْقَبِيْحِ وَهُوَ اللهُ تعالى (بَصِيْرٌ) أَيْ
مُطَّلِعٌ وَمُرَاقِبٌ لِجَمِيعِ الْأَحْوَالِ. قَالَ أَبُو سُلَيْمَانَ
الدَّارَانِيُّ: طُوبَى لِمَنْ طَابَتْ لَهُ خُطْوَةٌ وَاحِدَةٌ فِي عُمْرِهِ لَا
يُرِيدُ بِهَا إلَّا اللَّهُ تَعَالَى، وَمَأْخَذُهُ قَوْلُهُ ﷺ لِمُعَاذٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: (أَخْلِصِ الْعَمَلَ يَجْزِكَ مِنْهُ الْقَلِيْلُ).
(Dan
ambillah oleh mu bekal yang sempurna karena sesungguhnya perjalanan) Di
akhirat (Itu jauh) Dalam tujuan yang sangat melelahkan (Dan
ringankanlah olehmu beban) Lafadz الحِمْلَ dengan
mengkasrohkan ح.
Maksudnya yang dibawa olehmu dari dunia (Karena sesungguhnya tanjakan
itu sangat sulit) Lafadz كَئُوْدٌ dengan
memfathahkan ك dan
mendhommahkan hamzah : Maksudnya sesungguhnya panjangnya tanjakan gunung
itu sulit, karena sesungguhnya perkara perkara akhirat itu menyerupai lautan
yang dalam dan menyerupai perjalanan yang jauh dan menyerupai tanjakan gunung
yang sulit karena banyaknya hal yang menakutkan (Dan murnikanlah olehmu
amal karena sesungguhnya dzat yang meneliti) Maksudnya orang yang
menilai dan membedakan antara kebaikan dan keburukan yaitu Allah Ta'ala (Itu
maha melihat]) Maksudnya yang mengawasi dan mengamati pada semua keadaan.
Telah berkata Abu Sulaiman Ad-Daroni: Kebahagiaan bagi orang yang telah menjadi
baik bagi dirinya satu langkah dalam umurnya yang ia tidak bermaksud dengan
langkah itu kecuali kepada Allah Ta'ala. Dasar pengambilannya qoul itu adalah
sabda Nabi ﷺ kepada
Mu'adz Radhiallahu Anhu: )Murnikanlah
oleh mu Amal maka akan mencukupimu dari amal yang sedikit(.
(وَقَالَ
الشَّاعِرُ :
فَرْضٌ
عَلَى النَّاسِ أَنْ يَتُوبُوا $ لَكِنَّ تَرْكَ الذُّنُوبِ أَوْجَبُ
وَالصَّبْرُ
فِي النَّائِبَاتِ صَعْبٌ $ لَكِنَّ فَوْتَ الثَّوَابِ أَصْعَبُ
وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ $ لَكِنَّ
غَفْلَةَ النَّاسِ أَعْجَبُ
وَكُلُّ
مَا قَدْ يَجِيْءُ قَرِيبٌ $ لَكِنَّ الْمَوْتَ مِنْ ذَاكَ
أَقْرَبُ)
Wajib pada setiap manusia untuk
bertaubat $
Akan tetapi meninggalkan dosa itu
lebih wajib
Sabar dalam setiap musibah itu sulit $
Akan tetapi kehilangan ganjaran itu
lebih sulit
Masa di dalam perubahannya itu aneh $
Akan tetapi lalainya manusia itu
lebih aneh
Setiap perkara yang akan datang itu
dekat $
Akan tetapi mati dibandingkan dengan
perkara yang akan datang itu lebih dekat
قَوْلُهُ:
وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ: أَيْ إِنَّ الزَّمَانَ فِي تَغَيُّرِهِ
بِالْأُمُورِ الْحَادِثَةِ عَجِيبٌ.
Ucapan penya'ir : pada lafadz وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ : Maksudnya sesungguhnya zaman dalam berubah-ubahnya zaman
itu pada perkara yang baru itu aneh.
وَعَنْ أَنَسٍ: خَرَجَ ﷺ يَوْمًا وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ
أَبِي ذَرٍّ فَقَالَ: )يَا أَبَا ذَرٍّ
أَعَلِمْتَ أَنَّ بَيْنَ أَيْدِيْنَا عَقَبَةً كَئُودًا لَا يَصْعَدُهَا إِلَّا
الْمُخِفُّوْنَ؟ قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنَ الْمُخِفِّيْنَ أَنَا
أَمْ مِنَ الْمُثْقِلِيْنَ؟ قَالَ: أَعِنْدَكَ طَعَامُ يَوْمٍ، قَالَ: نَعَمْ،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: وَطَعَامُ غَدٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: وَطَعَامٌ بَعْدَ غَدٍ؟ قَالَ: لَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: لَوْ
كَانَ عِنْدَكَ طَعَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ كُنْتَ مِنَ الْمُثْقِلِيْنَ( اهْ.
Diriwayatkan
dari Anas: Telah keluar ﷺ pada suatu hari dan
beliau itu memegang pada tangan Abu Dzar kemudian Rasulullah berkata: (Wahai Abu Dzar
apakah engkau tahu sesungguhnya didepan kita ada tanjakan yang sulit tidak akan
bisa mendaki padanya kecuali orang-orang yang meringankan? berkata salah
seorang lelaki: Wahai Rasulallah apakah dari sebagian golongan orang-orang yang
diringankan termasuk saya ataukah saya termasuk dari golongan orang-orang yang
diberatkan? Rasulullah berkata: apakah disisimu masih ada makanan untuk hari
ini, ia berkata: iya, kemudian berkata Rasulullah ﷺ:
Dan makanan untuk besok? ia berkata: iya, kemudian berkata Rasulullah ﷺ: Dan makanan untuk lusa? ia berkata:
tidak, kemudian berkata Rasulullah ﷺ:
Jika ada di sisimu makanan untuk tiga hari maka pasti jadilah kamu dari
golongan orang-orang yang diberatkan).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ بَعْضِ
الْحُكَمَاءِ) رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى (أَرْبَعَةٌ) مِنَ
الْخِصَالِ (حَسَنَةٌ) وَهُوَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الْمَدْحُ
فِي الْعَاجِلِ وَالثَّوَابُ فِي الْآجِلِ (وَلَكِنْ أَرْبَعَةٌ مِنْهَا
أَحْسَنُ: الْحَيَاءُ) وَهُوَ اِنْقِبَاضُ النَّفْسِ مِنْ شَيْءٍ حَذَرًا
عَنِ اللَّوْمِ فِيهِ (مِنَ الرِّجَالِ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ
الْمَرْأَةِ أَحْسَنُ، وَالْعَدْلُ) أَيْ التَّوَسُّطُ بَيْنَ
الْإِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيطِ (مِنْ كُلِّ أَحَدٍ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ
الْأُمَرَاءِ) أَيْ ذَوِي الْوِلَايَةِ (أَحْسَنُ،
وَالتَّوْبَةُ) أَيْ الرُّجُوعُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى بِحَلِّ عُقْدَةِ
الْإِصْرَارِ عَنِ الْقَلْبِ ثُمَّ الْقِيَامِ بِكُلِّ حَقٍّ لِلَّهِ
تَعَالَى (مِنَ الشَّيْخِ حَسَنَةٌ وَلَكِنَّهَا مِنْ الشَّابِّ أَحْسَنُ،
وَالْجُودُ) أَيْ إفَادَةُ مَا يَنْبَغِي لَا لِعِوَضٍ (مِنَ
الْأَغْنِيَاءِ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْفُقَرَاءِ أَحْسَنُ).
Maqolah
yang ke dua (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Rahimahullah (Empat) dari
perkara (Yang baik) Yaitu perkara yang berhubungan
dengan perkara itu pujian di dunia dan pahala di akhirat (Akan tetapi
empat dari kebaikan itu lebih baik: Malu) Malu adalah mengkerutnya
diri dari suatu perkara karena menghindari dari celaan sebab perkara itu (Dari
kaum laki-laki itu baik akan tetapi malu dari kaum perempuan itu lebih baik,
dan adil) Maksudnya tengah-tengah antara berlebihan dan lalai (Dari
setiap orang itu baik akan tetapi adil dari para pemimpin) Maksudnya
yang mempunyai wilayah (Itu lebih baik, dan taubat) Maksudnya
kembali kepada Allah Ta'ala dengan cara melepas ikatan desakan keinginan dari
hati kemudian mendirikan atas setiap hak kepada Allah Ta'ala (Dari
orang tua itu bagus akan tetapi taubat dari pemuda itu lebih baik, dan
dermawan) Maksudnya memberikan faedah pada perkara yang penting bukan
karena ingin balasan (Dari orang kaya itu baik akan tetapi dermawan
dari orang faqir itu lebih baik).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ بَعْضِ
الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (أَرْبَعَةٌ قَبِيحَةٌ) وَهُوَ
مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الذَّمُّ فِي الْعَاجِلِ وَالْعِقَابُ فِي الْآجِلِ (لَكِنْ
أَرْبَعَةٌ مِنْهَا أَقْبَحُ: الذَّنْبُ) أَيْ الْإِثْمُ (مِنَ
الشَّابِّ قَبِيحٌ وَمِنَ الشَّيْخِ أَقْبَحُ، وَالْاِشْتِغَالُ بِالدُّنْيَا) أَيْ
بِأَمْتِعَتِهَا (مِنَ الْجَاهِلِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْعَالِمِ أَقْبَحُ) كَمَا
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ فِى
الدُّنْيَا زُهْدًا لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى إِلَّا بُعْدًا] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
Maqolah
yang ke tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu
Anhum (Empat perkara yang jelek) Yaitu perkara yang
berhubungan dengannya celaan di dunia dan siksa di akhirat (Akan tetapi
empat dari perkara itu lebih jelek: Dosa) Maksudnya dosa (Dari
pemuda itu jelek dan dosa dari orang yang sudah tua itu lebih jelek, dan sibuk
dengan dunia) Maksudnya dengan berbagai kesenangan dunia (Dari
orang bodoh itu jelek dan sibuk dengan dunia dari orang yang alim itu lebih
jelek) Sebagaimana telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda: [Barang siapa yang
bertambah ilmunya dan tidak bertambah di dunia zuhudnya maka tidak akan
bertambah dari Allah kecuali semakin menjauh] Telah meriwayatkan Imam
Ad-Dailami.
(وَالتَّكَاسُلُ فِي الطَّاعَةِ) أَيْ مُوَافَقَةِ أَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى (مِنْ
جَمِيعِ النَّاسِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْعُلَمَاءِ وَالطَّلَبَةِ) أَيْ
الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ (أَقْبَحُ، وَالتَّكَبُّرُ مِنَ
الْأَغْنِيَاءِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْفُقَرَاءِ أَقْبَحُ).
(Dan
malas dalam keta'atan) Maksudnya taat adalah bersesuaian
dengan perintah Allah (Dari semua manusia itu jelek dan malas dalam
keta'atan dari ulama dan santri) Maksudnya orang-orang yang mencari
ilmu (Itu lebih jelek, dan sombong dari orang kaya itu jelek dan
sombong dari orang faqir itu lebih jelek).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: [الْكَوَاكِبُ أَمَانٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ فَإِذَا
انْتَثَرَتْ) أَيْ تَفَرَّقَتْ الْكَوَاكِبُ (كَانَ الْقَضَاءُ) أَيْ
الْحُكْمُ الْإِلَهِيُّ (عَلَى أَهْلِ السَّمَاءِ) مِنَ
الِانْفِطَارِ وَالطَّيِّ وَمَوْتِ الْمَلَائِكَةِ فِيهَا (وَأَهْلُ
بَيْتِي) أَيْ ذُرِّيَّتِي (أَمَانٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا زَالَ
أَهْلُ بَيْتِي كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى أُمَّتِي) مِنْ ظُهُورِ الْبِدَعِ
وَغَلَبَةِ الْأَهْوَاءِ وَاخْتِلَافِ الْعَقَائِدِ وَظُهُورِ الرُّومِ
وَغَيْرِهَا (وَأَنَا أَمَانٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ) أَيْ
مِتُّ (كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى اَصْحَابِيْ) مِنَ الْفِتَنِ
وَالْحُرُوبِ وَارْتِدَادِ مَنِ ارْتَدَّ وَاخْتِلَافِ الْقُلُوبِ (وَالْجِبَالُ
أَمَانٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ فَإِذَا ذَهَبَتْ) أَيْ الْجِبَالُ (كَانَ
الْقَضَاءُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ]).
Maqolah
yang ke empat (Telah bersabda Nabi ﷺ
: [Bintang-bintang adalah pengaman untuk penduduk langit maka ketika menyebar) Maksudnya
berpisah bintang-bintang (Maka pasti terjadi qodho) Maksudnya
hukum ketuhanan (Kepada penduduk langit) Nyatanya terpecah dan
tergulung dan matinya para malaikat di langit (Dan ahlul baitku) Maksudnya
keturunanku (Adalah pengaman untuk umatku maka ketika hilang ahli
baitku maka pasti terjadi qodho kepada umatku) Nyatanya munculnya
bid'ah dan menangnya hawa nafsu berbeda bedanya aliran aqidah munculnya kaum
romawi dan selainnya (Dan aku adalah pengaman untuk sahabat-sahabatku
maka ketika aku pergi) Maksudnya aku mati (Maka pasti terjadi
qodho kepada sahabat-sahabatku) Nyatanya berbagai fitnah dan
peperangan dan murtadnya orang-orang murtad dan bercerai berainya hati (Dan
gunung adalah pengaman untuk penduduk bumi maka ketika hilang) Maksudnya
gunung-gunung (Maka pasti terjadi qodho kepada penduduk bumi]).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ أَبِي
بَكْرٍ الصِّدِّيقِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ:
أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (تَمَامُهَا بِأَرْبَعَةٍ) مِنَ
الْأُمُورِ (تَمَامُ الصَّلَاةِ بِسَجْدَتَيْ السَّهْوِ) حِينَ
وُجُودِ سَبَبِ السُّجُودِ كَنَقْلِ الْقَوْلِيِّ عَنْ مَحَلِّهِ، وَذَلِكَ إِمَّا
أَنْ يَكُونَ الْمَنْقُولُ رُكْنًا أَوْ بَعْضًا أَوْ هَيْئَةً، فَالرُّكْنُ
يَسْجُدُ لِنَقْلِهِ مُطْلَقًاً، وَالْبَعْضُ إِنْ كَانَ تَشَهُّدًا أَوَّلً
كَذَلِكَ، أَمَّا الْقُنُوتُ فَإِنْ نَقَلَهُ بِقَصْدِهِ سَجَدَ أَوْ بِقَصْدِ
الذِّكْرِ فَلَا، وَالْهَيْئَةُ لَا يَسْجُدُ لِنَقْلِهَا إِلَّا السُّورَةَ كَذَا
أَفَادَ شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّحْرَاوِيُّ.
Maqolah
yang ke lima (Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu
Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Empat) Perkara (Yang
akan sempurna empat perkara itu dengan empat) Perkara (Sempurnanya
sholat dengan dua sujud sahwi) Ketika ada sebab sujud sahwi seperti
berpindahnya rukun qouli dari tempatnya, dan itu ada kalanya bacaan yang
dipindah berupa rukun atau berupa sunnah ab'ad atau berupa sunnah hai'ah. Maka
memindah rukun itu orang yang memindah rukun harus sujud karena memindah rukun
qouli secara mutlak. Dan sunnah Ab'ad jika terbukti berupa tasyahud awal maka
demikian pula. Adapun qunut jika orang yang sholat memindahkan qunut dengan
maksud qunut maka ia sujud sahwi atau dengan maksud dzikir maka ia tidak perlu
sujud sahwi. Dan sunnah hai'at orang yang sholat tidak perlu sujud sahwi karena
memindah sunnah hai'at kecuali bacaan surat demikian telah memberi faedah
syaikhuna Ahmad An-Nahrawi.
(وَ) تَمَامُ (الصَّوْمِ) أَيْ
صَوْمِ رَمَضَانَ (بِصَدَقَةِ الْفِطْرِ) قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى: ﴿وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ﴾ [الْبَقَرَةُ:
الْآيَةَ ١٨٤] وَالضَّمِيرُ فِي يُطِيقُونَهُ رَاجِعٌ لِلْفِدْيَةِ لِأَنَّهُ
مُتَقَدِّمٌ رُتْبَةً. وَالْمَعْنَى: وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَ الْفِدْيَةَ
هُوَ طَعَامُ مِسْكِينٍ وَالْمُرَادُ مِنَ الطَّعَامِ صَدَقَةُ الْفِطْرِ لِأَنَّ اللَّهَ
تَعَالَى ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ عَقِبَ الْأَمْرِ بِالصِّيَامِ كَمَا أَمَرَ
اللَّهُ تَعَالَى بِتَكْبِيرَاتِ الْعِيدِ عَقِبَ الْآيَةِ الثَّانِيَةِ كَمَا فِي
فَتْحِ الْخَبِيرِ.
(Dan) sempurnanya (puasa) Maksudnya
puasa Ramadhan (Itu dengan zakat Fitrah) Telah berfirman Allah
Ta'ala: ﴾Dan wajib kepada
orang orang yang berat menjalankan puasa Ramadhan membayar fidyah yaitu memberi
makan orang miskin﴿ [Al-Baqoroh:
Ayat 184]. Dhomir pada lafadz يُطِيقُونَهُ itu kembali kepada lafadz فِدْيَةٌ karena
sesungguhnya dhomir itu didahulukan pada urutannya. Ma'nanya : Dan wajib atas
orang orang yang mampu membayar fidyah yaitu memberi makan orang miskin. Yang
dimaksud dari memberi makan adalah zakat fitrah karena sesungguhnya Allah Taala
itu berfirman pada ayat ini sesudah perintah puasa Ramadhan sebagaimana Allah
Ta'ala telah memerintah untuk membaca takbir di malam idul fitri sesudah ayat
yang kedua sebagaimana dalam kitab Fathul Khobir.
(وَ) تَمَامُ (الْحَجِّ
بِالْفِدْيَةِ) وَهِيَ إِمَّا ذَبْحُ النَّعَمِ أَوِ الْأَمْدَادِ إِذَا
وُجِدَ سَبَبُهَا الَّذِي يُوجِبُهَا أَوْ يَسُنُّهَا أَوْ لَمْ يُوجَدْ بَلْ
فَعَلَ الْفِدْيَةَ لِلِاحْتِيَاطِ (وَ) تَمَامُ (الْإِيمَانِ
بِالْجِهَادِ) أَيْ بِالدُّعَاءِ إِلَى الدِّينِ الْحَقِّ كَمَا قَالَهُ
السَّيِّدُ عَلِيُّ الْجُرْجَانِيُّ فِي التَّعْرِيفَاتِ.
(Dan) Sempurnanya (Haji
itu dengan membayar fidyah) Fidyah itu adakalanya menyembelih binatang
ternak atau membayar mud ketika ditemukan sebabnya fidyah yang mewajibkan
membayar fidyah atau yang mensunnahkan fidyah atau tidak ditemukan akan tetapi
ia melaksanakan fidyah karena kehati-hatian (Dan) Sempurnanya (Iman
itu dengan jihad) Maksudnya dengan mengajak pada agama yang benar
sebagaimana telah berkata atas keterangan itu Sayyid Ali Al-Jurzani dalam kitab
At-Ta'rifat.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ) حَفِيدِ الْقَاضِي نُوحٍ
الْمِرْوَزِيِّ (مَنْ صَلَّى كُلَّ يَوْمٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً) وَهِيَ
رَكْعَتَانِ قَبْلَ صُبْحٍ وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ ظُهْرٍ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهَا
وَأَرْبَعُ رَکعَاتٍ قَبْلَ عَصْرٍ وَرَکعَتَانِ بَعْدَ مَغْرِبٍ (فَقَدْ
أَدَّی حَقَّ الصَّلَاةِ) لِقَوْلِهِ ﷺ: [رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً
صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا] وَكَانَ ﷺ يُصَلِّي قَبْلَهَا
أَرْبَعًا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيْمِ، وَلِلطَّبَرَانِيِّ: [مَنْ
صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الْعَصْرِ حَرَّمَ اللَّهُ بَدَنَهُ عَلَى
النَّارِ].
Maqolah
yang ke enam (Dari Abdullah bin Mubarok) Cucu seorang Qodhi
Nuh Al-Mirwazi (Barang siapa melaksanakan sholat setiap hari dua belas
rokaat) Yaitu dua roka'at sebelum sholat Subuh dan dua rokaat sebelum
sholat Dzuhur dan dua rokaat sesudahnya dan empat rokaat sebelum sholat Ashar
dan dua rokaat sesudah sholat Magrib (Maka sungguh ia telah menunaikan
haknya sholat) Karena sabda Nabi ﷺ: [Semoga
Allah merahmati kepada orang yang melaksanakan sholat sebelum sholat Ashar
empat rokaat] Dan ada Nabi ﷺ
melaksanakan sholat sebelum sholat Ashar empat rokaat yang ia pisah antara
empat rokaat dengan salam. Dan riwayat milik Imam Thabrani: [Barang
siapa melaksanakan sholat empat rokaat sebelum sholat Ashar maka Allah
mengharamkan pada badannya masuk neraka].
وَنَقَلَ الشَّيْخُ خَلِيلُ الرَّشِيدِيُّ مِنَ
الدِّمْيَاطِيِّ فِي الْمَتْجَرِ الرَّابِحِ مِنْ خَبَرِ مُسْلِمٍ: [مَا
مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّي لِلَّهِ تَعَالَى فِي كُلِّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ
رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي
الْجَنَّةِ] زَادَ التِّرْمِذِيُّ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ.
Dan telah menukil
Syaikh Kholil Ar-Rasyidi dari Syaikh Dimyati di dalam kitab Matjari Robih dari
hadits riwayat Imam Muslim [Tidaklah seorang hamba sholat karena Allah
Ta'ala di setiap hari dua belas rokaat dengan suka rela selain sholat fardhu
kecuali pasti Allah akan membangun untuknya rumah di surga] Telah
menambah Imam Tirmidzi empat rokaat sebelum sholat Dzuhur dan dua rokaat
sesudahnya dan dua rokaat sesudah sholat Magrib dan empat rokaat sesudah sholat
Isya dan dua rokaat sebelum sholat Subuh.
وَلِلطَّبَرَانِيِّ: [مَنْ صَلَّى قَبْلَ
الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَأَنَّمَا تَهَجَّدَ بِهِنَّ مِنْ لَيْلَتِهِ،
وَمَنْ صَلَّاهُنَّ بَعْدَ الْعِشَاءِ كَمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ].
Dan
riwayat milik Imam Thobroni: [Barang siapa sholat sebelum sohlat Dzuhur
empat rokaat maka seakan akan ia sholat Tahajjud dengan empat rokaat itu di
waktu malamnya, dan barang siapa melaksanakan sholat empat rokaat sesudah
sholat Isya Maka seperti seumpama shola empat rokaat di malam lailatul Qodar].
وَمِنْ ثَمَّ قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: لَيْسَ شَيْءٌ
يَعْدِلُ صَلَاةَ اللَّيْلِ مِنْ صَلَاةِ النَّهَارِ إِلَّا أَرْبَعًا قَبْلَ
الظُّهْرِ وَفَضْلُهُنَّ عَلَى صَلَاةِ النَّهَارِ كَفَضْلِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ
عَلَى صَلَاةِ الْوَاحِدِ. وَكَانَ ﷺ يُصَلِّيهِنَّ وَيُطِيلُ فِيهِنَّ
الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ وَيَقُولُ: [إِنَّهَا سَاعَةٌ تُفْتَحُ فِيهَا
أَبْوَابُ السَّمَاءِ فَأُحِبُّ أَنْ يَصْعَدَ لِي فِيهَا عَمَلٌ صَالِحٌ].
Dan
dari sanalah berkata Ibnu Mas'ud: Tidak ada sesuatu yang bisa menandingi sholat
malam dari sholat siang kecuali empat rokaat sebelum sholat Dzuhur. Keutamaan
empat rokaat sebelum sholat Dzuhur di atas sholat siang itu seperti keutamaan
sholat berjamaah di atas sholat sendirian. Dan ada Nabi ﷺ Sholat empat rokaat sebelum sholat Dzuhur dan ia memanjangkan
di dalam sholat empat rokaat sebelum sholat Dzuhur itu rukuk dan sujud dan ia
bersabda: [Sesungguhnya waktu sholat qobliah Dzuhur adalah waktu dibuka
di dalamnya pintu-pintu langit maka aku suka supaya naik untuk ku pada waktu
itu amal yang sholeh].
(وَمَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ) وَهِيَ الْأَيَّامُ الْبِيضُ وَهِيَ الثَّالِثَ
عَشَرَ وَتَالِيَاهُ إِلَّا فِي الْحِجَّةِ يَصُومُ السَّادِسَ عَشَرَ أَوْ
يَوْمًا بَعْدَهُ بَدَلَ الثَّالِثَ عَشَرَ وَحِكْمَةُ كَوْنِهَا ثَلَاثَةً أَنَّ
الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا فَصَوْمُهَا كَصَوْمِ الشَّهْرِ كُلِّهِ
وَلِذَلِكَ يَحْصُلُ أَصْلُ السُّنَّةِ بِصَوْمِ ثَلَاثَةٍ مِنْ أَيِّ أَيَّامِ
الشَّهْرِ، كَذَا فِي التُّحْفَةِ (فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الصِّيَامِ،
وَمَنْ قَرَأَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ آيَةٍ فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الْقِرَاءَةِ) وَقِرَاءَةُ
الْمُنْجِّيَاتِ السَّبْعَةِ أَوْلَى وَهِيَ: آلم تَنْزِيل، وَيس، وَفُصِّلَتْ،
وَالدُّخَانُ، وَالْوَاقِعَةُ، وَالْحَشْرُ، وَالْمُلْكُ، وَأَنْ يَقْرَأَ
إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى أَوَائِلَ الْحَدِيدِ وَخَوَاتِمَ الْحَشْرِ
وَالْإِخْلَاصِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ ثَلَاثًاً ثَلَاثًاً (وَمَنْ
تَصَدَّقَ فِي جُمْعَةٍ بِدِرْهَمٍ) أَوْ بِمَا يُسَاوِيهِ (فَقَدْ
أَدَّى حَقَّ الصَّدَقَةِ).
(Dan
barang siapa yang berpuasa dari setiap bulan tiga hari) Yaitu
hari hari yang terang yaitu tanggal tiga belas dan dua hari yang mengiringinya
kecuali pada bulan Dzul Hijjah maka berpuasa di tanggal enam belas atau satu
hari sesudah tanggal enam belas sebagai ganti tanggal tiga belas. Hikmah adanya
puasa tiga hari adalah sesungguhnya satu kebaikan itu diganti sepuluh kali
lipat yang serupa dengannya maka berpuasa tiga hari itu seperti puasa satu
bulan seluruhnya dan karena itu hasil asal sunnah dengan puasa tiga hari dari
hari-hari manapun dari satu bulan. Demikian dalam kitab Tuhfah (Maka
sungguh ia telah menunaikan pada haknya puasa, Dan barang siapa membaca setiap
hari seratus ayat maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya bacaan quran) Membaca
surat Al-Munjiat yang tujuh itu lebih utama yaitu: Surat As-Sajdah, dan surat
yasin dan surat fusilat dan surat Ad-Dukhon dan surat Al-Waqi'ah dan surat
Al-Hasyr dan Surat Al-Mulk. Dan membaca ketika waktu subuh dan ketika waktu
sore awal-awal surat Al-Hadid dan akhir surat Al-Hasr dan surat Al-Ikhlas dan
Surat Al-Falaq dan surat An-Nas tiga kali tiga kali (Dan barang siapa
bersedekah dengan satu dirham) Atau dengan perkara yang setara dengan
satu dirham (Maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya sedekah).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 7
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ عُمَرُ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: الْبُحُورُ) أَيْ الْمُتَّسِعَةُ
الْجَامِعَةُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَنْوَاعِ (الْهَوَى
بَحْرُ الذُّنُوبِ) أَيْ مَيْلَانُ النَّفْسِ إِلَى شَهَوَاتِهَا مِنْ
غَيْرِ طَلَبِ الشَّرْعِ جَامِعٌ لِلذُّنُوبِ (وَالنَّفْسُ بَحْرُ
الشَّهَوَاتِ) أَيْ النَّفْسُ الْأَمَّارَةُ وَهِيَ الَّتِي تَمِيلُ إلَى
الطَّبِيعَةِ الْبَدَنِيَّةِ وَتَأْمُرُ بِاللَّذَّاتِ جَامِعَةٌ لِحَرَكَاتِ
النَّفْسِ فَهِيَ مَأْوَى الشُّرُورِ وَمَنْبَعُ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيمَةِ (وَالْمَوْتُ
بَحْرُ الْأَعْمَارِ) بِالرَّاءِ أَيْ الْمَوْتِ جَامِعٌ لِلْأَعْمَارِ
وَفِي نُسْخَةٍ بَحْرُ الْأَعْمَالِ بِاللَّامِ فَهِيَ كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ
الْمَوْتُ صُنْدُوقُ الْعَمَلِ (وَالْقَبْرُ بَحْرُ النَّدَمَاتِ) أَيْ
الْبَرْزَخُ الْفَاصِلُ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ جَامِعٌ لِأَنْوَاعِ
الْغُمُومِ الَّتِي يَتَمَنَّى صَاحِبُهَا أَنَّهَا لَا تَقَعُ.
Maqolah
yang ke tujuh (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Lautan-lautan) Maksudnya
yang luas dan mengumpulkan (Itu ada empat) Macam (Hawa
nafsu adalah lautan dosa-dosa) Maksudnya condongnya diri pada
keinginan-keinginan nafsu pada selain perintah syara itu adalah mengumpulkan
dosa-dosa (Dan nafsu adalah lautan syahwat) Maksdnya nafsu
amarah yaitu adalah nafsu yang condong kepada tabiat badaniah dan memerintah
pada kenikmatan itu yang mengumpulkan pada gerakan gerakan nafsu dan gerakan
nafsu adalah tempat kembalinya berbagai keburukan dan sumber akhlak-akhlak yang
tercela (Dan mati adalah lautan umur) Dengan ro maksudnya mati
adalah yang mengumpulkan berbagai umur dan dalam sebuah naskh lautan berbagai
amal perbuatan dengan mambaca lam yaitu seperti perkataan sebagian ulama mati
adalah petinya amal (Dan kubur adalah lautan berbagai penyesalan) Maksudnya
alam Barzahk yang memisahkan antara dunia dan akhirat itu yang mengumpulkan
berbagai warna kesusahan yang mana berharap orang yang memilikinya sesungguhnya
kesusahan itu tidak terjadi.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ
عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَجَدْتُ حَلَاوَةَ الْعِبَادَةِ فِي أَرْبَعَةِ
أَشْيَاءَ: أَوَّلُهَا: فِي أَدَاءِ فَرَائِضِ اللَّهِ) يَسِيْرِهَا
وَعَسِيْرِهَا (وَالثَّانِي: فِي اجْتِنَابِ مَحَارِمِ اللَّهِ) صَغِيرِهَا
وَكَبِيرِهَا (وَالثَّالِثُ: فِي الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ) وَهُوَ
كُلُّ مَا يَحْسُنُ فِي الشَّرْعِ (وَابْتِغَاءِ ثَوَابِ اللَّهِ) وَهُوَ
مِنْ عَطْفِ الْعِلَّةِ عَلَى مَعْلُولِهَا (وَالرَّابِعُ: فِي النَّهْيِ
عَنِ الْمُنْكَرِ) وَهُوَ مَا لَيْسَ فِيهِ رِضَا اللَّهِ تَعَالَى مِنْ
قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ (وَالْاِتِّقَاءِ) أَيْ الِاحْتِرَاسِ (مِنْ
غَضَبِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ السَّبَبِ عَلَى الْمُسَبَّبِ.
Maqolah
yang ke delapan (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: Aku menemukan kenikmatan
beribadah sebab empat perkara: Yang pertama dari empat perkara: Adalah sebab
menunaikan kefardhuan kepada Allah) Mudahnya kefardhuan itu dan
susahnya kefardhuan itu (Dan yang kedua: Adalah sebab menjauhi perkara
yang diharamkan oleh Allah) Kecilnya yang diharamkan itu dan besarnya
yang diharamkan itu (Dan yang ketiga: Adalah sebab memerintah kebaikan) Yaitu
setiap perkara yang baik menurut syara (Karena mengharapkan pahala dari
Allah) Lafadz وَابْتِغَاءِ mengathaf
kepada lafadz الْأَمْرِ adalah
dari mengathofkan illat kepada yang diilatinya (Dan yang ke empat:
Adalah sebab melarang dari kemungkaran) Yaitu perkara yang tidak ada
di dalamnya ridho Allah Ta'ala dari perkataan atau perbuatan (Karena
menjaga) Maksudnya menjaga (Dari murkanya Allah) Lafadz وَالْاِتِّقَاءِ itu
dari mengathofkan sebab kepada musabab.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ) أَيْ
سَيِّدُنَا عُثْمَانَ (أَيْضًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ
الْخِصَالِ (ظَاهِرُهُنَّ فَضِيلَةٌ) أَيْ خَيْرٌ كَثِيرٌ (وَبَاطِنُهُنَّ
فَرِيضَةٌ) أَيْ وَاجِبَةٌ (مُخَالَطَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ
الْقَائِمِينَ بِحُقُوقِ اللَّهِ تَعَالَى وَحُقُوقِ الْعِبَادِ (فَضِيلَةٌ،
وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ) فِي أَفْعَالِهِمْ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ،
وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ فَضِيلَةٌ، وَالْعَمَلُ بِهِ) أَيْ بِمَا فِي
الْقُرْآنِ مِنَ الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي (فَرِيضَةٌ، وَزِيَارَةُ
الْقُبُورِ) أَيْ قُبُورِ الصَّالِحِينَ (فَضِيلَةٌ،
وَالِاسْتِعْدَادُ لَهَا) أَيْ التَّهَيُّؤُ لِدُخُولِ الْقَبْرِ
بِفِعْلِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ) وَزِيَارَةُ
الْقُبُورِ إمَّا لِمُجَرَّدِ تَذَكُّرِ الْمَوْتِ وَالْآخِرَةِ فَتَكُونُ
بِرُؤْيَةِ الْقُبُورِ مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةِ أَصْحَابِهَا وَلَوْ قُبُورَ
الْكَافِرِينَ أَوْ لِنَحْوِ دُعَاءٍ فَتُسَنُّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ أَوْ
لِلتَّبَرُّكِ فَتُسَنُّ لِأَهْلِ الْخَيْرِ أَوْ لِأَدَاءِ حَقٍّ كَصَدِيقٍ وَوَالِدٍ (وَعِيَادَةُ
الْمَرِيضِ فَضِيلَةٌ، وَاِتِّخَاذُ الْوَصِيَّةِ فَرِيضَةٌ) قَالَ
ﷺ: [الْمَحْرُومُ مَنْ حُرِمَ الْوَصِيَّةَ] أَيْ الْمَحْرُومُ
مِنْ الثَّوَابِ وَالْخَيْرِ الْعَظِيمِ مَنْ مُنِعَ مِنَ الْوَصِيَّةِ، رَوَاهُ
ابْنُ مَاجَةَ عَنْ أَنَسٍ.
Maqolah
yang ke sembilan (Telah berkata) Maksudnya Sayyiduna
Utsman (Juga Radhiallahu Anhu: Empat) Dari perkara (Dzohirnya
empat perkara itu adalah keutamaan) Maksudnya kebaikan yang
banyak (Dan dalamnya empat perkara itu adalah kefardhuan) Maksudnya
kewajiban (Bergaul bersama orang-orang sholeh) Maksudnya
orang-orang yang mendirikan pada hak-haknya Allah Ta'ala dan hak-haknya para
hamba (Adalah keutamaan, sedangkan mengikuti kepada mereka) Dalam
perbuatan-perbuatan mereka yang sholeh (Adalah kefardhuan. Dan membaca
Al-Quran adalah keutamaan sedangkan mengamalkan Al-Quran) Maksudnya
pada perkara dalam Al-Quran dari perintah-perintah dan larangan-larangan (Adalah
kefardhuan. Dan berziarah qubur) Maksudnya quburan orang-orang
sholeh (Adalah keutamaan sedangkan bersiap untuknya) Maksudnya
bersiap-siap untuk masuk alam qubur dengan mengerjakan amal-amal sholeh (Adalah
kefardhuan) Dan ziarah qubur adakalanya untuk semata-mata mengigat
kematian dan akhirat maka ada tujuan itu dengan melihat qubur tanpa harus
mengetahui nama pemiliknya walaupun quburan orang-orang kafir atau untuk
seumpama mendoakan maka disunnahkan kepada setiap orang muslim atau untuk
tabarruk maka disunnahkan kepada ahli kebaikan atau untuk menunaikan hak
seperti sahabat dan orang tua (Dan mengunjungi orang sakit adalah satu
keutamaan sedangkan megambil wasiat adalah fardhu) Telah bersabda Nabi
ﷺ: [Orang yang dihalang-halangi
adalah orang yang dihalangi pada wasiat] Maksudnya orang yang
dihalang-halangi dari pahala dan kebaikan yang agung adalah orang yang
dihalangi dari wasiat, Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah Dari
Anas
وَقَالَ ﷺ: [مَنْ مَاتَ عَلَى وَصِيَّةٍ مَاتَ
عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ وَتُقًى وَشَهَادَةٍ وَمَاتَ مَغْفُورًا لَهُ].
Dan
telah bersabda Nabi ﷺ: [Barang
siapa yang mati di atas wasiat maka ia mati di atas agama islam dan di atas
sunah dan di atas ketakwaan dan di atas syahid dan ia mati sebagai
yang diampuni untuknya].
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (أَنَّهُ قَالَ: مَنْ
اِشْتَاقَ إِلَى الْجَنَّةِ سَارَعَ إِلَى الْخَيْرَاتِ) أَيْ أَسْرَعَ
الذَّهَابَ إِلَيْهَا (وَمَنْ أَشْفَقَ) أَيْ حَذَرَ (مِنَ
النَّارِ انْتَهَى عَنِ الشَّهَوَاتِ) أَيْ اِمْتَنَعَ عَنِ اتِّبَاعِ
حَرَكَاتِ النَّفْسِ (وَمَنْ تَيَقَّنَ بِالْمَوْتِ اِنْهَدَمَتْ عَلَيْهِ
اللَّذَّاتُ) بِالدَّالِ الْمُهْمَلَةِ، أَيْ فَنِيَتْ، أَوْ بِالذَّالِ
الْمُعْجَمَةِ أَيْ اِنْقَطَعَتْ (وَمَنْ عَرَفَ اَلدُّنْيَا) بِأَنَّهَا
دَارُ اَلْمِحَنِ وَالْكُدُورَاتِ (هَانَتْ عَلَيْهِ اَلْمُصِيبَاتُ) أَيْ
لَانَتْ عَلَيْهِ الشَّدَائِدُ النَّازِلَةُ.
Maqolah
yang ke sepuluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma
Wajhah (Sesungguhnya ia berkata: Barang siapa rindu pada surga maka ia
akan bergegas menuju kebaikan-kebaikan) Maksudnya ia bergegas
berangkat menuju kebaikan (Dan barang siapa yang takut) Maksudnya
takut (Dari neraka maka ia akan mencegah diri dari syahwat) Maksudnya
ia mencegah diri dari mengikuti gerakan nafsu (Dan barang siapa
meyakini pada kematian maka pasti menjadi lebur kepadanya kenikmatan) Lafadz اِنْهَدَمَتْ dengan د yang
diringankan maksudnya rusak atau dengan ذ yang diberi titik maksudnya menjadi
putus (Dan barang siapa yang mengenal dunia) Karena
sesungguhnya dunia adalah tempatnya berbagai ujian dan tempatnya berbagai
kotoran (Maka menjadi mudah kepadanya berbagai musibah) Maksudnya
menjadi ringan kepadanya berbagai musibah berat yang menimpa.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ) أَيْ
أَصْلُهُ فَقِوَامُ الدِّينِ لَيْسَ إِلَّا بِهَا كَمَا أَنَّ الْبَيْتَ لَا
يَقُومُ إِلَّا عَلَى عَمُودِهِ فَهِيَ تَحْقِيقٌ لِلْعُبُودِيَّةِ وَأَدَاءٌ
لِحَقِّ الرُّبُوبِيَّةِ وَجَمِيْعِ الْعِبَادَاتِ وَسَائِلُ إلَى تَحْقِيقِ
سِرِّهَا (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ)، قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ
أَرْفَعُ الْعِبَادَةِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا يَنْفَعُ فِى الدِّينِ
وَالدُّنْيَا وَتَرْكُ الرَّدِّ عَلَى مَنْ اِعْتَدَى مِنْ أَرْفَعِ أَنْوَاعِ
الْعِبَادَةِ، فَإِنَّ أَكْثَرَ الْخَطَايَا مِنَ اللِّسَانِ، أَمَّا إذَا كَانَ
الْإِنْسَانُ خَالِيًا عَنْ النَّاسِ فَلَا يَكُونُ سُكُوتُهُ مِنَ الْعِبَادَةِ.
Maqolah
yang ke sebelas (Dari Nabi ﷺ Sesungguhnya Nabi bersabda: [Sholat adalah tiang agama) Maksudnya
pangkalnya agama. Maka tegaknya agama itu tidak ada kecuali dengan sholat
sebagaimana sesungguhnya rumah itu tidak akan bisa berdiri kecuali dengan tiang
rumah Maka sholat adalah perwujudan untuk ibadah dan pelaksanaan pada hak-hak
ketuhanan dan seluruh ibadah itu menjadi sarana menuju perwujudan dari rahasia
sholat. (Dan tidak berkata-kata itu lebih utama) Telah berkata ﷺ: [Tidak berkata-kata adalah
setinggi-tingginya ibadah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam
Ad-Dailami dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu. Maksudnya diam dari perkara yang
tidak bermanfaat dalam urusan agama dan dunia dan meninggalkan dari menjawab
kepada orang yang dzolim adalah sebagian dari setinggi-tingginya warna ibadah. Karena
sesungguhnya paling banyaknya kesalahan itu dari lisan. Adapun ketika ada
manusia yang sepi dari manusia maka tidak menjadi diamnya orang itu bagian dari
ibadah.
(وَالصَّدَقَةُ
تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: )الصَّمْتُ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ( رَوَاهُ أَبُو الشَّيْخِ عَنْ مُحْرِزٍ
وَذَلِكَ لِمَا فِي الصَّمْتِ مِنَ الْوَقَارِ، أَيْ الرَّزَانَةِ الْمُنَاسِبَةِ
لِحَقِّ الْعِلْمِ وَلِأَنَّ الْمَرْءَ جَهْلُهُ مَسْتُورٌ مَا لَمْ يَتَكَلَّمْ.
(Shodaqoh
itu bisa memadamkan murkanya Allah dan diam itu lebih utama) Telah
bersabda Nabi ﷺ: [Diam adalah
perhiasan bagi orang alim dan penutup untuk orang-orang bodoh] Telah
meriwayatkan hadits ini Abu Syaikh dari Muhriz dan hal itu karena perkara yang
ada sebab diam nyatanya wibawa maksudnya ketenangan hati yang sesuai dengan
kebenaran ilmu dan karena sesungguhnya seseorang itu kebodohannya tertutup
selama ia tidak berbicara.
(وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ) أَيْ وِقَايَةٌ (مِنَ النَّارِ،
وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ سَيِّدُ
الْأَخْلَاقِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَنَسٍ، أَيْ السُّكُوتُ
عَمَّا لَا ثَوَابَ فِيهِ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ الْحَسَنَةِ لِسَلَامَةِ صَاحِبِهِ
مِنَ الْغِيبَةِ وَنَحْوِهَا. أَمَّا الِاشْتِغَالُ بِمَا فِيهِ ثَوَابٌ مِنْ
نَحْوِ ذِكْرٍ وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ وَعِلْمٍ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّمْتِ.
(Puasa
adalah benteng) Maksudnya pelindung (Dari
neraka dan diam itu lebih utama) Telah bersabda ﷺ: [Diam adalah pimpinan akhlak] Telah
meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Anas. Maksudnya diam dari perkara
yang tidak mengandung pahala di dalamnya adalah pimpinan akhlak yang baik
karena selamatnya orang yang mempunyai diam dari gibah dan seumpama gibah.
Adapun sibuk dengan perkara yang di dalamnya ada pahala dari seumpama dzikir
dan membaca Al-Qur'an dan membaca ilmu maka hal itu lebih utama dibandingkan
diam.
(وَالْجِهَادُ سَنَامُ الدِّينِ) أَيْ أَعْلَاهُ إِنْ تَعَيَّنَ وَذَلِكَ أَنَّ
الْجِهَادَ يُعْلَمُ مِنْ مَحَلٍّ بَعِيدٍ كَمَا أَنَّ سَنَامَ الْإِبِلِ يُرَى
مِنْ بَعِيدٍ (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: )الصَّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيلُ فَاعِلُهُ( رَوَاهُ الْقُضَاعِيُّ عَنْ أَنَسٍ
وَالدَّيْلَمِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَيْ الصَّمْتُ حِكْمَةٌ، أَيْ نَافِعٌ
يَمْنَعُ مِنَ الْجَهْلِ وَقَلَّ مَنْ يَصْمُتُ عَمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمَنْ
يَمْنَعُ نَفْسَهُ عَنِ النُّطْقِ بِمَا يُشِيْنُهُ. وَمِنْ ثَمَّ قِيلَ: [مِنْ
بَحْرِ الْخَفِيفِ(
(Dan jihad adalah puncak agama) Maksudnya yang tertinggi dari agama jika sudah
wajib dan hal itu sesungguhnya jihad bisa diketahui dari tempat yang jauh
sebagaimana sesungguhnya punuk unta bisa dilihat dari kejauhan (Dan diam itu
lebih utama) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Diam merupakan hikmah dan sangat sedikit orang yang
melakukannya] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Qudho'i dari Anas dan Imam
Ad-Dailami dari Ibnu Umar. Maksudnya diam adalah kebijaksanaan maksudnya yang
bermanfaat yang bisa mencegah dari kebodohan dan sedikit orang yang bisa diam
dari perkara yang tidak mengandung faedah di dalamnya dan sedikit orang yang
bisa mencegah pada dirinya sendiri darii berucap atas perkara yang akan
mempermalukan dirinya. Oleh karena itulah dikatakan: ( Dari Bahar Khofif )
يَا كَثِيرَ الْفُضُولِ قَصِّرْ قَلِيلًا $ قَدْ فَرَشْتَ الْفُضُولَ عَرْضًا وَطُولًا
قَدْ أَخَذْتَ مِنَ الْقَبِيحِ بِحَظٍّ $ فَاسْكُتِ الْآنَ إِنْ
أَرَدْتَ جَمِيلًا
Wahai
orang yang banyak bicara kurangilah ucapanmu sedikit $
Sungguh
kau telah menyebarkan ucapan itu dengan mengemukakan dan melebih-lebihkan
Sungguh
kau telah mengambil dari keburukan sebagai jatah $
Maka
diamlah sekarang juga jika engkau mengharapkan keindahan
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ
الْجِهَادِ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِي ذَاتِ اللَّهِ]رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Paling utamanya jihad adalah engkau memerangi dirimu dan
hawa nafsumu di dalam meraih ridho Allah] Telah meriwayatkan hadits
ini Imam Ad-Dailami.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad
Bab 4 Maqolah 12
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ:
أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى نَبِيٍّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ بَنِي
إسْرَائِيلَ) عَلَيْهِمْ السَّلَامُ (وَقَالَ) جَلَّ
وَعَزَّ (صَمْتُكَ عَنِ الْبَاطِلِ) وَهُوَ مَا لَا يُفِيدُ
شَيْئًا (لِي) أَيْ لِأَجْلِي (صَوْمٌ) أَيْ
ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّوْمِ (وَحِفْظُكَ الْجَوَارِحَ) أَيْ
الْعَوَامِلَ كَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ (عَنِ الْمَحَارِمِ لِي
صَلَاةٌ) أَيْ أَجْرُهُ كَأَجْرِ الصَّلَاةِ (وَإِيَاسُكَ) أَيْ
قَطْعِ طَمَعَكَ (عَنِ الْخَلْقِ لِي صَدَقَةٌ) أَيْ ثَوَابُهُ
كَثَوَابِ الصَّدَقَةِ (وَكَفُّكَ الْأَذَى) أَيْ وُصُولَ
الْمَكْرُوهِ (عَنِ الْمُسْلِمِينَ لِي) أَيْ لِأَجْلِي (جِهَادٌ) أَيْ
ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الْجِهَادِ.
Maqolah
yang ke dua belas (Dikatakan: Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada Nabi
dari Bani Israil) Alaihimus Salam (Dan Allah berfirman) Jalla
Wa Azza (Diamnya engkau dari kebatilan) Yaitu perkara
yang tidak memberikan faedah apapun (Karena ku) Maksudnya
karena arah-arah ridhoku (Adalah puasa) Maksudnya ganjaran
diam dari kebatilan itu seperti ganjaran puasa (Dan menjaganya kamu
pada angota badan) Maksudnya anggota badan seperti kedua tangan dan
kedua kaki (Dari yang diharamkan karenaku adalah sholat) Maksudnya
ganjaran menjaga anggota badan dari yang diharamkan itu seperti ganjaran
sholat (Dan keputusasaanmu) Maksudnya putusnya sifat
tomamu (Dari Makhluk karenaku adalah shodaqoh) Maksudnya
pahala memutus sifat toma dari adalah shodaqoh (Dan menahannya kamu
dari menyakiti) Maksudnya menyalurkan perkara yang dibenci (Pada
orang orang muslim karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah
jihad) Maksudnya pahala menahan dari menyakiti pada orang-orang muslim
itu seperti pahala jihad.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 13
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ
عَشْرَةَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ ظُلْمَةِ الْقَلْبِ:
بَطْنٌ شَبْعَانٌ مِنْ غَيْرِ مُبَالَاةٍ) بِأَنْ كَانَ الشِّبْعُ
زَائِدًا عَنْ ثُلُثِ الْمَصَارِينَ الَّذِي هُوَ الشِّبْعُ الشَّرْعِيُّ (وَصُحْبَةُ
الظَّالِمِينَ) أَيْ الْمُتَجَاوِزِينَ عَنِ الْحَقِّ إِلَى
الْبَاطِلِ (وَنِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ
يَغْفُلَ عَنْهَا مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ (وَطُولُ الْأَمَلِ) وَهُوَ
تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُولُهُ.
Maqolah
yang ke tiga belas (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu ia
berkata: Empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab gelapnya
hati: Perut yang kenyang dari selain kepedulian) Dengan adanya perut
itu kenyang melebihi sepertiga usus yang merupakan kenyang menurut syara (Dan
bergaul bersama orang-orang dzolim) Maksudnya orang-orang yang saling
melewati batas dari batas kebenaran menuju batas kebatilan (Dan lupa
dari dosa-dosa yang telah lalu) Dengan cara lupa dari dosa itu dengan
tanpa penyesalan (Dan panjang angan-angan) Yaitu mengharapkan
perkara yang mustahil hasilnya perkara itu.
وَعَنْ عَلِيٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: )إِنَّ أَشَدَّ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ خِضْلَتَانِ:
إِتْبَاعُ الْهَوَى وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا إتْبَاعُ الْهَوَى فَإِنَّهُ
يَعْدِلُ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَالْحُبُّ لِلدُّنْيَا( رَوَاهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا.
Diriwayatkan
dari Ali Sesungguhnya Rasulallah ﷺ
bersabda: [Sesungguhnya paling beratnya perkara yang aku khawatir
menimpa kalian semua adalah dua perkara: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan
angan. Adapun mengikuti hawa nafsu karena sesungguhnya mengikuti hawa nafsu itu
bisa memalingkan seseorang dari kebenaran dan adapun panjang angan-angan itu
menjadi sebab cinta dunia] Telah meriwayatkan hadits ini Ibnu
Abid-Dunia
(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ نُورِ الْقَلْبِ:
بَطْنٌ جَائِعٌ مِنْ حَذَرٍ) أَيْ لِأَجْلِ تَيَقُّظٍ وَتَأَهُّبٍ (وَصُحْبَةُ
الصَّالِحِينَ) أَيْ الْخَالِصِينَ مِنْ كُلِّ فَسَادٍ (وَحِفْظُ
الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَتَذَكَّرَهَا مَعَ النَّدَمِ (وَقَصْرُ
الْأَمَلِ) أَيْ حَبْسُهُ.
(Dan
empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab
terangnya hati: Perut yang lapar karena berhati-hati) Maksudnya karena
arah kewaspadaan dan siap-siap (Dan bersahabat bersama orang-orang
sholeh) Maksudnya mereka yang murni dari setiap kerusakan (Dan
mengingat dari dosa yang telah berlalu) Dengan cara mengingat dosa itu
disertai penyesalan (Dan memendekkan angan-angan) Maksudnya
menahan dari berangan-angan.
قَالَ أَبُو الطَّيِّبِ: مَنْ جَلَسَ مَعَ ثَمَانِيَةِ
أَصْنَافٍ زَادَهُ اللَّهُ ثَمَانِيَةَ أَشْيَاءَ: مَنْ جَلَسَ مَعَ
الْأَغْنِيَاءِ زَادَهُ اللَّهُ حُبَّ الدُّنْيَا وَالرَّغْبَةَ فِيْهَا، وَمَنْ
جَلَسَ مَعَ الْفُقَرَاءِ حَصَلَ لَهُ الشُّكْرُ وَالرِّضَا بِقِسْمَةِ اللَّهِ
تَعَالَى، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ السُّلْطَانِ زَادَهُ اللَّهُ الْقَسْوَةَ
وَالْكِبْرَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ النِّسَاءِ زَادَهُ اللَّهُ الْجَهْلَ
وَالشَّهْوَةَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصِّبْيَانِ ازْدَادَ مِنْ اللَّهْوِ، وَمَنْ
جَلَسَ مَعَ الْفُسَّاقِ ازْدَادَ مِنْ الْجَرَاءَةِ عَلَى الذُّنُوبِ وَتَسْوِيفِ
التَّوْبَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصَّالِحِينَ ازْدَادَ رَغْبَةً فِي الطَّاعَةِ،
وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْعُلَمَاءِ ازْدَادَ مِنْ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ.
Telah berkata Abu Toyyib: Barang siapa
yang duduk bersama delapan golongan maka pasti Allah akan menambah kepadanya
delapan perkara: Barang siapa duduk bersama orang-orang kaya maka pasti Allah
akan menambah kepadanya cinta dunia dan senang kepada dunia, dan barang siapa
duduk bersama orang-orang fakir maka akan hasil kepadanya rasa syukur dan ridho
atas bagian dari Allah Ta'ala, Dan barang siapa duduk bersama sultan maka pasti
Allah akan menambah kepadanya kerasnya hati dan sombong, dan barang siapa duduk
bersama perempuan maka pasti Allah akan menambahkan kepadanya kebodohan dan
syahwat, dan barang siapa duduk bersama anak-anak kecil maka bertambah
kepadanya dari bermain-main, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fasik
maka bertambah kepadanya dari berani melakukan pada dosa-dosa dan menunda-nunda
taubat, dan barang siapa duduk bersama orang orang sholeh maka bertambah
kepadanya rasa suka dalam ketaatan, dan barang siapa duduk bersama para ulama
maka bertambah kepadanya dari ilmu dan amal
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ أَنَّهُ قَالَ: مَنِ ادَّعَى
أَرْبَعَةً) مِنَ الصِّفَاتِ (بِلَا أَرْبَعَةٍ) مِنَ
الْأَدِلَّةِ (فَدَعْوَاهُ كَاذِبَةٌ) فَلَا تُقْبَلُ كَمَا
قَالَ بَعْضُهُمْ: )مِنْ بَحْرِ
الْخَفِيفِ(
Maqolah yang ke empat belas (Dari Hatim Al-Ashom
Rahmatullahi Alaihi sesungguhnya ia berkata: Barang siapa yang mengaku-ngaku
atas empat) Dari sifat-sifat (Tanpa empat) Dari
bukti-bukti (Maka pengakuan orang itu adalah dusta) Maka tidak
diterima sebagaimana telah berkata sebagian ulama: [Dari Bahar Khofif]
إِنْ
تَكُنْ فَارِسًا فَكُنْ كَعَلِيٍّ$ أَوْ تَكُنْ شَاعِرًا فَكُنْ كَابْنِ
هَانِي
كُلُّ
مَنْ يَدَّعِي بِمَا لَيْسَ فِيهِ$ كَذَّبَتْهُ
شَوَاهِدُ الْاِمْتِحَانِ
Jika terbukti
kamu seorang penunggang kuda maka maka jadilah kamu seperti sayyidina Ali $
Atau jika kamu
terbukti seorang penyair maka jadilah kamu seperti Ibnu Hani
Setiap orang yang mengaku-ngaku atas
perkara yang tidak ada
dalam dirinya $
Maka akan mendustakan kepadanya
bukti-bukti ujian
(مَنِ
ادَّعَی حُبَّ اللَّهِ وَلَمْ يَنْتَهِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ تَعَالَى
فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِجَرَاءَتِهِ
عَلَى قُرْبِ حَمَاهُ تَعَالَى (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ النَّبِيِّ عَلَيْهِ
السَّلَامُ وَكَرِهَ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِأَنَّهُمْ
أَحْبَابُهُ ﷺ (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ الْجَنَّةِ وَلَمْ يَتَصَدَّقْ) بِمَا
تَيَسَّرَ لَهُ (فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنِ ادَّعَی خَوْفَ النَّارِ
وَلَمْ یَنْتَهِ عَنِ الذُّنُوبِ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) قَالَ النَّبِيُّ
ﷺ: )حُجِبَتِ
النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ.
(Barang
siapa yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak menjauh dari larangan
Allah Ta'ala maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena
beraninya ia dalam mendekati batas larangan Allah (Dan barang siapa
mengaku mencintai Nabi Alaihis Salam sedangkan ia benci kepada orang-orang
fakir dan orang-orang miskin maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Nabi ﷺ (Dan barang siapa mengaku-ngaku cinta surga sedangkan
ia tidak bersedekah) Atas perkara yang mudah baginya (Maka
pengakuan orang itu adalah dusta, dan barang siapa mengaku-ngaku takut neraka
sedangkan ia tidak menjauh dari perbuatan-perbuatan dosa maka pengakuan orang
itu adalah dusta) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Telah
di kelilingi neraka dengan syahwat dan telah dikelilingi surga dengan
perkara-perkara yang dibenci] Telah meriwayatkan hadits ini Imam
Bukhori dan Imam Muslim Dari Abu Huroiroh.
وَهَذَا مِنْ جَوَامِعِ كَلِمِهِ ﷺ فِي ذَمِّ
الشَّهَوَاتِ وَفِي الْحَضِّ عَلَى الطَّاعَاتِ، فَكَأَنَّهُ ﷺ قَالَ: لَا
يُوصَلُ إِلَى الْجَنَّةِ إِلَّا بِارْتِكَابِ الْمَشَقَّاتِ وَلَا إِلَى النَّارِ
إِلَّا بِتَعَاطِي الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ خَرَقَ الْحِجَابَ دَخَلَ.
Dan
ini adalah sebagian dari jawami'ul kalim Nabi ﷺ
Dalam mencela syahwat dan dalam mendorong kepada keta'atan. Seakan-akan Nabi ﷺ bersabda: Tidak akan bisa sampai ke dalam
surga kecuali melakukan perkara-perkara yang sulit dan tidak akan sampai ke
dalam neraka kecuali dengan menuruti syahwat. Barang siapa menembus hijab maka
pasti ia akan masuk.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 15
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ
أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (نِسْيَانُ الذُّنُوبِ
الْمَاضِيَةِ) مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ عَلَيْهَا (وَهِيَ) أَيْ
وَالْحَالُ أَنَّهَا (عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظَةٌ) أَيْ
مَضْبُوطَةٌ بِعَدَدِهَا وَزَمَانِهَا وَمَحَلِّهَا (وَذِكْرُ
الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) بِالْقَلْبِ (وَلَا يَدْرِي
أَقُبِلَتْ) أَيْ الْحَسَنَاتُ (أَمْ رُدَّتْ، وَنَظَرُهُ إلَى
مَنْ فَؤَّقَهُ فِي الدُّنْيَا) بِأَنْ طَمَحَ النَّظَرَ لَهَا وَلَمْ
يَرْضَ بِالْقِسْمَةِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدِّينِ) أَيْ
الْعَمَلِ الصَّالِحِ وَلَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ عَلَى نِعَمِ عَمَلِ نَفْسِهِ (يَقُولُ
اللَّهُ: أَرَذْتُهُ) بِمَعْنَى إيَّاهُ عَنِ الدُّنْيَا وَإِعَانَتِيْ
إيَّاهُ عَلَى الطَّاعَةِ (وَلَمْ يُرِدْنِيْ) بِالرِّضَا
وَالشُّكْرِ (فَتَرَكْتُهُ) بِتَرْكِ نُصْرَتِهِ (وَعَلَامَةُ
السَّعَادَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنْ الْأُمُورِ (ذِكْرُ الذُّنُوبِ
الْمَاضِيَةِ) بِالنَّدَمِ وَالِاسْتِغْفَارِ (وَنِسْيَانُ
الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) كَأَنَّهَا لَمْ تَقَعْ مِنْهُ لِأَنَّهَا
لَا تَخْلُوْ مِنَ الْعِلَلِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَوْقَهُ فِي الدِّيْنِ) فَيَقْتَدِي
بِهِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدُّنْيَا) فَيَشْكُرُ
اللَّهَ تَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.
Maqolah
yang ke lima belas (Dari Nabi Alaihis Salam sesungguhnya Nabi bersabda:
[Tanda-tandanya celaka itu ada empat) Dari perkara (Melupakan
dosa yang telah berlalu) Dengan tanpa penyesalan atas
dosa-dosanya (Sedangkan dosa itu) Maksudnya sedangkan keadaan
sesungguhnya dosa itu (Di sisi Allah Ta'ala itu terjaga) Maksudnya
dicatat dengan jumlahnya dan waktunya dan tempat dari dosa itu (Dan
mengingat-ingat kebaikan yang telah lalu) Dengan hati (Sedangkan
ia tidak tahu apakah diterima) Maksudnya kebaikan-kebaikan (Atau
ditolak, dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan
dunia) Dengan cara ia berhasrat melihat pada dunia dan ia tidak ridho
atas bagian dari Allah (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada
di bawahnya dalam urusan adama) Maksudnya amal sholeh dan ia tidak
bersyukur kepada Allah atas kenikmatan amaliah dirinya sendiri (Allah
berfirman: Aku menginginkan dia) Dengan ma'na kepadanya jauh dari
dunia dan pertolonganku kepadanya dalam ketaatan (Sedangkan ia tidak
menginginkan aku) Dengan ridho dan syukur (Maka aku
meninggalkan dia) Dengan cara meninggalkan pertolongan padanya (Dan
tanda-tanda kebahagiaan ada empat) Dari perkara-perkara (Mengingat
dosa-dosa yang telah berlalu) Dengan penyesalan dan memohon
ampunan (Dan melupakan kebaikan-kebaikan yang telah berlalu) Seakan-akan
kebaikan-kebaikan itu tidak terjadi darinya karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan
itu tidaklah kosong dari kekurangan (Dan pandangan orang itu kepada
orang yang ada di atasnya dalam urusan agama) kemudian ia mengikuti
padanya (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya
dalam urusan dunia) Kemudian ia bersyukur kepada Allah atas
nikmat-nikmat Allah Ta'ala kepadanya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 16
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: أَنَّ شَعَائِرَ الْإِيمَانِ) أَيْ
أَعْلَامُهُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَعْمَالِ (التَّقْوَى) وَهُوَ
فِي الطَّاعَةِ يُرَادُ بِهِ الْإِخْلَاصُ، وَفِي الْمَعْصِيَةِ يُرَادُ بِهِ
التَّرْكُ وَالْحَذَرُ. وَقِيلَ: هُوَ مُحَافَظَةُ آدَابِ الشَّرِيعَةِ، وَقِيلَ:
هُوَ الْاِقْتِدَاءُ بِالنَّبِيِّ ﷺ قَوْلًا وَفِعْلًا (وَالْحَيَاءُ) وَهُوَ
نَوْعَانِ: نَفْسَانِيٌّ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي النُّفُوسِ
كُلِّهَا كَالْحَيَاءِ مِنْ كَشْفِ الْعَوْرَةِ وَالْجِمَاعِ بَيْنَ النَّاسِ،
وَإِيمَانِي وَهُوَ أَنْ يَمْنَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا
مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَالشُّكْرِ) وَهُوَ الثَّنَاءُ عَلَى
الْمُحْسِنِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ فَالْعَبْدُ يَشْكُرُ اللَّهَ أَيْ يُثْنِي
عَلَيْهِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ الَّذِي هُوَ نِعْمَةٌ (وَالصَّبْرُ) وَهُوَ
تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah
yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana:
Sesungguhnya Syiar simbol-simbol iman) Maksudnya simbol-simbol
iman (Itu ada empat) Dari amalan-amalan (Takwa) Takwa
dalam keta'atan adalah yang dimaksud dengannya ikhlas dan dalam maksiat adalah
yang dimaksud dengannya meninggalkan maksiat dan waspada. Dan dikatakan: Takwa
adalah menjaga adab-adab syari'at, dan dikatakan: Takwa adalah mengikuti kepada
Nabi ﷺ dalam ucapan dan perbuatan (Dan
malu) Malu itu ada dua macam: Malu Nafsani. Malu Nafsani adalah sifat
malu yang telah menciptakannya Allah Ta'ala dalam setiap jiwa seluruhnya seperi
malu sebab terbukanya aurat dan berjima di hadapan manusia. Dan malu Imani.
Malu Imani adalah yang mencegahnya seorang mu'min dari perbuatan maksiat karena
takut kepada Allah Ta'ala (Dan syukur) Syukur adalah
memuji-muji kepada orang yang memberikan kebaikan dengan cara menyebut
kebaikan-kebaikannya. Seorang hamba itu bersyukur kepada Allah maksudnya ia
memuji kepada Allah dengan menyebut kebaikan-kebaikan Allah yang kebaikan itu
merupakan kenikmatan (Dan sabar) Sabar adalah meninggalkan
mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah Ta'ala.
وَيَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَدْعُوَ بِدُعَاءِ تَمِيمٍ
الدَّارِيِّ ابْنِ حَبِيبٍ الَّذِي عَلَّمَهُ إِيَّاهُ سَيِّدُنَا الْخَضِرُ
عَلَيْهِ السَّلَامُ عِنْدَ رُجُوعِهِ مِنَ الْأَرْضِ السُّفْلَى بِسَبَبِ أَخْذِ
الْجِنِّ إِيَّاهُ إِلَى الْمَدِينَةِ الشَّرِيفَةِ وَهُوَ هَذَا: اَللَّهُمَّ
قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَاعْصِمْنَا مِنْ حَيْثُ نَهَيْتَنَا وَلَا
تُحْوِجْنَا إِلَى مَنْ أَغْنَيْتَهُ عَنَّا وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أُمَّةِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ وَبِكَأْسِهِ فَاسْقِنَا وَمِنْ مَعَاصِيْكَ
جَنِّبْنَا وَعَلَى التَّقْوَى أَمِّتْنَا وَلِلذِّكْرِ أَلْهِمْنَا وَمِنْ
وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ فَاجْعَلْنَا وَأَسْعِدْنَا وَلَا تُشْقِنَا يَا ذَا
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. وَرُوِيَ أَنَّهُ قُلْ قَالَ: [ذِرْوَةُ
الْإِيمَانِ أَرْبَعُ خِلَالٍ: الصَّبْرُ لِلْحُكْمِ وَالرِّضَا بِالْقَدْرِ
وَالْإِخْلَاصُ لِلتَّوَكُّلِ وَالْإِسْتِسْلَامُ لِلرَّبِّ] رَوَاهُ
أَبُو نُعَيْمٍ.
Patut
kepada kita supaya kita berdoa dengan doanya Tamim Ad-Dari bin Habib yang telah
mengajarkan doa itu kepadanya Sayyiduna Khodir Alaihis Salam ketika pulangnya
ia di bumi bawah sebab jin membawa dirinya menuju kota Madinah yang mulia. Doa
itu adalah ini : Ya Allah semoga engkau memberikan sifat qona'ah kepada
kami pada perkara yang telah engkau berikan rizki kepada kami dan semoga engkau
menjaga kami dari sekiranya perkara yang telah engkau larang kepada kami dan
janganlah enkau menjadikan butuh kami kepada orang yang telah engkau jadikan
kaya kepadanya dari kami dan semoga engkau mengumpulkan kami pada golongan umat
Nabi Muhammad ﷺ dan dengan gelasnya
Nabi semoga engkau memberikan minum kami semua dan dari kemaksiatan-kemaksiatan
kepadamu semoga engkau menjauhkan kami semua dan di atas taqwa semoga engkau
mematikan kami semua dan karena dzikir semoga engkau mengilhamkan kepada kami
semua dan dari golongan orang-orang yang akan mewarisi surga na'im semoga
engkau menjadikannya kepada kami dan semoga engkau membahagiakan kami semua dan
semoga engkau tidak mencelakakan kami semua wahai dzat yang mempunyai kemaha
agungan dan kemaha muliaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Puncak iman itu ada
empat perkara: Sabar kepada hukum Allah dan ridho kepada takdir dan ikhlas
karena bertawakkal dan berserah diri kepada Allah ] Telah meriwayatkan
hadits ini Abu Nu'aim.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 17
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: اَلْأُمَّهَاتُ) أَيْ
الْأُصُولُ (أَرْبَعٌ) مِنَ الْأَشْيَاءِ (أُمُّ
الْأَدْوِيَةِ) جَمْعُ دَوَاءٍ وَهُوَ مَا يُتَدَاوَى بِهِ (وَأُمُّ
الْآدَابِ) وَهِيَ مَعْرِفَةُ مَا يُحْتَرَزُ بِهِ عَنْ جَمِيعِ
أَنْوَاعِ الْخَطَأِ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ) وَهِيَ فِعْلُ الْمُكَلَّفِ
عَلَى خِلَافِ هَوَى نَفْسِهِ تَعْظِيمًا لِرَبِّهِ (وَأُمُّ الْأَمَانِي) جَمْعُ
أُمْنِيَّةٍ وَهُوَ تَقْدِيرُ حُصُولِ شَيْءٍ مُمْتَنِعٍ أَوْ مُمْكِنٍ (فَأُمُّ
الْأَدْوِيَةِ قِلَّةُ الْأَكْلِ) فَإِنَّ الْاِحْتِمَاءَ مِنْ أَكْلِ
مَا يَضُرُّ خَيْرٌ مِنَ الْأَدْوِيَةِ لِكُلِّ دَاءٍ (وَأُمُّ الْآدَابِ
قِلَّةُ الْكَلَامِ) فَكَثْرَةُ الْكَلَامِ تُنْفِي الْأَدَبَ (وَأُمُّ
الْعِبَادَاتِ قِلَّةُ الذُّنُوبِ) فَالذُّنُوبُ تُنْفِي الْعِبَادَةَ
الَّتِي هِيَ تَعْظِيمُ اللَّهِ تَعَالَى (وَأُمُّ الْأَمَانِي الصَّبْرُ) وَهُوَ
حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْجَزَعِ، فَالصَّبْرُ أَمَرُّ مِنَ الصِّبْرِ. وَيُقَالُ:
بِالصَّبْرِ تَنَالُ مَا تُرِيدُ وَبِالتَّقْوَى يَلِيْنُ لَكَ الْحَدِيدُ.
Maqolah
yang ke tujuh belas (Dari Nabi ﷺ
Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: Induk-induk) Maksudnya
pokok-pokok (Itu ada empat) Dari perkara-perkara (Induknya
obat-obatan) Lafadz الْأَدْوِيَةُ adalah jamak dari lafadz دَوَاءٌ yaitu
perkara yang menjadi obat dengannya (Dan induk adab) Adab
adalah mengetahui perkara yang bisa dihindari atas perkara itu dari semua
macam-macam kesalahan (Dan induk ibadah) Ibadah adalah
pekerjaan seorang mukallaf dalam menyelisihi hawa nafsunya sendiri karena
mengagungkan kepada tuhannya (Dan induk angan-angan) Lafadzالْأَمَانِي adalah
jamak dari lafadz أُمْنِيَّةٌ yaitu
mengharapkan hasilnya suatu perkara yang mustahil atau yang mungkin (Maka
induknya obat-obatan adalah sedikitnya makan) Karena sesungguhnya
menjaga dari memakan suatu perkara yang memadharatkan itu lebih baik
dibandingkan obat-obatan untuk setiap penyakit (Dan induknya adab
adalah sedikitnya berbicara) Karena banyaknya berbicara itu dapat
menghilangkan tata krama (Dan induknya ibadah adalah sedikitnya
dosa-dosa) Karena dosa-dosa itu dapat menghilangkan ibadah yang
sejatinya ibadah itu mengagungkan Allah Ta'ala (Dan induknya
angan-angan adalah sabar) Sabar adalah menahan diri dari kegelisahan,
karena sabar itu lebih pahit dibandingkan buah mahoni, dan dikatakan: Dengan
sabar engkau bisa memperoleh perkara yang engkau mau dan dengan takwa akan
menjadi lunak kepadamu besi.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 18
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ: أَرْبَعَةُ جَوَاهِرَ) وَهِيَ لِبَاسُ
الطَّبِيعَةِ (فِي جِسْمِ بَنِي آدَمَ يُزِيلُهَاأَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) مِنَ
الصِّفَاتِ الْمَذْمُومَةِ (أَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ) وَهُوَ
جَوْهَرٌ رُوحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى مُتَعَلِّقًا بِبَدَنِ
الْإِنْسَانِ (وَالدِّينُ) وَهُوَ مَا يَدْعُو أَصْحَابُ
الْعُقُولِ إِلَى قَبُولِ مَا هُوَ مِنَ الرّسُولِ ﷺ (وَالْحَيَاءُ
وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ) أَيْ الْخَالِصُ (فَالْغَضَبُ يُزِيلُ
الْعَقْلَ) وَهُوَ نُورٌ فِي الْقَلْبِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ
وَالْبَاطِلُ.
Maqolah
yang ke delapan belas (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: Empat
perhiasan) Yaitu pakaian alami (Di dalam diri anak Adam yang
bisa menghilangkan kepadanya empat perkara) Dari sifat-sifat yang
tercela (Adapun perhiasan-perhiasan itu adalah akal) Akal
adalah permata ruhani yang telah menciptakannya Allah Ta'ala berhubungan dengan
badan manusia (Dan agama) Agama adalah perkara yang menyeru
orang-orang yang memiliki akal untuk menerima perkara yang perkara itu berasal
dari Rasul ﷺ (Dan malu dan amal sholeh) Maksudnya
yang murni (Maka marah itu dapat menghilangkan akal) Akal
adalah cahaya dalam hati yang bisa diketahui dengannya kebenaran dan kebatilan.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: ) يَا مُعَاوِيَةُ إِيَّاكَ وَالْغَضَبَ فَإِنَّ
الْغَضَبَ يُفْسِدُ الْإِيمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبْرُ الْعَسَلَ( رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wahai
mu'awiyah waspadalah kamu terhadap sifat marah karena sesungguhnya marah itu
dapat merusak keimanan sebagaimana dapat merusak buah mahoni pada madu] telah
meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi
(وَالْحَسَدُ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ
الْغَيْرِ (يُزِيلُ الدِّينَ) أَيْ الشَّرِيعَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: [إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ
الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ] رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.
قَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْمُتَقَارِبِ]
(Dan
sifat hasud) Hasud adalah mengharapkan hilangnya
kenikmatan orang lain (Itu dapat menghilangkan agama) Maksudnya
syari'at. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Waspadalah kalian terhadap sifat hasud karena sesungguhnya
hasud itu dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana bisa memakan api pada
kayu bakar] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Abu Daud. Telah berkata
seorang penyair: (Dari
Bahar Mutaqorrib)
أَلَا
قُلْ لِمَنْ بَاتَ لِي حَاسِدًا $ أَتَدْرِي عَلَى مَنْ أَسَأْتَ الْأَدَبَ
أَسَأْتَ
عَلَى اللَّهِ فِي فِعْلِهِ $ إِذَا
أَنْتَ لَمْ تَرْضَ لِي مَا وَهَبَ
فَجَازَاكَ
رَبِّي بِأَنْ زَادَنِي $ وَسَدَّ عَلَيْكَ وُجُوهَ الطَّلَبِ
Ingat
ucapkanlah kepada orang yang bersifat dirinya kepadaku hasud $ Apakah kamu tahu kepada siapa kamu bersu'ul
adab
Engkau telah berbuat
buruk kepada Allah dalam keputusan Allah $
Ketika kamu tidak
ridho kepadaku atas perkara yang telah Allah berikan
Maka membalas kepadamu
tuhanku dengan menambahkan kenikmatan kepadaku $ Dan Allah menutup atasmu segala bentuk permintaan
(وَالطَّمَعُ) أَيْ الرَّغْبَةُ فِي الشَّيْءِ (يُزِيلُ
الْحَيَاءَ، وَالْغِيبَةُ تُزِيلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ) وَالْغِيبَةُ
بِكَسْرِ الْغَيْنِ أَنْ يَذْكُرَ الشَّخْصُ مَسَاوِيَ الْإِنْسَانِ فِي
غَيْبَتِهِ وَهِيَ فِيهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيْهِ فَهِيَ بُهْتَانٌ وَإِنْ
وَاجَهَهُ بِهَا فَھوَ شَتْمٌ.
(Dan
sifat thoma) Maksudnya ingin pada sesuatu (Itu
dapat menghilangkan rasa malu, dan ghibah itu dapat menghilangkan amal sholeh) Lafadz الْغِيبَةُ dengan
mengkasrohkan huruf ghin adalah menyebutkan oleh seseorang pada keburukan
manusia disaat manusia tersebut tidak ada sedangkan keburukan itu memang ada
pada diri manusia tersebut dan jika tidak ada keburukan itu dalam diri manusia
tersebut maka menyebutkan keburukan manusia itu adalah fitnah dan jika
berhadapan langsung dengan manusia tersebut dengan menyebut keburukannya maka
itu adalah mencaci maki.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 19
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
النَّبِيِّ أَنَّهُ قَالَ: [أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (فِي
الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) نَفْسِهَا (الْخُلُودُ فِي
الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) أَيْ إطَالَةُ الْإِقَامَةِ فِي
الْجَنَّةِ أَنْعَمُ لِأَهْلِهَا مِنْ وُجُودِ نَفْسِ الْجَنَّةِ (وَخِذْمَةُ
الْمَلَائِكَةِ فِي الْجَنَّةِ) لِأَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ
الْجَنَّةِ) فَخِدْمَةُ الْمَلَائِكَةِ تَدُلُّ عَلَى زِيَادَةِ
ارْتِفَاعِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (وَجِوَارُ الْأَنْبِيَاءِ) بِكَسْرِ
الْجِيمِ وَضَمِّهَا مِنْ قُرْبِهِمْ (فِي الْجَنَّةِ) لِأَهْلِهَا (خَيْرٌ
مِنَ الْجَنَّةِ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَحَسُنَ أُوْلّئِكَ
رَفِيْقًا﴾ [النِّسَاءُ: الْآيَةَ ٦٩]، (وَرِضَا اللَّهِ
تَعَالَى فِي الْجَنَّةِ) عَنْ أَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ
الْجَنَّةِ) لِأَنَّ رِضْوَانَ اللَّهِ تَعَالَى أَكْبَرُ مِنْ جَمِيعِ
النِّعَمِ.
Maqolah
yang ke sembilan belas (Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: Empat) Dari
perkara (Di dalam surga itu lebih baik daripada surga) Dzatnya
Surga (Kekal di dalam surga itu lebih baik daripada surga) Maksudnya
lama tinggal di dalam surga itu lebih nikmat bagi penduduk surga daripada
keberadaan surga itu sendiri (Dan berkhidmatnya para malaikat di dalam
surga) Kepada penduduk surga (Itu lebih baik daripada surga) Maka
berkhidmahnya para malaikat itu menujukkan atas lebih tingginya derajat
penduduk surga (Dan bertetangga dengan para Nabi) Ladadz جِوَارُ dengan
mengkasrohkan huruf jim atau mendhommahkannya karena dekat dengan mereka (Di
dalam surga) Bagi penduduk surga (Itu lebih baik daripada
surga) Telah berfirman Allah Ta'ala: ﴾Dan
sebaik-baiknya para nabi itu sebagai teman﴿ [An-Nisa:
Ayat 69] (Dan ridho Allah Ta'ala di dalam surga) Pada
penduduka surga (Itu lebih baik daripada surga) Karena
sesungguhnya ridho allah Ta'ala itu lebih besar daripada seluruh jenis
kenikmatan.
(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (فِي النَّارِ شَرٌّ
مِنَ النَّارِ) نَفْسِهَا (اَلْخُلُودُ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ
النَّارِ) أَيْ طُولُ الْإِقَامَةِ فِيهَا أَشَدُّ عَلَى أَهْلِهَا مِنْ
دُخُولِهَا (وَتَوْبِيْخُ الْمَلَائِكَةِ الْكُفَّارَ فِي النَّارِ شَرٌّ
مِنَ النَّارِ) فَالتَّوْبِيخُ التَّعْيِيرُ وَالتَّعْنِيفُ
وَالتَّهْدِيدُ (وَجِوَارُ الشَّيْطَانِ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ
النَّارِ) فَالشَّيْطَانُ قَرِينُ أَهْلِهَا فِي سِلْسِلَةٍ
وَاحِدَةٍ (وَغَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) وَأَهْلُ
اللَّهِ تَعَالَى لَا يُبَالُونَ مِنْ دُخُولِ النَّارِ إذَا حَصَلَ لَهُمُ
الرِّضْوَانُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى، فَالْحَيَّاتُ وَالْعَقَارِبُ فِي النَّارِ
لَا تَتَأَلَّمُ بِهَا لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَضِيَ عَنْهَا فِي دُخُولِهَا
النَّارَ.
(Dan
empat) Dari perkara (Di dalam neraka itu lebih
buruk daripada neraka) Dzatnya neraka (Kekal di dalam neraka) Maksudnya
lama tinggal di dalam neraka itu lebih buruk atas penduduk neraka daripada
masuk ke dalam neraka (Dan menegurnya para malaikat kepada orang kafir
di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka) Taubikh adalah
mengibaratkan dan menegur dan menggertak (Dan bertetangga dengan setan
di neraka itu lebih buruk daripada neraka) Maka setan itu mendampingi
ahli neraka dalam rantai yang satu (Dan murka Allah Ta'ala di dalam
neraka itu lebih buruk daripada neraka]) Dan para wali Allah Ta'ala
itu mereka tidak perduli masuk neraka ketika hasil kepada mereka ridho dari
Allah Ta'ala. Maka ular-ular dan kalajengking-kalajengking di dalam neraka itu
tidak merasa sakit sebab neraka karena sesungguhnya Allah Ta'ala telah ridho
kepada mereka dalam masuknya mereka ke dalam neraka.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 20
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُونَ (عَنْ بَعْضِ
الْحُكَمَاءِ حِينَ سُئِلَ كَيْفَ أَنْتَ) أَيْ عَلَى أَيِّ حَالٍ
أَنْتَ (فَقَالَ: أَنَا مَعَ الْمَوْلَى) أَيْ الْمُتَوَلِّي
لِأُمُورِنَا (عَلَى الْمُوَافَقَةِ) لِأَوَامِرِهِ (وَمَعَ
النَّفْسِ عَلَى الْمُخَالَفَةِ) لِمُرَادَاتِهَا (وَمَعَ
الْخَلْقِ عَلَى النَّصِيحَةِ) وَهِيَ الدُّعَاءُ إِلَى مَا فِيهِ الصَّلَاحُ
وَالنَّهْيُ عَمَّا فِيهِ الْفَسَادُ (وَمَعَ الدُّنْيَا) أَيْ
مَتَاعِهَا (عَلَى الضَّرُورَةِ) أَيْ الْحَاجَةِ اللَّازِمَةِ
الَّتِي لَا مَدْفَعَ لَهَا.
Maqolah
yang ke dua puluh (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana ketika
ditanya bagaimana kamu) Maksudnya dalam kondisi apa kamu (Kemudian
ia menjawab: Aku bersama tuhan) Maksudnya dzat yang mengatur urusan
kita (Dalam keserasian) pada perintah-perintah tuhan (Dan
bersama nafsu dalam keadaan menyelisihi) pada yang di inginkan
nafsu (Dan bersama makhluk dalam nasihat) Nasihat adalah
mengajak kepada perkara yang didalamnya ada kemaslahatan dan mencegah dari
perkara yang di dalamnya ada kerusakan (Dan bersama dunia) Maksudnya
kesenangan dunia (Dalam kedaruratan) Maksudnya kebutuhan yang
pasti yang tidak bisa ditolak pada kebutuhan itu.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 21
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (اِخْتَارَ
بَعْضُ الْحُكَمَاءِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ) أَيْ أَرْبَعَ جُمَلٍ (مِنْ
أَرْبَعَةِ كُتُبٍ) سَمَاوِيَّةٍ (مِنَ التَّوْرَاةِ: مَنْ
رَضِيَ بِمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى) مِنَ الرِّزْقِ (اسْتَرَاحَ) أَيْ
صَارَ تَعَبُهُ ذَاهِبًا (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمِنَ
الْإِنْجِيلِ: مَنْ هَدَمَ الشَّهَوَاتِ) أَيْ مَنْ تَرَكَ مُشْتَاقَاتِ
النَّفْسِ (عَزَّ) أَيْ صَارَ قَوِيًّا (فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ، وَمِنَ الزَّبُورِ: مَنْ تَفَرَّدَ) بِنَفْسِهِ
وَبِمَالِهِ (عَنِ النَّاسِ نَجَا) أَيْ خَلَصَ مِنَ الْهَلَاكِ
وَبَعُدَ عَنْهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (وَمِنَ الْفُرْقَانِ: مَنْ
حَفِظَ اللِّسَانِ) مِمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمِمَّا لَا يُعْتَدُّ
بِهِ (سَلِمَ) أَيْ خَلَصَ مِنَ الْآفَاتِ (فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ).
Maqolah
yang ke dua puluh satu (Telah memilih sebagian orang-orang yang
bijaksana pada empat kalimat) Maksudnya pada empat jumlah (Dari
empat kitab-kitab) Samawi (Dari kitab Taurat: Barang siapa
yang ridho atas perkara yang telah memberikan kepadanya Allah Ta'ala) Dari
rizqi (Maka menjadi tenang) Maksudnya jadi rasa lelahnya orang
itu menghilang (Di dunia dan di akhirat. Dan dari kitab Injil: Barang
siapa yang menghancurkan syahwat-syahwatnya) Maksudnya barang siapa
yang meninggalkan perkara yang diinginkan nafsu (Maka mulia) Maksudnya
ia menjadi kuat (Di dunia dan di akhirat. Dan dari kitab zabur: Barang
siapa yang menyendiri) dengan dirinya dan dengan hartanya (Dari
manusia maka ia selamat) Maksudnya ia selamat dari kerusakan dan ia
jauh dari kerusakan itu di dunia dan di akhirat (Dan dari Al-Furqon:
Barang siapa yang menjaga pada lisan) Dari perkara yang tidak ada
faedah di dalamnya dan dari perkara yang tidak di anggap dengannya (Maka
ia selamat) Maksudnya ia selamat dari kerusakan-kerusakan (Di
dunia dan di akhirat).
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى حِفْظُ
اللِّسَانِ( رَوَاهُ
الْبَيْهَقِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )الْعَافِيَةُ عَشَرَةُ أَجْزَاءٍ: تِسْعَةٌ فِي
الصَّمْتِ وَالْعَاشِرَةُ فِي الْعُزْلَةِ عَنِ النَّاسِ( رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Amalan
yang paling dicintai Allah SWT adalah menjaga lidah] Telah meriwayatkan
hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Keselamatan itu ada 10
bagian yang kesembilan itu dalam diam dan kesepuluh itu dalam menyendiri dari
manusia] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailimi.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 22
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَاللَّهِ مَا ابْتُلِيْتُ بِبَلِيَّةٍ إِلَّا
وَكَانَ لِلَّهِ عَلَيَّ فِيهَا) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ (أَرْبَعُ
نِعَمٍ، أَوَّلُهَا: إِذْ لَمْ تَكُنْ) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةُ (فِي
دِيْنِي) فَإِنَّ الِامْتِحَانَ فِي الدِّينِ أَعْظَمُ مِنَ
الْاِمْتِحَانِ فِي الْبَدَنِ وَالْمَالِ (وَالثَّانِي: إِذْ لَمْ تَكُنْ) أَيْ
الْبَلِيَّةُ (أَعْظَمَ مِنْهَا) أَيْ مِنْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ
الَّتِي أَصَابَتْنِي (وَالثَّالِثُ: إِذْ لَمْ تَكُنْ مُحَرَّمَ
الرِّضَا) أَيْ مَمْنُوعَ الرِّضَا (بِهَا) أَيْ
بِتِلْكَ الْبَلِيَّةِ (وَالرَّابِعُ: أَنِّيْ أَرْجُو الثَّوَابَ
عَلَيْهَا) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ.
Maqolah
yang ke dua puluh dua (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Demi Allah tidaklah
aku diuji dengan musibah kecuali pasti ada milik Allah atas ku di dalam musibah
itu) Maksudnya musibah itu (Empat kenikmatan, yang pertama
dari empat kenikmatan: Adalah ketika tidak ada) Maksudnya musibah
itu (Dalam masalah agama) Karena sesungguhnya ujian dalam
masalah agama itu lebih besar daripada ujian dalam masalah badan dan masalah
harta (Dan yang kedua: Adalah ketika tidak ada) Maksudnya
musibah (Yang lebih besar darinya) Maksudnya dari musibah itu
yang menimpa kepadaku (Dan yang ketiga: Adalah ketika tidak ada musibah
itu yang menghalangi dari keridhoan) Maksudnya yang terhalang dari
keridhoan (Dengannya) Maksudnya dengan balai itu (Dan
yang ke empat: Adalah sesungguhnya aku mengharapkan pahala atasnya) Maksudnya
musibah itu.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 23
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ
قَالَ: إِنَّ رَجُلًا حَكِيمًا) وَهُوَ مَنْ يَعْرِفُ الْأُمُورَ (جَمَعَ
الْأَحَادِيثَ فَاخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَحَادِيثِ
الْمَجْمُوعَةِ (أَرْبَعِينَ أَلْفًا) مِنَ الْأَحَادِيثِ
الْمُنْتَقَاةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِينَ
أَلْفًا (أَرْبَعَةَ آلَافٍ) مِنَ الْأَحَادِيثِ
الْمُصَفَّاةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعَةِ
آلَافٍ (أَرْبَعَمِائَةٍ) مِنَ الْأَحَادِيثِ
الْمُسْتَخْرَجَةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ
الْأَرْبَعِمِائَةِ (أَرْبَعِينَ) حَدِيثًا مُبَجَّلًا (ثُمَّ
اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِينَ (أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ) أَيْ
أَرْبَعَ جُمَلٍ مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُسْتَخْلَصَةِ.
Maqolah
yang ke dua puluh tiga (Dari Abdullah bin Mubarok) Radhiallahu
Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Sesungguhnya ada seorang lelaki yang
ahli hikmah) Ahli hikamah adalah orang yang mengetahui berbagai
perkara (Itu mengumpulkan hadits-hadits kemudian ia memilih darinya) Maksudnya
dari hadits-hadits yang dikumpulkan (Empat puluh ribu) Dari
hadits-hadits yang dipilih (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya
dari empat puluh ribu (Empat ribu) Dari hadits-hadits yang
disaring (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat
ribu (Empat ratus) Dari hadits-hadits yang dikeluarkan (Kemudian
ia memilih darinya) Maksudnya dari empat ratus (Empat puluh) Hadits
yang dimuliakan (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari
empat puluh (Empat kalimat) Maksudnya empat jumlah dari
hadits-hadits yang dirangkum.
(إِحْدَاهُنَّ: لَا تَثِقَنَّ بِامْرَأَةٍ) أَيْ لَا تَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا وَلَا
تَأْتَمِنَّهَا (عَلَى كُلِّ حَالٍ) بَلْ لَا بُدَّ لِلرَّجُلِ
مِنَ الْغَيْرَةِ أَيْ كَرَاهَةِ شَرِكَةِ الْغَيْرِ فِي حَقِّهِ.
(Salah
satu dari empat kalimat itu: Adalah janganlah kamu percaya pada seorang wanita) Maksudnya
janganlah kamu tenang kepada seorang wanita dan janganlah kamu mengamanatkan
kepada seorang wanita (Dalam setiap keadaan) Bahkan tidak
boleh tidak untuk seorang lelaki dari rasa cemburu maksudnya tidak ingin
disertai oleh orang lain dalam haknya.
(وَالثَّانِيَةُ: لَا تَغْتَرَّنَّ بِالْمَالِ) أَيْ لَا تَظُنَّ الْأَمْنَ مِنَ الْهَلَاكِ
بِسَبَبِ الْمَالِ فَلَمْ تَحْفَظْ الْأُمُورَ وَلَا تَكُنْ مَخْدُوعًا بِكَثْرَةِ
الْمَالِ (عَلَى كُلِّ حَالٍ) بَلْ لَا بُدَّ مِنَ الِاحْتِيَاطِ
وَمِنْ تَذَكُّرِ الْآخِرَةَ.
(Dan
yang kedua: Adalah janganlah kamu teripu dengan harta) Maksudnya
janganlah kamu merasa aman dari kebinasaan sebab harta kemudian kamu tidak
menjaga pada urusan-urusan dan janganlah kamu menjadi orang yang tertipu sebab
banyak harta (Dalam setiap keadaan) Bahkan tidak boleh tidak
dari berhati-hati dan dari mengingat akhirat.
(وَالثَّالِثَةُ: لَا تُحَمِّلْ مَعِدَتَكَ مَا لَا تُطِيقُهُ) قَالَ ﷺ: )أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ الْبَرَدَةُ( رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ عَنْ أَنَسٍ
وَابْنِ السُّنِّيِّ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ عَلِيٍّ وَعَنِ ابْنِ سَعِيدٍ وَعَنِ
الزُّهْرِيِّ، أَيْ أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ مُتَعَلِّقٌ بِالْمَعِدَةِ التُّخْمَةُ
وَهِيَ إِدْخَالُ الطَّعَامِ عَلَى الطَّعَامِ وَكَذَا شُرْبُ الْمَاءِ عَقِبَ
الطَّعَامِ أَوْ بَيْنَ الطَّعَامَيْنِ قَبْلَ هَضْمِ الْأَوَّلِ.
(Dan
yang ke tiga: Adalah janganlah kamu membebani perutmu dengan makanan yang tidak
mampu menanggungnya) Telah bersabda ﷺ: [Pangkal setiap penyakit adalah terlalu kenyang] Telah
merwayatkan hadits ini Imam Ad-Daruqutni dari Anas dan Ibnu Sunni dan Abu Nuaim
dari Ali dan dai Ibnu Sa'id dan dari Zuhri. Maksudnya pangkal setiap penyakit
yang berhubungan dengan pencernaan adalah kenyang yaitu memasukkan makanan di
atas makanan dan begitu juga meminum air setelah makan atau meminum air di
antara dua kali makan sebelum dicerna makanan yang pertama.
(وَالرَّابِعَةُ: لَا تَجْمَعْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَا
يَنْفَعُكَ) قَالَ رَجُلٌ
لِأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَتَعَلَّمَ
الْعِلْمَ وَأَخَافَ أَنْ أُضَيِّعَهُ، فَقَالَ: كَفَى بِتَرْكِكَ لِلْعِلْمِ
إِضَاعَةً. وَقَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مِنْ
مَكَايِدِ الشَّيْطَانِ تَرْكُ الْعَمَلِ خَوْفًا مِنْ أَنْ يَقُولَ النَّاسُ
إِنَّهُ لَمُرَاءٍ لِأَنَّ تَطْهِيرَ الْعَمَلِ مِنْ نَزَعَاتِ الشَّيْطَانِ
بِالْكُلِّيَّةِ مُتَعَذِّرٌ، فَلَوْ وَقَّفْنَا الْعِبَادَةَ عَلَى الْكَمَالِ
لَتَعَذَّرَ الِاشْتِغَالُ بِشَيْءٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ وَذَلِكَ يُوجِبُ الْبَطَالَةَ
الَّتِي هِيَ أَقْصَى غَرَضِ الشَّيْطَانِ، وَلِذَا قَالَ بَعْضُهُمْ: سِيرُوا
إِلَى اللَّهِ عُرْجًا وَمَكَاسِیْرَ.
(Dan
yang ke empat: Adalah janganlah kamu mengumpulkan ilmu yang tida bermanfaat
padamu) Telah berkata seorang lelaki kepada Abu Huroiroh
Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya aku ingin mencari ilmu dan aku takut
menyia-nyiakan ilmu kemudian Abu Huroiroh berkata: Cukuplah dengan
meninggalkannya kamu pada ilmu menjadi sia-sia. Telah berkata Imam Syafi'i
Radhiallahu Anu: Sebagian dari tipu daya setan adalah meninggalkan amal karena
taku berkata para manusia sungguh orang itu benar-benar ria karena sesungguhnya
mensucikan amal-amal dari godaan setan secara keseluruhan itu sulit. Andai kita
mengsyaratkan pada ibadah atas kesempurnaan maka pasti kesulitan menyibukkan
satu perkara dari ibadah dan hal itu bisa mengakibatkan bermalas-malasan yang
bermalas malasan itu adalah puncak dari tujuan setan. Karena itu berkata
sebagian ulama: Berjalanlah kalaian menuju Allah sambil terpincang-pincang dan
patah.
وَقَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ: مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ عَظَمَتْ قِيمَتُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ
الْفِقْهَ نَبُلَ قَدْرُهُ، وَمَنْ كَتَبَ الْحَدِيثَ قَوِيَتْ حُجَّتُهُ، وَمَنْ
تَعَلَّمَ الْحِسَابَ جَزُلَ رَأْيُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْعَرَبِيَّةَ رَقَّ
طَبْعُهُ، وَمَنْ لَمْ يَصُنْ نَفْسَهُ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ اهُ.
Dan
telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu: Barangsiapa yang mempelajari
Al-Qur'an maka pasti agung nilainya dan barang siapa yang mempelajari ilmu
fekih maka pasti mulia kedudukannya dan barang siapa yang menulis hadits maka
pasti kuat hujjahnya orang itu dan barang siapa mempelajari ilmu hisab maka
pasti banyak idenya dan barang siapa yang mempelajari bahasa Arab maka pasti
menjadi lemah lembut sifatnya dan barang siapa yang tidak menjaga dirinya
sendiri maka pasti tidak bermanfaat padanya ilmunya. Sampai sini perkataan Imam
Syafi'i berakhir.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 24
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ: ﴿وَسَيِّدًا وَحَصُورًا﴾ )آلِ عِمْرَانَ: الْآيَةَ ٣٩) أَيْ لَا يَرْغَبُ فِي النِّسَاءِ لَا لِعَجْزٍ
بَلْ لِمَنْعِ الشَّهْوَةِ فَقَطْ (﴿وَنَبِيًا مِنَ الصَلِحِينَ﴾ )آلِ عِمْرَانَ: الْآيَةَ :٣٩) قَالَ - أَيْ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ -: (ذَكَرَ
اللَّهُ) سَيِّدَنَا (يَحْيَى) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (سَيِّدًا وَهُوَ عَبْدُهُ) تَعَالَى (لِأَنَّهُ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ (كَانَ غَالِبًا عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: عَلَى الْهَوَى
وَعَلَى إِبْلِيسَ وَعَلَى اللِّسَانِ وَعَلَى الْغَضَبِ).
Maqolah
yang ke dua puluh empat (Dari Muhammad bin Ahmad Rahimahullah dalam
menafsirkan firman Allah Azza Wajalla: ﴾Sebagai
sayid dan sebagai orang yang menahan diri﴿ [Ali
Imran: Ayat 39]) Maksudnya Nabi Yahya tidak memiliki hasrat terhadap
wanita, bukan karena ketidakmampuannya, tetapi untuk mencegah syahwat
saja (﴾Dan sebagai Nabi dari
golongan orang-orang sholeh﴿ [Ali
Imran: Ayat 39]) Telah berkata-Maksudnya Syeikh Muhammad-: (Telah
menyebutkan Allah) kepada tuan kita (Nabi Yahya) Alaihis
Salam (Sebagai Sayid sedangkan Nabi Yahya adalah hamba Allah) Ta'ala (Karena
sesungguhnya Nabi Yahya) Alaihis Salam (Terbukti menang atas
empat perkara: Menang atas hawa nafsu dan menang atas Iblis dan menang atas
lisan dan menang atas emosi).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 25
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (لَا يَزَالُ
الدِّينُ وَالدُّنْيَا قَائِمَيْنِ) أَيْ ظَاهِرَيْنِ (مَا
دَامَتْ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) فَمَا مَصْدَرِيَّةٌ ظَرْفِيَّةٌ، وَدَامَ
تَامٌّ بِمَعْنَى بَقِيَ (مَا دَامَ الْأَغْنِيَاءُ لَا يَبْخَلُونَ بِمَا
خُوِّلُوْا) بِالْبِنَاءِ لِلْمَجْهُولِ أَيْ لَا يَمْنَعُونَ مِنْ
إِعْطَاءِ السَّائِلِ مِمَّا أَعْطَاهُمْ اللَّهُ تَعَالَى وَلَا يَمْنَعُونَ الْوَاجِبَ
عَلَيْهِمْ (وَمَا دَامَ الْعُلَمَاءُ يَعْمَلُونَ بِمَا عَلِمُوا) مِنَ
الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ (وَمَا دَامَ الْجُهَلَاءُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
عَمَّا لَمْ يَعْلَمُوا) أَيْ لَا يُعْرِضُونَ وَلَا يَمْتَنِعُونَ مِنْ
تَعَلُّمِ مَا لَمْ يَعْلَمُوا (وَمَا دَامَ الْفُقَرَاءُ لَا يَبِيعُونَ
آخِرَتَهُمْ بِدُنْيَاهُمْ) أَيْ مَا دَامُوا لَا يَتْرُكُونَ الدِّينَ
بِأَخْذِ الدُّنْيَا.
Maqolah
yang ke dua puluh lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama
Wajhahu (Tidak akan berhenti agama dan dunia yang tegak keduanya) Maksudnya
yang nampak keduanya (Selagi masih langgeng empat perkara) Lafadz مَا pada
lafadz مَا دَامَتْ adalah مَا masdariyah
dhorfiyah dan lafadz دَامَ adalah
tam dengan ma'na langgeng (Selagi masih langgeng orang-orang kaya itu
mereka tidak pelit atas perkara yang di amanatkan kepada mereka) Lafadz خُوِّلُوْا dengan
bina majhul maksudnya mereka tidak menahan dari memberi kepada orang yang
meminta dari perkara yang telah memberikan kepada mereka oleh Allah Ta'ala dan
mereka tidak menahan pada kewajiban atas mereka (Dan selagi masih
langgeng para ulama itu mereka mengamalkan pada perkara yang mereka tahu) Dari
perintah dan larangan (Dan selagi masih langgeng orang-orang bodoh itu
mereka tidak sombong tentang perkara yang mereka tidak tahu) Maksudnya
mereka tidak menolak dan mereka tidak menahan diri dari mempelajari perkara
yang tidak mereka ketahui (Dan selagi masih langgeng orang-orang fakir
itu mereka tidak menjual pada akhirat mereka dengan dunia mereka) Maksudnya
selagi masih langgeng orang-orang fakir itu mereka tidak meninggalkan agama
dengan mengambil dunia.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 26
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَحْتَجُّ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ بِأَرْبَعَةِ أَنْفُسٍ) أَيْ أَشْخَاصٍ (عَلَى
أَرْبَعَةِ أَجْنَاسٍ مِنَ النَّاسِ) فَيَحْتَجُّ اللَّهُ
الْعَظِيمُ (عَلَى الْأَغْنِيَاءِ بِسُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ) عَلَيْهِمَا
السَّلَامُ كَأَنْ يَقُولَ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوا:
نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِالْأَمْوَالِ وَبِالْمَمْلَكَةِ قَالَ اللَّهُ لَهُمْ:
فَأَيُّ مَمْلَكَةٍ أَكْبَرُ مِنْ مَمْلَكَةِ سُلَيْمَانَ وَأَيُّ مَالٍ أَكْثَرُ
مِنْ مَالِهِ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.
Maqolah
yang ke dua puluh enam (Dari Nabi ﷺ
sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala itu berhujjah pada hari
kiamat dengan empat orang) Maksudnya individu (kepada empat
kelompok dari manusia) Maka berhujjah Allah yang maha agung (Kepada
orang-orang kaya dengan Nabi Sulaiman bin Daud) Alaihimas Salam
seperti Allah berfirman kepada orang-orang kaya: kenapa kalian meninggalkan
ibadah. Jika mereka berkata: Kami disibukkan dengan harta-harta dan kerajaan
maka Allah berfirman kepada mereka: kerajaan manakah yang lebih besar daripada
kerajaan Sulaiman dan harta manakah yang lebih banyak daripada hartanya
Sulaiman dan Sulaiman itu tidak meninggalkan ibadah.
(وَ) يَحْتَجُّ
اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْعَبِيدِ بِيُوسُفَ) كَأَنْ يَقُولَ
لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِخِدْمَةِ
سَادَاتِنَا، قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: عَبْدِي يُوسُفُ تَحْتَ عَزِيزِ مِصْرَ
وَامْرَأَتِهِ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.
(Dan) Berhujjah
Allah Ta'ala (Kepada para hamba sahaya dengan Nabi Yusuf) Seperti
Allah berfirman kepada para hamba sahaya: Kenapa kalian meninggalkan ibadah.
Jika mereka berkata: kami disibukkan dengan berkhidmah kepada tuan-tuan kami,
maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Yusuf itu ada di bawah kekuasaan
raja mesir dan istrinya raja mesir dan Yusuf itu tidak meninggalkan ibadah.
(وَ) يَحْتَجُّ
اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْمَرْضَى بِأَيُّوبَ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ كَأَنْ يَقُولَ اللَّهُ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمَ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ
قَالُوْا: نَحْنُ مَرْضَى، قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: عَبْدِي أَيُّوبُ مَرِضَ
مَرَضًاً شَدِيدًاً وَهُوَ لَمْ يَتْرُكْ الْعِبَادَةَ.
(Dan) Berhujjah
Allah Ta'ala (Kepada orang sakit dengan Nabi Ayyub) Alaihis
Salam Seperti Allah berfirman kepada orang-orang sakit: Kenapa kalian
meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami sakit, maka Allah berfirman
kepada mereka: Hambaku Ayyub itu sakit dengan penyakit yang sangat berat dan
Ayyub itu tidak meninggalkan ibadah.
(وَ) يَحْتَجُّ
اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْفُقَرَاءِ بِعِيسَى]) كَأَنْ يَقُولَ
اللَّهُ لَھُمْ: لِمَ تَرَکْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوْا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ
بِمَشَقَّةِ الْفَقْرِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُمْ: عَبْدِي عِيسَى أَفْقَرُ
مَنْ فِي الْأَرْضِ وَهُوَ لَمْ يَمْلِكْ شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا فَلَيْسَ لَهُ
بَيْتٌ وَلَا مَالٌ وَلَا زَوْجَةٌ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.
(Dan) Berhujjah
Allah Ta'ala (Kepada orang-orang fakir dengan Nabi Isa]) Seperti
Allah berfirman kepada orang-orang fakir: Kenapa kalian meninggalkan ibadah.
Jika mereka berkata: kami disibukkan dengan beratnya menanggung kemiskinan ,
maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Isa adalah sefakir-fakirnya orang
yang ada di atas bumi dan Isa itu tidak memiliki apapun dari dunia dan tidak
ada baginya rumah dan tidak ada baginya harta dan tidak ada baginya istri dan
Isa itu tidak meninggalkan ibadah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 27
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
سَعْدِ بْنِ هِلَالٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَذْنَبَ) أَيْ
صَارَ ذَا ذَنْبٍ (مَنَّ اللَّهُ تَعَالَى) أَيْ أَنْعَمَ (عَلَيْهِ
بِأَرْبَعِ خِصَالٍ: لَا يَحْجُبُ عَنْهُ الرِّزْقَ) أَيْ لَا يَمْنَعُهُ
مِنَ الرِّزْقِ (وَلَا يَحْجُبُ عَنْهُ الصِّحَّةَ) أَيْ لَا
يَمْنَعُهُ مِنْ صِحَّةِ الْبَدَنِ (وَلَا يُظْهِرُ عَلَيْهِ الذَّنْبَ) بَلْ
يَسْتُرُهُ (وَلَا يُعَاقِبُهُ عَاجِلًا) أَيْ فِي السَّاعَةِ
الْحَاضِرَةِ بَلْ يُمْهِلُهُ وَلَا يُهْمِلُهُ.
Maqolah
yang ke dua puluh tujuh (Dari Sa'd bin Hilal Rahimahullah: Sesungguhnya
seorang hamba ketika berbuat dosa) Maksudnya jadi memiliki dosa (Maka
memberikan anugrah Allah Ta'ala) Maksudnya memberikan nikmat (Kepada
orang yang berbuat dosa dengan empat perkara: Allah tidak akan menutup darinya
rezeki) Maksudnya Allah tidak akan mencegah pada orang yang berbuat
dosa dari rizki (Dan Allah tidak akan menutup darinya kesehatan) Maksudnya
Allah tidak akan mencegah pada orang yang berbuat dosa dari kesehatan
badan (Allah tidak akan menampakkan atasnya dosa) Bahkan Allah
menutup dosa orang yang berbuat dosa (Dan Allah tidak akan menyiksanya
di dunia) Maksudnya di waktu sekarang bahkan Allah memberikan
kesempatan taubat kepada orang yang berdosa dan Allah tidak abai pada orang
yang berdosa.
وَحُكِيَ أَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: إِنَّ
اللَّهَ أَعْطَى أُمَّةَ مُحَمَّدٍ أَرْبَعَ كَرَامَاتٍ مَا أَعْطَانِيهَا:
إِحْدَاهَا: قَبُولُ تَوْبَتِي كَانَ بِمَكَّةَ، وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَتُوبُونَ
فِي كُلِّ مَكَانٍ فَيُقْبَلُ تَوْبَتُهُمْ. وَالثَّانِيَةُ: أَنِّي كُنْتُ
لَابِسًا، فَلَمَّا عَصَيْتُ جَعَلَنِي عُرْيَانًا وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ
عُرَاةً فَيُلْبِسُهُمْ. وَالثَّالِثَةُ: لَمَّا عَصَيْتُ فَرَّقَ بَيْنِي
وَبَيْنَ امْرَأَتِي وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ اللَّهَ وَلَا يُفَرِّقُ
بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ أَزْوَاجِهِمْ. وَالرَّابِعَةُ: أَنِّي عَصَيْتُ فِي
الْجَنَّةِ فَأَخْرَجَنِي مِنْهَا وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ اللَّهَ تَعَالَى
خَارِجَ الْجَنَّةِ فَيُدْخِلُهُمْ فِيهَا إِذَا تَابُوا.
Dihikayatkan
sesungguhnya Nabi Adam Alaihis Salam bersabda: Sesungguhnya Allah itu telah
memberikan kepada umat Nabi Muhammad empat kemuliaan yang Allah tidak
memberikan kepadaku kemuliaan itu: Salah satu dari empat kemuliaan itu: Adalah
penerimaan taubatku itu berada di mekkah, sedangkan umat Nabi Muhammad itu
mereka bertaubat di setiap tempat kemudian diterima taubatnya umat Nabi
Muhammad. Yang kedua: Adalah sesungguhnya Aku itu berpakaian, ketika aku
bermaksiat maka Allah membuatku telanjang, sedangkan umat Nabi Muhammad itu
mereka bermaksiat dalam keadaan telanjang, maka Allah memberi pakaian kepada
mereka. Dan yang ketiga: Adalah ketika aku bermaksiat, Allah memisahkan antara
aku dan antara istriku, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat kepada
Allah, dan Allah tidak memisahkan antara mereka dan antara istri-istri
mereka. Dan yang keempat: Adalah sesungguhnya aku itu bermaksiat di surga,
kemudian Allah mengeluarkanku dari surga, Sedangkan umat Nabi Muhammad itu
mereka bermaksiat kepada Allah Ta'ala di luar Surga, kemudian Allah memasukkan
mereka ke dalam surga jika mereka bertaubat.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 28
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَرَفَ أَرْبَعًا إِلَى
أَرْبَعٍ وَجَدَ الْجَنَّةَ) أَيْ مَنْ تَرَكَ أَرْبَعًا وَتَوَجَّهَ
إِلَى أَرْبَعٍ وَجَدَ الْجَنَّةَ (النَّوْمَ إِلَى الْقَبْرِ) بِأَنْ
تَرَكَ رَاحَةَ النَّوْمِ وَتَوَجَّهَ إِلَى رَاحَتِهِ فِي الْقَبْرِ بِأَنْ
عَمِلَ صَالِحًا لِأَجْلِهِ (وَالْفَخْرَ إِلَى الْمِيزَانِ) بِأَنْ
تَرَكَ التَّطَاوُلَ عَلَى النَّاسِ بِتَعْدِيدِ الْمَنَاقِبِ وَتَوَجَّهَ إلَى
عَمَلِ الْحَسَنَاتِ لِأَجْلِ زِيَادَتِهَا فِي الْمِيزَانِ (وَالرَّاحَةَ
إلَى الصِّرَاطِ) بِأَنْ تَرَكَ رَاحَةَ الْبَدَنِ وَتَوَجَّهَ إلَى عَمَلٍ
يُسْرِعُ الْمُرُورَ عَلَى الصِّرَاطِ وَذَلِكَ بِإِسْرَاعِ اجْتِنَابِ
الْمَعَاصِي (وَالشَّهْوَةَ إلَى الْجَنَّةِ) بِأَنْ تَرَكَ
الشَّهْوَةَ وَتَوَجَّهَ إلَى مَشَقَّاتِ الْعِبَادَاتِ فَإِنَّ الْجَنَّةَ
حُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ.
Maqolah
yang ke dua puluh delapan (Dari Hatim Al-Ashom Rahimahullah
sesungguhnya Hatim Al-Ashom berkata: Barang siapa memalingkan empat menuju
empat maka ia pasti akan menemukan surga) Maksudnya barang siapa yang
meninggalkan empat kemudian ia menghadap pada empat makak pasti ia akan
menemukan surga (Memalingkan tidur menuju qubur) Dengan cara
ia meninggalkan kenikmatan tidur kemudian ia menghadap pada kenikmatan tidur di
dalam qubur dengan mengamalkan amalan sholeh karena arah-arah kenikmatan tidur
di dalam qubur (Dan memalingkan kebanggaan menuju timbangan) Dengan
cara ia meninggalkan bersombong-sombong kepada manusia dengan menghitung-hitung
kebaikan kemudian ia menghadap menuju amal yang baik-baik karena arah-arah
menambah amal kebaikan pada timbangan (Dan memalingkan kenikmatan
menuju sirot) Dengan cara ia meninggalkan kenikmatan badan kemudian ia
menghadap menuju amalan yang bisa mempercepat lewat di atas sirot dan amalan
itu adalah dengan cepat menjauhi maksiat (Dan memalingkan syahwat
menuju surga) Dengan cara ia meninggalkan syahwat kemudian ia
menghadap menuju beratnya ibada karena sesungguhnya surga itu dikelilingi
dengan perkara-perkara yang di benci sebagaimana dalam hadits.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 29
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ
حَامِدٍ اللَّفَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ
الْأُمُورِ (طَلَبْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ) مِنَ
الْمَسَالِكِ (فَأَخْطَأْنَا طُرُقَهَا) أَيْ تِلْكَ الْأُمُورِ
الْأَرْبَعَةِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ أُخْرَى) مِنَ
الْمَسَالِكِ (طَلَبْنَا الْغِنَى) أَيْ الْيَسَارَ (فِي
الْمَالِ فَوَجَدْنَاهُ) أَيْ الْغِنَى (فِي الْقَنَاعَةِ) أَيْ
فِي الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ وَفِي سُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ
الْمَأْلُوفَاتِ (وَطَلَبْنَا الرَّاحَةَ) أَيْ زَوَالَ
الْمَشَقَّةِ (فِي الثَّرْوَةِ) أَيْ كَثْرَةِ الْمَالِ (فَوَجَدْنَاهَا
فِي قِلَّةِ الْمَالِ، وَطَلَبْنَا اللَّذَّاتِ) بِحَلَاوَةِ الذَّوْقِ
وَنُورِ الْبَصَرِ وَحُضُورِ الْمَرْجُوِّ (فِي النِّعْمَةِ) وَهِيَ
مَا قُصِدَ بِهِ النَّفْعُ (فَوَجَدْنَاهَا) أَيْ
اللَّذَّاتِ (فِي الْبَدَنِ الصَّحِيحِ. وَطَلَبْنَا الْعِلْمَ فِي بَطْنٍ
شِبْعٍ فَوَجَدْنَاهُ فِي بَطْنٍ جَائِعٍ) وَفِي نُسْخَةٍ: وَطَلَبْنَا
الرِّزْقَ فِي الْأَرْضِ فَوَجَدْنَاهُ فِي السَّمَاءِ، أَيْ مَقْسُومًا فِي
السَّمَاءِ.
Maqolah
yang ke dua puluh sembilan (Dari Hamid Al-Lafaf Rahimahullah
sesungguhnya Hamid Al-Lafaf berkata: Empat) Dari perkara (Yang
telah kami cari padanya dalam empat) Dari jalur (Kemudian kami
salah pada jalannya) Maksudnya perkara itu yang empat (Ternyata
kami menemukan pada perkara itu dalam empat yang lain) Dari
jalur-jalur (Kami mencari kekayaan) Maksudnya kemudahan (Dalam
harta ternyata kami menemukan kekayaan itu) Maksudnya kekayaan (Dalam
keadaan qona'ah) Maksudnya dalam keadaan ridho atas bagian dari Allah
dan dalam keadaan tenangnya hati dari tidak adanya yang dibutuhkan (Dan
kami mencari ketenangan) Maksudnya hilangnya kesusahan (Dalam
harta yang banyak) Maksudnya banyaknya harta (Ternyata kami
menemukan ketenangan itu dalam keadaan sedikitnya harta, dan kami mencari
kelezatan-kelezatan) Atas manisnya rasa dan terangnya penglihatan dan
hadirnya yang diinginkan (Dalam kenikmatan) Nikamat adalah
perkara yang dituju dengannya manfaat (Ternyata kami menemukan
kelezatan-kelezatan itu) Maksudnya kelezatan-kelezatan (Dalam
keadaan badan yang sehat. Dan kami mencari ilmu dalam keadaan perut yang
kenyang ternyata kami menemukan ilmu itu dalam keadaan perut yang lapar) Dan
dalam salinan matan: Dan kami mencari rizki di bumi ternyata kami menemukan
rizki itu di langit maksudnya yang dibagi di langit.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 30
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ قَلِيلُهَا
كَثِيرٌ) فَيَتَأَذَّى النَّاسُ بِذَلِكَ الْقَلِيلِ (الْوَجَعُ) أَيْ
الْأَلَمُ (وَالْفَقْرُ) أَيْ فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ
إِلَيْهِ (وَالنَّارُ وَالْعَدَاوَةُ) أَيْ قَصْدُ الْإِضْرَارِ
الْمُتَمَكِّنِ فِي الْقَلْبِ.
Maqolah
yang ke tiga puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu sesungguhnya ia berkata:
Empat perkara yang sedikitnya empat perkara itu adalah banyak) Sehingga
merasa sakit manusia dengan yang sedikit itu (Sakit) Maksudnya
sakit (Dan kemiskinan) Maksudnya tidak adanya perkara yang ia
membutuhkan pada perkara itu (Dan api dan musuh-musuh) Maksudnya
yang bertujuan mencelakai yang menetap di dalam hati.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: )رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيمَانِ بِاَللَّهِ
تَعَالَى التَّوَدُّدُ إِلَى النَّاسِ(.
وَقَالَ سَيِّدُنَا سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِابْنِهِ: لَا تَسْتَكْثِرْ
أَنْ يَكُونَ لَكَ أَلْفُ صَدِّيقٍ فَالْأَلْفُ قَلِيلٌ وَلَا تَسْتَقِلَّ أَنْ
يَكُونَ لَكَ عَدُوٌّ وَاحِدٌ فَالْوَاحِدُ كَثِيرٌ.
Telah
bersabda Rasulullah ﷺ: [Pangkalnya
akal sesudah iman kepada Allah adalah menunjukkan rasa kasih sayang kepada
manusia] Dan telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam kepada
anaknya: Janganlah kamu menganggap banyak jika ada bagimu seribu teman karena
seribu itu adalah sedikit dan janganlah kamu menganggap sedikit jika ada bagimu
musuh yang hanya satu karena satu itu adalah banyak.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 31
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ
حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَحِمَهُ اللَّهُ (أَنَّهُ قَالَ:
أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَرْبَعَةٌ) مِنَ
الْأَجْنَاسِ، فَإِنَّ الشَّيْءَ إِنَّمَا يُعْرَفُ بِضِدِّهِ (الشَّبَابُ
لَا يَعْرِفُ قَدْرَهُ إِلَّا الشُّيُوخُ) أَيْ أَهْلُ الْهَرَمِ (وَالْعَافِيَةُ) أَيْ
دِفَاعُ الْمَكْرُوهِ (لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَهْلُ الْبَلَاءِ) قَالَ
الْغَزَالِيُّ بَدَلَ هَذِهِ الْجُمْلَةِ: وَلَا يَعْرِفُ قَدْرَ الْغِنَى إِلَّا
أَهْلُ الْفَقْرِ (وَالصِّحَّةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا
الْمَرْضَى) جَمْعُ مَرِيضٍ أَيْ إِلَّا أَهْلُ السَّقَمِ (وَالْحَيَاةُ
لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَوْتَى. قَالَ الشَّاعِرُ أَبُو نُوَاسٍ) بِضَمِّ
النُّونِ وَبِالْوَاوِ اسْمُهُ الْحَسَنُ بْنُ هَانَىءَ. وَسَبَبُ تَلْقِيبِهِ
بِأَبِي نُوَاسٍ أَنَّهُ كَانَ لَهُ ذُؤَابَتَانِ تَنُوْسَانِ أَيْ تَتَحَرَّكَانِ
عَلَى عَاتِقِهِ اهْ. مِنْ بَحْرِ اَلطَّوِيلِ:
Maqolah
yang ke tiga puluh satu (Dari Hatim Al-Ashom) Rahimahullah (Sesungguhnya
Hatim Al-Ashom berkata: Empat perkara yang tidaklah mengetahui pada nilainya
empat perkara itu kecuali empat) Dari kelompok, Karena sesungguhnya
sesuatu itu hanya bisa diketahui dengan kebalikannya (Masa muda
tidaklah mengetahui pada nilainya masa muda itu kecuali orang-orang yang sudah
tua) Maksudnya orang-orang yang lanjut usia (Dan kesejahtraan) Maksudnya
terhindar dari perkara yang dibenci (Tidaklah mengetahui pada nilai
kesejahtraan kecuali orang-orang yang terkena musibah) Telah berkata
Imam Al-Ghozali sebagai ganti dari kalimat ini: Tidaklah mengetahui nilai
kekayaan kecuali orang fakir (Dan sehat tidaklah mengetahui pada
nilainya sehat kecuali orang-orang yang sakit) Lafadz الْمَرْضَى adalah
jamak dari lafadz مَرِيضٌ.
Maksudnya kecuali orang-orang yang sakit (Dan kehidupan tidaklah
mengetahui pada nilai kehidupan kecuali orang-orang yang mati. Telah berkata
seorang penya'ir Abu Nuwas) Lafadz نُوَاسٍ dibaca
dengan mendhommahkan huruf nun dan dengan wawu. Namanhya adalah Hasan bin Hani
dan sebab dilaninya Hasan bin Hani dengan nama Abu Nuwas karena sesungguhnya
ada padanya dua kuncir yang keduanya berubah-ubah Maksudnya kedua-duanya
bergerak-gerak di atas pundaknya. Syair dari Bahar Thowil:
( ذُنُوْبِيَ
إِنْ فَكَّرْتُ فِيهَا كَثِيرَةٌ $ وَرَحْمَةُ رَبِّي مِنْ ذُنُوبِيَ أَوْسَعُ
وَمَا
طَمَعِي فِي صَالِحٍ إِنْ عَمِلْتُهُ $ وَلَكِنِّي فِي رَحْمَةِ اللَّهِ أَطْمَعُ
هُوَ
اللَّهُ مَوْلَايَ الَّذِي هُوَ خَالِقِي $ وَإِنِّي لَهُ عَبْدٌ
أُقِرُّ وَأَخْضَعُ
فَإِنْ
يَكُ غُفْرَانٌ فَذَلِكَ رَحْمَةٌ $ وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَمَا أَنَا أَصْنَعُ )
( Dosa dosaku jika aku fikir
tentangnya itu adalah banyak $ Sedangkan rahmat Allah itu lebih
luas daripada dosa-dosaku
Bukanlah harapanku dalam amal sholeh
jika aku melaksanakan amal sholeh itu
$ Akan tetapi aku lebih berharap pada
rahmatnya Allah
Dialah Allah
pelindungku dzat yang menciptakan aku $ Dan sungguh aku baginya adalah
hamba dan aku mengakui hal itu dan aku tunduk kepadanya
Jika terjadi ampunan maka itulah
kasih sayang Allah $ Dan jika yang terjadi yang lain maka
tidkalah aku melakukan hal itu )
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ
أَرَادَ أَنْ لَا يُوْقِفَهُ اللَّهُ عَلَى قَبِيْحِ أَعْمَالِهِ وَلَا يَنْشُرَ
لَهُ دِيْوَانًا فَلْيَدْعُ بِهَذَا الدُّعَاءِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ وَهُوَ: اللَّهُمَّ
إِنَّ مَغْفِرَتَكَ أَرْجَى مِنْ عَمَلِيْ، وَإِنَّ رَحْمَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ
ذَنْبِيْ، اللَّهُمَّ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَهْلًا أَنْ أَبْلُغَ رَحْمَتَكَ
فَرَحْمَتُكَ أَهْلٌ أَنْ تَبْلُغَنِيْ لِأَنَّهَا وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ].
Dari
Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang
siapa yang ingin agar tidak memperlihatkan kepadanya oleh Allah atas
amal-amalnya yang jelek dan agar Allah tidak membuka kepadanya catatan amalnya
maka hendaklah ia berdoa dengan doa ini di akhir setiap sholat. Doa itu adalah:
Ya Allah sesungguhnya ampunanmu itu lebih aku harapkan daripada amalku, dan
sesungguhnya kasih sayangmu itu lebih luas daripada dosaku, Ya Allah jika aku
bukan orang yang layak untuk mencapai rahmatmu sungguh rahmatmu itu layak untuk
sampai kepadaku karena rahmatmu itu luas mencakup segala sesuatu wahai dzat
yang maha pengasih di antara para pengasih].
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 32
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: إِذَا كَانَ) أَيْ جَاءَ (يَوْمُ الْقِيَامَةِ
يُوضَعُ الْمِيزَانُ فَيُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّلَاةِ فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ) أَيْ
يُعْطَوْنَ أُجُورَهُمْ كَامِلَةً (بِالْمِيزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ
الصَّوْمِ) وَفِي نُسَخٍ: بِأَهْلِ الْحَجِّ (فَيُوَفَّوْنَ
أُجُوْرَهُمْ بِالْمِيْزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الْبَلَاءِ لَا يُنْصَبُ
لَهُمْ مِيزَانٌ وَلَا يُنْشَرُ لَهُمْ دِيْوَانٌ) أَيْ جَرِيْدَةُ
الْحِسَابِ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ) أَيْ
عَدَدٍ مَحْصُورٍ (حَتَّى يَتَمَنَّى أَهْلُ الْعَافِيَةِ لَوْ كَانُوا
بِمَنْزِلَتِهِمْ) فَلَوْ مَصْدَرِيَّةٌ (مِنْ كَثْرَةِ ثَوَابِ
اللَّهِ تَعَالَى) عَلَيْهِمْ.
Maqolah
yang ke tiga puluh dua (Telah bersabda Nabi ﷺ:
Ketika telah ada) Maksudnya telah datang (Hari kiamat maka
diletakkanlah timbangan kemudian didatangkan orang-orang yang ahli sholat
kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka) Maksudnya
mereka diberi pahala yang sempurna (atas timbangan, Kemudian
didatangkan orang-orang yang ahli puasa) Dan dalam satu salinan:
Orang-orang yang ahli haji (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka
pahala-pahala mereka atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli
musibah tidak dipasang bagi mereka timbangan dan tidak dibuka bagi mereka
catatan amal) Maksudnya catatan hisab (Kemudian diberikan
sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka dengan tanpa hisab) Maksudnya
tanpa hitungan yang terbatas (Sampai-sampai berharap orang-orang yang
ahli sejahtera andaikan orang-orang ahli sejahtera itu ada pada tempat ahlul
musibah) Lafadz لَوْ ini adalah masdariyah (Sebab
banyaknya pahala dari Allah Ta'ala) Kepada ahlul musibah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 33
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: يَسْتَقْبِلُ ابْنَ آدَمَ أَرْبَعُ نُهُبَاتٍ) بِضَمِّ
النُّونِ وَهِيَ الَّتِي تَغْلِبُهُ (يَنْتَهِبُ) أَيْ يَأْخُذُ
بِالْقَهْرِ (مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ وَیَنْتَهِبُ الْوَرَثَةُ) بِفَتْحَاتٍ
جَمْعُ وَارِثٍ (مَالَهُ) بَعْدَ مَوْتِهِ (وَینَتَّهِبُ
الدُّودُ جِسْمَهُ) فِي الْقَبْرِ (وَيَنْتَهِبُ الْخُصَمَاءُ) بِضَمٍّ
فَفَتْحٍ جَمْعُ خَصِيمٍ وَهُمْ مَنْ لَهُمْ الْحَقُّ عَلَى مَنْ ظَلَمَهُمْ
بِأَخْذِ أَمْوَالِهِمْ أَوْ بِاغْتِيَابِهِمْ أَوْ بِضَرْبِهِمْ مَثَلًا أَوْ
بِغَيْرِ ذَلِكَ (عَمَلَهُ) إِنْ کَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ
وَإِلَّا حُمِلَ عَلَيْهِ ذَنْبُهُمْ.
Maqolah
yang ke tiga puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Akan
menghadapi kepada anak Adam empat perampasan) lafadz نُهُبَاتٍ dengan
mendhommahkan huruf nun yaitu yang bisa mengalahkan anak Adam (Akan
merampas) Maksudnya mengambil dengan paksa (Oleh malaikat maut
pada ruh anak Adam, dan akan merampas oleh ahli waris) Lafadz الْوَرَثَةِ dengan
memfathahkan semuanya jamak dari lafadz وَارِثٍ (Pada
harta anak Adam) Sesudah matinya anak Adam (Dan akan merampas
oleh cacing pada badan anak Adam) Di dalam qubur (Dan akan
merampas oleh orang-orang yang menggugat) Lafadz الْخُصَمَاءُ dengan
mendhommahkan kemudian fathah jamak dari lafadz خَصِيم
mereka adalah orang yang memiliki pada diri mereka hak kepada orang yang telah
berbuat dzolim kepada mereka dengan mengambil pada harta-harta mereka atau
dengan menyakiti mereka atau dengan memukul mereka seumpamanya atau dengan
selain hal itu (Pada amalnya anak Adam) Jika ada bagi anak
Adam itu amal yang sholeh dan jika tidak ada maka dibebankan kepadanya dosa-dosa
mereka.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 34
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنِ اشْتَغَلَ بِالشَّهَوَاتِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ
النِّسَاءِ) أَيْ مِنْ تَنَاوُلِ النِّسَاءِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ
بِجَمْعِ الْمَالِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ الْحَرَامِ) أَيْ مِنَ
الْوُقُوعِ فِي الْحَرَامِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِمَنَافِعِ الْمُسْلِمِينَ
فَلَا بُدَّ لَهُ مِنْ الْمُدَارَاةِ) أَيْ مِنْ مُلَاطَفَتِهِمْ
بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِالْعِبَادَةِ فَلَا بُدَّ
لَهُ مِنَ الْعِلْمِ) إِذْ لَا تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إِلَّا بِالْعِلْمِ
بِكَيْفِيَّتِهَا.
Maqolah
yang ke tiga puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana:
Barang siapa yang sibuk dengan syahwat maka tidak boleh tidak baginya dar
wanita) Maksudnya dari bergaul dengan wanita (Dan barang siapa
yang sibuk dengan mengumpulkan harta maka tidak boleh tidak baginya dari
perkara haram) Maksudnya dari terjerumus pada perkara haram (Dan
barang siapa sibuk dengan memberikan manfaat kepada orang-orang islam maka
tidak boleh tidak baginya dari beramah tamah) Maksudnya bersikap lemah
lembut kepada orang-orang islam dengan ucapan dan perbuatan (Dan barang
siapa yang sibuk dengan ibadah maka tidak boleh tidak baginya dari ilmu) Karena
tidaklah sah ibadah kecuali dengan ilmu tentang tatacara-tatacara ibadah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 35
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَ كَرَّمَ وَجْهَهُ (إِنَّ
أَصْعَبَ الْأَعْمَالِ أَرْبَعُ خِصَالٍ: الْعَفْوُ عِنْدَ الْغَضَبِ) رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللَّهُ عَنْهُ
عَذَابَهُ].
Maqolah
yang ke tiga puluh lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu
(Sesungguhnya paling susahnya amal itu ada empat perkara: Memaafkan ketika
marah) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
telah bersabda : [Barang siapa yang menahan amarahnya maka pasti Allah
akan menahan darinya pada adab Allah].
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَفَّ
غَضَبَهُ وَبَسَطَ رِضَاهُ وَبَذَلَ مَعْرُوفَهُ وَوَصَلَ رَحِمَهُ وَأَدَّى
أَمَانَتَهُ أَدْخَلَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي نُورِهِ
الْأَعْظَمِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa yang menahan amarahnya dan meluaskan ridhonya dan mengerahkan kebaikannya
dan menyambungkan kasih sayangnya dan menunaikan amanahnya maka pasti akan
memasukkan kepadanya oleh Allah Azza Wajalla pada hari kiamat ke dalam cahaya
Allah yang maha agung] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ad-Dailami.
(وَالْجُودُ) أَيْ بَذْلُ الْمَالِ (فِي الْعُسْرَةِ) أَيْ
فِي وَقْتِ الْفَقْرِ وَصُعُوبَةِ الْمَالِ (وَالْعِفَّةُ) أَيْ
مَنْعُ الْحَرَامِ (فِي الْخَلْوَةِ) أَيْ فِي وَقْتِ
الِانْفِرَادِ عَنْ النَّاسِ، فَالْعَفِيفُ مَنْ يُبَاشِرُ الْأُمُورَ عَلَى
وَفْقِ الشَّرْعِ وَالْمُرُوءَةِ (وَقَوْلُ الْحَقِّ لِمَنْ يَخَافُهُ) كَسُلْطَانٍ
جَائِرٍ (أَوْ يَرْجُوهُ) أَيْ يَرْجُو عَفْوَهُ أَوْ
إِعْطَاءَهُ.
(Dan
kedermawanan) Maksudnya mengorbankan harta (Dalam
keadaan susah) Maksudnya di waktu fakir dan di waktu kesulitan
harta (Dan menjaga kehormatan) Maksudnya menghindari perkara
haram (Di saat sendiri) Maksudnya di waktu sendirian jauh dari
orang lain. Orang yang menjaga kehormatannya adalah orang yang melakukan
perkara perkara sesuai dengan syariat dan kehormatan (Dan berkata benar
kepada orang yang ia takut kepadanya) Seperti sultan yang dzolim (Atau
kepada orang yang ia berharap kepadanya) Maksudnya ia mengharapkan
maafnya atau pemberiannya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 36
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ
وَالثَّلَاثُونَ (فِي الزَّبُورِ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى دَاوُدَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ: إنَّ الْعَاقِلَ الْحَكِيمَ) أَيْ كَامِلَ
الْعِلْمِ (لَا يَخْلُو مِنْ أَرْبَعِ سَاعَاتٍ) يَقْسِمُهَا
عَلَى هَذِهِ الْأَعْمَالِ (سَاعَةً يُنَاجِي فِيهَا رَبَّهُ) بِذِكْرِهِ
وَتِلَاوَةِ كَلَامِهِ وَشِكَايَةِ الْحَالِ عِنْدَهُ وَنَحْوِ ذَلِكَ (وَسَاعَةٌ
يُحَاسِبُ فِيهَا نَفْسَهُ) بِأَنْ يَكْتُبَ أَعْمَالَهُ وَحَرَكَاتِهِ
لَيْلًا وَنَهَارًا فِي الْكَاغِدِ ثُمَّ يَنْظُرَهُ فِي آخِرِ النَّهَارِ وَفِي
آخِرِ اللَّيْلِ فَيَشْكُرُ أَوْ يَسْتَغْفِرُ (وَسَاعَةً يَمْشِي فِيهَا
إلَى إخْوَانِهِ الَّذِينَ يُخْبِرُونَهُ بِعُيُوبِهِ) لِيَرْجِعَ
مِنْهَا (وَسَاعَةٌ فِيهَا يُخَلِّى) أَيْ يَتْرُكُ (بَيْنَ
نَفْسِهِ وَبَيْنَ لَذَّاتِهَا الْحَلَالَ).
Maqolah
yang ke tiga puluh enam (Dalam kitab Zabur: Telah mewahyukan Allah
Ta'ala kepada Daud alaihissalam: Sesungguhnya orang berakal yang bijaksana) Maksudnya
yang sempurna dalam ilmu (Tidak akan kosong dari empat waktu) ia
membaginya atas perbuatan-perbuatan ini (Satu waktu ia bermunajat pada
saat itu kepada Tuhannya) Dengan berzikir kepadanya dan membaca
firman-Nya dan mengadukan keadaannya kepada-Nya dan yang semisal dari hal
itu (Dan satu waktu ia mengevaluasi pada saat itu kepada dirinya) Dengan
menulis amal-amalnya dan gerak-geriknya malam dan siang di kertas kemudian ia
melihatnya di sore hari dan di akhir malam lalu ia bersyukur atau memohon
ampun (Dan satu waktu ia berjalan pada waktu itu kepada
saudara-saudaranya yang akan memberitahukan kepadanya kekurangan-kekurangannya) Agar
ia bisa meninggalkan dari aib-aib itu (Dan satu waktu pada saati itu ia
menyendiri) Maksudnya ia meninggalkan (Antara dirinya dan
antara kenikmatan kenikmatan dunia yang halal).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 37
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ
بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: جَمِيعُ الْعِبَادَاتِ مِنَ الْعُبُودِيَّةِ) أَيْ
مِنْ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (الْوَفَاءُ
بِالْعُهُودِ) وَهُوَ أَدَاءُ فَرَائِضِ اللَّهِ تَعَالَى (وَالْمُحَافَظَةُ
عَلَى الْحُدُودِ) وَهُوَ اجْتِنَابُ مُحَرَّمَاتِ اللَّهِ
تَعَالَی (وَالصَّبْرُ عَلَى الْمَفْقُودِ) مِنْ
مَحْبُوبَاتِهِ (وَالرِّضَا بِالْمَوْجُودِ) مِنَ الْمَطَاعِمِ
وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.
Maqolah
yang ke tiga puluh tujuh (Telah berkata: Sebagian orang-orang yang
bijaksana: Semua ibadah dari jenis penghambaaan) Maksudnya dari rukun
islam (Itu ada empat) Dari perkara (Memenuhi
janji) Yaitu kefardhuan-kefardhuan dari Allah Ta'ala (Dan
menjaga pada batasan) Yaitu menjauhi perkara yang telah diharamkan
oleh Allah Ta'ala (Dan bersabar atas yang hilang) Dari
perkara-perkara yang dicintainya (Dan ridha dengan yang ada) Dari
makanan dan pakaian dan tempat tinggal.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5
بَابُ الخُمَاسِيِّ
فِيهِ سَبْعٌ وَعِشْرُوْنَ مَوْعِظَةً سِتَّةٌ أَخْبَارٌ
وَالْبَاقِى آثَارٌ
Dalam bab ini ada 27 Nasihat, 6 akhbar
dan sisanya atsar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 1
الْمَقَالَةُ الْأُولَى: (رُوِيَ عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ: مَنْ أَهَانَ) أَيْ أَذَلَّ (خَمْسَةً) مِنَ
النَّاسِ (خَسِرَ خَمْسَةً) أَيْ أَهْلَكَ خَمْسَةَ
أُمُورٍ (مَنِ اسْتَخَفَّ بِالْعُلَمَاءِ) بِأَنْ تَرَكَ
تَعْظِيمَهُمْ (خَسِرَ الدِّينَ) فَإِنَّهُمْ مَعْدِنُ
الشَّرِيعَةِ (وَمَنِ اسْتَخَفَّ بِالْأُمَرَاءِ) أَيْ
الْمُلُوكِ (خَسِرَ الدُّنْيَا) لِأَنَّهُمْ الَّذِينَ يُرَتِّبُونَ
أُمُورَ الدُّنْيَا وَزِمَامُهَا بِأَيْدِيهِمْ (وَمَنِ اسْتَخَفَّ
بِالْجِيرَانِ) أَيْ الْمُجَاوِرِينَ فِي الْمَسَاكِنِ مِنْ جَمِيعِ
الْجِهَاتِ (خَسِرَ الْمَنَافِعَ) أَيْ الْخَيْرَاتِ الَّتِي
يَتَوَصَّلُ بِهَا إِلَى الْمَطْلُوبِ.
Maqolah
yang pertama (Diriwayatkan dari Nabi ﷺ:
Barang siapa yang menghinakan) Maksudnya ia menghinakan (Pada
lima golongan) Dari Manusia (Maka ia rugi pada lima perkara) Maksudnya
ia merusak pada lima perkara (Barangsiapa yang merendahkan ulama) Dengan
cara ia meninggalkan sifat mengagungkan ulama (Maka ia rugi dalam
urusan agama) Karena sesungguhnya ulama adalah sumbernya syariat (Dan
barang siapa yang merendahkan kepada umara) Maksudnya kepada para
raja (Maka ia rugi dalam urusan dunia) Karena sesungguhnya
umara adalah orang-orang yang mengatur pada urusan-urusan dunia dan kendali
dunia itu dengan tangan umara (Dan barang siapa merendahkan kepada
tetangga) Maksudnya orang-orang yang bertetangga di tempat tinggal
dari semua arah (Maka ia rugi dalam kemanfaatan) Maksudnya
kebaikan-kebaikan yang bisa sampai sebab kebaikan-kebaikan itu pada hal yang
dicari.
رُوِيَ أَنَّهُ ا قَالَ: [وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ] رَوَاهُ
مُسْلِمٌ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّ
الرَّجُلَ لَهُ جَارُ سُوءٍ يُؤْذِيهِ فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ وَيَحْتَسِبُهُ
حَتَّى يَكْفِيَهُ اللَّهُ بِحَيَاةٍ أَوْ مَوْتٍ] رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ.
Diriwayatkan
bahwa Nabi bersabda: [Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam kekuasaaannya,
tidaklah beriman seorang hamba hingga dia mencintai untuk tetangganya apa yang
dia cintai untuk dirinya sendiri] Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Muslim. Dan diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ
bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang laki-laki yang
baginya ada tetangga buruk yang menyakitinya, lalu dia bersabar atas
gangguannya dan ia ikhlas atas gangguan itu hingga meberikan kecukupan
kepadanya Allah dengan hidup atau mati] Telah meriwayatkan pada hadits
ini Imam Al-Bukhari.
(وَمَنْ اسْتَخَفَّ بِالْأَقْرِبَاءِ) مِنَ الْأَرْحَامِ (خَسِرَ الْمَوَدَّةَ) أَيْ
أَهْلَكَ مَحَبَّتَهُمْ (وَمَنْ اسْتَخَفَّ بِأَهْلِهِ) أَيْ
زَوْجَتِهِ (خَسِرَ طِيبَ الْمَعِيشَةِ) أَيْ لَذَّةَ
الْمَكْسَبِ الَّذِي يَعِيشُ بِسَبَبِهِ .
(Dan
barang siapa yang merendahkan kepada kerabat-kerabat) Maksudnya
dari mahrom (Maka ia rugi dalam kasih sayang) Maksudnya ia
telah merusak cinta mereka (Dan barang siapa merendahkan kepada
keluarganya) Maksudnya istrinya (Maka ia rugi dalam nikmatnya
kehidupan) Maksudnya nikmatnya mencari nafkah yang ia bisa hidup
dengan sebabnya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِيْ يُحِبُّونَ
خَمْسًا) مِنَ الْخِصَالِ (وَيَنْسَوْنَ خَمْسًا) مِنْ
مُقَابِلَتِهَا (يُحِبُّونَ الدُّنْيَا) فَيَشْتَغِلُونَ
بِهَا (وَيَنْسَوْنَ الْعُقْبَى) أَيْ يَتْرُكُونَ الْعَمَلَ
لِلْآخِرَةِ (وَيُحِبُّونَ الدُّوْرَ) فَيَشْتَغِلُونَ
بِزِينَتِهَا (وَيَنْسَوْنَ الْقُبُورَ) أَيْ يَتْرُكُونَ
الْعَمَلَ لِتَنْوِيرِهَا (وَيُحِبُّونَ الْمَالَ) فَيَشْتَغِلُونَ
بِجَمْعِهِ (وَيَنْسَوْنَ الْحِسَابَ) أَيْ يَغْفُلُونَ عَنْ
حِسَابِ اللَّهِ تَعَالَى إيَّاهُ بِهِ فَإِنَّ الْمَالَ حَلَالُهُ حِسَابٌ
وَحَرَامُهُ عِقَابٌ (وَيُحِبُّونَ الْعِيَالَ) أَيْ أَهْلَ
الْبَيْتِ (وَيَنْسَوْنَ الْحُورَ) فِي الْجِنَانِ (وَيُحِبُّونَ
النَّفْسَ وَيَنْسَوْنَ اللَّهَ) بِأَنْ يَتَّبِعُوا مُرَادَ
أَنْفُسِهِمْ وَيَتْرُكُونَ أَوَامِرَ اللَّهِ تَعَالَى (هُمْ مِنِّي
بُرَآءُ) أَيْ بُعَدَاءُ (وَأَنَا مِنْهُمْ بَرِيءٌ) أَيْ
بَعِيدٌ.
Maqolah
yang kedua (Telah bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Akan
datang suatu zaman kepada ummatku mereka akan mencintai pada lima) Dari
perkara-perkara (Dan mereka akan melupakan lima perkara) Dari
perkara yang bertentangan dengannya (Mereka mencintai dunia) Sehingga
mereka sibuk dengannya (Dan mereka melupakan akhirat) Yaitu
mereka meninggalkan amal untuk kehidupan akhirat (Dan mereka mencintai
rumah-rumah) Sehingga mereka sibuk dengan menghiasi rumah-rumah (Dan
mereka melupakan kubur) Yaitu mereka meninggalkan amal untuk
memberikan cahaya padanya (Dan mereka mencintai harta) Sehingga
mereka sibuk mengumpulkannya (Dan mereka melupakan hisab) Yaitu
Mereka lalai terhadap perhitungan Allah Ta'ala padanya karena mengumpulkan
harta karena sesungguhnya harta, halalnya harta itu merupakan hisab dan
haramnya harta itu merupakan adzab (Dan mereka mencintai keluarga) Yaitu
ahli rumah (Dan mereka melupakan bidadari) di
surga (Dan mereka mencintai diri mereka sendiri dan mereka melupakan
Allah) Dengan cara mereka mengikuti pada keinginan diri mereka sendiri
dan mereka meninggalkan perintah-perintah Allah Ta'ala (Mereka itu dari
diriku berlepas diri) Yaitu mereka menjauh (dan aku dari
mereka berlepas diri) Yaitu jauh.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: لَا يُعْطِي اللَّهُ لِأَحَدٍ خَمْسًا) مِنَ
الْهَيْئَاتِ (إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ) أَيْ هَيَّأَ (لَهُ
خَمْسًا أُخْرَى) مِنْ جَزَائِهَا (لَا يُعْطِيهِ) أَيْ
اللَّهُ الشَّخْصَ (الشُّكْرَ) لِلنِّعْمَةِ (إِلَّا
وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ الزِّيَادَةَ) عَلَى تِلْكَ النِّعْمَةِ، قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى: ﴿لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ﴾ [إبْرَاهِيم:
الْآيَة ٧] (وَلَا يُعْطِيهِ الدُّعَاءَ إلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ
الِاسْتِجَابَةَ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿أُدْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ﴾ [غَافِر: الْآيَة ٦٠]. رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: [اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً
تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ] رَوَاهُ
الطَّبَرَانِيُّ اهْ. (وَلَا يُعْطِيهِ الْإِسْتِغْفَارَ إلَّا وَقَدْ
أَعَدَّ لَهُ الْغُفْرَانَ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿اِسْتَغْفِرُوْا
رَبَّكُمْ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا﴾ [نُوح: الْآيَةَ ١٠]. رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: [لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَكُمُ السَّمَاءَ
ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ] رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهِ
Maqolah
yang ketiga (Telah bersabda Nabi alaihis sallam: Tidaklah Alllah
memberi kepada seseorang pada lima hal) Dari keadaan-keadaan (Kecuali
sunnguh Allah telah menyiapkan) Maksudnya menyediakan (Bagi
seseorang itu lima hal lainnya) Sebagai balasan lima perkara itu (Allah
tidak memberi kepada seseorang) Maksudnya Allah kepada seseorang (Rasa
syukur) Atas nikmat (Kecuali benar-benar Allah telah
menyiapkan bagi seseorang itu tambahan) Atas nikmat tersebut. Telah
berfirman Allah Ta'ala: ﴾Jika
kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepada kalian﴿ [Q.S
Ibrahim: Ayat 7] (Dan Allah tidak memberi kepada seseorang doa
kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu Ijabah) Allah
Ta'ala berfirman: ﴾Berdoalah
kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya untuk kalian﴿ [Q.S
Ghafir: Ayat 60]. Diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ
bersabda: [Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu jiwa yang
tenang, yang beriman dengan pertemuan-Mu, dan ridha dengan ketentuan-Mu, dan
merasa cukup dengan pemberian-Mu.] Telah meriwayatkan Hadist ini Imam
Thabarani (Dan Allah tidak memberi kepada seseorang istighfar
kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu
ampunan) Allah Ta'ala berfirman: ﴾Mintalah
kalian kepada Tuhan kalian ampunan, sesungguhnya tuhan kalian adalah dzat Maha
Pengampun﴿ [Q.S Nuh: Ayat
10]. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Jika
kalian berbuat kesalahan hingga mencapai kesalahan kalian pada langit, kemudian
kalian bertaubat, pasti Allah akan menerima taubat untuk kalian semua.] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah.
(وَلَا يُعْطِيهِ التَّوْبَةَ إِلَّا وَقَدْ أُعَدَّ
لَهُ الْقَبُولُ) أَيْ قَبُولَ
التَّوْبَةِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَكْتُوبٌ حَوْلَ الْعَرْشِ
قَبْلَ أَنْ تُخْلَقَ الدُّنْيَا بِأَرْبَعَةِ آلَافِ عَامٍ: وَإِنِّي لَغَفَّارٌ
لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ. (وَلَا يُعْطِيهِ الصَّدَقَةَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ
التَّقَبُّلَ) أَيْ حُصُولَ الْقَبُولِ.
(Dan
Allah tidak memberi kepada seseorang taubat kecuali benar-benar Allah telah
menyiapkan bagi seseorang itu penerimaan) Maksudnya
penerimaan taubat. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Tertulis di sekitar Arsy sebelum diciptakan dunia empat ribu
tahun: Dan sesungguhnya aku adalah dzat maha pengampun bagi orang yang
bertaubat dan beriman dan beramal sholeh kemudian mengikuti petunjuk] Telah
meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami. (Dan Allah tidak memberi
kepada seseorang shodaqoh kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan
bagi seseorang itu penerimaan) Maksudnya hasilnya penerimaan.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى
يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ( رَوَاهُ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Setiap
orang itu berada dalam bayang-bayang sedekahnya hingga diadili di antara
manusia] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ
عَبْدٍ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ يَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا قَالَ اللَّهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ: عَبْدِيْ رَجَوْتَنِيْ فَلَنْ أَحْقِرَكَ، حَرَّمْتُ
جَسَدَكَ عَلَى النَّارِ وَادْخُلْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتَ] رَوَاهُ
ابْنُ لَالٍ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seorang hamba yang
bersedekah dengan sedekah yang dia berharap dengan sedekah itu pada ridho
Allah, melainkan berfirman Allah pada hari kiamat: 'Hamba-Ku, engkau
harapkan aku, maka Aku tidak akan merendahkanmu. Aku haramkan tubuhmu atas
neraka dan masuklah kamu dari pintu-pintu manapun dari Surga yang kamu mau] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnul Al.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ أَبِى
بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ: الظُّلُمَاتُ خَمْسٌ) مِنَ
الْأَشْيَاءِ (وَالسُّرُجُ) بِضَمَّتَيْنِ جَمْعُ سِرَاجٍ (لَهَا
خَمُسٌ) مِنَ الصِّفَاتِ (حُبُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ) لِأَنَّهُ
يُوقِعُ فِى الشُّبُهَاتِ ثُمَّ فِى الْمَكْرُوهَاتِ ثُمَّ فِى الْمُحَرَّمَاتِ
قَالَ ﷺ: [حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِىُّ
عَنْ الْحَسَنُ الْبُصْرِىُّ قَالَ الْغَزَالِىُّ: وَكَمَا أَنَّ حُبَّهَا رَأْسُ
كُلِّ خَطِيئَةٍ فَبُغْضُهَا رَأْسُ كُلِّ حَسَنَةٍ (وَالسِّرَاجُ لَهَا
التَّقْوَى) أَىْ الاِحْتِرَازُ بِطَاعَةِ اللَّهِ عَنْ عُقُوبَتِهِ
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ )إِنَّكَ
لَمْ تَدَعْ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا أَعْطَاكَ خَيْرًا
مِنْهُ( رَوَاهُ
الِامَّامُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِىُّ.
Maqolah
yang ke empat (Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu:
Kegelapan-kegelapan itu ada lima) Dari perkara-perkara (Dan
lampu-lampu) Lafadz السُّرُجُ dengan membaca dua dhommah jamak dari
lafadz سِرَاجٌ (Untuk
kegelapan-kegelapan itu ada lima) Dari sifat (Cinta dunia
adalah kegelapan) Karena sesungguhnya cinta dunia itu dapat
menjatuhkan ke dalam perkara-perkara syubhat kemudian ke dalam perkara-perkara
yang dimakruhkan kemudian ke dalam perkara perkara yang diharamkan telah
bersabda Nabi ﷺ: [Cinta dunia
adalah pangkal dari setiap kesalahan] Telah meriwayatkan hadits ini
Imam Al-Baihaqi dari Hasan Al-Bishri. Telah berkata Imam Al-Ghozali: Dan
sebagaimana sesungguhnya cinta terhadap dunia adalah pangkal dari setiap
kesalahan maka benci terhadap dunia adalah pangkal dari setiap kebaikan. (Dan
lampu untuk dunia itu adalah takwa) Maksudnya menjaga dengan cara
ta'at kepada Allah menjauhi siksaan-siksaan dari Allah. Telah diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
engkau tidaklah meninggalkan suatu perkara karena takwa kepada Allah Azza
Wajalla melainkan pasti Allah akan memberikan kepadamu pada yang lebih baik dari
perkara itu] Telah meriwayatkan pada hatis ini Imam Ahmad dan Imam
An-Nasa'i.
(وَالذَّنْبُ ظُلْمَةٌ وَالسِّرَاجُ لَهُ التَّوْبَةُ) رُوِىَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [إِنَّ
الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ
فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ صَفُلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ
فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ عَلَى قَلْبِهِ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ
تَعَالَى: ﴿كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴾] رَوَاهُ
الِامَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِىُّ وَابْنُ مَاجَهِ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ
حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ.
(Dan
dosa adalah kegelapan dan lampu untuk dosa adalah taubat) Telah
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Sesungguhnya
seorang hamba ketika melakukan kesalahan maka diberi titik ke dalam hatinya
satu titik yang hitam kemudian ketika ia mencabut dan beristigfar dan bertaubat
maka jernih hatinya dan jika ia kembali maka bertambah titik hitam itu
sehingga menguasai titik hitam itu atas hatinya, dan titik hitam itu adalah ron
yang telah berfirman tentangnya Allah ta'ala ﴾Sekali-kali
tidak bahkan telah memenuhi bintik hitam di atas hati mereka karena dosa dosa
yang mereka lakukan﴿] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah
dan Imam An-Nasa'i dan Imam Ibnu Hibban dan Imam Hakim.
(وَالْقَبْرُ ظُلْمَةٌ وَالسِّرَاجُ لَهُ: لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ
اللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
يَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ تَعَالَى( رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
(Dan
kuburan itu gelap dan lampu untuk kuburan adalah membaca: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya Allah
Ta'ala telah mengharamkan atas neraka kepada orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ mencari
dengan mengucapkannya pada keridhoan Allah Ta'ala] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا إِخْلَاصُهَا؟
قَالَ: أَنْ تَحْجُزَكُمْ عَنْ كُلِّ مَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ( رَوَاهُ الْخَطِيبُ. قِيلَ: سَبْعَةُ
أَشْيَاءَ تُنَوِّرُ الْقَبْرَ: أَوَّلُهَا الْإِخْلَاصُ فِي الْعِبَادَةِ.
وَالثَّانِي: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. وَالثَّالِثُ: صِلَةُ الرَّحِمِ.
وَالرَّابِعُ: أَنْ لَا يُضَيِّعَ عُمُرَهُ فِي الْمَعْصِيَةِ. وَالْخَامِسُ: أَنْ
لَا يَتَبِعَ هَوَاهُ. وَالسَّادِسُ: أَنْ يَجْتَهِدَ فِي الطَّاعَةِ.
وَالسَّابِعُ أَنْ يُكْثِرَ ذِكْرَ اللَّهِ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Barang
siapa yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dengan
ikhlas maka ia pasti akan masuk ke dalam surga, para sahabat berkata: Wahai
Rasulallah apa tanda-tanda ikhlasnya membaca لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ?
Rasul bersabda: Bisa mencega لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ kepada
kalian dari setiap perkara yang telah Allah haramkan kepada kalian] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Khotib. Dikatakan: Tujuh perkara yang
menerangi alam qubur: Yang pertama dari tujuh perkara itu adalah ikhlas dalam
beribadah dan yang ke dua adalah berbakti kepada kedua orang tua dan yang ke
tiga adalah bersilatur rahmi dan yang ke empat adalah tidak menyia-nyiakan
umurnya dalam kemaksiatan dan yang ke lima adalah tidak mengikuti kesenangan
hawa nafsunya dan yang ke enam adalah bersungguh-sungguh dalam keta'atan dan
yang ke tujuh adalah memperbanyak dzikir kepada Allah.
(وَالْآخِرَةُ ظُلْمَةٌ) أَيْ لِكَثْرَةِ الْأَهْوَالِ (وَالسِّرَاجُ
لَهَا الْعَمَلُ الصَّالِحُ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ يُؤْخَذَ بِرُخَصِهِ كَمَا
يُحِبُّ أَنْ يُؤْخَذَ بِعَزَائِمِهِ، إنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي بِالْحَنِيفِيَّةِ
السَّمْحَةِ دِينِ إبْرَاهِيمَ( رَوَاهُ
ابْنُ عَسَاكِرَ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )أَدُّوا الْعَزَائِمَ وَاقْبَلُوا الرُّخْصَةَ وَدَعُوا
النَّاسَ فَقَدْ كُفِيْتُمُوهُمْ( رَوَاهُ
الْخَطِيبُ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )مَنْ لَمْ يَقْبَلْ رُخْصَةَ اللَّهِ كَانَ عَلَيْهِ
مِنَ الْإِنْمِ مِثْلُ جِبَالِ عَرَفَةَ( رَوَاهُ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ (وَالصِّرَاطُ ظُلْمَةٌ، وَالسِّرَاجُ لَهُ
الْيَقِينُ) وَهُوَ تَحْقِيقُ التَّصْدِيقِ بِإِزَالَةِ كُلِّ رَيْبٍ.
(Dan
akhirat itu gelap) Maksudnya karena banyaknya
kengerian-kengerian (Dan lampu untuk akhirat adalah amal sholeh) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
Allah senang jika diambil keringana-keringanannya sebagaimana Allah senang jika
diambil kewajiban-kewajibannya. Sesungguhnya Allah mengutus kepadaku dengan
agama yang cenderung yang toleran dari agama Nabi Ibrahim] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Asakir. Dan telah diriwayatkan sesungguhnya
Nabi ﷺ bersabda: [Tunaikanlah oleh kalian
kewajiban-kewajiban dan terimalah oleh kalian kemurahan-kemurahan dan biarkan
olehmu manusia maka sungguh akan mencukupkan kalian bahaya manusia] Telah
meriwayatkan hadits ini Imam Al-Khotib. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Barang siapa yang tidak
menerima keringanan-keringanan dari Allah maka ada atasnya dari dosa seperti
gunung arafah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad (Dan
sirot itu gelap dan lampu untuk sirot adalah keyakinan) Keyakinan
adalah menyatakan meyakini dengan menghilangkan setiap keraguan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُمَرَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ مَوْقُوفًا عَلَيْهِ أَوْ مَرْفُوعًا إِلَى
النَّبِيِّ ﷺ) فَالْمَوْقُوفُ مَا رُوِيَ عَنِ الصَّحَابَةِ وَلَا
يَتَجَاوَزُ بِهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَالْمَرْفُوعُ مَا أَخْبَرَ بِهِ
الصَّحَابِيُّ عَنْ قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ (لَوْلَا ادِّعَاءُ الْغَيْبِ
لَشَهِدْتُ عَلَى خَمْسِ نَفَرٍ أَنَّهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ) أَيْ
لَوْلَا مَخَافَةُ ادِّعَاءِ عِلْمِ الْغَيْبِ مَانِعٌ لَقُلْتُ: شَهِدْتُ عَلَى
خَمْسِ جَمَاعَةٍ أَنَّهُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ (الْفَقِيرُ صَاحِبُ
الْعِيَالِ) وَهُوَ مَنْ يَسْكُنُ مَعَهُ وَتَجِبُ نَفَقَتُهُ
عَلَيْهِ كَعَبْدِهِ وَامْرَأَتِهِ وَوَلَدِهِ الصَّغِيرِ (وَالْمَرْأَةُ
الرَّاضِي عَنْهَا زَوْجُهَا، وَ) الْمَرْأَةُ (الْمُتَصَدِّقَةُ
بِمَهْرِهَا عَلَى زَوْجِهَا وَ) الشَّخْصُ (الرَّاضِي عَنْهُ
أَبَوَاهُ، وَالتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: )التَّائِبُ
مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ( رَوَاهُ
الْبَيْهَقِيُّ.
Maqolah
yang ke lima (Dari Umar Radhiallahu Anhu sesungguhnya Umar berkata
dengan Hadits mauquf atau marfu langsung kepada Nabi ﷺ) Mauquf
adalah hadits yang diriwayatkan dari para sohabat dan tidak melawati hadits itu
sampai Rasulullah ﷺ. Dan marfu adalah
hadits yang telah mengabarkannya atas hadits itu para sahabat dari sabda Nabi ﷺ (Andai tidak khawatir
mengaku-ngaku perkarar ghoib maka pasti aku bersaksi atas lima golongan
sesungguhnya mereka adalah ahli surga) Maksudnya andai tidak khawatir
mengaku-ngaku ilmu ghoib menghalangi maka pasti aku berkata: Aku bersaksi atas
lima golongan sesungguhnya mereka termasuk ahli surga (Orang fakir yang
memiliki keluarga) الْعِيَالِ adalah
orang yang tinggal bersama dia dan ia wajib menafkahi padanya seperti hamba
sahayanya dan seperti istrinya dan seperti anaknya yang masih kecil (Dan
Istri yang ridho padanya suaminya dan) istri (Yang
mengsedekahkan maharnya kepada suaminya dan) orang (Yang ridho
kepadanya kedua orang tuanya, dan orang yang bertaubat dari dosa) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Orang
yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak ada dosa baginya] Telah
meriwaayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ
التَّوَّابُونَ( رَوَاهُ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )اَللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ التَّائِبِ مِنَ
الْظَمْآنِ الْوَارِدِ وَمِنَ الْعَقِيمِ الْوَالِدِ وَمِنَ الضَّالِّ الْوَاجِدِ،
فَمَنْ تَابَ إلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا أَنْسَى اللَّهُ حَافِظَيْهِ
وَجَوَارِحَهُ وَبِقَاعَ الْأَرْضِ كُلَّهَا خَطَايَاهُ وَذُنُوبَهُ( رَوَاهُ أَبُو الْعَبَّاسِ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Setiap
anak Adam itu berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan
adalah orang-orang yang bertobat.] Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah itu lebih gembira
dengan taubatnya seorang hamba yang bertaubat daripada gembiranya orang yang
kehausan yang menemukan air, dan daripada gembiranya orang yang mandul yang
beranak, dan daripada gembiranya orang yang tersesat yang menemukan jalan. Maka
barangsiapa yang bertaubat kepada Allah dengan tobat nasuha, Maka pasti akan
menjadikan lupa oleh Allah pada dua malaikat yang mencatat amal dan pada
anggota badannya dan tempatnya di bumi semuanya atas kesalahan-kesalahannya dan
dosa-dosanya.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Abul Abbas.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ
عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: خَمْسٌ هُنَّ عَلَامَةُ الْمُتَّقِينَ) رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ يَبْلُغَ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ
الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ الْبَأْسُ] رَوَاهُ
التِّرْمِذِيُّ وَالْحَاكِمُ. (أَوَّلُهَا: أَنْ لَا يُجَالِسَ إِلَّا
مَنْ يُصْلِحُ الدِّينَ مَعَهُ وَيَغْلِبُ الْفَرْجَ وَاللِّسَانَ) بِأَنْ
يَمْنَعَهُمَا عَنْ فُضُولِ الْجِمَاعِ وَالْكَلَامِ. (وَ) ثَانِيهَا (إِذَا
أَصَابَهُ شَيْءٌ عَظِيمٌ مِنَ الدُّنْيَا يَرَاهُ وَبَالًا) أَيْ
شِدَّةً لِسُوءِ الْعَاقِبَةِ. (وَ) ثَالِثُهَا (إِذَا
أَصَابَهُ شَيْءٌ قَلِيلٌ مِنَ الدِّينِ اِغْتَنَمَ ذَلِكَ) أَيْ
اعْتَقَدَ أَنَّ ذَلِكَ رِبْحٌ عَظِيمٌ. (وَ) رَابِعُهَا (لَا
يَمْلَأُ بَطْنَهُ مِنَ الْحَلَالِ خَوْفًا مِنْ أَنْ يُخَالِطَهُ حَرَامٌ) كَمَا
فِي الْحَدِيثِ الْمُتَقَدِّمِ. (وَ) خَامِسُھَا (یَرَی
النَّاسَ کُلَّهُمْ قَدْ نَجَوْا) أَيْ خَلَصُوا مِنَ الْهَلَاكِ
لِحَسَنِ مُعَامَلَتِهِمْ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى (وَيَرَى نَفْسَهُ قَدْ
هَلَكَتْ) أَيْ بِالذَّنْبِ لِسُوءِ مُعَامَلَتِهِ مَعَ اللَّهِ
تَعَالَی.
Maqolah
yang ke enam (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: Lima perkara ini adalah
tanda-tanda dari orang-orang yang bertakwa) Diriwayatkan sesungguhnya
Nabi ﷺ bersabda: [Tidak akan sampai
seorang ada dari golongan orang-orang yang bertakwa sehingga ia meninggalkan
perkara yang tidak ada larangan atasnya karena khawatir dari perkara yang
padanya ada larangan] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Tirmidzi dan
Imam Hakim. (Yang pertama dari tanda-tanda orang yang bertakwa: Adalah
ia tidak duduk kecuali dengan orang yang bisa memperbaiki agama bersamanya dan
orang yang bisa mengendalikan kemaluan dan lisan) Dengan cara menahan
kemaluan dan lisan dari berlebihan berjima dan berlebihan berbicara. Dan yang
kedua dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah ketika menimpa
kepadanya suatu perkara yang besar dari dunia maka ia memandang perkara besar
itu sebagai musibah) Maksudnya sebagai ujian berat karena buruk
akibatnya. Dan yang ketiga dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah
ketika menimpa kepadanya suatu perkara yang sedikit dari agama, maka dia
menganggap untung besar perkara itu) Maksudnya dia beritidak
sesungguhnya perkara yang kecil dari agama itu adalah keuntungan yang besar.
Dan yang keempat dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah dia
tidak memenuhi perutnya dari perkara yang halal karena khawatir dari
mencampurnya pada perkara itu perkara yang haram) sebagai mana
dalam hadits yang sebelumnya. Dan yang kelima dari tanda-tanda orang yang
bertakwa, (Adalah dia melihat manusia semuanya pasti selamat) Maksudnya
mereka selamat dari kehancuran karena baiknya mu'amalah mereka dengan Allah
Ta'ala, (Sementara dia memandang dirinya pasti celaka) Maksudnya
dengan dosa karena buruknya mu'amalah dirinya dengan Allah Ta'ala.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 7
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ) وَکرَّمَ وَجْهَهُ (لَوْلَا
خَمْسُ خِصَالٍ) أَيْ صِفَاتٍ مَذْمُومَةٍ (لَصَارَ النَّاسُ
كُلُّهُمْ صَالِحِينَ) أَيْ خَالِصِينَ مِنْ كُلِّ فَسَادٍ (أَوَّلُهَا
الْقَنَاعَةُ) أَيْ الرِّضَا (بِالْجَهْلِ) أَيْ
بِعَدَمِ الْعِلْمِ بِالدِّينِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَللَّهُ
يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَةِ] رَوَاهُ
الْحَاكِمُ وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [ذَنْبُ الْعَالِمِ ذَنْبٌ
وَاحِدٌ وَذَنْبٌ الْجَاهِلِ ذَنْبَانِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِىُّ (وَالْحِرْصُ
عَلَى الدُّنْيَا) رُوِيَ أَنَّهُ لَا قَالَ: [الزُّهْدُ فِي
الدُّنْيَا يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالْبَدَنَ وَالرَّغْبَةُ فِيهَا تُتْعِبُ
الْقَلْبَ وَالْبَدَنَ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.
Maqolah
yang ke tujuh (Dari Ali Radhiallahu Ta'ala Anhu) Wakarrama
Wajhahu (Andai tidak ada lima perkara) Maksudnya sifat-sifat
yang tercela (Maka pasti akan jadi manusia seluruhnya termasuk
orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang selamat dari setiap
kerusakan (Yang pertama dari sifat-sifat yang tercela adalah merasa
cukup) Maksudnya ridho (Dengan kebodohan) Maksudnya
dengan tidak adanya ilmu tentang agama. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah benci kepada
setiap orang yang alim tentang dunia bodoh tentang akhirat] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Dosanya orang alim itu
satu dosa dan dosa orang bodoh itu dua dosa] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Ad-Dailami (Dan serakah atas dunia) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Zuhud
di dalam dunia itu bisa menenangkan hati dan badan dan senang pada dunia itu
melelahkan hati dan badan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
At-Thobroni.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )نِعْمَتِ الدَّارُ الدُّنْيَا لِمَنْ تَزَوَّدَ مِنْهَا
لِآخِرَتِهِ حَتَّى يُرْضِيَ رَبَّهُ، وَبِئْسَتِ الدَّارُ الدُّنْيَا لِمَنْ
صَدَّتْهُ عَنْ آخِرَتِهِ وَقَصَّرَتْ بِهِ عَنْ رِضَا رَبِّهِ( رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda [Sebagus-bagusnya daerah dunia bagi orang yang menyediakan
bekal dari dunia untuk akhiratnya, sehingga ia meraih keridhaan Rabbnya. Dan
sejelek-jeleknya daerah dunia bagi orang yang menghalangi dunia itu kepadanya
dari akhiratnya dan melalaikan dunia itu kepadanya dari keridhoan Rabbnya] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim.
(وَالشُّحُّ
بِالْفَضْلِ) أَيْ الْبُخْلُ بِمَا زَادَ عَنْ حَاجَتِهِ
فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ (وَالرِّيَاءُ فِي الْعَمَلِ) أَيْ
تَرْكُ الْإِخْلَاصِ فِي الْعَمَلِ بِمُلَاحَظَةِ غَيْرِ اللَّهِ فِيهِ. رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَنْ يُرِي النَّاسَ أَنَّ فِيهِ خَيْرًا وَلَا خَيْرَ فِيهِ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِي.
(Dan
pelit dengan kelebihan harta) Maksudnya pelit dengan perkara yang
melebihi dari kebutuhannya pada saat itu (Dan riya dalam beramal) Maksudnya
meninggalkan ikhlas dalam beramal dengan memperhatikan selain Allah dalam beramal.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Manusia
yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang menunjukkan
kepada manusia bahwa di dalam dirinya terdapat kebaikan, padahal tidak ada
kebaikan di dalam dirinya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ad-Dailami.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )مَنْ أَرَى النَّاسَ فَوْقَ مَا عِنْدَهُ
مِنَ الْخَشْيَةِ فَهُوَ مُنَافِقٌ( رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ( رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ، (وَالْإِعْجَابُ
بِالرَّأْيِ) أَيْ الْاِسْتِحْسَانُ بِعَقْلِهِ وَتَدْبِيرِهِ
وَالتَّرَفُّعِ بِذَلِكَ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa memperlihatkan kepada manusia di atas amalan yang ada padanya karena
takut maka dia adalah munafiq] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Bukhori. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga kepada setiap
orang yang riya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu
Nu'aim (Dan sombong dengan akal) Maksudnya menganggap bagus
pada akalnya dan urusan akal itu dan menganggap tinggi pada akalnya itu.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ
جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ) أَيْ أَكْثَرِهِمْ (رَحْمَةُ اللَّهِ
عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَكْرَمَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا
ﷺ بِخَمْسِ كَرَامَاتٍ: أَكْرَمَهُ بِالِاسْمِ وَالْجِسْمِ وَالْعَطَاءِ
وَالْخَطَأِ وَالرِّضَا. أَمَّا الِاسْمُ فَنَادَاهُ بِالرِّسَالَةِ وَلَمْ
يُنَادِهِ بِالِاسْمِ كَمَانَادَى جَمِيعَ الْأَنْبِيَاءِ) عَلَيْهِمُ
السَّلَامُ (مِثْلَ آدَمَ وَنُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَغَيْرِهِمْ) قَالَ
تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ: ﴿يَأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ﴾ [الْمَائِدَة: الْآيَة ٦٧] وَهَذَا فِي وَقْتِ
إِنْزَالِ الْوَحْيِ. أَمَّا وَقْتُ الْمُكَافَحَةِ فَقَالَ تَعَالَى لِنَبِيِّنَا
لَيْلَةَ الْمِعْرَاجِ: [يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَهُ]. (وَأَمَّا
الْجِسْمُ فَإِذَا دَعَا النَّبِيُّ ﷺ شَيْئًا فَأَجَابَ هُوَ
بِنَفْسِهِ عَنْهُ وَلَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ لِسَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ) وَذَلِكَ
أَنَّهُ ﷺ رَدَّ عَيْنَ قَتَادَةَ بَعْدَ أَنْ سَقَطَتْ إلَى خَدِّهِ
وَنَحْوِ ذَلِكَ (وَأَمَّا الْعَطَاءُ فَأَعْطَاهُ بِلَا سُؤَالٍ) قَالَ
تَعَالَى: ﴿إنَّا أَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ﴾ [الْكَوْثَرُ:
الْآيَةَ ١]، وَقَالَ: ﴿وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى﴾ [الضُّحَى:
الْآيَةَ ٥]. (وَأَمَّا الْخَطَأُ فَذَكَرَ الْعَفْوَ قَبْلَ
ذَنْبِهِ حَيْثُ قَالَ: ﴿عَفَا اللَّهُ عَنْكَ﴾ [الْقَوْبَةُ: الْآيَةَ
٤٣]) أَيْ مَا وَقَعَ مِنْكَ مِنْ تَرْكِ الْأَفْضَلِ
وَالْأَوْلَى. (وَأَمَّا الرِّضَا فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ فِدْيَتَهُ
وَلَا صَدَقَتَهُ وَلَا نَفَقَتَهُ كَمَا رَدَّهَا عَلَى سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ) فَإِنَّ
النَّبِيَّ ﷺ ضَحَّى عَنْ أُمَّتِهِ وَكَفَّرَ عَنْ أُمَّتِهِ بِسَبَبِ
الْجِمَاعِ فِي رَمَضَانَ.
Maqolah
yang ke delapan (Dari jumhur ulama) Maksudnya dari kebanyakan
para ulama (Semoga Allah merahmati mereka semuanya: Sesungguhnya Allah
Ta'ala memuliakan kepada nabinya yaitu Muhammad ﷺ
dengan lima kemuliaan: Allah memuliakan Nabi Muhammad dengan nama dan dengan
fisik dan dengan pemberian dan dengan salah dan dengan ridho. Adapun nama maka
Allah memanggil Nabi Muhammad ﷺ
dengan sebutan Rasul dan Allah tidak memanggil Nabi Muhammad ﷺ dengan nama sebagaimana Allah
memanggil kepada semua nabi) Alaihimus Salam (Semisal Nabi
Adam dan Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim dan selain mereka) Telah berfirman
Allah Ta'ala di dalam kitab yang mulia: ﴾Wahai
Rasul sampaikanlah perkara yang telah diturunkan kepadamu﴿ [Q.S
Al-Maidah: Ayat 67] Dan ini pada waktu turunnya wahyu. Adapun waktu berhadapan
maka berfirman Allah Ta'ala kepada Nabi kita pada malam ia mi'raj: [Wahai
Muhammad mintalah maka pasti kamu akan diberi pada perkara yang engkau minta]. (Adapun
fisik maka ketika berdoa Nabi ﷺ atas
suatu perkara maka mengijabah yaitu Allah dengan dzatnya dari doa Nabi dan
Allah tidak melakukan hal yang demikian kepada Nabi Nabi yang lain) Dan
yang demikian sesungguhnya Nabi ﷺ itu membalikkan mata
nya qotadah sesudah jatuhnya mata itu pada pipinya qotadah dan semisal perkara
itu. (Adapun pemberian maka Allah memberi kepada Nabi Muhammad tanpa dipinta) Telah
berfirman Allah Ta'ala: ﴾Sesungguhnya
kami memberikan kepadamu telaga Kautsar﴿ [Q.S
Al-Kautsar: Ayat 1] dan Allah berfirman: ﴾Dan
benar benar akan memberikan kepadamu tuhanmu hingga kamu puas﴿ [Q.S
Ad-Dhuha: Ayat 5] (Adapun kesalahan maka Allah menyebut maafnya sebelum
Allah menyebut kesalahannya Nabi sekiranya Allah berfirman ﴾Allah
telah memaafkanmu﴿ [Q.S At-Taubah: Ayat
43]) Maksudnya atas perkara yang terjadi padamu dari meninggalkan
perbuatan yang lebih afdhol dan perbuatan yang lebih utama. (Adapun
ridho maka Allah tidak pernah menolak atas Nabi fidyahnya dan tidak perna
menolak shodaqohnya dan tidak pernah menolak nafakahnya sebagaimana Allah telah
menolak itu semua atas Nabi-Nabi Yang lain) Karena sesungguhnya Nabi ﷺ menyembelih kurban kambing mewakili
umatnya dan Nabi membayar kafarat mewakili umatnya karena sebab melakukan jimak
di bulan Ramadhan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا) أَيْ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ وَعَنْ عَمْرٍو (خَمْسٌ مَنْ كُنَّ) أَيِ
اجْتَمَعْنَ (فِيهِ سَعِدَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ: أَوَّلُهَا أَنْ
يَذْكُرَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَقْتًا بَعْدَ
وَقْتٍ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَكْثِرُوا ذِكْرَ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ حَالٍ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَمَلٌ أَحَبَّ إِلَى
اللَّهِ وَلَا أَنْجَى لِعَبْدٍ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ] رَوَاهُ ابْنُ صَرْصَرِيٍّ.
Maqolah
yang ke sembilan (Dari Abdullah bin Amr bin Ashi Radhiallahu Anhuma) Maksudnya
semoga Allah meridhoi kepada Abdullah dan kepada Amr (Lima perkara
barang siapa yang ada lima perkara itu) Maksudnya mengumpul lima
perkara itu (Di dalam dirinya maka pasti ia akan bahagia di dunia dan
di akhirat: Yang pertama adalah ia membaca لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ setiap
waktu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Perbanyaklah oleh
kalian berdzikir kepada Allah Azza Wajalla pada setiap keadaan karena sesungguhnya
tidak ada amalan yang lebih disukai oleh Allah dan tidak ada amalan yang lebih
bisa menyelamatkan kepada seorang hamba dari setiap keburukan di dunia dan di
akhirat dibandingkan dzikir kepada Allah] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Ibnu Shorshori
(وَإِذَا ابْتُلِيَ بِبَلِيَّةٍ قَالَ: إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ) رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: [لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ
فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةُ الْقَلْبِ، وَإِنَّ
أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي] رَوَاهُ
التِّرْمِذِيُّ.
(Dan
ketika ia diuji dengan satu musibah maka ia berkata: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Janganlah
kalian banyak bicara dengan tanpa berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya
banyak bicara dengan tanpa berdzikir kepada Allah itu dapat mengeraskan hati,
karena sesungguhnya paling jauhnya manusia dari Allah adalah hati yang keras] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi.
(وَإِذَا أُعْطِيَ نِعْمَةً قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، شُكْرًاً لِلنِّعْمَةِ) عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [أَحَبُّ الْكَلَامِ إلَى اللَّهِ
أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ
وَاَللَّهُ أَكْبَرُ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ] أَخْرَجَهُ
مُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [قُولُوا لَا
إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ وَقُولُوا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ وَقُولُوا تَبَارَكَ اللَّهُ فَإِنَّهُنَّ خَمْسٌ لَا يَعْدِلُهُنَّ
شَيْءٌ] رَوَاهُ ابْنُ صَرْصَرِيٍّ.
(Dan
ketika ia diberi suatu kenikmatan maka ia berkata: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, sebagai
rasa syukur atas kenikmatan) Dari Samurah bin Jundub Radhiallahu
Anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Paling
disukainya bacaan oleh Allah itu ada empat: سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ
إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ tidak
apa-apa bagimu dengan mana saja dari empat kalimat itu kamu memulai] Telah
mengeluarkan pada hadits ini Imam Muslim dan Imam Nasa'i. Dan telah
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Ucapkanlah
oleh kalian لَا
إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ dan
ucapkanlah oleh kalian سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ dan
ucapkanlah oleh kalian تَبَارَكَ اللَّهُ karena sesungguhnya kalimat-kalimat
itu adalah lima kalimat yang tidak bisa menandinginya kalimat apapun] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Shorshori.
(وَإِذَا ابْتَدَأَ فِي شَيْءٍ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [كُلُّ
أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِحَمْدِ اللَّهِ فَهُوَ أَقْطَعُ] أَخْرَجَهُ
ابْنُ حِبَّانَ.
(Dan
ketika ia memulai tentang sesuatu maka ia berkata: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) Dari
Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Setiap perkara yang mempunya
kedudukan penting yang tidak di awali di dalamnya dengan memuji kepada Allah
maka perkara itu terputus] Telah mengeluarkan pada hadits ini Imam
Ibnu Hibban.
(وَإِذَا أَفْرَطَ مِنْهُ ذَنْبٌ) أَيْ أَكْثَرَ ذَنْبًا صَادِرًا مِنْهُ (قَالَ:
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ وَأَتُوبُ إلَيْهِ) عَنْ أَنَسِ ابْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [أَلَا
أَدُلُّكُمْ عَلَى دَائِكُمْ وَدَوَائِكُمْ: إنَّ دَاءَكُمُ الذُّنُوبُ
وَدَوَاءَكُمُ الْاِسْتِغْفَارُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
ketika telah melampaui batas dalam dirinya dosa) Maksudnya
ketika ia melakukan banyak dosa yang keluar dalam dirinya (Maka ia
berkata: أَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ الْعَظِيمَ وَأَتُوبُ إلَيْهِ) Dari
Anas bin Malik Radhiallahu Anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tidakkah aku tunjukkan kepada
kalian pada penyakit kalian dan obat kalian: Sesungguhnya penyakit kalian
adalah dosa dan sesungguhnya obat kalian adalah beristigfar] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [مَنْ لَزِمَ الْإِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ
لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ
وَابْنُ مَاجَهِ.
Dan
dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma ia berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Barang siapa yang melazimkan
istighfar Maka Allah akan menjadikan baginya dari setiap kesempitan jalan
keluar dan dari setiap kesulitan kelonggaran dan Allah akan memberikan rizki
padanya dari arah yang tidak ia sangka] Telah meriwayatkan pada hadits
ini Imam Ahmad dan Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah.
وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: [عَلَيْكُمْ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ
وَالْإِسْتِغْفَارِ فَأَكْثِرُوا مِنْهُمَا فَإِنَّ إِبْلِيْسَ قَالَ: أَهْلَكْتُ
النَّاسَ بِالذُّنُوبِ وَأَهْلِكُونِي بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَالْإِسْتِمْفَارِ فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ أَهْلَكْتُهُمْ بِالْأَهْوَاءِ
وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ
وَأَبُو يَعْلَى.
Dan
dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu dari Nabi ﷺ
bersabda: [Wajib atas kalian لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ dan
istighfar maka perbanyaklah oleh kalian dari membaca keduanya karena
sesungguhnya Iblis berkata: Aku mencelakakan manusia dengan dosa dosa dan
manusia mencelakakan aku dengan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ dan
istighfar sehingga tatkala aku melihat itu maka aku mencelakakan manusia dengan
hawa nafsu sementara mereka itu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang
menerima petunjuk] Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Ahmad dan Imam Abu Ya'la.
قَالَ الْفَقِيهُ أَبُو اللَّيْثِ رَحِمَهُ اللَّهُ
تَعَالَى: مَنْ حَفِظَ سَبْعَ كَلِمَاتٍ فَهُوَ شَرِيفٌ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى
وَالْمَلَائِكَةِ وَيَغْفِرُ اللَّهُ ذُنُوبَهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ
الْبَحْرِ وَيَجِدُ حَلَاوَةَ الطَّاعَةِ وَيَكُونُ حَيَاتُهُ وَمَمَاتُهُ
خَيْرًا:
Telah
berkata Al-Fakih Abu Laits Rahimahullahu Ta'ala: Barang siapa yang menjaga
tujuh kalimat maka ia merupakan orang mulia di sisi Allah Ta'ala dan di sisi
malaikat dan Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun ada dosa itu seperti
buih lautan dan ia akan menemukan manisnya ta'at dan ada hidupnya dan matinya
sebagai kebaikan:
اَلْأُولَى: أَنْ يَقُولَ عِنْدَ ابْتِدَاءِ كُلِّ
شَيْءٍ بِسْمِ اللَّهِ.
Yang
pertama: Adalah hendaknya membaca ketika memulai segala sesuatu dengan بِسْمِ اللَّهِ.
وَالثَّانِيَةُ: أَنْ يَقُولَ عِنْدَ فَرَاغِ كُلِّ
شَيْءٍ الْحَمْدُ لِلَّهِ.
Dan
yang ke dua: Adalah hendaknya membaca ketika selesai segala sesuatu
dengan اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ.
وَالثَّالِثَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا جَرَى عَلَى
لِسَانِهِ مَا لَا يَعْنِيهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.
Dan
yang ketiga: Adalah hendaknya membaca ketika terjadi atas lisannya kalimat-kalimat
yang tidak bermanfaat padanya dengan أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.
وَالرَّابِعَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا أَرَادَ فِعْلًا إنْ
شَاءَ اللَّهُ.
Dan
yang keempat: Adalah hendaknya membaca ketika bermaksud pada suatu perbuatan
dengan إنْ شَاءَ
اللَّهُ.
وَالْخَامِسَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا اسْتَقْبَلَ إلَيْهِ
فِعْلٌ مَكْرُوهٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ
الْعَظِيمِ.
Dan
yang kelima: Adalah hendaknya membaca ketika menghadapi kepadanya pekerjaan
yang berat dengan لَا
حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.
وَالسَّادِسَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا أَصَابَتْهُ
مُصِيبَةٌ: إنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ.
Dan
yang keenam: Adalah hendaknya membaca ketika menimpa kepadanya suatu
musibah إنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ.
وَالسَّابِعَةُ: لَا يَزَالُ يَجْرِي عَلَى لِسَانِهِ
فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ كَلِمَةُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ
اللَّهِ.
Dan
yang ketujuh: Adalah terus menerus berjalan atas lisannya di waktu malam dan
siang kalimat لَا
إلَهَ إلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ
الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: مَكْتُوبٌ فِي
التَّوْرَاةِ خَمْسَةُ أَحْرُفٍ) أَيْ جُمَلٍ (إِنَّ الْغُنْيَةَ) أَيْ
الْاِكْتِفَاءَ بِالنَّفَقَةِ (فِي الْقَنَاعَةِ) أَيْ الرِّضَا
بِالْقِسْمَةِ وَسُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ (وَإِنَّ
السَّلَامَةَ) مِنْ آفَاتِ اللِّسَانِ (فِي الْعُزْلَةِ) أَيْ
الْخُرُوجِ عَنْ مُخَالَطَةِ الْخَلْقِ بِالِانْقِطَاعِ (وَإِنَّ
الْحُرْمَةَ) أَيْ الْعَظَمَةَ (فِي رَفْضِ الشَّهَوَاتِ) أَيْ
فِي تَرْكِهَا (وَإِنَّ التَّمَتُّعَ) أَيْ كَمَالَ
الِانْتِفَاعِ (فِي أَيَّامٍ طَوِيلَةٍ) أَيْ فِي الْآخِرَةِ فِي
الْجَنَّةِ (وَإِنَّ الصَّبْرَ) عَلَى مَشَاقِّ أَدَاءِ الْأَوَامِرِ
وَتَحَمُّلِ الْمَرَازِي وَعَنْ اجْتِنَابِ الْمَنَاهِي (فِي أَيَّامٍ
قَلِيلَةٍ) أَيْ فِي الدُّنْيَا.
Maqolah
yang ke sepuluh (Dari Hasan Al-Bashri Rahimahullah sesungguhnya ia
berkata: ditulis di dalam kitab Taurat lima huruf) Maksudnya lima
jumlah (Sesungguhnya kaya) Maksudnya cukup dengan
nafakah (Itu dalam sifat qona'ah) Maksudnya ridho pada bagian
dan tenangnya hati ketika tidak adanya perkara yang menjadi
kebiasaannya (Dan sesungguhnya keselamatan) Dari kerusakan
lisan (Itu dalam ujlah) Maksudnya keluar jauh dari berbaur
dengan makhluk dengan menyendiri (Dan sesungguhnya kehormatan) Maksudnya
keagungan (Itu dalam menolak syahwat) Maksudnya dalam
meninggalkan syahwat (Dan sesungguhnya kenikmatan) Maksudnya
sempurnanya menerima manfaat (Itu di hari-hari yang panjang) Maksudnya
di akhirat di surga (Dan sesungguhnya sabar) di atas beratnya
menunaikan perintah-perintah dan menanggung terhadap ujian-ujian dan dari
menjauhi larangan-larangan (Itu di hari-hari yang sedikit) Maksudnya
di dunia.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ: إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ:) أَيْ اِفْعَلْ
خَمْسَةَ أَشْيَاءَ قَبْلَ حُصُولِ خَمْسِ حَالَاتٍ (شَبَابَكَ قَبْلَ
هَرَمِكَ) بِفَتْحَتَيْنِ: أَيْ اِفْعَلِ الطَّاعَةَ حَالَ قُدْرَتِكَ
قَبْلَ هُجُومِ الْكِبَرِ عَلَيْكَ.
Maqolah
yang ke sebelas (Dari Nabi ﷺ:
Manfaatkanlah olehmu lima perkara sebelum lima perkara:) Maksudnya
kerjakanlah olehmu lima perkara sebelum sampai lima keadaan (Masa
mudamu sebelum masa tuamu) Lafadz هَرَمِكَ dengan
membaca fathah keduanya: Maksudnya kerjakanlah olehmu keta'atan dalam keadaan
kamu mampu sebelum masa tua menyergap kepadamu
(وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ) أَيْ اِفْعَلِ الْعَمَلَ الصَّالِحَ حَالَ
صِحَّتِكَ قَبْلَ حُصُولِ مَانِعٍ كَمَرَضٍ، وَيَجُوزُ قِرَاءَةُ سَقَمِكَ
بِالْوَجْهَيْنِ بِفَتْحَتَيْنِ أَوْ بِضَمٍّ فَسُكُونٍ لِأَنَّ الرِّوَايَةَ لَمْ
تُعْلَمْ وَالِاحْتِيَاطُ أَنْ يَقْرَأَ بِهِمَا عَلَى الْبَدَلِ لِيُصَادِفَ
الرِّوَايَةَ.
(Dan
sehatmu sebelum sakitmu) Maksudnya kerjakanlah amal sholih
dalam keadaan sehatmu sebelum sampainya perkara yang menghalangi keta'atan
seperti sakit. Dan boleh membaca lafadz سَقَمِكَ dengan
dua cara dengan difathahkan keduanya سَقَمِكَ atau
dengan cara mendhommahkan kemudian mensukunkan سُقْمِكَ karena
sesungguhnya riwayat itu tidak diketahui dan lebih berhati-hati adalah dengan
membaca pada keduanya dengan bergantian supaya bisa bertemu dengan
riwayat.
(وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ) أَيْ اِفْعَلِ التَّصَدُّقَ بِمَا فَضَلَ عَنْ
حَاجَةِ مَنْ تَلْزَمُكَ نَفَقَتُهُ قَبْلَ عُرُوضٍ جَائِحَةٍ تُتْلِفُ مَالَكَ
فَتَصِيرُ فَقِيرًا فِي الدَّارَيْنِ.
(Dan
kayamu sebelum fakirmu) Maksudnya kerjakanlah olehmu
sedekah dengan perkara yang dapat memenuhi kebutuhan orang yang wajib atasmu
menafkahinya sebelum baru terjadi musibah yang bisa menghancurkan hartamu
sehingga engkau menjadi fakir di dunia dan di akhirat.
(وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ) أَيْ اِغْتَنِمْ مَا تَلْقَى نَفْعَهُ بَعْدَ
مَوْتِكَ فَإِنَّ مَنْ مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ.
(Dan
hidupmu sebelum matimu) Maksudnya manfaatkanlah olehmu perkara yang engkau akan
menerima manfaatnya sesudah matimu karena sesungguhnya orang yang telah mati
terputus amalnya.
(وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ) بِفَتْحِ الشِّينِ: أَيْ اغْتَنِمْ فَرَاغَك فِي
هَذِهِ الدَّارِ قَبْلَ شُغْلِكَ بِأَهْوَالِ الْقِيَامَةِ الَّتِي أَوَّلُ
مَنَازِلِهَا الْقَبْرُ، كَذَا نَقَلَهُ الْعَزِيزِيُّ عَنْ الْمُنَاوِيِّ.
(Dan
waktu luangmu sebelum waktu sibukmu) Lafadz شَغْلِكَ dengan
menfathahkan ش:
Maksudnya manfaatkanlah olehmu waktu luangmu di dunia ini sebelum waktu sibukmu
dengan menghadapi kengerian-kengerian kiamat yang awal tempatnya adalah alam
qubur. Demikian telah menukil padanya Imam Azizi dari Imam Manawi.
فَهَذِهِ الْخَمْسَةُ لَا يُعْرَفُ قَدْرُهَا إلَّا
بَعْدَ زَوَالِهَا. رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الْحَاكِمُ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ، رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُو نُعَيْمٍ
وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ.
Lima
perkara ini tidak diketahui nilainya kecuali sesudah hilangnya. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Hakim dan Imam Baihaqi dari Ibnu Abbas dengan sanad yang
Hasan, Telah meriwwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Abu Nu'aim dan Imam
Baihaqi dari Amr bin Maimun.
Terjemah
Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 12
(وَ) المَقالَةُ الثانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
يَحْيَى بْنِ مُعاذٍ الرازِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: مَنْ كَثُرَ شِبَعُهُ كَثُرَ
لَحْمُهُ)
Maqolah
yang ke dua belas (Dari Yahya bin Mu'adz Ar-Razi Rahimahullah: Barang
siapa yang sering kenyang maka pasti menjadi banyak dagingnya)
بِخِلافِ مَنْ كَثُرَ أَكْلُهُ بِسَبَبِ حِدَّةِ
الذِكْرِ فَلا يَضُرُّ لِأَنَّ بَعْضَ الأَوْلِياءِ طَرِيقَتُهُم كَثْرَةُ
الأَكْلِ لِسُرْعَةِ اِنْهِضامِ الطَعامِ بِحَرارَةِ أَثَرِ الذِكْرِ فَإِنَّهُ
كَالنارِ بِخِلافِ الصَلاةُ عَلَى النَبِيِّ ﷺ فَإِنَّ أَثَرَها بارِدٌ
Berbeda
dengan orang yang makan banyak karena sebab tajamnya dzikir maka tidak mengapa
karena sesungguhnya sebagian dari para wali toriqoh mereka adalah makan banyak
karena cepatnya pencernaan makanan sebab panasnya efek dzikir karena
sesungguhnya dzikir itu seperti api berbeda dengan membaca sholawat kepada nabi
ﷺ karena sesungguhnya efek membaca sholawat
itu dingin.
(وَمَنْ كَثُرَ لَحْمُهُ كَثُرَتْ شَهْوَتُهُ) فَالَّذِي يُطْفِئُ الشَهْوَةَ هُوَ
الجُوعُ
(Dan
orang yang banyak dagingnya maka pasti menjadi banyak syahwatnya) Karena
yang dapat memadamkan syahwat yaitu lapar
(وَمَنْ كَثُرَتْ شَهْوَتُهُ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ) وَهِيَ الَّتِي تَحْجُبُهُ عَنِ اللّٰهِ تَعالَى
(Dan
orang yang banyak syahwatnya maka pasti akan banyak dosa-dosanya) banyaknya
dosa adalah perkara yang dapat menghalanginya dari Allah
(وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ قَسَا قَلْبُهُ) فَلَمْ يَقْبَلِ المَواعِظَ
(Dan
barang siapa yang banyak dosa-dosanya maka pasti menjadi keras hatinya) Sehingga
tidak mau menerima nasihat-nasihat
(وَمَنْ قَسَا قَلْبُهُ غَرِقَ) بِكَسْرِ الرَّاءِ (فِي آفَاتِ الدُنْيَا
وَزِيْنَتِهَا).
(Dan
barangsiapa yang keras hatinya maka pasti akan tenggelam) Lafadz غَرِقَ dengan
mengkasrohkan ر (Dalam
kesengsaraan dunia dan perhiasannya).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 13
(وَ) المَقالَةُ الثالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
سُفْيان الثَوْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعالَى (أَنَّهُ قالَ:
اِخْتارَ الفُقَراءُ) أَيْ الَّذِيْنَ رَضُوْا بِالفَقْرِ (خَمْسًا) مِنَ
الصِّفَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ
Maqolah
yang ke dua belas (Dari Sufyan Ats-Tsauri) Rahimahullahu
Ta'ala (Sesungguhnya ia berkata: Orang-orang fakir telah memilih) Maksudnya
orang-orang yang ridho dengan kefakiran (Lima) Dari
sifat-sifat yang terpuji
(وَاخْتارَ الأَغْنِياءُ) أَيْ الَّذِينَ أَحَبُّوا الأَمْوالَ (خَمْسًا) مِنَ
الصِّفَاتِ المَذْمُومَةِ
(Dan
orang-orang kaya telah memilih) Maksudnya orang-orang yang
mencintai harta (Lima) Dari sifat-sifat yang tercela
(اِخْتارَ الفُقَرَاءُ راحَةَ النَفْسِ) وَهُوَ اِسْمٌ لِجُمْلَةِ الإِنْسانِ
(Orang-orang
fakir telah memilih ketenangan diri) Lafadz النَفْسِ adalah
nama untuk keseluruhan manusia
(وَفَرَاغَةَ الْقَلْبِ) أَيْ مِنَ الثِقَلِ. كانَ رَسُولُ اللّٰهُ
ﷺ يَقُولُ:[اَللٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العَيْشَ الرَّافِعَ وَالبَالَ
الْفَارِغَ]،
(Dan
longgarnya hati) Maksudnya dari beban berat.
Rasulullah ﷺ berdoa: [Ya Allah aku meminta
kepadamu mata pencaharian yang dapat mengangkat derajat dan hati yang longgar]
(وَعُبُوْدِيَّةَ الرَبِّ، وَخِفَّةَ الْحِسَابِ) يَوْمَ الْمَحْشَرِ (وَالدَّرَجَةَ
الْعُلْيَا) فِي الْجَنَّةِ
(Dan
beribadah kepada Rabb, dan ringannya hisab) Pada hari
mahsyar (Dan derajat yang tinggi) Di surga
(وَاخْتارَ الأَغْنِياءُ تَعَبَ النَفْسِ) لِأَنَّهُ كُلَّ وَقْتٍ فِي خِدْمَةِ
الْأَمْوَالِ (وَشُغْلَ الْقَلْبِ) فِي تَفْكِيْرِ
الْأَمْوَالِ (وَعُبُوْدِيَّةَ الدُّنْيَا) فَمَنْ أَحَبَّ
شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ
(Orang-orang
kaya telah memilih lelahnya diri) Karena sesungguhnya ia di setiap
waktu itu mengabdi pada harta-harta (Dan sibuknya hati) Dalam
memikirkan harta-harta (Dan menghamba pada dunia) Barang siapa
yangg mencintai sesutu maka ia adalah hambanya
(وَشِدَّةُ الْحِسَابِ) بِسَبَبِ الْأَمْوَالِ، وَمَنْ نُوْقِشَ فِي
الْحِسَابِ عُذِّبَ، وَمَنْ أَحَبَّ شَيْئًا عُذِّبَ بِهِ (وَالدَّرَجَةَ
السُّفْلَى) وَهِيَ الدُّنْيَا لِأَنَّهَا بِالنِّسْبَةِ لِدَرَجَةِ
الْآخِرَةِ لَا شَيْءَ.
(Dan
beratnya hisab) Karena sebab harta-harta, Barang
siapa yang dibantah di dalam hisab maka pasti akan diadzab, dan barang siapa
senang dengan sesuatu maka pasti ia akan diadzab dengan sesutu itu (Dan
derajat yang rendah) Derajat yang rendah adalah dunia karena
sesungguhnya dunia dengan membandingkan pada derajat akhirat itu tidak ada apa
apanya
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 14
(وَ) الْمَقالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
عَبْدِ اللّٰهِ الْأَنْطاكِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ)
Maqolah
yang ke empat belas (Dari Abdullah Al-Anthoki Rahimahullah)
قالَ: (خَمْسٌ هُنَّ مِنْ دَواءِ الْقَلْبِ) عِنْدَ
قَسْوَتِهِ وَهٰذِهِ الْخَمْسَةُ مَأْخُوْذَةٌ مِنْ كَلَامِ السَّيِّدِ
الْجَلِيْلِ إِبْرَاهِيْمَ الْخَوَّاصِ كَمَا ذَكَرَهُ النَّوَوِيُّ فِي
التِّبْيَانِ،
Ia
berkata: (Lima perkara ini adalah sebagaian dari obat-obat hati) Ketika
kerasnya hati dan lima perkara ini diambil dari kalam tuan yang mulia Ibrahim
Al-Khowwas sebagaimana Imam Nawawi telah menyebutkannya dalam kitab At-Tibyan
وَزَادَ بَعْضُهُمْ عَلَى هٰذِهِ الْخَمْسَةِ
أَشْيَاءَ كَثِيْرَةً لٰكِنَّ بَعْضُهَا يَدْخُلُ فِيْهَا
Dan
sebagian Ulama telah menambahkan pada lima perkara ini lebih banyak akan tetapi
sebagian darinya masuk dalam lima perkara ini
(مُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ) أَيْ أَهْلِ الْخَيْرِ: أَيْ حُضُوْرُ مَجَالِسِ
الْوَعْظِ وَأَخْبَارِ الصَّالِحِيْنَ، وَيَدْخُلُ فِي ذٰلِكَ الصَمْتُ
وَالْعُزْلَةُ عَنِ الْخَائِضِيْنَ فِى الْبَاطِلِ
(Duduk
bersama orang-orang sholeh) Maksudnya ahli kebaikan: Maksudnya
menghadiri majelis-majelis pengajian dan perkataan orang-orang sholeh, dan
termasuk dalam hal itu diam dan mengasingkan diri dari orang yang masuk ke
dalam kebatilan
(وَقِراءَةُ القُرْآنِ) بِالتَّدَبُّرِ فِي الْمَعْنَى
(Dan
membaca Al-Qur'an) Dengan merenung pada ma'nanya
(وَإِخْلَاءُ الْبَاطِنِ) بِتَعَاطِى الْقَلِيْلِ مِنَ الْحَلَالِ فَإِنَّ
أَكْلَ الْحَلالِ رَأْسُ الْكُلِّ لِأَنَّهُ يُنَوِّرُ الْقَلْبَ فَتَنْجَلِي
مِرْآةُ الْبَصِيْرَةِ مِنَ الصَّدَإِ الْمُوْرِثِ لِلْقَسْوَةِ.
(Dan
mengosongkan perut) Dengan memakan sedikit dari yang
halal karena sesungguhnya halal adalah pangkal dari segalanya karena
sesungguhnya halal itu akan menerangi hati sehingga mengkilat cermin mata hati
dari karat yang mengakibatkan kerasnya hati.
وَفِى الْحَدِيْثِ الْمَرْفُوْعِ: [ثَلَاثُ
خِصَالٍ تُوْرِثُ الْقَسْوَةَ فِي الْقَلْبِ: حُبُّ الطَّعَامِ وَحُبُّ النَّوْمِ
وَحُبُّ الرَّاحَةِ].
Dan
di dalam hadits yang marfu: [Tiga perkara yang dapat mengakibatkan
keras dalam hati: Suka makan dan suka tidur dan suka bersantai]
(وَقِيَامُ اللَّيْلِ) أَيْ صَلَاةُ النَّافِلَةِ بَعْدَ
الْإِسْتِيْقَاظِ مِنَ النَّوْمِ
(Dan
sholat malam) Maksudnya sholat sunnah sesudah
bangun dari tidur
(وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ الصَّبَاحِ) أَيْ عِنْدَ قُرْبِهِ، أَيْ تَضَرُّعُ الْبَاكِى
فِي أَوَاخِرِ اللَّيْلِ لِأَنَّهُ وَقْتُ التَّجَلِّيَاتِ وَنُزُوْلِ
الرَّحْمَاتِ.
(Dan
bermunajat di pagi hari) Maksudnya ketika dekatnya waktu
pagi, maksudnya bermunajatnya orang yang menangis di akhir malam karena
sesungguhnya akhir malam adalah waktu munculnya hidayah dari Allah dan waktu
turunnya rahmat-rahmat
وَزَادَ بَعْضُهُمْ: كَثْرَةُ الْاِسْتِغْفَارِ
وَذِكْرُ الْمَوْتِ وَزِيَارَةُ الْقُبُوْرِ مُعْتَبِرًا بِحَالِ سُكَّانِهَا
وَمُشَاهَدَةُ مَنْ فِى النَّزَعِ.
Dan
sebagian ulama menambahkan: Banyak beristigfar dan mengingat mati dan berziarah
qubur dengan mengambil pelajaran atas keadaan para penghuni qubur dan
menyaksikan orang yang dalam keadaan sekarat
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 15
(وَ) الْمَقالَةُ الْخامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
جُمْهُوْرِ الْعُلَمَاءِ: أَنَّ الفِكْرَةَ عَلَى خَمْسَةِ أَوْجُهٍ)
Maqolah
yang ke lima belas (Dari jumhur ulama: Sesungguhnya tafakkur itu pada
lima segi)
قالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: لَا عِبَادَةَ
كَالتَّفَكُّرِ. وَقَالَ بَعْضُ العَارِفِيْنَ: اَلْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ
فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ لَهُ،
Ali
Karromallahu Wajhahu berkata: Tidak ada ibadah sunnah seperti fadilahnya
tafakkur. Dan sebagian dari para ahli ma'rifat berkata: Tafakkur adalah lentera
hati ketika hilang tafakkur itu maka tidak ada cahaya bagi hati
وَفِي الْخَبَرِ: [تَفَكُّرُ
سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّيْنَ سَنَةً].
Dan
dalam sebuah hadits [Tafakkur satu jam itu lebih bagus daripada ibadah
sunnah enam puluh tahun].
قَالَ الشَّيْخُ الْحِفْنِيُّ: أَيْ اَلتَّفَكُّرُ فِى
مَصْنُوْعَاتِ اللّٰهِ وَفِي سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَأَهْوَالِ
الْقِيامَةِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ مِنَ الْعِبَادَةِ لِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى
ذٰلِكَ الْفِكْرِ مِنَ الْخَيْرِ. اهـ.
Syaikh
Al-Hifni berkata: Maksudnya bertafakkur tentang ciptaan-ciptaan Allah dan
tentang sakaratul maut dan tentang adzab kubur dan tentang kengerian hari
kiamat itu lebih baik dari kebanyakan ibadah sunnah karena keutamaan yang
berdampak atas tafakkur itu dari kebaikan.
وَقَالَ خَلِيْلُ الرَّشِيْدِيُّ: وَلَا يَحْصُلُ
التَّفَكُّرُ إِلَّا بِمُدَاوَمَةِ ذِكْرِ اللِّسَانِ مَعَ حُضُوْرِ الْقَلْبِ
حَتَّى يَتَمَكَّنَ الذِّكْرُ فِي قَلْبِهِ
Kholil
Ar-Rasyid berkata: Tidak akan hasil tafakkur kecuali dengan mendawamkan dzikrul
lisan serta hadirnya hati sehingga tertanam dzikir di dalam hatinya.
وَحُصُوْلُ هٰذَا الْقَدْرِ مُتَوَقِّفٌ عَلَى
مَعْرِفَتِهِ إِذْ مَتَى لَمْ يَعْرِفْهُ كَيْفَ يَتَمَكَّنُ ذِكْرُهُ بِقَلْبِهِ
وَلِسَانِهِ،
Dan
pencapaian tingkat ini tergantung pada kema'rifatannya, karena selama seseorang
tidak ma'rifat kepada Allah, bagaimana ia dapat mengingatnya dengan hatinya dan
lisannya
وَالْمَعْرِفَةُ كَمَا قَالَ إِبْرَاهِيْمُ الرَّقِيُّ:
هُوَ إِثْبَاتُ الْحَقِّ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ خَارِجًا عَنْ كُلِّ مَوْهُوْمٍ.
اهـ.
Dan
ma'rifat adalah sebagaimana Ibrahim Ar-Raqi telah berkata: Yaitu menetapkan
kebenaran atas perkara apa adanya serta keluar dari setiap bayangan hati.
وَمَجَارِى الْفِكْرِ كَثِيرَةٌ، فَمِنْهَا وَهُوَ -
أَشْرَفُهَا - (فِكْرَةٌ فِي آيَاتِ اللّٰهِ) أَيْ
اَلتَكْوِيْنِيَّةِ، أَيْ فِي عَجَائِبِ مَصْنُوْعَاتِ اللّٰهِ الْبَاهِرَةِ
وَآثَارِ قُدْرَتِهِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ مِمَّا اِنْتَشَرَ فِي
مَلَكُوْتِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ.
Dan
objek-objek tafakkur itu banyak, sebagian di antaranya yaitu paling mulianya
objek tafakkur (Bertafakkur tentang tanda-tanda kebesaran Allah) Maksudnya
ayat ayat takwin, maksudnya bertafakkur tentang keajaiban ciptaan-ciptaan Allah
yang luar biasa dan bertafakkur tentang pengaruh kekuasaan Allah yang
tersembunyi maupun yang terlihat dari sebagian perkara yang tersebar luas pada kerajaan-kerajaan
langit dan bumi.
وَمِنْ عَجَائِبِ الْمَصْنُوْعَاتِ نَفْسُكَ. قالَ
اللّٰهُ تَعالَى: [قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ] [يونس:
الاية ۱۰۱] وَقالَ تَعالَى: [وَفِى الْأَرْضِ آيَاتٌ
لِّلْمُوْقِنِيْنَ وَفِى أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُوْنَ]. [الذاريات:
الايتان ۲۰-۲۱ ]
Dan
dari sebagian keajaiban keajaiban ciptaan Allah adalah dirimu. Allah Ta'ala
berfirman: [Katakanlah Lihatlah oleh kalian apa apa yang ada di langit
dan bumi] [Q.S Yunus: Ayat 101] Dan Allah Taala berfirman: [Dan
di dalam bumi ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin dan
pada diri kalian apakah kalian tidak memperhatikan]. [Q.S Adz-Dzariyat:
Ayat 20-21]
(يَتَوَلَّدُ مِنْها) أَى يَنْشَأُ مِنْ هٰذِهِ الْفِكْرَةِ (اَلتَّوْحِيْدُ
وَالْيَقِيْنُ) أَى وَهٰذَا التَّفَكُّرُ يَزِيْدُ فِى مَعْرِفَتِكَ
بِذَاتِ اللّٰهِ وَصِفَاتِهِ وَأَسْمَائِهِ. قالَ اللّٰهُ تَعَالَى [سَنُرِيْهِمْ
آيَاتِنَا فِى الْأَفَاقِ وَفِى أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ
الْحَقُّ]. [فصّلت: الاية ۵۳]
(Akan
terlahir dari memikirkan tanda kekuasaan Allah) Maksudnya
akan muncul dari tafakkur ini (Tauhid dan yakin) Maksudnya
Tafakur ini bisa menambah ke dalam kema'rifatanmu dengan dzat Allah dan
sifat-sifat Allah dan nama-nama Allah. Allah Ta'ala berfirman: [Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, sehingga menjadi jelas bagi mereka bahwa
Allahlah tuhan yang sebenarnya]. [Q.S Fussilat: Ayat 53]
وَمِنْ ثَمَرَاتِ الْيَقِيْنِ السُّكُوْنُ إِلَى وَعْدِ
اللّٰهِ وَالثِّقَةُ بِضَمَانِ اللّٰهِ وَالْاِقْبَالُ بِكُنْهِ الْهِمَّةِ عَلَى
اللّٰهِ وَتَرْكُ مَا يُشْغِلُ عَنِ اللّٰهِ وَالرُّجُوْعُ فِى كُلِّ حَالٍ إِلَى
اللّٰهِ وَاسْتِفْرَاغُ الطَّاقَةِ فِى اِبْتِغَاءِ مَرْضَاتِ اللّٰهِ.
Dan
sebagian dari buah-buah keyakinan adalah tenang pada janji Allah dan berpegang
teguh pada jaminan dari Allah dan menghadap dengan totalitas fikiran kepada
Allah dan meninggalkan perkara yang menyibukkan jauh dari Allah dan kembali
dalam setiap keadaan kepada Allah dan mengerahkan seluruh kemampun dalam
mencari keridhoan-keridhoan dari Allah.
(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ
فِى آلَاءِ اللّٰهِ) أَى فِى نِعَمِهِ الَّتِى أَسْبَغَهَا عَلَيْنَا
وَعَطَايَاهُ الَّتِى أَوْصَلَهَا إِلَيْنَا. قالَ اللّٰهُ تَعالَى [فَاذْكُرُوْا
آلَاءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ]. [الأعراف: الأية ٦٩] وَقالَ
تَعالَى [وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا].
[ابراهيم: الأية ٣٤] وَقالَ تَعالَى [وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ
اللّٰهِ]. [النحل: الأية ٥٣]
(Dan) sebagian
dari objek-objek tafkkur (Adalah bertafakkur tentang
kenikmatan-kenikmatan dari Allah) Maksudnya bertafakkur tentang
kenikmatan-kenikmatan dari Allah yang telah Allah sempurnakan kenikmatan itu
kepada kita dan bertafakkur tentang pemberian-pemberian dari Allah yang telah
Allah sampaikan pemberian itu kepada kita. Allah Ta'ala berfirman: [Maka
ingatlah oleh kalian atas kenikmtan-kenikmatan dari Allah agar kalian
beruntung]. [Q.S Al-A'raf: Ayat 69] Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan
jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu
menghitungnya]. [Q.S Ibrahim ayat 34] Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan
apa saja yang ada pada kalian dari suatu kenikmatan maka itu dari Allah].
[Q.S An-Nahl: Ayat 53]
(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا) اَيْ مِنْ هٰذِهِ الْفِكْرَةِ (اَلْمَحَبَّةُ
وَالشُّكْرُ) اَيْ وَثَمْرَةُ هٰذَا التَّفَكُّرِ اِمْتِلَاءُ الْقَلْبِ
بِمَحَبَّةِ اللّٰهِ وَالْإِشْتِغَالُ بِشُكْرِهِ بَاطِنًا وَظَاهِرًا كَمَا
يُحِبُّهُ وَيَرْضَاهُ.
(Akan
lahir darinnya) Maksudnya dari tafakkur ini (Rasa
cinta dan syukur) Maksudnya buah dari tafakkur ini adalah penuhnya
hati dengan rasa cinta kepada Allah dan dengan mensyukuri kenikmatan dari Allah
secara batin dan dzohir sebagaimana Allah cinta kepadanya dan Allah ridho
kepadanya.
(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ
فِى وَعْدِ اللّٰهِ تَعَالَى) لِلْأَعْمَالِ الَّتِيْ وَصَفَ اللّٰهُ
بِهَا أَوْلِيَاءَهُ وَفِيْمَا أَعَدَّ لَهُمْ مِنَ الْخَيْرِ الْعَاجِلِ
وَالْآجل.
(Dan) Sebagian
dari objek-objek tafakkur (Adalah bertafakkur tentang janji-janji Allah
Ta'ala) Pada amal-amal yang telah Allah sifati dengan amal itu pada
para kekasih Allah. dan bertafakkur tentang perkara yang telah Allah persiapkan
untuk mereka dari kebaikan dunia dan akhirat.
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: [أَفَمَنْ كَانَ
مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُوْنَ]. [السجده: الاية ١٨].
وَقَالَ تَعَالَى: [فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ٥ وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَى ٦ فَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى ٧]. [الليل: الآيات ٥-٧]. وَقَالَ
تَعَالَى: [وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوْا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِهِمْ]. [النور: الآية ٥٥]. وَقَالَ تَعَالَى: [إِنَّ
الْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيْمٍ ١٣]. [الانفطار: الآية ١٣].
Allah
Ta'ala berfirman: [Apakah orang-orang beriman itu sama dengan
orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama] [Q.S As-Sajdah: Ayat 18]
Dan Allah Ta'ala berfirman: [Adapun orang yang memberikan sedekah dan
bertakwa 5 serta membenarkan adanya surga 6 maka kami akan memudahkan ia menuju
jalan yang mudah 7]. [Q.S Al-Lail: Ayat 5-7]. Dan Allah Ta'ala
berfirman: [Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di
antara kalian dan yang mengerjakan amal sholih, bahwa Allah sungguh, akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa]. [Q.S An-Nur: Ayat 55]. Dan Allah
Ta'ala berfirman: [Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar
berada dalam kenikmatan yang sangat besar]. [Q.S Al-Infithor: Ayat 13].
(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا الرَّغْبَةُ) فِى الْآخِرَةِ, أَيْ وَثَمْرَةُ هٰذَا
التَّفَكُرِ مَحَبَّةُ السُّعَدَاءِ وَحَمْلُ النَّفْسِ عَلَى الْعَمَلِ
بِأَعْمَالِهِمْ وَتَخَلُّقِ بِأَخْلَاقِهِمْ.
(Akan
lahir dari bertafakkur ini suka) Pada Akhirat, Maksudnya buah dari
tafakkur ini adalah cinta kepada orang orang yang bahagia dan mendorong diri supaya
beramal dengan amal-amal mereka dan berakhlak dengan akhlak-akhlak mereka.
(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ
فِى وَعِيْدِ اللّٰهِ تَعَالَى) لِلْأَخْلَاقِ الَّتِيْ وَصَفَ اللّٰهُ
بِهَا أَعْدَاءَهُ وَفِيْمَا أَعَدَّ لَهُمْ مِنَ النَّكَالِ وَالْوَبَالِ
(Dan) Dari
sebagian objek-objek tafakur (Adalah bertafakkur tentang ancaman dari
Allah Ta'ala) karena akhlak-akhlak yang telah Allah sifati dengan
akhlak-akhlak itu pada musuh-musuh Allah dan tentang perkara yang telah Allah
siapkan untuk musuh-musuh Allah dari siksaan dan bencana.
قَالَ اللّٰه تَعَالَى: [وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِى
جَحِيْمٍ ١٤]. [الإنفطار: الآية ١٤]. وَقَالَ تَعَالَى: [فَكُلًّا أَخَذْنَا
بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَّنْ
أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ
مَّنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ ولٰكِنْ كَانُوْا
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ]. [العنكبوت: الآية ٤٠].
Allah
Ta'ala berfirman: [Sungguh orang-orang yang durhaka benar benar berada
dalam neraka jahim ]. [Q.S Al-Infithor: Ayat 14]. Dan Allah Ta'ala
berfirman: [Maka masing-masing Kami azab karena dosa-dosanya, di antara
mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa
suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula
yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan
tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri]. [Q.S Al-Ankabut: Ayat
40].
(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا الْهَيْبَةُ) أَيْ اَلْحَذَرُ مِنَ الْمَعَاصِى وَالْإِجْلَالُ
لِلّٰهِ تَعَالَى.
(Akan
lahir darinya rasa takut) Maksudnya waspada dari melakukan
maksiat dan mengagungkan kepada Allah Ta'ala.
(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ
فِى تَقْصِيْرِ نَفْسِهِ عَنِ الطَّاعَةِ) أَيْ عَنْ عِبَادَةِ اللّٰهِ
تَعَالَى وَفِى إِقْبَالِهِ لِسُخْطِهِ تَعَالَى بِإِتْيَانِهِ مَا نَهَاهُ
عَنْهُ (مَعَ إِحْسَانِ اللّٰهِ تَعَالَى إِلَيْهِ).
(Dan) Dari
sebagian objek-objek tafakkur (Bertafakkur tentang kekurangan diri
sendiri dari keta'atan) Maksudnya dari beribadah kepada Allah Ta'ala
dan tentang akan menghadapi dirinya pada kemarahan Allah Ta'ala karena dia
melakukan sesuatu yang telah Allah larang padanya dari sesuatu itu (Beserta
baiknya Allah Ta'ala kepadanya).
قَالَ اللّٰه تَعَالَى: [وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ]. [الذاريات: الآية ٥٦]. وَقَالَ
تَعَالَى: [أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ
إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ]. [المؤمنون: الآية ١١٥].
Allah
Ta'ala berfirman: [Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah]. [Q.S Adz-Dzariyat: Ayat 56]. Dan Allah Ta'ala
berfirman: [Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kalian hanya main-main, dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?].
[Q.S Al-Mu'minun: Ayat 115].
(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا الْحَيَاءُ) أَيْ وَهٰذَا التَّفَكُّرُ يَزِيْدُ فِى خَوْفِكَ
مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى وَيَحْمِلُكَ عَلَى لَوْمِ نَفْسِكَ وَتَوْبِيْخِهَا
وَمُجَانَبَةِ التَّقْصِيْرِ وَمُلَازَمَةِ التَّشْمِيْرِ.
(Akan
lahir darinya rasa malu) Maksudnya tafakkur ini akan
menambah rasa takutmu kepada Allah dan akan mendorong padamu untuk menyalahkan
dirimu dan menegur dirimu dan menghindari kelalaian dan membiasakan
bersungguh-sungguh.
وَمِنْهَا: أَنْ تَتَفَكَّرَ فِى إِحَاطَةِ عِلْمِ
اللّٰهِ بِكَ وَنَظَرِهِ إِلَيْكَ.
Dan
sebagian dari objek-objek tafakkur: Bertafakkur tentang meliputinya ilmu Allah
kepadamu dan melihatnya Allah kepadamu.
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: [وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ
مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ]. [ق: الآية ١٦]. وَقَالَ تَعَالَى: [وَهُوَ
مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ واللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ].
[الحديد: الآية ٤]. وَقَالَ تَعَالَى: [أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللّٰهَ
يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ
إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ]. [المجادلة: الآية ٧]. الآية.
Allah
Ta'ala berfirman: [Dan sungguh benar benar telah Kami ciptakan manusia
dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat nadi]. [Q.S Qhof: Ayat 16]. Dan Allah Ta'ala
berfirman: [Dan Allah bersama kalian dimanapun kalian berada Dan Allah
maha mengetahui pada apa saja yang kalian kerjakan]. [Q.S Al-Hadid: Ayat
4]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Apakah kalian tidak memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya]. [Q.S
Al-Mujadalah: Ayat 7].
وَهٰذَا التَّفَكُّرُ ثَمْرَتُهُ أَنْ تَسْتَحِيَ مِنَ
اللّٰهِ أَنْ يَرَاكَ حَيْثُ نَهَاكَ أَوْ يَفْقِدُكَ حَيْثُ أَمَرَكَ.
Dan
Tafakkur ini buahnya adalah kamu menjadi malu kepada Allah apabila Allah
melihat kamu di tempat Allah melarang kamu atau Allah kehilangan kamu di tempat
Allah telah memerintah kamu.
وَمِنْهَا: أَنْ تَتَفَكَّرَ فِى هٰذِهِ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَكَثْرَةِ أَشْغَالِهَا وَسُرْعَةِ زَوَالِهَا وَفِى الْآخِرَةِ
وَنَعِيْمِهَا وَدَوَامِهَا.
Dan
sebagian dari objek-objek tafakkur: Bertafakkur tentang kehidupan dunia ini dan
banyaknya kesibukan dunia dan begitu cepat sirnanya dunia dan bertafakkur
tentang akhirat dan kenikmatan-kenikmatan akhirat dan keabadian akhirat.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: [كَذٰلِكَ يُبَبِّنُ
اللَّهُ لَكُمُ الْأَيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَنَفَكَّرُوْنَ ٢١٩ فِى الدُّنْيَا
وَالْأٰخِرَةِ] [الْبَقَرَةُ: الْآيَتَانِ ٢١٩، ٢٢٠]، وَقَالَ
تَعَالَى: [بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ١٢ وَالْآخِرَةُ
خَيْرٌ وَّأَبْقٰى] [اَلْأَعْلَى: الْآيَتَانِ ١٧،١٦]، وَقَالَ
تَعَالَى: [وَمَا هٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ
وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُونَ] [الْعَنْكَبُوتَ:
الْآيَةَ ٦٤].
Allah
Ta'ala berfirman: [Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian
ayat-ayat agar kalian berfikir 219 Tentang dunia dan Akhirat]. [Q.S
Al-Baqoroh: Ayat 219-220]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Tetapi Kalian
memilih kehidupan dunia 16 Sedang kehidupan akhirat itu lebih baik dan
lebih kekal]. [Q.S Al-A'la: Ayat 16-17]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan
tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan permainan. Dan
sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka
mengetahui.]. [Q.S Al-Ankabut: Ayat 64].
وَهَذَا التَّفَكُّرُ يُثْمِرُ لَكَ الزُّهْدَ فِي
الدُّنْيَا وَالرَّغْبَةَ فِي الْآخِرَةِ.
Dan
tafakkur ini bisa membuahkan untukmu sifat zuhud di dalam dunia dan senang pada
akhirat.
وَمِنْهَا أَنْ تَتَفَكَّرَ فِى نُزُوْلِ الْمَوْتِ
وَحُصُوْلِ الْحَسْرَةِ وَالنَّدَامَةِ بَعْدَ الْفَوْتِ.
Dan
sebagian dari objek-objek tafakkur: Bertafakkur tentang turunnya kematian dan
hasilnya kesedihan dan penyesalan sesudah hilangnya kesempatan.
قَالَ اللّٰه تَعَالَى: [قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ
الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ].
[الجمعة: الآية ٨]. وَقَالَ تَعَالَى: [يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَمَنْ
يَّفْعَلْ ذَالِكَ فاُولٰۤئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ]. [المنافقون: الآية
٩]. [وَلَنْ يُئَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا].
[المنافقون: الآية ١١].
Allah
Ta'ala berfirman: [Katakanlah (Muhammad) Sesungguhnya kematian yang
kalian lari dari padanya, ia pasti menemui kalian, kemudian kalian akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia
beritakan kepada kalian apa yang telah kaliaan kerjakan]. [Al-Jumu'ah: Ayat
8]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Hai orang-orang beriman,
janganlah melalaikan kalian harta-harta kalian dan anak-anak kalian
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi]. [Q.S Al-Munafiqun: Ayat 9]. [Dan Allah
tidak akan menunda seseorang apabila telah datang ajalnya]. [Q.S
Al-Munafiqun: Ayat 11].
وَفَائِدَةُ هٰذَا التَّفَكُّرِ قَصْرُ الْأَمَلِ
وَإِصْلَاحُ الْعَمَلِ وَإِعْدَادُ الزَّادِ لِيَوْمِ الْمَعَادِ.
Faidah
tafakkur ini adalah mengurangi angan-angan dan memperbaiki amal dan menyiapkan
bekal untuk hari akhirat.
ويَنْبَغِيْ أَنْ تَسْتَحْضِرَ عِنْدَ كُلِّ نَوْعٍ
مِنَ التَّفَكُّرِ مَا يُنَاسِبُهُ مِنَ الْآيَاتِ وَالْأَخْبَارِ وَالْآثَارِ
وَاجْتَنِبِ التَّفَكُّرَ فِى ذَاتِ اللّٰهِ تَعَالَى وصِفَاتِهِ مِنْ حَيْثُ
تَطْلُبُ الْمَاهِيَةَ وَتَعْقِلُ الْكَيْفِيَّةَ.
Dan
seyogianya kamu menghadirkan setiap masing-masing jenis tafakkur ini
dalil-dalil yang cocok dari ayat-ayat dan hadits-hadits dan atsar-atsar. Dan
jauhi olehmu bertafakkur tentang dzat Allah Ta'ala dan tentang sifat-sifat
Allah dari sisi kamu mencari hakikat dan berfikir bagaimana Allah.
وَقَدْ رُوِيَ مَرْفُوْعًا إِلَى رَسُوْلِ اللّٰه
ﷺ: [تَفَكَّرُوْا فِى آيَاتِ اللّٰهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى اللّٰهِ
فَإِنَّكُمْ لَمْ تَقْدِرُوْهُ حَقَّ قَدْرِهِ]. اه أَيْ لَمْ تَعْرِفُوْهُ
حَقَّ مَعْرِفَتِهِ.
Dan
benar-benar telah diriwayatkan dengan hadits marfu sampai Rasulullah ﷺ [Bertafakkurlah kalian tentang
tanda-tanda kebesaran Allah dan janganlah kalian bertafakkur tentang Allah
karena sungguh kalian tidak akan mampu mengukurnya dengan benar-benar
mengukurnya]. Maksudnya kalian tidak bisa mengetahuinya dengan benar-benar
mengetahui.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 16
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (بَيْنَ يَدَيِ
التَّقْوَى) أَيْ أَمَامَ التَّقْوَى (خَمْسُ عَقَبَاتٍ) أَيْ
مَصَاعِدَ (مَنْ جَاوَزَهَا) أَيْ تِلْكَ الْخَمْسَ (نَالَ
التَّقْوَى) وَهِيَ: تَرْكُ مُرَادَاتِ النَّفْسِ, وَمُجَانَبَةُ نَهْيِ
اللّٰهِ تَعَالَى.
Maqolah
yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Rahimahullahu
Ta'ala (Di hadapan takwa) Maksudnya di hadapan takwa (Ada
lima rintangan) Maksudnya tanjakan (Barang siapa yang menempuh
pada lima rintangan itu) Maksudnya lima tanjakan itu (Maka
pasti ia akan memperoleh takwa) Takwa yaitu: Meninggalkan
perkara-perkara yang diinginkan oleh nafsu dan menjauhi larangan dari Allah
Ta'ala.
(أَوَّلُهَا: اِخْتِيَارُ الشِّدَّةِ) أَيْ الثِّقَلِ (عَلَى النِّعْمَةِ) أَيْ
التَّمَتُّعِ.
(Yang
pertama dari lima rintangan itu: Adalah memilih kesulitan) Maksudnya
beban berat (Di atas kenikmat) Maksudnya kesenangan.
(وَثَانِيْهَا: اِخْتِيَارُ الْجَهْدِ) بِفَتْحِ الْجِيْمِ أَيْ الْمَشَقَّةِ (عَلَى
الرَّاحَةِ) أَيْ زَوَالِ التَّعَبِ.
(Dan
yang kedua dari lima rintangan itu: Adalah memilih bekerja keras) Lafadz الْجَهْدُ dengan
memfathahkan ج Maksudnya bersusah
payah (Dari pada bernyaman-nyaman) Maksudnya hilangnya susah
payah.
(وَثَالِثُهَا: اِخْتِيَارُ الذِّلِّ) أَيْ الضَّعْفِ (عَلَى الْعِزِّ) أَيْ
الْقُوَّةِ وَالْغَلَبَةِ.
(Dan
yang ketiga dari lima rintangan itu: Adalah memilih hina) Maksudnya
lemah (Di atas kemulyaan) Maksudnya kekuatan dan kemenangan.
(وَرَابِعُهَا: اِخْتِيَارُ السُّكُوْتِ عَلَى
الْفُضُوْلِ) وَهُوَ مَا لَا
خَيْرَ فِيْهِ مِنَ الْكَلَامِ.
(Dan
yang keempat dari lima rintangan itu: Adalah memilih diam dari pada beromong
kosong) Beromong kosong adalah sesuatu yang tidak ada
kebaikan di dalamnya dari ucapan.
(وَخَامِسُهَا: اِخْتِيَارُ الْمَوْتِ عَلَى
الْحَيَاةِ) وَالْمَوْتُ
عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى قَمْعُ هَوَى النَّفْسِ, فَمَن مَاتَ عَنْ هَوَاهُ
فَقَدْ حَيَّى بِهٰذِهِ.
(Dan
yang kelima: Adalah memilih mati di atas kehidupan) Dan
mati menurut wali Allah adalah hancurnya kesenangan nafsu, Maka barang siapa
yang mati dari hawa nafsunya maka benar benar ia telah hidup dalam pengertian
ini.
ثُمَّ الْمَوْتُ يَنْقَسِمُ أَرْبَعَةَ أَقْسَامٍ:
مَوْتٌ أَحْمَرُ وَهُوَ مُخَالَفَةُ النَّفْسِ,
Kemudian
mati terbagi pada empat bagian: Yang pertama adalah mati merah yaitu
menyelisihi nafsu
وَمَوْتٌ أَبْيَضُ وَهُوَ الْجُوْعُ لِأَنَّهُ
يُنَوِّرُ الْبَاطِنَ وَيُبَيِّضُ وَجْهَ الْقَلْبِ فَمَنْ مَاتَ شَبْعُهُ
حَيِيَتْ فَطَنَتُهُ
Dan
yang kedua adalah mati putih yaitu lapar karena sesungguhnya lapar itu dapat
menerangi batin dan memutihkan wajah hati. Barang siapa yang mati rasa
kenyangnya maka pasti hidup kecerdasannya
وَمَوْتٌ أَخْضَرُ وَهُوَ لُبْسُ الْمُرَقَّعِ مِنَ
الْخِرَقِ الْمُلْقَاةِ الَّتِيْ لَا قِيْمَةَ لَهَا لِانْقِطَاعِهِ وَشِدَّتِهِ
بِالْقَنَاعَةِ
Dan
yang ketiga adalah mati hijau yaitu pakaian bertambal dari serpihan-serpihan
yang dibuang yang tidak ada nilai baginya karena sifat zuhudnya dan karena
sifat sangatnya pada qona'ah.
وَمَوْتٌ أَسْوَدُ وَهُوَ اِحْتِمَالُ أَذَى الْخَلْقِ
وَهُوَ الْفَنَاءُ فِى اللّٰهِ لِشُهُوْدِ الْأَذَى مِنْهُ بِرُؤْيَةِ فَنَاءِ
الْأَفْعَالِ فِى فِعْلِ مَحْبُوْبِهِ.
Dan
yang keempat adalah mati hitam yaitu menanggung rasa sakit dari makhluk.
Makhluk adalah fana menurut Allah karena menyaksikan rasa sakit dari Allah
dengan melihat perbuatan-perbuatan fana (makhluk) dalam perbuatan dzat (Allah)
yang dicintainya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 17
(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ: النَّجْوَى تُحَصِّنُ الْأَسْرَارَ) أَيْ الْمُسَارَرَةُ
تَحْفَظُ الْأُمُوْرَ الْمَكْتُوْمَةِ, فَكِتْمَانُ الْأَسْرَارِ أَقْوَى
أَسْبَابِ النَّجَاحِ,
Maqolah
yang ke tujuh belas (Dari Nabi ﷺ:
Berbisik-bisik itu dapat membentengi rahasia-rahasia) Maksudnya berbisik-bisik
itu dapat menjaga urusan yang disimpan. Maka menyimpan rahasia-rahasia adalah
paling kuatnya sebab kesuksesan.
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اِسْتَعِيْنُوْا
عَلَى الْحَاجَاتِ بِالْكِتْمَانِ فَإِنَّ كُلَّ ذِيْ نِعْمَةٍ مَحْسُوْدٌ].
Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesunngguhnya Nabi bersbda: [Minta
tolonglah kalian semua atas kebutuhan dengan cara menyembunyikan karena
sesungguhnya setiap yang memiliki nikmat akan dihasud].
(وَالصَّدَقَةُ تُحَصِّنُ الْأَمْوَالِ) رُوِيَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا مِنْ يَوْمٍ غَرَبَتْ فِيْهِ شَمْسُهُ إِلَّا وَمَلكَانِ
يُنَادِيَانِ: اَللّٰهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَمُمْسِكًا تَلَفًا
وَأُنْزِلَ فِى ذَالِكَ الْقُرْآنُ: فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ ٥ وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَىٰ ٦ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ ٧] [الليل: الآية ٥-٧]
(Dan
sedekah itu akan menjaga harta-harta) Diriwayatkan dari Abu Darda ia
berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: [Tidak
ada satu haripun yang mataharinya terbenam di dalamnya melainkan dua malaikat
berseru: Ya Allah semoga engkau memberikan kepada orang yang berinfak pengganti
dan semoga engkau memberikan kepada orang yang pelit kerusakan. Dan diturunkan
Al-Quran dalam makna seperti itu: Adapun orang yang memberikan (hartanya di
jalan Allah) dan bertakwa, (5) dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, (6)
maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (7) ]. [Q.S
Al-Lail: Ayat 5-7]
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عنهُمَا: أَيْ
مَنْ أَعْطَى فِيْمَا أُمِرَ وَاتَّقَىٰ فِيْمَا حَضَرَ وَصَدَّقَ بِالْخَلَفِ
مِنْ عَطَائِهِ فَسَنُهَيِّئُهُ لِلْخَصْلَةِ الَّتِيْ تُؤَدِّي إِلَى رَاحَةٍ.
Ibnu
Abbas Radhiallahu Anhuma berkata: Maksudnya orang yang memberikan hartanya pada
perkara yang ia telah diperintah dan ia berhati-hati pada harta yang ada dan ia
membenarkan pada balasan dari pemberiannya maka kami akan menjadikan ia
berseri-seri karena kebiasaan yang mendorong kebiasaan itu pada ketenangan.
(وَالْإِخْلَاصُ يُحَصِّنُ الْأَعْمَالِ) فَأَعْلَى مَرَاتِبِ الْإِخْلَاصِ تَصْفِيَةُ
الْعَمَلِ عَنْ مُلَاحَظَةِ الْخَلْقِ بِأَنْ لَا يُرِيْدَ بِعِبَادَتِهِ إِلَّا
إِمْتِثَالَ أَمْرِ اللّٰهِ وَالْقِيَامَ بِحَقِّ الْعُبُوْدِيَّةِ دُوْنَ
إِقْبَالِ النَّاسِ عَلَيْهِ بِالْمَحَبَّةِ وَالثَّنَاءِ وَالْمَالِ وَنَحْوِ
ذَالِكَ.
(Dan
Ikhlas itu dapat menjaga amal-amal) Maka paling tingginya
tingkatan-tingkatan ikhalas adalah memurnikan amal dari perhatian manusia
dengan tidak mengharapkan atas ibadahnya kecuali menjalankan perintah Allah dan
mendirikan kewajiban ibadah bukan karena supaya manusia menghapad padanya dengan
cinta dan pujian dan harta dan semisal dari itu semua.
وَالْمَرْتَبَةُ الثَّانِيَةُ: أَنْ يَعْمَلَ لِلّٰهِ
لِيُعْطِيَهُ الْحُظُوْظَ الْأُخْرَوِيَةَ كَالْبُعَادِ عَنِ النَّارِ
وَإِدْخَالِهِ الْجَنَّةَ وََتَنْعِيْمِهِ بِأَنْوَاعِ مَلَاذِهَا.
Dan
tingkatan yang kedua: Adalah beramal karena Allah supaya Allah memberi
kepadanya bagian keakhiratan seperti dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga dan diberikan kenikmatan kenikmatan dengan berbagai warna
kenikmatan surga.
وَالْمَرْتَبَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَعْمَلَ لِلّٰهِ
لِيُعْطِيَهُ حَظًّا دُنْيَوِيًا كَتَوْسِعَةِ الرِّزْقِ وَدَفْعِ الْمُؤْذِيَاتِ
وَمَا عَدَا ذَالِكَ رِيَاءُ مَذْمُوْمٍ.
Dan
tingkatan ikhlas yang ketiga: Adalah beramal karena Allah supaya Allah memberi
kepadanya bagian duniawi seperti diluaskannya rizki dan dicegah dari hal-hal
yang menyakitkan. Dan perkara yang selain itu semua adalah ria yang tercela.
(وَالصِّدْقُ) فِى الْمَقَالِ (يُحَصِّنُ الْأَقْوَالَ) فَالْكَاذِبُ
غَيْرُ مَقْبُوْلٍ كَلَامُهُ عِنْدَ اللّٰهِ وَعِنْدَ الْخَلْقِ.
(Dan
jujur) Dalam perkataan (Itu dapat membentengi
berbagai perkataan) Maka orang yang berbohong itu tidak diterima
ucapannya di sisi Allah dan di sisi Makhluk.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا فِى
قَوْلِهِ تَعَالَى: [وَلَا تَلْبِسُوْا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ].
[البقرة: الآية ٤٢]. أَيْ لَا تُخَلِّطُوْا الصِّدْقَ بِالْكَذِبِ.
Ibnu
Abbas Radhiallahu Anhuma berkata mengenai firman Allah Ta'ala: [Janganlah
kalian saling mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan]. [Q.S
Al-Baqoroh: Ayat 42]. Maksudnya janganlah kalian mencampuradukkkan kejujuran
dengan kedustaan.
وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: اَلْخَرْسُ خَيْرٌ مِنَ
الْكَذِبِ وَصِدْقُ اللِّسَانِ أَوَّلُ السَّعَادَةٍ.
Sebagian
orang-orang bijaksana berkata: Bisu itu lebih baik daripada bohong dan jujurnya
perkataan adalah awal kebahagiaan.
وَقَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلصَّادِقُ مُصَانٌ
خَلِيْلٌ وَالْكَاذِبُ مُهَانٌ ذَلِيْلٌ.
Sebagian
ulama ahli balaghoh berkata: Orang yang jujur itu dijaga dikasihi dan orang
yang berbohong itu terhina lagi rendah
(وَالْمَشُوْرَةُ) فِى الْأُمُوْرِ (تُحَصِّنُ الْآرَاءَ) أَيْ
اَلتَّدْبِيْرَاتِ فَالْمَشُوْرَةُ سَبَبُ نَجَاةٍ مِنْ سِهَامِ الظُّلْمِ.
(Musyawarah) di
dalam berbagai perkara (Itu dapat membentengi berbagai pendapat) Maksudnya
berbagai pemikiran karena musyawarah adalah sebab keselamatan dari berbagai
anak panah kedzoliman
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلْمَشُوْرَةُ
حِصْنٌ مِنَ النَّدَامَةِ وَأَمَانٌ مِنَ الْمَلَامَةِ].
Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnhya Nabi bersabda: [Musyawarah
adalah benteng dari penyesalan dan pengaman dari balabencana].
وَقَالَ عَلِيُّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ
وَجْهَهُ وَرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: نِعْمَ الْمَوَازِرَةُ الْمُشَاوَرَةُ,
وَبِئْسَ الْاِسْتِعْدَادُ الْاِسْتِبْدَادُ.
Ali
bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu Waradhiallahu Anhu berkata: sebaik baiknya
memberi bantuan itu dengan bermusyawarah dan sejelek jeleknya persiapan adalah
semena-mena.
وَالْمَشُوْرَةُ بِسُكُوْنِ الشِّيْنِ وَفَتْحِ
الْوَاوِ أَوْ بِضَمِّ الشِّيْنِ وَسُكُوْنِ الْوَاوِ.
Lafadz
المشورة itu dengan mensukunkan huruf ش dan memfathahkan huruf و atau dengan mendhommahkan huruf ش
dan mensukunkan huruf و.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 18
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّ فِي جَمْعِ المَالِ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ
الصِّفَاتِ الْمَذْمُوْمَةِ
Maqolah
yang ke delapan belas (Nabi Alaihis Salam bersabda: Sesungguhnya dalam
mengumpulkan harta itu ada lima perkara:) Dari sifat-sifat yang
tercela
(اَلْعَنَاءَ) أَيْ اَلذِّلَّةَ وَحُصُوْلَ الْمَشَقَّةِ (فِى
جَمْعِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Susah
payah) kehinaan dan hasilnya kesusahan (Dalam
mengumpulkannya) Maksudnya harta
(والشُّغْلَ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى بِإِصْلَاحِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Dan
sibuk jauh dari berdzikir kepada Allah Ta'ala karena mengurusnya) Maksudnya
harta
(وَالخَوْفَ مِنْ سَالِبِهِ) أَيْ آخِذَهُ بِالْقَهْرِ أَوْ
بِالْاِخْتِلَاسِ (وَسَارِقِهِ) أَيْ آخِذِهِ خُفْيَةً
(Dan
takut terhadap orang yang mengambilnya) Maksudnya
mengambil harta dengan paksaan atau dengan menjambret (Dan terhadap
orang yang mencurinya) Maksudnya mengambil harta secara
sembunyi-sembunyi
(وَاحْتِمَالَ اسْمِ الْبَخِيْلِ لِنَفْسِهِ
وَمُفَارَقَةَ الصَّالِحِينَ مِنْ أَجْلِهِ) أَيْ مِنْ أَجْلِ خِدْمَةِ الْمَالِ
(Dan
menanggung julukan orang yang paling pelit untuk dirinnya dan berpisah dengan
orang-orang sholeh karena arah arah harta) Maksudnya
karena arah-arah berkhidmah pada harta
(وَفِي تَفْرِيْقِهِ) أَيْ اَلْمَالِ بِإِجْرَائِهِ عَلَى سَبِيْلِ
الْخَيْرِ (خَمْسَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ
(Dan
sesungguhnya dalam membagi-bagikannya) Maksudnya harta dengan
membelanjakannya pada jalan kebaikan (Itu ada lima perkara:) Dari
sifat-sifat yang terpuji
(رَاحَةَ النَّفْسِ) أَيْ اَلْبَدَنِ (مِنْ) تَعَبِ (طَلَبِهِ) أَيْ
اَلْمَالِ
(Tenangnya
diri) Maksudnya badan (Dari) Rasa
letih (mencari harta) Maksudnya harta
(وَالْفَرَاغَ لِذِكْرِ اللّٰهِ) أَيْ اَلتَّبَتُّلَ إِلَى ذِكْرِ اللّٰهِ
تَعَالَى وَالْاِنْقِطَاعِ (مِنْ حِفْظِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Dan
waktu luang untuk berdzikir kepada Allah) Maksudnya
sungguh-sungguh beribadah dengan berdzikir kepada Allah Ta'ala dan
terputus (Dari menjaganya) Maksudnya harta
(وَالْأَمْنَ) أَيْ عَدَمُ الْخَوْفِ (مِنْ سَالِبِهِ
وسَارِقِهِ) وَهُوَ الْآخِذُ مِنْ مَحْرُوْزٍ بِحَافِظٍ أَوْ بِمَكَانٍ
بِلَا شُبْهَةٍ
(Dan
rasa aman) Maksudnya tidakadanya rasa takut (Pada
orang yang mengambil harta dan orang yang mencurinya) سَارِقٌ Adalah orang yang mengambil harta dari
harta yang dijaga oleh penjaga atau oleh tempat terpercaya
(وَاكْتِسَابَ اسْمِ الْكَرِيْمِ لِنَفْسِهِ
ومُصَاحَبَةَ الصَّالِحِيْنَ لِفِرَاقِهِ) قَالَ بَعْضُ الْفُصَحَاءِ: جُوْدُ الرَّجُلِ
يُحَبِّبُهُ إِلَى أَضْدَادِهِ وَبُخْلُهُ يُبَغِّضُهُ إِلَى أَوْلَادِهِ.
(Dan
memperoleh julukan orang dermawan untuk dirinya dan bersahabat dengan
orang-orang sholeh karena berpisah dari harta) Sebagian
dari orang-orang fasih berkata: Baik hatinya seseorang itu menjadi sebab ia
dicintai oleh musuh-musuhnya dan pelitnya seseorang itu menjadi sebab
dibencinya ia oleh anak-anaknya.
وَقَالَ بَعْضُ الْفُصَحَاءِ: خَيْرُ
الْأَمْوَالِ مَا اسْتَرَقَّ حُرًّا وَخَيْرُ الْأَعْمَالِ مَا اسْتَحَقَّ
شُكْرًا.
Dan
sebagian dari orang-orang fasih berkata: Sebaik-baiknya harta adalah harta yang
telah memperbudak orang merdeka dan sebaik-baiknya amal adalah amal yang patut
disukuri
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 19
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ
سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: لَا يَجْتَمِعُ فِى هٰذَا
الزَّمَانِ لِأَحَدٍ مَالٌ إِلَّا وَعِنْدَهُ خَمْسُ خِصَالٍ) أَيْ
صِفَاتٍ مَذْمُوْمَةٍ
Maqolah
yang ke sembilan belas (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullahu Ta'ala:
Tidaklah berkumpul pada masa ini bagi seseorang suatu harta melainkan di
sisinya ada lima perkara) Maksudnya sifat-sifat yang tercela
(طُوْلُ الْأَمَلِ) أَيْ تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُوْلُهُ
(Panjang
angan-angan) Maksudnya mengharapkan sesuatu yang
mustahil hasilnya perkara itu.
(وَحِرْصٌ غَالِبٌ) فَالرَّاغِبُ فِى الدُّنْيَا مَلُوْمٌ وَطَالِبُ
فُضُوْلِهَا مَذْمُوْمٌ وَالرَّغْبَةُ إِنَّمَا تُخْتَصُّ بِمَا جَاوَزَ حَدَّ
الْحَاجَةِ، وَالْفُضُوْلُ إِنَّمَا يَنْطَلِقُ عَلَى مَا زَادَ عَلَى قَدْرِ
الْكِفَايَةِ .
(Keserakahan
yang terlalu kuat) Maka orang yang gila pada dunia itu
dicela dan orang yang mencari kelebihan-kelebihan dunia itu dicacat dan
kesenangan hanyalah dikhususkan atas perkara yang melewati batas kebutuhan dan
berlebih lebihan hanyalah digunakan atas perkara yang melebihi pada ukuran
kecukupan
قَالَ ﷺ : [لَيْسَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَرَكَ
الدُّنْيَا لِلْآخِرَةِ وَلَا الْآخِرَةَ لِلدُّنْيَا ولٰكِنْ خَيْرُكُمْ مَنْ
أَخَذَ مِنْ هٰذِهِ وَهٰذِهِ].
Rasulullah
ﷺ bersabda: [Bukanlah yang terbaik
di antara kalian orang yang meninggalkan dunia untuk akhirat dan bukanlah yang
terbaik di antara kalian orang yang meninggalkan akhirat untuk dunia akan
tetapi orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mengambil dari
dunia dan dari Akhirat].
وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [نِعْمَ
الْمَطِيَّةُ الدُّنْيَا فَارْتَحِلُوْهَا تُبَلِّغْكُمُ الْآخِرَةَ].
Dan
diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya
Nabi bersabda: [Sebaik-baiknya kendaraan adalah dunia maka berangkatlah
kalian dengan dunia yang akan menghantarkan kamu menuju akhirat].
وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ کَرَّمَ اللّٰهُ
وَجْهَهُ: اَلدُّنْیَا دَارُ صِدْقٍ لِمَنْ صَدَقَهَا وَدَارُ نَجَاةٍ لِمَنْ
فَهِمَ عَنْهَا وَدَارُ غِنًى لِمَنْ تَزَوَّدَ مِنْهَا .
Ali
bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu berkata: Dunia adalah tempat kebenaran bagi
orang yang membenarkannya dan tempat keselamatan bagi orang yang memahami
tentang dunia dan tempat kekayaan bagi orang yang menyiapkan bekal darinya.
(وَشُحٌّ شَدِيْدٌ) أَيْ بُخْلٌ مُطَاعٌ (وَقِلَّةُ
الْوَرَعِ) أَيْ عَدَمِهِ، فَالْوَرَعُ هُوَ اجْتِنَابُ الشُّبُهَاتِ
خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمُحَرَّمَاتِ. وَقِيْلَ: هُوَ مُلَازَمَةُ
الْأَعْمَالِ الْجَمِيْلَةِ.
(Dan
sifat pelit yang sangat) Maksudnya kekikiran yang
diikuti (Dan sedikitnya rasa wara') Maksudnya tidak adanya
rasa wara'. Wara' adalah menjauhi syubhat-syubhat karena takut terjatuh pada
perkara-perkara yang diharamkan. Dan dikatakan: Wara' adalah senantiasa
melakukan amal-amal yang baik.
(وَنِسْيَانُ الْآخِرَةِ، قَالَ الْقَائِلُ:
(Dan
lupa pada akhirat. Seorang penyair berkata:
يَا خَاطِبَ الدُّنْيَا إِلَى نَفْسِهِ $
إِنَّ لَهَا فِى كُلِّ يَوْمٍ خَلِيْلًا
تَسْتَنْكِحُ الْبَعْلَ وَقَدْ وُطِئَتْ $
فِي مَوْضِعٍ آخَرَ مِنْهُ بَدِيْلًا
مَا أَقْبَلَ الدُّنْيَا لِخُطَابِهَا
$ لِقَنْلِهِمْ قَتِيْلًا قَتِيْلًا
إِنِّيْ لَمُغْتَرٌّ وَإنَّ الْبَلَا
$ يَعْمَلُ فِىْ جِسْمِيْ قَلِيْلًا قَلِيْلًا
تَزَوَّدُوْا لِلْمَوْتِ زَادًا فَقَدْ $ نَادَى الْمُنَادِيْ الرَّحِيْلُ الرَّحِيْلًا)
Wahai orang yang melamar dunia untuk
dirinya $
Sesungguhnya bagi dunia itu setiap
hari ada kekasih baru
Dunia meminta dinikahi oleh pria
padahal dunia telah dijima $
Di tempat yang lain sebagai ganti
dari pria itu
Aduhai betapa dunia mudah menerima
bagi para pelamarnya $
Untuk membunuh mereka semua satu
persatu
Sungguh aku benar-benar telah
tertipu dan sesungguhnya balai $
Telah menjalar dalam tubuhku sedikit
demi sedikit
persiapkanlah
oleh kalian semua bekal untuk kematian. ،Karena
benar-bena $
Telah menyeru
sang juru penyeru ayo berangkat ayo berangkat
أَيْ اِرْكَبُوْا مَرْكُوْبَكُمْ
وَسِيْرُوْا فِى طَرِيْقِ الْآخِرَةِ
Maksudnya
naikilah oleh kalian kendaraan kalian dan berjalanlah kalian ke jalan menuju
akhirat
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 20
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (عَنْ
حَاتِمِ الْأَصَمِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ أَنَّهُ قَالَ: اَلْعَجَلَةُ) أَيْ
اَلْإِسْرَاعُ فِى الْأُمُوْرِ (مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا فِى خَمْسِ
مَوَاضِعَ فَإِنَّهَا) أَيْ اَلْعَجَلَةَ فِيْهَا (مِنْ سُنَنِ
رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ : إِطْعَامُ الضَّيْفِ) بِمَا لَا يَتَكَلَّفُ عِنْدَ
الْمُضِيْفِ (إِذَا نَزَلَ) أَيْ اَلضَّيْفُ فِى مَنْزِلِهِ.
Maqolah
yang ke dua puluh (Dari Hatim Al-Ashom Rahimahullah sesungguhnya ia
berkata: Terburu-buru) Maksudnya tergesa gesa dalam suatu urusan (Itu
dari setan kecuali dalam lilma tempat karena sesungguhnya terburu-buru) Maksudnya
terburu-buru dalam lima tempat (Itu termasuk sunah sunah Rasulullah ﷺ: Memberi makan tamu) Dengan
makanan yang tidak memberatkan bagi tuan rumah (Ketika singgah) Maksudnya
tamu ke dalam rumahnya tuan rumah.
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَنَّ
رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَظْعَمَ أَخَاهُ المُسْلِمَ شَهْوَتَهُ
حَرَّمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى عَلَى النَّارِ] أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Dan
dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Barang siapa memberi makan kepada saudaranya
yang muslim yang menjadi kesenangannya maka Allah mengharamkan padanya masuk
neraka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.
وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَطْعَمَ
أَخَاهُ مِنَ الْخُبْزِ حَتَّى يُشْبِعَهُ وسَقَاهُ مِنَ الْمَاءِ حَتَّى
يُرْوِيَهُ بَعُدَ مِنَ النَّارِ سَبْعَ خَنَادِقَ كُلُّ خَنْدَقٍ مَسِيرَةُ
سَبْعِمِائَةِ عَامٍ] أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ وَالطَّبْرَانِيُّ
وَالْحَاكِمُ وَالْبَيْهَقِيُّ.
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu Anhuma sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Barang siapa yang
memberi makan saudaranya roti samapi ia mengenyangkannya dan ia memberi minum
saudaranya air sampai ia menyegarkannya maka ia menjadi jauh dari neraka
tujuh jurang setiap jurangnya itu perjalanan tujuh ratus tahun]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Nasai dan Imam Thabrani dan Imam Hakim dan
Imam Al-Baihaqi
(وَتَجْهِيْزُ الْمَيْتِ) بِالْغُسْلِ وَالتَّكْفِيْنِ وَالصَّلَاةِ
عَلَيْهِ وَالدَّفْنِ (إِذَا مَاتَ) يَقِيْنًا.
(Dan
mengurus orang mati) Dengan cara memandikan dan
mengkafani dan mensholati atasnya dan mengurubkan (Ketika mati) Secara
yakin.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَوَّلَ مَا
يُجَازَى الْمُؤْمِنُ بَعْدَ مَوْتِهِ أَنْ يُغْفَرَ لِجَمِيعِ مَنْ تَبِعَ
جَنَازَتَهُ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
perkara yang pertama kali di balas kepada orang mu'min setelah kematiannya
adalah diampuni bagi semua orang yang mengikuti jenazahnya]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا مَاتَ الرَّجُلُ مِنْ
أَهْلِ الجَنَّةِ اسْتَحْيَا اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُعَذِّبَ مَنْ
حَمَلَهُ وَمَنْ تَبِعَهُ ومَنْ صَلَّى عَلَيْهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Ketika
mati seorang lelaki dari Ahli surga maka Allah Azza Wajalla malu untuk
mengadzab kepada orang yang membawanya dan kepada orang yang mengikutinya dan
kepada orang yang mensholati atasnya].Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Al-Baihaqi
(وَتَزْوِيْجُ الْبِنْتِ إِذَا بَلَغَتْ) عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ زَوَّجَ بِنْتًا تَوَّجَهُ اللّٰهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ تَاجَ الْمُلُوكِ] أَخْرَجَهُ ابْنُ شَاهِيْنِ.
(Dan
menikahkan anak perempuan ketika telah baligh) Dari
Aisyah Radhiallahu Anha Sesungguhnya Rasulullah ﷺ
bersabda: [Barang siapa yang menikahkan anak perempuan maka Allah pasti
akan memberikan mahkota kepadanya pada hari kiamat dengan mahkota para raja] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Syahin.
(وَقَضَاءُ الدَّيْنِ إِذَا وَجَبَ) كَأَنْ جَاءَ أَجَلُهُ (وَالتَّوْبَةُ
مِنَ الذَّنْبِ إِذَا فَرَطَ) بِوَزْنِ قَتَلَ أَيْ تَقَدَّمَ، وَعَنِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا: [إنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ فِى الْمَجْلِسِ يَقُوْلُ: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ
أَنْتَ التَّوَّابُ الغَفُورُ مِائَةَ مَرَّةٍ] رَوَاهُ أَحْمَدُ
وَالتِّرْمِذِيُّ وَأَبُوْ دَاوُدَ.
(Dan
membayar hutang ketika sudah wajib) Seperti telah datang temponya (Dan
bertaubat dari dosa ketika telah melakukannya) Lafadz فَرَطَ dengan
wazan قَتَلَ Maksudnya
telah berlalu. Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma: [Sungguh kami
benar-benar menghitung kepada Rasulullah ﷺ
dalam sekali duduk, beliau membaca: Ya Tuhanku, semoga engkau mengampuniku dan
semoga engkau menerima taubatku sesungguhnya engkau maha penerima taubat dan
maha pengampun, seratus kali.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ahmad dan Imam Tirmidzi dan Imam Abu Daud
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 21
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ الدَّوْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (شَقِيَ
إِبْلِيْسُ بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: لم يُقِرَّ بِالذَّنْبِ) أَيْ لَمْ
يَعْتَرِفْ بِهِ عَلَى نَفْسِهِ (وَلَمْ يَنْدَمْ) أَيْ لَمْ
يَحْزَنْ عَلَى ذَنْبِهِ (وَلَمْ يَلُمْ نَفْسَهُ) عَلَى
فِعْلِهِ (وَلَمْ يَعْزِمْ عَلَى التَّوْبَةِ، وَقَنِطَ) مِنْ
بَابِ ضَرَبَ وَتَعِبَ (مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ. وَسَعِدَ آدَمُ) عَلَيْهِ
السَّلَامُ
Maqolah
yang ke dua puluh satu (Muhammad bin Dauri berkata) Rahimahullahu
Ta'ala (Iblis telah celaka karena lima perkara: Ia tidak mengakui atas
dosanya) Maksudnya ia tidak mengakui dosa itu atas dirinya (Dan
ia tidak menyesal) Maksudnya ia tidak bersedih atas dosanya (Dan
ia tidak mencela dirinya) Karena perbuatannya (Dan ia tidak
niat untuk bertaubat, dan ia berputus asa) lafadz قنط itu
dari bab wazan ضَرَبَ dan
dari bab wazan تَعِبَ (Dari
rahmat Allah. Dan Nabi Adam telah bahagia) Alaihis Salam
(بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: أَقَرَّ بِالذَّنْبِ) وَقَالَ: [رَبَّنَا َظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الْخٰسِرِيْنَ] [الأعرَاف: الآية ٢٣].
(Karena
lima perkara: Ia mengakui atas dosanya) Dan ia
berkata: [Tuhan kami kami telah mendzolimi diri kami dan jika engkau
tidak memberikan ampunan untuk kami dan jika engkau tidak menyayangi kami
sungguh kami benar-benar akan menjadi termasuk dari golongan orang orang yang
rugi] [Q.S Al-A'rof: Ayat 23]
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: [إِنَّ
الْعَبْدَ إِذَا اعْتَرَفَ بِذَنْبِهِ ثُمَّ تَابَ تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِ] رَوَاهُ
الشَّيْخَانِ
Dan
dari Aisyah Radhiallahu Anha: [Sesungguhnya seorang hamba ketika ia
mengakui atas dosanya kemudian ia bertaubat maka pasti Allah akan menerima
tobat atasnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari dan Imam
Muslim
(وَنَدِمَ عَلَيْهِ) أَيْ اَلذَّنْبِ. وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ ابْنِ
مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [مَنْ
أَخْطَأَ خَطِيْئَةً أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا ثُمَّ نَدِمَ فَهُوَ كَفَّارَتُهُ] رَوَاهُ
الْبَيْهَقِيُّ.
(Dan
ia menyesal atasnya) Maksudnya dosa. Dan dari Abdullah
bin Mas'ud Radhiallahu Anhuma berkata. Nabi ﷺ
bersabda: [Barang siapa yang melakukan kesalahan atau melakukan dosa
kemudian ia menyesal maka penyesalan itu menjadi penghapus dosanya] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(وَلَامَ نَفْسَهُ) عَلَى فِعْلِ ذٰلِكَ الْخَطَأِ (وَأَسْرَعَ
فِى التَّوْبَةِ) بِتَعَاِطِي أَسْبَابِهَا (وَلَمْ يَقْنَطْ
مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ).
(Dan
ia mencaci dirinya) karena melakukan kesalahan
itu (Dan ia bersegera dalam bertaubat) Dengan cara memenuhi
sebab-sebab taubat (Dan ia tidak berputus asa dari mengharapkan rahmat
Allah).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 22
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ
وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ شَقِيْقِ الْبَلْخِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ،
وَهُوَ أُسْتَاذُ حَاتِمِ الْأَصَمِّ:
Maqolah
yang ke dua puluh dua (Dari Syaqiq Al-Balkhi) Rahimahullah. Ia
adalah guru dari Hatim Al-Ashom
قِيْلَ كَانَ سَبَبُ تَوْبَتِهِ أَنَّهُ كَانَ مِنْ
أَبْنَاءِ الْأَغْنِيَاءِ خَرَجَ لِلتِّجَارَةِ إِلَى أَرْضِ التُّرْكِ فَدَخَلَ
بَيْتًا لِلْأَصْنَامِ فَرَأَى خَادِمًا لِلْأَصْنَامِ فِيْهِ قَدْ حُلِقَ
رَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ
Dikatakan
yang menjadi sebab taubatnya Syaqiq Al-Balkhi adalah sesungguhnya dia menjadi
salah satu dari anak orang kaya, dia pergi berdagang ke tanah Turki, kemudian
dia memasuki rumah milik berhala dan melihat seorang pelayan milik berhala. di
dalamnya benar benar telah dipangkas rambut dari pelayan itu dan janggut dari
pelayan itu.
فَقَالَ شَقِيْقٌ لِلْخَادِمِ: إِنَّ لَكَ صَانِعًا
حَيًّا عَالِمًا قَادِرًا فَاعْبُدْهُ وَلَا تَعْبُدْ هٰذِهِ الْأَصْنَام الَّتِيْ
لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ، فَقَالَ: إِنْ كَانَ الْأَمْرُ كَمَا تَقُوْلُ فَهُوَ
قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَرْزُقَكَ بِبَلَدِكَ فَلِمَ تَحَمَّلْتَ الْمَشَقَّةَ إِلَى
هَا هُنَا لِلتِّجَارَةِ؟ فَانْتَبَهَ شَقِيْقٌ وَأَخَذَ فِى طَرِيْقِ الزُّهْدِ.
Maka
Shaqiq berkata kepada pelayan: Sesungguhnya kamu mempunyai Pencipta yang maha
hidup, Maha Mengetahui, dan Mahakuasa, maka sembahlah Dia dan janganlah kamu
menyembah berhala-berhala ini yang tidak dapat memberi madarat dan tidak dapat
memberi manfaat. Maka pelayan berkata: Jika terbukti itu seperti yang kamu
katakan, Maka dzat yang engkau sebut itu mampu memberi rezeki kepadamu di
negaramu, jadi mengapa kamu menanggung kesulitan dengan datang ke sini untuk berdagang?
Kemudian Shaqiq sadar dan ia menempuh jalan zuhud.
وَقِيْلَ: كَانَ سَبَبُ زُهْدِهِ أَنَّهُ رَأَى
مَمْلُوْكًا يَلْعَبُ فِي زَمَانٍ قَحْطٍ وَكَانَ النَّاسُ مَحْزُوْنِيْنَ بِهِ
فَقَالَ شَقِيْقٌ: مَا هَذَا النَّشَاطُ الَّذِيْ فِيْكَ أَمَّا تَرَى مَا فِيْهِ
النَّاسُ مِنَ الجَدْبِ؟ فَقَالَ ذٰلِكَ الْمَمْلُوْكُ: وَمَا عَلَيَّ مِنْ ذٰلِكَ
وَلِمَوْلَايَ قَرْيَةٌ خَالِصَةٌ يَدْخُلُ لَهُ مِنْهَا مَا نَحْتَاجُ نَحْنُ
إِلَيْهِ.
Dikatakan:
Yang menjadi sebab zuhudnya adalaha sesungguhnya ia melihat seorang budak yang
bermain pada musim kemarau dan manusia menjadi disedihkan karena musim kemarau
kemudian Syaqiq berkata: Kenapa kesenangan ini ada pada dirimu tidakkah kamu
melihat kesusahan-kesusahan yang ada di dalam kesusahan itu manusia karena
kekeringan ? Kemudian budak itu berkata: Dan kesalahan apa yang ada padaku dari
bersenang senang sedangkan adalah milik tuanku desa yang murni yang masuk
miliknya ke dalam desa apa yang kami butuhkan darinya.
فَانْتَبَهَ شَقِیْقٌ وَقَالَ: إِنْ كَانَ لِمَوْلَاهُ
قَرْيَةٌ وَمَوْلَاهُ مَخْلُوْقٌ فَقِيْرٌ ثُمَّ إِنَّهُ لَیْسَ يَهْتَمُّ
لِرِزْقِهِ فَكَيْفَ يَلِيْقُ أَنْ يَهْتَمَّ الْمُسْلِمُ لِرِزْقِهِ وَمَوْلَاهُ
غَنِيٌّ.
Kemudian
Shaqiq sadar dan berkata: Jika tuannya mempunyai desa sementara tuannya adalah
makhluk yang fakir kemudian sesungguhnya budak itu tidak gelisah pada
rizkinya, maka apakah pantas seorang muslim gelisah pada rizkinya sementara
tuannya adalah dzat yang maha kaya.
(أَنَّهُ
قَالَ: عَلَيْكُمْ بِخَمْسِ خِصَالٍ) أَيْ اِلْزَمُوْهَا (فَاعْمَلُوْهَا) وَهٰذَا
تَرْغِيْبٌ وَتَرْهِيْبٌ (اُعْبُدُوْا اللّٰهَ بِقَدْرِ حَاجَتِكُمْ
إِلَيْهِ) وَطَلَبِكُمْ مِنْهُ إِلَى إِحْسَانِهِ وَإِفْضَالِهِ
(Sesungguhnya
Syaqiq berkata: Wajib atas kalian lima perkara) Maksudnya
lalzimkanlah oleh kalian lima perkara ini (Maka amalkanlah oleh kalian
lima perkara ini) Dan ini adalah mendorong dan memperingati (Beribadahlah
kalian kepada Allah dengan batas kebutuhan kalian kepadanya) Dan
dengan batas permintaan kalian darinya kepada kebaikannya dan karunianya.
(وَخُذُوْا مِنَ الدُّنْيَا) أَيْ مِنْ مَتَاعِهَا (بِقَدْرِ
عُمْرِكُمْ) أَيْ حَيَاتِكُمْ وَبَقَائِكُمْ (فِيْهَا،
وَأَذْنِبُوْا اللّٰهَ) أَيْ عَامِلُوْا مَعَ اللّٰهِ بِالذَّنْبِ (بِقَدْرِ
طَاقَتِكُمْ عَلَى عَذَابِهِ) فَلَا طَاقَةَ لِأَحَدٍ عَلَى تَحَمُّلِ
عَذَابِ اللّٰهِ تَعَالَى فَإِنَّ عَذَابَهُ شَدِيْدٌ
(Dan
ambillah oleh kalian dari dunia) Maksudnya dari kesenangan
dunia (Dengan sebatas umur kalian) Maksudnya sebatas hidupmu
dan sisa hidupmu (Di dunia, Dan berbuat dosalah kalian kepada Allah) Maksudnya
beramallah kalian terhadap Allah dengan sebuah dosa (Dengan sebatas
kemampuan kalian atas adzabnya Allah) Maka tidak ada yang sanggup bagi
seseorang untuk menanggung adzabnya Allah karena sesungguhnya adzab Allah itu
sangatlah berat
(وَتَزَوَّدُوْا فِى الدُّنْيَا) أَيْ اِتَّخِذُوْا فِيْهَا زَادًا لِسَفَرِكُمْ
إِلَى الْآخِرَةِ (بِقَدْرِ مُكْثِكُمْ فِى الْقَبْرِ) أَيْ
وَمَا بَعْدَهُ، وَإِنَّمَا ذُكِرَ الْقَبْرُ لِأَنَّهُ أَوَّلُ أُمُوْرِ
الْآخِرَةِ فَإِذَا خُفِّفَ فِيْهِ خُفِّفَ فِيْمَا بَعْدَهُ وَإِذَا شُدِّدَ
فِيْهِ شُدِّدَ فِيْمَا بَعْدَهُ
(Dan
berbekallah kalian di dunia) Maksudnya ambillah oleh kalian di
dunia bekal untuk perjalanan kalian menuju akhirat (Dengan sebatas
lamanya kalian tinggal di dalam qubur) Maksudnya dan tempat sesudah
qubur, Dan sesungguhnya hanya disebutkan qubur karena qubur merupakan awal dari
urusan akhirat maka jika diringankan di dalamnya pasti akan ringan di tempat
sesudahnya dan jika diberatkan di dalamnya maka pasti akan diberatkan di tempat
sesudahnya.
(وَاعْمَلُوْا لِلْجَنَّةِ) أَيْ اِعْمَلُوْا عَمَلًا يُؤَدِّيْ
إِلَى الْجَنَّةِ (بِقَدْرِ مَا تُرِيْدُوْنَ فِيْهَا الْمَقَامَ) بِفَتْحِ
الْمِيْمِ: أَيْ اَلْمَنْزِلَةَ وَالْمَرْتَبَةَ، فَإِنَّ مَرَاتِبَ أَهْلِ
الْجَنَّةِ مُتَفَاوِتَةٌ بِحَسْبِ أَعْمَالِهِمُ الْحَسَنَةِ إِنْ كَانَتْ
أَحْسَنَ فَجَزَاؤُهَا أَلْطَفُ بِفَضْلِ اللّٰهِ تَعَالَى.
(Dan
beramallah kalian untuk surga) Maksudnya kerjakanlah oleh kalian
amalan yang dapat menghantar menuju surga (Dengan sebatas perkara yang
kalian maksud di dalamnya kedudukan) Lafadz الْمَقَامَ dengan
memfathahkan mim: Maksudnya kedudukan dan derajat. Karena sesungguhnya
tingkatan-tingkatan ahli surga itu berbeda-beda dengan hitungan amalan mereka
yang baik jika terbukti amalan itu lebih baik maka balasannya itu lebih lembut
dengan keutamaan dari Allah.
وَعَنْ شَقِيْقٍ اَلْبَلْخِيِّ أَنَّهُ قَالَ:
طَلَبْنَا خَمْسًا فَوَجَدْنَاهَا فِى خَمْسٍ: طَلَبْنَا تَرْكَ الذُّنُوْبِ
فَوَجَدْنَاهُ فِى صَلَاةِ الضُّحَى، وَطَلَبْنَا ضِيَاءَ الْقُبُوْرِ
فَوَجَدْنَاهُ فِى صَلَاةِ اللَّيْلِ، وَطَلَبْنَا جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ
فَوَجَدْنَا فِى قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
Dan
dari Syaqiq Al-Balkhi sesungguhnya ia berkata: Kami mencari lima perkara
kemudian kami menemukan lima perkara itu di dalam lima perkara lain: Kami
mencari cara meninggalkan dosa kemudian kami menemukannya di dalam sholat
dhuha, dan kami mencari cahaya qubur kemudian kami menemukannya di dalam sholat
malam dan kami mencari jawaban munkar dan nakir kemudian kami temukan dalam
bacaan quran.
وَطَلَبْنَا عُبُوْرَ الصِّرَاطِ فَوَجَدْنَاهُ فِى
الصَّوْمِ وَالصَّدَقَةِ، وَطَلَبْنَا ظِلَّ الْعَرْشِ فَوَجَدْنَاهُ فِى
الْخَلْوَةِ.
Dan
kami mencari kelancaran melewati sirot kemudian kami menemukannya di dalam
puasa dan sedekah dan kami mencari naungan arsy kemudian kami menemukannya
dalam berkhalwat.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 23
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ
عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: رَأَيْتُ جَمِيْعَ الْأَخِلَّاءِ) أَيْ
اَلْأَصْدِقَاءِ (فَلَمْ أَرَ خَلِيْلًا أَفْضَلَ مِنْ حِفْظِ اللِّسَانِ) وَكَمْ
بَيْنَ عَبْدٍ سَكَتَ تَصَاوُنًا عَنِ الْكَذِبِ وَالْغِيْبَةِ وَبَيْنَ عَبْدٍ
سَكَتَ لِاسْتِيْلَاءِ سُلْطَانِ الْهَيْبَةِ عَلَيْهِ
Maqolah
yang ke dua puluh tiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Aku
melihat seluruh teman) Maksudnya teman-teman (Maka aku tidak
melihat teman yang lebih utama dari pada menjaga lisan) Dan betapa
banyak di antara seorang hamba diam untuk menjaga diri dari kebohongan dan
gibah dan betapa banyak di antara seorang hamba diam karena begitu
dominannya wibawa pada orang itu.
(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ اللِّبَاسِ فَلَمْ أَرَ لِبَاسًا
أَفْضَلَ مِنَ الْوَرَعِ) قَالَ
إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَمَ: اَلْوَرَعُ تَرْكُ كُلِّ شُبْهَةٍ أَمَّا تَرْكُ مَا
لَا يَنْفَعُكَ فَهُوَ تَرْكُ الْفُضَلَاتِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ لِأَبِيْ
هُرَيْرَةَ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ].
(Dan
aku melihat seluruh pakaian maka aku tidak melihat pakaian yang lebih utama
dari pada wara') Telah berkata Ibrahim bin Adham:
Wara adalah meninggalkan setiap syubhat adapun meninggalkan perkara yang tidak
bermanfaat untukmu maka itu adalah meninggalkan sampah. Telah bersabda
Rasulullah ﷺ kepada Abu Huroiroh: [Jadilah
engkau bersifat wara maka pasti kau akan menjadi manusia yang paling banyak
pahala ibadahnya].
(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْمَالِ فَلَمْ أَرَ مَالًا
أَفْضَلَ مِنَ الْقَنَاعَةِ) وَهِيَ
تَرْكُ التَّطَلَُع إِلَى الْمَفْقُوْدِ وَالْاِسْتِغْنَاء بِالْمَوْجُوْدِ. قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَگُنْ
قَنِعًا تَگُنْ اَشْگَرَ النَّاسِ، واَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ
تَگُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا،
وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ].
(Dan
aku melihat seluruh jenis harta maka aku tidak melihat harta yang lebih utama
dari qona'ah) Qona'ah adalah meninggalkan dari mengharapkan
pada sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup pada perkara yang ada. Telah
bersabda Rasulullah ﷺ: [Jadilah
kamu orang yang wara' maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling banyak
pahala ibadahnya dan jadilah kamu orang yang qona'ah maka pasti kamu akan
menjadi manusia yang paling bersyukur, dan cintailah olehmu manusia sebagaimana
kamu mencintai dirimu sendiri maka pasti kamu akan menjadi orang yang beriman,
berbuat baiklah kamu dengan tetangga yang menjadi tetanggamu maka pasti kamu
akan menjadi seorang muslim, dan sedikitlah tertawa karena sesungguhnya banyak
tertawa itu dapat mematikan hati].
(وَرَأَيْتُ
جَمِيْعَ الْبِرِّ فَلَمْ أَرَ بِرًّا أَفْضَلَ مِنَ النَّصِيْحَةِ) هِيَ الصِّدْقُ فِى الْعَمَلِ اهـ.
(Dan
aku melihat seluruh kebaikan maka aku tidak melihat kebaikan yang lebih utama
dari ketulusan) Ketulusan adalah jujur dalam
beramal.
وَالْبِرُّ نَوْعَانِ: صِلَةٌ وَمَعْرُوْفٌ،
فَالصِّلَةُ تَبَرُّعٌ بِبَذْلِ الْمَالِ فِى الْجِهَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ لِغَيْرِ
عِوَضٍ مَطْلٌوْبٍ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [جُبِلَتِ الْقُلُوْبُ
عَلَى حُبِّ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهَا وَبُغْضِ مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهَا]. فَفِى
الْبِرِّ رِضَا النَّاسِ وَفِى التَّقْوَى رِضَا اللّٰهِ تَعَالَى وَمَنْ جَمَعَ
بَيْنَهُمَا فَقَدْ تمَّتْ سَعَادَتُهُ وَعَمَّتْ نِعْمَتُهُ.
Dan
kebaikan itu ada dua macam: Silah dan ma'ruf. Silah adalah bersuka rela dengan
mengeluarkan harta untuk tujuan yang terpuji tanpa imbalan yang di harapkan.
Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Hati diberi
sifat untuk mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang
berbuat jahat padanya]. Maka dalam kebaikan ada keridhoan manusia dan
dalam ketakwaan ada keridhoan Allah Ta'ala dan barang siapa yang mengumpulkan
keduanya maka benar benar menjadi sempurna kebahagiaannya dan menjadi merata kenikmatannya.
وَالْمَعْرُوْفُ نَوْعَانِ: قَوْلٌ وَعَمَلٌ،
فَالْقَوْلُ هُوَ طِيْبُ الْكَلَامِ وَحُسْنُ الْبِشْرِ وَالتَّوَدُّدُ بِجَمِيْلِ
الْقَوْلِ، وَالْعَمَلُ هُوَ بَذْلُ الْجَاهِ وَالْإِعَانَةُ بِالنَّفْسِ فِى
النَّائِبَةِ.
Dan
ma'ruf itu ada dua macam: Ucapan dan Amal. Maka kema'rufan yang berupa ucapan
adalah baiknya ucapan dan bagusnya keceriaan wajah dan berusaha dicintai orang
lain dengan perkataan yang indah. Dan kema'rufan yang berupa amal adalah
mengunakan kedudukannhya dan menolong orang lain dengan nyawa sekalipun dalam
bencana.
(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْأَطْعِمَةِ فَلَمْ أَرَ
طَعَامًا أَلَذَّ مِنَ الصَّبْرِ) وَالصَّبْرُ
ثَلَاثَةُ أَرْكَانٍ: حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ السُّخْطِ بِالْقَضَاءِ، وَحَبْسُ
اللِّسَانِ عَنِ الْقَوْلِ السَّيْئِ، وَحَبْسُ الْجَوَارِحِ عَنْ نَحْوِ لَطْمٍ
وَشَقِّ جَيْبٍ وَصِيَاحٍ وَتَسْوِيْدِ وَجْهٍ وَوَضْعِ نَحْوِ تُرَابٍ عَلَى
نَحْوِ رَأْسٍ.
(Dan
aku melihat seluruh makanan maka aku tidak melihat makanan yang lebih lezat
dari kesabaran) Dan sabar itu ada tiga rukun:
menjaga nafsu dari marah pada qodho dan menjaga lisan dari berkata buruk dan
menjaga anggota badan dari seumpama memukul dan merobek kerah baju dan menjerit
dan menghitam-hitamkan wajah dan meyimpan semisal tanah di atas semisal kepala.
فَمَنْ قَامَ بِهٰذِهِ الْأَرْكَانِ جَازَ فَضِيْلَةَ
الصَّبْرِ الَّذِيْ هُوَ نِصْفُ الْإِيْمَان وَصَارَتِ الْبَلِيَّةُ مَحْضَ
إِحْسَانٍ.
Maka
barang siapa yang mendirikan tiga rukun ini maka dia pasti meraih keutamaan
sabar yang keutamaan sabar itu adalah setengah dari keimanan dan pasti sebuah
ujian akan menjadi kebaikan yang murni.
ثُمَّ الصَّبْرُ عَلَى أَقْسَامٍ: صَبْرٌ عَلَى مَا
هُوَ كَسْبٌ لِلْعَبْدِ، وَصَبْرٌ عَلَى مَا لَيْسَ بِكَسْبٍ. فَالصَّبْرُ عَلَى
الْمُكْتَسَبِ عَلَى قِسْمَيْنِ: صَبْرٌ عَلَى مَا أَمَرَ اللّٰهُ تَعَالَى بِهِ وَصَبْرٌ
عَلَى مَا نُهِيَ عَنْهُ
Dan
sabar itu ada beberapa bagian: Sabar atas sesuatu yang sesuatu itu adalah
wilayah ikhtiar untuk seorang hamba. Dan sabar atas sesuatu yang bukan termasuk
wilayah ikhtiar hamba. Dan sabar atas wilayah ikhtiar manusia itu ada dua
bagian: Sabar atas sesuatu yang telah Allah perintahkan dengannya dan sabar
atas sesuatu yang telah dilarang darinya
وَأمَّا الصَّبْرُ عَلَى مَا لَيْسَ بِمُكْتَسَبٍ
لِلْعَبْدِ فَصَبْرُهُ عَلَى مُقَاسَاةِ مَا يَتَّصِلُ بِهِ مِنْ حُكْمِ اللهِ
فِيْمَا يَنَالُهُ فِيْهِ مَشَقَّةٌ.
Dan
adapun sabar atas sesuatu yang bukan termasuk wilayah ikhtiar hamba yakni
sabarnya hamba atas kerasnya sesuatu yang menimpa kepadanya dari takdir Allah
dalam perkara yang ia peroleh di dalamnya ada kesengsaraan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 24
(و) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ
بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: اَلزُّهْدُ خَمْسُ خِصَالٍ) مَحْمُوْدَةٍ (اَلثِّقَةُ
بِاللّٰهِ) أَيْ مَعَ حُبِّ الْفَقْرِ كَمَا قَالَهُ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ
الْمُبَارَكِ وَشَقِيْقُ الْبَلَخِيُّ وَيُوْسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، وَهٰذَا مِنْ
أَمَارَاتِ الزُّهْدِ فَإِنَّهُ لَا يَقْوَى الْعَبْدُ عَلَى الزُّهْدِ إِلَّا
بِالثِّقَةِ بِاللّٰهِ تَعَالَى
Maqolah
yang ke dua puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana
sesungguhnya mereka berkata: Zuhud itu ada lima perkara) Yang
terpuji (Yakin kepada Allah) Maksudnya disertai sikap
mencintai kefakiran sebagaimana telah berkata tentangnya Abdullah bin Mubarok
dan Syakik Al-Balkhi dan Yusuf bin Asbat, Dan ini termasuk tanda tanda
kezuhudan karena sungguh tidaklah kuat seorang hamba untuk zuhud kecuali dengan
yakin kepada Allah Ta'ala.
(وَالتَّبَرِّيْ عَنِ الْخَلْقِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ
الدَّارَانِي: اَلزُّهْدُ تَرْكُ مَا يُشْغِلُ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (وَالْإِخْلَاصُ
فِى الْعَمَلِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: لَا يَبْلُغُ
أَحَدٌ حَقِيْقَةَ الزُّهْدِ حَتَّى يَكُوْنَ فِيْهِ ثَلَاثُ خِصَالٍ: عَمَلٌ
بِلَا عِلَاقَةٍ، وَقَوْلٌ بِلَا طَمَعٍ، وَعِزٌّ بِلَا رِيَاسَةٍ
(Dan
berlepas diri dari makhluk) Yaitu sebagaimana telah berkata Abu
Sulaiman Ad-Darani: Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang menyibukkannya dari
Allah Ta'ala (Dan Ikhlas dalam beramal) Yaitu sebagaimana
telah berkata Yahya bin Mu'ad: Tidaklah seseorang mencapai hakikat zuhud hingga
ada dalam dirinya tiga sifat: Amal perbuatan tanpa pamrih dan berucap tanpa
toma' dan mulia tanpa menjadi pemimpin.
(وَاحْتِمَالُ الظُّلْمِ). عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلزَّهَادَةُ فِى
الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِتَحْرِيْمِ الْحَلَالِ وَلَا إِضَاعَةِ الْمَالِ وَلٰكِنَّ
الزَّهَادَةَ فِي الدُّنْيَا أَنْ لَا تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقَ مِنْكَ
بِمَا فِى يَدِ اللّٰهِ وَأَنْ تَكُوْنَ فِى ثَوَابِ الْمُصِيْبَةِ إِذَا أَنْتَ
أُصِبْتَ بِهَا أَرْغَبَ مِنْكَ فِيْهَا لَوْ أنَّهَا أُبْقِيَتْ لَكَ] رَوَاهُ
التُّرْمُذِيُّ وَابْنُ مَاجَه عَنْ أَبِى ذَرٍّ.
(Dan
menahan kedzoliman) Dari Nabi ﷺ
sesungguhnya Nabi bersabda: [Zuhud di dunia itu bukan dengan
mengharamkan pada yang halal dan bukan menyia-nyiakan harta akan tetapi zuhud
di dunia itu adalah hendaknya kamu tidak terbukti dengan harta yang ada di
tanganmu lebih meyakinkan dirimu dari pada harta kekayaan yang ada di
tangan Allah dan hendaknya kamu ada dalam meraih pahala musibah ketika
kamu tertimpa dengan musibah itu lebih disukai olehmu daripada musibah itu
sendiri andai benar-benar musibah itu ditetapkan padamu]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dari Abu
Dzar.
(وَالْقَنَاعَةُ بِمَا فِى الْيَدِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ الْجُنَيْدُ: اَلزُّهْدُ
خُلُوُّ الْقَلْبِ عَمَّا خَلَتْ مِنْهُ الْيَدُ. وَقَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ:
اَلزُّهْدُ فِى الدُّنْيَا قَصْرُ الْأَمَلِ لَيْسَ بِأَكْلِ الْغَلِيْظِ وَلَا
بِلُبْسِ الْعَبَاءِ وَهٰذَا مِنْ أَمَّارَاتِ الزُّهْدِ وَالْأَسْبَابِ
الْبَاعِثَةِ عَلَيْهِ فَالزَّاهِدُ لَا يَفْرَحُ بِمَوْجُوْدٍ مِنَ الدُّنْيَا
وَلَا يَتَأَسَّفُ عَلَى مَفْقُوْدٍ مِنْهَا .
(Dan
Qona'ah atas harta yang ada di tangan) Yaitu sebagaimana Imam Junaid telah
berkata: Zuhud adalah kosongnya hati dari perkara yang kosong darinya oleh
tangan. Dan Sufyan Ats-Tsauri berkata: Zuhud di dunia adalah memendekkan
lamunan bukan dengan memakan makanan yang kasar-kasar dan bukan dengan memakai
jubah dan ini hanyalah sebagin dari tanda tanda zuhud dan ini termasuk
sebab-sebab yang mendorong pada zuhud. Orang yang zuhud tidak bergembira pada
yang ada di dunia dan tidak sedih atas sesuatu yang hilang darinya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 25
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ
بَعْضِ الْعُبَّادِ أَنَّهُ قَالَ فِى الْمُنَاجَاةِ) فِى
اللَّيْلِ (إِلٰهِىْ طُوْلُ الْأَمَلِ غَرَّنِيْ) أَىْ
خَدَعَنِيْ وَقَدْ ذَمَّ اللّٰهُ الْأَمَلَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى [ذَرْهُمْ
يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ]
Maqolah
yang ke dua puluh lima (Dari sebagian dari orang-orang yang ahli
beribadah mereka berkata di dalam munajat) Di waktu malam (Wahai
tuhanku panjangnya angan-angan telah menipuku) Maksudnya menipuku dan
sungguh Allah telah mencela pada panjangnya angan-angan dengan firman Allah
Ta'ala [Biarkanlah mereka makan dan bersenang-senang dan akan
melalaikan mereka panjangnya angan-angan, Sehingga kelak mereka akan
mengetahui]
(وَحُبُّ الدُّنْيَا أَهْلَكَنِيْ) أَىْ أَوْقَعَنِيْ فِى الْمَهْلَكَةِ، رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ [مَنْ أُشْرِبَ قَلْبُهُ حُبَّ الدُّنْيَا اِلْتَاطَ
مِنْهَا بِثَلاَبٍ: شَقَاءٍ لاَ يَنْفَدُ عَنَاهُ وَحِرْصٍ لاَ يَبْلُغُ غِنَاهُ
وَأَمَلٍ لاَ يَبْلُغُ مُنْتَهَاهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ
(Dan
cinta dunia telah membinasakanku) Maksudnya telah membawaku ke dalam
kebinasaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Barang siapa yang telah diberi minum hatinya dengan cinta
dunia maka melekat dari dunia itu tiga perkara: Kecelakaan yang tidak akan
selesai sulitnya dan keserakahan yang tidak akan sampai kecukupannya dan
panjang angan-angan yang tidak akan sampai ujungnya]. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Thabrani.
(وَالشَّيْطَانُ أَضَلَّنِىْ) أَىْ أَوْقَعَنِيْ فِى طَرِيْقِ مَعْوَجٍ (وَالنَّفْسُ
الْأَمَّارَةُ بِالسُّوْءِ) أَىْ اَلَّتِيْ تَأْمُرُ بِاللَّذَاتِ
وَالشَّهَوَاتِ الْحِسِّيَّةِ وَتُجْذِبُ الْقَلْبَ إِلَى مَأْوَى الشُّرُوْرِ
وَمَنْبَعِ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيْمَةِ (عَنِ الْحَقِّ) أَىْ
اَلطَّرِيْقِ الْحَقِّ (مَنَعَتْنِيْ)
(Dan
setan telah menyesatkanku) Maksudnya ia telah menempatkanku ke
dalam jalan yang sesat (Dan nafsu yang memerintah pada keburukan) Maksudnya
nafsu yang memerintahkan pada kenikmatan materi dan pada syahwat yang buruk dan
menarik pada hati pada tempat buruk dan pada sumber akhlak-akhlak yang
tercela (Dari kebenaran) Maksudnya dari jalan kebenaran (Telah
menghalangiku)
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ
عَنْهُ: أَخَافُ عَلَيْكُمْ اِثْنَيْنِ اِتِّبَاعَ الْهَوَى وَطُوْلَ الْأَمَلِ
فَاِنَّ اتِّبَاعَ الْهَوَى يَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ وَطُوْلَ الْأَمَلِ يُنْسِى
الْآخِرَةَ. وَقَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارَانِى: أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ
خِلَافُ هَوَى النَّفْسِ
Ali
bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah berkata: Aku mengkhawatirkan kalian
pada dua hal: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, karena sesungguhnya
mengikuti hawa nafsu membuat seseorang menjauh dari kebenaran, dan panjangnya
angan-angan itu dapat membuat seseorang melupakan akhirat. Abu Suleiman
Al-Daraani berkata: Sebaik-baik amalan adalah yang bertentangan dengan hawa
nafsu.
(وَقَرِيْنُ السُّوْءِ عَلَى الْمَعْصِيَةِ
أَعَانَنِيْ) قَالَ عَدِيُ
بْنُ زَيْدٍ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:
(Dan
teman yang jahat atas kemaksiatan dia mendukung saya) Telah
berkata Adi bin Zaid dari Bahar Thowil:
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ $
فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِى
إِذَا كُنْتَ فِى قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ $
وَلَا تَصْحَبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدَّى
Kamu jangan bertanya tentang
seseorang tapi tanyakan tentang siapa teman dekatnya $ Karena
setiap teman dekat terhadap yang didekati akan meniru
Ketika kamu berada di suatu kaum maka
bersahabatlah dengan yang paling baik dari mereka $ Dan janganlah kamu bersahabat
dengan yang rendah sehingga kamu menjadi rendah bersama orang yang rendah
(فَأَغِثْنِيْ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ فَاِنْ لَمْ
تَرْحَمْنِيْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَرْحَمُنِيْ غَيْرَكَ)
(Maka
tolonglah aku wahai Allah dzat yang menolong orang-orang yang meminta
pertolongan maka jika Engkau tidak berbelas kasih kepadaku maka siapa lagi
orang yang mau berbelas kasih kepadaku selain dirimu).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 26
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ : سَيَأْتِى عَلَى أُمَّتيْ زَمانٌ يُحِبُّوْنَ الْخَمْسَ) مِنَ
الْأَشْيَاءِ (وَيَنْسَوْنَ الْخَمْسَ) مِنَ الْأُمُوْرِ (يُحِبُّوْنَ
الدُّنْيَا ويَنْسَوْنَ الْآخِرَةَ، وَيُحِبُّوْنَ الْحَيَاةَ ويَنْسَوْنَ
الْمَوْتَ)
Maqolah
yang ke dua puluh enam (Nabi ﷺ
bersabda: Akan datang atas umatku suatu zaman mereka mencintai lima) Dari
perkara (Dan mereka melupakan lima) Dari perkara (Mereka
mencintai dunia dan mereka melupakan akhirat, dan mereka mencintai hidup dan
mereka melupakan kematian).
وَعَنْ عَائِشَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [مَن
قَالَ فِى كُلِّ يَوْمٍ خَمْسًا وعَشِرْينَ مرَّةً: اللّٰهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِى
الْمَوْتِ وَفِيْمَا بَعْدَ الْمَوْتِ ثُمَّ مَاتَ عَلَى فِرَّاشِهِ أَعْطَاهُ
اللّٰهُ أَجْرَ شَهِيدٍ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dari
Aisyah Radhiallahu Anha dari Rasulullah ﷺ
bersabda: [Barang siapa yang berkata setiap hari dua puluh lima kali:
Ya Allah semoga Engkau memberkahi untukku dalam kematian dan dalam perkara
sesudah kematian kemudian dia mati di atas kasurnya maka Allah pasti akan
memberikan ia ganjaran orang mati syahid]. Telah meriwayatkan pada hadits
ini Imam Thabrani.
(وَيُحِبُّونَ الْقُصُوْرَ) وَهِيَ دِيَارٌ كَبِيْرَةٌ مُحَصَّنَةٌ
بِالْحِيْطَانِ (ويَنْسَوْنَ القُبُورَ) وَأَهْوَالَهَا (ويُحِبُّوْنَ
الْمَالَ ويَنْسَوْنَ الْحِسَابَ)
(Dan
mereka akan mencintai gedung-gedung tinggi) Yaitu bangungan-bangunan
yang besar yang dibentengi dengan tembok (Dan mereka akan melupakan
qubur) dan kengerian kubur (Dan mereka akan mencintai harta
dan mereka akan melupakan hisab).
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [الزُّهْدُ أَنْ
تُحِبَّ مَا يُحِبُّ خَالِقُكَ وأَنْ تُبْغِضَ مَا يُبْغِضُ خَالِقُكَ وأَنْ
تَخْرُجَ مِنْ حَلَالِ الدُّنْيَا كَمَا تَخْرُجُ مِنْ حَرَامِهَا، فَإِنَّ
حَلَالَهَا حِسَابٌ وحَرَامَهَا عَذَابٌ، وَأَنْ تَرْحَمَ الْمُسْلِمِيْنَ كَمَا
تَرْحَمُ نَفْسَكَ، وأَنْ تَتَحَرَّجَ عَنِ الْكَلَامِ فِيْمَا لَا يَعْنِيْكَ
كَمَا تَتَحَرَّجُ مِنَ الْحَرَامِ،
Diriwayatkeun
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Zuhud
adalah hendaknya kamu mencintai sesuatu yang penciptamu cintai dan hendaknya
kamu membenci sesuatu yang penciptamu benci dan hendaknya kamu meninggalkan
dari halalnya dunia sebagaimana engkau meninggalkan dari haramnya dunia, karena
sesungguhnya halalnya dunia itu adalah hisab dan haramnya dunia itu adalah
adzab, dan hendaknya kamu berbelas kasih kepada umat islam sebagaimana kamu
berbelas kasih pada dirimu sendiri, dan hendaknya kamu menghindari
perkataan-perkataan mengenai sesuatu yang tidak berguna untukmu sebagaimana
kamu menghindari keharaman
وَأَنْ تَتَحَرَّجَ عَنْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ كَمَا
تَتَحَرَّجُ عَنِ الْمَيْتَةِ الَّتِي اشْتَدَّ نَتْنُهَا، وأَنْ تَتَحَرَّجَ مِنْ
حُطَامِ الدُّنْيَا وزِيْنَتِهَا كَمَا تَتَحَرَّجُ مِنَ النَّارِ، وأَنْ
تُقَصِّرَ أَمَلَكَ فِي الدُنْيَا فَهْذَا هُوَ الزُّهْدُ في الدُّنْيا] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Dan
hendaknya kamu menghindar dari banyak makan sebagaimana kamu menghindar dari
bangkai yang sangat kuat busuknya, dan hendaknya kamu menghindar dari
menumpuk-numpuk dunia dan gemerlapnya dunia sebagaimana kamu menghindar dari
neraka, dan hendaknya kamu memendekkan angan-angan kosongmu tentang dunia maka
ini adalah zuhud di dunia]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ad-Dailami.
(وَيُحِبُّوْنَ الْخَلْقَ ويَنْسَوْنَ الْخَالِقَ) فَالشَّخْصُ إِذَا أَمَلَ نَسِيَ الْمَوْتَ
وَأَهْوَالَ الْآخِرَةِ وَرَغِبَ فِى الدُّنْيَا وَعِشْرَةِ الْخَلْقِ فَيَقْسُوْ
قَلْبُهُ ضَرُوْرَةً وَيَنْشَأُ عَنْهَا تَرْكُ الطَّاعَةِ وَالْكَسَلُ عَنْ زَادِ
الْآخِرَةِ وَالتَّسْوِيْفُ بِالتَّوْبَةِ،
(Dan
mereka akan mencintai makhluk dan mereka akan melupakan sang pencipta) Karena
seseorang ketika ia berangan-angan maka pasti ia akan lupa pada kematian dan
lupa pada kengerian akhirat dan ia akan suka pada dunia dan suka bersama
makhluk sehingga akan menjadi keras hatinya karena kebutuhan, dan akan timbul
dari sikap yang demikian itu meninggalkan keta'atan dan malas beribadah untuk
bekal akhirat dan menunda-nunda pada taubat.
وَمَرَّ ﷺ بِمَجْلِسٍ قَدْ اِسْتَعْلَاهُ الضَّحِكُ،
فَقَالَ: [شُوْبُوْا مَجَالِسَكُمْ بِمُكَدِّرِ اللَّذَّاتِ، قَالُوْا:
ومَا مُكَّدِّرُ اللَّذَّاتِ؟ قَالَ: الْمَوْتُ].
Telah
lewat Nabi ﷺ pada suatu majlis yang benar-benar telah
memenuhi pada majlis itu gelak tawa, lalu Nabi bersabda: [Campurkanlah
oleh kalian pada majlis-majlis kalian dengan sesuatu yang dapat mengganggu
kenikmatan, mereka berkata: apa yang dapat mengganggu kenikmatan? Nabi
bersabda: Mati].
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 27
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ
يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ اَلرَّازِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ فِى الْمُنَاجَاةِ: إِلٰهِيْ
لَا يَطِيْبُ اللَّيْلُ إِلَّا بِمُنَاجَاتِكَ) قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ
اللّٰهُ وَجْهَهُ وَرَضِيَ عَنْهُ فِى مُنَاجَاتِهِ مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ:
Maqolah
yang ke dua puluh tujuh (Telah berkata Yahya bin Muadz Ar-Razi
Rahimahullah dalam munajatnya: Wahai tuhanku tidaklah indah suatu malam kecuali
dengan bermunajat kepadamu) Telah berkata Ali Karramallahu Wajhahu Wa
Radhiallahu Anhu dalam munajatnya dari Bahar Wafir:
أَلَمْ تَسْمَعْ بِفَضْلِكَ يَا مُنَائِيْ $ دُعَاءَ
مَنْ ضَعِيْفٍ مُبْتَلَاءٍ
غَرِيْقٍ فِى بِحَارِ الْهَمِّ حُزْنًا $
أَسِيْرٍ بِالذُّنُوْبِ
وَبِالْخَطَاءِ
أُنَادِيْ بِالتَّضَرُّعِ كُلَّ يَوْمٍ $ مُجِدًّا بِالتَّبَهُّلِ وَالدُّعَاءِ
لَقَدْ ضَاقَتْ عَلَيَّ الْأَرْضُ طُرًّا $
وَأَهْلُ الْأَرْضِ مَا عَرَفُوْا دَوَائِيْ
فَخُذْ بِيَدِيْ فَإِنِّيْ مُسْتَجِيْرٌ $
بِعَفْوِكَ يَا عَظِيْمُ وَيَا
رَجَائِيْ
أَتَيْتُكَ بَاكِيًا فَارْحَمْ بُكَائِيْ $ حَيَاءً مِنْكَ أَكْثَرُ مِنْ خَطَائِيْ
وَلِيْ هَمٌّ وَأَنْتَ لِكَشْفِ هَمِّيْ $
وَلِيْ دَاءٌ وَأَنْتَ دَوَاءُ
دَائِيْ
وَأَيْقَظَنِيْ الرَّجَاءُ فَقُلْتُ رَبِّيْ $
رَجَائِيْ أَنْ تُحَقِّقَ لِيْ
رَجَائِيْ
جَزَائِيْ أَنْ تُعَذِّبَنِيْ وَلَكِنْ $ أَلُوْذُ بِحُسْنٍ مِنْكَ يَا رَجَائِيْ
تَفَضَّلْ سَيِّدِيْ بِالْعَفْوِ$ عَنِّيْ فَإِنِّيْ فِى بَلَاءٍ مُبْتَلَائِيْ
Tidakkah engkau mendengar dengan
anugrahmu wahai dzat yang jauh $
Doa orang yang lemah yang terkena
musibah
Terpenjara karena dosa-dosanya dan
karena kesalahannya $
Yang tenggelam dalam lautan sumpek
karena sedih
Sambil mengagung-agungkan dengan
merendah dan berdoa $
Aku menyeru dengan merendah setiap
hari
Sedangkan penduduk bumi mereka tidak
mengetahui obatku $ Dan benar-benar sempit atasku bumi semuanya
Dengan sifat
maafmu wahai dzat yang maha agung dan wahai dzat yang menjadi harapanku $ Maka raihlah tanganku sungguh aku
memohon perlindungan
Karena malu olehmu yang lebih banyak
tangisan itu dibandingkan kesalahanku $ Aku datang menghadapmu sambil menangis maka kasihanilah
tangisanku
Dan bagiku ada penyakit dan engkau
adalah obat dari penyakitku $
Dan bagiku ada kesumpekan dan Engkau
dapat menghilangkan kesumpekanku
Harapanku adalah Engkau wujudkan
untukku harapanku $
Telah membangunkan aku harapan
sehingga aku berkata Yaa Rabbii
Aku berlindung dengan kebaikan
darimu wahai pengharapanku $
Balasan untuk ku adalah Engkau
mengadzabku akan tetapi
Karena sesungguhnya aku berada dalam
musibah yang menimpaku $
Silahkan wahai tuanku untuk
memaafkan aku
(وَلَا
يَطِيْبُ النَّهَارُ إِلَّا بِطَاعَتِكَ) أَيْ بِمُوَافَقَةِ أَمْرِكَ (وَلَا
تَطِيْبُ الدُّنْيَا إِلَّا بِذِكْرِكَ) رُوِيَ أَنَّهُ قَالَ [إِنَّ
الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلاَّ ذِكْرَ اللهِ وَمَا
وَالَاهُ وَعَالِمًا وَمُتَعَلِّمًا] رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ
مَاجَه
(Dan
tidaklah indah siang hari kecuali dengan ta'at kepadamu) Maksudnya
dengan setuju pada perintahmu (Dan tidaklah indah dunia kecuali dengan
berdzikir kepadamu).Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya dunia itu terlaknat. Terlaknat
apa yang ada di dalamnya kecuali mengingat kepada Allah dan perkara yang
berhubungan padanya dan orang yang berilmu dan orang yang mencari ilmu].
Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Majah
(وَلَا تَطِيْبُ الْآخِرَةُ إِلَّا بِعَفْوِكَ وَلَا
تَطِيْبُ الْجَنَّةُ إِلَّا بِرُؤْيَتِكَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [لَمَّا اَهْبَطَ
اللهُ آدَمَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى اْلأَرْضِ حَزِنَ عَلَيْهِ كُلُّ شَيْئٍ
جَاوَرَهُ إِلاَّ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ فَأَوْحَى اللهُ إِلَيْهِمَا:
(Dan
tidaklah indah akhirat kecuali dengan ampunanmu dan tidaklah indah surga
kecuali dengan melihatmu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Ketika Allah menurunkan
Nabi Adam dari surga ke bumi maka menangis karenanya segala sesuatu yang dekat
dengannya kecuali emas dan perak kemudian Allah mewahyukan kepada emas dan
perak:
إِنَّيْ جَاوَرْتُكُمَا بِعَبْدٍ مِنْ عَبِيْدِيْ ثُمَّ
أَهْبَطْتُّهُ مِنْ جِوَارِكُمَا فَحَزِنَ عَلَيْهِ كُلُّ شَيْئٍ جَاوَرَهُ إِلاَّ
أَنْتُمَا
Sesungguhnya
aku telah menjadikan kalian berdua dekat dengan seorang hamba dari
hamba-hambaku kemudian aku menurunkan hamba itu dari lingkungan kalian berdua
kemudian sedih karenanya setiap perkara yang dekat dengannya kecuali kalian
berdua
فَقَالاَ إِلٰهَنَا وَسَيِّدَنَا أَنْتَ أَعْلَمُ
أَنَّكَ جَاوَرْتَنَا بِهِ وَهُوَ لَكَ مُطِيْعٌ فَلَمَّا عَصَاكَ لَمْ نَحْزَنْ
عَلَيْهِ
Kemudian
emas dan perak berkata: Wahai tuhan kami dan tuan kami anda adalah yang lebih
mengetahui sesungguhnya anda menjadikan kami berdua dekat dengannya dan ia taat
kepadamu maka ketika ia bermaksiat kepadamu maka kami tidak sedih
karenanya
فَأَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِمَا وَعِزَّتِيْ وَجَلَالِيْ
لَأُعِزَّنَّكُمَا حَتَّى لاَ يُنَالَ كُلُّ شَيٍ إِلاَّ بِكُمَا( رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ
Kemudian
Allah mewahyukan kepada emas dan perak: Demi keagunganku dan demi kemuliaan ku
sungguh aku akan menjadikan kalian berdua agung sehingga tidak bisa diraih
setiap perkara kecuali melalui kalian berdua]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
بَابُ السُّدَاسِيِّ
وَفِيْهِ سَبْعَ عَشْرَةَ مَوْعِظَةً، ثِنْتَانِ
خَبَرَانِ، وَالْبَاقِي آثَارٌ.
Dalam
bab ini ada tujuh belas mau'idhoh, Dua adalah hadits dan sisanya adalah atsar
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 1
اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ) ﷺ (سِتَّةُ
أَشْياءَ هُنَّ غَرِيْبَةٌ) أَيْ بَعِيْدَةٌ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ (فِى
سِتَّةِ مَوَاضِعَ: اَلْمَسْجِدُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمَسْجِدُ
مَبْنِيًّا (فِيْمَا بَيْنَ قَوْمٍ لَا يُصَلُّوْنَ فِيْهِ) أَيْ
فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ
Maqolah
yang pertama (Telah bersabda Nabi) ﷺ (Ada
enam perkara, enam perkara itu adalah asing) Maksudnya jauh dari
kesesuaian (Pada enam tempat: Masjid itu asing) jika terbukti
masjid itu dibangun (Pada tempat di antara kaum yang mereka tidak
sholat di dalamnya) Maksudnya di dalam masjid itu.
(وَالْمُصْحَفُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمُصْحَفُ مَوْضُوْعًا (فِى
مَنْزِلِ قَوْمٍ لَا يَقْرَؤُوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ
الْمُصْحَفِ (وَالْقُرْآنُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ
مَحْفُوْظًا (فِى جَوْفِ الْفَاسِقِ) أَيْ فِى قَلْْبِ مَنْ
اِعْتَقَدَهُ وَشَهِدَهُ وَلَمْ يَعْمَلْ بِمَا فِيْهِ
(Dan
mushaf itu asing) Jika terbukti mushaf itu
disimpan (Di rumah kaum yang mereka tidak membaca padanya) Maksudnya
pada mushaf itu (Dan Al-Qur'an itu asing) Jika terbukti
Al-quran itu dihafal (Di dalam hati orang yang fasik) Maksudnya
dalam hati orang yang meyakininya dan bersaksi padanya dan ia tidak mengamalkan
pada apa yang ada di dalamnya.
(وَالْمَرْأَةُ الْمُسْلِمَةُ الصَّالِحَةُ) أَيْ اَلْمُطِيْعَةُ لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ
الْمُحْسِنَةُ لِلْأُمُوْرِ (غَرِيْبَةٌ فِى يَدِ رَجُلٍ ظَالِمٍ) أَيْ
إِذَا كَانَتْ فِى عِصْمَةِ زَوْجٍ مُجَاوِزٍ عَنِ الْحَقِّ إِلَى
الْبَاطِلِ (سَيِّئِ الْخُلُقِ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [أَحَبُّكُمْ
إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا اَلْمُوَطِّئُوْنَ أَكْنَافًا الَّذِيْنَ
يَأُلَفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ] اه.
(Dan
seorang wanita muslimah yang sholihah) Maksudnya yang ta'at kepada Allah
dan ta'at kepada Rasul yang bagus dalam berbagai hal (Itu asing di
tangan seorang lelaki yang dzolim) Maksudnya Jika terbukti wanita
sholihah itu dalam ikatan seorang suami yang melewati batas kebenaran melakukan
kebatilan (Yang buruk akhlaknya) Telah bersabda Nabi ﷺ : [Orang yang paling dicintai di
antara kalian olehku adalah orang yang paling baik di antara kalian akhlaknya
yang menundukkan pundaknya yang mengakrabi dan diakrabi].
وَحُسْنُ الْخُلُقِ أَنْ يَكُوْنَ سَهْلَ الْعَرِيْكَةِ
لَيِّنَ الْجَانِبِ طَلِيْقَ الْوَجْهِ قَلِيْلَ الْفَوْرِ طَيِّبَ الْكَلِمَةِ.
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [أَهْلُ الْجَنَّةِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ
سَهْلٍ طَلْقٍ].
Akhlak
yang baik adalah akhlak yang terbukti sederhana karakternya, lemah lembut
sikapnya, ceria wajahnya, sedikit sifat kerasnya, bagus perkataannya.
Telah bersabda Rasulullah ﷺ [Ahli surga
adalah setiap orang yang tidak kaku perangainya, yang lemah lembut, yang
entengan dan yang ceria].
(وَالرَّجُلُ الْمُسْلِمُ الصَّالِحُ غَرِيْبٌ فِى يَدِ
امْرَأَةٍ رَدِيَّةٍ) أَيْ
إِذَا كَانَ فِى مُعَاشَرَةِ امْرَأَةٍ وَضِيْعَةٍ فِى الْحَسَبِ حَقِيْرَةٍ فِى
النَّسَبِ (سَيِّئَةِ الْخُلُقِ)
(Dan
seorang lelaki muslim yang sholeh itu asing di tangan seorang wanita yang hina) Maksudnya
jika terbukti lelaki sholih itu hidup bersama seorang wanita yang hilang garis
keturunan leluhurnya dan rendah nasabnya (Yang jelek akhlaknya).
قَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلْحَسَنُ الْخُلُقِ مِنْ
نَفْسِهِ فِى رَاحَةٍ وَالنَّاسُ مِنْهُ فِى سَلَامَةٍ، وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ
مِنَ النَّاسِ مِنْهُ فِى بَلَاءٍ وَهُوَ مِنْ نَفْسِهِ فِى عَنَاءٍ (وَالْعَالِمُ
غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مُقِيْمًا (بَيْنَ قَوْمٍ لَا
يَسْتَمِعُوْنَ إِلَيْهِ) أَيْ لَا يُلْقُوْنَ السَّمْعَ إِلَى
حَدِيْثِهِ.
Sebagian
ahli balaghoh berkata: Orang yang berakhlak baik dari dirinya sendiri itu ada
dalam ketenangan dan manusia darinya itu dalam keselamatan sedangkan orang yang
berakhlak buruk dari manusia karenanya itu dalam bencana dan dia karena dirinya
itu dalam kesulitan (Dan orang yang alim itu terasing) Jika
terbukti orang alim itu bermukim (Di antara kaum yang mereka tidak mau
mendengarkan padanya) Maksudnya mereka tidak menerima untuk mendengar
pada nasihatnya.
(ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ: [إِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ) أَيْ هٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ لَا
يُصْغُوْنَ إِلَى كَلَامِ الْعَالِمِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ
الرَّحْمَةِ])
(Kemudian
Nabi Alaihis Sholatu Wassalam bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak
melihat kepada mereka) Maksudnya kepada kaum ini yang
mereka tidak mendengarkan pada perkataan orang yang alim (Pada hari
kiamat dengan pandangan kasih sayang])
وَيُحْتَمِلُ أَنْ يَرْجِعَ الضَّمِيْرُ إِلَى
الْمَذْكُوْرِيْنَ أَوَّلًا وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُصَلُّوْا فِى ذٰلِكَ
الْمَسْجِدِ وَلَمْ يَقْرَؤُوْا فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ، وَالْخَارِجُ عَنْ أَمْرِ
اللّٰهِ وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ الرَّجُلِ وَالْمَرْأَةِ وَمَنْ لَمْ
يَتَّبِعْ كَلَامَ الْعَالِمِ.
Dan
memungkinkan untuk merujuk dhomir pada orang-orang yang disebutkan di awal dan
mereka adalah orang-orang yang tidak sholat di masjid itu dan mereka tidak
membaca pada mushaf itu, dan mereka keluar dari perintah Allah dan orang yang
buruk akhlaknya dari lelaki dan perempuan dan orang yang tidak mengikuti
perkataan orang yang alim.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ : سِتَّةٌ) مِنَ النَّاسِ (لَعَنْتُهُمْ
وَلَعَنَهُمُ اللّٰهُ تَعالَى) دُعَاءٌ مِنْهُ ﷺ عَلَيْهِمْ
Maqolah
yang ke dua (Telah bersabda Nabi ﷺ:
Enam) Dari manusia (Aku melaknat mereka dan Allah ta'ala
melaknat mereka) Ini adalah doa dari Nabi ﷺ
kepada mereka.
(وَكُلُّ نَبِيٍّ مُجَابِ الدَّعَوَاتِ) وَفِى الْجَامِعِ الصَّغِيْرِ: مُجَابٌ بِحَذْفِ
الْمُضَافِ إِلَيْهِ: أَيْ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى وَمِنَ الْخَلْقِ، وَرُوِيَ
بِيَاءِ تَحْتِيَةٍ بَدَلُ الْمِيْمِ. وَالْجُمْلَةُ مِنَ الْمُبْتَدَأِ
وَالْخَبَرِ حَالٌ مِنْ فَاعِلِ لَعَنْتُهُمْ.
(Dan
melaknat juga setiap Nabi yang diijabah doa-doanya) Dan
dalam kitab Jami'us Shogir: Lafadz مُجَابٌ dengan
membuang mudhof ilaih : Maksudnya dari Allah Ta'ala dan dari makhluk. Dan diriwayatkan
dengan huruf ي yang
bertitik di bawah sebagai badal dari huruf mim. Dan jumlah dari mubtada dan
khobar itu menjadi hal dari fa'il yang ada pada lafadz لَعَنْتُهُمْ.
(الزَّائِدُ فِى كِتَابِ اللّٰهِ تَعَالَى) أَيْ مَنْ يُدْخِلُ فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ
وَيُؤَوِّلُهُ بِمَا لَا يَصِحُ
(Orang
yang menambah-nambah pada kitab Allah Ta'ala) Maksudnya
orang yang memasukkan ke dalam Al-Quran kalimat-kalimat yang bukan termasuk
Al-quran dan mentakwil-takwil Al-Quran dengan takwilan yang tidak benar
(والْمُكَّذِّبُ بِقَدَرِ اللّٰهِ تَعالَى) وَهُوَ تَعَلُّقُ الْإِرَادَةِ الذَّاتِيَّةِ
بِالْأَشْيَاءِ فِى أَوْقَاتِهَا الْخَاصَّةِ فَتَعْلِيْقُ كُلِّ حَالٍ مِنْ
أَحْوَالِ الْأَعْيَانِ بِزَمَانٍ مُعَيَّنٍ وَسَبَبٍ مُعَيَّنٍ عِبَارَةٌ عَنِ
الْقَدَرِ
(Dan
orang yang mendustakan takdir Allah Ta'ala) Takdir adalah
hubungan kehendak Allah dengan sesuatu pada waktu-waktunya yang telah
ditentukan. Maka menggantungkan setiap keadaan dari keadaan keadaan suatu
perkara dengan zaman yang telah ditentukan dan dengan sebab yang telah
ditentukan itu adalah ibarat dari takdir.
(وَالْمُتَسَلِّطُ بِالْجَبَرُوْتِ) بِفَتْحِ الْبَاءِ أَيْ بِالْكِبَرِ
وَالْقَهْرِ (فَيُعِزُّ) بِذٰلِكَ (مَنْ أَذَلَّهُ
اللّٰهُ تعالَى) وَهُمْ أَهْلُ الْبَاطِلِ. (وَيُذِلُّ مَنْ
أَعَزَّهُ اللهُ) وَهُمْ أَهْلُ الْحَقِّ، قَوْلُهُ: فَيُعِزُّ
بِالْفَاءِ عَطْفُ تَفْسِيْرٍ وَفِى نُسْخَةٍ بِاللَّامِ
(Dan
orang yang berkuasa dengan semana-mena) Dengan
membaca fathah pada huruf ba Maksudnya dengan kesombongan dan memaksa (Maka
ia memuliakan) Dengan kekuasaannya (Orang yang telah
menghinakan kepadanya Allah Ta'ala) Dan mereka adalah orang-orang yang
batil. (Dan ia merendahkan orang yang telah memuliakan kepadanya Allah) Dan
mereka adalah orang-orang yang benar. Perkataan mushonnif : Lafadz فَيُعِزُّ dengan
huruf ف
adalah athof sebagai penjelas dan dalam suatu naskh dengan huruf ل.
(وَالْمُسْتَحِلُّ لِحَرَمِ اللّٰهِ تَعَالَى) بِفَتْحِ الْحَاءِ وَالرَّاءِ: أَيْ حَرَمِ
مَكَّةَ وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى الْحَرَمِ مَا يَحْرُمُ فِعْلُهُ
(Dan
orang yang telah menghalalkan pada apa yang telah Allah Ta'ala haramkan) Dengan
memfathahkan huruf ح dan ر :
Maksudnya tanah suci mekkah dan ia adalah orang yang melakukan di tanah suci
segala sesuatu yang haram dikerjakannya.
(وَالْمُسْتَحِلُّ مِنْ عِتْرَتِيْ) أَيْ ذُرِّيَّتِيْ وَقَرَابَتِيْ (مَا
حَرَّمَ اللّٰهُ) وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى ذُرِّيَّةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ
مَا يُحْرَمُ فِعْلُهُ مِنَ الْمَعَاصِي وَالْمَظَالِمِ
(Dan
orang yang menghalalkan di antara keturunanku) Maksudnya
keturunanku dan kerabat-kerabatku (apa-apa yang telah Allah haramkan) Yaitu
orang yang melakukan pada keturunan Rasulullah ﷺ
apa-apa yang haram mengerjakannya dari berbagai macam kemaksiatan dan berbagai
macam kedzholiman.
(وَالتَّارِكُ لِسُنَّتِيْ) بِالْإٍعْرَاضِ عَنْهَا اِسْتِخْفَافًا (فَإِنَّ
اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ
الرَّحْمَةِ) رَوَى هٰذَا الْحَدِيْثَ التُّرْمُذِيُّ وَالْحَاكِمُ عَنْ
عَائِشَةَ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَلِيٍ.
(Dan
orang yang meninggalkan sunahku) Dengan berpaling dari sunahku karena
meremehkan (Karena sesungguhnya Allah tidak memandang enam golongan itu
pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang) Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Turmudi dan Imam Hakim dari Aisyah dan Imam hakim dari
Ali.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ أَبُوْ
بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ) رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ (إِنَّ إِبْلِيْسَ
قَائِمٌ أَمَامَكَ) يَقُوْدُكَ إِلَى الْبَاطِلِ (وَالنَّفْسَ
عَنْ يَمِيْنِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانَ يَمِيْنِكَ فِى الْجُلُوْسِ
إِلَى مَكَانٍ آخَرَ
Maqolah
yang ke tiga (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu
Anhu (Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu) Iblis
menuntun kamu pada yang batil (Dan nafsu itu berdiri di bagian
kananmu) Maksudnya melewati tempat sebelah kananmu ketika duduk ke
tempat yang lain.
(وَالْهَوَى عَنْ يَسَارِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزٌ مَكَانَ يَسَارِكَ إِلَى
مَكَانٍ آخَرَ (وَالدُّنْيَا مِنْ خَلْفِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ
مَكَانًا خَلْفَكَ إِلَى مَكَانٍ آَخَرَ (وَالْأَعْضَاءُ عَنْ حَوْلِكَ) أَيْ
مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا حَوْلَكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ
(Dan
hawa itu berdiri di bagian kirimu) Maksudnya hawa melewati tempat
sebelah kirimu ketika duduk ke tempat yang lain (Dan dunia itu berdiri
di bagian belakangmu) Maksudnya melewati tempat belakangmu pada tempat
yang lain (Dan anggota tubuh itu berdiri di sekitarmu) Maksudnya
melewat pada tempat disekitarmu pada tempat yang lain
(وَالْجَبَّارُ فَوْقَكَ) يَعْنِيْ بِالْقُدْرَةِ لَا بِالْمَكَانِ
لِاسْتِحَالَتِهِ عَلَيْهِ تَعَالَى فَاللّٰهُ يُقْهِرُكَ إِلَى مُرَادِهِ
تَعَالَى (فَإِبْلِيْسٌ لَعَنَهُ اللّٰهُ يَدْعُوْكَ إِلَى تَرْكِ
الدِّيْنِ) أَيْ اَلشَّرِيْعَةُ (وَالنَّفْسُ) أَيْ
اَلْأَمَّارَةُ (تَدْعُوْكَ إِلَى الْمَعْصِيَةِ).
(Dan
dzat yang maha perkasa berdiri di bagian atasmu) Yakni
dengan kekuasaan bukan pada tempat karena mustahilnya sebuah tempat pada Allah
Ta'ala maka Allah maha memaksa kamu pada sesuatu yang Allah ta'ala
inginkan (Maka Iblis itu semoga Allah melaknatnya mengajak kamu untuk
meninggalkan agama) Maksudnya syariat (Dan nafsu itu) Maksudnya
nafsu Ammarah (mengajakmu untuk bermaksiat).
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ضَرَبَ اللهُ تَعالَى
مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وعَلَى جَنْبَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ فِيْهِمَا
أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاةٌ وعَلَى بَابٍ
الصِّرَاطِ دَاعِ
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah
Ta'ala telah membuat satu perumpamaan jalan yang lurus dan di kedua sisi jalan
itu ada dua pagar pada kedua pagar itu ada pintu-pintu yag dibuka dan pada
pintu-pintu itu ada tabir yang halus dan di pintu sirot ada penyeru
يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوْا الصِّرَاطَ
جَمِيعًا ولَا تَتَعَرَّجُوْا، وَدَاعٍ يَدْعُوْ مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ فَإِذَا
أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئَا مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ
Wahai
umat manusia masuklah kejalan yang lurus semuanya dan janganlah kalian naik dan
penyeru di atas sirot maka ketika manusia ingin membuka sesuatu dari pintu
pintu itu
قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ
تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، فَالصِّرَاطُ الإِسْلَامُ، والسُّورَانِ حُدُوْدُ اللهِ،
والْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللّٰهِ، وَذٰلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ
الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ، والدَّاعِي مِنْ فَوْقُ وَاعِظُ اللّٰهِ فِى قَلْبِ
كُلِّ مُسْلِمٍ] رَوَاهُ
أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ.
Orang
yang menyeru berkata: Celakalah kamu, janganlah kamu membukanya karena jika
kamu membukanya maka kamu akan masuk ke dalamnya. Jalan yang lurus adalah Islam
dan dua pagar adalah batas ketentuan Allah dan pintu-pintu yang dibuka adalah
larangan-larangan Allah dan penyeru yang di depan jalan itu adalah kitabullah
dan penyeru yang berada di atas adalah nasihat Allah dalam hati setiap muslim]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Muslim.
(وَالْهَوَى يَدْعُوْكَ إِلَى الشَّهْوَاتِ) أَيْ إِلَى مُرَادَاتِهَا (وَالدُّنْيَا
تَدْعُوْكَ إِلَى اِخْتِيَارِهَا) وَتَقْدِيْمِهَا (عَلَى
الْآخِرَةِ) قَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
(Dan
hawa itu mengajakmu menuju syahwat) Maksudnya menuju
keinginan-keinginan hawa (Dan dunia itu mengajakmu untuk memilihnya) dan
mendahulukannya (Dari pada akhirat)
Telah
berkata seorang penyair dari bahar basit :
سُبْحَانَ مَنْ أَنْزَلَ الْأَيَّامَ
مَنْزِلَهَا $ وَصَيَّرَ النَّاسَ
مَرْفُوْضًا وَمَرْفُوْقًا
Maha
suci Allah yang menempatkan hari hari pada tempatnya $ Dan
maha suci Allah yang telah menjadikan manusia ditolak dan dimulyakan
فَعَاقِلٌ فَطِنٌ أَعْيَتْ مَذَاهِبُهُ $ وَجَاهِلٌ
خَرِقٌ تَلْقَاهُ مَرْزُوْقًا
Dan ada orang bodoh yang menuruti hawa nafsu engaku
menemukan orang bodoh itu diberi rizki $ Maka
ada orang yang berakal yang cerdas yang merepotkan jalan-jalan kehidupannya
هٰذَا الَّذِيْ تَرَكَ
الْأَلْبَابَ حَائِرَةً $ وَصَيَّرَ
الْعَاقِلَ النَّحْرِيْرَ زِنْدِيْقًا
Inilah
yang membuat akal fikiran menjadi bingung
$ Dan ini yang menjadikan
orang berakal yang pakar menjadi ingkar syariat
وَقَالَ
الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوْءِ
:
Telah berkata seorang penyair dari bahar
kamil yang dikurangi satu wazan:
اَلنَّاسُ مِثْلُ زَمَانِهِمْ $ قَدُّ الْحِدَاءِ عَلَى
مِثَالِهِ
Manusia
adalah perumpamaan zamannya $ Ukuran sepatu itu
seperi manusia
وَرِجَالُ دَهْرِكَ مِثْلُ
دَهْ $ رِكَ
فِى تَقَلُّبِهِ وَحَالِهِ
Dan
seseorang di zamanmu adalah perumpamaan zamanmu $ Dalam berbulak baliknya
zaman itu
وَكَذَا إِذَا فَسَدَ الزَّمَانُ $ جَرَى الْفَسَادُ عَلَى
رِجَالِهِ
Maka
berjalan kerusakan itu kepada orang-orang pada zaman itu $ Dan demikian ketika sudah
rusak suatu zaman
(وَالْأَعْضَاءُ
تَدْعُوْكَ إِلَى الذُّنُوْبِ، وَالْجَبَّارُ) جَلَّ وَعزَّ (يَدْعُوْكَ إِلَى الْجَنَّةِ
وَالْمَغْفِرَةِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ
ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة:
الآية ٢٢١] فَمَنْ أَجَابَ إِبْلِيْسَ) أَيْ دُعَاءَهُ (ذَهَبَ
عَنْهُ الدِّيْنُ) أَيْ اَلْمِلَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ
(Dan anggota badan itu mengajakmu untuk
berbuat dosa, dan dzat yang maha perkasa) Jalla Wa
Azza (Itu mengajakmu menuju surga dan ampunan Allah Ta'ala
berfirman: ﴾Mereka mengajak
menuju neraka sedangkan Allah mengajak menuju surga dan ampunan dengan
izin-Nya ﴿ [Q.S Al-Baqarah: Ayat
221] Maka barang siapa yang memenuhi Iblis) Maksudnya pada ajakan
Iblis (Maka hilang darinya agama) Maksudnya agama Nabi
Muhammad
(وَمَنْ أَجَابَ النَّفْسَ ذَهَبَ عَنْهُ الرُّوْحُ) أَيْ اَلْإِنْسَانُ، وَهِيَ لَطِيْفَةٌ
عَالِمَةٌ مُدْرِكَةٌ رَاكِبَةٌ عَلَى الرُّوْحِ الْحَيَوَانِيُّ الَّذِيْ هُوَ
جِسْمٌ لَطِيْفٌ مَنْبَعُهُ تَجْوِيْفُ الْقَلْبِ الْجِسْمَانِيُّ يَنْتَشِرُ
بِوَاسِطَةِ الْعُرُوْقِ إِلَى سَائِرِ أَجْزَاءِ الْبَدَنِ
(Dan barang siapa yang memenuhi ajakan nafsu
maka hilang darinya kerohanian) Maksudnya kemanusiaan. Ruh adalah
sesuatu yang lembut yang dapat mengetahui yang dapat menangkap yang naik di
atas ruh yang bersifat kehewanan yang ruh itu adalah wujud yang lembut.
Sumbernya adalah rongga hati yang bersifat jasmani menyebar keseluruh tubuh
melalui pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh.
(وَمَنْ أَجَابَ الْهَوَى ذَهَبَ عَنْهُ الْعَقْلُ) وَهُوَ قُوَّةٌ لِلنَّفْسِ النَّاطِقَةُ الَّتِيْ
يُشِيْرُ إِلَيْهَا كُلُّ أَحَدٍ بِقَوْلِهِ أَنَا وَهُوَ آلَةٌ لَهَا فِى
الْفِعْلِ بِمَنْزِلَةِ السِّكِيْنِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْقَاطِعِ
(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan
nafsu maka hilang darinya akal) Dan akal adalah kekuatan bagi jiwa yang
bisa berfikir yang memberi isyarat kepadanya setiap orang dengan perkataan saya
dan akal adalah alat untuk jiwa dalam pekerjaan semartabat dengan pisau dengan
menisbatkan pada orang yang memotong.
(وَمَنْ أَجَابَ الدُّنْيَا ذَهَبَتْ عَنْهُ الْآخِرَةُ) لِأَنَّهَا ضَرَّتُهَا (وَمَنْ أَجَابَ الْأَعْضَاءَ
ذَهَبَتْ عَنْهُ الْجَنَّةُ).
(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan
dunia maka hilang darinya akhirat) Karena sesungguhnya dunia itu merusak
akhirat (Dan barang siapa yang memenuhi panggilan badan maka hilang
darinya surga)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ عَبْدٍ إِلَّا
وَلَهُ بَيْتَانِ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ وبَيْتٌ فِي النَّارِ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ
فَيَبْنِي بَيْتَهُ فِى الجَنَّةِ ويَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى النَّارِ، وأَمَّا
الْكَافِرُ فَيَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى الْجَنَّةِ ويَبْنِي بَيْتَهُ فِى النَّارِ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah dari seorang
hamba melainkan baginya ada dua rumah satu rumah di surga dan satu rumah di
neraka. Adapun seorang mu'min maka dia membangun rumahnya di surga dan
merobohkan rumahnya di neraka. Dan adapun orang kafir dia merobohkan rumahnya
di surga dan membangun rumahnya di neraka] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ أَجَابَ اللّٰهَ تَعَالَى ذَهَبَتْ عَنْهُ
السَّيَّئَاتُ ونَالَ جَمِيعَ الْخَيْرَاتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا يَدْخُلُ
الجَنَّةَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ
شُكْراً، وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ
لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُوْنَ عَلَيْهِ حَسْرَةً] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
(Dan
barang siapa memenuhi panggilan Allah Ta'ala maka hilang darinya
keburukan-keburukan dan ia akan memperoleh seluruh kebaikan)
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seseorang
tidak akan masuk ke dalam surga kecuali ia melihat tempat tinggalnya di neraka
andai dia berbuat kemaksiatan supaya bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah
seseorang masuk neraka melainkan pasti dia melihat tempat tinggalnya di surga
andai ia berbuat baik supaya ada pada dirinya rasa penyesalan] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhori.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ
الرَّابِعَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَجَزَاهُ
عَنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ خَيْرًا (إِنَّ اللّٰهَ كَتَمَ سِتَّةً) مِنَ
الْخِصَالِ (فِى سِتَّةِ) مِنَ الْأَشْيَاءِ
Maqolah
yang ke empat (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu) Semoga
Allah membalas kepada Umar dari Umat Muhammad ﷺ
kebaikan (Sesungguhnya Allah itu menyembunyikan enam) Dari
perkara (Dalam enam) Dari perkara
(كَتَمَ الرِّضَا فِى طَاعَةٍ) مِنَ الطَّاعَاتِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى جَمِيْعِ
الطَّاعَاتِ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْهَا فَلَا يَجُوْزُ لَنَا أَنْ نُحْقِرَ
طَاعَةً وَلَوْ صَغِيْرَةً جِدًّا لِأَنَّهُ رُبَّمَا كَانَ رِضَاهُ تَعَالَى
فِيْهَا
(Allah
Menyembunyikan ridho dalam keta'atan) Dari keta'atan-keta'atan supaya manusia
bersungguh sungguh dalam semua jenis keta'atan dengan harapan mereka menemukan
ridho itu. Maka tidak boleh bagi kita meremehkan suatu keta'atan meskipun itu
sangat kecil karena sesungguhnya kadang-kadang ada ridho Allah Ta'ala di
dalamnya
(وَكَتَمَ الْغَضَبَ فِى مَعْصِيَةٍ) مِنَ الْمَعَاصِيْ لِيُجَنِّبَهَا النَّاسُ خَشْيَةَ
الْوُقُوْعِ فِيْهِ فَلَا يَجُوْزُ لِشَخْصٍ أَنْ يُحَقِّرَ مَعْصِيَةً وَإِنْ
دَقَّتْ جِدًّا لِأَنَّهُ لَا يُعْلَمُ أَنَّهُ قَدْ يَكُوْنُ فِيْهَا غَضَبُهُ
تَعَالُى
(Dan
Allah menyembunyikan marah dalam kemaksiatan) Dari
kemaksiatan-kemaksiatan supaya manusia menjauhi kemaksiatan kemaksiatan itu
karena takut terjatuh dalam kemarahan Allah. Maka tidak boleh bagi seseorang
meremehkan kemaksiatan-kemaksiatan meskipun sangat lembut karena seseorang
tidak tahu sesungguhnya terkadang ada dalam kemaksiatan kecil itu murkanya
Allah Ta'ala.
(وَكَتَمَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ) لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى إِحْيَاءِ جَمِيْعِ شَهْرِ
رَمَضَانَ بِالْعِبَادَةِ فَإِنَّ أَجْرَ النَّفْلِ كَأَجْرِ الْفَرْضِ فِى
غَيْرِهِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ، بَلْ قَالَ النَّخَعِيُّ: رَكْعَةٌ فِيْهِ
أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ رَكْعَةٍ فِى غَيْرِهِ وَتَسْبِيْحَةٌ فِيْهِ أَفْضَلُ مِنْ
أَلْفِ تَسْبِيْحَةٍ فِى غَيْرِهِ.
(Dan
Allah menyembunyikan malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan) Supaya
manusia bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh bulan Ramadhan dengan
ibadah karena sesungguhnya pahala amal kesunahan seperti pahala amal fardu di
selain bulan Ramadhan sebagai mana dalam hadits. Bahkan telah berkata Imam
An-Nakho'i: Satu raka'at di bulan Ramadhan itu lebih utama dari seribu raka'at
di selain bulan Ramadhan dan satu bacaan tasbih di bulan Ramadhan itu lebih
utama dari seribu bacaan tasbih di selain bulan Ramadhan
وَلِيَجْتَهِدُوْا فِى إِحْيَاءِ لَيَالِيْهِ رَجَاءً أَنْ
يُصَادِفُوْا لَيْلَةَ الْقَدَرِ فَإِنَّهَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ وَهِيَ
ثَلَاثُ وَثَمَانُوْنَ سَنَةً وَأَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ .
Dan
supaya mereka bersungguh sungguh dalam menghidupkan malam Ramadhan karena
mengharapkan agar mereka menemukan Lailatul Qodar karena sesungguhnya Lailatul
Qodar itu lebih baik dari seribu bulan seribu bulan itu delapan puluh tiga
tahun lebih empat bulan.
وَفِى حَدِيْثِ الطَّبْرَانِى مَرْفُوْعًا إِلَى رَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: [إِنَّ مَنْ زَنَا فِيهِ أَوْ شَرَبَ خَمْرًا لَعَنَهُ اللّٰهُ
ومَنْ فِى السَّماوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الحَوْلِ الثَّانِيي]،
Dan
dalam hadits riwayat Imam Thobroni marfu kepada Rasulullah ﷺ:[sungguh orang yang berzina di bulan Ramadhan atau meminum
arak maka akan melaknat kepadanya Allah dan orang yang ada di langit sampai
datang bulan yang sama dari tahun yang kedua]
فإنَّ مَنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَ رَمَضَانَ
فَلَيْسَتْ لَهُ عِنْدَ اللّٰهِ حَسَنَةٌ يَتَّقِيْ بِهَا النَّارَ فَاتَّقُوْا
اللّٰهَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فإنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيْهِ مَا لَا
تُضَاعَفُ فِيْمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ.
Sungguh
orang yang mati sebelum menemukan bulan Ramadhan maka tidak ada baginya di sisi
Allah kebaikan yang ia bisa menghindari dengan kebaikan itu pada neraka. Maka
takutlah kamu kepada Allah di bulan Ramadhan karena sesungguhnya amal amal
kebaikan akan dilipat gandakan di bulan Ramadhan tidak seperti dilipat
gandakannya kebaikan itu di bulan-bulan selain Ramadhan dan demikian dilipat
gandakan pula amal-amal keburukan.
(وَكَتَمَ أَوْلِيَاءَهُ فِيْمَا بَيْنَ النَّاسِ) كَيْ لَايَحْتَقِرُوْا أَحَدًا مِنْهُمْ وَكَيْ
يَطْلُبُوْا الدُّعَاءَ مِنْهُمْ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْا الْوَلِيَّ فَلَا
يَجُوْزُ لِشَخْصٍ أَنْ يُحْقِرَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ لِأَنَّهُ لَا يَدْرِيْ
رُبَّمَا هُوَ مِنْ أَوْلِيَائِهِ تَعَالَى
(Dan
Allah menyembunyikan wali-walinya di antara manusia) Supaya
manusia tidak menghina seseorang di antara mereka dan supaya manusia meminta
doa dari kalangan mereka karena berharap supaya mereka menemukan seorang wali
maka tidak boleh bagi seseorang meremehkan satu orangpun dari manusia karena
sesungguhnya dia tidak tahu barangkali orang itu termasuk dari wali-walinya
Allah Ta'ala
(وَكَتَمَ الْمَوْتَ فِى الْعُمُرِ) فَيَنْبَغِي حِيْنَئِذٍ لِكُلِّ أَحَدٍ أَنْ
يَسْتَعِدَ لِلْمَوْتِ فِى كُلِّ وَقْتٍ بِالْعِبَادَاتِ فَرُبَّمَا يَفْجَأُهُ
الْمَوْتُ
(Dan
Allah menyembunyikan kematian dalam umur) Maka penting pada
waktu itu bagi setiap orang untuk bersiap-siap menghadapi kematian di setiap
waktu dengan melakukan ibadah-ibadah karena barangkali akan datang kepadanya
kematian.
(وَكَتَمَ الصَّلَاةَ الْوُسْطَى) أَيْ اَلْفَضْلَى (فِى الصَّلَوَاتِ) أَيْ
الْخَمْسِ لِيَتَحَرِّيَ النَّاسُ جَمِيْعَهَا،
(Dan
Allah menyembunyikan Sholat wustho) Maksudnya yang paling utama (Dalam
sholat-sholat) Maksudnya yang lima waktu supaya manusia
bersungguh-sungguh pada semua sholat
وَأَخْفَى اللّٰهُ اِسْمَهُ الْأَعْظَمَ فِى جَمِيْعِ
أَسْمَائِهِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى الدُّعَاءِ بِجَمِيْعِهَا رَجَاءً أَنْ
يُصَادِفُوْهُ،
Dan
Allah menyembunyikan nama-namanya yang paling agung di semua nama-namanya
supaya manusia bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan semua nama Allah karena
berharap supaya mereka menemukan ismul A'dhom
وَأَخْفَى سَاعَةَ الْإِجَابَةِ فِى يَوْمِ الْجُمْعَةِ
لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ بِالدُّعَاءِ فِيْهِ،
Dan
Allah menyembunyikan waktu ijabah di hari Jum'at supaya manusia
bersungguh-sungguh dalam berdoa di hari jum'at
وَأَخْفَى السَّبْعَ الْمَثَانِى فِى جُمْلَةِ سُوَرِ
الْقُرْآنِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى قِرَاءَةِ جَمِيْعِهَا .
Dan
Allah menyembunyikan tujuh ayat yang di ulang-ulang dalam keseluruhan surat
Al-Qur'an supaya manusia bersungguh-sunguh dalam membaca keseluruhan Al-Qur'an
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (قَالَ عُثْمَانُ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: إِنَّ الْمُؤْمِنَ) يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ
مَاشِيًا (فِى سِتَّةِ أَنْوَاعٍ مِنَ الْخَوْفِ).
Maqolah
yang kelima (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya orang
yang beriman) Penting agar ia berjalan (Dalam enam perkara
dari rasa takut)
(أَحَدُهَا) أَنْ
يَّخَافَ (مِنْ قِبَلِ اللّٰهِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُ الْإِيْمَانَ) وَقْتَ
النَّزْعِ. رُوِيَ أَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ دَعَا بِهٰذَا الدُّعَاءِ: اَللّٰهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا لَا يَرْتَدُّ وَنَعِيْمًا لَا يَنْفَدُّ وَقُرَّةَ
عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ فِى أَعْلَى جَنَانِ
الْخُلْدِ.
(Yang
pertama dari enam perkara itu) Adalah agar ia takut (Dari arah
Allah yang dapat mengambil darinya keimanan) Di waktu sekarat.
Diriwayatkan sesungguhnya Ibnu Mas'ud berdoa dengan doa ini: Ya Allah
sesungguhnya aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad keimanan itu
dan kenikmatan yang tidak akan habis kenikmatan itu dan kesenangan hati yang
tidak akan terputus-putus kesenangan hati itu dan menemani Nabi-Mu Muhammad ﷺ di paling atasnya surga yang abadi
(وَالثَّانِى) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الْحَفَظَةِ) أَيْ
اَلْكَاتِبِيْنَ لِأَعْمَالِ الْعِبَّادِ (أَنْ يَكْتُبُوْا عَلَيْهِ مَا
يَفْتَضِحُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: [فُضُوْحُ
الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ فُضُوْحِ الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ
عَنِ الْفَضْلِ.
(Dan
yang kedua) Adalah agar ia takut (Dari arah
Malaikat hafadzoh) Maksudnya para malaikat yang menuliskan amal-amal
para hamba (Yang dapat menulis atas orang yang beriman pada sesuatu
yang akan membuka aib baginya di hari kiamat) Dari Nabi ﷺ bersabda: [Terbukanya aib di dunia
itu lebih ringan dibandingkan terbukanya aib di akhirat]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni dari Fadli
قَالَ الْمَنَاوِيُّ: أَيْ اَلْعَارُ الْحَاصِلُ لِلنَّفْسِ
مِنْ كَشْفِ الْعَيْبِ فِى الدُّنْيَا بِقَصْدِ التَّنَصُّلِ مِنْهُ أَهْوَنُ مِنْ
كِتْمَانِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَنْتَشِرَ وَيَشْتَهِرَ فِى
الْمَوْقِفِ اهـ.
Imam
Al-Manawi berkata: Artuinya rasa malu yang timbul pada diri sendiri karena
terbukanya aib di dunia dengan niat melepaskan diri dari aib itu lebih ringan
dibandingkan menutupi aib sampai hari kiamat sehingga menyebar dan terkenal aib
itu di padang mahsyar.
وَلِذَا لَمَّا وَقَعَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ فِى الزِّنَا
وَعَرَفَ هٰذَا الْحَدِيْثَ أَقَرَّ بِذٰلِكَ لَهُ ﷺ لِيَحُدَّهُ وَلَمْ یَرْجِعْ
عَنِ الْإِقْرَارِ مَعَ تَعْرِيْضِهِ ﷺ لَهُ بِالرُّجُوْعِ لِعِلْمِهِ بِأَنَّ
فَضِيْحَتَهُ فِى الدُّنْيَا بِإِقَامَةِ الْحَدِّ أَهْوَنُ مِنْ فَضِيْحَةِ
الْآخِرَةِ.
Oleh
karena itu tatkala terjerumus salah seorang sahabat dalam perbuatan zina dan
dia mengetahui hadits ini maka dia mengakui atas perbuatan zina itu di hadapan
Nabi ﷺ supaya Nabi mengukumnya dan dia tidak mau
mencabut pernyataan dari pengakuannya serta berpalingnya Nabi ﷺ dari sahabat itu supaya dia menarik kembali pengakuannya.
Karena dia tahu sesungguhnya terbukanya aibnya di dunia dengan menegakkan
hukuman itu lebih ringan dibandingkan terbukanya aib di akhirat
(وَالثَّالِثُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الشَّيْطَانِ أَنْ
يُبْطِلَ عَمَلَهُ) الصَّالِحَ.
(Dan
yang ketiga) Adalah agar ia takut (Dari arah
setan yang dapat membatalkan amalnya) Yang sholeh
(وَالرَّابِعُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ مَلَكِ الْمَوْتِ
أَنْ يَأْخُذَهُ) أَيْ يُقْبِضُ رُوْحَهُ حَالَ كَوْنِهِ (فِى
غَفْلَةٍ) عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (بَغْتَةً) أَيْ
فَجْأَةً مِنْ غَيْرِ تَقَدُّمِ سَبَبِ الْمَوْتِ.
(Dan
yang keempat) Adalah agar ia takut (Dari arah
malakal maut yang dapat mengambilnya) Maksudnya yang dapat mencabut
ruhnya dalam keadaan ia (Dalam kelalaian) Jauh dari
Allah (Secara tiba-tiba) Maksudnya tiba-tiba tanpa didahului
sebab kematian
(وَالْخَامِسُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الدُّنْيَا) أَيْ
مَتَاعِهَا وَزِيْنَتِهَا (أَنْ يَغْتَرَّ) أَيْ
يَطْمَئِنَّ (بِهَا وَتُشْغِلُهُ عَنِ الْآخِرَةِ) وَيَنْسَى
أَهْوَالَهَا.
(Dan
yang kelima) Adalah agar ia takut (Dari arah
dunia) Maksudnya dari kenikamatan dunia dan dari hiasan dunia (Yang
ia tertipu) Maksudnya ia merasa tenang (Karena dunia dan dunia
menyibukkannya jauh dari akhirat) Dan ia lupa pada keributan
akhirat
(وَالسَّادِسُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الْأَهْلِ
وَالْعِيَالِ) وَهُمْ مِنْ يَمُوْنِهِمْ (أَنْ يَشْتَغِلَ بِهِمْ
فَیُشْغِلُوْنَهُ عَنْ ذِکْرِ اللّٰهِ تَعَالَی) وَعَنْ طَاعَتِهِ .
(Dan
yang keenam) Adalah agar ia takut (Dari arah
keluarga dan orang yang menjadi tanggungan) Dan mereka dari orang
terdekatnya (Ia menjadi sibuk karena keluarga sehingga keluarganya
menyibukkan dia jauh dari mengingat Allah Ta'ala) Dan jauh dari keta'atan
kepada Allah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ وَكَرَّمَ وَجْهَهُ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ جَمَعَ سِتَّةَ
خِصَالٍ لَمْ يَدَعْ) أَيْ لَمْ يَتْرُكْ (لِلْجَنَّةِ مَطْلَبًا
وَلَا عَنِ النَّارِ مَهْرَبًا) أَيْ هٰذِهِ السِّتَّةُ مَفَاتِيْحُ
الْجَنَّةِ وَمَغَالِيْقُ النَّارِ
Maqolah
yang keenam (Dari Ali Radhiallahu Anhu Wakarrama Wajhahu sesungguhnya
ia berkata: Barang siapa yang mengumpulkan enam perkara maka ia tidak akan
meninggalkan) Maksudnya ia tidak akan meninggalkan (Dari Surga
sebagai tempat pencarian dan ia tidak akan meninggalkan dari neraka sebagai
tempat kabur) Maksudnya enam perkara ini adalah kunci pembuka surga
dan gembok neraka
(أَوَّلُهَا: عَرَفَ اللّٰهَ تَعَالَى) بِأَنَّهُ خَالِقُهُ وَرَازِقُهُ وَمُحْيِيْهِ
وَمُمِيْتُهُ (فَأَطَاعَهُ) أَيْ فَوَافَقَهُ فِى
أَوَامِرِهِ
(Yang
pertama dari enam perkara itu: Adalah ia mengetahui Allah Ta'ala) Bahwa
sesungguhnya Allah adalah dzat yang telah menciptakannya dan dzaat yang
memberikan rizki padanhya dan dzat yang menghidupkannya dan dzat yang
mematikannya (Kemudian ia taat kepada Allah) Maksudnya Ia
setuju kepada Allah dalam perintah-perintah-Nya
(وَعَرَفَ الشَّيْطَانَ) بِأَنَّهُ عَدُوُّهُ (فَعَصَاهُ) أَيْ
خَالَفَ أَمْرَهُ
(Dan
ia mengetahui setan) Bahwa sesungguhnya ia adalah
musuhnya (Kemudian ia menentang kepadanya) Maksudnya ia
menyelisihi perintah setan
(وَعَرَفَ الْآخِرَةَ) بِأَنَّهَا دَارُ الْبَقَاءِ (فَطَلَبَهَا) بِاسْتِعْدَادِ
الزَّادِ لَهَا
(Dan
ia mengetahui akhirat) Bahwa sesungguhnya akhirat adalah
tempat yang kekal (Kemudian ia mencarinya) Dengan cara
menyiapkan bekal untuk akhirat
(وَعَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا فَانِيَةٌ وَأَنَّهَا دَارُ
الْمَمَرِّ (فَرَفَضَهَا) أَيْ تَرَكَهَا وَلَمْ يَأْخُذْ
مِنْهَا إِلَّا بِقَدْرِ زَادِهِ لِلْآخِرَةِ
(Dan
ia mengetahui dunia) Bahwwa sesungguhnya dunia itu akan
sirna dan sesungguhnya dunia itu adalah tempat melewat (Kemudian ia
menolak dunia) Maksudnya ia meninggalkan dunia dan ia tidak mengambil darinya
kecuali hanya sebatas bekalnya untuk akhirat
(وَعَرَفَ الْحَقَّ) أَيْ اَلصَّوَابَ مِنَ الْأَحْكَامِ (فَاَتْبَعَهُ) وَعَمِلَهُ
(Dan
ia mengetahui kebenaran) Maksudnya kebenaran dari
hukum-hukum (Kemudian ia mengikuti kebenaran itu) Dan ia
mengamalkannya
(وَعَرَفَ الْبَاطِلَ) أَيْ غَيْرَ الصَّحِيْحِ (فَاجْتَنَبَهُ) وَلَمْ
يَعْمَلْهُ.
(Dan
ia mengetahui kebatilan) Maksudnya yang tidak benar (Kemudian
ia menjauhi kebatilan itu) Dan ia tidak mengamalkannya
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 7
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ عَلِيٌّ
كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ) وَفِى نُسْخَةٍ: وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ
اللّٰهُ عَنْهُ
Maqolah
yang ketujuh (Telah berkata Ali Karramallahu Wajhahu) Dan pada
sebagian catatan: Dan telah berkata Umar Radhiallahu Anhu
(الَنِّعَمُ) أَيْ
أَعْظَمُهَا (سِتَّةُ أَشْيَاءَ: اَلْإِسْلَامُ وَالْقُرْآنُ وَمُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللّٰهِ) وَيَنْبَغِيْ لَنَا أَنْ نَقُوْلَ كُلَّ يَوْمٍ:
رَضِيْتُ بِاللّٰهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ رَسُوْلًا
وَنَبِيًّا وَبِالْقُرْآنِ حُكْمًا وَإِمَامًا
(Nikmat-nikmat) Maksudnya
paling agungnya nikmat (Itu enam perkata: Islam dan Al-Qur'an dan
Rasulullah) Dan patut bagi kita semua untuk membaca dalam setiap hari:
Aku ridho kepada Allah sebagai dzat yang mengurus dan mengatur dan aku ridho
kepada Islam sebagai Agama dan aku ridho kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul dan sebagai Nabi dan aku ridho kepada Al-Quran
sebagai hukum dan imam
(وَالْعَافِيَةُ) أَيْ دِفَاعُ الْمَكَارِهِ (وَالسَّتْرُ) أَيْ
سَتْرُ الْعُيُوْبِ (وَالْغِنَى عَنِ النَّاسِ) فِى أُمُوْرِ
الدُّنْيَا.
(Dan
selamat) Maksudnya terhindarnya perkara-perkara yang tidak
diinginkan (Dan ditutup) Maksudnya ditutupi aib-aibnya (Dan
mandiri dari manusia) Dalam urusan dunia
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيًّ ﷺ قَالَ: [يَقُوْلُ
رَبُّكُمْ فِى الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ
أَمْلَأْ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأْ يَدَيْكَ رِزْقًا، يَا ابْنَ آدَمَ لَا
تَبَاعَدْ عَنِّيْ أَمْلَأْ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأْ يَدَيْكَ شُغْلًا] رَوَاهُ
الطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ.
Dari
Anas sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tuhan
kalian telah berfirman dalam hadist Qudsi: Wahai anak Adam luangkanlah waktumu
untuk beribadah kepadaku maka aku akan memenuhi hatimu dengan kecukupan dan aku
akan memenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam janganlah kalian
saling menjauhkan diri dariku Maka pasti aku akan memenuhi hatimu dengan
kefakiran dan aku pasti akan memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukkan] Telah
meriwayatkan pada hadits Ini Imam Thobroni dan Imam Hakim.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ يَحْيٰى
بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: اَلْعِلْمُ دَلِيْلُ الْعَمَلِ) أَيْ
مُرْشِدُهُ وَكاَشِفُهُ فَلَا يُوْجَدُ الْعَمَلُ بِدُوْنِ الْعِلْمِ
Maqolah
yang ke delapan (Dari Yahya Bin Mu'adz Ar-Razi Rahimahullah: Ilmu
adalah petunjuk amal) Maksudnya penunjuk amal dan pembuka amal maka
tidak akan ditemukan suatu amal tanpa ilmu
(وَالْفَهْمُ وِعَاءُ الْعِلْمِ) فَلَا يُوْجَدُ الْعِلْمُ بِدُوْنِ تَصَوُّرِ مَعْنَى
اللَّفْظِ
(Dan
pemahaman adalah penampung ilmu) Maka tidak akan dapat ditemukan suatu
ilmu tanpa menggambarkan makna lafadz
(وَالْعَقْلُ قَائِدٌ لِلْخَيْرِ) أَيْ حَامِلٌ لَهُ فَلَا يُوْجَدُ الْخَيْرُ إِلَّا
بِالْعَقْلِ الدَّاعِى إِلَيْهِ
(Dan
akal adalah pemimpin bagi kebaiakan) Maksudnya yang membawa pada kebaikan
maka tidak akan dapat ditemukan suatu kebaikan kecuali dengan akal yang
mengajak padanya
(وَالْهَوَى مَرْكَبٌ لِلذُّنُوْبِ) أَيْ مِثْلُ سَفِيْنَةٍ لَهَا فَلَا تُوْجَدُ الذُّنُوْبُ
إِلَّا عَلَى الْهَوَى
(Dan
hawa nafsu adalah kendaraan bagi dosa-dosa) Maksudnya seperti
perahu bagi dosa-dosa maka tidak akan dapat ditemukan dosa-dosa kecuali menaiki
hawa nafsu
(وَالْمَالُ رِدَاءُ الْمُتَكَبِّرِيْنَ) أَيْ مِثْلُ الرِّدَاءِ لَهُمْ
(Dan
harta adalah selendangnya orang-orang yang sombong) Maksudnya
seperti selendang bagi orang-orang sombong
(وَالدُّنْيَا سُوْقُ الْآخِرَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَخَذَ مِنَ
الدُّنْيَا مِنَ الْحَلَالِ حَاسَبَهُ اللّٰهُ، وَمَنْ أَخَذَ مِنَ الدُّنُيَا
مِنَ الحَرَامِ عَذَّبَهُ اللّٰهُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
(Dan
dunia adalah pasarnya akhirat) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang
mengambil dari dunia dari yang halal maka Allah akan menghisab padanya dan
barang siapa yang mengambil dari dunia dari yang haram maka Allah akan
mengadzab padanya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أيُّهَا النَّاسُ إِنَّ
هٰذِهِ الدُّنْيَا دَارُ التِّوَاءِ لَا دَارُ اسْتِوَاءِ مَنْزِلُ تَرَحٍ لَا
مَنْزِلُ فَرَحِ فَمَنْ عَرَفَهَا لَمْ يَفْرَحْ لِرَخَاءٍ وَلَمْ يَحْزَنْ
لِشِدَّةٍ
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ Bersabda: [Wahai
manusia ingatlah sesungguhnya dunia ini adalah tempat yang terjal bukan tempat
yang rata tempat susah bukan tempat bersenang-senang. Barang siapa yang
mengenal pada dunia maka dia tidak akan bersenang-senang karena kemakmuran dan
tidak akan bersedih karena kemelaratan.
أَلَا وَإِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ الدُّنْيَا دَارَ بَلْوَى
وَالْآخِرَةَ دَارَ عُقْبَى فَجَعَلَ بَلْوَى الدُّنْيَا لِثَوَابِ الْآخِرَةِ
وثَوَابَ الْآخِرَةِ مِنْ بَلْوَى الدُّنْيَا عِوَضًا فَيَأْخُذُ لِيُعْطِى
ويَبْتَلِى لِيَجْزِيَ فَاحْذَرُوْا حَلَاوَةَ رِضَاعِهَا لِمَرَارَةِ
فِطَامِهَا
Dan
ingatlah sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai tempat ujian dan Allah
menciptakan akhirat sebagai tempat pembalasan maka Allah menjadikan ujian dunia
sebagai pahala akhirat dan Allah menjadikan pahala akhirat sebagai kompensasi
dari ujian dunia karena Allah mengambil untuk memberi dan Allah menguji untuk
memberi balasan maka waspadalah kalian semua terhadap manisnya menyusu pada
dunia karena betapa pahitnya disapih dari dunia
وَاهْجُرُوْا لَذِيْذَ عَاجِلِهَا لِكَرِيْهِ اَجِلِهَا
وَلَا تَسْعَوْا فِى عُمْرَانِ دَارٍ قَدْ قَضَى اللّٰهُ خَرَابَهَا وَلَا
تُوَاصِلُوْهَا وَقَدْ أَرَادَ مِنْكُمْ اِجْتِنَابَهَا فَتَكُوْنُوْا لِسُخْطِهِ
مُتَعَرِّضِيْنَ وَلِعُقُوْبَتِهِ مُسْتَحِقِّيْنَ] رَوَاهُ الدَّيْلِمِيُّ.
Dan
tinggalkanlah kenikmatan-kenikmatan dunia karena pahitnya akhirat dan janganlah
kalian berusaha untuk membangun kembali sebuah rumah yang telah Allah tetapkan
kehancurannya, dan janganlah kamu melanjutkannya padahal Allah telah
menghendaki dari kalian agar menjauhi dunia, Maka jadilah kalian semua terhadap
murkanya Allah sebagai orang-orang yang menantang dan terhadap hukuman Allah
sebagai orang-orang yang pantas mendapatkannya] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ
بَزَرْجَمْهَرُ: سِتُّ خِصَالٍ تَعْدِلُ) أَيْ تُسَاوِى (جَمِیْعَ
الدُّنْيَا) أَيْ أَمْتِعَتَهَا وَأَمْوَالَهَا
Maqolah
yang ke sembilan (Telah berkata Imam Bazar Jamhar: Ada enam perkara
yang dapat membandingi) Maksudnya menyamai (Seluruh dunia) Maksudnya
kesenangan-kesenangan dunia dan harta-harta dunia
(اَلطَّعَامُ الْمَرِيْءُ) أَيْ اَللَّذِيْذُ (وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ) الْبَارُّ
بِوَالِدَيْهِ (وَالزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ الْمُوَافِقَةُ) أَيْ
اَلَّتِيْ تُطِيْعُ اللّٰهَ وَزَوْجَهَا (وَالْكَلَامُ الْمُحْكِمُ) أَيْ
اَلْمُتْقَنُ الَّذِيْ لَا يَتَغَيَّرُ
(Makanan
yang mudah ditelan) Maksudnya makanan yang enak (Dan
anak yang sholih) Yang berbakti kepada kedua orang tuanya (Dan
istri yang sholihah yang taat) Maksudnya yang taat kepada Allah dan
suaminya (Dan perkataan yang pasti) Maksudnya yang sempurna
yang tidak berubah-ubah
(وَكَمَالُ الْعَقْلِ). رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [لِكُلِّ
عَمَلٍ دِعَامَةٌ وَدِعَامَةُ عَمَلِ الْمَرْءِ عَقْلُهُ] فَبِقَدْرِ
عَقْلِهِ تَكُوْنُ عِبَادَتُهُ لِرَبِّهِ.
(Dan sempurnanya akal)
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi
bersabda [Bagi setiap amalan ada penopangnya dan penopang amal
seseorang adalah akalnya]. Maka sesuai dengan batas kecerdasan akalnya
akan ada ibadah seseorang kepada Rabb-Nya
وَقَالَ عُمَرُ بْن الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ:
أَصْلُ الرَّجُلِ عَقْلُهُ وَحَسَبُهُ دِيْنُهُ وَمُرُوْءَتُهُ خَلْقُهُ (وَصِحَّةُ
الْبَدَنِ).
Dan
telah berkata Umar Bin Khottob Radhiallahu Anhu: Asal seseorang adalah akalnya
sedangkan derajat seseorang adalah agamanya dan martabat seseorang adalah
akhlaknya (Dan sehatnya badan).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ الْحَسَنِ
الْبَصْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: لَوْلَا الْأَبْدَالُ لَخَسَفَتِ الْأَرْضُ وَمَا
فِيْهَا)
Maqolah
yang ke sepuluh (Dari Hasan Al-Basri Rahimahullah: Andai tidak ada wali
Abdal maka pasti bumi akan lenyap dan apa yang ada di dalamnya)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْأَبْدَالُ
أَرْبَعُوْنَ رجُلاً اِثْنَانِ وَعِشْرُوْنَ بِالشَّامِ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ
بِالْعِرَاقِ كُلَّمَا مَاتَ مِنْهُمْ وَاحِدٌ أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ فَإِذَا
جَاءَ الْأَمْرُ قُبِضُوْا كُلُّهُمْ فَعِنْدَ ذٰلِكَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ] رَوَاهُ
الْحَاكِمُ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wali
abdal itu ada empat puluh lelaki dua puluh dua di Syam dan delapan belas di
Irak setiap kali mati salah seorang dari mereka maka Allah mengganti tempat
orang itu dan ketika telah datang hari kiamat maka nyawa mereka dicabut
semuanya dan ketika nyawa mereka telah dicabut maka akan datang hari kiamat] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَخْلُوَ
الْأَرْضُ عَنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلًا مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمٰنِ فَبِهِمْ
يُسْقَوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ
اللّٰهُ مَكَانَهُ آخَرَ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah
bumi kosong dari empat puluh lelaki yang seperti kekasih Ar-Rahman. Maka sebab
mereka di beri riziki makhluk di dunia dan sebab mereka ditolong makhluk di
dunia tidaklah mati salah seorang dari mereka melainkan Allah akan mengganti
tempat orang itu dengan yang lain]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Thabrani
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ
فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الْأَبْدَالِ: اَلرِّضَا بالقَضَاءِ وَالصَّبْرُ عَنْ مَحَارِمِ
اللّٰهِ وَالْغَضَبُ فِى ذَاتِ اللّٰهِ] رَوَاهُ اِبْنُ عَدِيُّ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tiga
perkara barang siapa yang ada pada tiga perkara ini maka ia termasuk wali
Abdal: Ridho atas ketentuan Allah dan sabar menjauhi larangan-larangan Allah
dan marah karna Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu
Adi
(وَلَوْلَا الصَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْقَائِمُوْنَ بِمَا عَلَيْهِمْ مِنْ حُقُوْقِ
اللّٰهِ وَحُقُوْقِ الْعِبَادِ (لَهَلَكَ الطَّالِحُوْنَ) أَيْ
اَلْفَاسِدُوْنَ بِإِتْيَانِ الْمَعَاصِى
(Dan
andai tidak ada orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang senantiasa
melaksanakan apa saja yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak kepada Allah
dan hak-hak kepada sesama hamba (Maka pasti hancur orang-orang yang
tidak sholeh) Maksudnya orang-orang yang rusak dengan melakukan
berbagai kemaksiatan
(وَلَوْلَا الْعُلَمَاءُ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ
كَالْبَهَائِمِ). قَالَ أَبُوْ
اللَّيْثِ: مَنْ جَلَسَ عِنْدَ عَالِمٍ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى حِفْظِ شَيْءٍ مِنَ
الْعِلْمِ نَالَ سَبْعَ كَرَامَاتٍ:
(Dan
andai tidak ada ulama pasti manusia semuanya akan menjadi seperti binatang) Telah
berkata Imam Abu Laits: Barang siapa yang duduk disamping ulama dan ia tidak
mampu menghafal sedikitpun dari ilmu maka dia tetap akan memperoleh tujuh
kemuliaan:
فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِيْنَ وَحَبْسَهُ عَنِ الذُّنُوْبِ
وَنُزُوْلَ الرَّحْمَةِ عَلَيْهِ حَالَ خُرُوْجِهِ مِنْ بَيْتِهِ وَإِذَا نَزَلَتِ
الرَّحْمَةُ عَلَى أَهْلِ الْحَلَقَةِ حَصَلَ لَهُ نَصِيْبٌ وَيُكْتَبُ لَهُ
طَاعَةً مَا دَامَ مُسْتَمِعًا
Mendapat
keutamaan orang-orang yang mengaji dan ditahannya orang itu dari berbuat dosa
dan turun rahmat kepadanya ketika dia keluar dari rumah orang alim dan ketika
rahmat turun kepada jamaah pengajian pasti hasil baginya pahala dan dicatat
baginya sebagai ketaatan selama dia mendengarkan
وَإِذَا ضَاقَ قَلْبُهُ لِعَدَمِ الْفَهْمِ صَارَ غَمُّهُ
وَسِيْلَةً إِلَى حَضْرَةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَيَرَى عِزَّ الْعَالِمِ وَذِلَّ
الْفَاسِقِ فَيَمِيْلُ طَبْعُهُ إِلَى الْعِلْمِ وَيَرُدَّ قَلْبَهُ عَنِ
الْفِسْقِ.
Dan
ketika terasa sesak hatinya karena tidak paham maka jadilah kesusahannya
sebagai wasilah menuju kehadirat Allah dan ia melihat kemuliaan ulama dan
hinanya orang fasik sehingga condong tabiatnya kepada ilmu dan ia dapat menolak
hatinya dari kefasikkan.
(وَلَوْلَا السُّلْطَانُ لَأَهْلَكَ بَعْضُهُمْ
بَعْضًا) بِالْقَتْلِ وَالْغَصْبِ
وَغَيْرِ ذٰلِكَ
(Dan
andai tidak ada Sultan maka akan saling membinasakan sebagian orang dengan
sebagian yang lain) Dengan cara membunuh dan dengan cara
merampas harta dan dengan cara yang selain itu.
(وَلَوْلَا الْحَمْقَى) أَيْ اَلَّذِيْنَ فَسَدَتْ عُقُوْلُهُمْ (لَخَرَبَتِ
الدُّنْيَا) أَيْ لَفَسَدَتِ الْبِلَادُ وَالْمَنَازِلُ
(Dan
andai tidak ada orang-orang bodoh) Maksudnya orang-orang yang rusak
akalnya (Maka pasti akan menjadi rusak alam dunia) Maksudnya
pasti akan rusak suatu negara dan rumh-rumah.
(وَلَوْلَا الرِّيْحُ لَأَنْتَنَّ كُلُّ شَيْءٍ) بِسَبَبِ الْجِيْفِ.
(Andai
tidak ada angin pasti akan busuk segala sesuatu) Dengan
sebab bangkai-bangkai
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 11
(وَ)
الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ
قَالَ: مَنْ لَمْ يَخْشَ اللّٰهَ لَمْ يَنْجُ مِنْ زَلَّةِ اللِّسَانِ) رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [طُوْبَى لِمَنْ مَلَكَ لِسَانَهُ وَوَسِعَهُ بَيْتُهُ
وبَكَى عَلَى خَطِيْئَتِهِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ
Maqolah
yang ke sebelas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana sesungguhnya
mereka berkata: Barang siapa tidak takut kepada Allah maka dia tidak akan bisa
selamat dari terpelesetnya lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Keberuntungan bagi
orang yang mampu mengendalikan lisannya dan terasa luas baginya rumahnya dan
dia menangis atas kesalahannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Thabrani
(وَمَنْ لَمْ يَخْشَ قُدُوْمَهُ عَلَى اللّٰهِ) أَيْ مَنْ لَمْ يَخْشَ لِقَاءَ اللّٰهِ
بِالْمَوْتِ (لَمْ يَنْجُ قَلْبُهُ مِنَ الْحَرَامِ وَالشُّبْهَةِ)
(Dan
barang siapa yang tidak takut akan kedatangannya kepada Allah) Maksudnya
barang siapa yang tidak takut bertemu dengan Allah sebab kematian (Maka
hatinya tidak akan bisa selamat dari perkara haram dan syubhat)
فَالْمُحَرَّمَاتُ قِسْمَانِ أَحَدُهُمَا شَيْءٌ مُحَرَّمٌ
لِذَاتِهِ كَالْمَيِّتَةِ وَالدَّمِ وَنَحْوِ ذٰلِكَ فَهٰذَا لَا يَحِلُّ إِلَّا
لِسَدِّ بَقَاءِ رُوْحِهِ. وَالثَّانِى حَلَالٌ فِى نَفْسِهِ كَالْمَاءِ
الطَّاهِرِ وَالْأَرُزِ لَكِنَّهُ مَمْلُوْكٌ لِلْغَيْرِ فَيَحْرُمُ عَلَيْكَ
حَتَّى يَصِيْرَ مِلْكَكَ بِوَجْهٍ جَائِزٍ فِى الشَّرْعِ.
Maka
perkara yang diharamkan itu ada dua bagian salah satu dari keduanya adalah
sesuatu yang diharamkan karena dzatnya seperti bangkai dan darah dan yang
semisal itu dan ini tidak halal kecuali untuk mempertahankan nyawanya. Dan yang
kedua adalah sesuatu yang halal pada dzatnya seperti air yang suci dan beras
akan tetapi barang itu dimiliki orang lain maka haram atasmu sampai barang itu
menjadi milikmu dengan cara yang sah dalam hukum Syariat.
وَالشُّبْهَاتُ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: مَا تُيُقِّنَ
تَحْرِيْمُهُ وَشَكَّ فِى حِلِّهِ، وَفِى هٰذَا حُكْمُ الْحَرَامِ. وَمَا
تُيُقِّنَ حِلُّهُ وَشُكَّ فِى تَحْرِيْمِهِ، وَهٰذِهِ الشُّبْهَةُ تَرْكُهَا مِنَ
الْوَرَعِ، وَمَا يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُوْنَ حَلَالًا وَحَرَامًا فَيَنْبَغِى
تَرْكُهُ.
Dan
perkara syubhat itu ada tiga tingkatan: Yang pertama adalah perkara syubhat
yang diyakini keharamannya dan diragukan kehalalannya dan dalam hal ini adalah
hukumnya haram dan yang kedua adalah perkara syubhat yang diyakini kehalalannya
dan diragukan keharamannya dan perkara syubhat ini meninggalkannya termasuk
dari wara' dan yang ketiga adalah perkara yang dimungkinkan kehalalannya dan
dimungkinkan keharamannya maka sepatutnya meninggalkan itu
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [دَعْ مَا يُرِيْبُكَ
إِلَى مَا لَا يُرِيْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ والْكِذْبَ رَيْبَةٌ] رَوَاهُ
التُّرْمُذِيُّ. وَيُرِيْبُكَ بِفَتْحِ الْيَاءِ وَضَمِّهَا.
Telah
bersabda Rasulullah ﷺ: [Tinggalkanlah
sesuatu yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu karena
sesungguhnya benar itu menenangkan dan bohong itu meragukan] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi. Dan lafadz يُرِيْبُكَ dengan memfathahkan
huruf ي atau
mendzommahkannhya
وَمَعْنَى هٰذَا الْحَدِيْثِ: اُتْرُكْ مَا تَشُكُّ فِى
حِلِّهِ وَاعْدِلْ إِلَى مَا لَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ، كَذَا أَفَادَ الشَّيْخُ
حَسَنٌ اَلْحَمْزَاوِيُّ، وَمَعْنَى الرَّيْبَةُ اِضْطِرَابُ الْقَلْبِ. اهـ.
Dan
ma'na hadits ini: adalah tinggalkan olehmu sesuatu yang kamu ragu tentang
kehalalannya dan berpindahlah kepada sesuatu yang kamu tidak ragu tentang
kehalalannya. Demikian telah menjelaskan Syekh Hasan Al-Hamzawi dan ma'na رَيْبَةٌ adalah
kebingungan hati.
(وَمَنْ لَمْ يَكُنْ آيِسًا) أَيْ قاَطِعَ الرَّجَاءِ (عَنِ الْخَلْقِ
لَمْ يَنْجُ مِنَ الطَّمَعِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اِسْتَعِيْذُوْا
بِاللّٰهِ مِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى طَبْعٍ - أَيْ دَنَسٍ - وَمِنْ طَمَعٍ
يَهْدِي إِلَى غَيْرِ مَظْمَعٍ، وَمِنْ طَمَعٍ حَيْثُ لَا مَظْمَعَ] رَوَاهُ
الْإٍمَامُ أَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ.
(Dan
barang siapa tidak memutus harapan) Maksudnya memutus harapan (Dari
sesama makhluk maka ia tidak akan bisa selamat dari sifat toma') Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berlindunglah
kalian kepada Allah dari sifat toma' yang mengajak kepada watak yang tidak baik
maksudnya kotor dan dari sifat toma' yang mengajak kepada sesuatu yang tidak
dapat diharapkan dan dari sifat toma' sekiranya tidak ada harapan] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Thobroni dan Imam Hakim
(ومَنْ لَمْ يَكُنْ حَافِظًا عَلَى عَمَلِهِ) مِمَّا يُفْسِدُهُ (لَمْ يَنْجُ مِنَ
الرِّيَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِيَّاكُمْ أَنْ
تَخْلِطُوْا طَاعَةَ اللّٰهِ بِحُبِّ ثَنَاءِ الْعِبَادِ فَتَحْبِطَ
أَعْمَالُكُمْ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
barang siapa yang tidak menjaga amalnya) Dari perkara yang
dapat merusaknya (Maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat riya) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berhati
hatilah kalian dalam mencampur adukkan ketaatan kepada Allah dengan sifat
senang terhadap pujian dari hamba-hamba sehingga menjadi sia-sia amal-amal
kalian]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ لَمْ يَسْتَعِنْ بِاللّٰهِ عَلَى اخْتِرَاسِ
قَلْبِهِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الْحَسَدِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْحَسَدُ
يُفْسِدُ الْإِيْمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصِّبْرُ الْعَسَلَ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
barang siapa yang tidak meminta pertolongan kepada Allah untuk menjaga hatinya
maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat iri dengki) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Iri
dengki itu dapat merusak keimanan sebagaimana bisa merusaknya buah mahoni pada
manisnya madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.
(وَمَنْ لَمْ يَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْضَلُ مِنْهُ
عِلْمًا وَعَمَلًا لَمْ يَنْجُ مِنَ الْعُجْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ حَمِدَ
نَفْسَهُ عَلَى عَمَلٍ صَالِحٍ فَقَدْ ضَلَّ شُكْرُهُ وحَبِطَ عَمَلُهُ] رَوَاهُ
أَبُوْ نُعَيْمٍ،
(Dan
barang siapa yang tidak melihat kepada orang yang dia lebih hebat dari pada
dirinnya keilmuannya dan amalnya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat
ujub) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang memuji-muji pada dirinya
sendiri atas amalnya yang sholih maka benar benar telah sia-sia syukurnya dan
terhapus pahala amalnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu
Nu'aim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَيْسَ بِالْخَيْرِ
أَنْ يُظْهِرَ الْقَوْلَ بِلِسَانِهِ وَالْعُجْبُ فِى قَلْبِهِ] رَوَاهُ
الدَّارُقُطْنِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ الْعُجْبَ
لَيُحْبِطُ عَمَلَ سَبْعِينَ سَنَةً] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah
baik apabila orang menampakkan ucapan dengan lisannya sementara ujub masih ada
dalam hatinya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni. Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
sifat ujub itu benar-benar dapat menghpus amal selama tujuh puluh tahun] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 12
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ
الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى، وَهُوَ مِنْ
أَكْبَرِ التَّابِعِيْنَ (أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ فَسَادَ الْقُلُوْبِ عَنْ
سِتَّةِ أَشْيَاءَ أَوَّلُهَا: يُذْنِبُوْنَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ) وَفِى
نُسْخَةٍ بِرَجَاءِ الرَّحْمَةِ وَذٰلِكَ تَمَنٍّ
Maqolah
yang ke dua belas (Dari Hasan Al-Basri) Rahimahullahu Ta'ala.
Dia adalah sebagian dari pembesar tabiin (Sesungguhnya dia berkata:
Sesungguhnya kerusakan hati itu sebab enam perkara yang pertama dari enam
perkara itu: Adalah manusia sengaja berbuat dosa dengan mengharapkan taubat)
Dan dalam suatu naskh dengan mengharapkan rahmat dari Allah dan itu adalah
harapan kosong
(وَيَعْلَمُوْنَ الْعِلْمَ وَلَا يَعْمَلُوْنَ) فَلَا فَائِدَةَ فِى الْعِلْمِ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ
بِهِ وَإِنَّمَا ثَمْرَةُ الْعِلْمِ الْعَمَلُ بِهِ (وَإِذَا عَمِلُوْا
لَا يُخْلِصُوْنَ) وَإِذَا لَمْ يُخْلِصِ الْمَرْءُ فِى الْعِبَادَةِ
لَمْ يَصْدُقْ فِيْهَا فَالصِّدْقُ أَصْلٌ وَالْإِخْلَاصُ فَرْعٌ،
(Dan
mereka mengerti ilmu dan tidak mengamalkannya) Maka
tidak ada manfaatnya suatu ilmu jika tidak mengamalkannya sungguh buahnya ilmu
itu hanya mengamalkannya (Dan ketika mereka mengamalkan mereka tidak
ikhlas) Dan ketika seseorang tidak ikhlas dalam beribadah maka tidak
ada kejujuran di dalamnya maka jujur itu adalah pokok dan keikhlasan adalah
cabangnya
وَمِنْ دُعَاءِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ رَضِيَ
اللّٰهُ عَنْهُ: يَا دَلِيْلَ الْحَيَارِى دُلَّنِيْ عَلَى طَرِيْقِ
الصَّادِقِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الْمُخْلِصِيْنَ
Dan
dari sebgaian doa Imam Ahmad Bin Hambal Radhiallahu Anhu : Wahai dzat yang
membimbing orang orang yang kebingungan tunjukkan aku pada jalan
orang orang yang jujur dan jadikanlah aku termasuk di antara hamba hambamu yang
ikhlas
(وَيَأْكُلُوْنَ رِزْقَ اللّٰهِ وَلَا يَشْكُرُوْنَ) فَالشُّكْرُ إِجْرَاءُ الْأَعْضَاءِ فِى مَرْضَاةِ
اللّٰهِ تَعَالَى وَإِجْرَاءُ الْأَمْوَالِ فِيْهَا
(Dan
mereka memakan rizki dari Allah dan mereka tidak bersyukur) Syukur
adalah menggunakan anggota badan untuk hal-hal yang diridhoi Allah Ta'ala dan
menggunakan harta-harta untuk hal-hal yang diridhoi Allah
(وَمَا يَرْضَوْنَ بِقِسْمَةِ اللّٰهِ) فِى حَالَاتِهِ. قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ
الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: اِرْضَ بِالدُّوْنِ وَالْزَمْهُ
جِدًّا فَتُنْقَلُ إِلَى الْأَعْلَى وَالْأَنْفَسِ وَبِهِ تَهْنَأُ وَفِيْهِ
تَبْقَى وَتُحْفَظُ بِلَا عَنَاءِ دُنْيَا وَأُخْرَى ثُمَّ تَتَرَقَّى مِنْ ذٰلِكَ
إِلَى مَا هُوَ أَقَرُّ عَيْنًا مِنْهُ وَأَهْنَأُ.
(Dan
mereka tidak ridho dengan ketentuan dari Allah) Dalam
berbagai keadaannya. Telah berkata: Tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasa
Sirrohu: Ridholah kamu dengan yang rendah dan peganglah ia dengan
sungguh-sungguh sehingga kamu dipindahkan pada maqom yang lebih tinggi dan
lebih berharga. Dan sebab ridho itulah kamu akan nyaman dan sebab ridho itu
kamu akan kekal dan kamu akan dijaga tanpa bersusah payah di dunia dan akhirat
kemudian kamu akan terus naik dari hal itu kepada maqom yang mana maqom itu
lebih menyenangkan mata dari pada yang rendah dan lebih nikmat.
(وَيُدْفِنُوْنَ مَوْتَاهُمْ وَلَا يَعْتَبِرُوْنَ) أَيْ لَا يَتَذَكَّرُوْنَ لِلْمَوْتِ. رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: [إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا
مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ
أَشَدُّ مِنْهُ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ وَابْنُ مَاجَه وَالْحَاكِمُ.
(Dan
mereka mengubur mayit-mayit mereka namu mereka tidak mengambil pelajaran) Maksudnya
mereka tidak mengingat pada kematian. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sungguh kuburan itu
adalah yang pertama dari tahapan-tahapan akhirat jika seseorang selamat dari
alam kubur maka tahapan-tahapan setelah alam kubur lebih mudah dari pada alam
kubur dan jika seseorang tidak selamat dari alam kubur maka tahapan-tahapan
setelah alam kubur akan lebih sulit dari pada alam kubur].
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ للمَوْتِ فَزْعًا
فَإِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ وَفَاةُ أَخِيْهِ فَلْيَقُلْ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا
إِليْهِ رَاجِعُوْنَ وَإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ اَللَٰهُمَّ
اكْتُبْهُ عِنْدَكَ فِى المُحْسِنِيْنَ واجْعَلْ كِتَابَهُ فِى عِلِّيِّيْنَ
واخْلُفْ عَقِبَهُ فِى الْآخِرِيْنَ، اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا
تَفْتِنَّا بَعْدَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
kematian itu mengejutkan. Ketika datang kepada salah seorang dari kalian
kematian saudaranya maka hendaklah ia berkata: Sesungguhnya kita semua adalah
milik Allah dan sesungguhnya kita semua kepada Allah akan kembali dan
sesungguhnya kita semua hanya kepada Allah pasti akan kembali Ya Allah semoga
Engkau mencatatnya di sisimu dalam golongan orang-orang yang baik dan semoga
Engkau menjadikan kitabnya dalam Iliyyin dan semoga Engkau mengganti anak
keturunannya di antara orang orang yang terakhir Ya Allah semoga Engkau
tidak mengharamkan kami pada pahalanya dan semoga engkau tidak menguji kami
setelahnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ سَمِعَ بِمَوْتِ
مُسْلِمٍ فَدَعَا لَهُ بِخَيْرٍ كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ أَجْرَ مَنْ عَادَهُ حَيًّا
وَشَيَّعَهُ مَيِّنًا] رَوَاهُ الدَّارُ قُطْنِى
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa yang mendengar tentang kematian seorang muslim kemudia ia berdoa untuknya
dengan kebaikan maka pasti Allah akan menulis baginya dengan pahala orang yang
menjenguknya ketika masih hidup dan yang mengantarnya ketika sudah mati]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Daruqutni
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 13
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
أَيْضًا: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا وَاخْتَارَهَا عَلَى الْآخِرَةِ عَاقَبَهُ
اللّٰهُ بِسِتِّ عُقُوْبَاتٍ ثَلَاثٌ فِى الدُّنْيَا وَثَلَاثٌ فِى الْآخِرَةِ،
أَمَّا الثَّلَاثُ الَّتِيْ هِيَ فِى الدُّنْيَا: فَأَمَلٌ لَيْسَ لَهُ مُنْتَهَى)
Maqolah
yang ke tiga belas (Imam Hasan Basri telah berkata juga: Barang siapa
yang mengharapkan dunia dan lebih memilihnya diatas akhirat maka Allah akan
memberikan sangsi padanya dengan enam sangsi. Tiga sangsi itu di dunia dan tiga
sangsi itu di akhirat. Adapun tiga sangsi yang di dunia: Adalah lamunan-lamunan
kosong yang tidak ada habisnya)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ [مَثَّلَ الْإِنْسَانَ
وَالْأَمَلَ وَالْأَجَلَ فَمَثَّلَ الْأَجَلَ إِلَى جَانِبِهِ وَالْأَمَلَ
أَمَامَهُ فَبَيْنَمَا هُوَ يَطْلُبُ الْأَمَلَ أَمَامَهُ إِذْ أَتَاهُ الْأَجَلُ
فَاخْتَلَجَهُ] أَيْ اِنْتَزَعَهُ، رَوَاهُ ابْنُ أَبِى الدُّنْيَا.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ [Membuat
perumpamaan terhadap manusia dan lamunan-lamunan kosong dan ajal Maka Nabi
membuat perumpamaan terhadap ajal berada di sampingnya dan lamunan-lamunan
kosong berada di depannya ketika manusia mengejar lamunan kosong di depannya
tiba-tiba datang kepadanya ajal kemudian ajal mencabut nyawanya ]. Maksudnya
mencabut nyawanya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Dunia
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كَمْ مِنْ مُسْتَفْبِلٍ
يَوْمًا لَا يَسْتَكْمِلُهُ وَمُنْتَظِرٍ غَدًا لَا يَبْلُغُهُ لَوْ نَظَرْتُمْ
إِلَى الْأَجَلِ وَمَسِيْرِهِ لَأَبْغَضْتُمُ الْأَمَلَ وَغُرُوْرَهُ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ .
Dan
diriwaayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berapa
banyak orang yang menghadapi suatu hari namun dia tidak dapat
menyempurnakannya, dan berapa banyak orang yang menantikan hari esok namun dia
tidak sampai padanya. Jika kalian melihat ajal dan tempat perjalanannya maka
pasti kalian akan membenci pada lamunan-lamunan kosong dan tipu dayanya.]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَحِرْصٌ غَالِبٌ لَيْسَ لَهُ قَنَاعَةٌ) فَالْحِرْصُ يَسْلُبُ فَضَائِلَ النَّفْسِ وَيَمْنَعُ
مِنَ التَّوَفُّرِ عَلَى الْعِبَادَةِ وَيَبْعَثُ عَلَى التَّوَرُطِ فِى
الشُّبُهَاتِ،
(Dan
keserakahan yang mendominasi tidak ada baginya kepuasan) Maka
sifat rakus itu mencabut keutamaan-keutamaan diri dan menghalangi dari
menyempurnakan ibadah dan mendorong agar terjerumus ke dalam perkara-perkara
syubhat
وَلَيْسَ لِلْحَرِيْصِ غَايَةٌ مَقْصُوْدَةٌ يَقِفُ
عِنْدَهَا وَلَا نِهَايَةٌ مَحْدُوْدَةٌ يَقْنَعُ بِهَا لِأَنَّهُ إِذَا وَصَلَ
بِالْحِرْصِ إِلَى مَا أَمَّلَ أَغْرَاهُ ذٰلِكَ بِزِيَادَةِ الْحِرْصِ
وَالْأَمَلِ وَإِنْ لَمْ يَصِلْ رَأَى إِضَاعَةَ الْغِنَى لَوْمًا وَصَارَ بِمَا
سَلَفَ مِنْ رَجَائِهِ أَبْسَطَ أَمَلًا
Dan
tidak ada bagi orang yang serakah batas akhir yang dituju yang dia akan
berhenti pada tujuan akhir itu dan tidak ada batas akhir yang dibatasi yang ia
akan menerima pada batas akhir itu. Karena sesungguhnya ketika dia bisa
mencapai dengan sifat serakahnya pada perkara yang ia angan-angankan maka akan
menggoda kepadanya keberhasilan itu dengan bertambahnya keserakahan dan
bertambahnya angan-angan dan jika ia tidak bisa mencapai maka ia melihat pada
sia-sianya kekayaan dengan celaan dan jadilah dia dengan harta yang telah lalu
dari harapannya menjadi lebih luas angan-angannya
(وَأُخِذَ مِنْهُ حَلَاوَةُ الْعِبَادَةِ) بِتَشَاغُلِهِ عَنْهَا
(Dan
diambil darinya kenikmatan ibadah) Karena kesibukkannya menjauhi ibadah
(وَأَمَّا الثَّلَاثُ الَّتِي هِيَ فِى الْآخِرَةِ:
فَهَوْلٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) أَيْ
فَهِيَ أُمُوْرٌ مُخَوِّفَةٌ وَمُفْزِعَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (وَالْحِسَابُ
الشَّدِيْدُ) وَهُوَ حِسَابُ الْمُنَاقِشَةِ (وَالْحَسْرَةُ
الطَّوِيْلَةُ) أَيْ اَلْحُزْنُ الْمَدِيْدُ بِسَبَبِ التَّعَبِ
الشَّدِيْدِ.
(Dan
adapun tiga sangsi yang di akhirat: Adalah keributan pada hari kiamat) Maksudnya
akhirat adalah perkara-perkara yang menakutkan dan mengagetkan pada hari
kiamat (Dan hisab yang sangat berat) Dan hisab yang sangat
berat adalah hisab didebat (Dan penyesalan yang panjang) Maksudnya
kesedihan yang panjang karena rasa lelah yang sangat.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: لَا رَاحَةَ لِلْحَسُوْدِ) قَالَ
عَبْدُ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيُّ نَقْلًا عَنْ شَيْخِهِ الْبَدْرِ رَحِمَهُ
اللّٰهُ تَعَالَى : يُبْلَى الْحَسُوْدُ بِخَمْسَةٍ : حُصُوْلُ الذَّمِّ لَهُ
وَحُزْنٌ دَاءِمٌ وَغَلْقُ بَابِ التَّوْفِيقِ عَلَيْهِ وَمُصِيبَةٌ دَاءِمَةٌ لَا
أَجْرَ فِيهَا. وَالْغَضَبُ الشَّدِيْدُ عَلَيْهِ مِنْ اللّٰهِ تَعَالِيَ.
Maqolah
yang ke empat belas (Telah berkata Ahnaf Bin Qois Radhiallahu Anhu:
Tidak ada ketenangan bagi orang yang iri dengki) Telah berkata Abdul
Mu'ti As-Samlawi dengan menukil dari gurunya Al-Badr Rahimahullah Ta'ala: Akan
diberi ujian orang yang iri dengki dengan lima musibah: Hasilnya cacian bagi
dirinya dan kesedihan yang terus menerus dan dikunci pintu taufiq atas dirinya
dan musibah yang terus menerus tidak ada pahala di dalamnya. Dan murka yang
sangat besar kepada dirinya dari Allah Ta'ala.
قَالَ عَلِيٌّ الْمَاوَرْدِيُّ: وَحَقِيْقَةُ الْحَسَدِ
شِدَّةُ الْحُزْنِ عَلَى الْخَيْرَاتِ الَّتِي تَكُوْنُ لِلنَّاسِ الْأَفَاضِلِ.
أَمَّا الْمُنَافَسَةُ فَهِيَ طَلَبُ التَّشَبُّهِ بِالْأَفَاضِلِ مِنْ غَيْرِ
إِدْخَالِ ضَرَرٍ عَلَيْهِمْ. وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ
قَالَ: [الْمُؤْمِنُ يَغْبِطُ وَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ].
Telah
berkata Ali Al-Mawardi: Hakikat dari sifat iri dengki adalah sangat bersedih
atas kebaikan-kebaikan yang ada pada manusia yang lebih utama. Adapun bersaing
maka itu adalah mengejar kesamaan dengan orang-orang yang lebih utama dengan
tanpa memasukkan kemadaratan kepada orang yang lebih utama. Dan benar-benar
telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ bersabda: [Orang
mu'min itu cemburu dan orang munafik itu iri dengki].
(وَلَا مُرُوْءَةَ لِلْكَذُوْبِ) فَالْمُرُوْءَةُ مُرَاعَاةُ الْأَحْوَالِ الَّتِي
تَكُوْنُ عَلَى أَفْضَلِهَا حَتَّي لَا يَظْهَرَ مِنْهَا قَبِيْحٌ عَنْ قَصِّهِ
وَلَا يَتَوَجَّهُ إِلَيْهَا ذَمٌّ بِاسْتِحْقَاقٍ.
(Tidak
ada martabat bagi pembohong) Muru'ah adalah menjaga kehormatan dari
keadaan-keadaan yang ada pada keadaan yang lebih utama hingga tidak tampak dari
keadaan-keadaan itu prilaku yang buruk dari kisahnya dan tidak menghadap pada
keadaan-keadaan itu sebuah celaam dengan sebenarnya
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ
عَامَلَ النَّاسَ فَلَمْ يَظْلِمْهُمْ وَحَدَّثَهُمْ فَلَمْ يَكْذِبْهُمْ
وَوَعَدَهُمْ فَلَمْ يُخْلِفْهُمْ فَهُوَ مِمَّنْ كَمُلَتْ مُرُوْءَتُهُ
وَظَهَرَتْ عَدَالَتُهُ وَوَجَبَتْ أُخُوَّتُهُ ].
Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang
siapa yang bermuamalah dengan manusia kemudian dia tidak berbuat dzolim kepada
mereka dan dia berkata pada mereka kemudian dia tidak berbohong pada mereka dan
dia berjanji pada mereka kemudian dia tidak ingkar pada mereka maka dia adalah
termasuk dari sebagian orang yang telah sempurna kehormatannya dan nampak
keadilannya dan wajib berukhuwah dengannya].
(وَلَا حِيْلَةَ لِلْبَخِيْلِ) وَحَدُّ السَّخَاءِ بَذْلُ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ
عِنْدَ الْحَاجَةِ وَأَنْ يُوْصِلَهُ إلَى مُسْتَحِقِّهِ بِقَدْرِ الطَّاعَةِ،
(Dan
tidak ada jalan keluar bagi orang yang pelit) Definisi dermawan
adalah memberikan sesuatu yang ia butuh padanya ketika butuh dan menyalurkan
sesuatu itu kepada orang yang berhak dengan ukuran keta'atan
وَإِذَا كَانَ السَّخَاءُ مَحْدُودًا، فَمَنْ وَقَفَ عَلَى
حَدِّهِ سُمِيَ كَرِيمًا وَكَانَ لِلْحَمْدِ مُسْتَحِقًّا،وَمَنْ قَصَرَ عَنْهُ
كَانَ بَخِيلًا وَكَانَ لِلذَّمِّ مُسْتَوْجِبًا.
Dan
jika ada sifat dermawan itu terbatas maka barang siapa yang berhenti pada batas
kedermawanan maka dia dinamakan sebagai orang yang mulia dan ada baginya atas
pujian sebagai orang yang berhak. Dan barang siapa yang mengurangi dari batasan
kedermawanan maka ia ada sebagai orang yang pelit dan ada baginya atas hinaan sebagai
orang yang berhak
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [طَعَامُ
الْجَوَادِ دَوَاءٌ وَطَعَامُ الْبَخِيلِ دَاءٌ]،وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ:
اَلْبَخِيْلُ لَيْسَ لَهُ خَلِيْلٌ.
Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Makanan
dari orang dermawan itu jadi obat dan makanan dari orang pelit itu jadi
penyakit]. Dan telah berkata sebagian dari orang-orang yang beradab:
Orang yang pelit itu tidak ada baginya kekasih.
وَقَالَ صَالِحُ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوْسِ مِنْ بَحْرِ
الطَّوِيْلِ:
Telah
berkata Sholeh Bin Abdul Quddus dari bahar towil:
وَيُظْهِرُ
عَيْبَ الْمَرْءِ فِى النَّاسِ بُخْلُهُ $ وَيَسْتُرُهُ عَنْهُمْ
جَمِيْعًا سَخَاؤُهُ
Akan menampakan aib
seseorang di antara manusia sifat pelitnya $
Dan akan menutupi aib
dari semua manusia sifat dermawannya
تَغَطَّ بِأَثْوَابِ
السَّخَاءِ فَإِنَّنِيْ $ أَرَى كُلَّ عَيْبٍ فَالسَّخَاءُ غِطَاؤُهُ
Maka
tutupilah oleh kalian dengan baju-baju kedermawanan karena sesungguhnya $ Aku telah melihat setiap
aib maka sifat dermawanlah yang menjadi penutupnya
(وَلَا
وَفَاءَ لِلْمُلُوْكِ) لِأَنَّهُ
لَا يَسْتَحْيِ وَلَا يَخَافُ مِنْ آحَادِ الرَّعِيَّةِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[صِنْفَانِ
مِنْ أُمَّتِيْ إِنْ صَلَحُوْا صَلَحَتِ الْأُمَّةُ: اَلْأُمَرَاءُ وَالْفُقَهَاءُ] رَوَاهُ
أَبُوْ نُعَيْمٍ.
(Dan
tidak ada kesetiaan bagi raja-raja) karena sesungguhnya raja-raja tidak akan
malu dan takut kepada salah seorang dari rakyat. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi
ﷺ bersabda: [Ada dua golongan dari umatku
jika keadaan mereka baik maka pasti akan baik keadaan suatu umat: Yaitu para
pemimpin dan para fuqoha].
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَهْلِكَ الرَّعِيَّةُ
وَإِنْ كَانَتْ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً إِذَا كَانَتِ الْوُلَاةُ هَادِيَةً
مَهْدِيَّةً وَلٰكِنْ تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ هَادِيَةٌ مَهْدِيَّةً
إِذَا كَانَتِ الوُلَاةُ ظَالِمَةً مُسِيْئةً] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Rakyat
tidak akan binasa meskipun terbukti mereka dzolim dan buruk ketika ada para
penguasa yang memberi petunjuk dan diberi hidayah akan tetapi rakyat akan
binasa meskipun terbukti mereka memberi petunjuk dan diberi hidayah ketika ada
para penguasa yang dzolim dan buruk]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Abu
Nu'aim
وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ أَنْشَدَ مِنْ بَحْرِ
الْبَسِيْطِ
:
Dan
telah diriwayatkan sesungguhnya Abu Bakar telah melantunkan sya'ir dari bahar
basith:
إذَا أَرَدْتَ شَرِيْفَ
النَّاسِ كُلِّهِمِ $ فَانْظُرْ إِلَى مَلِكٍ فِي زِيِّ مِسْكِيْنِ
Jika
kamu ingin menjadi manusia mulia di antara manusia seluruhnya $
Maka
lihatlah raja yang menggunakan pakaian orang miskin
ذَاكَ الَّذِيْ حَسُنَتْ فِى
النَّاسِ سِيْرَتُهُ $ وَذَاكَ يَصْلُحُ لِلدُّنْيَا وَلِلدِّيْنِ
Itulah
orang yang bagus akhlaknya di antara manusia $
Dan
itulah orang yang layak untuk memimpin dunia dan agama
(وَلَا
سُؤْدَدَ لِسَيِّئِ الْخُلُقِ) رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سُوْءُ الْخُلُقِ شُؤْمٌ وشِرَارُكُمْ أَسْوَأُكُمْ
خُلُقًا] رَوَاهُ الْخَطِيْبُ، وَرُوِيَ أَنَّهُ َﷺ قَالَ: [إِنَّ
الْخُلُقَ السَّيِّئَ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ] رَوَاهُ
الْعَسْكَرِيُّ،
(Tidak
ada kemuliaan bagi orang yang buruk akhlaknya) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akhlak
yang buruk itu adalah kesialan dan yang paling buruk di antara kalian adalah
yang paling buruk di antara kalian akhlaknya] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Al-Khotib. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya akhlak yang buruk itu dapat
merusak amal sebagaimana merusaknya cuka pada madu]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Askari
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ عِبَادِ
اللّٰهِ تَعَالَى إِلَى اللّٰهِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ
الطَّبْرَانِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَكَارِمُ الْأَخْلَاقِ مِنْ
أَعْمَالِ الجَنَّةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan
telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Yang paling dicintai dari hamba-hamba Allah oleh Allah
adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya] Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam At-Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akhlak-akhlak yang
mulia itu termasuk dari amalan-amalan ahli surga]. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam At-Thobroni.
وَأَنْشَدَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ
عَنْهُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ :
Dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah
melantunkan sya'ir dari bahar basit :
إنَّ الْمَكَارِمَ أَخْلَاقٌ
مُطَهِّرَةٌ $ فَالْعَقْلُ أَوَّلُهَا
وَالدِّيْنُ ثَانِيْهَا
Sesungguhnya
kemuliaan itu adalah akhlak yang disucikan $ Maka akal adalah yang pertama dari akhlak
yang disucikan dan agama adalah yang kedua
وَالْعِلْمُ ثَالِثُهَا
وَالْحِلْمُ رَابِعُهَا $ وَالْجُوْدُ خَامِسُهَا
وَالْعُرْفُ سَادِسُهَا
Dan
ilmu adalah yang ketiganya dan rendah hati adalah yang keempatnya $ Dan dermawan adalah yang kelimanya dan adat
adalah yang keenamnya
وَالْبِرُّ سَابِعُهَا
وَالصَّبْرُ ثَامِنُهَا $ وَالشُّكْرُ تَاسِعُهَا
وَاللَّيِنُ عَاشِرُهَا
Dan
berbakti pada kedua orang tua adalah yang ketujuhnya dan sabar adalah yang ke
delapannya $
Dan
syukur adalah yang kesembilannya dan lemah lembut adalah yang kesepuluhnya
وَالْمُرَادُ بِالْعَقْلِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ
اِجْتِنَابُ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَأَدَاءُ فَرَائِضِ اللّٰهِ
Dan
yang dimaksud dengan akal sebagimana dalam hadits adalah menjauhi perkara-perkara
yang diharamkan Allah dan menunaikan perintah-perintah dari Allah.
(وَلَا رَادَّ لِقَضَاءِ اللّٰهِ) أَيْ لِتَقْدِيْرِهِ الْأَشْيَاءَ وَإِرَادَتِهِ
لَهَا كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ الْحِفْنِيُ.
(Dan
tidak ada penangkal terhadap qodho Allah) Maksudnya
terhadap takdirnya pada segala sesuatu dan kehendak Allah pada segala sesuatu
sebagaimana telah berkata tentang keterangan itu Syeikh Al-Hifni.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 15
Akan
datang ....
(وَ)الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (سُئِلَ بَعْضُ
الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِيْنَ جَرَّبُوْا الْأُمُوْرَ(هَلْ يَعْرِفُ
الْعَبْدُ إِذَا تَابَ أَنَّ تَوْبَتَهُ قُبِلَتْ أَمْ رُدَّتْ، قَالَ: لَا
أَحْكُمُ فِى ذٰلِكَ) أَيْ فِى كَوْنِ تَوْبَةِ الْعَبْدِ مَقْبُوْلَةً
أَوْ مَرْدُودَةً (وَلٰكِنْ لِذٰلِكَ) أَيْ لِقَبُوْلِ
التَّوْبَةِ (عَلَامَاتٌ) سِتَّةٌ
Maqolah
yang ke lima belas (Telah ditanya sebagian dari orang-orang yang
bijaksana) Maksudnya orang-orang yang telah membuktikan berbagai
hal (Apakah seorang hamba dapat mengetahui ketika bertaubat bahwa
sesungguhnya taubatnya telah diterima atau ditolak? Maka sebagian dari
orang-orang bijak itu berkata: Saya tidak bisa memastikan tentang hal itu) Maksudnya
tentang keadaan taubatnya seorang hamba diterima atau ditolak (Akan
tetapi bagi hal itu) Maksudnya bagi diterimanya taubat (Ada
tanda-tanda) yang enam
إِحْدَاهَا (أَنْ يَرَى) أَنْ
يَعْرِفَ (نَفْسَهُ غَيْرَ مَعْصُوْمَةٍ مِنَ الْمَعْصِيَةِ) فَيُجَوِّزُ
وُقُوْعُهَا فِيهَا. (وَ) الثَّانِيَةُ (يَرَى فِى
قَلْبِهِ الْفَرَحَ غَائِبًا) أَيْ بَعِيدًا عَنْهُ (وَالْحُزْنَ
شَاهِدًا) أَيْ حَاضِرًا عِنْدَهُ.
Salah
satu dari yang enam itu (Hendaknya ia mengetahui) Hendaknya ia
mengetahui (Pada dirinya sendiri tidak dima'sum dari kemaksiatan) Sehingga
memperkenankan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang
kedua (Dia melihat dalam dirinya terhadap rasa bahagia tidak ada) Maksudnya
jauh dari kebahagiaan (Dan terhadap rasa sedih hadir) Maksudnya
hadir di dalam hatinya.
(وَ)الثَّالِثَةُ (يَقْرُبُ
أَهْلَ الْخَيْرِ وَيُبَاعِدُ أَهْلَ الشَّرِّ) خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ
فِى الْمَعْصِيَةِ. (وَ) الرَّابِعَةُ (يَرَى
الْقَلِيْلَ مِنَ الدُّنْيَا كَثِيرًا) فَيَأْخُذُ مِنْهَا بِقَدْرِ
ضَرُوْرَتِهِ (وَيَرَى الْكَثِيْرَ مِنْ عَمَلِ الْآخِرَةِ قَلِيلًا) فَيَطْلُبُ
الزِّيَادَةَ عَلَيْهِ
(Dan) Yang
ke tiga (Dia mendekati orang yang baik dan menjauhi orang yang buruk) Karena
takut terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang ke
empat (Dia melihat sedikit dari dunia sebagai banyak) Sehingga
dia mengambil dari dunia itu dengan ukuran kebutuhannya (Dan dia
melihat banyak dari amal akhirat sebagai sedikit) Sehingga ia mencari
tambahan atas amalnya.
(وَ) الْخَامِسَةُ (يَرَى
قَلْبَهُ مُشْتَغِلًا بِمَا ضُمِنَ) أَيْ اُلْتُزِمَ (مِنَ
اللّٰهِ تَعَالِيَ) مِنْ أَنْوَاعِ التَّكَالِيْفِ (فَارِغًا) أَيْ
خَالِيًا (عَمَّا ضَمِنَ) أَيْ كَفَلَ (اللّٰهُ) تَعَالَى (مِنْهُ) أَيْ
لَهُ بِهِ مِنَ الرِّزْقِ.
(Dan) Yang ke
lima (Dia melihat hatinya sibuk dengan sesuatu yang diwajibkan) Maksudnya
di wajibkan (Dari Allah Ta'ala) Dari segala macam
kewajiban-kewajiban. (Hatinya kosong) Maksudnya kosong (Dari
sesuatu yang telah menjamin) Maksudnya memastikan (Allah) Ta'ala (Padanya) Maksudnya
menjamin padanya dengan sesuatu itu dari rizki.
(وَ) السَّادِسَةُ (يَكُوْنُ
حَافِظَ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ
الْأَعْمَالِ إِلَى اللّٰهِ حِفْظُ اللِّسَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ،
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ] رَوَاهُ
ابْنُ نَصْرٍ
(Dan) Yang
keenam (Terbukti dia menjaga lisan) Diriwayatkan sesungguhnya
Nabi bersabda: [Amalan-amalan yang paling dicintai Allah adalah menjaga
lisan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah yang paling banyak
diantara mereka berbicara dalam perkara yang tidak bermanfaat untuknya] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr
(دَاءِمَ الْفِكْرَةِ)فِي عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ، وَرُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلتَّفَكُّرُ فِى عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ
وَنَارِهِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ
قَالَ: [تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللّٰهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى اللّٰهِ
فَتَهْلَكُوْا]، (لَازِمَ الْغَمِّ وَالنَّدَامَةِ) عَلَى
مَا فَعَلَ مِنَ الْمَعَاصِيْ.
(Kekalnya
pemikiran) Dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya Allah
dan nerakanya Allah. Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tafakur dalam memikirkan keagungan Allah dan
surganya dan nerakanya satu waktu itu lebih baik daripada mendirikan sholat
malam]. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Bertafakurlah kalian semua dalam memikirkan ciptaan Allah
dan janganlah bertafakur kalian semua dalam memikirkan dzatnya Allah sehingga
kalian binasa]. (Senantiasa bingung dan sedih) Atas
perkara yang telah dia lakukan dari kemaksiatan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 16
(و) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ يَحْيَى
بْنُ مُعَاذٍ رَحِمَهُ اللّٰهُ: مِنْ أَعْظَمِ الْاِغْتِرَارِ) أَيْ اَلْاِجْتِرَاءِ
عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى (عِنْدِيْ اَلتَّمَادِي) أَيْ
اَلْمُلَازَمَةُ (فِى الذُّنُوْبِ عَلَى رَجَاءِ الْعَفْوِ) أَيْ
مَعَ رَجَاءِ مَحْوِ ذُنُوبِهِ (مِنْ غَيْرِ نَدَامَةٍ) أَيْ
تَوْبَةٍ مِنْهَا
Maqolah
yang ke enam belas (Telah berkata Yahya Bin Mu'adz Rahimahullah: Dari
sebagian penipuan terbesar) Maksudnya lancang kepada Allah
Ta'ala (Menurut saya adalah terus menerus) Maksudnya terus
menerus (Dalam dosa-dosa dengan harapan dima'afkan) Maksudnya
dengan harapan dihapus dosa-dosanya (Tanpa menyesal) Maksudnya
tanpa taubat dari dosa-dosa
(وَتَوَقُّعُ الْقُرْبِ) أَيْ اِنْتِظَارُ حُصُوْلِ الْمَرْتَبَةِ (مِنَ
اللّٰهِ تَعَالى بِغَيْرِ طَاعَةٍ) بَلْ بِالتَّعْطِيْلِ (وَانْتِظَارُ
زَرْعِ الْجَنَّةِ بِبَذْرِ النَّارِ) أَيْ اِنْتِظَارُ نَعِيْمِ الْجَنَّةِ
بِفِعْلِ الْمَعَاصِي
(Dan
mengharapkan kedekatan) Maksudnya menunggu hasilnya
martabat (Dari Allah Ta'ala tanpa melakukan keta'atan) Bahkan
dengan menganggur (Dan menunggu tanaman surga dengan menabur benih
neraka) Maksudnya menunggu kenikmatan-kenikmatan surga dengan
melakukan kemaksiatan.
(وَطَلَبُ دَارِ الْمُطِيْعِيْنَ بِالْمَعَاصِي) أَيْ طَلَبُ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ مِنْ غَيْرِ
طَرِيقِهَا بَلْ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللّٰهِ تَعَالَى قَالَ تَعَالَى [اِنَّمَا
تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ]
(Dan
mencari tempat orang-orang yang ta'at dengan kemaksiatan) Maksudnya
menuntut masuk surga tanpa menempuh jalan menuju surga bahkan dengan
menyelisihi perintah dari Allah Ta'ala. Allah ta'ala berfirman: [Sesungguhnya
kalian hanya dibalas dengan sesuatu yang telah kalian kerjakan].
(وَانْتِظَارُ الْجَزَاءِ) بِالْخِصَالِ الَّتِي تُؤَدِّي إلَى الرَّاحَةِ (بِغَيْرِ
عَمَلٍ) صَالِحٍ يُوْصِلُ إِلَى ذٰلِكَ
(Dan
menunggu balasan) dengan perkara-perkara yang
mendatangkan ketenangan (Tanpa beramal) Sholih yang bisa
menyampaikan dia pada perkara itu
(وَالتَّمَنِّى عَلَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ مَعَ الِافْرَاطِ) أَيْ مُجَاوَزَةِ حَدِّ الِاعْتِدَالِ (قَالَ
الشَّاعِرُ) مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
(Dan
berangan-angan kepada Allah Azza Wajalla serta melewati batas) Maksudnya
melewati batas kewajaran (Telah berkata seorang penya'ir) Dari Bahar Basit :
(يَرْجُو النَّجَاةَ وَلَا يَسْلُكْ
مَسَالِكَهَا $ اِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِى عَلَى
الْيَبِسِ)
(Dia
mengharapkan keselamatan sedangkan dia tidak mau menempuh jalan-jalan menuju
keselamatan $
Sesungguhnya perahu itu
tidak akan melewat di atas daratan yang kering)
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 17
(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ ( قَالَ
أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (حِيْنَ سُئِلَ مَا
خَيْرُ مَا يُعْطَى الْعَبْدُ) قَالَ هُو(عَقْلٌ غَرِيْزِيٌ) أَى
طَبِيْعِيٌ.
Maqolah
yang ke tujuh belas: (Telah berkata Ahnaf Bin Qois) Rahimahullhahu
Ta'ala (Ketika dia ditanya: Apa sebaik-baiknya anugrah yang diberikan
kepada seorang hamba?) Ahnaf menjawab (Akal Ghorizi) Maksudnya
watak.
رُوِيَ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَال: [مَا
اكْتَسَبَ الْمَرْءُ مِثْلَ عَقْلٍ يَهْدِى صَاحِبَهُ إلَى هُدًى أَوْ يَرَدُّهُ
عَنْ رَدًى]
Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah
seseorang dapat berusaha seperti akal yang akan memnunjukkan kepada pemiliknnya
petunjuk atau akan menolak kepada pemiliknya dari perkara yang buruk]
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)أَى لَمْ يُوجَدِ الْعَقْلُ (قَالَ أَدَبٌ صَالِحٌ) وَهُوَ
مَعْرِفَةُ مَا يَحْتَرِزُ بِهِ عَنْ جَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ
(Dikatakan
maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan
akal (Maka Ahnaf menjawab: Adab yang sholih) Yaitu mengetahui
sesuatu yang dapat menjaganya sebab perkara itu dari berbagai macam kesalahan.
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الْأَدَبُ (قَالَ
صَاحِبٌ مُوَفِّقٌ)
(Dikatakan
maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan adzab
yang sholih itu (Maka Ahnaf menjawab: Sahabat yang setia)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ
الْإِيْمَانِ التَّوَدُّدُ إلَى النَّاسِ وَمَا يَسْتَغْنِى رَجُلٌ عَنْ
مَشُوْرَةٍ وَإِنَّ أَهْلَ الْمَعْرُوْفِ فَى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ
الْمَعْرُوْفِ فِى الْآخِرَةِ وَأَهْلَ الْمُنْكَرِ فِى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ
الْمُنْكَرِ فِى الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُ
Telah
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Pangkalnya
akal sesudah iman adalah sayang kepada manusia. Dan tidaklah seseorang kaya
dari pepatah dan sesungguhnya orang yang ahli dalam kebaikan di dunia mereka
adalah orang yang ahli dalam kebaikan di akhirat dan orang yang ahli munkar di
dunia mereka adalah orang yang ahli munkar di akhirat]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الصَّاحِبُ (قَالَ قَلْبٌ
مُرَابِطٌ) أَى صَابِرٌ عَلَى أَذِيَّةِ الْخَلْقِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ
قَالَ: [لَوْ كَانَ الْمُؤْمِنُ عَلَى قَصَبَةٍ فِى الْبَحْرِ لَقَيَّضَى
اللّٰهُ لَهُ مَنْ يُؤْذِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ
(Dikatakan
maka jika tidak ada)Maksudnya jika tidak ditemukan sahabat yang
setia itu (Maka Ahnaf menjawab: Hati yang teguh) Maksudnya sabar terhadap
gangguan makhluk. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Seandainya seorang mukmin berada di atas rakit bambu di
lautan, niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan
mengganggunya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Syaibah
Catatan!
Maksud
dari kalimat "Niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan
mengganggunya" adalah Untuk melipat gandakan pahalanya dan menaikan derajatnya
(فَاِنْ
لَمْ يَكُنْ)بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ
عَلَى الصَّبْرِ (قَالَ طُوْلُ الصُّمْتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ
قَالَ [لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيْقَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَخْزُنَ
لِسَانَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ،
(Maka
jika tidak ada) Karena tidak mampu untuk bersabar (Maka
Ahnaf menjawab: Panjangnya diam) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidak akan sampai
seorang hamba pada hakikat keimanan sampai dia menjaga lisannya]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَال: [رَحِمَ اللّٰهُ مَنْ
حَفِظَ لِسَانَهُ وَعَرَفَ زَمَانَهُ وَاسْتَقَامَتْ طَرِيقَتُهُ] رَوَاهُ
أَبُو نُعَيْمٍ
Dan
telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Allah merahmati orang yang menjaga lisannya dan mengetahui zamannya
dan lurus jalannya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّمْتِ وَلَمْ يُوجَدْ
مِنْهُ وَاحِدٌ مِنْ تِلْكَ الْخَمْسَةِ (قَالَ مَوْتٌ حَاضِرٌ) أَى
مَوْتًا خَيْرٌ مِنْ حَيَاتِهِ.
(Dikatakan
maka jika tidak ada) Karena dia tidak mampu untuk diam dan
tidak ditemukan dalam dirinya satupun dari kelima perkara itu (Maka
Ahnaf menjawab: Mati yang hadir) Maksudnya kematian itu lebih baik
dibandingkan hidupnya.
Catatan!
Maksud
dari pernyataan "kematian lebih baik dibandingkan hidupnya" adalah
untuk menegaskan bahwa nilai kehidupan seseorang yang tidak menemukan satupun
dari lima perkara tersebut dianggap kurang berharga dibandingkan kematian,
namun bukan berarti dianjurkan untuk mengambil tindakan bunuh diri ketika tidak
menemukan satupun dari lima perkara itu karena bunuh diri merupakan perbuatan
yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7
بَابُ السُّبَاعِيِّ
وَفِيْهِ عَشَرَةُ مَوَاعِظِ، خَمْسَةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِي
آثَارٌ.
Dalam bab ini ada sepuluh nasihat, lima Akhbar dan
sisanya atsar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 1
اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: سَبْعَةُ نَفَرٍ يُظِلُّهُمُ
اللّٰهُ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ) أَيْ
يَحْمِيْهِمُ اللّٰهُ فِى الْمَوْقِفِ مِنَ الْمَكَارِهِ
Maqolah
yang pertama (Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu dari Nabi ﷺ: Ada tujuh golongan yang mereka akan
diberi naungan oleh Allah di bawah naungan 'Arsy-Nya pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya) Maksudnnya Allah akan melindungi
mereka di padang mahsyar dari kesulitan-kesulitan.
(إِمَامٌ عَادِلٌ) وَهُوَ كُلُّ مَنْ نَظَرَ فِى شَيْءٍ مِنْ
أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنَ الْوُلَاةِ وَالْحُكَّامِ
(Imam
yang adil) Imam yang adil adalah setiap orang yang
mempertimbangkan sesuatu dari urusan orang-orang Islam dari kalangan penguasa
dan pemerintah.
(وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ اللّٰهِ تَعَالَى) أَيْ اِبْتَدَأَ عُمُرَهُ فِيهَا وَمُتَلَبِّسًا
بِهَا وَخُصَّ الشَّابُّ لِأَنَّهُ مَحَلُّ الشَّهْوَةِ
(Dan
pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah) Maksudnya
dia mengawali umurnya dalam beribadah kepada Allah dan terlibat dengan ibadah
dan dikhusukan menyebut pemuda karena sesungguhnya pemuda adalah tempatnya
syahwat.
(وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللّٰهَ) بِلِسَانِهِ أَوْ قَلْبِه (خَالِيًا) مِنَ
النَّاسِ أَوْ مِنَ الْاِلْتِفَاتِ لِمَا سِوَى اللّٰهِ ( فَفَاضَتْ) أَيْ
سَالَتْ (عَيْنَاهُ دَمْعًا مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ تَعَالَى، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُتَعَلِّقٌ بِالْمَسْجِدِ إذَا خَرَجَ) مِنْهُ (حَتَّى يَعُوْدَ
إلَيْهِ) أَيْ قَلْبُهُ شَدِيْدُ الْحُبِّ لَهُ وَلِمُلَازَمَةِ
الْجَمَاعَةِ فِيْهِ
(Dan
lelaki yang yang berdzikir kepada Allah) Dengan
lisannya atau dengan hatinya (Dalam keadaan sepi) Dari manusia
atau dari berpaling kepada selain Allah (Sehingga berlinanglah) Maksudnya
mengalir (Kedua matanya dengan air mata karena takut kepada Allah
Ta'ala. Dan seorang laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid ketika dia
keluar) Dari masjid (Hingga dia kembali ke masjid) Maksudnya
hatinya sangat cinta pada masjid dan cinta untuk berjamaah di dalam masjid.
(وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ) أَيْ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ (فَأَخْفَاهَا) أَيْ
كَتَمَهَا عَنِ النَّاسِ (فَلَمْ تَعْلَمْ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِيْنُهُ) أَيْ
لَوْ قُدِّرَتِ الشِّمَالُ رَجُلًا مُسْتَيْقِظًا مَا عَلِمَ صَدَقَةَ الْيَمِيْنِ
لِلْإِخْفَاءِ، وَقِيْلَ الْمُرَادُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ مِنَ النَّاسِ
(Dan
seorang laki-laki yang bersedekah dengan suatu sedekah) Maksudnya
sedekah sunnah (Kemudian dia menyembunyikannya) Maksudnya
merahasiakannya dari manusia (Sehingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang dilakukan tangan kanannya) Maksudnya andai tangan kiri
dianggap sebagai seseorang yang terjaga maka ia tidak akan mengetahui sedekahnya
tangan kanan karena kerahasiaannya. Dan dikatakan yang dimaksud dari tangan
kanannya dan tangan kirinya adalah manusia
(وَرَجُلَانِ تَحَابَّا) أَيْ أَحَبَّ كُلٌّ مِنْهُمَا صَاحِبَهُ (فِي
اللّٰهِ) أَيْ لِطَلَبِ رِضَا اللّٰهِ لَا لِغَرَضٍ دُنْيَوِيٍّ (فَاجْتَمَعَا
عَلَى ذٰلِكَ) الْحُبِّ (وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ) أَيْ
اِسْتَمَرَّا عَلَى مَحَبَّتِهِمَا حَتَّى فَرَّقَ بَيْنَهُمَا الْمَوْتُ
(Dua
orang yang saling mencintai) Maksudnya mencintai masing-masing
dari keduanya pada pasangannya (Karena Allah) Maksudnya karena
mengharapkan ridho Allah bukan karena tujuan duniawi (Kemudian mereka
berkumpul karena itu) Cinta (Dan mereka berpisah karena cinta
tersebut) Maksudnya mereka tetap dalam cinta mereka sampai kematian
memisahkan keduanya
(وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ جَمَالٍ إلَى
نَفْسِهَا فَأَبَى) أَيْ
اِمْتَنَعَ (وَقَالَ) بِلِسَانِهِ أَوْ بِقَلْبِهِ زَاجِرًا
لَهَا عَنِ الْفَاحِشَةِ (إنِّيْ أَخَافُ اللّٰهَ تَعَالَى) وَقَدْ
نَظَمَ هٰذِهِ السَّبْعَةَ أَبُو شَامَةٍ مِنْ الْبَحْرِ الطَّوِيلِ فَقَالَ:
(Dan
seorang lelaki yang mengajak kepadanya seorang wanita yang memiliki paras
cantik kepada diri wanita itu kemudian dia menolak) Maksudnya
menolak (Dan dia berkata) Dengan lisannya atau dengan hatinya
sambil mencegah wanita itu dari perbuatan zinah (Sesungguhnya aku takut
kepada Allah Ta'ala) Dan benar-benar telah menadzomkan tujuh golongan
ini oleh Abu Syamah dari bahar towil:
وَقَالَ
النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى إِنَّ سَبْعَةً $ يُظِلُّهُمُ اللّٰهُ الْعَظِيْمُ بِظِلِّهِ
Dan telah bersabda
Nabi Musthofa sesungguhnya ada tujuh golongan $ Yang mereka akan diberi naungan oleh Allah
yang maha agung dengan naungannya
مُحِبٌّ عَفِیْفٌ
نَاشِیءٌ مُتَصَدِّقٌ $ وَبَاكٍ مُصَلٍّ وَالْإِمَامُ بِعَدْلِهِ
Orang yang cinta
karena Allah, Orang yang menjaga dirinya dari perbuatan zinah, Orang yang
tumbuh dalam beribadah kepada Allah, Orang yang bersedekah $ Orang yang menangis ketika berdzikir kepada
Allah, Orang yang sholat dan imam karena sifat adilnya
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُوْ
بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: اَلْبَخِيْلُ) وَهُوَ
الْمَانِعُ مِنْ مَالِ نَفْسِهِ (لَا يَخْلُوْ مِنْ إِحْدَى السَّبْعِ) اَلْمُهْلِكَاتِ
Maqolah
yang ke dua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu :
Orang yang pelit) Yaitu orang yang menahan dari hartanya sendiri (Tidak
akan lepas dari salah satu yang tujuh) yang membinasakan
(إِمَّا أَنْ يَمُوْتَ فَيَرِثُهُ مَنْ يَبذُلُ) أَىْ يُفْنِى وَفِى نٌسْخَةٍ يَبْذُرُ أَىْ
يُفَرِّقُ (مَالَهُ وَيُنْفِقُهُ) أَىْ يُخْرِجُهُ (لِغَيْرِ
مَا أَمَرَ اللّٰهُ تَعَالَى أَوْ يُسَلِّطُ اللّٰهُ عَلَيْهِ سُلْطَانًا جَائِرًا
فَيَأْخُذُهُ) أَىْ مَالَهُ مِنْهُ (بَعْدَ تَذْلِيْلِ نَفْسِهِ) بِالتَّعْذِيْبِ
(Mungkin
dia akan mati kemudian mewarisi darinya orang yang akan menghabiskan) Yaitu
merusak dan dalam sebuah naskah, akan memubadzirkan, Maksudnya
menghamburkan (Hartanya dan membelanjakannya) Maksudnya
mengeluarkan hartanya (Untuk selain perkara yang telah Allah Ta'ala
perintahkan atau Allah akan mengutus kepadanya Sultan yang dzolim kemudian
Sultan itu mengambil hartanya) Maksudnya hartanya dari dirinya (Sesudah
menghinakan dirinya) Dengan siksaan.
(أَوْ يُهِيْجُ) أَىْ يُحَرِّكُ اللّٰهُ لَهُ (شَهْوََةً
تُفْسِدُ عَلَيْهِ مَالَهُ) فِى تِلْكَ الشَّهْوَةِ
(Atau
Allah akan membangkitkan) Maksudnya Allah akan menggerakkan bagi
orang pelit itu (Syahwat yang akan merusak padanya pada hartanya) Karena
syahwat tersebut.
(أَوْ يَبْدُوْلَهُ رَأْيٌ) أَيْ يَظْهَرُ مِنْهُ فِكْرَةٌ (فِى بِنَاءٍ
أَوْ عِمَارَةٍ) بِبِنَاءٍ أَوْ نَحْوِهِ (فِى أَرْضٍ خَرَابٍ) أَيْ
فَاسِدَةٍ (فَيَذْهَبُ فِيْهِ مَالُهُ أَوْ يُصِيْبُ لَهُ) أَيْ
لِذٰلِكَ الْمَالِ (نَكْبَةٌ) بِفَتْحِ النُّوْنِ أَىْ
مُصِيْبَةٌ (مِنْ نَكَبَاتِ الدُّنْيَا مِنْ غَرْقٍ) فِى
الْمَاءِ
(Atau
akan nampak baginya suatu ide) Maksudnya nampak dari dirinyanya sebuah
pemikiran (Tentang pembangunan atau arsitektur) Dengan
pembangunan atau semacamnya (Di tanah yang rusak) Maksudnya
yang rusak (Sehingga habis di tempat itu hartanya atau akan menimpa
pada harta itu) Maksudnya pada harta itu (Musibah) Dengan
memfathahkan huruf nun Maksudnya musibah (Dari musibah-musibah dunia
karena tenggelam) Ke dalam air
(أَوْ حَرْقٍ) بِالنَّارِ (أَوْ سَرِقَةٍ وَمَا أَشْبَهَ
ذٰاِلكَ) مِنْ إِصَابَةِ الْمَطَرِ أَوِ الدُّوْدِ أَوِ
الْفِعْرَانِ
(Atau
terbakar) Dengan api (Atau tercuri dan yang serupa
dengan itu) Karena terkena hujan atau serangga atau
tikus-tikus.
(أَوْ يُصِيْبُهُ) أَيْ بَدَنَهُ (عِلَّةٌ دَائِمَةٌ فَيُنْفِقُ
مَالَهُ فِى مُدَاوَاتِهَا أَوْ يُدْفِنُهُ) أَىْ مَالَهُ (فِى
مَوْضِعٍ مِنَ الْمَوَاضِعِ فَيَنْسَاهُ فَلَا يَجِدُهُ) أَوْ يَمُوْتُ
هُوَ قَبْلَ أَنْ يَأْخُذَ مَالَهُ فِى ذٰلِكَ الْمَوْضِعِ وَلَا يَعْرِفُ أَحَدٌ
مَوْضِعَ ذٰلِكَ الْمَالِ فَهٰذِهِ كُلُّهَا مُشَاهَدَةٌ بَيْنَ النَّاسِ أَعُوَْذُ
بِاللّٰهِ مِنَ الْبُخْلِ.
(Atau
akan menimpa kepadanya) Maksudnya kepada badannya (Penyakit
yang berkepanjangan sehingga dia membelanjakan hartanya untuk mengobati
penyakitnya atau dia mengubur harta itu) Maksunya hartanya (Di
satu tempat dari berbagai tempat kemudian dia melupakannya sehingga dia tidak
dapat menemukannya) Atau dia mati sebelum mengambil hartanya di tempat
tersebut dan tidak ada yang tahu seorangpun pada tempat harta tersebut. Maka
semua ini adalah hal yang sering terjadi di antara manusia. Aku berlindung
kepada Allah dari sifat kikir.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ كَثُرَ ضَحْكُهُ قَلَّتْ هَيْبَتُهُ) فَلَا
يَهَا بُهُ النَّاسُ وَلَا يُعَظِّمُهُ. عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ الْغِفَارِي قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [إيَّاكَ وَكَثْرَةَ الضَّحِكِ فإِنَّهُ
يُمِيْتُ الْقَلْبَ وَيَذْهَبُ بِنُوْرِ الْوَجْهِ]
Maqolah
yang ke tiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Barang siapa banyak
tertawanya maka berkuranglah wibawanya) Sehingga tidak akan memuliakan
kepadanya manusia dan mengagungkannya. Dari Abu Dzar Al-Ghifari Radhiallhuanhu
berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Jauhilah
olehmu banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati
dan menghilangkan cahaya wajah].
(وَمَنْ اِسْتَخَفَّ بِالنَّاسِ اُسْتُخِفَّ بِهِ) وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ
قَالَ: [اَلْمُزَاحُ اِسْتِدْرَاجٌ مِنَ الشَّيْطَانِ واخْتِدَاعٌ مِنَ
الْهَوَى] وَقَالَ عُمَرُ ابْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ رَحِمَهُ اللّٰهُ
تَعَالَى: اِتَّقُوْا الْمِزَاحَ فَإِنَّهُ حَمَقَةٌ تُوْرِثُ ضَغِيْنَةً. وَقَالَ
الْمَاوَرْدِيُّ:
(Dan
barang siapa yang meremehkan manusia maka ia akan diremehkan oleh manusia) Dan
benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ
bersabda: [Bercanda adalah tipu daya dari setan dan tipuan dari hawa
nafsu]. Dan telah berkata Umar bin Abdul Aziz Rahimahullahu Ta'ala:
Hindari olehmu bercanda karena sesungguhnya bercanda itu adalah kebodohan yang
menimbulkan dendam. Dan Imam Al-Mawardi berkata:
إِنَّ الْمِزَاحَ بَدْؤُهُ
حَلَاوَةٌ $ لَكِنَّمَا آخِرُهُ عَدَاوَةٌ
Sungguh guyonan itu
awalnya manis Akan tetapi akhirnya adalah permusuhan
يَحْتَدُّ مِنْهُ الرَّجُلُ الشَّرِيْفُ $ وَيَجْتَرِي بَِسخْفِهِ السَّخِيْفُ
Menjadi marah karena
guyonan itu orang yang mulia $ Dan lancang merendahkan kepada orang mulia itu rakyat jelata
قَوْلُهُ: يَحْتَدُّ أَيْ يَغْضَبُ وَالسَّخِيْفُ نَاقِصُ
الْعَقْلِ
Ucapan
penyair: Lafadz يَحْتَدُّ maksudnya
adalah marah dan lafadz اَلسَّخِيْفُ adalah
orang yang kurang akalnya
(ومَنْ أَكْثَرَ مِنْ شَيْءٍ عُرِفَ بِهِ) أَيْ اِشْتَهَرَ بَيْنَ النَّاسِ بِذٰلِكَ الشَّيْءِ
كَمَا قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: قِيْمَةُ الْمَرْءِ مَا كَانَ
يُحْسِنُهُ. (وَمَنْ كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ) بِفَتْحَتَيْنِ
أَيْ خَطَؤُهُ مِنَ الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ.
(Dan
barangsiapa banyak melakukan sesuatu maka ia pasti dikenal karena sesuatu itu) Maksudnya
ia terkenal di antara manusia karena sesuatu itu sebagaimana telah berkata Ali
Karramallahu Wajhah: Nilai seseorang adalah sesuatu yang dia bisa mengerjakan
sebaik-baiknya (Dan barang siapa banyak omongannya maka banyak pula
salahnya) Lafadz سقط dengan dua fathah maksudnya adalah
kesalahannya dari ucapan dan perbuatan.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِیْهِ] رَوَاهُ
ابْنُ نَصْرٍ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sungguh
manusia yang paling banyak dosa-dosanya pada hari kiamat adalah yang paling
banyak di antara mereka ucapannya dalam hal yang tidak bermanfaat baginya] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يُعَذَّبُ اللِّسَانُ بِعَذَابِ
لَا يُعَذّبُ بِهِ شَيءٌ مِنَ الْجَوَارِحِ فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ لِمَ
عَذَّبْتَنِيْ بِعَذَابٍ لَمْ تُعَذِّبْ بِهِ شَيْئًا مِنَ الْجَوَارِحِ
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akan
diadzab lisan dengan suatu adzab yang tidak akan diadzab dengan adzab tersebut
sesuatu apapun dari anggota-anggota badan yang lain kemudian lisan berkata: Ya
Rabb kenapa engkau mengadzabku dengan suatu adzab yang tidak akan diadzab
dengan adzab tersebut sesuatu apapun dari anggota-anggota badan yang lain ?
فَيُقَالُ لَهُ: خَرَجَتْ مِنْكَ كَلِمَةٌ بَلَغَتْ
مَشَارِقَ الْأَرْضِ ومَغَارِبَهَا فَسُفِكَ بِهَا الدَّمُ الْحَرَامُ وأُخِذَ
بِهَا الْمَالُ الْحَرَامُ وَانْتُهِكَ بِهَا الْفَرْجُ الحَرَامُ فَوَعِزَّتِيْ
لِأُعَذِّبَنَّكَ بِعَذَابٍ لَا أُعَذِّبُ بِهِ شَيْئًا مِنَ الْجوَارِحِ] رَوَاهُ
أَبُوْ نُعَیْمٍ.
Maka
dikatakan kepada lisan: Telah keluar darimu perkataan yang sampai ke belahan
timur dan barat sehingga ditumpahkan sebab perkataanmu itu darah yang haram dan
dirampas karena perkataanmu itu harta yang haram dan dilanggar sebab
perkataanmu itu farji wanita yang haram. Demi kemuliaanku benar-benar aku akan
mengadzabmu dengan suatu adza yang aku tidak akan mengadzab dengannya suatu
apapun dari anggota badan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Abu Nu'aimin.
(وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ قَلَّ حَيَاؤُهُ) قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: مَنْ كَسَاهُ الْحَيَاءُ
ثَوْبُهُ لَمْ يَرَ النَّاسُ عَيْبَهُ. وَقَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: حَيَاةُ
الْوَجْهِ بِحَيَائِهِ كَمَا أَنَّ حَيَاةَ الْغَرْسِ بِمَائِهِ. قَالَ صَالِحُ
بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوْسِ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ :
(Dan
barang siapa yang banyak kesalahan ucapannya maka sedikitlah rasa malunya) Telah
berkata sebagian dari para hukama: Barang siapa yang menutup rasa malu sebagai
bajunya maka manusia tidak akan melihat aibnya. Dan telah berkata sebagian ahli
bahasa: hidupnya wajah itu bergantung sifat malunya sebagaimana sesungguhnya
hidupnya tanaman itu bergantung airnya. Telah berkata Sholih Bin Abdul Quddus
dari bahar towil
إِذَا
قَلَّ مَاءُ الْوَجْهِ قَلَّ حَيَاؤُهُ $ وَلَا
خَيْرَ فِى وَجْهٍ إِذَا قَلَّ مَاؤُهُ
Jika sedikit air wajah
maka sedikit rasa malunya Dan tidak ada kebaikan
pada wajah jika sedikit airnya
حَيَاءُكَ فَاحْفَظْهُ عَلَيْكَ وَإِنَّمَا $ يَدُلُّ عَلَى فِعْلِ الْكَرِيْمِ حَيَاؤُهُ
Rasa malumu jagalah
dia olehmu karena sesungguhnya $ Akan menunjukkan pada perbuatan orang yang mulia rasa malunya
(وَمَنْ قَلَّ حَيَاؤُهُ قَلَّ وَرَعُهُ) وَهُوَ اجْتِنَابُ الشُّبُهَاتِ خَوْفًا مِنَ
الْوُقُوْعِ فِى الْمُحَرَّمَاتِ (وَمَنْ قَلَّ وَرَعُهُ مَاتَ قَلْبُهُ) فَلَمْ
يَقْبَلِ الْمَوَاعِظَ فَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى قَلْْبٌ
قَاسٍ.
(Dan
barang siapa yang sedikit rasa malunya maka sedikitlah sifat wara'nya) Wara'
adalah menjauhi perkara-perkara syubhat karena takut terjerumus dalam
perkara-perkara yang diharamkan (Dan barang siapa yang sedikit sifat
wara'nya maka matilah hatinya) Sehingga tidak menerima pada nasihat.
Sungguh manusia yang paling jauh dari Allah Adalah hati yang keras.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ عُثْمَانَ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ فِى) تَفْسِيْرِ (قَوْلِهِ
تَعَالَى: ﴿وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَّهُمَا﴾ [الكهف: الآية ٨٢]) أَيْ
يَتِيْمَيْنِ هُمَا أَصْرَمُ وَصَرِيْمُ
Maqolah
yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu Sesungguhnya dia berkata
mengenai) Tafsir (Firman Allah Ta'ala: ﴾Dan
ada di bawahnya harta simpanan milik kedua anak yatim itu﴿
[Q.S Al-Kahfi: Ayat 82]) Maksudnya kedua anak yatim
mereka adalah ashrom dan shorim
(﴿وَكَانَ أَبُوْهُمَا صَلِحًا﴾ [الكهف: الآية ٨٢]) اِسْمُهُ كَاشِحٌ (اَلْكَنْزُ لَوْحٌ مِنْ ذَهَبٍ
وَعَلَيْهِ، أَيْ اللَّوْحِ، سَبْعَةُ أَسْطُرٍ مَكْتُوْبٌ فِى إِحْدَاهَا) أَيْ
السَّبْعَةِ
(﴾Dan bapak dari kedua anak yatim itu adalah orang yang
sholeh﴿ [Q.S Al-Kahfi: Ayat
82]) Namanya adalah Kasyih (Harta simpanan itu
berupa papan dari emas dan di atasnya maksudnya di atas papan emas ada tujuh
baris tulisan ditulis pada salah satunya) Maksudnya dari yang tujuh
(عَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الْمَوْتَ) أَنَّهُ وَاقِعٌ يَقِيْنًا (وَهُوَ يَضْحَكُ) فِى
السِّخْرِى بِكَسْرِ السِّيْنِ
(Aku
heran kepada orang yang tau kematian) Sesungguhnya kematian itu akan terjadi
dengan yakin (Sedangkan dia tertawa) Dalam mengejek.
lafadz اَلسِّخْرِ divaca
dengan kasroh pada huruf س.
(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا فَانِيَةً وَهُوَ
يَرْغَبُ فِيْهَا) وَيَتَوَجَّهُ
إِلَى اِشْتِغَالِهَا
(Dan
aku heran kepada orang yang mengerti dunia akan rusak sedangkan dia berhasrat
pada dunia) dan dia menghadap pada kesibukan
dunia
(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ أَنَّ الْْأُمُوْرَ بِأَقْدَارٍ) أَيْ بِتَقْدِيْرِ اللّٰهِ إِيَّاهَا (وَهُوَ
يَغْتَمُّ) أَيْ يَحْزَنُ (لِلْفَوَاتِ) أَيْ لِفَوَاتِ
تِلْكَ الْأُمُوْرِ
(Dan
saya heran kepada orang yang mengetahui bahwa segala urusan itu dengan batas
takdir) Maksudnya dengan takdir Allah kepada semua
perkara (Sedangkan dia bersedih) Maksudnya bersedih (karena
kehilangan) Maksudnya karena kehilangan perkara-perkara itu
(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الْحِسَابَ) بِالْمُنَاقَشَةِ (وَهُوَ يَجْمَعُ مَالًا،
وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ النَّارَ) أَيْ دَارَ الْعِقَابِ (وَهُوَ
يَذْنَبُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْعَلُ الْإِثْمَ
(Dan
aku heran kepada orang yang mengetahui hisab) Dengan
perdebatan (Sedangkan dia mengumpulkan harta, dan aku heran kepada
orang yang mengetahui neraka) Maksudnya tempat siksa (Sedangkan
dia berbuat dosa) Maksudnya keadaan sesungguhnya orang itu berbuat
dosa.
(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الْجَنَّةَ) أَيْ دَارَ الثَّوَابِ (يَقِيْنًا وَهُوَ
يَسْتَرِيْحُ بِالدُّنْيَا) أَيْ يُقْبِلُ الرَّاحَةَ بِالدُّنْيَا
(Dan
aku heran kepada orang yang mengetahui surga) Maksudnya tempat
pahala (Dengan yakin sedangkan dia bersantai dengan dunia) Maksudnya
ia menghadapi kenyamanan dengan dunia
(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرْفَ الشَّيْطَانَ عَدُوًّا) لَهُ (فَأَطَاعَهُ) فِى دُعَائِهِ
إِلَى الْمَعَاصِى.
(Dan
aku heran kepada orang yang mengetahui setan sebagai musuh) Baginya (Kemudian
dia menta'ati setan) Dalam ajakannya menuju kemaksiatan
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (سُئِلَ
عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَا
أَثْقَلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا أَوْسَعُ مِنَ الْأَرْضِ وَمَا أَغْنَى مِنَ الْبَحْرِ
وَمَا أَشَدُّ مِنَ الْحَجَرِ وَمَا أَحَرُّ مِنَ النَّارِ وَمَا أَبْرَدُ مِنَ
الزَّمْهَرِيْرِ وَمَا أَمَرُّ مِنَ السُّمِّ؟
Maqolah
yang ke lima (Ditanya Ali Radhiallahu Anhu) Wa Karroma
Wajhahu (Apa yang lebih berat daripada langit dan apa yang lebih luas
daripada bumi dan apa yang lebih kaya daripada lautan dan apa yang lebih keras
daripada batu dan apa yang lebih panas daripada api dan apa yang lebih dingin
daripada air embun dan apa yang lebih pait daripada racun?
فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: اَلْبُهْتَانُ) أَيْ اِفْتِرَاءُ الْكَذِبِ وَالْقَذْفُ
بِالْبَاطِلِ (عَلَى الْبَرَايَا) أَيْ الْخَلَائِقِ (أَثْقَلُ
مِنَ السَّمَاءِ. وَالْحَقُّ) أَيْ اَلْحُكْمُ الْمُطَابِقُ
لِلْوَاقِعِ (أَوْسَعُ مِنَ الْأَرْضِ) مِنْ مَشْرِقِهَا إِلَى
مَغْرِبِهَا
Berkata
Ali Radhiallahu Anhu: Berdusta) Maksudnya berbuat kebohongan dan
menuduh dengan batil (Kepada manusia) Maksudnya para
makhluk (Itu lebih berat daripada langit. Dan kebenaran) Maksudnya
hukum yang cocok dengan realitas (Itu lebih luas daripada bumi) Dari
awal arah timurnya sampai arah baratnya
(وَقَلْبُ الْقَانِعِ) أي الرَّاضِى بِالْقِسْمَةِ (أَغْنَى
مِنَ الْبَحْرِ وَقَلْبُ الْمُنَافِقِ أَشَدُّ) قَسْوَةً (مِنَ
الْحَجَرِ) فَإِنَّ الْحَجَرَ يَتَأَثَّرُ بِالْحَدِيْدِ وَبِمُرُوْرِ
الْحَبْلِ وَالْمَطَرِ مَعَ طُوْلِ الزَّمَنِ بِخِلَافِ قَلْبِ الْمُنَافِقِ
فَإِنَّهُ لَا يَتَأَثَّرُ بِأَنْوَاعِ الْمَوَاعِظِ
(Dan
hati orang yang qona'ah) Maksudnya ridho dengan bagian dari
Allah (Itu lebih kaya daripada lautan dan hati orang munafik itu lebih
berat) kerasnya (daripada batu) Karena sesungguhnya
batu itu dapat membekas oleh besi dan oleh gesekan tali dan oleh hujan dengan
lamanya waktu berbeda dengan orang munafik karena sesungguhnya hati orang
munafik itu tidak akan membekas dengan berbagai macam nasihat.
(وَالسُّلْطَانُ الْجَائِرُ أَحَرُّ) أَيْ أَشَدُّ حَرًّا (مِنَ النَّارِ
وَالْحَاجَةُ إِلَى اللَّئِيْمِ) أَيْ طَلَبُ الْحَاجَةِ مِنَ
الشَّحِيْحِ النَّفْسِ وَالدَنِيْءِ الْأَصْلِ (أَبْرَدُ مِنَ الزَّمْهَرِيْرِ)
أَيْ شِدَّةِ الْبَرْدِ
(Dan
penguasa yang dzolim itu lebih panas) Maksudnya sangat panas (Daripada
api dan butuh kepada orang yang tercela) Maksudnya meminta kebutuhan
dari orang yang pelit sifatnya dan dari orang yang hina asalnya (Itu
lebih dingin daripada zamharir) Maksudnya sesuatu yang sangat dingin
(وَالصَّبْرُ أَمَرُّ) أَيْ أَشَدُّ مُرًّا (مِنَ السُّمِّ،
وَقِيْلَ: اَلنَّمِيْمَةُ أََمَرُّ مِنَ السُّمِّ) رُوِيَ أَنَّهُ
قَالَ: [لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ] رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَهُوَ بِفَتْحِ الْقَافِ وَتَشْدِيْدِ
التَّاءِ: أَيْ نَمَّامٌ كَمَا فِى رِوَايَةٍ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَيْسَ
مِنِّي ذُو حَسَدٍ وَلَا نَمِيْمَةٍ وَلَا كَهَانَةٍ وَلَا أَنَا مِنْهُ].
(Dan
sabar itu lebih pahit) Maksudnya sangat pahit (Daripada
racun, dan dikatakan: Namimah itu lebih pahit daripada racun) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidak akan masuk surga orang yang suka adu
domba] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari dan Imam Muslim
Dan Imam Abu Daud. Lafadz قتات dengan memfathahkan huruf ق dan
tasydid pada huruf ت:
Maksudnya adalah orang yang suka adu domba. Sebagaimana dalam riwayat
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Bukan
termasuk golongan umatku orang yang dengki dan bukan termasuk golongan umatku
orang yang suka adu domba dan bukan termasuk golongan umatku seorang dukun dan
aku tidaklah termasuk dari golongan itu].
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: اَلدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ) لِزَوَالِهَا (وَمَالُ
مَنْ لَا مَالَ لَهُ) كَذٰلِكَ (وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا
عَقْلَ لَهُ) كَامِلَ
Maqolah
yang ke enam (Telah bersabda Nabi ﷺ:
Dunia adalah tempat orang yang tidak ada tempat baginya) Karena
kefanaan dunia (Dan dunia adalah harta orang yang tidak ada harta
baginya) Juga karena kefanaannya (Dan untuk dunia
menumpuk-numpuk harta orang yang tidak ada akal sehat baginya) Akal
yang sempurna
(وَيَشْتَغِلُ بِشَهَوَاتِهَا مَنْ لَا فَهْمَ لَهُ
وَعَلَيْهَا يَحْزَنُ مَنْ لَا عِلْمَ لَهُ، وَلَهَا يَحْسُدُ مَنْ لَا لُبَّ
لَهُ) وَاللُّبُّ هُوَ الْعَقْلُ
الْمُنَوِّرُ بِنُوْرِ الْقُدْسِ الصَّافِيِّ عَنْ قُشُوْرِ الْأَوْهَامِ (وإلَيْهَا
يَسْعَى) أَيْ يَذْهَبُ (مَنْ لَا يَقِيْنَ لَهُ) أَيْ
مَنْ لَا طُمَأْنِيْنَةَ لِقَلْبِهِ.
(Dan
sibuk dengan syahwat dunia orang yang tidak ada pemahaman baginya dan karena dunia
bersedih orang yang tidak ada ilmu baginya, dan untuk dunia iri orang yang
tidak ada fikiran baginya) Dan lafadz لُبُّ maknanya
yaitu aqal yang bisa menerangi dengan cahaya dari Allah yang murni dari
kulit-kulit pemahaman yang salah (Dan kepada dunia akan berjalan) Maksudnya
pergi (Orang yang tidak ada keyakinan baginya) Maksudnya orang yang tidak ada
kepercayaan pada hatinya
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنْ كَانَ خَرَجَ
يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ
يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللّٰهِ
وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ
اللّٰهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِى سَبِيْلِ
الشَّيْطَانِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Jika
ada orang yang keluar rumah dia berusaha untuk anaknya yang kecil maka dia
berada di jalan Allah dan jika ada orang yang keluar rumah dia berusaha untuk
kedua orang tua yang sudah tua keduanya dan renta keduanya maka dia berada di
jalan Allah dan jika ada orang yang keluar rumah dia berusaha untuk dirinya
menjaga dirinya dari meminta maka dia berada di jalan Allah dan jika ada orang
yang keluar rumah dia berusaha karena ria dan berbangga-bangga maka dia berada
di jalan setan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thabrani
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 7
(وَ)
الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللّٰهِ
الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَا
زَالَ چِبْرِیْلُ یُوصِیْنِيْ بِالْجَارِ) أَيْ جَارِ الدَّارِ لَا جَارِ
الْمَسْجِدِ أَوِ الرِّبَاطِ أَوِ الْمَدْرَسَةِ
Maqolah
yang ke tujuh (Dari Jabir Bin Abdillah Al-Anshori Radhiallahu Anhu dari
Nabi ﷺ [Tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku
berbuat baik pada tetangga) Maksudnya tetangga rumah bukan tetangga
masjid dan bukan tetangga pondok dan bukan tetangga madrasah
(حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يَجْعَلُهُ وَارِثًا) مِنْ جَارِهِ بِأَنْ يَأْمُرَنِيْ عَنِ اللّٰهِ
تَعَالَى بِجَعْلِ سَهْمٍ لَهُ فِى مَالِ جَارِهِ فَيُطْلَبُ مُرَاعَاةُ الْجَارِ
وَالْقَرِيْبُ أَشَدُّ مِنَ الْبَعِيْدِ بِأَنْ يَنْصَحَهُ فِى دِيْنِهِ
وَيُوَاسِيَهُ فِى دُنْيَاهُ
Beli buku terlaris online
(Hingga aku
menyangka bahwasannya Jibril akan menjadikan tetangga sebagai ahli waris) Dari
tetangganya dengan cara Jibril memerintahkan kepadaku dari Allah Ta'ala dengan
memberikan bagian kepada tetangga dari harta warisan tetangganya. Maka
diperintah memperhatikan tetangga dan tetangga yang dekat itu lebih utama
daripada tetangga yang jauh dengan cara memberi nasihat kepada tetangga tentang
agamanya dan membantu tetangga dalam urusan dunianya
(وَمَا
زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِالنِّسَاءِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُحَرِّمُ
طَلَاقَهُنَّ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِالْمَمْلُوْكِيْنَ حَتَّى ظَنَنْتُ
أَنَّهُ سَيَجْعَلُ لَهُمْ وَقْتًا) إِذَا بَلَغَهُمْ (يَعْتِقُوْنَ فِیْهِ) أَيْ
فِى ذٰلِكَ الْوَقْتِ مِنْ غَیْرِ إِعْتَاقٍ
(Dan
tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku berbuat baik dengan perempuan
hingga aku menyangka bahwasannya Jibril akan mengharamkan menceraikan
perempuan. Dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku berbuat baik
dengan para budak hingga aku menyangka bahwasannya Jibril akan menjadikan untuk
para budak batas waktu) Jika telah tiba waktu itu kepada
mereka (Mereka bisa merdeka dalam waktu itu) Maksudnya pada
waktu itu tanpa harus dimerdekakan
(وَما زَالَ یُوْصِیْنِيْ بالسِّوَاكِ
حَتَی ظَنَنْتُ أَنَّهُ فَرِيْضَةٌ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِالصَّلَاةِ
فِى الْجَمَاعَةِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَا يَقْبَلُ اللّٰهُ تَعَالَى صَلَاةً
إِلَّا فى الْجَمَاعَةِ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ) أَيْ بِصَلَاةِ التَّهَجُّدِ بَعْدَ
النَّوْمِ
(Dan
tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku tentang siwak hingga aku
menyangka bahwasannya siwak itu wajib dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat
kepadaku tentang sholat berjamaah hingga aku menyangka sesungguhnya Allah tidak
akan menerima sholat kecuali dengan berjamaah dan tiada henti Malaikat Jibril
berwasiat kepadaku tentang qiyamul lail) Maksudnya
dengan sholat tahajud sesudah tidur
(حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَا نَوْمَ بِاللَّيْلِ وَمَا
زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِذِكْرِ اللّٰهِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَا يَنْفَعُ قَوْلٌ
إِلَّا بِهِ) أَيْ بِذِكْرِ
اللّٰهِ.
(Hingga
aku menyangka sesungguhnya tidak boleh tidur pada waktu malam dan tiada henti
Malaikat Jibril berwasiat kepadaku tentang berdzikir kepad Allah hingga aku
menyangka sesungguhnya tidak akan bermanfaat suatu ucapan kecuali dengannya]) Maksudnya
dengan berdzikir kepada Allah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: سَبْعَةٌ لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمُ الْخَالِقُ) بِنَظَرِ
الرَّحْمَةِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ) أَيْ لَا
يَنْسِبُهُمْ إِلَى الصَّلَاحِ (وَيُدْخِلُهُمُ النَّارَ: اَلْفَاعِلُ
وَالْمَفْعُوْلُ بِهِ).
Maqolah
yang ke delapan (Telah bersabda Nabi ﷺ:
Tuju golongan tidak akan melihat kepada mereka sang pencipta) Dengan
pandangan kasih sayang (Pada hari kiamat dan Allah tidak akan
membersihkan dosa-dosa mereka) Maksudnya Allah tidak akan menisbatkan
mereka pada kesholehan (Dan Allah akan memasukkan mereka ke dalam
neraka: Pelaku homo sex dan yang diperlakukan)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا أَتَى
الرَّجُلُ الرَّجُلَ فَهُمَا زَانِيَانِ وَإِذَا أَتَتِ الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ
فَهُمَا زَانِيَتَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Apabila
seorang laki-laki mendatangi laki-laki maka mereka berdua adalah pezina dan
apabila seorang perempuan mendatangi perempuan maka mereka berdua adalah
pezina]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.
(وَالنَّاكِحُ بِيَدِهِ) وَهُوَ الْمُسْتَمْنِى (وَنَاكِحُ
الْبَهِيْمَةِ) كَالْفَرَسِ وَالْأَتَانِ
(Dan
orang yang menikahi diri sendiri) yaitu orang yang melakukan
onani (Dan orang yang menikahi binatang) Seperti kuda dan
keledai.
(وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ مِنْ دُبُرِهَا وَالْجَامِعُ
بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَبِنْتِهَا) فِى
الْوَطْءِ بِالْمِلْكِ أَوْْ بِغَيْْرِهِ
(Dan
orang yang menikahi wanita dari dzuburnya dan orang yang mengumpulkan antara
seorang wanita dan putrinya) Dalam hubungan seksual Karena
kepemilikan budak atau karena hal lain
(وَالزَّانِى بِحَلِيْلَةِ جَارِهِ وَالْمُؤْذِى
جَارَهُ) بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ (حَتَّى
يَلْعَنَهُ) أَيْ يَسُبُّهُ وَيَدْعُوْ عَلَيْهِ بِإِبْعَادِ اللّٰهِ
لَهُ عَنْ رَحْمَتِهِ.
(Dan
orang yang berzina dengan istri tetangganya dan orang yang menyakiti
tetangganya) Dengan ucapan dan perbuatan (Hingga
tetangganya melaknat padanya) Maksudnya mencacinya dan berdoa agar
Allah menjauhkan dia dari rahmatnya
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: [اَلشُّهَدَاءُ سَبْعَةٌ سِوَى الْمَقْتُوْلِ فِى سَبِيلِ اللّٰهِ) أَيْ
لِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللّٰهِ (اَلْمَبْطُوْنُ) أَيْ اَلَّذِيْ
يَمُوْتُ بِدَاءِ الْبَطَنِ كَاسْتِسْقَاءٍ وَقَوْلَنْجٍ (شَهيْدٌ،
Maqolah
yang ke sembilan (Telah berkata Nabi ﷺ:
[ Orang-orang yang mati syahid itu ada tujuh selain orang yang terbunuh di
jalan Allah) Maksudnya karena meninggikan kalimat Allah (Orang
yang mati karena sakit perut) Maksudnya orang yang mati karena
penyakit perut seperti penyakit busung air dan penyakit usus (Adalah
syahid
والغَرِيْقُ) وَهُوَ الَّذِيْ يَمُوْتُ فِى الْمَاءِ
بِسَبَبِهِ (شَهِيْدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ) وَهُوَ وَرَمُ
حَارٍّ يَعْرُضُ فِى الْغِشَاءِ الْمُسْتَبْطِنِ لِلْأَضْلَاعِ (شَهِيْدٌ،
Dan
orang yang tenggelam) Yaitu orang yang mati di dalam air
dengan sebab tenggelam (Adalah syahid, dan orang yang mempunyai
penyakit radang selaput dada) Yaitu radang panas yang menyebar pada
selaput bagian dalam yang melapisi tulang rusuk (Adalah syahid
والمَطْعُوْنُ) أَيْ اَلَّذِيْ يَمُوْتُ فى الطَّاعُوْنِ (شَهِيْدٌ،
وَالْحَرِيْقُ) وَهُوَ الَّذِيْ يَحْتَرِقُ فِى النَّارِ
فَيَمُوْتُ (شَهِيْدٌ،
Dan
orang yang terkena wabah) Maksudnya orang yang mati karena
wabah (Adalah syahid, dan orang yang terbakar) Yaitu orang
yang terbakar api kemudian dia mati (Adalah syahid
وَالْمَيِّتُ تَحْتَ الْهَدْمِ) بِفَتْحِ الْهَاءِ وَسُكُوْنِ الدَّالِ (شَهِيْدٌ) هٰذَا
وَالْغَرِيْقُ إِذَا لَمْ يَفِرَّا بِأَنْفُسِهِمَا وَلَمْ يَهْمِلَا التَّحَذُّرَ
فَإِنْ فَرَّطَا فِى التَّحَذُّرِ حَتَّى أَصَابَهُمَا ذٰلِكَ فَهُمَا
عَاصِيَانِ
(Dan
orang yang mati di bawah reruntuhan) Lafadz اَلْهَدْمُ dengan
memfathahkan huruf ه dan
mensukunkan huruf د (Adalah
syahid) Orang yang mati tertimpa reruntuhan ini dan orang yang
tenggelam jika mereka berdua tidak melarikan diri untuk menyelamatkan diri
mereka dan mereka tidak mengabaikan kewaspadaan. Jika mereka berdua lalai
dalam kewaspadaan sampai menimpa kepada mereka berdua musibah tersebut, maka
mereka berdua termasuk orang yang berdosa.
(وَالْمَرْأَةُ الَّتِّيْ مَاتَتْ عَنِ الْوِلَادَةِ) سَوَاءٌ أَلْقَتْ وَلَدُهَا أَمْ لَا (شَهِيْدٌ)
(Dan
wanita yang mati karena melahirkan) Sama saja keluat anaknya ataupun
tidak (Adalah syahid)
بَقِيَ مِنَ الشُّهَدَاءِ: صَاحِبُ السَّلِّ
وَالْغَرِيْبُ وَصَاحِبُ الْحُمَى وََاللَّدِيْغُ وَالشَّرِيْقُ وَالَّذِيْ
يَفْتَرِسُهُ السَّبْعُ وَالْمُتَرَدِّى وَالْمَيِّتُ عَلَى فِرَاشِهِ فِى
سَبِيْلِ اللّٰهِ
Tersisa
dari orang-orang yang mati syahid: Orang yang kena TBC dan orang yang terasing
dan orang yang demam dan orang yang tersengat dan orang yang dicekik dan orang
yang menerkam kepadanya hewan buas dan orang yang jatuh dan orang yang mati di
atas tempat tidurnya di jalan Allah
وَالْمَقْتُوْلُ دُوْنَ مَالِهِ أَوْ دِيْنِهِ أَوْ
دَمِّهِ أَوْ أَهْلِهِ وَالْمَيِّتُ فِى السِّجْنِ وَقَدْ حُبِسَ ظُلْمًا
وَالْمَيِّتُ عِشْقًا وَالْمَيِّتُ وَهُوَ طَالِبٌ لِلْعِلْمِ.
Dan
orang yang dibunuh karena mempertahankan hartanya atau agamanya atau nyawanya
atau keluarganya dan orang yang mati di penjara dan benar-benar dia dikurung
secara dzolim dan orang yang mati karena rindu dan orang yang mati sedangkan
dia adalah orang yang mencari ilmu.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا: حَقٌّ عَلَى الْعَاقِلِ أَنْ يَخْتَارَ
سَبْعًا) مِنَ الصِّفَاتِ (عَلَى سَبْعٍ) مِنَ
الصِّفَاتِ الَّتِيْ تُقَابِلُ تِلْكَ الصِّفَاتِ
Maqolah
yang ke sepuluh (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma: Wajib atas orang
yang berakal untuk memilih tujuh) Dari sifat-sifat (Di atas
tujuh sifat) Dari sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat tersebut
(اَلْفَقْرَ عَلَى الْغِنَى) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلفَقْرُ
شَيْنٌ عِنْدَ النَّاسِ وَزَيْنٌ عِنْدَ اللّٰهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يَا مَعْشَرَ الْفُقَرَاءِ أَعْطُوْا اللّٰهَ
الرِّضَا مِنْ قُلُوْبِكُمْ تَظْفَرُوْا بِثَوَابِ فَقْرِكُمْ وَإِلَّا فَلَا].
(Memilih
fakir daripada kaya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Kefakiran adalah aib di
sisi manusia dan hiasan di sisi Allah] Telah meriwayatkan pada hadits
ini Imam Ad-Dailami. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wahai sekalian kaum fakir berikanlah oleh
kalian kepada Allah kerelaan dari hati kalian maka kalian akan bisa meraih
pahala kefakiran kalian dan jika kalian tidak rela maka kalian tidak akan bisa
meraihnya]
(وَالذُّلَّ عَلَى الْعِزِّ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْمُؤْمِنُ
الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ ويَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الَّذِيْ لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ] رَوَاهُ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ.
(Dan
memilih kehinaan daripada kemuliaan) Di riwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Orang mu'min yang
berbaur dengan manusia dan dia sabar atas gangguan dari mereka itu lebih utama
daripada seorang mu'min yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak bersabar
atas gangguan mereka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad
dan Imam Bukhari
(وَالتَّوَاضُعَ عَلَى الْكِبْرِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ تَوَاضَعَ
تَخَشُّعًا لِلّٰهِ رَفَعَهُ اللّٰهُ وَمَنْ تَطَاوَلَ تَعَاظُمًا وَضَعَهُ
اللّٰهُ] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ رَجُلٍ
يَتَعَاظُمُ فِى نَفْسِهِ وَيَخْتَالُ فِى مِشْيَتِهِ إِلَّا لَقِيَ اللّٰهَ
وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ
وَالْحَاكِمُ.
(Dan
memilih tawadu' daripada kesombongan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa tawadu'
karena tunduk kepada Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya dan barang
siapa bersombong sombong karena merasa agung maka Allah akan merendahkannya].
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Tiada seorangpun yang merasa agung dalam dirinya dan angkuh
dalam cara berjalannya melainkan dia pasti akan bertemu Allah sementara Allah
kepadanya murka]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam
Bukhari dan Imam Hakim
(وَالْجُوْعَ عَلَى الشِّبْعِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا أَقَلَّ
الرَّجُلُ الطُّعْمَ مَلَأَ اللّٰهُ جَوْفَهُ نُوْرًا] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّكُمْ إِلَى اللّٰه
أَقَلُّكُمْ طُعْمًا وَأَخَفُّكُمْ بَدَنًا] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ
قَالَ: [إِنَّ مِنَ السَّرَفِ أَنْ تَأْكُلَ كُلَّ مَا اشْتَهَيْتَ] رَوَاهُ
ابْنُ مَاجَه.
(Dan
memilih lapar daripada kenyang) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Ketika seseorang mensedikitkan
makan maka Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya]. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Ad-Dailami. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda [Orang yang paling
dicintai di antara kalian oleh Allah adalah orang yang paling sedikit di antara
kalian makannya dan paling ringan di antara kalian badannya]. Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
diantara berlebih-lebihan adalah anda memakan setiap perkara yang engkau
senangi]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah
(وَالْغَمَّ عَلَى السُّرُوْرِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [عَلَيْكُم
بِالْحُزْنِ فَإِنَّهُ مِفْتَاحُ الْقَلْبِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ
وَكَيْفَ الْحُزْنُ؟ قَالَ: أَجِيْعُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَظْمِنُوْهًا].
(Dan
memilih sedih daripada bahagia) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wajib atas kalian semua
bersedih karena sesungguhnya sedih adalah kunci hati. para sahabat berkata:
Wahai rasulallah bagaimana cara bersedih? Laparkanlah diri kalian dan
hauskanlah diri kalian].
(وَالدُّوْنَ عَلَى الْمُرْتَفِعِ) رُوِيَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [إِنَّ
التَّوَاضُعَ بِالدُّونِ مِنْ شَرَفِ الْمَجَالِسِ] رَوَاهُ
الطَّبْرَانِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ.
(Dan
memilih posisi yang rendah daripada yang tinggi) Diriwayatkan
dari Rasulullah ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
tawadu' dengan perkara rendah adalah sebagian dari kemuliaan-kemuliaan majelis].
Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani dan Imam Ibnu Majah
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ رَفَعَ
نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا قَمَعَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ تَوَاضَعَ
لِلّٰهِ فِى الدُّنْيَا يَبْعَثُ اللّٰهُ إِلَيْهِ مَلَكًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَأَنْشَطَهُ مِنْ بَيْنَ الْجَمْعِ فَقَال: أَيُّهَا الْعَبْدُ الصَّالِحُ
يَقُوْلُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَيَّ إِلَيَّ فَإِنَّكَ مِمَّنْ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ] رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa meninggikan dirinya di dunia maka Allah akan merendahkannya pada hari
kiamat. Dan barang siapa tawadhu' karena Allah di dunia maka Allah akan
mengutus kepadanya seorang malaikat pada hari kiamat kemudian
malaikat itu akan memberikan semangat kepadanya di antara kerumunan dan
berkata: Wahai hamba yang sholeh, Allah Azza Wajalla berfirman: Kemarilah, kemarilah,
karena sesungguhnya engkau termasuk dari golongan orang-orang yang tidak ada
rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati]. Diriwayatkan oleh
Imam Ibnu Asakir
(وَالْمَوْتَ عَلَى الْحَيَاةِ) بِأَنْ يَصْرِفَ أَمْوَالَهُ فِى طَاعَةِ اللّٰهِ
تَعَالَى فَإِنْ قَدَّمَ أَمْوَالَهُ قَبْلَ أَنْ يَمُوْتَ أَحَبَّ أَنْ
يَلْحَقَهَا وَإِنْ أَخَرَهَا أَحَبَّ أَنْ يَتَأَخَّرَ عَنْهَا.
(Dan
memilih mati daripada hidup) Dengan cara mentashorufkan harta
kekayaannya dalam rangka taat kepada Allah. Jika dia lebih dulu mendermakan
hartanya sebelum dia mati maka dia lebih suka untuk mendapatkan hartanya dan
jika dia menunda hartanya maka dia lebih suka untuk tertinggal darinya
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8
بَابُ الثُّمَانِيِّ
وَفِيْهِ خَمْسُ مَوَاعِظَ، وَاحِدٌ خَبَرٌ وَالْبَاقِى
آثَارٌ.
Dalam
bab ini ada lima nasihat, satu hadits dan sisanya atsar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 1
اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ
عَلَيْهِ السَّلَامُ: [ثَمَانِيةُ أَشْيَاءَ لَا تَشْبَعُ مِنْ ثَمَانِيَةٍ: اَلْعَيْنُ
مِنَ النَّظَرِ، وَالْأَرْضُ مِنَ الْمَطَرِ، وَالْأُنْثَى مِنَ الذَّكَرِ،
وَالْعَالِمُ مِنَ الْعِلْمِ)
Maqolah
yang pertama (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: [Delapan perkara tidak
akan merasa puas delapan perkara itu dari delapan perkara: Mata dari melihat
dan bumi dari hujan dan wanita dari lelaki dan orang yang alim dari ilmu)
فَالشُّرُوْطُ الَّتِيْ يَتَوَفَّرُ بِهَا عِلْمُ
الطَّالِبِ تِسْعَةٌ:
Maka
syarat-syarat yang akan memenuhi dengannya ilmu seorang pelajar ada
sembilan
أَحَدُهَا: اَلْعَقْلُ الَّذِيْ يُدْرِكُ بِهِ
حَقَائِقَ الْأَشْيَاءِ. وَالثَّانِى: اَلْفَطَنَةُ الَّتِيْ يَتَصَوَّرُ بِهَا
غَوَامِضَ الْعُلُوْمِ.
Yang
pertama dari sembilan itu: Adalah akal yang bisa menangkap dengan akal itu
hakikat segala sesuatu. Dan yang kedua: Adalah kecerdasan yang bisa
menggambarkan dengan kecerdasan itu hal-hal yang tertutup dari ilmu
pengetahuan
وَالثَّالِثُ: اَلذَّكَاءُ الَّذِيْ يَسْتَقِرُّ بِهِ
حِفْظُ مَا يَتَصَوَّرُ وَفَهْمُ مَا عَلِمَهُ. وَالرَّابِعُ: اَلشَّهْوَةُ
الَّتِيْ يَدُوْمُ بِهَا الطَّلَبُ وَلَا يَسْرَعُ إِلَيْهَا الْمَلَلُ.
Dan
yang ketiga: Adalah kecerdasan yang dapat menetapkan dengannya perkara yang dia
gambarkan dan memahami perkara yang telah ia ketahui. Dan yang keempat: Adalah
keinginan kuat yang terus menerus dengan keinginan itu mencari ilmu dan tidak
akan cepat karena keinginan itu merasa bosan.
وَالْخَامِسُ: اَلْاِكْتِفَاءُ بِمَادَّةٍ تُغْنِيْهِ
عَنْ كُلَفِ الطَّلَبِ. وَالسَّادِسُ: اَلْفَرَاغُ الَّذِيْ يَكُوْنُ مَعَهُ
التَّوَفُّرُ وَيَحْصُلُ بِهِ الْاِسْتِكْثَارُ.
Dan
yang kelima: Adalah cukup dengan materi yang dapat mencukupi dia dari
beban-beban mencari ilmu. Dan yang keenam: Adalah waktu luang yang ada serta
waktu luang tersebut terpenuhinya ilmu dan akan bisa hasil dengan waktu luang
tersebut banyak-banyak mencari ilmu
وَالسَّابِعُ: عَدَمُ الْقَوَاطِعِ الْمُذْهِلَةِ مِنْ
هُمُوْمٍ وَأَمْرَاضٍ. وَالثَّامِنُ: طُوْلُ الْعُمُرِ وَاتِّسَاعُ الْمُدَّةِ
لِيَنْتَهِى بِالْاِسْتِكْثَارِ إِلَى مَرَاتِبِ الْكَمَالِ.
Dan
yang ketujuh: Adalah tidak ada penghalang-penghalang yang mengejutkan dari
berbagai kesedihan dan berbagai penyakit. Dan yang kedelapan: Adalah panjang
umur dan luasnya waktu agar dia bisa sampai dengan banyak mencari ilmu menuju
berbagai tingkat kesempurnaan.
وَالتَّاسِعُ: اَلظَّفَرُ بِعَالِمٍ سَمَحَ بِعِلْمِهِ
مُتَأَنٍّ فِى تَعْلِيْمِهِ. فَإِذَا اسْتَكْمَلَ هٰذِهِ الشُّرُوْطَ التِّسْعَةَ
فَهُوَ أَسْعَدُ طَالِبٍ وَأَنْجَحُ مُتَعَلِّمٍ.
Dan
yang kesembilan: Adalah mendapatkan orang berilmu yang dermawan dengan ilmunya
dan pelan-pelan dalam mengajar. Maka apabila seseorang telah
menyempurnakan sembilan syarat ini, dia adalah pelajar yang paling beruntung
dan murid yang paling sukses.
وَقَدْ قَالَ الْإِسْكَنْْدَرُ: يَحْتَاجُ طَالِبُ
الْعِلْمِ إِلَى أَرْبَعٍ: مُدَّةٍ وَجَدَّةٍ وَقَرِيْحَةٍ وَشَهْوَةٍ وَتَمَامُهَا
فِى الْخَامِسَةِ مُعَلِّمٌ نَاصِحٌ.
Dan
sungguh Iskandar telah berkata: Seorang penuntut ilmu membutuhkan empat
perkara: Waktu, dan bekal dan kecerdasan dan keinginan dan kesempurnaan empat
perkara itu ada pada yang kelima yaitu guru yang memberi nasihat.
(وَالسَّائِلُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ فَتَحَ
بَابَ مَسْأَلَةٍ فَتَحَ اللّٰهُ لَهُ بَابَ فَقْرٍ فِى الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ فَتَحَ بَابَ عَطِيَّةٍ اِبْتِغَاءً لِوَجْهِ اللّٰهِ
تَعَالَى أَعْطَاهُ اللّٰهُ خَيْرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ]. رَوَاهُ
ابْنُ جَرِیْرِ.
(Dan
seorang pengemis dari mengemis) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang
membuka pintu pengemisan maka pasti Allah akan membuka baginya pintu kemiskinan
di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang membuka pintu pemberian karena
mengharap ridho Allah maka pasti Allah akan memberi kepadanya kebaikan di dunia
dan di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Jarir.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قال: [مَا فَتَحَ رَجُلٌ
عَلَى نَفْسِهِ بَابَ مَسْأَلَةٍ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيهِ
بَابَ فَقْرٍ لِأَنَّ العِفَّةَ خَيْرٌ]. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيْرِ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah
seseorang membuka atas dirinya sendiri pada pintu mengemis yang dia
meminta kepada manusia melainkan Allah akan membukakan atas orang tersebut
pintu kefakiran karena sesungguhnya pantang itu lebih baik]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Jarir
(وَالْحَرِيْصُ) عَلَى الدُّنْيَا أَيْ اَلْمُجْتَهِدُ فِى
طَلَبِهَا فَإِنَّهُ لَا يَشْبَعُ (مِنَ الْجَمْعِ) لَهَا.
وَالدُّنْيَا عَلَى ثَلَاثِ طَبَقَاتٍ: فَدُنْيَا فِيْهَا الثَّوَابُ وَأُخْرَى
فِيْهَا الْحِسَابُ وَثَالِثَةٌ فِيْهَا الْعَذَابُ،
(Dan
orang yang rakus) Terhadap dunia maksudnya orang yang
berusaha keras dalam mencari dunia karena sesungguhnya orang yang rakus tidak
akan merasa kenyang (Dari mengumpulkan) Dunia. Dunia itu
terdiri dari tiga tingkatan: Dunia yang di dalamnya pahala dan dunia yang lain
yang di dalamnya hisab dan yang ketiga dunia yang di dalamnya adab
فَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الثَّوَابُ فَهِيَ الَّتِيْ
تَصِلُ بِوَاسِطَتِهَا إِلَى الْخَيْرِ وَتَنْجُوْ بِهَا مِنَ الشَّرِّ وَهِيَ
عَطِيَّةُ الْمُؤْمِنِ وَمَزْرَعَةُ الْآخِرَةِ وَهِيَ اَلْكَفَافُ مِنَ
الْحَلَالِ،
Adapun
dunia yang di dalamnya pahala merupakan dunia yang engkau akan sampai dengan
perantaranya pada kebaikan dan engkau akan selamat dengan perantaranya dari
keburukan. Dunia yang di dalamnya pahala adalah karunia bagi orang mu'min dan
merupakan ladang akhirat dan dunia tersebut adalah kecukupan dari yang halal.
وَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الْحِسَابُ الطَّوِيْلُ
فَهِيَ الَّتِيْ لَا تَشْتَغِلُ بِسَبَبِهَا عَنْ أَدَاءِ مَأْمُوْرٍ وَلَا
تَرْتَكِبُ فِى طَلَبِهَا أَمْرًا مَحْظُوْرًا،
Dan
adapun dunia yang di dalamnya hisab yang panjang adalah dunia yang engkau tidak
sibuk dengan sebab dunia tersebut dari menunaikan perintah dan engkau tidak
melakukan dalam mencari dunia pada perkara yang dilarang
وَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الْعَذَابُ فَهِيَ الَّتِيْ
تَقْطَعُ عَنْ أَدَاءِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَتُوْقِعُ فِى ارْتِكَابِ الْمَحْظُوْرَاتِ.
Dan
adapun dunia yang di dalamnya siksa adalah dunia yang membuatmu terputus dari
menunaikan perintah-perintah agama dan menjerumuskanmu dalam melakukan
perkara-perkara yang dilarang
وَاعْلَمْ أَنَّ طُلَّابَ الدُّنْيَا عَلَى أَنْوَاعٍ:
فَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا عَلَى نِيَّةِ صِلَةِ الْأَقْْرَبِيْنَ وَمُوَاسَاةِ
الْمُقِلِّيْنَ وَهٰذَا يُعَدُّ مِنَ الْأَسْخِيَاءِ وَلَهُ ثَوَابٌ إِنْ وَافَقَ
عَمَلُهُ نِيَّتَهُ وَلٰكِنَّهُ لَا حِكْمَةَ عِنْدَهُ لِأَنَّ الْحَكِيْمَ لَا
يَطْلُبُ أَمْرًا لَا يَدْرِى مَاذَا يَكُوْنُ الْحَالُ عِنْدَ حُصُوْلِهِ،
Dan
ketahuilah olehmu sesungguhnya orang-orang yang mengejar dunia itu
bermacam-macam: Sebagian dari mereka adalah orang yang mengejar dunia atas niat
berhubungan dengan para kerabat dan atas niat menolong orang-orang miskin. Ini
dianggap dari golongan orang-orang yang dermawan dan baginya pahala jika sesuai
amalnya dengan niatnya. Akan tetapi tidak ada kebijaksanaan di sisi orang itu
karena sesungguhnya orang yang bijak sana tidak akan mencari sesuatu yang dia
tidak tahu akan bagaimana jadinya keadaan ketika hasil sesuatu itu
وَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا بِنِيَّةِ نَيْلِ
الشَّهَوَاتِ وَنِيَّةِ التَّمَتُّعِ بِاللَّذَّاتِ وَهٰذَا يُعَدُّ فِى جُمْلَةِ
الْبَهَائِمِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا لِيُفَاخِرَ بِهَا وَيُكَاثِرَ بِهَا
وَيُبَاهِيَ بِهَا وَهٰذَا مَعْدُوْدٌ مِنَ الْحَمْقَى الْمَغْرُوْرِيْنَ بَلْ
مِنَ الْهَالِكِيْنَ. (وَالْبَحْرُ مِنْ الْمَاءِ، وَالنَّارُ مِنْ
الْحَطَبِ].).
Dan
sebagian dari mereka adalah orang yang mencari dunia dengan niat memperoleh
syahwat dan dengan niat bersenang-senang dengan berbagai kenikmatan dan ini
dianggap dalam golongan hewan. Dan sebagian dari mereka adalah orang yang
mengejar dunia untuk berbangga-bangga dengan dunia dan untuk memperbanyak harta
dengan dunia dan untuk pamer dengan dunia dan ini dianggap dari golongan
orang-orang bodoh yang tertipu bahkan dari golongan orang-orang yang
celaka. (Dan lautan dari air. Dan api dari kayu bakar])
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ
أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ هُنَّ
زِينَةٌ لِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ: اَلْعَفَافُ) بِفَتْحِ الْعَيْنِ أَيْ
اَلْاِمْتِنَاعُ عَنِ الْمَسْأَلَةِ (زِيْنَةُ الْفَقْرِ) رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[تُحْفَةُ الْمُؤْمِنِ فِى الدُّنْيَا الْفَقْرُ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
Maqolah
yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu:
Delapan perkara ini adalah perhiasan untuk delapan perkara: Menjaga diri dari
mengemis) Lafadz العفاف dengan memfathahkan huru ع maksudnya
menahan diri dari meminta (Adalah perhiasan bagi kemiskinan) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Hadiah
orang mukmin di dunia adalah kemiskinan]. Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَالشُّكْرُ زِيْنَةُ النِّعْمَةِ) وَهُوَ سَبَبٌ لِإِبْقَاءِ النِّعَمِ
الْمَوْجُوْدَةِ وَوَسِيلَةٌ إِلَى حُصُولِ النِّعَمِ الْمَفْقُوْدَةِ
(Dan rasa syukur adalah perhiasan bagi
kenikmatan) Syukur adalah sebab untuk
mempertahankan berbagai kenikmatan yang ada dan syukur menjadi perantara menuju
hasilnya berbagai kenikmatan yang hilang.
(وَالصَّبْرُ
زِينَةُ الْبَلَاءِ) رُوِيَ
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ:[اَلصَّبْرُ سَتْرٌ مِنَ الْكُرُوْبِ وَعَوْنٌ
عَلَى الْخُطُوْبِ] وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ
وَجْهَهُ: الصَّبْرُ مَطِيَّةٌ لَا تَكْبُوْ وَالْقَنَاعَةُ سَيْفٌ لَا يَنْبُوْ.
(Dan
sabar adalah perhiasan bagi hasab) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sabar adalah penutup
dari kesusahan dan pertolongan dalam menghadapi kesulitan]. Dan Telah
berkata Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah: Sabar adalah tunggangan yang
tidak pernah tersandung dan qona'ah adalah pedang yang tidak pernah tumpul
(وَالتَّوَاضُعُ زِيْنَةُ الْحَسَبِ) وَهُوَ مَا يَعُدُّهُ الْإِنْسَانُ مِنْ
مَفَاخِرِ آبَائِهِ أَوْ مِنْ مَنَاقِبِ نَفْسِهِ مِنْ دِيْنِهِ وَمَالِهِ
وَجُوْدِهِ وَشَجَاعَتِهِ، فَمِنْ أَمَارَاتِ التَّوَاضُعِ حُبُّ الْخُمُوْلِ
وَقَبُوْلُ الْحَقِّ مِمَّنْ جَاءَ بِهِ مِنْ شَرِيْفٍ أَوْ وَضِيْعٍ
(Dan
tawadu adalah perhiasan bagi hasab) Hasab adalah sesuatu yang manusia
menganggapnya sebagai kebanggaan dari leluhurnya atau dari prestasi dirinya
sendiri dari agamanya dan dari hartanya dan dari kemurahan hatinya dan dari
keberaniannya. Dari sebagian tanda-tanda tawadu adalah cinta terhadap tidak
terkenal dan menerima kebenaran dari orang yang datang dengannya dari orang
yang mulia maupun orang yang rendah.
(وَالْحِلْمُ زِينَةُ الْعِلْمِ) رُوِيَ [أَنَّهُ كَلَمَتْ رَسُوْلَ
اللّٰهِ جَارِيَةٌ مِنَ السَّبْيِ فَقَالَ لَهَا: مَنْ أَنْتِ ؟ فَقَالَتْ: بِنْتُ
الرَّجُلِ الْجَوَادِ حَاتِمٍ، فَقَالَ ﷺ: اِرْحَمُوْا عَزِيْزَ قَوْمٍ ذَلَّ
ارْحَمُوْا غَنِيًّا اِفْتَقَرَ، اِرْحَمُوْا عَالِمًا ضَاعَ بَيْنَ الْجُهَّالِ].
(Dan
kemurahan hati adalah perhiasan bagi ilmu) Diriwayatkan [Sesungguhnya
telah berbicara kepada Rasulullah seorang budak perempuan dari sebagian tawanan
perang kemudian Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:
Siapa kamu ? Kemudian budak itu berkata: Saya adalah putri dari seorang lelaki
yang sangat dermawan, Hatim. Kemudian Rasulullah ﷺ
bersabda: Sayangilah oleh kalian orang yang mulia dari suatu kaum yang menjadi
rendah. Sayangilah oleh kalian orang kaya yang jatuh miskin. Sayangilah oleh
kalian orang alim yang tersesat di antara orang-orang bodoh].
(وَالتَّذَلُّلُ زِيْنَةُ الْمُتَعَلِّمِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ خَرَجَ
يُرِيْدُ عِلْمًا يَتَعَلَّمُهُ فَتَحَ اللّٰهُ لَهُ بَابًا إلَى الْجَنَّةِ
وَفَرَشَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَكْنَافَهَا وَصَلَّتْ عَلَيْهِ مَلَائِكَةُ
السَّمَاوَاتِ وَحِيْتَانُ الْبَحْرِ] رَوَاهُ أَبُوْ يَعْلَى.
(Dan
kerendahan hati adalah perhiasan bagi penuntut ilmu) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa yang keluar mencari ilmu yang dia ingin mempelajarinya, Maka pasti Allah
akan membukakan baginya pintu menuju surga, dan akan menghamparkan untuknya
para malaikat dengan sayap-sayapnya, dan pasti akan mendoakan kepadanya para
malaikat langit dan hewan-hewan lautan]. Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Abu Ya'la
(وَتَرْكُ الْمِنَّةِ) أَيْ تَرْكُ تِعْدَادِ الصَّنَائِعِ (زِيْنَةُ
الْإِحْسَانِ) أَيْ فِعْلُ الْحَسَنِ
(Dan
meninggalkan sikap merasa berjasa) Maksudnya meninggalkan kebiasaan
menghitung-hitung perbuatan baik (Adalah perhiasan bagi kebaikan) Maksudnya
perbuatan baik.
(وَالْخُشُوْعُ) وَهُوَ الْخَوْفُ الدَّائِمُ فِى الْقَلْبِ (زِيْنَةُ
الصَّلَاةِ).
(Dan
khusyu) Yaitu rasa takut yang terus-menerus dalam
hati (Adalah perhiasan bagi sholat).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 3
(و) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الْكَلَامِ مُنِحَ الْحِكْمَةَ) رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا تَدْخُلُ حَلَاوَةُ الْإِيمَانِ قَلْبَ امْرِئٍ
حَتَّى يَتْرُكَ بَعْضَ الْحَدِيثِ خَوْفَ الْكَذِبِ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا،
وَيَتْرُكَ بَعْضَ الْمِرَاءِ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا] رَوَاهُ
الدَّيْلِمِيُّ.
Maqolah
yang ketiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Barang siapa
meninggalkan perkataan yang tidak berguna maka pasti diberi kebijaksanaan) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidak
akan masuk kenikmatan iman pada hati seseorang hingga dia meninggalkan sebagian
pembicaraan karena takut berbohong walaupun adanya pembicaraan itu adalah benar
dan meninggalkan sebagian debat meskipun adanya dia adalah sebagai orang yang
benar]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ النَّظَرِ مُنِحَ خُشُوْعَ
الْقَلْبِ) وَمِنْ عَلَامَاتِ الْخُشُوْعِ أَنَّ
الْعَبْدَ إذَا غَضِبَ أَوْ خُوْلِفَ أَوْ رُدَّ عَلَيْهِ اِسْتَقْبَلَ ذٰلِكَ
بِالْقَبُوْلِ
(Dan
barang siapa yang meninggalkan pandangan yang tidak berguna maka pasti diberi
kekhusyuan hati) Dan sebagian dari tanda-tanda
kekhusyuan sesungguhnya seorang hamba ketika dia marah atau ditentang atau
ditolak atas dirinya maka dia menyambut hal itu dengan penerimaan.
(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الطَّعَامِ مُنِحَ لَذَّةَ
الْعِبَادَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ
ﷺ قَالَ: [مَنْ صَبَرَ عَلَى الْقُوْتِ الشَّدِيْدِ صَبْرًا جَمِيلًا
أَسْكَنَهُ اللّٰهُ مِنَ الْفِرْدَوْسِ حَيْثُ شَاءَ] رَوَاهُ أَبُو
الشَّيْخِ.
(Dan
barang siapa meninggalkan makanan-makanan yang lebih dari keperluan maka dia
akan diberi kelezatan ibadah) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang sabar
atas makanan yang keras dengan kesabaran yang indah maka pasti Allah akan
menempatkannya di surga Firdaus sesuai kehendaknya]. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Abu Syeikh
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَيُّمَا امْرِئٍ
اِشْتَهَى شَهْوَةً فَرَدَّ شَهْوَتَهُ وَآثَرَ عَلَى نَفْسِهِ غُفِرَ لَهُ]. رَوَاهُ
الدَّارَقُطْنِيُّ
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Siapa
saja orang yang menginginkan suatu keinginan kemudian dia meolak keinginannya dan
mengalah pada dirinya maka pasti dia akan diampuni]. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Ad-Daruqutni
(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الضَّحِكِ مُنِحَ الْهَيْبَةَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ الْعَبْدَ
لَيَقُوْلُ الْكَلِمَةَ لَا يَقُوْلُهَا إِلَّا لِيُضْحِكَ بِهَا النَّاسَ يَهْوِى
أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَيَزِلَّ عَنْ
لِسَانِهِ أَشَدَّ مِمًّا يَزِلُّ عَنْ قَدَمَيْهِ] رَوَاهُ
الْخَرَائِطِىُّ.
(Dan
barang siapa yang meninggalkan berlebihan dalam tertawa maka pasti dia akan diberikan
wibawa) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya seorang
hamba mengucapkan sebuah kata yang dia tidak mengucapkannya kecuali untuk
menjadikan manusia tertawa dengan kalimat itu dengan keinginannya maka dia jauh
dari jarak antara langit dan bumi dan sungguh, tergelincir karena lisannya itu
lebih berbahaya dari pada tergelincir karena kakinya]. Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam Al-Kharaithi
(وَمَنْ تَرَكَ الْمِزَاحَ مُنِحَ الْبَهَاءَ) أَيْ حَسُنَ الْهَيْبَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [الصَّمْتُ
سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ مَنْ مَزِحَ اُسْتُخِفَّ بِهِ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
barang siapa yang meninggalkan bercanda maka pasti dia akan diberikan
keanggunan) Maksudnya keindahan wibawa.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Diama
adalah pemimpin akhlak barang siapa yang suka bercanda maka dia akan diremehkan
karenanya]. Telah meriwayatkan pada hadit ini Imam Ad-Dailami
فَالْعَاقِلُ يَتَوَخَّى بِمِزَاحِهِ إحْدَى
حَالَتَيْنِ: إحْدَاهُمَا إيْنَاسُ الْمُصَاحِبِيْنَ وَالتَّوَدُّدُ إلَى
الْمُخَالِطِيْنَ. وَالثَّانِيَةُ: أَنْ يُنْفَى بِالْمِزَاحِ مَا طَرَأَ عَلَيْهِ
مِنْ سَأْمٍ وَمَا حَدَثَ بِهِ مِنْ هَمٍّ.
Orang
yang berakal akan menyengaja dengan candaannya pada salah satu dari dua
keadaan: Salah satu dari keduanya adalah menghibur para sahabat dan menunjukkan
kasih sayang kepada orang-orang yang digauli. Yang kedua adalah dihilangkannya
dengan sebab candaan perkara yang muncul kepadanya dari kebosanan dan perkara
yang muncul padanya dari kesedihan.
(وَمَنْ تَرَكَ حُبَّ الدُّنْيَا مُنِحَ حُبَّ
الْآخِرَةِ) فَإِنَّ
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ طَالِبَتَانِ وَمَطْلُوبَتَانِ فَطَالِبُ الْآخِرَةِ
تَطْلُبُهُ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَوْفِيَ رِزْقًهُ وَطَالِبُ الدُّنْيَا
تَطْلُبُهُ الْآخِرَةُ حَتَّى يَأْخُذَ الْمَوْتُ بِعُنُقِهِ
(Dan
barang siapa meninggalkan cinta dunia maka pasti dia akan diberikan cinta
akhirat) Karena sesungguhnya dunia dan akhirat keduanya
pencari dan keduanya dicari. Orang yang mencari akhirat akan mencari kepadanya
dunia hingga tercukupi rizkinya dan orang yang mencari dunia akan mencari
kepadanya akhirat hingga kematian mengambil lehernya.
(وَمَنْ تَرَكَ الْاِشْتِغَالَ بِعُيُوْبِ غَيْرِهِ
مُنِحَ الْإِصْلَاحَ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سِتَّةُ
أَشْيَاءَ تُحْبِطُ الْأَعْمَالَ: الْإِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الْخَلْقِ وَقَسْوَةُ
الْقَلْبِ وَحُبُّ الدُّنْيَا وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ وَطُوْلُ الْأَمَلِ وَظُلْمٌ
لَا يَنْتَهِى] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
barang siapa yang meninggalkan kesibukan dengan aib-aib orang lain maka pasti
dia akan diberi kemampuan memperbaiki aib dirinya sendiri) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Enam
perkara yang dapat menggugurkan berbagai amal: Sibuk dengan aib-aib makhluk dan
keras hati dan cinta dunia dan sedikit rasa malu dan panjang angan-angan dan
kedzoliman yang tiada henti]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ad-Dailami
(وَمَنْ تَرَكَ التَّجَسُّسَ فِى كَيْفِيَّةِ اللّٰهِ
تَعَالَى مُنِحَ الْبَرَاءَةَ مِنَ النِّفَاقِ) أَيْ نِفَاقِ الْاِعْتِقَادِ، قَوْلُهُ: مُنِحَ
بِالْبِنَاءِ لِلْمَجْهُوْلِ بِمَعْنَى أُعْطِيَ وَنَائِبُ فَاعِلِهِ هُوَ
الْمَفْعُوْلُ الْأَوَّلُ وَمَا بَعْدَهُ هُوَ الْمَفْعُوْلُ الثَّانِى.
(Dan
barang siapa meninggalkan mencari kesalahan dalam kaifiyah Allah maka pasti dia
akan diberi kebebasan dari sifat munafik) Maksudnya
munafik dalam keyakinan. Perkataan Umar Radhiallahu Anhu: Lafadz مُنِحَ dengan
bina majhul dengan ma'na أُعْطِيَ dan naibul pailnya yaitu maf'ul
pertama dan lafadz sesudahnya yaitu maf'ul kedua.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ
عُثْمَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: عَلَامَةُ الْعَارِفِيْنَ
ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: قَلْبُهُ) أَيْ الْعَارِفُ (مَعَ
الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ)
Maqolah
yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu sesungguhnya dia berkata:
Tanda-tanda orang-orang yang ma'rifat itu ada delapan perkara: Hatinya) Maksudnya
hati orang ma'rifat (Itu disertai rasa khouf dan roja)
وَأَصْلُ الْخَوْفِ مَعْرِفَةُ الْقَلْبِ بِجَلَالِ
اللّٰهِ تَعَالَى وَقَهْرِهِ وَغِنَاهُ عَنْ جَمَيْعِ خَلْقِهِ وَشَدِيْدِ عِقَابِهِ
لِمَنْ عَصَاهُ فَنَشَأَ مِنْ هٰذِهِ الْمَعْرِفَةِ حَالَةُ وَجَلٍ تُسَمَّى
الْخَوْفَ وَثَمْرَتُهُ الْمَقْصُودَةُ مِنْهُ تَرْكُ الْمَعَاصِى،
Dan
asal dari rasa khouf adalah mengertinya hati tentang keagungan Allah Ta'ala dan
mengertinya hati tentang kekuasaan Allah dan mengertinya hati tentang tidak
butuhnya Allah dari semua makhluknya dan mengertinya hati tentang kerasnya
siksaan dari Allah kepada orang yang durhaka kepadanya sehingga muncul dari
pengetahuan ini suatu keadaan takut yang diberi nama khouf dan buahnya khouf
yang diharapkan darinya adalah meninggalkan kemaksiatan
وَأَصْلُ الرَّجَاءِ مَعْرِفَةُ الْقَلْبِ سَعَةَ
رَحْمَةِ اللّٰهِ وَعَظِيْمَ فَضْلِهِ وَجَمِيْلَ وَعْدِهِ لِمَنْ أَطَاعَهُ
فَيَنْشَأُ مِنْ هٰذِهِ الْمَعْرِفَةِ حَالَةُ فَرَحٍ تُسَمَّى الرَّجَاءَ
وَثَمْرَتُهُ الْمَقْصُودَةُ مِنْهُ الْمُسَارَعَةُ فِى الْخَيْرَاتِ.
Dan
asal dari rasa roja adalah mengertinya hati tentang luasnya rahmat Allah dan
mengertinya hati tentang agungnya anugrah dari Allah dan mengertinya hati
tentang indahnya janji Allah untuk orang-orang yang taat kepadanya sehingga
muncul dari pengetahuan ini suatu keadaan bahagia yang diberi nama raja dan
buahnya raja yang diharapkan darinya adalah bersegera dalam berbagai kebaikan.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا اجْتَمَعَ
الرَّجَاءُ وَالْخَوْفُ فِى قَلْبِ مُؤْمِنٍ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ عَزَّ
وَجَلَّ الرَّجَاءَ وَأَمَّنَهُ مِنَ الْخَوْفِ] رَوَاهُ
الطَّبَرَانِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah
berkumpul sifat raja dan khouf di dalam hati seorang mu'min melainkan Allah
Azza Wajalla pasti akan memberikan kepadanya harapan dan memberikan rasa aman
kepadanya dari rasa takut]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
At-Thobroni
(وَلِسَانُهُ مَعَ الْحَمْدِ وَالثَّنَاءِ) عَلَى اللَّهِ تَعَالَى (وَعَيْنَاهُ مَعَ
الْحَيَاءِ وَالْبُكَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ أَنَّ
بُكَاءَ دَاوُدَ وَبُكَاءَ أَهْلِ الْأَرْضِ يَعْدِلُ بُكَاءَ آدَمَ مَا عَدَلَهُ] رَوَاهُ
ابْنُ عَسَاكِرَ.
(Dan
lisan orang ma'rifat itu disertai memuji dan menyanjung) Kepada
Allah Ta'ala (Dan kedua mata orang ma'rifat itu disertai rasa malu dan
tangisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ
bersabda: [Andai sesungguhnya tangisan Nabi Daud dan tangisan penduduk
bumi membandingi keduanya pada tangisan Nabi Adam maka tidak akan bisa
membandingi tangisan keduanya pada tangisan Nabi Adam] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Asakir
(وَإِرَادَتُهُ) أَيْ الْعَارِفُ (مَعَ التَّرْكِ
وَالرِّضَا) أَيْ مَعَ تَرْكِ إرَادَةِ نَفْسِهِ وَمَعَ الرِّضَا
لِإِرَادَتِهِ تَعَالَى لِنَفْسِ الْعَارِفِ فَالْعَارِفُ مُرَادٌ لَا
مُرِيْدٌ (يَعْنِى) بِذٰلِكَ (تَرْكَ الدُّنْيَا
وَطَلَبَ رِضَا مَوْلَاهُ).
(Dan
kehendaknya) Maksudnya orang ma'rifat (Itu
disertai meninggalkan dan ridho) Maksudnya disertai meninggalkan
keinginan dirinya sendiri dan disertai ridho pada kehendak Allah Ta'ala untuk
diri orang yang ma'rifat. Maka orang yang ma'rifat itu dikehendaki bukan
menghendaki (Utsman Radhiallahu Anhu bermaksud) Dengan ucapan
itu (Meninggalkan dunia dan mencari ridho tuhannya)
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ (لَا خَيْرَ
فِى صَلَاةٍ لَا خُشُوْعَ فِيْهَا) فَالْخُشُوْعُ فِى جُزْءٍ مِنَ
الصَّلَاةِ وَاجِبٍ لَيْسَ بِشَرْطٍ كَمَا قَالَهُ شَيْخُنَا أَحْمَدُ
النَّحْرَاوِيُّ.
Maqolah
yang kelima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama
Wajhahu (Tidak ada kebaikan dalam sholat yang tidak ada khusyu di
dalamnya) Khusyu pada bagian dari sholat wajib bukan termasuk syarat
sebagaimana telah berkata pada ucapan itu Syekh Ahmad An-Nahrawi.
أَوْحَى اللّٰهُ إلَى بَعْضِ أَنْبِيَائِهِ: [عَبْدِيْ
هَبْ لِيْ مِنْ عَيْنِكَ الدُّمُوْعَ وَمِنْ قَلْبِكَ الْخُشُوْعَ ثُمَّ ادْعُ
فَإِنِّيْ أَسْتَجِيْبُ لَكَ وَأَنَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ.]
Allah
telah mewahyukan kepada sebagian dari Nabi-Nabinya: [Hambaku berikanlah
kepadaku dari kedua matamu air mata dan dari hatimu khusyu kemudian berdoalah
karena sesungguhnya aku akan mengabulkan untuk mu dan aku adalah yang maha
dekat, maha mengabulkan].
(وَلَا خَيْرَ فِى صَوْمٍ لَا امْتِنَاعَ فِيْهِ عَنِ
اللَّغْوِ) أَيْ الْكَلَامِ الَّذِيْ لَا
فَائِدَةَ فِيْهِ
(Dan
tidak ada kebaikan dalam puasa yang tidak mencegah di dalamnya dari perbuatan
yang sia-sia) Maksudnya perkataan yang tidak ada
manfaat di dalamnya
(وَلَا خَيْرَ فِى قِرَاءَةٍ) لِلْقُرْآنِ (لَا تَدَبُّرَ فِيْهَا) أَيْ
لَا نَظَرَ فِى أَحْكَامِهَا
(Dan
tidak ada kebaikan di dalam membaca) Al-Qur'an (Yang tidak ada
tadabbur di dalamnya) Maksudnya tidak memperhatikan pada
hukum-hukumnya
(وَلَا خَيْرَ فِى عِلْمٍ لَا وَرَعَ) عَنِ الشُّبُهَاتِ وَالْمُحَرَّمَاتِ (فِيْهِ) أَيْ
مَعَ الْعِلْمِ.
(Tidak
ada kebaikan dalam ilmu yang tidak ada wara') Dari
perkara-perkara syubhat dan perkara-perkara yang diharamkan (Di
dalamnya) Maksudnya disertai ilmu
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [مَنِ اتَّقٰى
الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبَرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى
الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ]
Telah
bersabda Nabi ﷺ: [Barang siapa
menghindari perkara-perkara syubhat maka benar-benar dia telah membersihkan
agamanya dan kehormatannya dan barang siapa terjerumus dalam perkara-perkara
syubhat maka dia terjerumus dalam perkara-perkara haram].
(وَلَا خَيْرَ فِى مَالٍ لَا سَخَاوَةَ فِيْهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا فَتَحَ
رَجُلٌ بَابَ عَطِيَّةٍ بِصَدَقَةٍ أَوْ صِلَةٍ إلَّا زَادَهُ اللّٰهُ بِهَا
كَثْرَةً، وَمَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ يُرِيْدُ بِهَا كَثْرَةً إلَّا
زَادَهُ اللّٰهُ بِهَا قِلَّةً] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
(Dan
tidak ada kebaikan dalam harta yang tidak ada kedermawanan di dalamnya) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah
membuka seseorang pada pintu memberi dengan bersedekah atau dengan bersilatur
rahmi melainkan Allah akan menambah kepadanya dengan sebab sedekah atau
silaturahmi itu kemakmuran dan tidaklah membuka seseorang pada pintu mengemis
yang dia ingin dengan sebab mengemis itu menjadi makmur melainkan Allah akan
menambah kepadanya dengan sebab mengemis itu ketidak cukupan]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(وَلَا خَيْرَ فِى أُخُوَّةٍ لَا حِفْظَ فِيْهَا) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَيْكُمْ
بِإِخْوَانِ الصَّفَا فَإِنَّهُمْ زِيْنَةٌ فِى الرَّخَاءِ وَعَضْمَةٌ فِى
الْبَلَاءِ].
(Dan
tidak ada kebaikan dalam persaudaraan yang tidak menjaga di dalamnya) Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Wajib
atas kalian menjalin persaudaraan yang tulus karena sesungguhnya persaudaraan
yang tulus itu adalah perhiasan di saat lapang dan penjaga di saat ada musibah
].
وَرَوَى أَبُوْ الزُّبَيْرِ عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: [اَلْمَرْءُ كَثِيْرٌ بِأَخِيْهِ وَلَا خَيْرَ
فِى صُحْبَةِ مَنْ لَا يَرَى لَكَ مِنَ الْحَقِّ مِثْلَ مَا تَرَى لَهُ].
Abu
Zubair telah meriwayatkan dari Sahl bin Sa'd sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seseorang itu makmur
karena saudaranya dan tidak ada kebaikan dalam menemani orang yang tidak melihat
pada mu dari hak-hak sebagaimana engkau melihat pada haknya].
(وَلَا خَيْرَ فِي نِعْمَةٍ لَا بَقَاءَ فِيْهَا) وَكَانَ بَعْضُهُمْ دَعَا بِهٰذَا الدُّعَاءِ:
اَللّٰهُمَّ لَا تَسْلِبْ مِنِّيْ نِعْمَةً أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ
(Dan
tidak ada kebaikan dalam nikmat yang tidak kekal di dalamnya) Dan
ada sebagian ulama berdoa dengan doa ini: Ya Allah semoga engkau tidak mencabut
dariku kenikmatan yang telah engkau berikan kenikmatan itu kepadaku
(وَلَا خَيْرَ فِى دُعَاءٍ لَا إخْلَاصَ فِيْهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ هٰذِهِ
الْقُلُوْبَ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا فَإِذَا سَأَلْتُمْ اللّٰهَ
فَاسْأَلُوْهُ وَأَنْتُمْ وَاثِقُوْنَ بِالْإِجَابَةِ فَإِنَّ اللّٰهَ لَا
يَسْتَجِيْبُ دُعَاءَ مَنْ دَعَا مِنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ] رَوَاهُ
الطَّبَرَانِيُّ.
(Dan
tidak ada kebaikan dalam doa yang tidak ada keikhlasan di dalamnya) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
berbagai hati ini adalah wadah maka yang paling baik darinya adalah yang paling
banyak menampung. Maka ketika kalian meminta kepada Allah mintalah kepadanya
dan kalian yakin akan dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak mengabulkan
doa orang yang berdoa dari luar hati yang lalai] Telah meriwayatkan
pada hadits ini Imam At-Thobroni
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9
بَابُ التُّسَاعِيِّ
وَفِيْهِ خَمْسُ مَوَاعِظَ، وَاحِدَةٌ
خَبَرٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ.
Dalam
bab ini ada lima nasihat, satu hadits dan sisanya atsar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 1
اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [أَوْحَى
اللّٰهُ تَعَالَى إلَى مُوْسَى بْنِ عِمْرَانَ فِى التَّوْرَاةِ: إنَّ أُمَّهَاتِ
الْخَطَايَا ثَلَاثٌ:
Maqolah
yang kesatu (Telah bersabda Nabi ﷺ:
[Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa Bin Imran dalam kitab Taurat:
Sesungguhnya induk dari dosa-dosa itu ada tiga:
الْكِبْرُ) قَالَ ﷺ: [اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ
وَغَمْطُ النَّاسِ] أَيْ رَدُّ الْحَقِّ وَاحْتِقَارُ النَّاسِ وَمَنْ
نَظَرَ إلَى نَفْسِهِ بِعَيْنِ التَّعْظِيْمِ وَإِلَى غَيْرِهِ بِعَيْنِ
الْاِسْتِصْغَارِ فَهُوَ مِنَ الْمُتَكَبِّرِيْنَ
Sombong) Telah
bersabda Nabi ﷺ: [Sombong
adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain] Maksudnya menolak
kebenaran dan merendahkan manusia. Barang siapa melihat pada dirinya dengan
pandangan mengagung-agungkan dan melihat kepada orang lain dengan pandangan
mengecilkan maka dia itu termasuk dari golongan orang-orang yang sombong
(وَالْحَسَدُ) قَالَ مُعَاوِيَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: لَيْسَ
فِى خِصَالِ الشَّرِّ أَعْدَلُ مِنَ الْحَسَدِ يَقْتُلُ الْحَاسِدَ قَبْلَ أَنْ
يَصِلَ إلَى الْمَحْسُوْدِ
(Dan
dengki) Telah berkata Mu'awiyah Radhiallahu Anhu: Tidak
ada dalam tabiat keburukan yang lebih setimpal dari dengki orang yang dengki
dapat membunuh sebelum dia sampai pada orang yang didengki
(وَالْحِرْصُ) عَلَى الدُّنْيَا، قَالَ مَالِكُ بْنُ دِيْنَارٍ
رَحِمَهُ اللّٰهُ: إذَا سَقِمَ الْبَدَنُ لَمْ يَنْجَعْ فِيْهِ طَعَامٌ وَلَا
شَرَابٌ وَلَا نَوْمٌ وَلَا رَاحَةٌ كَذٰلِكَ الْقَلْبُ إذَا غَلَبَ عَلَيْهِ
حُبُّ الدُّنْيَا لَمْ تَنْفَعْهُ الْمَوْعِظَةُ
(Dan
serakah) Pada dunia. Telah berkata Malik Bin Dinar
Rahimahullah: Apabila badan sakit maka tidak akan memberi manfaat padanya
makanan dan tidak akan memberi manfaat padanya minuman dan tidak akan memberi
manfaat padanya tidur dan tidak akan memberi manfaat padanya istirahat demikian
pula hati apabila menguasai padanya cinta dunia tidak akan bermanfaat baginya
nasihat-nasihat.
(فَنَشَأَ مِنْهَا) أَيْ الثَّلَاثَةِ (سِتَّةٌ فَصِرْنَ) أَيْ
الثَّلَاثَةُ مَعَ السِّتَّةِ (تِسْعَةً: اَلْأُوْلَى مِنَ السِّتَّةِ: الشِّبَعُ
وَالنَّوْمُ وَالرَّاحَةُ) أَيْ زَوَالُ الْمَشَقَّةِ
(Maka
timbul darinya) Maksudnya dari tiga sifat (Enam
sifat sehingga jadilah itu) Maksudnya tiga serta enam (Sembilan
sifat: Yang pertama dari enam sifat: Adalah kenyang dan tidur dan istirahat) Maksudnya
hilangnya kesulitan
(وَحُبُّ الْأَمْوَالِ) قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ اللّٰهِ الْحَدَّادُ
قَدَّسَ سِرَّهُ: وَعَلَيْكَ بِإِخْرَاجِ حُبِّ الدِّيْنَارِ وَالدِّرْهَمِ مِنْ
قَلْبِكَ حَتَّى يَصِيْرَانِ عِنْدَكَ بِمَنْزِلَةِ الْحَجَرِ وَالْمَدَرِ
(Dan
cinta harta) Telah berkata tuanku Abdullah
Al-Haddad Qoddasa Sirroh: Dan wajib atasmu mengeluarkan cinta terhadap dinar
dan dirham dari hatimu hingga menjadi keduanya bagimu satu martabat dengan batu
dan tanah
(وَحُبُّ الثَّنَاءِ وَالْمَحْمَدَةِ) وَعَلَيْك بِإِخْرَاجِ حُبِّ الْمَنْزِلَةِ
عِنْدَ النَّاسِ مِنْ قَلْبِكَ حَتَّى يَسْتَوِيَ عِنْدَكَ مَدْحُهُمْ
وَذَمُّهُمْ
(Dan
cinta sanjungan dan pujian) Dan wajib atas kalian mengeluarkan
cinta terhadap kedudukan di sisi manusia dari hatimu hingga sama saja bagimu
pujian mereka dan celaan mereka
(وَحُبُّ الرِّيَاسَةِ) وَعَلَيْكَ بِإِخْرَاجِ حُبِّ الْجَاهِ عِنْدَ
النَّاسِ مِنْ قَلْبِكَ حَتَّى يَسْتَوِيَ عِنْدَكَ إقْبَالُهُمْ عَلَيْكَ
وَإِدْبَارُهُمْ عَنْكَ فَإِنَّ حُبَّ الْجَاهِ أَضَرُّ عَلَى صَاحِبِهِ مِنْ
حُبِّ الْمَالِ وَكِلَاهُمَا دَالَّانِ عَلَى الرَّغْبَةِ فِى الدُّنْيَا،
(Dan
cinta jabatan) Dan wajib atas kalian mengeluarkan
cinta terhadap jabatan di sisi manusia dari hatimu hingga sama saja bagimu
menghadapnya mereka kepadamu dan membelakanginya mereka darimu karena
sesungguhnya cinta jabatan itu lebih berbahaya bagi pemiliknya daripada cinta
harta dan keduanya menunjukkan pada keinginan terhadap dunia
وَأَصْلُ حُبِّ الْجَاهِ حُبُّ التَّعْظِيْمِ
فَالْعَظَمَةُ مِنْ صِفَاتِ اللّٰهِ تَعَالَى. أَمَّا حُبُّ الْمَالِ فَأَصْلُهُ
حُبُّ التَّمَتُّعِ بِالشَّهَوَاتِ وَذٰلِكَ مِنْ صِفَاتِ الْبَهَائِمِ.
Dan
asal dari cinta jabatan adalah cinta diagungkan. Karena keagungan adalah
sebagian dari sifat-sifat Allah Ta'ala. Adapun asal dari cinta harta maka
asalnya adalah cinta bersenang-senang dengan syahwat dan cinta bersenang senang
dengan syahwat itu adalah sebagian dari sifat-sifat hewan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُوْ
بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: اَلْعِبَادُ ثَلَاثَةُ أَصْنَافٍ) أَيْ
أَنْوَاعٍ
Maqolah
yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu: Para
hamba itu ada tiga golongan) Maksudnya macam.
(لِكُلِّ صِنْفٍ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ يُعْرَفُوْنَ
بِهَا) أَيْ بِتِلْكَ الْعَلَامَاتِ (صِنْفٌ
يَعْبُدُوْنَ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ الْخَوْفِ) مِنْ عَذَابِ اللّٰهِ
تَعَالَى
(Bagi
setiap golongan itu ada tiga tanda yang mereka bisa diketahui dengan tiga
tanda) Maksudnya dengan tanda-tanda tersebut (Satu
golongan mereka menyembah kepada Allah di atas jalan rasa takut) Dari
Adzab Allah Ta'ala.
(وَصِنْفٌ يَعْبُدُوْنَ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ
الرَّجَاءِ) لِرَحْمَةِ
اللّٰهِ تَعَالَى
(Dan
satu golongan mereka menyembah kepada Allah di atas jalan harapan) Pada
rahmat Allah Ta'ala
(وَصِنْفٌ يَعْبُدُوْنَ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ
الْحُبِّ) فِى اللّٰهِ حَتَّى يَصِيْرَ اللّٰهُ
أَحَبَّ إلَيْهِمْ مِمَّا سِوَاهُ بَلْ حَتَّى لَا يَكُوْنَ لَهُمْ مَحْبُوْبٌ
إلَّا اللّٰهُ تَعَالَى،
(Dan
ada satu golongan mereka menyembah kepada Allah di atas jalan cinta) Karena
Allah. Hingga Allah menjadi yang paling dicintai oleh mereka daripada apapun
selain Allah bahkan hingga tidak ada bagi mereka yang dicintai kecuali Allah
Ta'ala
وَسَبَبُ وُجُوْدِ الْحُبِّ مِنْ جِهَةِ الْمَحْبُوْبِ
إمَّا وُجُوْدُ كَمَالٍ فِيْهِ أَوْ حُصُوْلُ نَوَالٍ مِنْهُ،
Dan
sebab adanya rasa cinta kepada pihak yang dicintai ada kalanya adanya
kesempurnaan pada yang dicintai atau hasilnya pemberian dari yang dicintai
فَإِنْ كُنْتَ مِمَّنْ يُحِبُّ لِأَجْلِ الْجَمَالِ
فَهُوَ لِلّٰهِ وَحْدَهُ وَمَا يَلُوْحُ عَلَى الْمَوْجُوْدَاتِ مِنْ مَعْنَى
كَمَالٍ وَمَا يَبْدُوْ عَلَيْهَا مِنْ رَوْنَقِ جَمَالٍ فَهُوَ تَعَالَى
الْمُكَمِّلُ لَهَا وَالْمُجَمِّلُ لِأَنَّهُ الْمُوْجِدُ لَهَا،
Maka
jika kamu terbukti termasuk orang yang cinta karena keindahan maka keindahan
itu hanya milik Allah dan sesuatu yang tampak pada makhluk dari makna
kesempurnaan dan sesuatu yang nampak pada makhluk dari pesona keindahan maka
Allah ta'ala adalah yang menyempurnakannya dan yang memperindahnya karena
sesungguhnya Allah adalah dzat yang mengadakannya.
وَإِنْ كُنْتَ مِمَّنْ يُحِبُّ الْمَحْبُوْبَ لِأَجْلِ
النَّوَالِ فَلَسْتَ تَرَى إحْسَانًا وَلَا إكْرَامًا وَلَا تُبْصِرُ إنْعَامًا
عَلَيْكَ وَعَلَى سَائِرِ الْخَلْقِ إلَّا وَاللّٰهُ تَعَالَى هُوَ الْمُتَفَضِّلُ
بِجَمِيْعِ ذٰلِكَ بِمَحْضِ الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ.
Dan
jika kamu terbukti termasuk orang yang cinta pada yang dicintai karena
pemberian maka engkau tidak akan melihat kebaikan dan kemuliaan dan engkau
tidak akan melihat kenikmatan kepadamu dan kepada seluruh makhluk kecuali hanya
Allah Ta'ala dzat yang memberikan anugerah atas semua itu dengan murninya
kemurahan dan kedermawanan.
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّاسَ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ: عَبْدٌ
قَدْ غَلَبَ عَلَيْهِ التَّخْلِيْطُ وَالتَّفْرِيْطُ فَاللَّائِقُ بِهِ غَلَبَةُ
الْخَوْفِ عَلَيْهِ لِيَنْزَجِرَ عَنِ الْمَعَاصِى إلَّا عِنْدَ الْمَوْتِ
فَيَنْيَغِى أَنْ يَكُوْنَ رَجَاؤُهُ غَالِبًا عَلَى خَوْفِهِ، وَقَدْ قَالَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ: [لَا يَمُوْتُ أَحَدُكُمْ إلَّا وَهُوَ حَسَنُ
الظَّنِّ بِاللّٰهِ].
Dan
ketahuilah olehmu sesungguhnya manusia itu ada tiga jenis: Seorang hamba yang benar-benar
telah mendominasi padanya keburukan dan kelalaian, maka yang layak baginya
adalah mendominasinya rasa takut kepada Allah agar dia berhenti dari berbagai
kemaksiatan, kecuali ketika hendak meninggal, maka seharusnya ada harapannya
lebih besar dari rasa takutnya. Dan benar-benar telah bersabda Nabi ﷺ: [Janganlah mati salah seorang di
antara kalian kecuali dia itu berbaik sangka kepada Allah].
وَعَبْدٌ لَا يَأْمَنُ عَلَى نَفْسِهِ مِنَ التَّرْكِ
لِلْمَأْمُوْرَاتِ وَالسُّكُوْنِ إلَى الْمَحْظُوْرَاتِ فَيَنْبَغِى لِهٰذَا
الْعَبْدِ اسْتِوَاءُ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ حَتَّى يَكُوْنَا كَجَنَاحَيْ
الطَّائِرِ. قَالَ ﷺ: [لَوْ وُزِنَ خَوْفُ الْمُؤْمِنِ وَرَجَاؤُهُ
لَاعْتَدَلَا] وَهٰذَا حَالُ أَكْثَرِ الْمُؤْمِنِيْنَ.
Dan
seorang hamba yang tidak merasa aman terhadap dirinya dari meninggalkan
perintah-perintah dan cenderung kepada larangan-larangan, maka patut bagi hamba
ini seimbang antara rasa takut dan harapan, sehingga ada keduanya seperti dua
sayap burung. Telah bersabda Nabi ﷺ: [Sekiranya
ditimbang rasa takut seorang mukmin dan harapannya, maka keduanya pasti akan
seimbang]. Dan ini adalah keadaan kebanyakan mukminin.
وَعَبْدٌ قَدْ أَنَابَ إلَى رَبِّهِ وَاطْمَأَنَّتْ
نَفْسُهُ بِهِ وَانْقَشَعَتْ ظُلُمَاتُ شَهْوَتِهِ بِإِشْرَاقِ أَنْوَارِ قُرْبِهِ
فَلَمْ تَبْقَ لَهُ لَذَّةٌ إلَّا فِى مُنَاجَاتِهِ وَلَا رَاحَةٌ إلَّا فِى
عِبَادَتِهِ فَصَارَ رَجَاؤُهُ شَوْقًا وَمَحَبَّةً وَخَوْفُهُ تَعْظِيْمًا
وَهَيْبَةً، أَفَادَ ذٰلِكَ سَيِّدِيْ الشَّيْخُ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ عَلَوِيٍّ
الْحَدَّادُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى.
Dan
seorang hamba yang telah kembali kepada Tuhannya dan benar-benar telah tenang
dirinya karena tuhannya, serta benar-benar telah lenyap kegelapan-kegelapan
syahwatnya karena terang-benderangnya cahaya-cahaya kedekatannya kepada tuhan.
Maka tidak tersisa baginya kenikmatan kecuali dalam munajat kepada tuhan, dan
tidak tersisa baginya ketenangan kecuali dalam beribadah kepada tuhan. Sehingga
berubahlah harapannya menjadi kerinduan dan cinta, dan rasa takutnya berubah
menjadi mengagungkan tuhan dan kewibawaan tuhan. Telah memberikan keterangan
pada hal ini tuanku, Asy-Syaikh Abdullah bin Alawi Al-Haddad, Rahimahullahu
Ta'ala.
(فَلِلْأَوَّلِ) وَهُوَ الَّذِيْ يَعْبُدُ اللّٰهَ تَعَالَى عَلَى
سَبِيْلِ الْخَوْفِ (ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: يَسْتَحْقِرُ نَفْسَهُ) أَيْ
يَرَى أَنَّ نَفْسَهُ لَا مِقْدَارَ لَهَا (وَيَسْتَقِلُّ حَسَنَاتِهِ) أَيْ
يَرَى أَنَّ حَسَنَاتِهِ قَلِيْلَةٌ (وَيَسْتَكْثِرُ سَيِّئَاتِهِ) أَيْ
يَرَى أَنَّ سَيِّئَاتِهِ كَثِيْرَةٌ.
(Maka
bagi golongan yang pertama) Yaitu orang yang beribadah kepada
Allah Ta’ala di atas jalan takut (Terdapat tiga tanda: dia menganggap
rendah dirinya sendiri) Maksudnya dia memandang bahwa dirinya tidak
memiliki nilai apa-apa baginya (Dia menganggap sedikit amal-amal
baiknya) Maksudnya dia melihat bahwa kebaikannya itu sedikit (Dan
dia menganggap banyak dosa-dosanya) Maksudnya dia memandang bahwa
dosa-dosanya sangat banyak.
(وَلِلثَّانِى) وَهُوَ الَّذِي يَعْبُدُ اللّٰهَ تَعَالَى عَلَى
سَبِيْلِ الرَّجَاءِ (ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: يَكُوْنُ قُدْوَةَ النَّاسِ فِى
جَمِيْعِ الْحَالَاتِ) أَيْ أَنَّ النَّاسَ يَقْتَدُوْنَ بِهِ فِى
جَمِيْعِ حَالَاتِهِ (وَيَكُونُ أَسْخَى النَّاسِ كُلِّهِمْ بِالْمَالِ
زُهْدًا فِى الدُّنْيَا وَيَكُوْنُ حَسَنَ الظَّنِّ بِاللّٰهِ فِى الْخَلْقِ
كُلِّهِمْ).
(Dan
bagi golongan yang kedua) Yaitu orang yang beribadah kepada
Allah Ta’ala di atas jalan harapan (Terdapat tiga tanda: dia menjadi
teladan bagi manusia dalam segala keadaan) Maksudnya sesungguhnya
manusia mencontoh dirinya dalam semua keadaannya (Dan dia menjadi orang
yang paling dermawan kepada seluruh manusia dengan hartanya karena zuhud
terhadap dunia dan dia memiliki prasangka baik kepada Allah terhadap makhluk
seluruhnya).
(وَلِلثَّالِثِ) وَهُوَ مَنْ يَعْبُدُ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ
الْحُبِّ (ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ) أَوَّلُهَا (يُعْطِى مَا
يُحِبُّهُ) وَمَا يُعِزُّ عَلَيهِ لِيَنَالَ الْبِرَّ (وَلَا
يُبَالِى بَعْدَ أَنْ يَرْضَى رَبُّهُ) كَمَا قَالَ اللّٰهُ
تَعَالَى ﴿لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا
تُحِبُّوْنَ﴾
(Dan
bagi golongan yang ketiga) Yaitu orang yang beribadah kepada
Allah di atas jalan cinta (Terdapat tiga tanda) Yang pertama
dari tiga tanda itu (Adalah dia memberikan sesuatu yang dia cinta pada
sesuatu itu) Dan memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya agar
dia dapat memperoleh kebajikan (Dan dia tidak peduli setelah Tuhannya meridhai) Sebagaimana
firman Allah Ta’ala: ﴾Kalian
tidak akan memperoleh kebajikan hingga kalian menginfaqkan sebagian harta yang
kalian cintai﴿
(وَ) ثَانِيْهَا (يَعْمَلُ
بِسُخْطِ نَفْسِهِ) كَأَعْمَالِ الْبِرِّ (وَلَا يَحْتِمُّ بِهِ
بَعْدَ أَنْ يَرْضَى رَبَّهُ) فَالْبِرُّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
وَمَسْخَطَةٌ لِلشَّيْطَانِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ [ أَعُوْذُ باللّٰهِ
مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ إِلَّا بَلَاءٌ فِيْهِ عَلَاءٌ] أَىْ عُلُوُّ
مَنْزِلَةٍ عِنْدَ اللّٰهِ
(Dan) yang
kedua dari tiga tanda (Adalah dia beramal dengan sesuatu yang tidak
disukai nafsunya), Seperti amal-amal kebaikan (Dan dia tidak merasa
keberatan setelah Tuhannya ridha kepadanya). Karena kebaikan itu
adalah keridhaan milik Tuhan dan kebencian bagi setan, sebagaimana yang
terdapat dalam hadis: [Aku berlindung kepada Allah dari bala, kecuali
bala yang di dalamnya mengandung ketinggian derajat] Maksudnya
tingginya kedudukan di sisi Allah.
(وَ) ثَالِثُهَا (يَكُوْنُ
فِى جَمِيْعِ الْحَالَاتِ مَعَ سَيِّدِهِ) وَهُوَ اللّٰهُ تَعَالَى (فِى
أَمْرِهِ وَنَهْيِهِ) فَلَا يَكُوْنُ مُخَالِفًا لِذٰلِكَ.
(Dan) Yang
ketiga dari tiga tanda (Adalah dia selalu berada dalam segala keadaan
bersama Tuannya), Yaitu Allah Ta’ala (Dalam mengikuti perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya), Sehingga dia tidak terbukti menyelisihi hal
tersebut.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ: (قَالَ
عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: إنَّ ذُرِّيَّةَ الشَّيْطَانِ) أَيْ
أَوْلَادَ إبْلِيْسَ اِسْمُهُ عَزَازِيْلُ (تِسْعَةٌ: زَلِيْتُوْنَ، وَوَثِيْنٌ،
وَلَقُوْسٌ) وَيُقَالُ: لَاقِسٌ (وَأَعْوَانُ، وَهَفَافٌ،
وَمُرَّةٌ) بِضَمِّ الْمِيْمِ وَتَشْدِيْدِ الرَّاءِ، وَكُنْيَةُ
إبْلِيْسَ أَبُوْمُرَّةَ. (وَمَسُوْطٌ، وَدَاسِمٌ، وَوَلْهَانُ.
Maqolah
yang ke tiga: (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya
keturunan setan) Maksudnya anak-anak Iblis. Nama iblis adalah
Azazil (Ada sembilan: Zalitun dan Watsin dan Laqus) Dan
dikatakan: Laqis (Dan A'wan dan Happap dan Murrah) Lafadz مرة dengan
mendhommahkan huruf م dan
mentasydid huruf ر.
Dan kunyah dari Iblis adalah Abu Murrah (Dab Masut dan Dasim dan
Walhan)
فَأَمَّا زَلِيْتُوْنَ فَهُوَ صَاحِبُ الْأَسْوَاقِ
فَيَنْصِبُ فِيْهَا رَايَتَهُ) أَيْ
لِوَاءَهُ، وَعِنْدَ بَعْضِهِمْ أَنَّ هٰذَا يُقَالُ لَهُ: زَلَّنْبُوْرٌ بِزَايٍ
مَفْتُوْحَةٍ وَلَامٍ مُشَدَّدَةٍ بَعْدَهَا نُوْنٌ فَمُوَحَّدَةٌ آخِرُهُ رَاءٌ.
Adapun
setan Zalitun, maka dia adalah setan yang menyertai pasar. Dia
menancapkan di dalam pasar benderanya) Maksudnya,
panjinya. Dan menurut sebagian ulama, sesungguhnya dia ini disebut dengan nama:
Zalanbur, dengan huruf ز yang difathahkan, dan
huruf ل yang
ditasydid, setelah hruf ل adalah
huruf ن,
kemudian huruf ب dengan
satu titik, dan akhir lafadz زلنبور adalah huruf ر.
وَهُوَ فِى كُلِّ سُوْقٍ يُزَيَّنُ لِلْبَائِعِيْنَ
اللَّغْوَ وَالْحَلْفَ الْكَاذِبَ وَمَدْحَ السِّلْعَةِ وَتَطْفِيْفَ الْكَيْلِ
وَالْمِيْزَانِ. وَفِى الْقَامُوْسِ: عَمَلُ زَلَنْبُوْرٍ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ
الرَّجُلِ وَأَهْلِهِ وَيُبَصِّرَ الرَّجُلَ عُيُوْبَ أَهْلِهِ.
Dan
dia ada di setiap pasar, dia menghiasi para penjual dengan perbuatan sia-sia,
sumpah palsu, memuji barang dagangan, serta mengurangi takaran dan timbangan.
Dan dalam kitab Al-Qāmūs disebutkan: Pekerjaan Zalanbur adalah memecah belah
antara seorang laki-laki dengan keluarganya dan dia memperlihatkan kepada laki-laki
itu aib-aib keluarganya.
(وَأَمَّا وَثِيْنٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمُصِيْبَاتِ) وَقِيْلَ: اِسْمُ شَيْطَانِ الْمُصِيْبَةِ تَبْرٌ
بِفَوْقِيَّةٍ فَمُوَحَّدَةٍ فَرَاءٍ. فَهُوَ يُزَيِّنُ الصِّيَاحَ وَلَطْمَ
الْخُدُوْدِ وَنَحْوَهُ.
(Dan
adapun setan Watsin maka dia adalah setan yang menyertai musibah) Dan
dikatakan : Nama setan musibah adalah Tabr dengan huruf ت titik
dua di atasnya kemudian huruf ب titik satu di bawahnya dan
huruf ر.
Dialah yang menghiasi perbuatan berteriak-teriak, menampar pipi, dan sejenisnya.
(وَأَمَّا أَعْوَانُ فَهُوَ صَاحِبُ السُّلْطَانِ) فَيُزَيِّنُهُ بِالْمَظَالِمِ.
(Dan
adapun setan A'wan dia adalah setan yang menyertai penguasa) Maka
dia menghiasi penguasa dengan perbuatan perbuatan dzolim
(وَأَمَّا
هَفَافٌ فَهُوَ صَاحِبُ الشَّرَابِ) أَيْ
الْمُسْكِرَاتِ.
(Dan
adapun setan Haffaf maka dia adalah setan yang menyertai minuman) Maksudnya
minuman-minuman yang memabukkan.
(وَأَمَّا مُرَّةٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمَزَامِيْرِ) فَيُزَيِّنُ فِيْهِ مَنْ يَنْفُخُ فِى
الْمِزْمَارِ بِكَسْرِ الْمِيْمِ.
(Dan
adapun setan Murrah maka dia adalah setan yang menyertai seruling-seruling) Maka
dia menghiasi ke dalamnya pada orang yang meniup seruling. Lafadz مُرَّةٌ dengan
mengkasrahkan huruf م.
(وَأَمَّا لَقُوْسٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمَجُوْسِ) وَقِيْلَ: أَنَّ لَاقِسَ وَوَلْهَانَ صَاحِبَا
الطَّهَارَةِ وَالصَّلَاةِ وَهُمَا اللَّذَانِ يُوَسْوِسَانِ فِيهِمَا. وَذَكَرَ
بَعْضُهُمْ بَدَلَ هٰؤُلَاءِ الثَّلَاثَةِ ثَلَاثَةً:
(Dan
adapun setan Laqus maka dia adalah setan yang menyertai para pemeluk Majusi) Dan
dikatakan bahwa Laqis dan Walhan keduanya adalah setan yang menyertai dalam hal
bersuci dan salat, dan mereka berdua yang membisikkan waswas dalam keduanya.
Dan telah menyebut sebagian dari ulama sebagai pengganti tiga setan laqis laqus
dan walhan dengan tiga setan yang lain:
الْأَعْوَرُ وَهُوَ شَيْطَانُ الزِّنَا يَنْفُخُ فِى
إِحْلِيْلِ الرَّجُلِ وَعَجُزِ الْمَرْأَةِ.
Setan
A'war. Dia adalah setan zina dia meniup pada kemaluan laki-laki dan pantat
perempuan.
وَالْوَسْنَانُ بِوَاوٍ مَفْتُوْحَةٍ وَسِيْنٍ مُهْمَلَةٍ
سَاكِنَةٍ وَنُوْنَيْنِ بَيْنَهُمَا أَلِفٌ وَهُوَ شَيْطَانُ النَّوْمِ يُثْقِلُ
الرَّأْسَ وَالْأَجْفَانَ عَنْ الْقِيَامِ إلَى الصَّلَاةِ وَنَحْوِهَا وَيُوْقِظُ
إلَى الْقَبِيْحِ مِنْ زِنًا وَنَحْوِهِ.
Dan
setan Wasnan, dengan huruf و yang difatḥahkan, huruf س yang
tidak bertitik dan berharakat sukun, serta dua huruf nun yang di antaranya
terdapat alif. Dia adalah setan tidur. Dia memberatkan kepala dan kelopak mata
dari berdiri menuju shalat dan semisalnya, serta membangunkan kepada keburukan
seperti zina dan yang semisalnya).
وَالْأَبْيَضُ بِمُوَحَّدَةٍ فَتَحْتِيَةٍ فَضَادٍ
مُعْجَمَةٍ وَهُوَ مُوَكَّلٌ بِالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ. أَمَّا
الْأَنْبِيَاءُ فَسَلِمُوْا مِنْهُ وَأَمَّا الْأَوْلِيَاءُ فَهُمْ مُجَاهِدُوْنَ
لَهُ، فَمَنْ سَلَّمَهُ اللّٰهُ سَلِمَ، وَمَنْ أَغْوَاهُ غَوَى.
Dan
setan Abyad dengan huruf ب dengan titik satu kemudian
huruf ي dengan
titik dua kemudian huruf ض dengan titik satu dia adalah setan
yang dipercayakan pada para Nabi dan para wali. Adapun para Nabi maka mereka
selamat darinya dan adapun para wali maka mereka berjihad melawannya. Barang
siapa yang telah Allah selamatkan dirinya maka dia pasti selamat dan barang
siapa yang Allah sesatkan dirinya maka dia pasti tersesat.
(وَأَمَّا مَسُوْطٌ) بِسِيْنٍ مُهْمَلَةٍ مَضْمُوْمَةٍ آخِرُهُ طَاءٌ
مُهْمَلَةٌ، وَيُقَالُ: مَطُوْنٌ بِمِيْمٍ مَفْتُوْحَةٍ فَطَاءٍ مُهْمَلَةٍ
آخِرُهُ نُوْنٌ. (فَهُوَ صَاحِبُ الْأَخْبَارِ) الْكَاذِبَةِ (يُلْقِيْهَا
فِى أَفْوَاهِ النَّاسِ) أَيْ عَلَى أَلْسِنَتِهِمْ (وَلَا
يَجِدُوْنَ لَهَا) أَيْ الْأَخْبَارِ (أَصْلًا) يُسْتَنَدُ
إلَيْهِ.
(Dan
adapun setan Masut) Dengan huruf س yang tidak bertitik yang di dhommahkan, akhir lafadz مسوط adalah
huruf ط yang
tidak bertitik dan dikatakan: Matun dengan huruf mim yang difathahkan kemudian
huruf ط,
akhir dari lafadz مطون adalah
huruf ن. (Dia
adalah setan yang menyertai berita-berita) Yang dusta (Dia
mengajarkan berita-berita bohong pada mulut-mulut manusia) Maksudnya
pada lidah mereka (dan mereka tidak menemukan darinya) Maksudnya
dari berita-berita itu (dasar) Yang bisa dijadikan sandaran
padanya.
(وَأَمَّا الدَّاسِمُ) بِدَالٍ وَسِينٍ مُهْمَلَتَيْنِ بَيْنَهُمَا
أَلِفٌ (فَهُوَ صَاحِبُ الْبُيُوْتِ إذَا دَخَلَ الرَّجُلُ الْمَنْزِلَ
وَلَمْ يُسَلِّمْ) عَلَى أَهْلِهِ
(Dan
adapun setan Dasim) Dengan huruf د dan س yang
tidak bertitik di antara keduanya terdapat huruf ا (Maka
dia adalah setan yang menyertai rumah-rumah apabila masuk seorang lelaki pada
tempat tinggalnya dan dia tidak mengucapkan salam) Kepada keluarganya
(وَلَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللّٰهِ تَعَالَى أَوْقَعَ
فِيْمَا بَيْنَهُمُ الْمُنَازَعَةَ) أَيْ
الْمُخَاصَمَةَ وَالْمُخَالَفَةَ (حَتَّى يَقَعَ الطَّلَاقُ وَالْخَلْعُ
وَالضَّرْبُ) أَيْ إنَّ الدَّاسِمَ يَسْعَى فِى إثَارَةِ الْخِصَامِ
بَيْنَ الزَّوْجَيْنِ لِيُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا،
(Dan
tidak menyebut nama Allah Ta'ala. Dia menyebabkan di antara mereka
pertengkaran) Maksudnya perselisihan dan
perdebatan (hingga terjadi perceraian dan khulu dan pemukulan) Maksudnya
sesungguhnya setan Dasim berusaha menimbulkan perselisihan antara suami istri
agar dia dapat memisahkan antara keduanya
وَقِيْلَ: إِنَّهُ اسْمُ شَيْطَانِ الطَّعَامِ يَأْكُلُ
مَعَ الْإِنْسَانِ وَيَدْخُلُ الْمَنْزِلَ إِنْ لَمْ يَسُمَّ عِنْدَ طَعَامِهِ
وَدُخُوْلِهِ، وَيُدَامُ عَلَى الْفِرَاشِ وَيَلْبَسُ الْثِيَابَ إِنْ لَمْ تَكُنْ
مَطْوِيَّةً وَلَمْ يَذْكُرِاسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا.
Dan
dikatakan: Sesungguhnya Dasim adalah nama setan makan dia makan bersama manusia
dan dia masuk pada rumah manusia jika manusia tidak membaca saat dia makan dan
saat dia masuk. Dia terus menerus berada di atas tempat tidur dan memakai pakaian
yang tidak dilipat serta tidak menyebut nama Allah atasnya
(وَأَمَّا وَلْهَانُ فَهُوَ يُوَسْوِسُ فِى الْوُضُوْءِ
وَالصَّلَاةِ وَالْعِبَادَاتِ) وَقِيْلَ:
وَلْهَانُ هُوَ الْمُوَسْوِسُ فَى الطَّهَارَةِ وَهُوَ يُوَلِّهُ النَّاسَ
بِكَثْرَةِ اسْتِعْمَالِ الْمَاءِ.
(Dan
adapun setan walhan maka dia adalah setan yang berbisik-bisik di dalam wudhu
dan sholat dan ibadah-ibadah) Dan dikatakan: Walhan adalah setan
yang berbisik-bisik dalam bersuci dan dia membingungkan manusia dengan
memperbanyak penggunaan air.
وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنْ
رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [لِلْوُضُوْءِ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ
الْوَلْهَانُ فَاتَّقُوْهُ] أَوْ قَالَ: [فَاحْذَرُوْهُ].
Dari
Ali Radhiallahu anhu dari Rasulullah ﷺ
bersabda: [Dalam wudhu ada setan yang disebut Walhan, maka
berhati-hatilah kalian darinya] Atau Rasulullah ﷺ bersabda: [Waspadalah terhadapnya].
أَمَّا الْمُوَسْوِسُ فِى الصَّلَاةِ فَاسْمُهُ
خَنْزَبٌ بِفَتْحِ الْخَاءِ الْمُعْجَمَةِ وَسُكُوْنِ النُّوْنِ كَمَا فِى
الْقَامُوْسِ.
Adapun
setan yang berbisik-bisik dalam sholat maka namanya adalah khonzab dengan
memfathahkan huruf خ yang
diberi titik atasnya dan mensukunkan huruf ن sebagaimana di dalam kamus.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ عُثْمَانُ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ حَفِظَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ لِوَقْتِهَا وَدَاوَمَ
عَلَيْهَا) أَيْ عَلَى مُحَافَظَةِ الصَّلَوَاتِ (أَكْرَمَهُ
اللّٰهُ بِتِسْعِ كَرَامَاتٍ:
Maqolah
yang keempat (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Barang siapa yang
menjaga sholat yang lima pada waktunya dan langgeng didalamnya) Maksudnya
dalam menjaga sholat lima waktu (Maka Allah akan memuliakan dia dengan
sembilan kemuliaan
أَوَّلُهَا: يُحِبُّهُ اللّٰهُ) أَيْ يَخُصُّهُ بِالْقُرْبَةِ وَالْأَحْوَالِ
الْعَلِيَّةِ
Yang
pertama dari sembilan kemuliaan: Adalah Allah akan cinta kepadanya) Maksudnya
Allah akan mengistimewakan orang tersebut dengan kedekatan dan dengan
keadaan-keadaan yang mulia
(وَيَكُوْنُ بَدَنُهُ صَحِيْحًا) أَيْ بِلَا عُيُوْبٍ
(Dan
badannya menjadi sehat) Maksudnya dengan tanpa cacad
(وَتَحْرُسُهُ الْمَلَائِكَةُ) مِنَ الْبَلَايَا الَّتِيْ لَمْ تُبْرَمْ
(Dan
akan menjaga kepadanya para malaikat) Dari bencana-bencana yang belum
ditetapkan
(وَتَنْزِلُ الْبَرَكَةُ) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيْرُ (فِى دَارِهِ
(Dan
turun keberkahan) Maksudnya kebaikan yang sangat
banyak (Pada tempatnya
وَيَظْهَرُ عَلَى وَجْهِهِ سِيْمَا الصَّالِحِيْنَ) أَيْ عَلَامَاتُهُمْ
Dan
nampak pada wajahnya tanda dari orang-orang sholeh) Maksudnya
tanda-tanda dari orang-orang sholeh
(وَيُلَيِّنُ اللّٰهُ قَلْبَهُ) فَيَقْبَلُ الْمَوَاعِظَ
(Dan
Allah akan melembutkan hati orang tersebut) Sehingga dia
dapat menerima nasihat-nasihat
(وَيَمُرُّ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ اللَّامِعِ) أَيْ الْمُضِيْءِ
(Dan
dia akan melewati shirath seperti kilat yang bersinar) Maksudnya
bercahaya
(وَيُنْجِيْهِ اللّٰهُ مِنَ النَّارِ) أَيْ نَارِ جَهَنَّمَ
(Dan
Allah akan menyelamatkan dia dari neraka) Maksudnya
neraka Jahannam
(وَيُنْزِلُهُ اللّٰهُ) فِي الْجَنَّةِ (فِى جِوَارِ الَّذِيْنَ
﴿لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ﴾ [يونس : الْآيَةُ ٦٢]) أَيْ
فِى قُرْبِ الْأَوْلِيَاءِ الْكِبَارِ.
(Dan
Allah akan menempatkan dia) Di dalam surga (Di sisi
orang-orang yang ﴾Tidak ada kehawatiran
atas mereka dan tidak pula mereka bersedih﴿ [Q.S
Yunus: Ayat 62]) Sebab kedekatan para wali yang agung
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [خَمْسُ صَلَوَاتٍ
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهِنَّ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَلَا
بُرْهَانًا وَلَا نَجَاةً وكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ فِرْعَوْنَ وقَارُوْنَ
وهَامَانَ وأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Lima
sholat, barang siapa yang menjaganya, maka lima sholat tersebut akan menjadi
cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang tidak
menjaganya, maka lima sholat tersebut tidak akan menjadi baginya cahaya,
petunjuk, maupun keselamatan, dan pada hari kiamat dia akan bersama Fir'aun,
Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf]. Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Ibnu Nasr.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (اَلْبُكَاءُ عَلَى
ثَلَاثَةِ أَوْجُهٍ:
Maqolah
yang kelima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama
Wajhahu (Tangisan itu ada pada tiga bagian:
أَحَدُهَا: مِنْ خَوْفِ عَذَابِ اللّٰهِ
تَعَالَى، وَالثَّانِى: مِنْ رَهْبَةِ السُّخْطِ) أَيْ مِنْ خَوْفِ غَضَبِ اللّٰهِ تَعَالَى
Yang
pertama dari tiga bagian itu: Adalah karena takut dari adzab Allah
Ta'ala. Dan yang kedua: Adalah karena takut murkanya Allah) Maksudnya
karena takut kemarahan Allah Ta'ala
(وَالثَّالِثُ: مِنْ خَشْيَةِ الْقَطِيْعَةِ) أَيْ مِنْ خَوْفِ الْبُعْدِ عَنِ اللّٰهِ
وَإِعْرَاضِهِ تَعَالَى عَنْهُ
(Yang
ketiga: Adalah karena takut terputus) Maksudnya karena takut jauh dari
Allah dan karena takut berpalingnya Allah Ta'ala dari orang tersebut
(فَأَمَّا الْأَوَّلُ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لِلذُّنُوْبِ،
وَأَمَّا الثَّانِى فَهُوَ طَهَارَةٌ لِلْعُيُوْبِ) وَهِيَ مَا تَنْقُصُ مَرْتَبَةً
(Adapun
yang pertama maka tangisan yang pertama itu adalah penghapus bagi dosa-dosa dan
adapun yang kedua maka tangisan yang kedua itu adalah penyucian bagi aib-aib) Aib
adalah sesuatu yang dapat mengurangi martabat.
(وَأَمَّا الثَّالِثُ فَهُوَ الْوِلَايَةُ) أَيْ فَنَاءُ الْبَاكِى عَنْ نَفْسِهِ
لِقِيَامِهِ عِنْدَ رَبِّهِ (مَعَ رِضَا الْمَحْبُوبِ) وَهُوَ
اللَّهُ تَعَالَى
(Dan
adapun yang ketiga maka tangisan yang ketiga itu adalah tangis kewalian) Maksudnya
lenyapnya tangisan dari dirinya karena berdiri di hadapan tuhannya (Serta
keridhoan sang kekasih) Yaitu Allah Ta'ala.
(فَثَمْرَةُ كَفَّارَةِ الذُّنُوْبِ النَّجَاةُ مِنَ
الْعُقُوْبَاتِ) فِي الْآخِرَةِ
(Maka
buah dari terhapusnya dosa-dosa adalah selamat dari berbagai siksa) Di
akhirat
(وَثَمْرَةُ طَهَارَةِ الْعُيُوْبِ النَّعِيْمُ
الْمُقِيْمُ) أَيْ
الدَّائِمُ (وَالدَّرَجَاتُ الْعُلَى) فِى الْجَنَّةِ
(Dan
buah dari penyusian aib-aib adalah kenikmatan yang abadi) Maksudnya
yang terus-menerus (Dan derajat yang tinggi) Di surga
(وَثَمْرَةُ الْوِلَايَةِ مَعَ رِضَا الْمَحْبُوْبِ
حُسْنُ الْبِشَارَةِ) أَيْ
الْخَبَرِ الَّذِى يَتَغَيَّرُ بِهِ بِشْرُ الْوَجْهِ مِنْ أَجْلِ الْفَرَحِ (مِنَ
اللّٰهِ تَعَالَى بِالرِّضَا) أَيْ بِحُصُوْلِ رِضَاهُ تَعَالَى
عَنْهُ (وَبِالرُّؤْيَةِ) لِذَاتِهِ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ
مُقَابَلَةٍ (وَزِيَارَةِ الْمَلَائِكَةِ) إيَّاهُ (وَزِيَادَةِ
الْفَضِيلَةِ) أَيْ الْخَيْرِ.
(Dan
buah dari kewalian serta keridhoan sang kekasih adalah bagusnya kabar kebaikan) Maksudnya
sebuah kabar yang menjadi berubah sebab kabar tersebut kegembiraan wajah karena
bahagia (Dari Allah Ta'ala dan dengan ridho) Maksudnya dengan
sampainya ridho Allah Ta'ala kepadanya (Dan dengan penglihatan) Terhadap
Dzat Allah Ta'ala tanpa saling berhadapan (Dan berkunjungnya para
malaikat) kepada orang tersebut (Dan bertambahnya karunia) Maksudnya
kebaikan.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10
بَابُ العُشَارِيِّ
وَفِيْهِ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ مَوْعِظَةً، إِحْدَى
عَشْرَةَ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِيَةُ آثَارٌ.
Dalam
bab ini ada dua puluh sembilan nasihat, sebelas hadits dan sisanya atsar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 1
الْمَقَالَةُ الْأُولَى (قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ: عَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ) أَيْ الْزَمُوْهُ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَفِى
كُلِّ حَالٍ (فَإِنَّ فِيهِ عَشْرَ خِصَالٍ) مَحْمُودَةٍ
Maqolah
yang pertama (Telah bersabda Rasulullah ﷺ:
Hendaklah kalian bersiwak) Maksudnya biasakanlah bersiwak pada
setiap waktu dan pada setiap keadaan (Karena sesungguhnya dalam
bersiwak itu ada sepuluh sifat) Yang terpuji
(يُطَهِّرُ الْفَمَ) بِزَوَالِ الرَّائِحَةِ الْكَرِيْهَةِ (وَيُرْضِى
الرَّبَّ) أَيْ يُثِيْبُ عَلَيْهِ
(Dapat
membersihkan mulut) Dengan menghilangkan bau-bau yang
tidak sedap (Dan mendatangkan keridhaan Allah) Maksudnya Allah
memberikan pahala atasnya.
(وَيُسْخِطُ الشَّيْطَانَ وَيُحِبُّهُ الرَّحْمٰنُ
وَالْحَفَظَةُ) أَيْ
الْمَلَائِكَةُ الَّذِيْنَ يَحْفَظُوْنَ الْعَبْدَ بِكِتَابَةِ أَعْمَالِهِ
وَغَيْرِهِ
(Dan
membuat marah setan, dan Allah akan mencintainya serta para malaikat hafadzoh) Yaitu
malaikat-malaikat yang menjaga hamba dengan mencatat amal-amalnya dan lainnya.
(وَيَشُدُّ اللِّثَةَ) بِكَسْرِ اللَّامِ وَهُوَ لَحْمُ
الْأَسْنَانِ (وَيَقْطَعُ الْبَلْغَمَ) أَيْ يَنْزِعُهُ (وَيُطَيِّبُ
النَّكْهَةَ) أَيْ النَّفَسَ مِنَ الْأَنْفِ
(Dan
dapat menguatkan gusi) Lafadz اللثة dengan
mengkasrahkan huruf ل,
Yaitu daging pada gigi (Dan dapat memutus dahak) Maksudnya
menghilangkannya (Dan memperbaiki aroma) Yaitu napas dari
hidung.
(وَيُطْفِئُ الْمِرَّةَ) بِكَسْرِ الْمِيْمِ، وَهُوَ خَلَطٌ مِنْ
أَخْلَاطِ الْبَدَنِ كَالصُّفَرَاءِ وَالسَّوْدَاءِ وَالدَّمِ وَالْبَلْغَمِ وَفِى
رِوَايَةٍ وَيُصْلِحُ الْمَعِدَةَ
(Dan
memadamkan al-mirrah) Dengan mengkasrahkan huruf م, yaitu
cairan dari cairan-cairan tubuh seperti empedu kuning, empedu hitam,
darah, dan dahak. Dan dalam satu riwayat: Dan memperbaiki lambung.
(وَيُجْلِى الْبَصَرَ) أَيْ يَكْشِفُ ظُلْمَتَهُ (وَيُذْهِبُ
الْبَخْرَ) أَيْ نَتْنَ رَائِحَةِ الْفَمِ (وَهُوَ) أَيْ
السِّوَاكُ (مِنَ السُّنَّةِ) أَيْ الطَّرِيْقَةِ
الْمُحَمَّدِيَّةِ كَانَ ﷺ يُدَاوِمُ عَلَيْهَا.
(Dan
mencerahkan penglihatan) Maksudnya menghilangkan
kegelapannya. (Dan menghilangkan bau mulut) Busuknya aroma
mulut. (Dan ia) Maksudnya siwak (Itu termasuk sunnah) Yaitu
metode yang terpuji, terbukti Nabi ﷺ
itu mendawamkan bersiwak.
(ثَمَّ قَالَ ﷺ: [اَلصَّلَاةُ بِالسِّوَاكِ أَفْضَلُ
مِنْ سَبْعِيْنَ صَلَاةً بِغَيْرِ سِوَاكٍ]) وَهٰذَا لَايَدُلُّ عَلَى أَفْضَلِيَّةِ
السِّوَاكِ عَلَى الْجَمَاعَةِ الَّتِي هِيَ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ. لِأَنَّ
دَرَجَةً مِنْ هٰذِهِ قَدْ تَعْدِلُ كَثِيرًا مِنْ تِلْكَ السَّبْعِينَ.
(Kemudian
Nabi ﷺ bersabda: [Shalat dengan siwak itu lebih
utama dari pada tujuh puluh sholat tanpa siwak]). Dan
hal ini tidak menunjukkan keutamaan siwak atas shalat berjamaah, yang pahalanya
adalah dua puluh tujuh derajat, karena satu derajat dari sholat berjamaah
terkadang dapat menyamai lebih banyak dari tujuh puluh shalat tersebut.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُو
بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّٰهُ عَنْهُ: مَا مِنْ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللّٰهُ
عَشْرَ خِصَالٍ إلَّا وَقَدْ نَجَا مِنَ الْآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ كُلِّهَا) وَالْعَاهَاتُ
عَطْفُ مُرَادِفٍ، وَهِيَ فِي الْأَصْلِ مَا يُفْسِدُ الزَّرْعَ
Maqolah
yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu:
Tidaklah dari seorang hamba yang telah Allah berikan rizki kepadanya sepuluh
sifat melainkan dia benar-benar selamat dari segala penyakit dan bencana
seluruhnya) Lafadz العاهات adalah atof dari lafadz sinonim,
Lafadz العاهات pada
asal maknanya adalah sesuatu yang dapat merusak tanaman
(وَصَارَ فِى دَرَجَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ) مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (وَنَالَ دَرَجَةَ
الْمُتَّقِيْنَ) أَيْ الَّذِيْنَ تَرَكُوْا شَهَوَاتِ النَّفْسِ
وَاجْتَنَبُوْا الْمَنْهِيَّاتِ.
(Dan
dia benar-benar menempati derajat orang-orang yang dekat) dengan
Allah Ta'ala (Dan dia benar-benar meraih derajat orang-orang yang
bertakwa) Yaitu orang-orang yang meninggalkan kesenangan-kesenangan
nafsu dan orang-orang yang menjauhi perkara-perkara yang dilarang.
(أَوَّلُهَا: صِدْقٌ دَائِمٌ مَعَهُ قَلْبٌ قَانِعٌ) أَيْ رَاضٍ بِالْقِسْمَةِ، فَصِدْقُ اللِّسَانِ
أَوَّلُ السَّعَادَةِ مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ.
(Yang
pertama dari sepuluh sifat itu: Adalah kejujuran yang terus menerus bersama
dengan kejujuran tersebut hati yang qana'ah) Maksudnya
ridha dengan takdir. Maka, kejujuran lisan adalah awal dari kebahagiaan. Barang
siapa yang sedikit kejujurannya, sedikit pula temannya.
(وَالثَّانِى: صَبْرٌ كَامِلٌ مَعَهُ شُكْرٌ دَائِمٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ
الْإِيْمَانِ الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [نِعَمَ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ الصَّبْرُ
وَالدُّعَاءُ].
(Dan
yang kedua: Adalah kesabaran yang sempurna bersama dengan kesabaran tersebut
rasa syukur yang terus-menerus) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Paling utamanya
keimanan adalah kesabaran dan kemurahan hati]. Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Ad-Dailami. Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sebaik-baik senjata
orang mumin adalah kesabaran dan doa].
وَقَالَ سَيِّدِيْ الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ
الْجِيْلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: كَيْفَ يَحْسُنُ مِنْكَ الْعُجْبُ فِى
أَعْمَالِكَ وَرُؤْيَةُ نَفْسِكَ فِيْهَا وَطَلَبُ الْأَعْوَاضِ عَلَيْهَا
وَجَمِيْعُ ذٰلِكَ بِتَوْفِيْقِ اللّٰهِ تَعَالَى وَفَضْلِهِ وَإِنْ كُنْتَ
تَرَكْتَ الْمَعْصِيَةَ فَبِحِفْظِهِ،
Dan
telah berkata tuanku Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Qoddasa Sirroh: Bagaimana
bisa bagus darimu sifat ujub atas amal-amalmu dan memandangnya dirimu dalam
amal tersebut serta meminta balasan-balasan atas amal tersebut, sedangkan semua
itu adalah karena taufik Allah Ta'ala dan karunia-Nya. Dan Jika engkau terbukti
meninggalkan maksiat maka itu pun karena penjagaan-Nya."
أَيْنَ أَنْتَ مِنَ الشُّكْرِ عَلَى ذٰلِكَ
وَالِاعْتِرَافِ بِهٰذِهِ النِّعَمِ الَّتِيْ أَعْطَاكَهَا فَاللَّهُ خَالِقُكَ
وَخَالِقُ أَفْعَالِكَ مَعَ كَسْبِكَ أَنْتَ الْكَاسِبُ وَهُوَ تَعَالَى
الْخَالِقُ.
Di
manakah engkau dari rasa syukur atas hal itu dan pengakuan terhadap
nikmat-nikmat ini yang telah Dia berikan kepadamu kenikmatan itu? Allah adalah
Penciptamu dan Pencipta segala amal perbuatanmu, bersamaan dengan usahamu.
Engkaulah yang berusaha, dan Allah Ta'ala yang menciptakan.
(وَالثَّالِثُ: فَقْرٌ دَائِمٌ مَعَهُ زُهْدٌ حَاضِرٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يَا مَعْشَرَ
الْفُقَرَاءِ أَعْطُوْا اللّٰهَ الرِّضَا مِنْ قُلُوْبِكُمْ تَظْفَرُوا بِثَوَابِ
فَقْرِكُمْ وَإِلَّا فَلَا]. قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: اِسْتِغْنَاؤُكَ
عَنِ الشَّيْءِ خَيْرٌ مِنْ اِسْتِغْنَائِكَ بِهِ.
(Dan
yang ketiga: Adalah Kefaqiran yang terus-menerus bersama dengan kefakiran
tersebut sikap zuhud yang hadir) Diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda: [Wahai golongan
orang-orang fakir, berikanlah kepada Allah keridhoan dari hati kalian, maka
kalian akan memperoleh pahala dari kemiskinan kalian, dan jika tidak, maka
tidak]. Telah berkata sebagian dari orang-orang yang bijaksana:
Ketidakbutuhanmu terhadap sesuatu lebih baik daripada ketergantunganmu padanya.
(وَالرَّابِعُ: فِكْرٌ دَائِمٌ مَعَهُ بَطْنٌ جَائِعٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَفَكَّرُوْا
فِى كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى ذَاتِ اللّٰهِ، فَإِنَّ بَيْنَ
السَّمَاءِ السَّابِعَةِ إلَى كُرْسِيِّهِ سَبْعَةَ آلَافِ نُوْرٍ وَهُوَ فَوْقَ
ذٰلِكَ] رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [رَحِمَ اللّٰهُ قَوْمًا
يَحْسُبُهُمُ النَّاسُ مَرْضَى وَمَا هُمْ بِمَرْضَى] رَوَاهُ ابْنُ
الْمُبَارَكِ.
(Keempat:
Adalah tafakkur yang terus menerus bersama dengan tafakkur tersebut perut yang
lapar) Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: [Bertafakkurlah kalian pada segala sesuatu,
namun janganlah kalian bertafakkur tentang Dzat Allah, karena sesungguhnya
antara langit ketujuh sampai kursi-Nya terdapat tujuh ribu cahaya, sedangkan
kursi-Nya Allah di atas itu semua]. Diriwayatkan sesungguhnya
Rasulullah ﷺ bersabda: [Allah merahmati suatu
kaum yang manusia mengira kaum tersebut sakit sedangkan tidaklah mereka itu
sakit]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Mubarok
(وَالْخَامِسُ: حُزْنٌ دَائِمٌ مَعَهُ خَوْفٌ
مُتَّصِلٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ
تَعْلَمُوْنَ مَا لَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ لَأَحْبَبْتُمْ أَنْ تَزْدَادُوْا فَاقَةً
وَحَاجَةً] رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ.
(Kelima:
Adalah kesedihan yang terus-menerus bersama dengan kesedihan tersebut rasa
takut yang berkelanjutan). Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: [Seandainya kalian
mengetahui ganjaran untuk kalian di sisi Allah , niscaya kalian akan mencintai
bertambahnya kefakiran dan kebutuhan]. Telah meriwayatkan pada hadits
ini Imam Tirmidzi.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كَفَى بِالْمَرْءِ
عِلْمًا أَنْ يَخْشَى اللّٰهَ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلًا أَنْ يَعْجَبَ
بِنَفْسِهِ]. رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Cukuplah
bagi seorang hamba dikatakan berilmu jika ia takut kepada Allah, dan cukuplah
bagi seorang hamba dikatakan bodoh jika ia mengagumi dirinya sendiri]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
وَرُوِيَ أَنَّهَ ﷺ قَالَ: [إنَّمَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ يَرْجُوْهَا وَإِنَّمَا يَجْتَنِبُ النَّارَ مَنْ يَخَافُهَا،
وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللّٰهُ مَنْ يَرْحَمُ].
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
yang akan masuk surga hanyalah orang yang mengharapkannya, dan sesungguhnya
yang akan menjauhi neraka hanyalah orang yang takut kepadanya, dan sesungguhnya
Allah akan mengasihi hanya kepada orang yang mengasihi].
(وَالسَّادِسُ: جُهْدٌ) أَيْ مَشَقَّةٌ (دَائِمٌ مَعَهُ بَدَنٌ
مُتَوَاضِعٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَوَاضَعُوْا
وَجَالِسُوْا الْمَسَاكِيْنَ تَكُونُوْا مِنْ كِبَارِ أَهْلِ اللّٰهِ
وَتَخْرُجُوْا مِنَ الْكِبْرِ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.
(Dan
yang keenam: Adalah usaha) Maksudnya kesulitan (Yang
terus-menerus bersama dengan usaha tersebut badan yang tawadhu) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Bersikap
sederhanalah kalian dan duduklah kalian bersama orang-orang miskin niscaya
kalian akan menjadi bagian dari kalangan pembesar wali-wali Allah dan kalian
akan terlepas dari kesombongan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Abu Nu'aim
وَقَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ
قَدَّسَ سِرَّهُ: كُلَّمَا جَاهَدْتَ نَفْسَكَ وَقَتَلْتَهَا بِسَيْفِ
الْمُخَالَفَةِ أَحْيَاهَا اللّٰهُ وَنَازَعَتْكَ وَطَلَبَتْ مِنْكَ الشَّهَوَاتِ
وَاللَّذَّاتِ لِتَعُوْدَ إِلَى الْمُجَاهَدَةِ لِيَكْتُبَ لَكَ ثَوَابًا دَائِمًا
Telah
berkata tuanku Abdul Qodir Al Jailani Qoddasa Sirroh: Setiap kali engkau
melawan nafsumu dan engkau membunuh nafsumu dengan pedang pertentangan maka
Allah akan menghidupkannya dan nafsumu akan melawanmu dan meminta darimu
syahwat-syahwat kenikmatan agar engkau kembali berjidah melawannya sehingga
Allah akan mencatat bagimu pahala yang terus menerus
وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ﴾ [الْحِجْرِ: الْآيَةُ ٩٩] أَيْ
وَخَالِفْ نَفْسَكَ يَا أَشْرَفَ الْخَلْقِ إِلَى أَنْ يَأْتِيَكَ الْمَوْتُ.
وَسُمِّيَتْ مُخَالَفَةُ النَّفْسِ بِالْعِبَادَةِ لِأَنَّ النَّفْسَ تَأْبَاهَا
وَتُرِيْدُ ضِدَّهَا.
Dan
ini adalah makna dari firman Allah Ta'ala: ﴾Dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kematian﴿ [Q.S
Al-Hijr: Ayat 99]. Maksudnya lawanlah nafsumu wahai makhluk yang
paling mulia sampai datang kepadamu kematian. Dan dinamakan menolak nafsu
dengan ibadah karena sesungguhnya nafsu menolak ibadah dan dia menginginkan
kebalikannya.
(وَالسَّابِعُ: رِفْقٌ دَائِمٌ) أَيْ فِى جَمِيْعِ الْأَفْعَالِ (مَعَهُ
رَحِمٌ حَاضِرٌ) وَفِى الْحَدِيْثِ: [إنَّمَا يَرْحَمُ اللّٰهُ
مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءُ] إِنْتَهَى، يُرْوَى بِالنَّصْبِ عَلَى
أَنَّهُ مَفْعُوْلُ يَرْحَمُ وَبِالرَّفْعِ عَلَى أَنَّهُ خَبَرُ إنَّ وَمَا
بِمَعْنَى الَّذِيْ.
(Dan
yang ketujuh: Adalah sifat lemah lembut yang terus-menerus) Maksudnya
kelembutan dalam semua tindakan (Bersama dengan sifat lemah lembut
tersebut kasih sayang yang selalu hadir) Dan dalam suatu hadits: [Sesungguhnya
Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penuh kasih sayang]. Sampai
sinilah hadits berakhir. Lafadz رُحَمَاءُ diriwayatkan dengan dua bacaan:
dibaca naṣab karena sesungguhnya lafadz رُحَمَاءُ berfungsi
sebagai maf‘ūl dari kata يَرْحَمُ. Atau dengan dibaca rafa‘ karena sesungguhnya
lafadz رُحَمَاءُ adalah
khabar dari harap إِنَّ sedangkan
lafadz ما dengan
bermakna isim mausul الَّذِيْ.
(وَالثَّامِنُ: حُبٌّ دَائِمٌ) فِى اللّٰهِ تَعَالَى (مَعَهُ حَيَاءٌ
حَاضِرٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كُلُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ
يَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قَالُوْا: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ.
(Dan
yang kedelapan: Adalah cinta yang terus-menerus) Kepada
Allah Ta'ala (Bersama dengan rasa cinta tersebut rasa malu yang hadir) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Masing
masing dari kalian semua ingin masuk surga? Para sahabat berkata: Iya wahai
Rasulallah
قَالَ: أَقْصِرُوْا مِنَ الْأَمَلِ وَأَثْبِتُوْا
آجَالَكُمْ بَيْنَ أَبْصَارِكُمْ وَاسْتَحْيُوْا مِنَ اللّٰهِ حَقَّ الْحَيَاءِ،
قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ كُلُّنَا نَسْتَحِيِ مِنَ اللّٰهِ،
Nabi
ﷺ bersabda: Pendekkanlah oleh kalian
lamunan-lamunan kosong dan tetapkanlah oleh kalian ajal kalian di depan mata
kalian dan malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya rasa malu. Para
sahabat berkata: Wahai Rasulullah masing-masing dari kami malu kepada Allah
قَالَ: لَيْسَ كَذٰلِكَ الْحَيَاءُ مِنَ اللّٰهِ
وَلٰكِنِ الْحَيَاءُ مِنَ اللّٰهِ أَنْ لَّا تَنْسَوْا الْمَقَابِرَ وَالْبِلَى
وأَنْ لَا تَنْسَوْا الْجَوْفَ وَمَا وَعَى وأَنْ لَا تَنْسَوْا الرَّأْسَ وَمَا
حَوَى.
Nabi
ﷺ bersabda: Bukan seperti itu rasa malu
kepada Allah. Akan tetapi, rasa malu kepada Allah adalah kalian tidak melupakan
kuburan-kuburan dan kerusakan jasad dan kalian tidak melupakan perut dan
sesuatu yang ia kandung dan kalian tidak melupakan kepala dan sesuatu yang ia
muat
وَمَنِ اشْتَهَى كَرَامَةَ الْآخِرَةِ يَدَعْ زِيْنَةَ
الدُّنْيَا هُنَالِكَ اسْتَحْيَا الْعَبْدُ مِنَ اللّٰهِ وهُنَالِكَ أَصَابَ
وِلَایَةَ اللّٰهِ] رَوَاهُ
أَبُوْ نُعَیْمٍ
Dan
barang siapa yang menginginkan kemuliaan akhirat maka hendaknya dia
meninggalkan perhiasan dunia disitulah rasa malu seorang hamba kepada Allah dan
disanalah dia akan mendapatkan kewalian dari Allah]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim.
(وَالتَّاسِعُ: عِلْمٌ نَافِعٌ مَعَهُ عَمَلٌ دَائِمٌ) وَفِى نُسْخَةٍ مَعَهُ حِلْمٌ دَائِمٌ. رُوِيَ
أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَعَلَّمُوْا مِنَ الْعِلْمِ مَا شِئْتُمْ أَنْ
تَعْلَمُوْا فَلَنْ يَنْفَعَكُمْ اللّٰهُ بِالْعِلْمِ حَتَّى تَعْمَلُوْا بِمَا
تَعْلَمُوْنَ] رَوَاهُ ابْنُ عَدِيٍّ،
(Dan
yang kesembilan: Adalah ilmu yang bermanfaat bersama ilmu tersebut amal yang
terus-menerus) Dalam suatu naskh bersama ilmu
tersebut sabar yang terus-menerus. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Pelajarilah oleh kalian
ilmu sebanyak yang kalian inginkan untuk dipelajari namu Allah tidak akan
memberi manfaat kepada kalian dengan ilmu hingga kalian mengamalkan atas apa
yang kalian ketahui] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Adiy
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [آفَةُ الظَّرْفِ
الصَّلْفُ، وَآفَةُ الشَّجَاعَةِ الْبَغْيُ، وَآفَةُ السَّمَاحَةِ الْمَنُّ،
وَآفَةُ الْجَمَالِ الْخُيَلَاءُ، وَآفَةُ الْعِبَادَةِ الْفِتْرَةُ، وَآفَةُ
الْحَدِيْثِ الْكَذِبُ، وَآفَةُ الْعِلْمِ النِّسْيَانُ، وَآفَةُ الْحِلْمِ
السَّفَهُ، وَآفَةُ الْحَسَبِ الْفَخْرُ، وَآفَةُ الْجُوْدِ السَّرَفُ] رَوَاهُ
الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi bersabda: [Penyakit cerdas adalah kesombongan dan
penyakit berani adalah semena-mena dan penyakit dermawan adalah mengungkit
pemberian dan penyakit tampan adalah kesombongan dan penyakit ibadah adalah
kelalaian dan penyakit ucapan adalah kebohongan penyakit ilmu adalah lupa dan
penyakit sabar adalah kebodohan penyakit turunan mulia adalah berbangga diri
dan penyakit murah hati adalah pemborosan] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam al-Baihaqi
(وَالْعَاشِرُ: إِيْمَانٌ دَائِمٌ مَعَهُ عَقْلٌ ثَابِتٌ) فَالْعَقْلُ يَنْبُوْعُ الْأَدَبِ. قَالَ بَعْضُ
الْبُلَغَاءِ: خَيْرُ الْمَوَاهِبِ الْعَقْلُ وَشَرُّ الْمَصَائِبِ الْجَهْلُ.
وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: صَدِيْقُ كُلِّ امْرِىءٍ عَقْلُهُ وَعَدُوُّهُ
جَهْلُهُ وَقَدْ جَعَلَ اللّٰهُ الْعَقْلَ أَصْلًا لِلدِّيْنِ وَعِمَادًا لَهُ.
(Dan
yang kesepuluh adalah iman yang terus-menerus bersama dengan iman tersebut akal
yang kokoh) Maka akal itu menjadi sumber adab.
Sebagian ahli balaghah berkata: Sebaik-baik anugerah adalah akal, dan
seburuk-buruk musibah adalah kebodohan. Dan sebagian ahli adab berkata: Sahabat
setiap orang adalah akalnya, dan musuh setiap orang adalah kebodohannya. Dan
benar-benar Allah telah menjadikan akal sebagai dasar agama dan penopang
baginya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 3
(و) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: عَشَرَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (لَا تَصْلُحُ
بِغَيْرِ عَشَرَةٍ) تُقَارِنُهَا (لَا يَصْلُحُ الْعَقْلُ
بِغَيْرِ وَرَعٍ) أَيْ اِجْتِنَابِ الْمَحْظُوْرَاتِ.
Maqolah
yang ketiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Sepuluh) Dari
sifat-sifat (Tidak akan menjadi baik tanpa sepuluh) Yang
menyertainya (Tidak akan menjadi baik akal tanpa sifat wara') Maksudnya
meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan.
قَالَ عَامِرُ بْنُ قَيْسٍ: إِذَا عَقَلَكَ عَقْلُكَ
عَمَّا لَا يَنْبَغِي فَأَنْتَ عَاقِلٌ، وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ
قَالَ: [اَلْعَقْلُ نُوْرٌ فِى الْقَلْبِ يُفَرِّقُ بَيْنَ الْحَقِّ
وَالْبَاطِلِ].
Telah
berkata Amir bin Qois: Jika akalmu dapat mencegah dirimu dari perkara-perkara
yang tidak pantas maka kamu adalah orang yang berakal. Dan diriwayatkan dari
Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Akal
adalah cahaya dalam hati yang bisa membedakan antara hak dan batil].
(وَلَا الْعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ) رُوِيَ عَنْهُ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [أَفْضَلُ
الْأَعْمَالِ الْعِلْمُ بِاللّٰهِ إنَّ الْعِلْمَ يَنْفَعُكَ مَعَهُ قَلِيْلُ
الْعَمَلِ وَكَثِيرُهُ وَإِنَّ الْجَهْلَ لَا يَنْفَعُكَ مَعَهُ قَلِيْلُ
الْعَمَلِ وَلَا كَثِيْرُهُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
(Dan
tidak akan menjadi baik amal tanpa ilmu) Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Paling
utamanya amal adalah pengetahuan tentang Allah. Sesungguhnya ilmu akan
bermanfaat bagimu bersamanya, baik sedikitnya amal maupun banyaknya amal. Dan
sesungguhnya kebodohan tidak akan bermanfaat bagimu bersamanya, baik sedikitnya
amal maupun banyaknya amal]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim
(وَلَا الْفَوْزُ بِغَيْرِ خَشْيَةٍ) أَيْ لَا يَصْلُحُ الظَّفَرُ بِالْمَطْلُوْبِ
وَلَا النَّجَاةُ مِنَ الْهَلَاكِ بِغَيْرِ خَشْيَةِ اللّٰهِ تَعَالَى.
(Tidak
akan menjadi baik keberuntungan tanpa rasa takut) Maksudnya
Tidak akan menjadi baik mendapatkan sesuatu yang dicari dan tidak akan menjadi
baik selamat dari kebinasaan tanpa rasa takut kepada Allah Ta'ala
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [لَا
يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ حَتَّى يَلِجَ اللَّبَنُ فِى
الضَّرْعِ].
Dari
Abu Huroiroh berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tidak
akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hinga masuk
susu ke dalam payaudara].
(وَلَا السُّلْطَانُ بِغَيْرِ عَدْلٍ) رُوِيَ أَنْهَ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ
النَّاسِ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى يَوَْمَ الْقِيَامَةِ وَأَذْنَاهُمْ مِنْهُ
مَجْلِسًا إمَامٌ عَادِلٌ، وَأَبْغَضُ النَّاسِ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَأَبْعَدُهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إمَامٌ جَائِرٌ] رَوَاهُ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ.
(Dan
tidak akan menjadi baik seorang raja tanpa sifat adil) Diriwayatkan
sesungguhnya nabi ﷺ bersabda: [Manusia
yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan manusia yang paling dekat dari
Allah tempat duduknya adalah imam yang adil. Dan manusia yang paling dibenci
Allah pada hari kiamat dan manusia yang paling jauh dari Allah tempat duduknya
adalah imam yang dzolim] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad
dan Imam at-Turmudzi
(وَلَا الْحَسَبُ) أَيْ اَلْمَنَاقِبُ كَالْعِلْمِ
وَالشَّجَاعَةِ (بِغَيْرِ أَدَبٍ) قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ:
اَلْعِلْمُ شَرَفٌ لَا قِيْمَةَ لَهُ وَالْأَدَبُ مَالٌ لَا خَوْفَ عَلَيْهِ.
(Dan
tidak akan menjadi baik derajat sosial) Maksudnya riwayat
hidup seperti ilmu dan keberanian (Tanpa adab) Telah berkata
sebagian dari orang-orang yang bijaksana: Ilmu itu adalah kemuliaan yang tidak
ternilai harganya dan adab adalah harta yang tidak ada ketakutan atasnya.
(وَلَا السُّرُوْرُ بِغَيْرِ أَمْنٍ) أَيْ لَا تَصْلُحُ الْمَسَرَّةُ بِغَيْرِ
سُكُوْنِ الْقَلْبِ
(Dan
tidak akan menjadi baik kegembiraan tanpa ada keamanan) Maksudnya
tidak akan menjadi baik kegembiraan tanpa ketenangan hati
(وَلَا الْغِنَى) بِالْمَالِ (بِغَيْرِ جُوْدٍ) قَالَ
رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [اَلسَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى قَرِيْبٌ
مِنَ النَّاسِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّارِ، وَالْبَخِيْلُ
بَعِيْدٌ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيْدٌ مِنَ الْجَنَّةِ
قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ، وَالْجَاهِلُ السَّخِيُّ أَحَبُّ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى
مِنَ الْعَابِدِ الْبَخِيْلِ].
(Dan
tidak akan menjadi baik kaya) Dengan harta (Tanpa kedermawanan) Telah bersabda
Rassulullah ﷺ: [Orang yang
dermawan itu dekat Allah dekat manusia dekat dekat surga jauh dari neraka sedangkan
orang pelit itu jauh dari Allah jauh dari manusia jauh dari surga dekat dari
neraka dan orang bodoh yang dermawan itu lebih disukai oleh Allah Ta'ala
daripada seorang ahli ibadah yang pelit].
(وَلَا الْفَقْرَ بِغَيْرِ قَنَاعَةٍ) قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [كُنْ وَرِعًا
تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ
لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ
جَاوَرَك تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ
الْقَلْبَ].
(Dan
tidak akan menjadi baik kefakiran tanpa qona'ah) Telah
bersabda Rasulullah ﷺ: [Jadilah
kamu orang yang wara' maka kamu akan menjadi manusia yang paling beribadah, dan
jadilah kamu orang yang qona'ah maka kamu akan menjadi manusia paling bersyukur,
dan cintailah manusia dengan sesuatu yang engkau cintai sesuatu itu untuk
dirimu sendiri maka kamu akan menjadi orang yang beriman, dan berbaik-baiklah
kamu bertetangga dengan orang yang menjadi tetanggamu maka kamu akan menjadi
orang muslim, dan sedikitkanlah olehmu tertawa karena sesungguhnya banyak
tertawa itu bisa mematikan hati].
قَالَ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ الْمُبَارَكِ: إظْهَارُ
الْغِنَى فِي الْفَقْرِ أَحْسَنُ مِنَ الْفَقْرِ.
Telah
berkata Abdullah bin Mubarok: Menampakkan seakan-akan kaya dalam kefakiran itu
lebih baik daripada kefakiran.
(وَلَا الرِّفْعَةُ) أَيْ فِى النَّسَبِ وَالْحَسَبِ (بِغَيْرِ
تَوَاضُعٍ) وَهُوَ الْاِسْتِسْلَامُ لِلْحَقِّ وَتَرْكُ الْاِعْتِرَاضِ
عَلَى الْحُكْمِ
(Dan
tidak akan menjadi baik kemuliaan) Maksudnya kemuliaan dalam nasab dan
status sosial (Tanpa kerendahan hati) Rendah hati adalah
menyerahkan diri pada kebenaran dan meninggalkan penolakan terhadap hukum.
(وَلَا الْجِهَادُ) أَيْ اَلدُّعَاءُ إلَى الدِّيْنِ الْحَقِّ (بِغَيْرِ
تَوْفِيْقٍ) وَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ فِعْلُ الْعَبْدِ مُوَافِقًا لِمَا
يُحِبُّهُ اللّٰهُ تَعَالَى وَيَرْضَاهُ.
(Dan
tidak akan menjadi baik jihad) Maksudnya menyeru pada agama yang
benar (Tanpa taufik) Taufik adalah terbuktinya perbuatan
seorang hamba sesuai dengan perkara yang Allah Ta'ala cinta pada perkara
tersebut dan ridho pada perkara tersebut.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ الْجِهَادِ
أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِى ذَاتِ اللّٰهِ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Paling
utamanya jihad adalah kamu memerangi nafsumu dan keinginanmu karena Allah].
Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ
عُثْمَانُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَضْيَعُ الْأَشْيَاءِ) أَيْ أَشَدُّ
الْأَشْيَاءِ هَلَاكًا (عَشَرَةٌ: عَالِمٌ لَا يُسْأَلُ عَنْهُ، وَعِلْمٌ
لَا يُعْمَلُ بِهِ) قَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: اَلْعِلْمُ أَفْضَلُ
خَلَفٍ وَالْعَمَلُ بِهِ أَكْمَلُ شَرَفٍ
Maqolah
yang keempat (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Paling sia-sianya
perkara) Maksudnya perkara yang paling rusak (Itu ada sepuluh:
Seorang alim yang tidak ditanya kepadanya, dan ilmu yang tidak diamalkan
dengannya) Sebagian ahli sastra berkata: Ilmu adalah paling baiknya
peninggalan, dan mengamalkan ilmu adalah paling sempurnanya
kemuliaan
(وَرَأْيٌ) أَيْ تَدْبِيْرٌ (صَوَابٌ لَا يُقْبَلُ،
وَسِلَاحٌ لَا يُسْتَعْمَلُ، وَمَسْجِدٌ لَا يُصَلَّى فِيْهِ، وَمُصْحَفٌ لَا
يُقْرَأُ فِيْهِ، وَمَالٌ لَا يُنْفَقُ مِنْهُ، وَخَيْلٌ لَا تُرْكَبُ، وَعِلْمُ
الزُّهْدِ فِى بَطْنِ مَنْ يُرِيْدُ الدُّنْيَا)
(Dan
pendapat) Maksudnya perencanaan (Yang benar namun
tidak diterima dan senjata yang tidak digunakan dan masjid yang tidak didirikan
salat di dalamnya dan mushaf yang tidak dibaca dan harta yang tidak dinafkahkan
darinya dan kuda yang tidak ditunggangi, dan ilmu zuhud yang ada di dalam hati
orang yang menginginkan dunia)
وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنِ
ازْدَادَ فِى الْعِلْمِ رُشْدًا فَلَمْ يَزْدَدْ فِى الدُّنْيَا زُهْدًا، لَمْ
يَزْدَدْ مِنَ اللّٰهِ إلَّا بُعْدًا].
Dan
benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ
sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang bertambah cerdas dalam
ilmu tetapi tidak bertambah zuhud di dunia maka dia tidak akan bertambah dari
Allah melainkan semakin jauh].
(وَعُمْرٌ طَوِيْلٌ لَا يَتَزَوَّدُ فِيْهِ لِسَفَرِهِ) إلَى الدَّارِ الْآخِرَةِ.
(Dan
umur yang panjang tetapi tidak mempersiapkan bekal untuk perjalanannya) Menuju
negeri akhirat
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (قَالَ
عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (اَلْعِلْمُ
خَيْرُ مِيْرَاثٍ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَكْرِمُوْا
الْعُلَمَاءَ فَإِنَّهُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ فَمَنْ أَكْرَمَهُمْ فَقَدْ
أَكْرَمَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Maqolah
yang kelima (Telah berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhahu
(Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Muliakanlah oleh kalian
ulama karena sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Barang siapa
memuliakan ulama maka dia benar-benar telah memuliakan Allah dan Rasulnya]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam at-Thobroni.
(وَالْأَدَبُ خَيْرُ حِرْفَةٍ) أَيْ مَكْسَبٍ
(Dan
adab adalah sebaik-baiknya pekerjaan) Maksudnya pekerjaan
(وَالتَّقْوَى خَيْرُ زَادٍ) لِلْآخِرَةِ. وَأَصْلُ التَّقْوَى اتِّقَاءُ
الشِّرْكِ ثُمَّ بَعْدَهُ اتِّقَاءُ الْمَعَاصِي وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَعْدَهُ
اتِّقَاءُ الشُّبُهَاتِ ثُمَّ تَدَعُ بَعْدَهُ الْفُضُلَاتِ كَذَا مِنْ أَبِي
عَلِيٍّ الدَّقَّاقِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى
(Dan
takwa adalah sebaik-baiknya bekal) Untuk akhirat. Asal dari takwa
adalah mengindari kemusyrikan kemudian setelah itu menghindari kemaksiatan dan
berbagai keburukan kemudian setelah itu menghindari perkara-perkara syubhat
kemudian hendaknya kamu meninggalkan setelah itu hal-hal yang tidak berguna.
Penjelasan demikian ini dari Abu Ali ad-Daqoqi Rahimahullah.
(وَالْعِبَادَةُ) وَهِيَ نِهَايَةُ تَعْظِيْمِ اللّٰهِ
تَعَالَى (خَيْرُ بِضَاعَةٍ) وَهِيَ مَا تُعَدُّ لِلتِّجَارَةِ
مِنَ الْمَالِ
(Dan
Ibadah) Ibadah adalah puncak pengagungan kepada Allah
Ta'ala (Adalah sebaik-baiknya modal) Modal adalah sesuatu yang
dipersiapkan untuk diperdagangkan dari harta benda.
(وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ خَيْرُ قَائِدٍ) إلَى الْجَنَّةِ (وَحُسْنُ الْخُلُقِ
خَيْرُ قَرِيْنٍ) لِصَاحِبِهِ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
(Dan
amal sholeh adalah sebaik-baiknya penuntun) Menuju
surga (Dan akhlak yang baik adalah sebaik-baiknya teman) bagi
pemiliknya di dunia dan akhirat
(وَالْحِلْمُ) وَهُوَ التَّأَنِّي فِى الْأُمُوْرِ وَحُسْنُ
الْهَيْئَةِ (خَيْرُ وَزِيْرٍ) أَيْ مُعِيْنٍ فِى تَدْبِيْرِ
الْأُمُوْرِ
(Dan
berlapang dada) Yaitu bersikap tenang dalam
berbagai perkara dan baiknya tingkah laku (Adalah sebaik-baiknya
penolong) Maksudnya pembantu dalam menata berbagai perkara
(وَالْقَنَاعَةُ) أَيْ الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ (خَيْرُ
غِنًى) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِنْ
ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ﴾ [النحل:
الآية ٩٧] ، قَالَ كَثِيْرٌ مِنْ أَهْلِ التَّفْسِيْرِ: الْحَيَاةُ
الطَّيِّبَةُ فِى الدُّنْيَا الْقَنَاعَةُ
(Dan
qonaah) Maksudnya ridho terhadap bagian (Adalah
sebaik-baiknya kekayaan) Telah berfirman Allah Ta'ala: ﴾Barang siapa
mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia adalah
orang yang beriman Maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik﴿ [An-Nahl:
Ayat 97]. Telah berkata kebanyakan dari ahli tafsir:
Kehidupan yang baik di dunia adalah qona'ah
(وَالتَّوْفِيْقُ) لِلطَّاعَةِ وَفِى الطَّاعَةِ (خَيْرُ
عَوْنٍ) لِلْأُمُوْرِ (وَالْمَوْتُ خَيْرُ مُؤَدِّبٍ) أَيْ
مُعَلِّمٍ لِمَحَاسِنِ الْأَخْلَاقِ.
(Dan pertolongan dari
Allah) Untuk melakukan keta'atan dan
dalam melakukan keta'atan (Adalah sebaik-baiknya penolong) Untuk
berbagai perkara (Dan mati adalah sebaik-baik guru) Maksudnya
pengajar untuk memperbaiki akhlak.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةِ (قَالَ عَلَيْهِ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [عَشَرَةٌ مِنْ هٰذِهِ الْأُمَّةِ) الْمُحَمَّدِيَّةِ (هُمْ
كُفَّارٌ بِاللّٰهِ الْعَظِيْمِ ويَظُنُّوْنَ أَنَّهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ:
Maqolah
yang keenam (Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu Was-salam: [Ada
sepuluh dari umat ini) Umat Muhammad (Mereka kafir kepada
Allah yang maha agung dan mereka menyangka bahwa mereka adalah orang-orang
beriman:
القَاتِلُ لِمُسْلِمٍ أَوْ ذَمِيٍّ بِغَيْرِ حَقٍّ،
والسَّاحِرُ والدَّيُّوْثُ الَّذِيْ لَا يُغَارُ علَى أَهْلِهِ) أَيْ حُرَمِهِ مِنَ الزَّوْجَةِ وَالْبِنْتِ
وَالْأُخْتِ.
Orang
yang membunuh kepada orang muslim atau membunuh kepada kafir dzimmi tanpa hak,
dan tukang sihir dan dayuts yang tidak cemburu terhadap keluarganya) Maksudnya
orang-orang yang menjadi kehormatannya dari istri, anak perempuan dan saudara
perempuan
1. Kafir
Dzimmi adalah orang-orang yang tertutup hatinya dari agama islam tapi mereka
hidup rukun dan damai bersama orang-orang islam.
2. Dayuts
adalah seorang kepala rumah tangga yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap
keluarganya. Dia membiarkan istri atau anak perempuannya atau saudara
perempuannya bermaksiat dengan lelaki lain.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ مِنَ الْغِيْرَةِ
مَا يُحِبُّ اللّٰهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللّٰهُ، وَإنَّ مِنَ الْخُيَلَاءِ
مَا يُحِبُّ اللهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللّٰهُ،
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
di antara rasa cemburu ada rasa cemburu yang Allah sukai dan di antara rasa
cemburu ada rasa cemburu yang Allah benci. Dan sesungguhnya di antara
kesombongan ada kesombongan yang Allah sukai dan di antara kesombongan ada
kesombongan yang Allah benci.
فَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِيْ يُحِبُّهَا اللّٰهُ
فَالْغَيْرَةُ فِى الرِّيْبَةِ، وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِيْ يُبْغِضُهَا
اللّٰهُ فَالْغَيْرَةُ فِى غَيْرِ الرِّيْبَةِ،
Adapun
rasa cemburu yang Allah menyukainya adalah rasa cemburu dalam hal yang
mencurigakan. Dan adapun rasa cemburu yang Allah membencinya adalah rasa
cemburu dalam selain hal yang mencurigakan
وَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِيْ يُحبُّهَا اللهُ
فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ فِى الْقِتَالِ وَاخْتِيَالُهُ عِنْدَ الصَّدَقَةِ،
وَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِيْ يُبْغِضُهَا اللّٰهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ فِى
الْبَغْيِ والْفَخْرِ] رَوَاهُ
أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ.
Dan
adapun kesombongan yang Allah menyukainya adalah sombongnya seseorang dalam
peperangan dan sombongnya seseorang ketika bersedekah. Dan adapun kesombongan
yang Allah membencinya adalah sombongnya seseorang dalam kedzoliman dan
kebanggaan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ahmad dan Imam Abu Daud dan Imam an-Nasai dan Imam Ibnu Hibban
1.
Yang
dimaksud Allah menyukai orang yang sombong saat bersedekah adalah orang yang
tidak ingin kalah dari orang lain ketika bersedekah. Ketika ada orang lain yang
bersedekah lebih banyak dari yang dia sedekahkan maka dia berusaha untuk
bersedekah lebih banyak lagi.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ اللّٰهَ تَعالَى
لَا يَقْبَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الصَّقُوْرِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا،
قِيْلَ: وَمَا الصَّقُوْرُ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ؟ قالَ: اَلَّذِيْ يُدْخِلُ عَلَى
أَهْلِهِ الرِّجَالَ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya
Allah Ta'ala tidak akan menerima pada hari kiamat dari seorang shoqur amalan
sunnah dan amalan wajib. Ditanya: Apa shoqur itu wahai rasulallah? Nabi
bersabda: Shoqur adalah orang yang memasukkan kepada keluarganya laki-laki
lain] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari
1.
Di
indonesia shoqur juga bisa dikatakan sebagai germo atau muncikari yaitu
orang-orang yang menyediakan, menyalurkan dan memberikan akses pada sesuatu
yang berkaitan dengan pelacuran. Hanya saja shoqur lebih dikhususkan ma'nanya
pada seorang kepala keluarga yang menyewakan istrinya sendiri atau keluarganya
untuk disetubuhi laki-laki lain.
(وَمَانِعُ
الزَّكَاةِ) عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا
مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إلَّا إِذَا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فأُحْمِيَ
عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ
(Dan
orang yang menolak zakat) Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu
berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tidaklah
dari orang yang mempunyai emas atau perak yang tidak menunaikan dari emas dan
perak tersebut pada hak-hak kewajibannya melainkan ketika terjadi hari kiamat
maka dibuatkan lempengan-lempengan bagi orang tersebut lempengan-lempengan besi
dari api neraka kemudian dipanaskan lempengan-lempengan tersebut di neraka
jahannam kemudian disetrika dengan lempengan tersebut lambungnya dan pelipisnya
dan punggungnya
كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيرَى
سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ].
Setiap
kali lempengan tersebut menjadi dingin maka di ulangi lagi untuknya dalam
sehari. Ada kira-kiranya sehari itu adalah lima puluh ribu tahun hingga
diselesaikan pengadilan antar hamba kemudian dia melihat jalannya bisa jadi ke
surga dan bisa jadi ke neraka].
(وَشَارِبُ الْخَمْرِ) فِى الْحَدِيْثِ: [شَارِبُ الْخَمْرِ
يُحْشَرُ والْكُوْزُ مُعَلَّقٌ فِى عُنقِهِ والْقَدَحُ فِى يَدِهِ وَهُوَ أَنْتَنُ
مِنْ كُلِّ جِيْفَةٍ عَلَى الْأَرْضِ يَلْعَنُهُ كُلُّ مَنْ يَمُرُّ عَلَيْهِ مِنَ
الْخَلْقِ].
(Dan
orang yang meminum arak) Dalam sebuah hadits: [Orang
yang meminum arak akan dikumpulkan dan bejana digantungkan pada lehernya dan
gelas pada tangannya dan dia lebih busuk daripada setiap bangkai di bumi.
Melaknat kepadanya setiap orang yang lewat padanya dari golongan manusia].
(وَمَنْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْحَجُّ فَلَمْ يَحُجَّ) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ﴾ [آل عمرَان: الآية ٩٧] أَيْ
وَمَنْ تَرَكَ اِعْتِقَادَ وُجُوْبِ الْحَجِّ فَإِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ
عَنْهُ.
(Dan
orang yang telah wajib kepadanya haji kemudian dia tidak berhaji) Telah
berfirman Allah Ta'ala: ﴾Barang
siapa kufur maka sesungguhnya Allah maha tidak membutuhkan sesuatupun dari
seluruh alam﴿ [Q.S Ali Imran: Ayat
97]. Maksudnya dan barang siapa yang meninggalkan keyakinan wajibnya haji
maka sesungguhnya Allah maha tidak membutuhkan sesuatupun darinya
رُوِيَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: [أَنَّهُ دَعَا
لِأَمَّتِهِ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ، فَأَوْحَى اللّٰهُ
إِلَيْهِ: إِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُم مَا بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ، وَلَمْ
أَغْفِرْ لَهُمْ ظُلْمَهُمْ بَعْضَهُمْ لِبَعْضٍ.
Diriwayatkan
dari Rasulullah ﷺ: [Sesungguhnya
Rasul mendoakan untuk umatnya di sore hari di padang arofah dan nabi memintakan
ampunan untuk umatnya kemudian Allah memberi wahyu kepada Rasul: Sungguh aku
benar-benar telah memberikan ampunan bagi umatmu dosa antara aku dan umatmu dan
aku tidak memberikan ampunan bagi umat kedzoliman mereka sebagian dari mereka
dzolim kepada yang lain.
فَزَادَ فِى الْاِسْتِغْفَارِ وَقَالَ: إنَّكَ قَادِرٌ أَنْ
تُرْضِيَ خُصُوْمَهُمْ، فَلَمْ يُجِبْهُ تِلْكَ اللَّیْلَةَ، فَلَمَّا كَانَ
غَدَاةُ الْمُزْدَلِفَةِ أَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِ بِالْإِجَابَةِ فَتَبَسَّمَهُ
وَقَالَ: عَجِبْتُ مِنْ عَدُوِّ اللّٰهِ إِبْلِيْسَ لَمَّا أَجَابَ اللّٰهُ لِيْ
دُعَائِيْ صَاحَ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُوْرِ وَوَضَعَ التُّرَابَ عَلَى ڕَأْسِهِ].
Kemudian
Rasul menambah dalam beristigfar dan berdoa: Sesungguhnya engkau dzat yang
mampu untuk membuat ridho orang yang menuntut mereka. kemudian Allah tidak
menjawab Rasul pada malam itu. Kemudian ketika terjadi pagi hari di muzdalifah
Allah memberi wahyu kepada Rasul dengan pengkabualn doa kemudian Rasul
tersenyum dan bersabda: Aku heran kepada musuh Allah yakni Iblis ketika Allah
mengabulkan doaku dia berteriak celaka dan binasa dan menaruh tanah di atas
kepalanya].
(وَالسَّاعِي فِى الْفِتَنِ) أَيْ اَلْعَامِلُ فِى أَسْبَابِ الْفِتَنِ (وَبَائِعُ
السِّلَاحِ) وَهِيَ كُلُّ عِدَّةٍ لِلْحَرْبِ (مِنْ أَهْلِ
الْحَرْبِ) وَمِنْ بِمَعْنَى اللَّامِ
(Dan
orang yang kesana kemari menyebar fitnah) Maksudnya orang
yang membuat-buat sebab-sebab terjadinya fitnah (Dan orang yang menjual
senjata) Yaitu segala persiapan untuk perang (Untuk kafir
harbi) Dan huruf مِنْ bermakna ل
(وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ) أَيْ اَلزَّوْجَةِ (فِى دُبُرِهَا، وَنَاكِحُ
ذَاتِ رَحِمٍ مَحْرَمٍ) أَيْ وَاطِىءُ ذِيْ قَرَابَةٍ مَحْرَمٍ بِمِلْكٍ
أَوْ غَيْرِهِ (إِنْ عَلِمَ) أَيْ ظَنَّ (هٰذِهِ
الْأَفْعَالَ حَلَالًا كَفَرَ) أَمَّا إِذَا اعْتَقَدَ أَنَّهَا حَرَامٌ
فَلَا يَكْفُرُ.
(Dan
orang yang menikahi wanita) Maksudnya istrinya (Pada
dzuburnya, dan orang yang menikahi saudara mahramnya) Maksudnya orang
yang menjimak kerabatnya yang menjadi mahrom karena hubungan budak atau yang
lain (Jika ia mengetahui) Maksudnya menduga kuat (Perbuatan-perbuatan
ini halal maka dia kafir) Adapun jika ia meyakini sesungguhnya
perbuatan-perbuatan ini haram maka dia tidak kafir.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 7
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ النَّبِيُّ
ﷺ: [لَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ فِى السَّمَاءِ وَلَا فِى الْأَرْضِ مُؤْمِنًا حَتَّى
يَكُوْنَ وَصُوْلًا) أَيْ مُتَلَطِّفًا لِلنَّاسِ
Maqolah
yang ketujuh (Telah bersabda Nabi ﷺ:
[Tidaklah menjadi seorang hamba baik di langit maupun di bumi benar-benar
menjadi orang yang beriman hingga hamba tersebut benar-benar menyambung tali
silaturrahmi) Maksudnya lemah lembut kepada manusia
(وَلَا يَكُوْنُ وَصُوْلًا حَتَّى يَكُوْنَ مُسْلِمًا) أَيْ مُنْقَادًا
(Dan
tidaklah benar-benar menyambung tali silatur rahmi hingga dia benar benar
menjadi muslim) Maksudnya patuh
(وَلَا يَكُوْنُ مُسْلِمًا حَتَّى يَسْلَمَ النَّاسُ مِنْ
يَدِهِ وَلِسَانِهِ) أَيْ
فَلَا يُؤْذِي النَّاسَ بِلِسَانِهِ وَلَا بِيَدِهِ
(Dan
tidaklah benar-benar menjadi muslim hingga selamat manusia dari tangannya dan
lidahnya) Makusdnya tidak menyakiti manusia dengan lidahnya
dan tidak menyakiti manusia dengan tangannya
(وَلَا يَكُوْنُ مُسْلِمًا حَتَّى يَكُوْنَ عَالِمًا، وَلَا
يَكُوْنُ عَالِمًا حَتَّى يَكُوْنَ بِالْعِلْمِ عَامِلًا، وَلَا يَكُوْنُ
بِالْعِلْمِ عَامِلًا حَتَّى يَكُوْنَ زَاهِدًا) وَالزُّهْدُ تَرْكُ رَاحَةِ الدُّنْيَا طَلَبًا
لِرَاحَةِ الْآخِرَةِ
(Dan
tidaklah benar-benar menjadi muslim hinga dia benar-benar menjadi orang yang
berilmu, dan tidaklah benar-benar menjadi orang yang berilmu hinga dia
benar-benar mengamalkan, dan tidaklah benar-benar menjadi orang yang
mengamalkan ilmu hingga dia benar-benar menjadi zuhud) Zuhud
adalah meninggalkan kenyamanan-kenyamanan dunia karena mencari kenyamanan
akhirat.
(وَلَا يَكُوْنُ زَاهِدًا حَتَّى يَكُوْنَ وَرِعًا) وَالْوَرَعُ مُلَازَمَةُ الْأَعْمَالِ الْجَمِيْلَةِ.
قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ الرَّازِيّ: كَيْفَ يَكُوْنُ زَاهِدًا مَنْ لَا وَرَعَ
لَهُ، تَوَرَّعْ عَمَّا لَيْسَ لَكَ ثُمَّ ازْهَدْ فِيْمَا لَكَ. اهُ.
(Dan
tidaklah benar-benar menjadi zuhud hingga dia benar-benar menjadi wara') Wara'
adalah senantiasa melakukan amal-amal yang baik. Telah berkata Yahya bin Mu'ad
Ar-Razi: Bagaimana mungkin menjadi zuhud orang yang tidak ada sifat wara'
padanya. Berwira'ilah kamu dari apa-apa yang bukan milikmu kemudian zuhudlah
kamu dalam harta yang menjadi milikmu.
(وَلَا يَكُوْنُ وَرِعًا حَتَّى يَكُوْنَ مُتَوَاضِعًا) عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ
ﷺ يَعُوْدُ الْمَرِيْضَ، وَيُشَيِّعُ الْجَنَائِزَ، وَيَرْكَبُ الْحِمَارَ،
وَيُجِيْبُ دَعْوَةَ الْعَبْدِ.
(Dan
tidaklah benar-benar menjadi wara' hingga dia benar-benar menjadi orang yang
tawadhu') Dari Anas bin Malik berkata: Adalah Rasulullah ﷺ beliau menjenguk orang sakit,
mengantarkan jenazah, menunggangi himar, dan memenuhi undangan dari seorang
budak.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَانَ حَسَنَ
الصُّوْرَةِ فِى حَسَبٍ لَا يَشِيْنُهُ مُتَوَاضِعًا كَانَ مِنْ خَالِصِ أَهْلِ
اللّٰهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa yang bagus rupanya dalam derajat sosial, dia tidak menjatuhkan
kehormatannya dan ia tetap rendah hati, maka jadilah ia termasuk yang khusus di
antara wali-wali Allah pada hari kiamat] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Abu Nu'aim
(وَلَا يَكُوْنُ مُتَوَاضِعًا حَتَّى يَكُوْنَ عَارِفًا
بِنَفْسِهِ) قَالَ الشَّاعِرُ:
(Dan
tidaklah benar-benar menjadi tawadhu' hingga dia benar-benar menjadi orang yang
mengerti tentang dirinya sendiri) Telah berkata seorang penya'ir:
يَا ابْنَ آدَمَ لَا تَغْرُرْكَ عَافِيَةٌ $ عَلَيْكَ شَامِلَةٌ فَالْعُمْرُ مَعْدُوْدٌ
Wahai anak adam jangan
sampai menipu kepadamu keadaan sehat $ atas dirimu yang menyeluruh karena umur itu terhitung
مَا أَنْتَ إلَّا كَزَرْعٍ عِنْدَ خُضْرَتِهِ $ لِكُلِّ شَيْءٍ مِنَ الْآفَاتِ مَقْصُوْدٌ
Tidaklah kamu melainkan seperti tanaman ketika
hijaunya tanaman tersebut $ bagi segala sesuatu dari berbagai penyakit
dijadikan sasaran
فَإِنْ سَلِمْتَ مِنَ الْآفَاتِ أَجْمَعِهَا $ فَأَنْتَ عِنْدَ كَمَالِ الْأَمْرِ مَحْصُوْدٌ
Jika kamu selamat dari
berbagai penyakit seluruhnya
$ Maka kamu ketika sudah sempurna akan dipanen
(وَلَا
يَكُوْنُ عَارِفًا بِنَفْسِهِ حَتَّى يَكُوْنَ عَاقِلًا فِى الْكَلَامِ]). قَالَ بِشْرُ بْنُ الْحَارِثِ: إِذَا أَعْجَبَكَ
الْكَلَامُ فَاصْمُتْ، وَإِذَا أَعْجَبَكَ الصَّمْتُ فَتَكَلَّمْ.
(Dan
tidaklah benar benar bisa menjadi orang yang mengerti tentang diri sendiri
hingga dia benar-benar menjadi orang yang berakal dalam ucapannya) Telah
berkata Bisyr bin Harits: Jika kamu merasa takjub untuk berbicara maka diamlah
dan jika kamu merasa takjub untuk diam maka berbicaralah.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (قِيْلَ: رَأَى
يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ الرَّازِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ فَقِيْهًا) أَيْ
عَالِمًا بِالْفِقْهِ (رَاغِبًا فِى الدُّنْيَا) أَيْ
مُتَوَجِّهًا إلَيْهَا
Maqolah
yang ke delapan (Dikatakan: Telah melihat Yahya bin Mu'ad ar-Razi
Rahimahullah kepada seorang ulama fikih) Maksudnya seorang yang
berilmu dalam bidang fikih (Yang cinta pada dunia) Yaitu yang
menghadap kepada dunia
(فَقَالَ:) أَيْ
يَحْيَى (يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ وَالسُّنَّةِ) أَيْ عِلْمِ
حَدِيْثِ النَّبِيِّ ﷺ (قُصُوْرُكُمْ) أَيْ دِيَارُكُمُ الْكَبِيْرَةُ (قَيْصَرِيَّةٌ) نِسْبَةٌ
إلَى قَيْصَرَ وَهُوَ مَلِكُ الرُّوْمِ
(Kemudian
dia berkata:) Maksudnya Yahya (Wahai pemilik
ilmu dan sunnah) Maksudnya ilmu tentang hadits Nabi ﷺ (Istana-istana kalian) Maksudnya rumah-rumah
kalian yang besar (Itu seperti rumah para kaisar) Dinisbatkan
pada kaisar yaitu raja romawi
(وَبُيُوْتُكُمْ كِسْرَوِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى كِسْرَى وَهُوَ مَلِكُ الْفُرْسِ
(Dan
ruma-rumah kalian itu seperti rumah para raja persi) Dinisbatkan
pada lafadz kisro yaitu raja persi
(وَمَسَاكِنُكُمْ قَارُوْنِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى قَارُوْنَ مِنْ قَوْمِ سَيِّدِنَا
مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ
(Dan
tempat tinggal kalian itu seperti tempat tinggal Qorun) Dinisbatkan
kepada Qorun dari kaum tuan kita musa Alaihissalam
(وَأَبْوَابُكُمْ طَالُوْتِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى قَوْمِ طَالُوْتَ كَانَ مِنَ
الْمُلُوْكِ وَأَبْوَابُ بُيُوْتِهِمْ عَالِيَةٌ
(Dan
pintu-pintu kalian itu seperti pintu-pintu bangsa Tholut) Dinisbatkan
kepada kaum Tolut. Tolut adalah termasuk seorang raja dan pintu-pintu rumah mereka
itu tinggi tinggi.
(وَثِيَابُكُمْ جَالُوْتِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى جَالُوْتَ الَّذِي قَتَلَهُ سَيِّدُنَا
دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
(Dan
baju-baju kalian itu seperti baju Jalut) Dinisbatkan
kepada Jalut yang telah membunuh padanya oleh tuan kita Daud Alaihis Salam
(وَمَذَاهِبُكُمْ) أَيْ طُرُقُكُمْ فِى الدِّيْنِ (شَيْطَانِيَّةٌ،
وَضِيَاعُكُمْ) أَيْ عَقَارَاتُكُمْ أَوْ صَنَاعَاتُكُمْ (مَرْوَانِيَّةٌ) نِسْبَةٌ
إلَى مَرْوَانَ بْنِ الْحَكَمِ كَانَ مُلُوْكُ الشَّامِ مِنْ أَوْلَادِهِ
(Dan
madzhab-madzhab kalian) Maksudnya toriqoh-toriqoh kalian di
dalam beragama (Itu seperti madzhab setan, dan aset-aset kalian) Maksudnya
pekarangan-pekarangan kalian atau pabrik-pabrik kalian (Itu Seperti
aset-aset bangsa marwan) Dinisbatkan kepada Marwan bin Hakam dia itu
termasuk dari para raja negri Syam dari anak cucu Hakam
(وَوِلَايَتُكُمْ) عَلَى الْبِلَادِ (فِرْعَوْنِيَّةٌ) نِسْبَةٌ
إلَى فِرْعَوْنَ
(Dan
wilayah-wilayah kalian) Di atas negara-negara (Itu
seperti wilayah-wilayah Fir'aun) Dinisbatkan kepada Fir'aun
(وَقُضَاتُكُمْ عَاجِلِيَّةٌ) أَيْ مُسْتَعْجِلُوْنَ فِى الْأَحْكَامِ مِنْ غَيْرِ
فِكْرٍ (أَصْحَابُ رِشْوَةٍ) وَهُوَ مَا يُعْطِي الشَّخْصُ
لِلْحَاكِمِ لِيَحْكُمَ لَهُ أَوْ يُحَمِّلُهُ عَلَى مَا يُرِيْدُ (غَشَّاشَةٌ) أَيْ
أَيْدِيهِمْ بِالْخِيَانَةِ رَشَّاشَةٌ كَمَا فِي الْأَسَاسِ
(Dan
hakim-hakim kalian itu tergesa-gesa,) Maksudnya mereka semua tergesa-gesa
dalam memutuskan hukum tanpa berfikir (Penerima suap,) Yaitu
sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim agar hakim memutuskan hukum
untuknya atau agar dia dapat mempengaruhi hakim pada sesuatu yang dia
inginkan (Penipu) Maksudnya tangan-tangan mereka memercikkan
pengkhianatan sebagaimana dalam kitab al-Asas
(وَأَئِمَّتُكُمْ جَاهِلِيَّةٌ فَأَيْنَ الْمُحَمَّدِيَّةُ) أَيْ فَأَيْنَ السِّيَرُ الْمُحَمَّدِيَّةُ.
(Dan
pemimpin-pemimpin kalian adalah bangsa jahiliyah. Maka dimanaka ajaran Nabi
Muhammad ﷺ?) Maksudnya maka dimanakah jalan hidup
yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ?
وَقَالَ الشَّاعِرُ:
Telah
berkata seorang penyair:
(أَيُّهَا الْمُنَاجِي
رَبَّهُ بِأَنْوَاعِ الْكَلَامِ $ وَالطَّالِبُ مَسْكَنُهُ فِى دَارِ السَّلَامِ
Wahai
orang yang bermunajat kepada tuhannya dengan berbagai bahasa $ Dan wahawi orang yang
sedang mencari tempat tinggalnya di surga
وَالْمُسَوِّفُ لِلتَّوْبَةِ
عَامًا بَعْدَ عَامٍ $ وَمَا أَرَاكَ مُنْصِفًا لِنَفْسِكَ بَيْنَ
الْأَنَامِ
Wahai
orang yang menunda taubatnya tahun demi tahun $ Kenapa aku tidak melihat
dirimu sebagai orang yang benar-benar insyaf
untuk
dirimu sendiri di antara umat manusia
إِنَّكَ لَوْ رَافَقْتَ
يَوْمَكَ يَا غَافِلٌ بِالصِّيَامِ $ وَأَحْيَيْتَ طُوْلَ لَيْلِكَ بِالْقِيَامِ
Sungguhlah
engkau hei orang-orang yang lalai. Andai engkau menemani harimu dengan puasa $ Dan engkau menghidupkan
sepanjang malammu dengan bangun malam
وَاقْتَصَرْتَ بِالْقَلِيْلِ
مِنَ الْمَاءِ وَالطَّعَامِ $ لَكُنْتَ أَحْرَى أَنْ تَنَالَ شَرَفَ
الْمَقَامِ
Dan
kamu membatasi sedikit saja dari air dan makanan $ Niscaya engkau menjadi
lebih pantas untuk bisa memperoleh kedudukan yang mulia
وَالْكَرَامَةَ
الْعَظِيْمَةَ مِنْ رَبِّ الْأَنَامِ $ وَالرِّضْوَانَ الْأَكْبَرَ مِنْ ذِي
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ)
Dan
kemuliaan yang agung dari dzat yang mengurus dan mengatur manusia $ Dan keridhoan yang paling
agung dari Allah yang mempunyai sifa maha agung dan maha mulia
وَقَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:
Telah berkata seorang
penyair dari bahar thowil:
تَخَيَّرْ خَلِيْلًا مِنْ
فِعَالِكَ إِنَّهُ $ قَرِيْنُ الْفَتَى فِى الْقَبْرِ
مَا كَانَ يَفْعَلُ
Pilihlah
olehmu seorang teman dari perbuatanmu sendiri. Sesungguhnya $ Akan menjadi teman seorang
pemuda di alam kuburnya apa apa yang telah dia kerjakan
فَإِنْ كُنْتَ مَشْغُوْلًا بِشَيْءٍ فَلَا
تَكُنْ $ بِغَيْرِ
الَّذِيْ يَرْضَى بِهِ اللّٰهُ تُشْغَلُ
Jika
kamu sibuk dengan melakukan sesuatu maka janganlah kamu $ Disibukkan dengan selain
perkara yang Allah ridhoi
فَلَنْ يَصْحَبَ الْإِنْسَانَ مِن بَعْدِ مَوْتِهِ $ إِلَى قَبْرِهِ إلَّا الَّذِيْ كَانَ يَعْمَلُ
Karena tidak akan
menyertai manusia setelah dia mati $ Ke alam kuburnya
kecuali sesuatu yang telah dia kerjakan
أَلَا إِنَّمَا الْإِنْسَانَ ضَيْفٌ لِأَهْلِهِ $ يُقِيْمُ قَلِيْلًا عِنْدَهُمْ ثُمَّ يَرْحَلُ
Ingatla sesungguhnya
manusia itu hanya ibarat tamu bagi keluarganya $ Dia bermukim sejenak
disisi keluarganya kemudian dia pergi
وَقَالَ الشَّاعِرُ:
Dan
telah berkata seorang penyair:
سَأَلْتُ الدَّارَ تُخْبِرُنِيْ عَنِ
الْأَحْبَابِ مَا فَعَلُوْا $ فَقَالَتِ
الدَّارُ لِيْ قَامُوْا قَلِيْلًا وَقَدْ رَحِلُوْا
Aku
bertanya kepada rumah agar dia mengabarkan kepadaku tentang orang-orang
terkasih apa saja yang mereka lakukan $ Lalu
berkatalah rumah tersebut kepadaku mereka bermukim sejenak dan mereka
benar-benar telah pergi
فَقُلْتُ: يَا دَارُ أَيْنَ رَاحُوْا
فَأَطْلُبُهُمْ $ وَأَيُّ
مَنْزِلٍ تَرَى يَا دَارُ فِيْهِ نَزَلُوْا
Kemudian
aku berkata: Wahai rumah kemana mereka pergi maka aku akan mencari merka $ Dan
tempat tinggal mana yang engkau lihat wahai rumah yang di dalamnya mereka
tinggal
فَقَالَتِ الدَّارُ: قَدْ
سَكَنُوا الْقُبُوْرَ $ وَقَدْ لَقُوْا قَرِيْنَهُمْ
وَاللّٰهِ مَا عَمِلُوْا
Maka rumah berkata:
Mereka benar-benar telah tinggal di kuburan $ Dan mereka benar-benar
telah bertemu teman mereka demi Allah teman mereka adalah sesuatu yang telah
mereka amalkan
يَا بِئْسَ غَرَّتْهُمْ
آمَالُهُمْ وَغَدَرٌ $ يَا سَائِلِيْ بِهِمْ مُنْيَةُ الْأَجَلُ
Hai orang yang
bertanya kepadaku tentang mereka! kematian itu pasti $ Aduhai betapa
celakanya, telah menipu kepada mereka semua lamunan-lamunan kosong mereka dan
pengkhianatan
وَفِى الصَّحَائِفِ كُلٌّ
كَائِنَةٌ مِنْ قَبِيْحٍ $ مَا كَانَتِ الْقَوْمُ
تَفْعَلُ بِهِ زَلَلٌ
Dan di dalam
lembaran-lembaran amal mereka semua ada perbuatan-perbuatan buruk $ Apa saja yang suatu
kaum lakukan dengan perbuatan buruk menjadikan mereka tergelincir
إِنْ يَسْتَغِيْثُوْا فَلَا
أَحَدٌ يُغِيْثُهُمْ $ وَلَا لَهُمْ مَلْجَأٌ
فِيْهَا وَلَا حِيَلٌ
Jika
mereka meminta pertolongan maka tiada seorangpun yang bisa menolong mereka $ Tidak pula ada bagi
mereka tempat berlindung dan juga tidak ada daya
إِلَّا حَزَانَى نَدَامَى
فِى قُبُوْرِهِمْ $ وَلَيْسَ يُغْنِي نَدَمٌ
لِلْقَوْمِ وَقَدْ حُصِّلُوْا
Dan sudah tidak
berguna penyesalan bagi suatu kaum sedang mereka telah dihisab $ Melainkan orang-orang
yang berduka dan orang-orang yang penuh penyesalan di alam kubur mereka
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ بَعْضُ
الْحُكَمَاءِ: عَشَرَةُ خِصَالٍ يُبْغِضُهَا اللّٰهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنْ
عَشَرَةِ أَنْفُسٍ) أَيْ أَكْثَرُ بُغْضًا مِنْ غَيْرِهِمْ
Maqolah
yang kesembilan (Telah berkata sebagian dari para hukama: Ada sepuluh
perkara yang Allah Subanahu Wata'ala membencinya dari sepuluh orang) Maksudnya
yang paling dibenci dari pada selain sepuluh orang tersebut
1.
Sepuluh
perkara ini adalah sifat-sifat tercela yang dibenci oleh Allah, dan jika
dilakukan oleh sepuluh jenis orang berikut ini, maka hal itu lebih dibenci oleh
Allah.
(الْبُخْلُ
مِنْ الْأَغْنِيَاءِ) قَالَ
حَكِيْمٌ: اَلْبُخْلُ مَحْوُ صِفَاتِ الْإِنْسَانِيَّةِ وَإِثْبَاتُ عَادَاتِ
الْحَيَوَانِيَّةِ
(Kikir
dari kalangan orang-orang kaya) Telah berkata Hakim: Pelit itu
menghapus sifat-sifat kemanusiaan dan pelit itu menetapkan kebiasaan-kebiasaan
kebinatangan.
(وَالْكِبْرُ مِنَ الْفُقَرَاءِ) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ
رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [إذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ
أَهْلَكُهُمْ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ. وَالرِّوَايَةُ الْمَشْهُورَةُ بِرَفْعِ
كَافِ أَهْلَكُهُمْ وَرُوِيَ بِنَصْبِهَا،
(Dan
sombong dari kalangan orang-orang fakir) Dari Abu Huroiroh
Radhiallahu Anhu Sesungguhnya Rasulullah ﷺ
bersabda: [Jika seseorang berkata manusia telah binasa maka dialah
orang yang paling binasa di anatar mereka] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam Muslim. Dan riwayat yang paling masyhur adalah dengan merofakan
huruf ك pada
lafadz أهلكهم dan
diriwayatkan pula dengan menashobkannya
وَهٰذَا النَّهْيُ لِمَنْ قَالَ ذٰلِكَ عَجَبًا بِنَفْسِهِ
وَتَصَاغُرًا لِلنَّاسِ وَارْتِفَاعًا عَلَيْهِمْ فَهٰذَا هُوَ الْحَرَامُ ،
وَأَمَّا مَنْ قَالَهُ لِمَا يَرَى فِى النَّاسِ مِنْ نَقْصٍ فِى أَمْرِ دِينِهِمْ
وَقَالَهُ تَحَزُّنًا عَلَيْهِمْ وَعَلَى الدِّينِ فَلَا بَأْسَ بِهِ، هَكَذَا
فَسَّرَهُ الْعُلَمَاءُ.
Dan
larangan ini bagi orang yang mengatakan hal itu karena ujub pada dirinya dan
karena merendahkan manusia dan karena merasa lebih tinggi atas mereka maka ini
adalah haram. Adapun orang yang mengatakan hal itu karena apa yang dia lihat di
kalangan manusia karena kekurangan dalam urusan agama mereka dan dia
mengucapkannya karena prihatin kepada mereka dan atas agama maka tidak apa apa
mengucapkannya. Demikian ini telah menafsirkannya para ulama
(وَالطَّمَعُ مِنَ الْعُلَمَاءِ) قِيْلَ لَمَّا نَطَقَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ
بِذِكْرِ الطَّمَعِ فَقَالَ: ﴿لَوْ شِئْتَ لَنَخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا﴾
[الْكَهْفِ: الْآيَةُ ٧٧] قَالَ الْخَضِرُ لَهُ: ﴿هَذَا فِرَاقُ
بَيْنِيْ وَبَيْنِكَ﴾ [الكَهْفِ: الْآيَةُ ٧٨]
(Dan
serakah dari kalangan ulama) Dikatakan ketika berucap Nabi Musa
Alaihis Salam dengan mengungkapkan rasaa tamak dengan berkata ﴾Seandainya engkau hendaki niscaya engkau mengambil atas
hal itu upah﴿ [Q.S Al-Kahfi: Ayat
77] Berkata Nabi Khidir kepada Nabi Musa ﴾Ini
adalah perpisahan antara diriku dan dirimu﴿ [Q.S
Al-Kahfi: Ayat 78]
وَقِيْلَ لَمَّا قَالَ ذٰلِكَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ
وَقَفَ بَيْنَ يَدَيْهِمَا ظَبْيٌ وَكَانَا جَائِعَيْنِ، الْجَانِبُ الَّذِي يَلِي
مُوسَى غَيْرُ مَشْوِيٍّ وَالْجَانِبُ الَّذِي يَلِي الْخَضِرَ مَشْوِيٌّ.
Dan
dikatakan ketika Nabi Khidir mengatakan itu kepada Nabi Musa Alaihis Salam maka
berdiri di hadapan keduanya seekor kijang dan keduanya sedang lapar. Bagian
yang didekat Nabi Musa tidak dipanggang sedangkan bagian yang didekat Nabi
Khidir sudah dipanggang.
(وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ مِنَ النِّسَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ لَمْ يَكُنْ
لَهُ حَيَاءٌ فَلَا دِيْنَ لَهُ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَيَاءٌ فِى الدُّنْيَا
لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
sedikitnya rasa malu dari kalangan wanita) Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang
siapa yang tidak ada padanya sifat malu maka tidak ada agama baginya, Dan
barang siapa yang tidak ada padanya sifat malu di dunia maka dia tidak akan
masuk surga] Tela meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami
(وَحُبُّ الدُّنْيَا مِنَ الشُّيُوْخِ) قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْمَرَاغِيُّ: اَلْعَاقِلُ مَنْ
دَبَّرَ أَمْرَ الدُّنْيَا بِالْقَنَاعَةِ وَالتَّسْوِيْفِ وَأَمْرَ الْآخِرَةِ
بِالْحِرْصِ وَالتَّعْجِيْلِ وَأَمْرَ الدِّينِ بِالْعِلْمِ
وَالْاِجْتِهَادِ.
(Dan
cinta dunia dari kalangan orang yang sudah tua) Telah
berkata Abu Bakar al-Marogi: Orang yang berakal adalah orang yang mengatur
urusan dunia dengan qona'ah dan penundaan dan mengatur urusan akhirat dengan
semangat dan bersegera dan mengatur urusan agama dengan ilmu dan bersungguh
sungguh.
(وَالْكَسَلُ) فِى الْأَعْمَالِ (مِنَ الشُّبَّانِ
وَالْجَوْرِ مِنَ السُّلْطَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ
أَرْضَى سُلْطَانًا بِمَا يُسْخِطُ رَبَّهُ خَرَجَ مِنْ دِيْنِ اللّٰهِ تَعَالَى] رَوَاهُ
الْحَاكِمُ .
(Dan
malas) Dalam beramal (Dari kalangan pemuda dan
ketidak adilan dari kalangan raja) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang
membuat ridho hati seorang raja dengan cara yang membuat tuhannya murka maka
dia keluar dari agam Allah Ta'ala]. Telah meriwayatkan pada hadits ini
Imam Hakim
(وَالْجُبْنُ مِنَ الْغُزَاةِ) وَهُوَ ضَعْفُ الْقَلْبِ يُحْجِمُ بِهِ عَنْ لِقَاءِ
الْعَدُوِّ
(Dan
sifat penakut dari kalangan pejuang) Yaitu kelemahan hati yang membuat dia
mundur sebab takut dari bertemu musuh
(وَالْعُجْبُ مِنَ الزُّهَّادِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ حَمِدَ
نَفْسَهُ عَلَى عَمَلٍ صَالِحٍ فَقَدْ ضَلَّ شُكْرُهُ وَحَبِطَ عَمَلُهُ] رَوَاهُ
أَبُو نُعَيْمٍ.
(Dan
ujub dari kalangan ahli zuhud) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang
memuji pada dirinya atas amal sholeh maka benar-benar telah hilang syukurnya
dan terhapus pahala amalnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu
Nuaim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ أَحَدٍ يَلْبَسُ
ثَوْبًا لِيُبَاهِيَ بِهِ فَيَنْظُرُ النَّاسُ إلَيْهِ إلَّا لَمْ يَنْظُرِ
اللّٰهُ إلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَنْزِعَهُ مَتَى مَا نَزَعَهُ]
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ .
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah
seorangpun yang mengenakan pakaian untuk berbangga-bangga dengan pakaian itu
sehingga manusia melihat kepadanya melainkan Allah tidak akan mlihat kepadanya
pada hari kiamat sehingga dia melepas pakaian itu kapanpun dia melepasnya]. Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam at-Thobroni
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [وَيْحَ ابْنِ آدَمَ
كَيْفَ يَزْهُو وَإِنَّمَا هُوَ جِيْفَةٌ يُؤْذِي مَنْ مَرَّ بِهِ ابْنُ آدَمَ
مِنَ التُّرَابِ خُلِقَ وَإِلَيْهِ يَصِيْرُ] رواه الديلمي.
Dan
diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Celakalah
anak adam. Bagaimana dia bisa menyombongkan diri padahal sesungguhnya dia
hanyalah bangkai yang mengganggu orang-orang yang melewatinya. Anak adam itu
dari tanah dia diciptakan dan kepada tanah dia akan kembali] Telah
meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami
(وَالرِّيَاءُ مِنَ الْعِبَادِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إيَّاكُمْ أَنْ
تَخْلِطُوْا طَاعَةَ اللّٰهِ بِحُبِّ ثَنَاءِ الْعِبَادِ فَتُحْبِطَ
أَعْمَالُكُمْ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan
sifat riya dari kalangan para hamba) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Waspadalah kalian agar
tidak mencampur aduk ketaatan kepada Allah dengan cinta pujian dari para hamba
sehingga dihapus pahala amalan-amalan kalian] Telah meriwayatkan pada
hadits ini Imam ad-Dailami
وَأَمَّا وُجُوْدُ الْحَمْدِ مِنَ النَّاسِ مِنْ غَيْرِ
أَنْ يُحِبَّهُ فَلَا بَأْسَ بِهِ لِأَنَّهُ لَيْسَ رِيَاءً
Adapun
adanya pujian dari manusia tanpa dia suka dipuji manusia maka tidak apa apa
atas pujian tersebut karena itu bukan riya
كَمَا رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ
قَالَ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: [أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ
الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ
بُشْرَى الْمُؤْمِنِ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Sebagaimana
telah diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiallahu Anhu berkata: Ditanyakan kepada
Rasulullah ﷺ: [Bagaimana pendapat anda tentang
seseorang yang mengerjakan suatu amal dari amal baik kemudian memuji kepadanya
manusia karena amalan tersebut? Maka Rasulullah ﷺ
bersabda: Itu adalah berita gembira yang didahulukan untuk orang yang beriman] Telah
meriwayatkan kepada hadits ini Imam Muslim
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: [اَلْعَافِيَةُ عَلَى عَشَرَةِ أَوْجُهٍ، خَمْسَةٌ فِى الدُّنْيَا
وَخَمْسَةٌ فِى الْآخِرَةِ. فَأَمَّا الَّتِي فِى الدُّنْيَا) فَهِيَ (اَلْعِلْمُ
وَالْعِبَادَةُ وَالرِّزْقُ مِنَ الْحَلَالِ) فِى الْمَطَاعِمِ
وَالْمَلَابِسِ
Maqolah
yang kesepuluh (Telah bersabda Rasulullah ﷺ:
[Kesejahteraan itu ada sepuluh macam. Lima di dunia dan lima di akhirat. Adapun
yang di dunia) Yaitu (Ilmu, ibadah, rizki dari yang halal,) Pada
makanan dan pakaian
(وَالصَّبْرُ عَلَى الشِّدَّةِ). سُئِلَ الْجُنَيْدُ قَدَّسَ سِرَّهُ عَنِ الصَّبْرِ
فَقَالَ: تَجَرُّعُ الْمِرَارَةَ مِنْ غَيْرِ تَعْبِيْسٍ، وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ
أَبِي طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: الصَّبْرُ مِنَ الْإِيْمَانِ
بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ.
(Sabar
atas musibah) Ditanya Imam Junaid Qoddasa Sirrohu
tentang sabar. Maka dia berkata: Sabar adalah menelan kepahitan tanpa
menunjukkan wajah yang masam. Dan berkata Ali bin Abi Tholib Karromallahu
Wajhah: Sabar dalam iman itu seperti kedudukan kepala pada jasad
(وَالشُّكْرُ عَلَى النِّعْمَةِ) وَشُكْرُ الْعَبْدِ عَلَى الْحَقِيْقَةِ إنَّمَا هُوَ
نُطْقُ اللِّسَانِ وَإِقْرَارُ الْقَلْبِ بِإِنْعَامِ اللّٰهِ تَعَالَى
(Dan
bersyukur atas kenikmatan) Syukur seorang hamba pada hakikatnya
hanyalah merupakan ucapan lisan dan pengakuan hati atas nikmat-nikmat dari
Allah Ta'ala.
(وَأَمَّا الَّتِيْ فِى الْآخِرَةِ فَإِنَّهُ يَأْتِيْهِ
مَلَكُ الْمَوْتِ بِالرَّحْمَةِ وَاللُّطْفِ) أَيْ الرِّفْقِ عِنْدَ نَزْعِ رُوْحِهِ،
(Dan
adapun yang di akhirat maka sesungguhnya lima kesejahtraan itu adalah datang
kepadanya malaikat maut dengan kasih sayang dan kelembutan,) Maksudnya
dengan kelembutan saat mencabut ruhnya.
وَالثَّانِي (لَا يُرَوِّعُهُ) أَيْ لَا
يُفْزِعُهُ (مُنْكَرٌ) بِفَتْحِ الْكَافِ (وَنَكِيْرٌ
فِى الْقَبْرِ) بَلْ يُؤْنِسُهُ ،
Dan
yang kedua adalah (Tidak membuatnya takut) Maksudnya tidak
membuatnya kaget (Malaikat Munkar) Lafadz منكر Dengan
memfathahkan huruf ك (Dan
Malaikat Nakir di dalam kubur,) Tetapi justru menhiburnya
وَمَجِيْءُ مَلِكٍ عِنْدَ الْقَبْضِ لَيْسَ مِنَ الْآخِرَةِ
بَلْ مِنَ الدُّنْيَا وَكَذَا الْمَيِّتُ فِى الْقَبْرِ فإِنَّ الْقَبْرَ يُقَالُ
لَهُ بَرْزَخٌ لَكِنْ لَمَّا كَانَ وَقْتُ الْمَوْتِ يَقْرُبُ مِنْ أَحْوَالِ
الْآخِرَةِ يُقَالُ لَهُ الْآخِرَةُ فَكُلُّ مَا قَارَبَ شَيْئًا يُعْطَى
حُكْمُهُ.
Dan
datangnya malaikat saat pencabutan nyawa itu bukan termasuk akhirat, melainkan
masih bagian dari dunia dan begitu juga orang yang mati di dalam kubur karena sesungguhnya
kubur disebut baginya sebagai alam barzakh namun karena waktu kematian dekat
dari keadaan akhirat maka dikatakan namanya akhirat. Segala sesuatu yang
mendekati sesuatu diberi hukum yang serupa dengannya
وَالثَّالِثُ (يَكُوْنُ آمِنًا) أَيْ غَيْرَ
خَائِفٍ (فِى) وَقْتِ (الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ) وَهُوَ
حِيْنَ يُؤْمَرُ بِالْكَافِرِ بِالذَّهَابِ إلَى النَّارِ وَحِيْنَ تُغْلَقُ
النَّارُ عَلَى أَهْلِهَا وَيَيْأَسُوْنَ مِنَ الْخُرُوْجِ مِنْهَا وَحِيْنَ
يُذْبَحُ الْمَوْتُ فِى صُوْرَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ
وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهْلَ النَّارِ خُلُوْدٌ بِلَا مَوْتٍ فَيَيْأَسُ أَهْلُ
النَّارِ مِنَ الْخُرُوْجِ مِنْهَا.
Dan
yang ketiga adalah (Dia dalam keadaan aman) Maksudnya tidak
takut (Pada) Waktu (Ketakutan terbesar,)
Yaitu ketika diperintah kepada orang-orang kafir untuk pergi ke neraka dan
ketika dikunci neraka pada penghuninya dan mereka putus asa untuk bisa keluar
dari neraka dan ketika kematian disembelih dalam bentuk domba berwarna putih di
antara surga dan neraka dan menyeru malaikat yang menjadi juru penyeru: Wahai
ahli neraka kekekalan tanpa kematian sehingga berputus asa para penduduk neraka
untuk keluar dari neraka.
وَالرَّابِعُ (تُمْحَى سَيِّئَآتُهُ وَتُقْبَلُ
حَسَنَاتُهُ) .
Dan
yang keempat adalah (Dihapus dosa-dosanya dan diterima
kebaikan-kebaikannya)
وَالْخَامِسُ (يَمُرُّ عَلَى الصِّرَاطِ
كَالْبَرْقِ اللَّامِعِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ فِى السَّلَامَةِ) مِنْ
كَلَالِيْبِ الصِّرَاطِ وَغَيْرِهَا مِنْ أَهْوَالِ ذٰلِكَ الْيَوْمِ.
Dan
yang kelima adalah (Dia melewat di atas jembatan shirot seperti petir
yang menyambar sehingga dia masuk surga dalam keadaan selamat) Dari
besi-besi pengait shirot dan selainnya dari ancaman-ancaman pada hari itu.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
أَبُو الْفَضْلِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: سَمَّى اللّٰهُ كِتَابَهُ بِعَشَرَةِ
أَسْمَاءٍ: قُرْآنًا وَفُرْقَانًا وَكِتَابًا وَتَنْزِيْلًا وَهُدًى وَنُوْرًا
وَرَحْمَةً وَشِفَاءً وَرُوْحًا وَذِكْرًا)
Maqolah
yang kesebelas (Telah berkata Abu Fadl Rahimahullahu Ta'ala: Allah
telah memberi nama kitab-Nya dengan sepuluh nama: Al-Qur'an, Al-Furqon,
Al-Kitab, At-Tanzil, Al-Huda, An-Nur, Ar-Rahmah, Asy-Syifa, Ar-Ruh dan
Adz-Dzikr)
فَقَوْلُهُ قُرْآنًا بِالنَّصْبِ بَدَلٌ مِنْ قَوْلِهِ
بِعَشَرَةٍ فَإِنَّهُ مَفْعُوْلٌ ثَانٍ بِسَمَّى لِأَنَّهُ يَتَعَدَّى
لِمَفْعُولَيْنِ الثَّانِي بِالْبَاءِ أَوْ بِدُوْنِهِ وَالتَّابِعُ تَابِعٌ
لِمَتْبُوْعِهِ فِى اللَّفْظِ أَوْ فِى الْمَحَلِّ
Perkataan
Abu Fadl pada lafadz قُرْآنًا itu
dengan dibaca nashob sebagai badal dari perkataannya pada lafadz بِعَشَرَةٍ karena
lafadz بِعَشَرَةٍ adalah
maf'ul kedua dari lafadz fi'il سَمَّى karena sesungguhnya lafadz سَمَّى itu
muta'adi pada dua maf'ul. Maf'ul yang kedua boleh dengan huruf ب atau
tanpa huruf ب.
Badal yang mengikuti itu harus mengikuti pada yang diikutinya dalam lafadz
ataupun kedudukan i'rabnya.
(أَمَّا الْقُرْآنُ وَالْفُرْقَانُ وَالْكِتَابُ
وَالتَّنْزِيْلُ فَمَشْهُوْرٌ) أَيْ
مَعْرُوْفٌ بَيْنَ النَّاسِ
(Adapun
Al-Qur'an, Al-Furqon, Al-Kitab Dan At-Tanzil itu masyhur) Maksudnya
dikenal di antara manusia
(وَأَمَّا الْهُدَى وَالنُّوْرُ وَالرَّحْمَةُ
وَالشِّفَاءُ فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ﴾ [يونس: الآية ٥٧]،
(Adapun
Al-Huda, An-Nur, Ar-Rohmah, Asy-Syifa maka sungguh telah berfirman Allah
Ta'ala: ﴾Wahai manusia, benar-benar telah
datang kepada kalian nasihat dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit hati, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.﴿
[Q.S Yunus: Ayat 57]
وَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿قَدْ جَآءَكُمْ مِنَ
اللّٰهِ نُوْرٌ وَكِتٰبٌ مُّبِيْنٌ﴾ [الْمَائِدَةِ: الْآيَةُ ١٥].
Dan
benar-benar telah berfirman Allah Ta'ala ﴾Benar-benar
telah datang kepada kalian dari Allah An-Nur dan Al-Kitab yang nyata﴿ [Q.S Al-Maidah: Ayat 15]
وَأَمَّا الرُّوْحُ فَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَكَذٰلِكَ
أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوْحًا مِنْ أَمْرِنَا﴾ [الشورى: الآية ٥٢].
Dan
adapaun Ar-Ruh maka benar-benar telah berfirman Allah Ta'ala: ﴾Demikianlah
kami wahyukan kepadamu Ar-Ruh dari keputusan kami﴿
[Q.S Asy-Syura: Ayat 52]
وَأَمَّا الذِّكْرُ فَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَأَنْزَلْنَآ
إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ﴾ [النحل: الْآيَةُ ٤٤].
Dan
adapaun Adz-Dzikr maka benar-benar telah berfirman Allah Ta'ala: ﴾Dan
kami telah turunkan kepadamu Adz-Dzikr agar kamu memberi penjelasan kepada
manusia﴿ [Q.S An-Nahl: Ayat 44]
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 12
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
لُقْمَانُ لِابْنِهِ) ثَارَّانِ (يَا بُنَيَّ) تَصْغِيْرُ
مَحَبَّةٍ (إنَّ الْحِكْمَةَ أَنْ تَعْمَلَ عَشْرَ خِصَالٍ: تُحْيِي
الْقَلْبَ الْمَيِّتَ، وَتُجَالِسُ الْمَسَاكِينَ، وَتَتَّقِي) أَيْ
تَتَجَنَّبُ
Maqolah
yang ke dua belas (Telah berkata Luqmanul Hakim kepada anaknya) Tsarron (Wahai
anakku sayang) Lafadz بُنَيَّ yang asalnya اِبْنٌ ditashgir
karena cinta (Sesungguhnya kebijaksanaan itu hendaknya kamu mengamalkan
sepuluh perkara: Kamu menghidupkan hati yang mati, duduk bersama orang-orang
miskin, menghindari) Maksudnya menjauhi
(مَجَالِسَ الْمُلُوْكِ، وَتُشَرِّفُ الْوَضِيْعَ) أَيْ تَرْفَعُ السَّاقِطَ الَّذِي لَا قِيمَةَ
لَهُ (وَتُحَرِّرُ الْعَبِيْدَ، وَتُؤْوِي الْغَرِيْبَ) أَيْ
تُنَزِّلُ مَنْ بَعُدَ مِنْ بَلَدِهِ فِى مَنْزِلِكَ
(Majelis
para raja, Memuliakan orang yang rendah,) Maksudnya kamu
mengangkat derajat orang yang jatuh yang tidak memiliki nilai (Memerdekakan
para budak, Melindungi orang asing) Maksudnya kamu memberi tempat pada
orang yang jauh dari negaranya ke dalam rumahmu
(وَتُعِيْنُ الْفَقِيْرَ) أَيْ بِمَالِكَ (وَتَزِيْدُ لِأَهْلِ
الشَّرَفِ شَرَفًا) بِأَنْ تَأْلَفَهُمْ (وَلِلسَّيِّدِ
سُؤْدَدًا) بِأَنْ تُكْرِمَهُ.
(Menolong
orang fakir,) Maksudnya dengan hartamu (Menambah
kepada orang yang mulia dengan kemuliaan,) Dengan mengakrabi
mereka (Kepada pemimpin menghomati) Dengan cara memuliakannya
حُكِيَ أَنَّهُ اجْتَمَعَ الْكِسَائِيُّ وَالزَّيْدِيُّ
عِنْدَ الرَّشِيْدِ فَصَلَّى الْكِسَائِيُّ الْمَغْرِبَ فَارْتَجَّ عَلَيْهِ فِى
﴿قُلْ يَآأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ﴾ [الكافرون: الآية ١] ، فَقَالَ الزَّيْدِيُّ
بَعْدَ السَّلَامِ: قَارِئُ أَهْلِ الْكُوْفَةِ يَرْتَجُّ عَلَيْهِ فِى
الْكَافِرُوْنَ.
Dihikayatkan
sesungguhnya pernah berkumpul imam Al-Kisai dan Imam Az-Zaidi di hadapan
kholifah Harun Ar-Rasyid lalu imam Al-Kisai shalat maghrib kemudian mendapati
kesulitan atasnya dalam membaca surat ﴾قُلْ يَآأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ﴿ [Q.S
Al-Kafirun: Ayat 1]. Kemudian berkatalah Imam Az-Zaidi setelah salam: Seorang
ahli qiroat kufah mengalami kesulitan dalam surat Al-Kafirun.
ثُمَّ صَلَّى الزَّيْدِيُّ الْعِشَاءَ فَارْتَجَّ عَلَيْهِ
فِى سُوْرَةِ الْحَمْدِ فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ الْكِسَائِيُّ مِنْ بَحْرِ
الْكَامِلِ:
Kemudian
Imam Az-Zaidi shalat Isya kemudian mendapati kesulitan atasnya dalam membaca
surat Al-Fatihah maka ketika salam berkatalah Imam Al-Kisai dari bahar kamil:
اِحْفَظْ لِسَانَكَ أَنْ تَقُوْلَ فَتُبْتَلَى $ إِنَّ الْبَلَاءَ مُوَكَّلٌ بِالْمَنْطِقِ
Jagalah lisanmu saat
berucap sebab kamu akan terkena musibah $ Sesungguhnya musibah itu
bergantung pada ucapan
(وَهِيَ) أَيْ اَلْعَشَرَةُ خِصَالٍ (أَفْضَلُ مِنَ
الْمَالِ وَحِرْزٌ) أَيْ حِصْنٌ (مِنَ الْخَوْفِ وَعُدَّةٌ) بِضَمِّ
الْعَيْنِ أَيْ أُهْبَةٌ (فِى الْحَرْبِ) أَيْ
اَلْمُقَاتَلَةِ
(Yaitu) Maksudnya
sepuluh perkara (Itu lebih utama daripada harta, benteng) Maksudnya
benteng (Dari ketakutan, persiapan) Lafadz عدة dengan
mendhommahkan huruf ع maksudnya
perlengkapan (Untuk pertempuran) Maksudnya perang
Pada maqolah ke dua belas ini, Sayyidina Luqmanul Hakim
memberikan sepuluh nasihat kebijaksanaan kepada anaknya tercinta, yaitu
Tsarron. Namun, setelah saya menghitungnya dalam kitab yang saya miliki,
ternyata hanya ada sembilan nasihat. Saya menduga ini mungkin akibat kesalahan
cetak dalam kitab yang saya gunakan. Jika ada di antara pembaca yang memiliki
versi cetakan lain dengan sepuluh nasihat dalam maqolah ini, mohon kiranya
dapat berbagi informasi di kolom komentar agar tulisan ini dapat saya
sempurnakan.
(وَبِضَاعَةٌ
حِيْنَ يَرْبَحُ، وَهِيَ) أَيْ
تِلْكَ الْعَشَرَةُ (شَفِيْعَةٌ حِيْنَ يَعْتَرِيْهِ الْهَوْلُ) أَيْ
نَافِعَةٌ حِيْنَ تُصِيْبُهُ الْأُمُوْرُ الْمُفْزِعَةُ (وَهِيَ
دَلِيْلَةٌ حِيْنَ يَنْتَهِي بِهِ الْيَقِيْنُ) أَيْ اَلْمَوْتُ (إِلَى
النَّفْسِ ، وَهِيَ سُتْرَةٌ حِيْنَ لَا يَسْتُرُهُ ثَوْبٌ) وَذٰلِكَ فِى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
(Dan
modal ketika mengharapkan keuntungan. Dan itu) Maksudnya
sepuluh perkara itu (Menjadi pertolongan ketika menimpa kepadanya kengerian)
Maksudnya berguna ketika menimpa kepadanya perkara-perkara yang
menakutkan (Dan sepuluh perkara itu menjadi petunjuk ketika telah
sampai kepadanya kepastian) Maksudnya kematian (Sampai kepada
dirinya, dan sepuluh perkara itu akan menjadi penutup ketika sudah tidak dapat
menutup kepadanya baju) Dan itu pada hari kiamat
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [تُحْشَرُ النَّاسُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً عِطَاشًا سُكَارَى حَيَارَى مِنْ أَهْوَالِ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَعْلَمُ الرَّجُلُ بِالْمَرْأَةِ وَلَا تَعْلَمُ
الْمَرْأَةُ بِالرَّجُلِ].
Telah
bersabda Rasulullah ﷺ: [Akan
dikumpulkan manusia pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang,
haus, mabuk, bingung karena kengerian-kengerian hari kiamat. Tidaklah tau
seorang laki-laki kepada seorang perempuan dan tidak tahu seorang perempuan
kepada seorang laki-laki].
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 13
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: يَنْبَغِي لِلْعَاقِلِ إذَا تَابَ) أَيْ إذَا
أَرَادَ التَّوْبَةَ (أَنْ يَفْعَلَ عَشْرَ خِصَالٍ: إحْدَاهَا
اِسْتِغْفَارٌ بِاللِّسَانِ) كَأَنْ يَقُوْلَ: أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ ذَا
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ مِنْ جَمِيْعِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ
Maqolah
yang tiga belas (Telah berkata sebagian dari orang-orang yang
bijaksana: Seyogianya bagi orang yang berakal ketika dia bertaubat) Maksudnya
ketika dia ingin bertaubat (Hendaknya dia melakukan sepuluh perkara:
Salah satunya adalah beristigfar dengan lisan,) Seperti dia berkata:
Aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan dari
semua dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.
(وَنَدَمٌ بِالْقَلْبِ) عَلَى مَا مَضَى مِنَ الذُّنُوْبِ (وَإِقْلَاعٌ) مِنَ
الذُّنُوْبِ فِى الْحَالِ (بِالْبَدَنِ) كَالسَّعْيِ فِى أَدَاءِ
الْمَظَالِمِ
(Menyesal
dengan hati,) Atas apa saja yang telah lewat dari
dosa-dosa (Berhenti) Dari dosa-dosa seketika (Secara
fisik) Seperti berusaha mendatangi orang yang dzolim
(وَالْعَزْمُ عَلَى أَنْ لَا يَعُوْدَ) إلَى مَا نَهَى اللّٰهُ عَنْهُ (أَبَدًا) أَيْ
إلَى آخِرِ الْعُمُرِ (وَحُبُّ الْآخِرَةِ) بِالْإِقْبَالِ عَلَى
أُمُوْرِ الْآخِرَةِ (وَبُغْضُ الدُّنْيَا) أَيْ بِالْإِدْبَارِ
عَنْ أُمُوْرِ الدُّنَيَا
(Bertekad
untuk tidak mengulangi) Sesuatu yang telah Allah larang
darinya (Selamanya,) Sampai akhir hayat (Cinta pada
akhirat) dengan cara menghadapkan diri pada urusan-urusan
akhirat (Membenci keduniaan,) Maksudnya dengan cara berpaling
dari urusan-urusan dunia
(وَقِلَّةُ الْكَلَامِ) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ
كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ
وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ] .
(Sedikit
bicara,) Diriwayatkan dari Nabi ﷺ
sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang banyak bicaranya maka
banyak kesalahannya dan barang siapa yang banyak kesalahannya maka banyak
dosa-dosanya dan barang siapa yang banyak dosa-dosanya maka neraka itu lebih
pantas baginya].
(وَقِلَّةُ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ) رُوِيَ أَنْهَ ﷺ قَالَ: [أَوْلِيَاءُ اللّٰهِ
مِنْ خَلْقِهِ أَهْلُ الْجُوْعِ وَالْعَطَشِ فَمَنْ آذَاهُمْ اِنْتَقَمَ اللّٰهُ
مِنْهُ وَهَتَكَ سِتْرَهُ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ عَيْشَهُ مِنْ جَنَّتِهِ] رَوَاهُ
ابْنُ النَّجَّارِ (حَتَّى يَتَفَرَّغَ لِلْعِلْمِ وَالْعِبَادَةِ).
قَالَ الشَّاعِرُ:
(Sedikit
makan dan minum) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Para wali-wali Allah
dari umat manusia adalah orang-orang yang terbiasa lapar dan haus. Barang siapa
menyakiti wali-wali Allah maka Allah akan membalas kepadanya dan Allah akan
merusak tutup aibnya dan Allah akan haramkan atas orang tersebut hidup di
surganya Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Najar (Sehingga
dia dapat membaktikan diri untuk ilmu dan ibadah) Telah berkata
seorang penyair:
غَدًا تُوَفَّى النُّفُوْسُ
مَا كَسَبَتْ $ وَيَحْصُدُ الزَّارِعُوْنَ مَا زَرَعُوْا
Besok akan diberi
balasan semua orang apapun yang telah dia kerjakan $ Dan akan memanen orang-orang yang menanam pada apa saja yang
mereka tanam
إِنْ أَحْسَنُوْا أَحْسَنُوْا لِأَنْفُسِهِمْ $ وَإِنْ أَسَاءُوْا فَبِئْسَ
مَا صَنَعُوْا
Jika mereka berbuat
baik maka mereka berbuat baik utnuk diri mereka $ Dan jika mereka berbuat buruk maka seburuk-buruk apa yang mereka
kerjakan
فَاللّٰهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَذُوْ كَرَمٍ $ وَإِنْ جَهِلْنَا فَحِلْمُهُ
يَسَعُ
Maka Allah adalah dzat
yang memiliki kasih sayang dan pemurah $ Jika kita bodoh maka sifat sabarnya Allah memuat itu semua
يَا رَبِّيْ فَاكْتُبْنَا
الْيَوْمَ فِى مَلَاءٍ $ تَمَسَّكُوْا بِالْكِتَابِ فَانْتَفَعُوْا
Wahai
tuhanku catatlah kami semua hari ini bersama golongan orang-orang $ Yang berpegangan pada Al-Qur'an sehingga mereka mendapatkan
kemanfaatan
وَاغْنِنَا وَاعْفُ عَنْ
جَرِيْمَتِنَا $ وَامْنُنْ بِأَمْنٍ إِنَّنَا ضُرَّعٌ
Dan jadikanlah kami
kaya dan maafkan kejahatan kami $ Dan anugrahkanlah keamanan sesungguhnya kami adalah orang yang
merengek
(وَقِلَّةُ
النَّوْمِ) قَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ
الْخَفِيْفِ:
(Dan sedikit tidur) Telah
berkata seorang penyair dari bahar khofif:
يَا
كَثِيْرَ الرَّقَادِ وَالْغَفَلَاتِ $ كَثْرَةُ النَّوْمِ تُوْرِثُ الْحَسَرَاتِ
Wahai
orang yang banyak tidur dan lalai $ Banyak tidur itu akan mewariskan
penyesalan-penyesalan
إِنَّ فِى الْقَبْرِ إِنْ
نَزَلْتَ إِلَيـ $ ـهِ لَرَقَادًا يَطُوْلُ بَعْدَ الْمَمَاتِ
Sesungguhnya
di alam qubur jika kamu sudah tinggal di dalamnya $
Pasti
kamu tidur yang berkepanjangan setelah mati
أَأَمِنْتَ الثَّبَاتَ مِنْ
مَلِكِ الْمَوْ $ تِ أَنَادَى مُنَادٍ بِالْبَيِّنَاتِ
Apakah kamu merasa aman pada ketetapan dari malaikat
Izarail $ Ketika menyeru malaikat yang menjadi juru
penyeru dengan membawakan bukti-bukti yang jelas
(قَالَ
اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ﴾
[الذاريات: الْآية ١٧] أَيْ كَانَ الْمُتَّقُوْنَ الْمُحْسِنُوْنَ فِى الدُّنْيَا
بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ يَنَامُوْنَ فِى زَمَنٍ قَلِيْلٍ مِنَ اللَّيْلِ
﴿وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ﴾ [الذَّارِيَاتِ: الآية ١٨]).
(Telah
berfirman Allah Ta'ala: ﴾Adalah
hamba-hamba Allah sedikit sekali mereka tidur di waktu malam﴿
[Q.S Ad-Dzariyat: Ayat 17]. Maksudnya adalah orang-orang yang
bertakwa orang-orang yang senantiasa berbuat baik di dunia dengan ucapan dan
perbuatan mereka tidur di waktu yang sedikit pada waktu malam ﴾Dan
di waktu sahur mereka memohon ampunan﴿ [Q.S
Adz-Dzariyat: Ayat 18].)
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
أَنَسٌ) خَادِمُ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ (ابْنُ مَالِكٍ رَضِيَ
اللّٰهُ عَنْهُ: إنَّ الْأَرْضَ تُنَادِي كُلَّ يَوْمٍ) إيَّانَا (بِعَشْرِ
كَلِمَاتٍ وَتَقُولُ:) أَيْ الْأَرْضُ الَّتِي نَحْنُ عَلَيْهَا
Maqolah
yang keempat belas (Telah berkata Anas) Pembantu Rasulullah ﷺ (Putranya Malik Radhiallahu Anhu:
Sesungguhnya bumi menyeru setiap hari) Kepada kita (Dengan
sepuluh kalimat, bumi berkata:) Maksudnya bumi yang kita berada di
atasnya
(يَا ابْنَ آدَمَ تَسْعَى) أَيْ تَجْرِي إلَى كُلِّ جِهَةٍ حَالَ كَوْنِكَ (عَلَى
ظَهْرِيْ وَمَصِيْرُكَ فِى بَطِْنِيْ) أَيْ مَرْجِعُكَ فِى بَطْنِيْ
(Wahai
Anak Adam kamu berjalan) Maksudnya kamu berjalan ke setiap arah
ketika itu kamu berada (Di atas punggungku dan akhir takdirmu adalah di
dalam perutku,) Maksudnya tempat kembalimu kedalam perutku
(وَتَعْصِي) خَالِقَكَ (عَلَى
ظَهْرِيْ وَتُعَذَّبُ) غَدًا إذَا كُنْتَ (فِي بَطْنِي،
وَتَضْحَكُ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَبْكِي فِى بَطْنِيْ)
(Kamu
bermaksiat) Kepada penciptamu (Di atas
punggungku dan kamu akan diadzab) Besok ketika kamu berada (Di
dalam perutku, kamu tertawa di atas punggungku dan kamu akan menangis di dalam
perutku,)
قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: إذَا ضَحِكَ
الْعَالِمُ ضَحْكَةً مَجَّ مِنَ الْعِلْمِ مَجَّةً.
Telah
berkata Ali Karromallahu Wajhah: Jika tertawa seorang alim satu kali tertawa
maka dia telah melepehkan sebagian ilmu satu kali lepehan
(وَتَفْرَحُ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَحْزَنُ فِى بَطْنِيْ) وَالْفَرَحُ يُسْتَعْمَلُ فِي مَعَانٍ أَحَدُهَا
الْبَطَرُ، وَعَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى:﴿إنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ
الْفَرِحِيْنَ﴾ [الْقَصَصِ: الآية ٧٦] .
(Kamu
senang di atas punggungku dan kamu akan bersedih di dalam perutku,) Lafadz اَلْفَرَحُ digunakan
untuk beberapa makna salah satunya adalah bermakna kesombongan, hal ini
berdasarkan firman Allah: ﴾Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbangga diri﴿
[Q.S Al-Qosos: Ayat 76].
وَالثَّانِي الرِّضَا وَعَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿كُلُّ
حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ﴾ [المؤمنون: الآية ٥٣]
Dan
yang kedua adalah bermakna ridho, hal ini berdasarkan firman Allah
Ta'ala: ﴾Setiap golongan ridho
dengan apa yang ada pada mereka﴿ [Q.S
Al-Mu'minun: Ayat 53].
وَالثَّالِثُ: السُّرُوْرُ وَعَلَيْهِ قَوْلُهُ
تَعَالَى: ﴿فَرِحِيْنَ بِمَآ ءَاتَـٰهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهِ﴾ [آل
عمران: الآية ١٧٠].
Dan
yang ketiga adalah bermakna gembira, hal ini berdasarkan firman Allah
Ta'ala: ﴾Mereka bergembira dengan
apa apa yang telah Allah anugrahkan kepada mereka dari anugrah-Nya﴿ [Q.S Ali Imran: Ayat 170].
وَالرَّابِعُ: لَذَّةُ الْقَلْبِ بِنَيْلِ مَا يَشْتَهِى،
يُقَالُ: فَرِحَ بِشَجَاعَتِهِ وَنِعْمَةِ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَبِمُصِيْبَةِ
عَدُوِّهِ.
Dan
yang keempat adalah bermakna kenikmatan hati dengan memperoleh apa yang dia
inginkan, dikatakan: Orang bergembira karena keberaniannya dan orang bergembira
karena nikmat Allah kepadanya dan orang bergembira karena musibah yang menimpa
musuhnya.
(وَتَجْمَعُ الْمَالَ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَنْدَمُ) عَلَى ذٰلِكَ (فِي بَطْنِي) وَلَمْ
تُنْفِقْهُ فِى طَاعَةِ اللّٰهِ تَعَالَى
(Kamu
mengumpulkan harta di atas punggungku dan kamu akan menyesal) Karena
mengumpulkan harta (Di dalam perutku,) dan kamu tidak
menginfakkan harta tersebut dalam keta'atan kepada Allah
(وَتَأْكُلُ الْحَرَامَ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَأْكُلُكَ
الدِّيدَانُ فِى بَطْنِيْ ، وَتَخْتَالُ) أَيْ تَتَكَبَّرُ وَتُعْجِبُ بِنَفْسِكَ
مَرَحًا (عَلَى ظَهْرِيْ وَتَذِلُّ) أَيْ تَصِيْرُ
ذَلِيْلًا (فِى بَطْنِيْ)
(Kamu
memakan makanan haram di atas punggungku dan akan memakan dirimu ulat-ulat
tanah di dalam perutku, kamu bersombong-sombong) Maksudnya
bersombong-sombong dan mengagung-agungkan dirimu sendiri dengan angkuh (Di
atas punggungku dan kamu akan menjadi hina) Maksudnya menjadi
rendah (Di dalam perutku,)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ
الْإِزَارِ فَإِنَّ إسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ الْمَخِيْلَةِ وَلَا يُحِبُّهَا
اللّٰهُ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِأَمْرٍ هُوَ فِيْكَ فَلَا
تُعَيِّرْهُ بِأَمْرٍ هُوَ فِيْهِ وَدَعْهُ يَكُوْنُ وَبَالُهُ عَلَيْهِ
وَأَجْرُهُ لَكَ وَلَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا] رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ.
Diriwayatkan
sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Hindarilah
olehmu memanjangkan kain di bawah mata kaki karena sesungguhnya memanjangkan
kain di bawah mata kaki adalah bagian dari kesombongan, Dan Allah tidak
menyukai kesombongan. Jika seseorang mencacimu dan mencelamu dengan sesuatu
yang sesuatu itu ada pada dirimu maka janganlah kamu mencelanya dengan sesuatu
yang sesuatu itu ada padanya. Biarkan hal itu, akan ada akibatnya atas orang
tersebut dan pahalanya menjadi milikmu dan janganlah sekali-kali kamu
memaki-maki kepada siapapun] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam
Ibnu Hibban
(وَتَمْشِي) مَسْرُوْرًا (عَلَى
ظَهْرِيْ وَتَقَعُ) أَيْ تَنْزِلُ (حَزِيْنًا فِى بَطْنِيْ،
وَتَمْشِي فِي نُورِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَالسِّرَاجِ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَقَعُ) أَيْ
تَصِيرُ (فِى الظُّلُمَاتِ فِى بَطْنِيْ،
(Kamu
berjalan) Dengan gembira (Di atas punggungku dan
engkau akan jatuh) Maksudnya turun (Dengan rasa sedih di dalam
perutku, Kamu berjalan dengan penerangan cahaya matahari, rembulan dan lampu di
atas punggungku dan kamu akan jatuh) Maksudnya kamu akan menjadi (Dalam
kegelapan di dalam perutku,)
وَتَمْشِي إِلَى الْمَجَامِعِ) أَيْ إلَى مَوَاضِعِ اجْتِمَاعِ النَّاسِ (عَلَى
ظَهْرِيْ وَتَقَعُ) أَيْ تَصِيْرُ (وَحِيْدًا) أَيْ
مُنْفَرِدًا (فِي بَطْنِيْ).
Dan
kamu berjalan di depan orang banyak) Maksudnya menuju tempat-tempat
berkumpulnya manusia (Di atas punggungku dan kamu akan jatuh) Maksudnya
menjadi (Sendirian) Maksudnya sendirian (Di dalam
perutku).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 15
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَنْ كَثُرَ ضَحِكُهُ عُوْقِبَ بِعَشْرِ عُقُوْبَاتٍ
أَوَّلُهَا: يَمُوْتُ قَلْبُهُ) كَمَا قِيْلَ ضَحْكَةُ الْمُؤْمِنِ
غَفْلَةٌ مِنْ قَلْبِهِ
Maqolah
yang kelima belas (Telah bersabda Rasulullah ﷺ:
[Barang siapa yang banyak tertawanya maka dia akan dihukum dengan sepuluh macam
hukuman, yang pertama dari sepuluh macam hukuman itu: Adalah mati hatinya,) Sebagaimana
telah dikatakan tertawanya seorang mukmin merupakan kelalaian dari
hatinya
(وَيَذْهَبُ الْمَاءُ مِنْ وَجْهِهِ) رَوَى أَبُو إِدْرِيْسَ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ أَبِي
ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [إيَّاكَ وَكَثْرَةَ
الضَّحِكِ فَإِنَّهُ يُمِيْتُ الْقَلْبَ وَيَذْهَبُ بِنُوْرِ الْوَجْهِ].
(Hilang
keceriaan dari wajahnya,) Telah meriwayatkan Abu Idris
Al-Khoulani dari Abu Dzar Al-Ghifari berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Hindarilah olehmu banyak tertawa
karena sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati dan menghilangkan
cahaya wajah]
(وَيَشْمُتُ) أَيْ
يَفْرَحُ (بِهِ الشَّيْطَانُ وَيَغْضَبُ عَلَيْهِ الرَّحْمٰنُ وَيُنَاقَشُ
بِهِ) أَيْ بِسَبَبِ كَثْرَةِ الضَّحِكِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ) قَالَتْ
عَائِشَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ عُذِبَ
(Akan
senang) Maksudnya bergembira (Sebab hal tersebut
setan, Allah yang maha pengasih akan marah sebab hal tersebut, dia akan dihisab
berat sebab hal tersebut,) Maksudnya dengan sebab banyak tertawa (Pada
hari kiamat) Telah berkata Siti Aisyah Radhiallahu Anha: Barang siapa
yang dihisab berat pasti dia akan diadzab
(وَيُعْرِضُ عَنْهُ النَّبِيُّ ﷺ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَتَلْعَنُهُ الْمَلَائِكَةُ وَيُبْغِضُهُ أَهْلُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنِ
وَيَنْسَى كُلَّ شَيْءٍ وَيَفْتَضِحُ) أَيْ تَنْكَشِفُ عُيُوْبُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
(Akan
berpaling dari orang tersebut Nabi ﷺ
pada hari kiamat, akan melaknat kepada orang tersebut para malaikat, akan
membenci kepada orang tersebut para penduduk langit dan para penduduk bumi, dia
akan lupa pada segala sesuatu dan dia menjadi hina) Maksudnya
akan terbuka aib-aibnya pada hari kiamat.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 16
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: بَيْنَمَا أَطُوْفُ يَوْمًا
فِى أَزِقَّةِ الْبَصْرَةِ) أَيْ أَدُوْرُ بِهَا
Maqolah
yang keenam belas (Telah berkata Hasan al-Basri rahimahullah Ta'ala:
Ketika aku sedang berkeliling di gang-gang Basrah) Maksudnya berkeliling
di dalamnya
(وَفِى أَسْوَاقِهَا مَعَ شَابٍّ عَابٍدٍ فَإِذَا أَنَا
بِطَبِيْبٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى الْكُرْسِيِّ وَبَيْنَ يَدَيْهِ رِجَالٌ
وَنِسَاءٌ وَصِبْيَانٌ بِأَيْدِيهِمْ قَوَارِيْرُ فِيْهَا مَاءٌ وَكُلُّ وَاحِدٍ
مِنْهُمْ يَسْتَوْصِفُ دَوَاءً) أَيْ
يَطْلُبُ مِنْ ذٰلِكَ الطَّبِيْبِ أَنْ يَذْكُرَ صِفَاتِ دَوَاءٍ (لِدَائِهِ) أَيْ
كُلِّ وَاحِدٍ
(Dan
di pasar-pasarnya dengan seorang pemuda yang rajin ibadah, tiba-tiba aku
melihat seorang dokter dia sedang duduk di atas kursi dan di depannya ada pria,
wanita, dan anak-anak, di tangan mereka ada botol yang berisi air dan setiap
orang meminta resep obat) Maksudnya meminta kepada dokter
tersebut untuk menyebutkan sifat-sifat obat (untuk penyakitnya) Maksudnya
masing-masing orang.
(فَقَالَ) أَيْ
اَلْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ (فَتَقَدَّمَ الشَّابُّ) أَيْ
الْعَابِدُ (إلَى الطَّبِيْبِ فَقَالَ) أَيْ ذٰلِكَ
الشَّابُّ (أَيُّهَا الطَّبِيْبُ هَلْ عِنْدَكَ دَوَاءٌ يَغْسِلُ
الذُّنُوْبَ وَيَشْفِي مَرَضَ الْقُلُوْبِ ، فَقَالَ) أَيْ
اَلطَّبِيْبُ (نَعَمْ) أَيْ ذٰلِكَ عِنْدِي
(Kemudian
berkata) Maksudnya Hasan al-Basri (Kemudian pemuda
tersebut maju) Maksudnya pemuda yang rajin beribadah (kepada
dokter dan berkata) Maksudnya pemuda tersebut (Wahai dokter,
apakah Anda memiliki obat yang dapat membersihkan dosa dan menyembuhkan
penyakit hati? Maka dia berkata) Maksudnya dokter (Ya) Maksudnya
itu ada padaku
(فَقَالَ) أَيْ
الشَّابُّ (هَاتِ) أَيْ أَحْضِرْ ذٰلِكَ الدَّوَاءَ لِى (فَقَالَ) أَيْ
الطَّبِيْبُ (خُذْ مِنِّيْ عَشَرَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ
الْعَقَاقِيْرِ، قَالَ: (خُذْ عُرُوْقَ شَجَرَةِ الْفَقْرِ مَعَ عُرُوْقِ
شَجَرَةِ التَّوَاضُعِ) شَبَّهَ الْفَقْرَ وَالتَّوَاضُعَ بِالشَّجَرَةِ
فِى كَوْنِ كُلٍّ مُرْتَفِعًا وَالْعُرُوْقَ سَبَبٌ لِحَيَاةِ تِلْكَ
الشَّجَرَةِ.
(Kemudian
dia berkata) Maksudnya pemuda (Berikanlah
kepadaku) Maksudnya berikanlah obat itu kepadaku (Lalu dia
berkata) Maksudnya doketer (Ambillah dariku sepuluh jenis
obat) dari berbagai ramuan, dia berkata: (Ambillah akar pohon
kemiskinan bersama dengan akar pohon kerendahan hati) Dia menyamakan
kemiskinan dan kerendahan hati dengan pohon karena keduanya tinggi dan akar
adalah penyebab kehidupan pohon tersebut.
وَالْمَعْنَى خُذِ الْعُرُوْقَ الَّتِي هِيَ مِنْ أَسْبَابِ
وُجُوْدِ حَقِيْقَةِ الْفَقْرِ وَالتَّوَاضُعِ الْمُشَبَّهَيْنِ بِالشَّجَرَةِ
الْعَالِيَةِ لِارْتِفَاعِهِمَا عِنْدَ اللّٰهِ تَعَالَى.
Maknanya,
ambillah akar yang akar itu merupakan sebab adanya hakikat kemiskinan dan
kerendahan hati yang disamakan keduanya dengan pohon yang tinggi karena
keduanya mulia di sisi Allah Ta'ala.
قَالَ ابْنُ عَطَاءٍ: التَّوَاضُعُ قَبُوْلُ الْحَقِّ
مِمَّنْ كَانَ. وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مِنَ التَّوَاضُعِ أَنْ يَشْرَبَ
الرَّجُلُ مِنْ سُؤْرِ أَخِيْهِ.
Telah
berkata Ibnu 'Atho: Kerendahan hati adalah menerima kebenaran dari siapapun.
Dan telah berkata Ibnu Abbas: Sebagian dari kerendahan hati adalah bahwa
seseorang meminum dari sisa minuman saudaranya.
وَقَالَ الْقُشَيْرِيُّ: وَالْفَقْرُ شِعَارُ
الْأَوْلِيَاءِ وَحُلْيَةُ الْأَصْفِيَاءِ وَاخْتِيَارُ اللّٰهِ تَعَالَى
لِخَوَاصِّهِ مِنَ الْأَتْقِيَاءِ وَالْأَنْبِيَاءِ.
Dan
Telah berkata al-Qusyairi: Kemiskinan adalah lambang para wali dan perhiasan
orang-orang pilihan, serta pilihan Allah Ta'ala untuk orang-orang yang istimewa
bagi Allah dari golongan orang-orang yang bertakwa dan golongan para nabi.
(وَاجْعَلْ فِيْهَا) أَيْ فِى تِلْكَ الْعُرُوْقِ (إِهْلِيْلَجَ
التَّوْبَةِ) هٰذَا مِنْ إِضَافَةِ الْمُشَبَّهِ بِهِ لِلْمُشَبَّهِ ،
أَيْ اِجْعَلِ التَّوْبَةَ الْمُشَبَّهَةَ بِالْإِهْلِيْلَجِ فِى أَنَّ كُلًّا
يُذْهِبُ الْوَسَخَ فَالْإِهْلِيْلَجُ يُذْهِبُ وَسَخَ الْبَطْنِ وَالتَّوْبَةُ تُذْهِبُ
الذُّنُوْبَ.
(Dan
jadikanlah olehmu padanya) Maksudnya pada akar-akar tersebut (Bratawali
tobat) Lafadz Ini adalah memudhofkan musyabbah bih pada musyabbah,
Maksudnya jadikanlah olehmu tobat yang disamakan dengan Bratawali dalam hal
bahwa masing masing dari Bratawali dan tobat itu dapat menghilangkan kotoran,
Bratawali itu dapat menghilangkan kotoran perut, dan tobat itu dapat
menghilangkan dosa.
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ
كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ]. وَإِذَا أَحَبَّ اللّٰهُ عَبْدًا لَمْ يَضُرَّهُ
ذَنْبٌ (وَاطْرَحْهُ) أَيْ الْإِهْلِيْلَِجَ مَعَ تِلْكَ
الْعُرُوْقِ (فِى هَاوُنِ الرِّضَا) أَيْ فِى الرِّضَا
الشَّبِيْهِ بِالْمِهْرَاسِ فِى أَنَّ كُلًّا يُدَقُّ فِيْهِ.
Telah
bersabda Nabi ﷺ: [Orang yang
bertobat dari dosa itu seperti orang yang tidak memiliki dosa]. Dan jika
Allah mencintai seorang hamba, tidak akan membahayakannya suatu dosa (Dan
jadikanlah itu) Maksudnya Batrawali itu bersama akar-akar
tersebut (Di dalam lumpang keridhaan) Maksudnya dalam
keridhaan yang disamakan dengan lumpang karena sesungguhnya masing-masing dari
keduanya itu ditumbuk di dalamnya.
قَالَ النَّوَوِيُّ: اَلرِّضَا سُرُوْرُ الْقَلْبِ بِمُرِّ
الْقَضَاءِ. وَقَالَ الْمُحَاسِبِيُّ: الرِّضَا سُكُوْنُ الْقَلْبِ تَحْتَ
مَجَارِي الْأَحْكَامِ . وَقَالَ رُوَيْمٌ: اَلرِّضَا اِسْتِقْبَالُ الْأَحْكَامِ
بِالْفَرَحِ
Telah
berkata imam An-Nawawi: Keridhaan adalah kegembiraan hati dengan pahitnya
takdir. Dan telah berkata al-Muhasibi: Keridhaan adalah ketenangan hati di
bawah berjalannya hukum-hukum. Telah berkata ar-Ruwaim: Keridhaan adalah
menerima hukum-hukum dengan sukacita
(وَاسْحَقْهُ) أَيْ ذٰلِكَ الْمَجْمُوْعَ مِنَ الْفَقْرِ
وَالتَّوَاضُعِ وَالتَّوْبَةِ وَالرِّضَا (بِمِنْجَارِ الْقَنَاعَةِ) أَيْ
بِالْقَنَاعَةِ الشَّبِيْهَةِ بِالْمِدَقَّةِ.
(Dan
lumatkanlah itu) Maksudnya gabungan dari kemiskinan,
kerendahan hati, tobat, dan keridhaan (Dengan alu qonaah) Maksudnya
dengan qonaah yang disamakan dengan alu.
قَالَ بَعْضُهُمْ: اَلْقَنَاعَةُ تَرْكُ التَّشَوُّفِ إِلَى
الْمَفْقُوْدِ وَالْاِسْتِغْنَاءُ بِالْمَوْجُوْدِ. وَقَالَ أَبُو سُلَيْمَانَ
الدَّارَانِيُّ: اَلْقَنَاعَةُ مِنَ الرِّضَا بِمَنْزِلَةِ الْوَرَعِ مِنَ
الزُّهْدِ فَالْقَنَاعَةُ أَوَّلُ الرِّضَا وَالْوَرَعُ أَوَّلُ الزُّهْدِ.
Telah
berkata sebagian dari ulama: Qona'ah adalah meninggalkan keinginan terhadap
yang tidak ada dan merasa cukup dengan yang ada. Dan telah berkata Abu Sulaiman
ad-Darani: Qonaah dari keridhaan seperti kedudukan wara’ dari kezuhudan, maka
qona'ah adalah awal keridhaan dan wara’ adalah awal kezuhudan.
(وَاجْعَلْهُ) أَيْ الْمَذْكُوْرَ مِنَ الْقَنَاعَةِ وَمَا
قَبْلَهَا (فِى قِدْرِ التُّقَى) قَالَ أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ
الرَّوْزَبَادِيُّ: التَّقْوَى مُجَانَبَةُ مَا يُبْعِدُكَ عَنِ اللّٰهِ،
(Dan
jadikanlah itu) Maksudnya hal yang telah disebutkan
dari qonaah dan apa yang sebelumnya (ke dalam kuali taqwa) Telah
berkata Abu Abdillah ar-Rauzabadi: Taqwa adalah menjauhi apa yang menjauhkanmu
dari Allah.
وَقَالَ ابْنُ عَطَاءٍ: لِلتَّقْوَى ظَاهِرٌ وَبَاطِنٌ
فَظَاهِرُهُ مُحَافَظَةُ الْحُدُوْدِ وَبَاطِنُهُ النِّيَّةُ وَالْإِخْلَاصُ
Telah
berkata Ibnu Atha: Taqwa itu ada yang lahir dan batin, yang lahir dari takwa
adalah menjaga batasan-batasan hukum, dan yang batin dari takwa adalah niat dan
keikhlasan.
(وَصُبَّ عَلَيْهِ) أَيْ اَلْمَجْمُوْعُ مِنَ التُّقَى وَمَا
قَبْلَهَا (مَاءُ الْحَيَاءِ) وَقَالَ الْجُنَيْدُ: اَلْحَيَاءُ
حَالَةٌ تَنْشَأُ مِنْ رُؤْيَةِ النِّعَمِ وَرُؤْيَةِ التَّقْصِيرِ. وَقَالَ ذُو
النُّوْنِ الْمِصْرِيُّ: الْحَيَاءُ وُجُوْدُ الْهَيْبَةِ فِى الْقَلْبِ مَعَ
وَحْشَةِ مَا سَبَقَ مِنْكَ إلَى رَبِّكَ،
(Dan
tuangkanlah di atasnya) Maksudnya gabungan dari taqwa dan apa
yang sebelumnya (Air malu) Telah berkata al-Junaid: Malu
adalah keadaan yang muncul dari melihat nikmat dan melihat kekurangan. Telah
berkata Dzu an-Nun al-Mishri: Malu adalah adanya rasa takut dalam hati bersama
kesepian dari apa yang telah berlalu darimu kepada Tuhanmu.
(وَاغْلِهِ) أَيْ
اَغْلِ مَا فِى الْقِدْرِ مِنَ الْمَاءِ وَمَا مَعَهُ (بِنَارِ
الْمَحَبَّةِ) قَالَ أَبُو يَزِيْدِ الْبُسْطَامِيُّ: الْمَحَبَّةُ
اسْتِقْلَالُ الْكَثِيْرِ مِنْ نَفْسِكَ وَاسْتِكْثَارُ الْقَلِيْلِ مِنْ
حَبِيْبِكَ، وَقَالَ أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ الْقُرَشِيُّ: حَقِيْقَةُ الْمَحَبَّةِ
أَنْ تَهَبَ كُلَّكَ لِمَنْ أَحْبَبْتَ فَلَا يَبْقَى لَكَ مِنْكَ شَيْءٌ
(Dan
didihkanlah itu) Maksudnya didihkanlah apa yang ada di
dalam kuali dari air dan apa yang bersamanya (Dengan api cinta) Telah
berkata Abu Yazid al-Bustomi: Cinta adalah menganggap sedikit sesuatu yang
banyak dari dirimu dan menganggap banyak sesuatu yang sedikit dari kekasihmu.
Telah berkata Abu Abdillah al-Qurasyi: Hakikat cinta adalah engkau memberikan
seluruh dirimu kepada yang kau cintai sehingga tidak tersisa untukmu dari
dirimu suatu apapun.
(وَاجْعَلْهُ) أَيْ الْمَحَبَّةُ وَمَا يُغْلَى بِهَا (فِى
قَدْحِ الشُّكْرِ) وَهُوَ الْاِعْتِرَافُ بِنِعْمَةِ الْمُنْعِمِ عَلَى
وَجْهِ الْخُضُوْعِ
(Dan
jadikanlah itu) Maksudnya cinta dan apa yang dididihkan
dengannya (Ke dalam cawan syukur) Syukur adalah pengakuan
tulus atas nikmat dari sang pemberi nikmat dengan kerendahan hati.
(وَرُوِّحْهُ) أَيْ مَا فِى الْقَدْحِ (بِمِرْوَحَةِ الرَّجَاءِ) قَالَ
أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ بْنُ خَفِيْفٍ: اَلرَّجَاءُ هُوَ اسْتِبْشَارٌ بِوُجُوْدِ
فَضْلِهِ تَعَالَى ، وَقِيْلَ هُوَ النَّظَرُ إلَى سَعَةِ رَحْمَةِ اللّٰهِ
تَعَالَى
(Dan
segarkanlah itu) Maksudnya apa yang ada di dalam
cawan (Dengan kipas roja) Telah berkata Abu Abdillah Ibnu
Khafif: Roja adalah menyambut gembira dengan adanya karunia Allah Ta'ala. Dan
dikatakan roja adalah memandang pada keluasan rahmat Allah Ta'ala.
(وَاشْرَبْهُ) أَيْ مَا فِي الْإِنَاءِ (بِمِلْعَقَةِ
الْحَمْدِ) أَيْ اَلثَّنَاءِ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى مَعَ التَّعْظِيْمِ
لَهُ وَالْمِلْعَقَةُ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَسُكُوْنِ اللَّامِ وَفَتْحِ الْعَيْنِ،
وَيُقَالُ: مِعْلَقَةٌ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَسُكُوْنِ الْعَيْنِ وَفَتْحِ اللَّامِ
(Dan
minumlah itu) Maksudnya apa yang ada di dalam wadah (Dengan
sendok pujian) yaitu memuji Allah Ta'ala dengan pengagungan
kepada-Nya. Lafadz مِلْعَقَةٌ dengan
harokat kasrah pada huruf mim, sukun pada huruf lam, dan fathah pada huruf ain.
Juga dikatakan: مِعْلَقَةٌ dengan
harokat kasrah pada huruf mim, sukun pada huruf ain, dan fathah pada huruf lam.
(فَإِنَّكَ إنْ فَعَلْتَ ذٰلِكَ) أَيْ الْمَذْكُوْرَ كُلَّهُ مِنَ الْعَشَرَةِ (فَإِنَّهُ
يَنْفَعُكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَبَلَاءٍ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ).
(Maka
sesungguhnya jika kamu melakukan itu) Maksudnya semua yang telah disebutkan
dari sepuluh (Maka itu akan bermanfaat bagimu dari segala penyakit dan
musibah di dunia dan akhirat).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 17
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيْلَ:
جَمَعَ بَعْضُ الْمُلُوْكِ خَمْسَةً مِنَ الْحُكَمَاءِ فَأَمَرَهُمْ أَنْ
يَتَكَلَّمَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ بِحِكْمَتَيْنِ فَتَكَلَّمَ كُلُّ وَاحِدٍ
مِنْهُمْ بِحِكْمَتَيْنِ فَصَارَتْ) أَيْ جُمْلَةُ الْحِكَمِ مِنَ
الْخَمْسَةِ أَشْخَاصٍ (عَشَرَةً،
Maqolah
yang ketujuh belas (Dikatakan: Sebagian dari para raja mengumpulkan
lima orang dari kalangan para hukama, lalu raja tersebut memerintahkan mereka
agar berbicara masing-masing dari mereka dengan dua hikmah, maka setiap orang
dari mereka berbicara dua hikmah sehingga jadilah jumlahnya) Maksudnya
jumlah kebijaksanaan dari lima orang tersebut (menjadi sepuluh,
فَقَالَ الْأَوَّلُ) مِنْهُمْ (خَوْفُ الْخَالِقِ) جَلَّ
وَعَلَا (أَمْنٌ) أَيْ سَلَامَةٌ مِنَ الْمَخَاوِفِ (وَأَمْنُهُ) أَيْ
عَدَمُ الْخَوْفِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (كُفْرٌ، وَأَمْنُ الْمَخْلُوْقِ
عِتْقٌ) أَيْ عَدَمُ الْخَوْفِ مِنَ الْمَخْلُوْقِ خُرُوْجٌ عَنْ
خِدْمَتِهِ (وَخَوْفُهُ) أَيْ الْمَخْلُوْقِ (رِقٌّ) أَيْ
عَبْدٌ لَهُ.
Maka
berkata yang pertama) dari mereka (Takut kepada Sang
Pencipta) Yang Maha Agung dan maha luhur (adalah keamanan) Maksudnya
adalah keselamatan dari segala ketakutan (dan merasa aman dari-Nya) Maksudnya
tidak takut kepada Allah Ta'ala (adalah kekufuran. Merasa aman dari
makhluk adalah kemerdekaan) Maksudnya tidak adanya rasa takut kepada
makhluk merupakan kebebasan dari melayaninya (dan takut kepadanya) Maksudnya
kepada makhluk (adalah perbudakan) yaitu menjadi hamba
baginya.
(وَقَالَ الثَّانِي: اَلرَّجَاءُ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى
غِنًى لَا يَضُرُّهُ فَقْرٌ وَالْيَأْسُ عَنْهُ) أَيْ قَطْعُ الرَّجَاءِ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (فَقْرٌ
لَا يَنْفَعُ مَعَهُ غِنًى)
(Dan
berkata yang kedua: Harapan kepada Allah Ta'ala adalah kekayaan yang tidak akan
membahayakannya kemiskinan, dan putus asa darinya) Maksudnya
memutuskan harapan dari Allah Ta'ala (adalah kemiskinan yang tidak akan
berguna bersamanya kekayaan)
قَالَ ذُو النُّوْنِ الْمِصْرِيُّ: مَنْ قَنِعَ اِسْتَرَاحَ
مِنْ أَهْلِ زَمَانِهِ وَاسْتَطَالَ عَلَى أَقْرَانِهِ، وَقِيْلَ: مَنْ تَبِعَتْ
عَيْنَاهُ مَا فِى أَيْدِي النَّاسِ طَالَ حُزْنُهُ.
Telah
berkata Dzun-Nun al-Mishri: Barangsiapa yang mempunyai sifat qona'ah, ia akan
beristirahat dari orang-orang di zamannya dan akan lebih unggul di atas
teman-temannya, dan dikatakan: Barangsiapa yang kedua matanya mengikuti
pada apa yang ada di tangan orang lain maka akan menjadi berkepanjangan
kesedihannya.
وَأَنْشَدَ بَعْضُهُمْ مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ فَقَالَ:
Dan
sebagian dari ulama menyenandungkan syair dari Bahr Wafir:
وَأَحْسِنْ بِالْفَتَى مِنْ
يَوْمِ عَارٍ $ يَنَالُ بِهِ الْغِنَى كَىرْمٌ وَجُوْعٌ
Duhai
alangkah baiknya seorang pemuda ketika hari mendapatkan aib $ Dia dapat memperoleh dengannya kekayaan, kemulyaan dan
lapar
(وَقَالَ
الثَّالِثُ: لَا يَضُرُّ مَعَ غِنَى الْقَلْبِ) وَهُوَ الْقَنَاعَةُ (فَقْرُ الْكِيْسِ) أَيْ
عَدَمُ الْمَالِ فِى يَدِهِ (وَلَا يَنْفَعُ مَعَ فَقْرِ الْقَلْبِ) وَهُوَ
الطَّمَعُ (غِنَى الْكِيْسِ) أَيْ كَثْرَةُ الْمَالِ فِى
قَبْضَتِهِ.
(Dan
berkata yang ketiga: Tidak akan membahayakan bersama kekayaan hati) yaitu
qonaah (kemiskinan kantong) Maksudnya ketiadaan uang di
tangannya (dan tidak akan bermanfaat bersama kemiskinan hati) yaitu
ketamakan (kekayaan kantong) Maksudnya banyaknya harta dalam
genggamannya.
قَالَ وَهْبٌ: إِنَّ الْعِزَّ وَالْغِنَى خَرَجَا
يَجُوْلَانِ يَطْلُبَانِ رَفِيْقًا فَلَقِيَا الْقَنَاعَةَ فَاسْتَقَرَّا، وَفِى
الزَّبُوْرِ: اَلْقَانِعُ غَنِيٌّ وَإِنْ كَانَ جَائِعًا.
Telah
berkata Wahb: Sesungguhnya kemuliaan dan kekayaan keduanya keluar mencari
teman, lalu mereka bertemu dengan qona''ah kemudian menjadi tenanglah keduanya,
dan di dalam kitab Zabur disebutkan: Orang yang qona'ah itu kaya walaupun dia
lapar.
(وَقَالَ الرَّابِعُ: لَا يَزْدَادُ غِنَى الْقَلْبِ مَعَ
الْجُوْدِ إِلَّا غِنًى) وَحَقِيقَةُ
الْجُوْدِ أَنْ لَا يَصْعُبَ عَلَيْهِ الْبَذْلُ
(Dan
berkata yang keempat: Tidaklah bertambah kekayaan hati bersama kedermawanan
kecuali semakin bertambah kaya) dan hakikat kedermawanan adalah tidak
merasa sulit atas seseorang dalam memberi
(وَلَا يَزْدَادُ فَقْرُ الْقَلْبِ مَعَ غِنَى الْكِيْسِ
إِلَّا فَقْرًا) قَالَ الدَّقَّاقُ:
مَنْ لَمْ يَصْحَبْهُ التُّقَى فِى فَقْرِهِ أَكَلَ الْحَرَامَ الْمَحْضَ
(Dan
tidaklah bertambah kemiskinan hati bersama kekayaan kantong kecuali semakin
bertambah miskin) Telah berkata ad-Daqqaq: Barangsiapa
yang tidak menyertai ketaqwaan dalam kemiskinannya, maka ia akan memakan
perkara haram yang murni.
(وَقَالَ الْخَامِسُ: أَخْذُ الْقَلِيْلِ مِنَ الْخَيْرِ
خَيْرٌ مِنْ تَرْكِ الْكَثِيْرِ مِنَ الشَّرِّ وَتَرْكُ الْجَمِيْعِ مِنَ الشَّرِّ
خَيْرٌ مِنْ أَخْذِ الْقَلِيْلِ مِنَ الْخَيْرِ)
(Dan
berkata yang kelima: Mengambil yang sedikit dari kebaikan itu lebih baik
daripada meninggalkan yang banyak dari keburukan, dan meninggalkan semua dari
keburukan itu lebih baik daripada mengambil sedikit dari kebaikan)
هٰذَا قَرِيْبٌ مِنْ قَوْلِ بَعْضِ الْأَطِبَّاءِ: اَلرُّمَّانُ
خَيْرٌ كُلُّهُ وَالْحُوْتُ شَرٌّ كُلُّهُ فَأَكْلُ الْقَلِيْلِ مِنَ الْحُوْتِ
خَيْرٌ مِنْ أَكْلِ الْكَثِيْرِ مِنَ الرُّمَّانِ.
Ini
mirip dengan perkataan sebagian tabib: Buah delima itu semuanya baik, dan ikan
paus itu semuanya buruk, maka memakan sedikit dari ikan paus itu lebih baik
daripada memakan banyak dari buah delima.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 18
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: [عَشَرَةُ
أَصْنَافٍ) أَيْ أَنْوَاعٍ (مِنْ أُمَّتِيْ لَا يَدْخُلُوْنَ
الْجَنَّةَ إلَّا مَنْ تَابَ، أَوَّلُهُمُ الْقَلَّاعُ) بِفَتْحِ
الْقَافِ وَتَشْدِيْدِ اللَّامِ
Maqolah
yang kedelapan belas (Telah berkata Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma dari
Nabi ﷺ: "Sepuluh golongan) Maksudnya
macam (Dari umatku mereka tidak akan masuk surga kecuali orang yang
bertobat. Yang pertama adalah al-Qalla',) Lafadz اَلْقَلَّاعُ dengan memfathahkan huruf ق dan mentasydid huruf ل
(وَالْجَيُّوْفُ) وَيُقَالُ الْجَيَّافُ بِفَتْحِ الْجِيمِ وَتَشْدِيدِ
الْيَاءِ كَمَا فِى الْقَامُوسِ (وَالْقَتَّاتُ وَالدَّيْبُوْبُ) بِفَتْحِ
الدَّالِ وَسُكُوْنِ الْيَاءِ (وَالدَّيُّوْثُ وَصَاحِبُ الْعَرْطَبَةِ
وَصَاحِبُ الْكُوْبَةِ وَالْعُتُلُّ وَالزَّنِيْمُ وَالْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ،
(al-Jayyūf,) dan
dikatakan al-Jayyāf dengan memfathahkan huruf ج dan mentasydid huruf ي sebagaimana
dalam kamus (al-Qattāt, ad-Daybūb,) dengan memfathahkan
huruf د dan
mentasydid huruf ي (ad-Dayyūts,
pemilik al-Artabah, pemilik al-Kubah, al-‘Utul, az-Zanīm, anak yang durhaka
kepada orang tuanya,
قِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ (يَا رَسُولَ اللّٰهِ مَا الْقَلَّاعُ ؟ قَالَ) :ﷺ (الَّذِيْ
يَمْشِي بَيْنَ يَدَيْ الْأُمَرَاءِ) أَيْ وَهُوَ السَّاعِي إِلَيْهِمْ
بِالْبَاطِلِ وَالْكَذِبِ
Dikatakan) kepada
Rasulullah ﷺ: (Ya Rasulullah, siapa itu
al-Qalla'? Kemudian bersabda) Nabi ﷺ: (Orang
yang berjalan di depan para pemimpin) Maksudnya yaitu orang yang
datang kepada pemimpin dengan kebatilan dan kebohongan
(وَقِيْلَ: مَا الْجَيُّوْفُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلنَّبَّاشُ) أَيْ سَرَّاقُ الْأَكْفَانِ
مِنَ الْقُبُوْرِ.
(Dan
dikatakan: Siapa itu al-Jayyūf? Kemudian bersabda) Nabi
ﷺ: (Pencuri kain kafan) Maksudnya
orang yang mencuri kain kafan dari kuburan.
قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: كَانَ بِبَلَدِنَا نَبَّاشٌ
وَكَانَ فِى الْبَلَدِ قَاضٍ صَالِحٍ فَلَمَّا قَرُبَتْ وَفَاتُهُ دَعَا ذٰلِكَ
النَّبَّاشَ، وَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَنِيْ أَنَّكَ تَسْرِقُ الْأَكْفَانَ وَقَدْ
دَنَتْ وَفَاتِيْ وَقَدْ أَعْدَدْتُ قِيْمَةَ كَفَنِيْ فَخُذْهُ الْآنَ وَلَا
تَهْتِكْنِيْ فِى قَبْرِيْ، فَأَجَابَهُ النَّبَّاشُ إلَى ذٰلِكَ.
Telah
berkata sebagian dari salaf: Ada di negeri kami seorang pencuri kain kafan dan
ada di negeri itu seorang hakim yang sholeh. Ketika sudah dekat ajalnya, hakim
tersebut memanggil pencuri kain kafan, dan hakim berkata: "Benar-benar
telah sampai kepadaku bahwa kamu mencuri kain kafan dan benar-benar telah dekat
ajalku, aku telah menyiapkan uang senilai kain kafanku, maka ambillah sekarang
dan jangan merusakku di dalam kuburku," lalu menyetujuinya si pencuri kain
kafan itu pada permintaan hakim.
فَلَمَّا جَاءَ وَقْتُ مَوْتِهِ سَمِعَ النَّبَّاشُ
النَّاعِيَ فَأَخْبَرَ زَوْجَتَهُ بِمَا وَقَعَ مَعَ الْقَاضِي فَقَالَتْ:
اِحْذَرْهُ. فَلَمَّا دُفِنَ ثَارَ فِى نَفْسِهِ أَنْ يَسْرِقَ كَفَنَهُ،
فَقَالَتْ زَوْجَتُهُ: لَا تَفْعَلْ، فَلَمْ يَلْتَفِتْ إلَى قَوْلِهَا،
Ketika
tiba waktu kematiannya hakim, pencuri kain kafan mendengar kabar kematiannya
lalu dia memberitahu kepada istrinya tentang kesepakatan yang terjadi bersama
hakim itu. kemudian berkata Istrinya: Berhati-hatilah kamu. Ketika hakim itu
dikuburkan, timbul dalam dirinya keinginan untuk mencuri kain kafan hakim
tersebut, kemudian berkatalah istrinya: Jangan kau lakukan, tetapi dia tidak
mendengarkan kata-katanya.
فَلَمَّا حَفَرَ الْقَبْرَ وَدَخَلَ فِيْهِ فَإِذَا
الْمَيِّتُ قَدْ أُجْلِسَ، فَقَالَ أَحَدُ الْمَلَكَيْنِ لِلْآخَرِ: شُمَّ
رِجْلَيْهِ فَشَمَّهُمَا وَقَالَ: لَيْسَ فِيْهِمَا شَيْءٌ إنَّهُ لَمْ يَسْعَ
بِهِمَا فِى مَعْصِيَةٍ قَطُّ ،
Ketika
dia menggali kuburn dan masuk ke dalamnya, maka tiba-tiba mayat itu benar-benar
sudah didudukkan. lalu berkatalah salah satu dari dua malaikat kepada malaikat
yang lain: Ciumlah / enduslah kedua kakinya, maka dia mencium kedua kaki hakim
tersebut dan berkata: Tidak ada pada kedua kaki ini dosa apapun, sungguh dia
tidak pernah berjalan dengan kedua kakinya untuk suatu kemaksiatan sama sekali,
فَقَالَ: شُمَّ يَدَيْهِ، فَشَمَّهُمَا وَقَالَ: لَمْ
يَعْمَلْ بِهِمَا مَعْصِيَةً، قَالَ: شُمَّ عَيْنَيْهِ فَشَمَّهُمَا وَقَالَ:
إنَّهُ لَمْ يَنْظُرْ بِهِمَا إلَى مُحَرَّمٍ قَطُّ، فَقَالَ: شُمَّ سَمْعَهُ
فَشَمَّ أَحَدَ أُذُنَيْهِ فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا ثُمَّ شَمَّ الْأُخْرَى فَوَقَفَ
فَقَالَ أَحَدُ الْمَلَكَيْنِ؛ مَا وَجَدْتَ ؟
Kemudian
berkatalah salah satu dari kedua malaikat itu: "Ciumlah kedua
tangannya," maka dia mencium kedua tangannya dan berkata: "Dia tidak
pernah melakukan dengan kedua tangannya suatu kemaksiatan." Kemudian salah
satu dari kedua malaikat itu berkata: "Ciumlah keuda matanya," maka
dia mencium kedua matanya dan berkata: "Sungguh dia tidak pernah melihat
dengan kedua matanya kepada yang haram sama sekali." Kemudian salah satu
dari kedua malaikat itu berkata: "Ciumlah pendengarannya," maka dia
mencium salah satu dari kedua telinganya dan dia tidak menemukan dosa apapun,
kemudian dia mencium telinga yang lainnya kemudian dia berhenti, lalu bertanyalah
salah satu malaikat: "Apa yang kamu temukan?"
قَالَ: بَعْضَ نَتْنٍ، قَالَ: أَتَدْرِي مَا هٰذِهِ
النَّتْنَةُ ؟ إنَّهُ أَصْغَى بِإِحْدَى سَمْعَيْهِ إلَى أَحَدِ الْخَصْمَيْنِ
أَكْثَرَ مِنَ الْآخَرِ فَانْفُخْ فِيْهِ فَلَمَّا نَفَخَ فِيْهِ خَرَجَتْ مِنْهُ
نَارٌ اِمْتَلَأَ الْقَبْرُ مِنْهَا نَارًا فَلَحِقَ بَصَرَ النَّبَّاشِ فَعَمِيَ،
كَذَا فِى قَمْعِ النُّفُوْسِ.
Dia
berkata: "Aku menemukan sebagan bau busuk," lalu dikatakan:
"Apakah kamu tahu apa bau busuk ini? sungguh dia telah mendengarkan dengan
salah satu dari kedua pendengarannya kepada salah satu dari dua orang yang
sedang berperkara lebih banyak daripada yang lain. tiuplah pada telinga yang
bau. Ketika malaikat meniupnya keluar dari salah satu telinga itu api, menjadi
penuh kuburan dari api tersebut dengan api, lalu api itu mengenai mata si
pencuri kain kafan sehingga dia menjadi buta, demikian dalam kitab 'Qam'
an-Nufus'.
(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا الْقَتَّاتُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلنَّمَّامُ) قَالَ
مُعَاذٌ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: قُلْتُ [يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ أَرَأَيْتَ
قَوْلَ اللّٰهِ تَعَالَى :﴿يَوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ
أَفْوَاجًا﴾ [النبأ: الآية ١٨]،
Dikatakan) kepada
Rasulullah ﷺ: (Siapa itu al-Qattāt? Kemudian
bersabda) Nabi ﷺ : (Orang yang
mengadu domba) Berkata Mu'adz Radhiallahu Anhu: Aku berkata: [Ya
Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang firman Allah Ta'ala: ﴾Pada
hari ditiupnya sangkakala maka kalian datang berbondong-bondong﴿
[Q.S an-Naba: Ayat 18],
فَقَالَ ﷺ: يَا مُعَاذُ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ شَيْءٍ
عَظِيْمٍ، ثُمَّ أَرْسَلَ عَيْنَيْهِ الشَّرِيْفَتَيْنِ بِالْبُكَاءِ، ثُمَّ قَالَ
ﷺ: يُحْشَرُ عَشَرَةُ أَصْنَافٍ مِنْ أُمَّتِيْ أَشْتَاتًا قَدْ مَيَّزَهُمُ
اللّٰهُ مِنْ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَيُبْدِي صُوَرَهُمْ،
Kemudian
Nabi ﷺ bersabda: "Wahai Mu'adz, engkau telah
bertanya tentang sesuatu yang sangat besar," kemudian Nabi ﷺ meneteskan air mata dari kedua matanya
yang mulia dengan tangisan, lalu Nabi ﷺ
bersabda: "Akan dikumpulkan sepuluh golongan dari umatku dalam keadaan
berpisah-pisah, Benar-benar Allah telah memisahkan mereka dari kumpulan kaum
muslimin dan Allah menampakkan rupa-rupa mereka,
فَمِنْهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْقِرَدَةِ، وَبَعْضُهُمْ عَلَى
صُوْرَةِ الْخَنَازِيْرِ، وَبَعْضُهُمْ مُنَكَّسُوْنَ بِأَرْجُلِهِمْ
وَوُجُوْهِهِمْ يُسْحَبُوْنَ عَلَيْهَا،
Di
antara mereka ada yang berwujud seperti kera, sebagian dari mereka berwujud
seperti babi, sebagian dari mereka dengan kepala terbalik dan wajah mereka
diseret di atas tanah,
وَبَعْضُهُمْ عُمْيٌ يَتَرَدَّدُوْنَ، وَبَعْضُهُمْ صُمٌّ
بُكْمٌ لَا يَعْقِلُوْنَ، وَبَعْضُهُمْ يَمْضَغُوْنَ أَلْسِنَتَهُمْ
مُتَدَلِّيَاتٍ عَلَى صُدُوْرِهِمْ يَسِيْلُ الْقَيْحُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ
لُعَابًا يُقَذِّرُهُمْ أَهْلُ الْجَمْعِ،
Sebagian
dari mereka buta dan mondar-mandir, sebagian dari mereka tuli dan bisu tidak
berakal, sebagian dari mereka menggigit lidah mereka yang tergantung di dada
mereka, mengalir nanah dari mulut mereka sebagai ludah yang menjadikan jijik
kepada mereka orang-orang yang berkumpul di padang mahsyar,
وَبَعْضُهُمْ مُقَطَّعَةٌ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ،
وَبَعْضُهُمْ مُصَلَّبُوْنَ عَلَى جُذُوْعٍ مِنَ النَّارِ، وَبَعْضُهُمْ أَشَدُّ
نَتْنًا مِنَ الْجِيَفِ، وَبَعْضُهُمْ يُكْسَوْنَ جَلَابِيْبَ سَابِغَةً مِنْ
قَطِرَانٍ،
Sebagian
dari mereka terpotong-potong tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka,
sebagian dari mereka disalib di atas batang-batang pohin dari api, sebagian
dari mereka lebih bau busuk daripada bangkai-bangkai, dan sebagian dari mereka
dikenakan jubah-jubah yang sangat panjang yang terbuat dari ter,
فَأَمَّا الَّذِيْنَ عَلَى صُوْرَةِ الْقِرَدَةِ
فَالْقَتَّاتُ بَيْنَ النَّاسِ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ عَلَى صُوْرَةِ
الْخَنَازِيْرِ فَأَكَلَةُ السُّحْتِ وَالْكَسْبِ الْحَرَامِ مِثْلُ الْمُكْسَةِ
وَالرِّشَا، وَأَمَّا الْمُنَكَّسُوْنَ بِرُؤُوْسِهِمْ وَوُجُوْهِهِمْ
فَأَكَلَةُ الرِّبَا،
Adapun
orang-orang yang berwujud seperti kera adalah mereka yang suka mengadu domba di
antara manusia, adapun orang-orang yang berwujud seperti babi adalah mereka
yang memakan harta haram seperti harta hasil malak dan suap, adapun mereka yang
kepalanya terbalik dan wajah mereka diseret adalah orang-orang yang memakan
riba
وَأَمَّا الْعُمْيُ فَمَنْ يَجُوْرُ فِى الْحُكْمِ،
وَأَمَّا الصُّمُّ الْبُكْمُ فَهُمُ الَّذِيْنَ يَعْجَبُوْنَ
بِأَعْمَالِهِمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ يَمْضَغُوْنَ أَلْسِنَتَهُمْ
فَالْعُلَمَاءُ وَالْقُصَّاصُ الَّذِيْنَ يُخَالِفُ قَوْلُهُمْ عَمَلَهُمْ،
Adapun
mereka yang buta adalah orang-orang yang berbuat curang dalam hukum, adapun
mereka yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang membangga-banggakan amal
perbuatan mereka, adapun orang-orang yang menggigit lidah mereka adalah para ulama
dan penceramah yang bertentangan antara perkataan mereka dan perbuatan mereka,
وَأَمَّا الْمُقَطَّعَةُ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ
فَالَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْجِيْرَانَ، وَأَمَّا الْمُصَلَّبُوْنَ عَلَى جُذُوْعٍ
مِنَ النَّارِ فَالسُّعَاةُ بِالنَّاسِ إلَى السُّلْطَانِ،
Adapun
mereka yang dipotong tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka adalah
orang-orang yang menyakiti tetangga-tetangga, adapun mereka yang disalib di
atas batang-batang pohon dari api adalah mereka yang membawa berita bohong
tentang manusia kepada penguasa,
وَأَمَّا الَّذِيْنَ هُمْ أَشَدُّ نَتْنًا مِنَ الْجِيَفِ
فَالَّذِيْنَ يَتَمَتَّعُوْنَ بِالشَّهَوَاتِ وَاللَّذَّاتِ وَيَمْنَعُوْنَ حَقَّ
اللّٰهِ تَعَالَى مِنْ أَمْوَالِهِمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ يُكْسَوْنَ
الْجَلَابِيْبَ فَأَهْلُ الْكِبْرِ وَالْخُيَلَاءِ وَالْفَخْرِ] كَذَا رَوَاهُ الْقُرْطُبِيُّ.
Adapun
orang-orang yang lebih bau busuk daripada bangkai adalah mereka yang menikmati
syahwat dan kenikmatan dan meolak hak Allah Ta'ala dari sebagian harta mereka,
adapun mereka yang dikenakan jubah-jubah adalah orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri] Demikian telah meriwayatkan pada hadits
ini Imam al-Qurtubi.
(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا الدَّيْبُوْبُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ
يَجْمَعُ فِى بَيْتِهِ الْفَتَيَاتِ) أَيْ اَلْإِمَاءَ (لِلْفُجُوْرِ) أَيْ
اَلزِّنَا، أَيْ وَهُوَ الْجَامِعُ بَيْنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
(Dan
dikatakan) kepada Rasulullah ﷺ: (Siapa
itu ad-Dayybūb? Bersabda) Nabi ﷺ: (Orang
yang mengumpulkan gadis-gadis di dalam rumahnya) Maksudnya budak-budak
perempuan (untuk berbuat zina) Maksudnya zina, yaitu orang
yang mengumpulkan antara laki-laki dan perempuan.
(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا الدَّيُّوْثُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ
لَا يَغَارُ عَلَى أَهْلِهِ) أَيْ زَوْجَتِهِ وَبِنْتِهِ وَأُخْتِهِ. (وَقِيْلَ) لِرَسُولِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا صَاحِبُ الْعَرْطَبَةِ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ
يَضْرِبُ بِالطَّبْلِ) وَهُوَ الْكُوْبَةُ الْكَبِيْرَةُ.
(Dan
dikatakan) kepada Rasulullah ﷺ: (Siapa
itu ad-Dayyūts? Bersabda) Nabi ﷺ: (Orang
yang tidak cemburu kepada keluarganya) Maksudnya istrinya, anak
perempuannya, dan saudara perempuannya. (Dan dikatakan) kepada
Rasulullah ﷺ: (Siapa itu pemilik al-‘Artabah?
Bersabda) Nabi ﷺ: (Orang yang
memukul drum) yaitu drum besar.
(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا صَاحِبُ الْكُوبَةِ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ
يَضْرِبُ الطُّنْبُوْرَ) بِضَمِّ الطَّاءِ وَهُوَ الطَّبْلُ
الصَّغِيْرُ.
(Dan
dikatakan) kepada Rasulullah ﷺ: (Siapa
itu pemilik al-Kubah? Bersabda) Nabi ﷺ: (Orang
yang memukul tambur) dengan mendhammahkan ta' yaitu drum kecil.
(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا الْعُتُلُّ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ لَا
يَعْفُوْ عَنِ الذَّنْبِ وَلَا يَقْبَلُ الْعُذْرَ) أَيْ وَهُوَ
الْمُتَكَبِّرُ.
(Dan
dikatakan) kepada Rasulullah ﷺ: (Siapa
itu al-‘Utul? Bersabda) Nabi ﷺ: (Orang yang tidak
memaafkan dosa dan tidak menerima permohonan maaf) Maksudnya orang
yang sombong.
(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ
اللّٰهِ ﷺ: (مَا الزَّنِيْمُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ
وُلِدَ مِنَ الزِّنَا) وَعُلِّقَ بِمَنْ لَيْسَ مِنْهُ (وَيَقْعُدُ
عَلَى قَارِعَةِ الطَّرِيْقِ) أَيْ أَعْلَاهُ (فَيَغْتَابُ
النَّاسَ) وَهُوَ ظَلُوْمٌ
(Dan
dikatakan) kepada Rasulullah ﷺ: (Apa
itu zanīm? Bersabda) Nabi ﷺ: (Orang
yang dilahirkan dari zina) dan dinisbatkan kepada orang yang bukan
ayahnya (dan dia duduk di tepi jalan) yaitu di tempat yang
tinggi (lalu dia menggunjing orang lain) Sedangkan dia sendiri
adalah orang yang zalim.
(وَالْعَاقُ]) مَشْهُوْرٌ ، وَضَابِطُ الْعُقُوْقِ هُوَ أَنْ
يَصْدُرَ مِنَ الْوَلَدِ مَا يَتَأَذَّى الْوَالِدَانِ أَوْ أَحَدُهُمَا بِهِ
إيْذَاءً لَيْسَ بِالْهَيِّنِ فِى الْعُرْفِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُحَرَّمًا
(Dan
durhaka) itu sudah dikenal banyak orang, dan definisi
durhaka adalah apabila keluar dari anak sesuatu yang dapat menyakiti orang tua
atau salah satu dari mereka dengan sesuatu tersebut dengan benar-benar
menyakiti yang itu tidak ringan menurut adat, meskipun sesuatu itu bukan
sesuatu yang diharamkan
لَوْ فَعَلَهُ مَعَ الْغَيْرِ كَأَنْ يَلْقَاهُ فَيَقْطَبُ
فِى وَجْهِهِ أَوْ يَقْدِمَ عَلَيْهِ فِى مَلَأٍ فَلَا يَقُوْمُ لَهُ وَلَا
يَعْبَأُ بِهِ، وَنَحْوِ ذٰلِكَ مِمَّا يَقْضِي أَهْلُ الْعَقْلِ وَالْمُرُوْءَةِ
بِأَنَّهُ مُؤْذٍ إِيْذَاءً عَظِيْمًا.
Andai
dia mengerjakannya dengan orang lain seperti dia bertemu dengan orang tua lalu
dia merengut di depan orang tua atau dia datang kepada orang tua di
hadapan orang banyak lalu dia tidak berdiri untuk menyambut orang tua dan dia
tidak peduli pada orang tua, dan hal-hal semacam itu dari hal-hal yang dianggap
oleh orang-orang berakal dan beradab bahwa hal-hal itu sebagai menyakiti dengan
benar-benar menyakiti yang berdampak besar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 19
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: [عَشَرَةُ نَفَرٍ لَنْ يَقْبَلَ اللّٰهُ تَعَالَى صَلَاتَهُمْ:
رَجُلٌ صَلَّى وَحِيْدًا) أَيْ مُنْفَرِدًا (بِغَيْرِ قِرَاءَةٍ) وَاتَّفَقَ
الْإِمَامُ أَبُو حَنِيْفَةَ وَأَصْحَابُهُ وَالْإِمَامُ مَالِكٌ وَالْإِمَامُ
أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ عَلَى صِحَّةِ صَلَاةِ
الْمَأْمُوْمِ بِغَيْرِ قِرَاءَتِهِ شَيْئًا مِنَ الْفَاتِحَةِ.
Maqalah
yang kesembilan belas (Telah bersabda Nabi ﷺ:
[Sepuluh golongan yang Allah Ta'ala tidak akan menerima sholat mereka: Orang
yang sholat sendirian) Maksudnya Munfarid (tanpa membaca
Al-Fatihah,). Dan telah bersepakat Imam Abu Hanifah, sahabat-sahabatnya,
Imam malik dan Imam Ahmad bin Hambal Radhiallahu Anhum atas sahnya sholat
makmum tanpa dia membaca sedikitpun dari surat al-Fatihah
(وَرَجُلٌ لَا يُؤَدِّي الزَّكَاةَ) أَيْ لَا يُخْرِجُ مَا يَجِبُ إخْرَاجُهُ مِنَ
الْأَمْوَالِ الزَّكَوِيَّةِ إِلَى مُسْتَحِقِّيْهِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَوَيْلٌ
لِلْمُشْرِكِيْنَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْتُوْنَ الزَّكَوٰةَ﴾ [فصلت: الآية ٧] فَسَمَّاهُمُ
اللّٰهُ مُشْرِكِيْنَ.
(Seorang
laki-laki yang tidak menunaikan zakat,) Maksudnya tidak
mengeluarkan zakat yang wajib mengeluarkannya dari harta-harta zakat kepada
para mustahiknya. Allah Ta'ala berfirman: ﴾Celakalah
bagi orang-orang musyrik yang tidak menunaikan zakat﴿ [Fussilat:
ayat 7], maka Allah menyebut mereka sebagai orang-orang musyrik.
(وَرَجُلٌ يَؤُمُّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ) قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [ثَلَاثَةٌ
لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ اَلْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ
وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَإِمَامٌ أَمَّ قَوْمًا
وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ].
(Seorang
laki-laki yang menjadi imam bagi suatu kaum, sedangkan kaum tersebut kepada
lelaki itu membenci,) Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu
Wassalam: [Tiga golongan yang tidak melewati pahala shalat mereka
pada telinga mereka: Seorang budak yang melarikan diri sampai ia kembali,
seorang wanita yang bermalam sedangkan suaminya marah padanya, dan seorang imam
yang mengimami suatu kaum sedangkan kaum tersebut kepada imam itu membenci].
(وَرَجُلٌ مَمْلُوْكٌ آبِقٌ) أَيْ شَخْصٌ رَقِيْقٌ ذَكَرًا كَانَ أَوْ أُنْثَى
هَارِبٌ مِنْ سَيِّدِهِ. قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [إذَا
أَبَقَ الْعَبْدُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ، وَفِى رِوَايَةٍ فَقَدْ كَفَرَ
حَتَّى يَرْجِعَ].
(Seorang
budak yang melarikan diri,) Maksudnya seseorang yang berstatus
budak, baik laki-laki maupun perempuan, yang melarikan diri dari tuannya. Telah
bersabda Nabi ﷺ: [Jika
melarikan diri seorang budak, maka tidak diterima shalatnya, dan dalam riwayat
lain: Maka benar-benar dia telah kufur sampai ia kembali].
(وَرَجُلٌ شَارِبُ الْخَمْرِ مُدْمِنٌ) قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [اِجْتَنِبُوْا
الْخَمْرَ فَإِنَّهَا أُمُّ الْخَبَائِثِ].
(Seorang
laki-laki yang pecandu minuman keras) Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu
Wassalam: [Jauhilah minuman keras, karena minuman keras itu adalah
induk segala kejahatan].
(وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا سَاخِطٌ عَلَيْهَا) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [ثَلَاثَةٌ لَا
يَقْبَلُ اللّٰهُ لَهُمْ صَلَاةً وَلَا تَصْعَدُ لَهُمْ إلَى السَّمَاءِ:
اَلسَّكْرَانُ حَتَّى يَصْحُوَ وَالْمَرْأَةُ السَّاخِطُ عَلَيْهَا زَوْجُهَا
وَالْعَبْدُ الْآبِقُ عَلَى مَوْلَاهُ حَتَّى يَرْجِعَ فَيَضَعَ يَدَهُ فِى يَدِّ
مَوَالِيْهِ].
(Seorang
wanita yang bermalam sedangkan suaminya marah padanya) Telah
bersabda Nabi Alaihis Sholatu Wassalam: [Tiga golongan yang Allah tidak
menerima shalat mereka dan tidak diangkat pahala shalat mereka ke langit: orang
yang mabuk sampai ia sadar, seorang wanita yang suaminya marah padanya, dan
seorang budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali dan meletakkan
tangannya di tangan tuannya].
(وَامْرَأَةٌ حُرَّةٌ تُصَلِّي بِغَيْرِ خِمَارٍ) وَهُوَ ثَوْبٌ تُغَطِّي بِهِ الْمَرْأَةُ رَأْسَهَا
(Seorang
wanita merdeka yang shalat tanpa mengenakan khimar) yaitu
pakaian yang dapat menutupi dengan pakaian itu seorang perempuan pada
kepalanya.
(وَآكِلُ الرِّبَا) قَالَ بَعْضُهُمْ: وَرَدَ أَنَّ أَكَلَةَ الرِّبَا
يُحْشَرُوْنَ فِى صِفَةِ الْكِلَابِ وَالْخَنَازِيْرِ مِنْ أَجْلِ حِيْلَتِهِمْ
عَلَى أَكْلِ الرِّبَا كَمَا مُسِخَ أَصْحَابُ السَّبْتِ حَتَّى تَحَيَّلُوْا
عَلَى اصْطِيَادِ الْحِيْتَانِ الَّتِيْ نَهَاهُمُ اللّٰهُ عَنِ اصْطِيَادِهَا
يَوْمَ السَّبْتِ
(Pemakan
riba,) Sebagian dari ulama berkata: "Telah sampai
riwayat bahwa para pemakan riba akan dikumpulkan dalam rupa anjing dan babi
karena mereka mengakali untuk memakan riba, sebagaimana telah dirubah Ashabus
Sabat karena mereka mengakali untuk tetap menangkap ikan-ikan yang mana Allah
telah melarang mereka untuk mengakap ikan ikan itu di hari sabtu."
فَحَفَرُوْا لَهَا حِيْضَانَا تَقَعُ فِيْهَا يَوْمَ
السَّبْتِ حَتَّى يَأْخُذُوْهَا يَوْمَ الْأَحَدِ فَلَمَّا فَعَلُوْا ذٰلِكَ
مَسَخَهُمُ اللّٰهُ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ، وَهٰكَذَا الَّذِيْنَ يَتَحَيَّلُوْنَ
عَلَى الرِّبَا بِأَنْوَاعِ الْحِيَلِ فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَخْفَى
عَلَيْهِ حِيَلُ الْمُحْتَالِيْنَ، كَذَا نُقِلَ مِنَ الزَّوَاجِرِ.
Lalu
mereka menggali untuk memburu ikan-ikan itu kolam-kolam yang akan jatuh ke
dalamnya pada hari Sabtu, lalu mereka mengambilnya pada hari Ahad. Ketika
mereka melakukan itu, Allah mengubah wujud mereka menjadi kera dan babi.
Demikian pula orang-orang yang mengakal-ngakali atas transaksi riba dengan
macam-macam tipu daya, Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak ada samar bagi-Nya dari
tipu daya orang-orang yang menipu daya, Demikian ini dinukil dari kitab
Az-Zawajir.
(وَالْإِمَامُ الْجَائِرُ) عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ
يَقُوْلُ: [يُجَاءُ بِالْوَالِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُنْبَذُّ بِهِ
عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ فَيَرْتَجُّ بِهِ الْجِسْرُ ارْتِجَاجَةً لَا يَبْقَى
مِنْهُ مَفْصَلٌ إلَّا زَالَ عَنْ مَكَانِهِ فَإِنْ كَانَ مُطِيعًا لِلّٰهِ فِى
عَمَلِهِ مَضَى وَإِنْ كَانَ عَاصِيًا انْخَرَقَ بِهِ الْجِسْرُ فَيَهْوَى بِهِ
فِى جَهَنَّمَ مِقْدَارَ خَمْسِيْنَ أَلْفَ عَامٍ].
(Seorang
imam yang zalim) Dari Abu Dzar, ia berkata: Saya
mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: [Akan
didatangkan seorang penguasa pada hari kiamat, lalu ia akan dilemparkan ke atas
jembatan Jahannam, maka akan berguncang jembatan itu bersamanya dengan
guncangan yang dahsyat sehingga tidak ada satu sendi pun yang tersisa Kecuali
sudah bergeser dari tempatnya. Jika ia taat kepada Allah dalam pekerjaannya,
maka ia akan melintas, dan jika ia berdosa, maka akan runtuh jembatan itu
bersamanya sehingga jembatan itu jatuh bersamanya ke dalam Jahannam selama lima
puluh ribu tahun].
(وَرَجُلٌ لَا تَنْهَاهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ لَا يَزْدَادُ مِنَ اللّٰهِ إلَّا بُعْدًا) نُقِلَ عَنِ الْعَارِفِ الْمُرْسِي: اَلْعَمَلُ
يَنْشَأُ مِنَ الْعَبْدِ عَلَى صُوْرَةِ اللُّقْمَةِ حِلًّا وَحُرْمَةً.
(Seorang
laki-laki yang tidak mencegah kepadanya sholatnya dari perbuatan keji dan
mungkar tidaklah dia bertambah dari Allah melainkan semakin jauh).
Dinukil dari Arif al-Mursi: Amal perbuatan itu akan timbul pada seorang hamba
berdasarkan satu suap makanan, baik halal maupun haram.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 20
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: [يَنْبَغِي) أَيْ يُطْلَبُ (لِلدَّاخِلِ فِي
الْمَسْجِدِ عَشْرُ خِصَالٍ: أَوَّلُهَا: أَنْ يَتَعَاهَدَ خُفَّيْهِ أَوْ
نَعْلَيْهِ) أَيْ يَحْفَظَهُمَا مِنَ النَّجَاسَةِ لِئَلَّا تَقَعَ فِي
الْمَسْجِدِ
Maqolah
yang kedua puluh (Telah bersabda Nabi ﷺ:
[Selayaknya) Maksudnya dituntut (Bagi orang yang masuk masjid
sepuluh perkara: Yang pertama dari sepuluh perkara itu: Adalah hendaknya dia
menjaga kedua sepatunya atau kedua sendalnya) Maksudnya menjaga
keduanya dari najis-najis supaya tidak jatuh di masjid
(وَأَنْ يَبْدَأَ بِرِجْلِهِ الْيُمْنَى) عِنْدَ دُخُوْلِ الْمَسْجِدِ وَكُلِّ مَحَلٍّ
شَرِيْفٍ وَمَا جَهِلَ حَالَهُ وَأَنْ يَنْزِعَ نَعْلَهُ الْيُسْرَى أَوَّلًا
عِنْدَ وُصُوْلِهِ بَابَ الْمَسْجِدِ وَيَحُطَّ رِجْلَهُ الْيُسْرَى عَلَى ظَهْرِهَا
ثُمَّ يَنْزِعَ نَعْلَهُ الْيُمْنَى.
(Dan
hendaknya dia mendahulukan dengan kakinya yang kanan) Ketika
masuk masjid dan ketika masuk setiap tempat yang mulia dan tempat yang dia
tidak tahu keadaannya dan hendaknya dia melepas sendalnya yang kiri pertama
kali ketika dia sampai di pintu masjid dan hendaknya dia menurunkan kakinya
yang kiri di atas punggung sendalnya kemudian dia melepas sendalnya yang kanan
(وَ) الثَّانِي (أَنْ
يَقُوْلَ إذَا دَخَلَ) أَيْ أَرَادَ الدُّخُوْلَ: أَعُوْذُ بِاللّٰهِ
الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَصَحْبِهِ
(Dan) Yang
kedua (Hendaknya dia berucap ketika masuk) Maksudnya ketika
ingin masuk: Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan Dzat-Nya
yang maha mulia, dan dengan kekuasaan-Nya yang maha kekal, dari setan yang
terkutuk. Segala puji adalah milik Allah. Ya Allah, limpahkanlah tambahan
rahmat kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga Nabi Muhammad, dan kepada para
sahabatnya
(بِسْمِ اللّٰهِ وَسَلَامٌ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ وَعَلَى
مَلَائِكَةِ اللّٰهِ، اللّٰهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ إنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ) أَوْ
يَقُوْلُ: اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ
رَحْمَتِكَ، ثُمَّ يَقُوْلُ بِسْمِ اللّٰهِ.
(Dengan
nama Allah, dan kesejahteraan semoga tercurah kepada Rasulullah dan kepada para
malaikat Allah. Ya Allah, bukakanlah untuk kami pintu-pintu rahmat-Mu,
sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi karunia.) Atau
berucap: Ya Allah ampunilah untukku dosa-dosaku dan bukakanlah untukku
pintu-pintu rahmatmu kemudian berucap: Bismillah
(وَ) الثَّالِثُ (أَنْ
يُسَلِّمَ عَلَى أَهْلِ الْمَسْجِدِ وَأَنْ يَقُوْلَ إذَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ) أَيْ
اَلْمَسْجِدِ (أَحَدٌ: اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللّٰهِ
الصَّالِحِيْنَ).
(Dan) Yang
ketiga (Hendaknya dia mengucapkan salam kepada ahli masjid dan
hendaklah mengucapkan ketika tidak ada di dalamnya) Maksudnya di dalam
Masjid (Seorangpun: Semoga keselamatan kepada kita dan kepada
hamba-hamba Allah yang sholeh)
(وَ) الرَّابِعُ (أَنْ
يَقُوْلَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللّٰهِ).
(Dan) Yang
keempat (Hendaknya dia mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad Adalah utusan Allah)
(وَ) الْخَامِسُ (أَنْ
لَا يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّي) فَيَحْرُمُ الْمُرُوْرُ بَيْنَ
يَدَيِ الْمُصَلِّي وَسُتْرَتِهِ فِى صَلَاةٍ صَحِيْحَةٍ فِى اعْتِقَادِ
الْمُصَلِّي وَلَوْ نَفْلًا وَإِنْ لَمْ يَجِدِ الْمَارُّ طَرِيْقًا آخَرَ حَيْثُ
لَمْ يُقَصِّرِ الْمُصَلِّي
(Dan) Yang
kelima (Hendaknya dia tidak melewati didepan orang yang sedang sholat) Karena
haram lewat di depan orang yang sedang sholat dan di depan pembatasnya, dalam
shalat yang sah menurut keyakinan orang yang sholat walaupun shalat sunnah dan
meskipun tidak mendapati orang yang ingin lewat pada jalan yang lain sekiranya
tidak lalai orang yang sholat tersebut.
وَيَجُوْزُ الْمُرُوْرُ إذَا اضْطَرَّ إلَيْهِ لِإِنْقَاذِ
نَحْوِ غَرِيْقٍ عَلَى الْمُعْتَمَدِ، بَلْ نَقَلَ الْإِمَامُ عَنِ الْأَئِمَّةِ
جَوَازَهُ إنْ لَمْ يَجِدْ طَرِيْقًا، وَهَذَا ضَعِيْفٌ.
Dan
boleh lewat jika terpaksa atas orang tersebut untuk menyelamatkan seumpama
orang yang tenggelam menurut pendapat yang dapat diandalkan, bahkan telah
menukil seorang imam dari para Imam bolehnya lewat jika dia tidak menemukan
jalan lain, dan pendapat ini lemah.
أَمَّا إنْ قَصَّرَ الْمُصَلِّي بِأَنْ صَلَّى فِى مَحَلٍّ
يَغْلِبُ فِيْهِ الْمُرُوْرُ ذٰلِكَ الْوَقْتَ كَالْمَطَافِ أَوْ تَرَكَ فُرْجَةً
فِى صَفٍّ قُدَّامَهُ فَاحْتِيْجَ لِلْمُرُوْرِ بَيْنَ يَدَيْهِ لِسَدِّهَا فَلَا
يَحْرُمُ وَإِنْ تَعَدَّدَتِ الصُّفُوْفُ.
Adapun
jika lalai orang yang shalat dengan cara dia shalat di tempat yang pada umumnya
di tempat tersebut sering dilewati pada waktu itu seperti di tempat thawaf atau
dia meninggalkan celah dalam shaf di depannya sehingga diperlukan untuk lewat
di depan orang yang sholat tersebut untuk menutup celah tersebut, maka tidak
haram meskipun berjumlah banyak shaf-shaf shalat.
(وَ) السَّادِسُ (أَنْ
لَا يَعْمَلَ) فِى الْمَسْجِدِ (بِعَمَلِ الدُّنْيَا) كَأَنْ
يَبِيْعَ أَوْ يَشْتَرِيَ، وَيُسَنُّ أَنْ يَقُوْلَ عِنْدَ رُؤْيَةِ ذٰلِكَ: لَا
أَرْبَحَ اللّٰهُ تِجَارَتَكَ.
(Dan) yang
keenam, (hendaknya dia tidak melakukan) di dalam masjid (Dengan
pekerjaan duniawi) semisal dia menjual atau membeli. Dan disunnahkan
untuk mengatakan ketika melihat itu: "Semoga Allah tidak memberi
keuntungan pada perdaganganmu."
(وَ) السَّابِعُ (أَنْ
لَا يَتَكَلَّمَ بِكَلَامِ الدُّنْيَا) كَنَشْدِ ضَالَّةٍ وَيُسَنُّ أَنْ
يَقُوْلَ عِنْدَ سَمَاعِ ذٰلِكَ: لَا رَدَّهَا اللّٰهُ عَلَيْكَ.
(Dan) yang
ketujuh (hendaknya dia tidak berbicara dengan pembicaraan duniawi) seperti
mencari barang hilang. Dan disunnahkan untuk mengatakan ketika mendengar itu:
"Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu."
(وَ) الثَّامِنُ (أَنْ
لَا يَخْرُجَ) وَلَا يَجْلِسَ (حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ) لَكِنْ
إذَا دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَأَرَدْتَ الطَّوَافَ فَالْأَفْضَلُ أَنْ
تَبْدَأَ بِالطَّوَافِ ثُمَّ تَنْوِي بِالرَّكْعَتَيْنِ سُنَّةَ الطَّوَافِ وَتَحِيَّةَ
الْمَسْجِدِ مَعًا.
(Dan) yang
kedelapan (hendaknya dia tidak keluar) dan tidak duduk (sampai
dia shalat dua rakaat). Tetapi jika kamu masuk ke Masjidil Haram dan kamu
ingin melakukan tawaf, maka yang lebih utama adalah hendaknya kamu memulai dengan
tawaf kemudian berniat dengan dua rakaat sunnah tawaf dan tahiyatul masjid
sekaligus.
(وَ) التَّاسِعُ (أَنْ
لَا يَدْخُلَ إلَّا بِوُضُوْءٍ) وَيُنْدَبُ لِمَنْ لَمْ يَأْتِ
بِالتَّحِيَّةِ أَنْ يَقُوْلَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ
لِلّٰهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، فَتَنْدَفِعُ الْكَرَاهَةُ
بِذٰلِكَ، وَهٰذَا حَيْثُ لَمْ يَتَيَسَّرْ لَهُ الْوُضُوْءُ فِى الْمَسْجِدِ
قَبْلَ طُوْلِ الْفَصْلِ وَإِلَّا فَلَا يَكْفِي ذٰلِكَ لِتَقْصِيْرِهِ بِتَرْكِ
الْوُضُوْءِ مَعَ تَيَسُّرِهِ.
(Dan) yang
kesembilan (hendaknya dia tidak masuk kecuali dengan wudhu). Dan
disunnahkan bagi siapa yang tidak melaksanakan tahiyatul masjid untuk
mengatakan empat kali: "Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah,
Allahu Akbar," maka terhindar kemakruhan karena itu. Dan ini sekiranya
tidak memungkinkan baginya wudhu di dalam masjid sebelum lama terpisah, kalau
tidak maka tidak cukup membacca itu karena kelalaiannya meninggalkan wudhu
padahal memungkinkan baginya.
(وَ) الْعَاشِرُ (أَنْ
يَقُوْلَ إذَا قَامَ: سُبْحَانَك اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ
إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إلَيْكَ)
(Dan) yang
kesepuluh (hendaknya dia mengatakan ketika berdiri: "Maha Suci
Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.")
رَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ أَنَّهُ
قَالَ: [مَنْ جَلَسَ فِى مَجْلِسٍ وَكَثُرَ فِيْهِ لَغَطُهُ فَقَالَ
قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذٰلِكَ: سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ
إلَيْكَ إلَّا غَفَرَ اللّٰهُ لَهُ مَا كَانَ فِى مَجْلِسِهِ ذَلِكَ].
Telah
meriwayatkan Imam Tirmidzi dari Rasulullah ﷺ
bahwa beliau bersabda: ["Barangsiapa yang duduk di suatu majelis
dan banyak di dalamnya keramaian, lalu dia berkata sebelum berdiri dari
majelisnya itu: 'Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat
kepada-Mu', melainkan Allah akan mengampuni baginya dosa-dosa yang ada di
majelisnya tersebut."]
وَرُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ
يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى فَلْيَقُلْ آخِرَ مَجْلِسِهِ أَوْ حِيْنَ
يَقُوْمُ: ﴿سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ١٨٠
وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ ١٨١ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ١٨٢﴾
[الصافات: الآيات ١٨٢ ، ١٨٠].
Dan
diriwayatkan dari Ali bahwa dia berkata: "Barangsiapa yang ingin
mendapatkan timbangan dengan timbangan yang penuh, hendaklah ia mengucapkan di
akhir majelisnya atau ketika ia berdiri: Mahasuci Tuhanmu, Tuhan pemilik
kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan. Dan selamat sejahtera bagi para rasul
pembawa risalah. dan segala puji adalah milik Allah Tuhan seluruh alam."
[QS. As-Saffat: Ayat 180-182]
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 21
(وَ)
الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ
عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: [اَلصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ) أَيْ قِوَامُ
الدِّيْنِ كَمَا أَنَّ الْعَمُوْدَ قِوَامُ الْبَيْتِ
(وَفِيْهَا) أَيْ الصَّلَاةِ (عَشْرُ خِصَالٍ: زَيْنُ
الْوَجْهِ وَنُورُ الْقَلْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [صَلَاةُ
الرَّجُلِ نُوْرٌ فِى قَلْبِهِ فَمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فَلْيُنَوِّرْ قَلْبَهُ] رَوَاهُ
الدَّيْلَمِيُّ.
(وَرَاحَةُ الْبَدَنِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [قُمْ فَصَلِّ
فَإِنَّ الصَّلَاةَ شِفَاءٌ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَابْنُ
مَاجَهْ . وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ اللّٰهَ إذَا أَنْزَلَ عَاهَةً
مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ صَرَفَهَا عَنْ عُمَّارِ الْمَسْجِدِ] رَوَاهُ
الْعَسْكَرِيُّ.
(وَأُنْسٌ فِى الْقَبْرِ ،
وَمَنْزِلُ الرَّحْمَةِ، وَمِفْتَاحُ السَّمَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلصَّلَاةُ
قُرْبَانُ كُلِّ تَقِيٍّ] رَوَاهُ الْقَضَاعِيُّ عَنْ عَلِيٍّ.
(وَثِقَلُ الْمِيْزَانِ،
وَمَرْضَاةُ الرَّبِّ) رُوِيَ
أَنَّهُ قَالَ: [مَا مِنْ حَالَةٍ يَكُونُ عَلَيْهَا الْعَبْدُ أَحَبُّ
إلَى اللّٰهِ تَعَالَى مِنْ أَنْ يَرَاهُ سَاجِدًا يَعْفِرُ وَجْهُهُ فِى
التُّرَابِ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.
(وَثَمَنُ الْجَنَّةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ الْمُصَلِّيَ
لَيَقْرَعُ بَابَ الْمَلِكِ وَإِنَّهُ مَنْ يُدِمْ قَرْعَ الْبَابِ يُوْشِكُ أَنْ
يُفْتَحَ لَهُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(وَحِجَابٌ مِنَ النَّارِ) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [اَلصَّلَاةُ
مِيْزَانٌ فَمَنْ أَوْفَى اسْتَوْفَى] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ. وَالْمَعْنَى: اَلصَّلَاةُ مِيْزَانُ الْإِيْمَانِ فَمَنْ أَوْفَى بِهَا
بِحِفْظِ وَاجِبَاتِهَا وَمَنْدُوْبَاتِهَا اسْتَوْفَى مَا وَعَدَ اللّٰهُ بِهِ
مِنَ الْفَوْزِ بِدَارِ الثَّوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ أَلِيْمِ الْعِقَابِ.
(فَمَنْ أَقَامَهَا) أَيْ الصَّلَاةَ (فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ
وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ])
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [خَمْسُ صَلَوَاتٍ مَنْ
حَافَظَ عَلَيْهِنَّ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَلَا
بُرْهَانًا وَلَا نَجَاةً وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ فِرْعَوْنَ
وَقَارُوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ.
Dari
Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. bersabda:
“Salat
adalah tiang agama, barangsiapa menunaikannya, berarti menegakkan agama dan
siapa mengabaikannya, berarti menumbangkan agama.”
Selanjutnya
Nabi saw. bersabda:
“Di
dalam salat ada sepuluh perkara, yaitu menghiasi muka, menerangi hati,
menyenangkan badan, dihibur di dalam kubur, turun rahmat, kunci surga, berat
timbangan, disenangi Tuhan, harga surga dan penghalang dari neraka.”
Salat
dapat menyinari hati, sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadis:
“Salat
seseorang adalah penerang hatinya, barangsiapa di antara kamu yang ingin
hatinya diterangi, hendaklah memperbanyak salatnya.” (H.R. Ad-Dailami).
Salat
juga mengandung arti kesembuhan badan. Nabi saw. bersabda:
“Bangkitlah
kamu, lalu salatlah, karena salat adalah obat.” (H.R. Imam Ahmad dan Ibnu
Majah).
Dalam
hadis lain Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya
Allah apabila menurunkan penyakit dari langit ke ahli bumi, maka Allah
memalingkannya dari orang yang meramaikan mesjid. ” (H.R. Al-Asykari).
Salatpun
mendatangkan rahmat dan kunci langit. Nabi saw. bersabda:
“Salat
itu menjadi kurban bagi setiap orang yang takwa.” (H.R. Al-Oudha’i, dari Ali).
Salat
juga menambah berat timbangan amal dan mendatangkan eridaan Allah. Dalam hal
ini Nabi saw. bersabda: .
“Tidak
ada suatu keadaan pun bagi seorang hamba yang lebih dicintai oleh Allah, selain
Dia melihatnya dalam keadaan sujud seraya membenamkan mukanya ke tanah.” (H.R.
Ath-Thabrani).
Salat
adalah menjadi penebus surga. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw, bersabda:
“Sesungguhnya
orang yang salat adalah orang yang mengetuk pintu Maha Raja dan sesungguhnya
orang yang senantiasa mengetuk pintu, maka akan cepat dibukakan pintu itu
baginya.” (H.R. Ad-Dailami).
Salat
juga menjadi penghalang dari api neraka. Nabi saw. bersabda:
“Salat
adalah timbangan, barangsiapa yang memenuhinya, maka dia akan dipenuhi.” (H.R.
Al-Baihagi dari Ibnu Abbas).
Secara
keseluruhan, salat fardu lima kali sehari, adalah seperti yang dijelaskan oleh
sabda Nabi saw.:
“Lima
kali salat, barangsiapa yang memeliharanya, maka baginya menjadi cahaya dan
tanda serta keselamatan pada hari Kiamat. Barangsiapa yang tidak memeliharanya,
maka baginya tidak mempunyai cahaya, tanda dan keselamatan, dan pada hari
Kiamat dia bersama Firaun, Haman, Marun, dan Ubay bin Khalaf.” (H.R. Ibnu
Nashr).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar