Rabu, 14 Mei 2025

TERJEMAH KITAB NASHOIHUL IBAD BHS. INDONESIA

 

Ang Hidayatus Shibyan Asy-Syafi'i
Mudlirul Ma'had Miftahul Huda Al-Mubarok
Serang Cigawir Selaawi Garut


TERJEMAH KITAB NASHOIHUL IBAD

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ الْعِلْمَ أَرْفَعَ الصِّفَاتِ الْكَمَالِيَّةِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الَّذِى خَصَّ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ بِالْمَآثِرِ الْحِكَمِيَّةِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِى خَصَّهُ اللَّهُ تَعَالَى بِجَمِيعِ كَمَالَاتِ الْعُبُودِيَّةِ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِى مَلَأَ اللَّهُ تَعَالَى قَلْبَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جَلَالِهِ الْأَعْلَى جَلَّ وَعَلَا وَعَيَّنَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جَمَالِهِ الْأَسْنَى فَصَارَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسْرُورًا مَنْصُورًا وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالسَّالِكِينَ عَلَى نَهْجِهِ فَنَالُوْا خَيْرًا وَافِرًا.

Segala puji milik Allah yang telah menganugrahkan ilmu dengan sifat yang paling tinggi dan sempurna. Aku bersaksi bahwa tidak ada Dzat yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah telah mengistimewakan orang yang ia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dengan menguasai riwayat yang bersifat hikmah. Aku juga bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan utusan-Nya yang mana Allah telah mengistimewakan Nabi Muhammad dengan semua kesempurnaan hamba. Semoga Allah melimpahkan lebih banyak rahmat kepada junjungan kita, Nabi Muhammad , yang telah memenuhui oleh Allah Ta'ala ke dalam hatinya dengan sebagian keagungan Allah yang Maha Tinggi, Maha Agung, dan Maha Luhur. Dan Allah telah mengistimewakan Nabi Muhammad dari sebagian keindahan Allah yang sangat luhur, sehingga menjadi  Nabi Shollallahu alaihi wasallama seseorang yang disenangi dan selalu mendapatkan pertolongan. Semoga terlimpah juga sholawat dan salam kepada keluarganya dan para sahabatnya dan semua orang yang menempuh pada jalannnya Nabi Muhammad sehingga mereka mendapatkan kebaikan yang banyak.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَقُولُ الْمُرْتَجِى غُفْرَ الْمَسَاوِى مُحَمَّدٌ نَوَوِى بْنُ عُمَرُ الْجَاوِيُّ : هَذَا شَرْحٌ وَضَعْتُهُ عَلَى الْكِتَابِ الْمُشْتَمِلِ عَلَى الْمَوَاعِظِ لِلْعَلَّامَةِ الْحَافِظِ الشَّيْخِ شِهَابِ الدِّينِ أَحْمَدَ بْنِ عَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ الشَّافِعِيِّ الشَّهِيرِ بِابْنِ حَجَرٍ الْعَسْقَلَانِيِّ ثُمَّ الْمِصْرِيِّ تَغَمَّدَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِرَحْمَتِهِ آمِينَ وَسَمَّيَتُهُ : نَصَائِحَ الْعِبَادِ فِى بَيَانِ أَلْفَاظٍ مُنَبِّهَاتٍ عَلَى الْإِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْمَعَادِ وَأَسْأَلُ اللَّهَ الْكَرِيمَ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ الْمُسْلِمِينَ، وَأَنْ يَجْعَلَهُ ذَخِيرَةً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ آمِينَ.

Setelah mengucapkan basmallah, tahmid, dan shalawat, Kemudian berkata orang yang senantiasa mengharap diampuninya dosa dosa Muhammad Nawawi bin Umar, seorang penduduk Jawa asal Banten : Kitab ini adalah penjelasan yang saya karang  untuk mensyarahi sebuah kitab yang berisi nasehat nasehat milik seorang alim yang hafal ribuan hadits syekh Sihabuddin Ahmad bin Ahmad As Syafi'i yang terkenal dengan nama Ibnu Hajar Al Asqalany kemudian Al Mishri, Semoga memenuhinya Allah Ta'ala dengan rahmat Allah Aamiin. Aku beri nama kitab ini: Nashaihul Ibad, dalam menerangkan lafadz-lafadz yang mengingatkan supaya bersiap-siap untuk menghadapi hari akhirat. Dan saya memohon kepada Allah yang Maha Pemurah, agar Allah memberi kemanfaatan melalui kitab ini kepada umat Muslim dan semoga Allah menjadikannya sebagai tabungan pahala sampai hari kiamat. Amin.

(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) وَتُسَنُّ عِنْدَ ابْتِدَاءِ كُلِّ أُمُورٍ غَيْرِ مُحَقَّرَاتٍ، فَإِنْ تَرَكَهَا فِي أَوَّلِهَا أَتَى بِهَا فِي أَثْنَائِهَا بِقَوْلِهِ "بِسْمِ اللَّهِ فِى أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ".

(Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang) Disunnahkan membaca lafadz basmalah ketika mengawali setiap perkara yang bukan remeh atau hina, maka jika seseorang meninggalkan basmalah di awal perkara hendaklah ia membaca basmalah di tenga-tengah perkara itu dengan mengucap "بِسْمِ اللَّهِ فِى أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ".

(الْحَمْدُ لِلَّهِ فِي كُلِّ حِينٍ) أَيْ زَمَانٍ قَلَّ أَوْكَثُرَ (وَأَوْقَاتٍ) وَهِيَ أَزْمِنَةٌ مَحْدُودَةٌ، وَهِيَ مِنْ عَطْفِ خَاصٍّ عَلَى عَامٍّ.

(Segala puji milik Allah di setiap waktu) Maksudnya di setiap zaman sedikit atau banyak (Dan di banyak waktu) Makna pada lafadz أَوْقَاتٍ adalah zaman zaman yang dibatasi, lafadz أَوْقَاتٍ diathofkan pada lafadz فِى كُلِّ حِيْنٍ termasuk kategori mengathofkan lafadz yang khusus kepada lafadz yang umum.

(وَالصَّلَاةُ) أَيْ الْعَطْفُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ غَيْرِهِ (عَلَى رَسُولِهِ) إلَى كَافَّةِ الْخَلْقِ (أَشْرَفِ الْخَلْقِ) وَهُوَ كُلُّ مَا أَوْجَدَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى تَقْدِيرٍ أَوْجَبَتْهُ الْحِكْمَةُ (وَالْبَرَيَّاتِ) أَيْ الْمَخْلُوقَاتِ مُطْلَقًا أَوِ الَّتِي فِي الْأَرْضِ، فَهِيَ مِنْ عَطْفِ الْمُرَادِفِ أَوْ مِنْ عَطْفِ الْخَاصِّ عَلَى الْعَامِّ، فَسَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْخَلْقِ اللهِ كُلِّهِمْ.

(Semoga bertambahnya rahmat) Maksudnya kasih sayang dari Allah dan dari selain Allah (Terlimpah kepada Rasulullah) yang diutus kepada seluruh makhluk (Paling mulianya makhluk) Makhluk adalah segala sesuatu yang Allah wujudkan sesuai dengan ukuran ukuran tertentu yang mengharuskan ketentuan itu bijaksananya Allah (Dan paling mulianya ciptaan Allah) Maksudnya makhluk secara mutlak atau maknanya البريات adalah makhluk yang berada di atas bumi, lafadz البريات diathofkan pada lafadz الخلق itu termasuk mengathofkan dua lafadz yang maknanya sama atau athofnya lafadz اَلْبَرِيَّات kepada lafadz اَلْخَلْقِ itu termasuk dari mengathofkan lafadz yang khusus kepada lafadz sebelumnya yang lebih umum, Jadi Sayyidina Muhammad adalah Paling utamanya ciptaan Allah dari seluruh makhluk.

(هَذِهِ) أَيْ الْمُسْتَحْضَرَةُ فِى الذِّهْنِ (مُنَبِّهَاتٌ عَلَى الْإِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْمَعَادِ) أَيْ عَلَى التَّأَهُّبِ لِأَجْلِ وَقْتِ الرُّجُوعِ إِلَى اللهِ تَعَالَى (فَإِنَّ مِنْهَا) أَيْ الْمُنَبِّهَاتِ (مَا يَكُونُ مَثْنَى) أَيْ زَوْجَيْنِ زَوْجَيْنِ (وَمِنْهَا مَا يَكُونُ ثُلَاثِيًا، إِلَى تَمَامِ الْعَشْرَةِ) وَجُمْلَةُ الْمَقَالَاتِ مِائَتَانِ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ الْأَخْبَارُ خَمْسَةٌ وَأَرْبَعُونَ، وَالْبَوَاقِي آثَارٌ، وَأَنَا الْآنَ أُرِيدُ التَّبَرُّكَ بِإِتْيَانِ حَدِيثَيْنِ شَرِيْفَيْنِ جَلِيلَيْنِ:

(Ini) Kitab yang hadir dalam fikiran ini (Adalah hal-hal yang mengingatkan supaya bersiap siap untuk menghadapi hari akhirat) Maksudnya bersiap siap karna waktu kepulangan menghadap Allah Ta'ala (Sungguh ada di antaranya) hal-hal yang mengingatkan kematian ini (Nasehat-nasehat yang dua dua) Maksudnya dua pasang nasehat dua pasang nasehat (Ada di antaranya yang isinya tiga tiga sampai genap sepuluh) Jumlah maqolah ada 214 yang terdiri dari 45 hadits dan sisanya riwayat dari sahabat dan tabi'in. Saya sekarang ingin mendapatkan keberkahan dengan menuturkan dua hadits yang mulya, dan agung.

Hadits Pertama

فَالْحَدِيثُ الْأَوَّلُ : أَجَازَنِي بِهِ الْعَلَّامَةُ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ الْخَطِيبُ الشَّامِيُّ ثُمَّ الْمَدَنِيُّ الْحَنْبَلِيُّ وَهُوَ ابْنُ عُثْمَانَ بْنُ عَبَّاسِ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ مَشَايِخِهِ مُتَّصِلًا إِلَى أَبِى ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى : "يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحْرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوْا، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا على أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ ما نَقَصَ ذلك مِنْ مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي لو أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا في صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ ما نَقَصَ ذلك مِمَّا عِنْدِي إلاّ كما يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ، يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللهَ، وَمَنْ وَجَدَ غيرَ ذلك فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ."

Hadits yang pertama telah mengijazahkan kepadaku Al Allamah Asy Syaikh Muhammad Al Khatib Asy Syami Al Madani Al Hambali, yaitu Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, dari gurunya dalam rantai sanad yang terus menerus sampai kepada Abu Dzar Al Ghiffari radiyallahu 'anhu dari Rasulullah ' dalam riwayat yang Nabi riwayatkan dari Allah sebagai tuhan-Nya azza wajalla : "Wahai hamba hambaku sungguh aku haramkan dzolim atas diriku sendiri dan aku jadikan perbuatan dzolim itu diharamkan di antara kalian maka janganlah kalian saling mendzolimi. Wahai hamba hambaku kalian semua adalah tersesat kecuali orang yang telah aku beri hidayah maka mintalah kalian semua petunjuk kepadaku pasti aku akan memberikan petunjuk kepada kalian. Wahai hamba hambaku kalian semua lapar kecuali orang yang telah aku beri makan maka mintalah kalian semua makan ke padaku pasti aku akan memberi makanan kepada kalian. Wahai hamba hambaku kalian semua telanjang kecuali orang yang telah aku beri pakaian maka mintalah pakaian kepadaku pasti aku akan berikan pakaian kepada kalian. Wahai hamba hambaku sungguh kalian berbuat dosa siang dan malam dan aku mengampuni semua dosa maka mintalah ampun kepadaku pasti aku mengampuni kalian. Wahai hamba hambaku sungguh kalian tidak mampu membahayakan aku lalu kalian mencelakakan aku dan kalian tidak akan mampu memberikan manfaat kepadaku lalu kalian bermanfaat padaku. Wahai hamba hambaku andai orang yang pertama di antara kalian dan orang yang terakhir di antara kalian semua golongan manusia dan golongan jin mereka semua ada pada setaqwa taqwa hati seseorang dari kalian tidaklah hal itu menambah dalam kekuasaanku sedikitpun. Wahai hamba hambaku andai orang yang pertama di antara kalian dan orang yang terakhir di antara kalian semua golongan manusia dan golongan jin mereka semua ada pada sebejad bejadnya hati seseorang dari kalian tidaklah hal itu mengurangi dalam kekuasaanku sedikitpun. Wahai hamba hambaku andai orang yang pertama di antara kalian dan orang yang terakhir di antara kalian semua golongan manusia dan golongan jin mereka semua berdiri di satu lapangan lalu mereka semua meminta kepadaku lalu aku beri setiap orang dari permintaanya tidaklah hal itu mengurangi dari kekayaan yang ada padaku kecuali seperti jarum yang dicelupkan pada lautan. Wahai hamba hambaku sesungguhnya itu adalah amal kalian yang aku hitung amal kalian itu untuk kalian kemudian aku berikan balasan penuh kepada kalian amalan amalan itu maka barang siapa mendapat kebaikan hendaklah ia bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa tidak mendapatkan kebaikan Janganlah ia mencela siapapun kecuali hanya pada dirinya sendiri."

Hadits Kedua:

وَالْحَدِيثُ الثَّانِى : أَجَازَنِي بِهِ الْعَلَّامَةُ السَّيِّدُ أَحْمَدُ الْمَرْصَفِيُّ الْمِصْرِيُّ بَعْدَ أَنْ أَجَازَنِي بِهِ السَّيِّدُ عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ لْأَحْمَدَ فَرَحَاتِ الشَّافِعِيُّ، عَنْ مَشَايِخِهِ مُسَلْسَلًا بِالْأَوَّلِيَّةِ إلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : "الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اِرْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ"

Hadits yang ke dua telah mengijazahkan kepada ku Al Allamah Al Sayyid Ahmad Al Marsafi Al Mesir setelah dia mengijazahkan kepada ku Al Sayyid Abdul Wahhab bin Ahmad Farhat Al Syafi'i, dari para guru-gurunya secara berurutan hingga kepada Abdullah bin Amr bin Ash dari Nabi bahwa beliau bersabda : "Orang orang yang penuh kasih sayang, Yang Maha Pemurah akan merahmati mereka. Maka berikanlah belas kasihan kepada mereka yang ada di bumi, maka yang ada di langit akan merahmati kalian."

وَالْمَعْنَى: اَلرَّاحِمُونَ لِمَنْ فِى الْأَرْضِ مِنْ آدَمِيٍّ وَحَيَوَانٍ لَمْ يُؤْمَرْ بِقَتْلِهِ بِالْإِحْسَانِ إِلَيْهِمْ يُحْسِنُ الرَّحْمَنُ إِلَيْهِمْ، ارْحَمُوا مَنْ تَسْتَطِيعُونَ أَنْ تَرْحَمُوهُ مِنْ أَصْنَافِ مَخْلُوقَاتِهِ تَعَالَى وَلَوْ غَيْرَ عَاقِلٍ بِالشَّفَقَةِ عَلَيْهِمْ وَدُعَائِكُمْ لَهُمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ يَرْحَمْكُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَمَنْ رَحْمَتُهُ عَامَّةٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ الَّذِينَ هُمْ أَكْثَرُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ. وَلَا يَجُوزُ لِشَخْصٍ أَنْ يَدْعُوَ لِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ بِغَفْرِ جَمِيعِ ذُنُوبِهِمْ أَوْ يَدْعُوَ لِفَقِيرٍ بِنَحْوِ مِائَةِ دِينَارٍ وَلَيْسَ لَهُ جِهَةٌ يَتَسَهَّلُ مِنْهَا ذَلِكَ وَيَقُولُ : هَذَا مِنَ الرَّحْمَةِ بِالْخَلْقِ لِأَنَّهُ مُخَالِفٌ لِنُصُوصِ الشَّرْعِ اهـ.

Makna hadits ini: Orang orang yang berbelas kasih kepada makhluk makhluk yang ada di muka bumi baik itu makhluk bangsa Adam maupun hewan yang mana tidak diperintah membunuhnya, dengan berbuat baik kepada makhluk itu Allah akan berbuat baik kepada mereka. Berbelas kasihlah kalian semua kepada makhluk makhluk yang kalian mampu untuk berbelas kasih kepada-Nya dari berbagai kelompok makhluk makhluknya meskipun makhluk itu tidak berakal dengan sayang pada makhluk makhluk itu dan dengan kalian mendoakan kepada makhluk makhluk itu dengan doa rahmat dan ampunan maka Allah dan para malaikat akan berbelas kasih kepada kalian. Yang mana belas kasihnya Allah itu menyeluruh kepada penduduk langit yang mana para penduduk langit itu lebih banyak dari pada penduduk bumi. Tidak boleh bagi seseorang mendoakan semua umat Islam dengan diampuninya semua dosa atau berdoa untuk seorang faqir dengan semisal mendapatkan uang seratus dinar sedangkan tidak ada baginya jalan yang menjadi mudah dari jalan itu untuk mendapatka uang seratus dinar. lalu dia berucap : "Yang demikian ini termasuk kasih sayang Allah kepada makhluk" karena doa yang seperti itu bertentangan dengan hukum syar'a.

رُؤيَ الْغَزَالِيُّ فِى النَّوْمِ فَقِيلَ لَهُ: مَا فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟، فَقَالَ أَوْقَفَنِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَقَالَ لِيْ: بِمَ قَدِمْتَ عَلَيَّ؟، فَصِرْتُ أَذَكُرُ أَعْمَالِيْ، فَقَالَ: لَمْ أَقْبَلْهَا، وَإِنَّمَا قَبِلْتُ مِنْك ذَاتَ يَوْمٍ نَزَلَتْ ذُبَابَةٌ عَلَى مِدَادِ قَلَمِكَ لِتَشْرَبَ مِنْهُ وَأَنْتَ تَكْتُبُ فَتَرَكْتَ الْكِتَابَةَ حَتَّى أَخَذَتْ حَظَّهَا رَحْمَةً بِهَا، ثُمَّ قَالَ تَعَالَى: اِمْضُوا بِعَبْدِي إلَى الْجَنَّةِ.

Imam Al-Ghazali pernah diimpikan oleh seseorang, dan dia ditanya, "Bagaimana perlakuan Allah terhadap Anda?" Imam Al-Ghazali menjawab, "Allah SWT. membawaku kehadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, 'Karena apa kamu datang ke pada-Ku?' Saya pun menyebutkan berbagai amal perbuatanku. Kemudian Allah berfirman, 'Aku tidak menerimanya, yang aku terima darimu hanyalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tinta mu untuk meminum isinya, sementara kamu sedang menulis, lalu kamu berhenti menulis hingga lalat itu mengambil jatah minumnya, karena kamu kasihan terhadap lalat tersebut.' Kemudian Allah memerintahkan, 'Bawalah hamba-Ku ini ke surga!'."

وَفِى قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “يَرْحَمُكُمْ” رِوَايَتَانِ، الْجَزْمُ عَلَى أَنَّهُ جَوَابُ الْأَمْرِ، وَالرَّفْعُ عَلَى أَنَّهُ جُمْلَةٌ دِعَائِيَّةٌ، وَهُوَ أَوْلَى لِأَنَّ دُعَائَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ مَرْدُودٍ.

Dalam membaca sabda Nabi lafadz “يَرْحَمُكُمْ” ada dua riwayat, riwayat pertama dibaca jazm atas i'rab lafadz “يَرْحَمْكُمْ” itu jawab dari fiil amar. Riwayat ke dua dibaca rofa atas i'rab bahwa lafadz “يَرْحَمُكُمْ” itu doa. Dibaca rofa adalah yang paling utama karena doa Nabi tidak ditolak.

وَمِنْ أَسْبَابِ حُسْنِ الْخَاتِمَةِ: الْمُوَاظَبَةُ عَلَى هَذَا الدُّعَاءِ، وَهُوَ : "اَللَّهُمَّ أكْرِمْ هَذِهِ الْأُمَّةَ الْمُحَمَّدِيَّةَ بِجَمِيلِ عَوَائِدِكَ فِى الدَّارَيْنِ إكْرَامًا لِمَنْ جَعَلْتَهَا مِنْ أُمَّتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" وَمِنْهَا: اَلْمُوَاظَبَةُ عَلَى هَذَا الدُّعَاءِ بَيْنَ سُنَّةِ الصُّبْحِ وَفَرْضِهِ، وَهُوَ : "اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اسْتُرْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ اجْبُرْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ اصْلِحْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ عَافِ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ احْفَظْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَا لِمِينَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَغْفِرَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَا لِمِينَ اَللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَرْجًا عَاجِلًا يَا رَبَّ الْعَا لِمِينَ". وَمِنْهَا: مُلَازَمَةُ هَذَا الدُّعَاءِ، وَهُوَ : "يَا رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ بِقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ اِغْفِرْلِيْ كُلَّ شَيْءٍ وَلَا تَسْئَلْنِى عَنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تُحَاسِبْنِيْ فِى كُلِّ شَيْءٍ وَأَعْطِنِيْ كُلَّ شَيْءٍ". اهـ

Diantara sebab sebab Husnul Khotimah, membiasakan doa berikut ini : “Ya Allah, semoga Engkau memuliakan umat Sayyidina Muhammad ini dengan kebaikan pemberian-Mu di dunia dan di akhirat, sebagai kemulyaan bagi orang-orang yang engkau jadikan dari sebagian umatnya . ” Di antara sebab sebab Husnul Khotimah membiasakan doa berikut ini antara sholat sunnah subuh dan fardhu subuh, Yaitu : "Ya Allah, semoga Engkau memberikan ampunan bagi umat junjungan kami, Nabi Muhammad . Ya Allah, semoga engkau menyayangi umat junjungan kami, Nabi Muhammad . Ya Allah, semoga Engkau menutupi aib umat Nabi Muhammad . Ya Allah, Semoga Engkau menutupi kekurangan umat junjungan kami, Nabi Muhammad . Ya Allah, Semoga Engkau memperbaiki keadaan umat junjungan kami, Nabi Muhammad . Ya Allah, Semoga Engkau menyelamatkan umat junjungan kami, Nabi Muhammad . Ya Allah, Semoga Engkau menjaga umat junjungan kami, Nabi Muhammad . Ya Allah, Semoga Engkau mengkasihani umat junjungan kami, Nabi Muhammad , dengan kasih sayang yang menyeluruh, wahai Tuhan yang mengurus seluruh alam. Wahai Tuhanku, Semoga Engkau mengampuni umat junjungan kami, Nabi Muhammad , dengan ampunan yang menyeluruh, wahai Tuhan yang mengurus seluruh alam. Ya Allah, Semoga Engkau melapangkan umat junjungan kami, Nabi Muhammad , dengan kelapangan yang segera, wahai Tuhan yang mengurus seluru alam.” Diantara sebab sebab Husnul Khotimah, membiasakan membaca doa berikut ini: “Wahai Tuhan yang memelihara segala sesuatu, dengan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu, Semoga Engkau mengampuni untuk ku segala sesuatu , dan Semoga Engkau tidak menanyakan kepadaku segala sesuatu. Semoga Engkau tidak menghisabku dengan segala sesuatu, dan Semoga Engkau memberikan kepadaku segala sesuatu.”

بَابُ الثُنَائِيْ

وَفِيهِ ثَلَاثُونَ مَوْعِظَة، أَرْبَعَةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ وَنَعْنِى بِالْأَخْبَارِ أَقْوَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِالْآثَارِ أَقْوَالَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ.

Dalam bab ini ada 30 Nasihat, dari tiga puluh nasihat itu ada 4 akhbar dan sisanya atsar. Yang kami maksud dengan istilah akhbar adalah sabda sabda nabi dan yang kami maksud dengan istilah atsar adalah perkataan sahabat dan para tabiin.

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 1:

Dua Perkara yang Lebih Utama

(فمِنْهُ) أَيْ فَالْمَقَالَةُ الْأُوْلَى مِنَ الْمُنَبِّهَاتِ الثُّنَائِيَّةِ (مَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: خَصْلَتَانِ لاَ شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا: الْإِيْمَانُ بِاللهِ وَالنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِينَ) بِالْمَقَالِ أَوْ بِالْجَاهِ أَوْ بِالْمَالِ أَوْ بِالْبَدَنِ.

(Di antara Bab yang isinya dua dua) Maksudnya maqalah yang pertama dari bab munabbihat (Nasehat yang mengingatkan supaya bersiap menuju akhirat) yang isinya dua dua (Adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi bahwa Nabi bersabda : "Ada dua perkara tidak ada suatu amalan lain yang lebih utama daripada dua amalan itu yaitu beriman kepada Allah dan memberi manfaat kepada umat Islam".) Dengan ucapan atau dengan kedudukan atau dengan hartan atau dengan badan.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَصْبَحَ لَا يَنْوِي الظُّلْمَ عَلَى أَحَدٍ غُفِرَ لَهُ مَا جَنَى، وَ مَنْ أَصْبَحَ يَنْوِي نُصْرَةَ الْمَظْلُومِ وَقَضَاءَ حَاجَةِ الْمُسْلِمِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ مَبْرُورَةٍ".

Telah bersabda Rasulullah :"Barang siapa yang masuk di waktu pagi tidak berniat dzolim kepada siapapun maka pasti akan diampuni atas kesalahan yang telah dilakukan. Barang siapa yang masuk di waktu pagi dia berniat menolong orang yang didzolimi dan memenuhi kebutuhan orang lain Maka perbuatan ini baginya seperti pahala haji yang mabrur.

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: "أَحَبُّ الْعِبَادِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ، وَأَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ الْمُؤْمِنِ، يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كَرْبًا أَوْ يَقْضِي لَهُ دَيْنًا".

Telah bersabda Rasulullah  :"Hamba yang paling disukai oleh Allah adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia. Dan amalan yang paling utama adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang mukmin, dia usir rasa lapar dari orang mukmin atau dia hilangkan kesusahan dari orang mukmin atau dia bayarkan hutang bagi orang mukmin.

(وَخَصْلَتَانِ لَا شَيْءَ أَخْبَثُ) أَيْ أَنْجَسُ (مِنْهُمَا: الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُّرُّ لِلْمُسْلِمِينَ) فِي أَبْدَانِهِمْ أَوْ أَمْوَالِهِمْ فَإِنَّ جَمِيعَ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى تَرْجِعُ إلَى خَصْلَتَيْنِ: التَّعْظِيمِ للهِ تَعَالَى وَالشَّفَقَةِ لِخَلْقِهِ، كَقَوْلِهِ تَعَالَى: "أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ" [الْبَقَرَةِ: ٤٣]، وَقََوْلِهِ تَعَالَى: "اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ" [لُقْمَانَ: ١٤]. رُوِيَ عَنْ أُوَيْس الْقَرْنِ أَنَّهُ قَالَ: "مَرَرْتُ فِي بَعْضِ سِيَاحَتِي بِرَاهِبٍ، فَقُلْتُ یا رَاهِب، مَا أَوَّلُ دَرَجَةٍ يَرْقَاهَا الْمُرِيدُ؟، قَالَ رَدُّ الْمَظَالِمِ وَخِفَّةُ الظَّهْرِ مِنَ التَّبِعَاتِ، فَإِنَّهُ لَا يَصْعَدُ لِلْعَبْدِ عَمَلٌ وَعَلَيْهِ تَبِعَةٌ أَوْ مَظْلَمَةٌ.

(Ada dua perkara tidak ada perkara lain yang lebih buruk) maksudnya lebih kotor (dari pada dua perkara ini yaitu yang pertama syirik kepada Allah dan yang ke dua membahayakan orang Islam) pada fisiknya atau harta orang Islam. Karena semua perintah Allah itu merujuk pada dua perkara yaitu yang pertama mengagungkan Allah dan yang ke dua adalah berbelas kasih kepada makhluk. Seperti Firman Allah "Dirikanlah sholat dan bayarlah zakat" [Q.S Al-Baqarah : 34] dan firman Allah "bersyukurlah kamu kepadaku dan kepada kedua orang tua mu" [Q.S Luqman : 14]. Diriwayatkan dari Uwais al-Qarni, beliau berkata: "Saya melewati sebagian perjalanan saya di dekat seorang pendeta, lalu saya berkata, 'Wahai pendeta, apa tingkatan pertama yang harus dilalui seorang murid ?' Pertapa itu menjawab, 'mengembalikan hal hal yang diambil secara zalim dan ringankan beban dari tangguan tanggungan pada manusia, sungguh tidak bisa naik amal perbuatan bagi seorang hamba sedangkan atas hamba itu ada tanggungan dosa pada orang lain atau masih ada kedzoliman.'" 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 2: Dua Perintah Agar Bergaul dengan Ulama

(وَ)الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ : (قَالَ) النَّبِيُّ (عَلَيْهِ السَّلَامُ : عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ) أَيْ الْعَامِلِينَ (وَاسْتِمَاعِ كَلَامِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْعَالِمِينَ بِذَاتِ اللَّهِ تَعَالَى الْمُصِيبِينَ فِى أَقْوَالِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ (فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحْيِى الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُورِ الْحِكْمَةِ) أَيْ الْعِلْمِ النَّافِعِ (كَمَا يُحْيِى الْأَرْضَ الْمَيِّتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ).

Maqolah yang kedua : (Telah bersabda) Nabi Muhammad ( : Tetaplah kamu beristiqomah duduk bersama para ulama) Yang mengamalkan ilmunya (dan mendengarkan perkataan orang orang yang ahli hikmah) Maksudnya ahli hikmah adalah orang yang marifat billah yang senantiasa tepat dalam setiap ucapan mereka dan setiap perbuatan mereka. (Sungguh Allah Subhanahu wata'ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah) Maksudnya ilmu yang bermanfaat (sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang kering dengan air hujan).

وَفِى رِوَايَةِ الطَّبَرَانِيِّ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ : (جَالِسُوا الْكُبَرَاءَ وَسَائِلُوا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَاءَ) وَفَى رِوَايَةٍ : (جَالِسِ الْعُلَمَاءَ وَصَاحِبِ الْحُكَمَاءَ وَخَالِطِ الْكُبَرَاءَ) أَيْ فَإِنَّ الْعُلَمَاءَ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ : الْعُلَمَاءُ بِأَحْكَامِ اللهِ تَعَالَى وَهُمْ أَصْحَابُ الْفَتْوَى؛ وَالْعُلَمَاءُ بِذَاتِ اللَّهِ فَقَطْ وَهُمْ الْحُكَمَاءُ فَفِي مُدَاخَلَتِهِمْ تَهْذِيبٌ لِلْأَخْلَاقِ لِأَنَّهُمْ أَشْرَقَتْ قُلُوبُهُمْ بِمَعْرِفَةِ اللهِ وَأَشْرَقَتْ أَسْرَارُهُمْ بِأَنْوَارِ جَلَالِ اللَّهِ. وَالْعُلَمَاءُ بِالْقِسْمَيْنِ وَهُمْ الْكُبَرَاءُ فَإِنَّ مُخَالَطَةَ أَهْلِ اللهِ تُكْسِبُ أَحْوَالًا سَنِيَّةً وَالنَّفْعُ بِاللَّحْظِ فَوْقَ النَّفْعِ بِاللَّفْظِ فَمَنْ نَفَعَكَ لَحْظُهُ نَفْعَكَ لَفْظُهُ وَمَنْ لَا فَلَا؛

Disebut dalam riwayat Imam Tobroni dari Imam Abu Hanifah Rasulullah  bersabda (Duduklah kalian semua bersama orang orang besar, dan bertanyalah kamu kepada para Ulama, dan berbaurlah kamu bersama orang orang yang ahli hikmah). Disebutkan dalam sebuah riwayat : (Duduklah di majelis ulama, dan bersahabatlah dengan para hukama dan bergaullah dengan orang orang besar.) Maksudnya Ulama ada tiga macam : Yang pertama Ulama yang mempunyai ilmu tentang hukum hukum Allah, mereka adalah orang orang yang berhak memberi fatwa. Yang kedua orang orang yang mengerti tentang dzat Allah saja, merekalah orang orang ahli hikmah. Bergaul dengan mereka akan menghaluskan akhlaq. Karena sesungguhnya mereka benar benar bersinar hatinya dengan marifatullah dan bersinar ruh ruh mereka dengan cahaya keagungan Allah. Ulama dua bagian tadi mereka adalah Al-Kubarao / orang orang besar. Sungguh berbaur dengan orang orang yang marifat billah akan menghasilkan sikap sikap yang mulia. Mendapatkan manfaat karena diperhatikan ulama itu melebihi kemanfaatan lafadz / ucapan. Barang siapa ulama yang bermanfaat bagimu perhatiannya maka akan bermanfaat pula kepadamu ucapannya. Barang siapa ulama yang tidak memberi perhatian kepadamu maka tidak akan bermanfaat pula kepadamu ucapannya.

وَكَانَ السُّهْرَوَرْدِيُّ يَطُوفُ فِى بَعْضِ مَسْجِدِ الْخَيْفِ بِمِنًى يَتَصَفَّحُ الْوُجُوهَ فَقِيلَ لَهُ فِيهِ فَقَالَ : إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا إِذَا نَظَرُوا إِلَى شَخْصٍ أَكْسَبُوهُ سَعَادَةً فَأَنَا أَطْلُبُ ذَلِكَ.

Adalah Imam Suhrowardi beliau towaf di masjid khoif yang ada di mina sambil memcari cari wajah orang kemudian beliau ditanya tentang perbuatannya maka ia menjawab "sesungguhnya Allah mempunyai hamba hamba, jika hamba itu menatap pada seseorang mereka memberikan kepada orang yang mereka tatap itu sebuah kebahagiaan. Saya sedang mencari yang demikian itu."

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِي يَفِرُّونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيهِمُ اللَّهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ : أُولَاهَا يَرْفَعُ اللَّهُ الْبَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ ، وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا ، وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُونَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيمَانٍ).

Nabi bersabda (akan datang suatu zaman pada umatku di zaman itu umatku akan lari dari ulama dan fuqoha maka Allah akan memberikan cobaan kepada umat yang menjauhi ulama dengan tiga musibah : yang pertama dari musibah itu Allah akan menghapus keberkahan dari hasil kerja mereka yang kedua Allah akan menguasakan untuk memimpin mereka semua sultan yang dzolim yang ketiga mereka keluar meninggalkan dunia tanpa iman).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 3: Dua Perumpamaan Masuk Kubur

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ : (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ دَخَلَ الْقَبْرَ بِلَا زَادٍ) أَيْ مِنَ الْعَمَلِ الصَّالِحِ (فَكَأَنَّمَا رَكِبَ الْبَحْرَ بِلَا سَفِينَةٍ) أَيْ فَيَغْرَقُ غَرَقًا لَا خَلَاصَ لَهُ إِلَّا بِمَنْ يُنْقِذُهُ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَرِيقِ الْمُغَوِّثِ) أَيْ الطَّلَبِ لِأَنْ يُغَاثَ.

Maqolah yang ke tiga (Dari Abu Bakar As-siddiq Semoga Allah meridhoinya : Orang yang masuk ke liang lahat / qubur tanpa bekal) Maksudnya bekal dari amal sholeh (Seakan ia mengarungi lautan tanpa menaiki perahu) Maksudnya tentu ia akan hanyut tenggelam dengan sebenar benarnya hanyut yang tiada keselamatan baginya kecuali dengan syafaatnya orang yang akan menyelamatkan dia sebagaimana Nabi bersabda : (Tiadalah mayit itu di alam quburnya melainkan seperti orang yang hanyut / tenggelam teriak teriak minta tolong) Maksudnya mencari pertolongan.


Bab 2 Maqolah 4: Dua Kemuliaan

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : صِفْ لِي حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ : عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).

Maqolah yang ke empat dari : (Dari Umar Radhiallahu Anhu) Dinukil dari syaikh Abdul mu'ti As-Samlawi (Sesungguhnya Nabi berkata kepada Malaikat Jibril Alaihissalam : Wahai jibril sebutkan kepadaku kebaikan-kebaikan Umar ! Lalu Malaikat Jibril berkata : Andai laut-laut menjadi tintanhya pohon pohon menjadi penanya niscaya aku tidak akan bisa menghitung kebaikan kebaikan Umar. Kemudian Nabi berkata kepada Malaikat Jibril : Wahai Jibril sebutkan kepadaku kebaikan-kebaikan Abu Bakar ! lalu Malaikat Jibril berkata : Kebaikan Umar adalah satu kebaikan dari kebaikan kebaikannya Abu Bakar). 

(عِزُّ الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

(Kemuliaan dunia itu dengan harta dan kemuliaan akhirat itu dengan amal sholeh) Maksudnya tidaklah menjadi kuat perkara-perkara dunia dan tidak bisa menjadi baik perkara perkara dunia kecuali dengan harta dan tidaklah menjadi kuat perkara-perkara akhirat dan tidak bisa menjadi baik perkara-perkara akhirat kecuali dengan amal sholeh.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 5: Dua Kesedihan

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةِ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا.

Maqolah yang ke lima (Dari Utsman Radhiallahu Anhu : Bersedih karena urusan dunia menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih karena urusan akhirat menjadikan cahaya dalam hati). Maksudnya kesedihan di dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan dunia pasti akan menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih di dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan akhirat pasti akan menjadikan cahaya dalam hati. Ya Allah janganlah engkau jadikan dunia sebesar-besarnya kesedihan kami dan janganlah engkau jadikan dunia sebagai tujuan dari ilmu kami.

 

Bab 2 Maqolah 6: Dua Pencarian

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ فِي طَلَبِهِ وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي طَلَبِهِ) أَيْ مَنْ اشْتَغَلَ فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ الْعَاقِلِ جَهْلُهُ كَانَ فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ تَعَالَى وَمَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا لِلنَّارِ وَلِسَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke enam (dari ali radhiallahu anhu) wakarroma wajhahu (Orang yang ada dalam mencari ilmu maka ada surga dalam pencariannya. Orang yang ada dalam mencari maksiat maka ada neraka dalam pencariannya) Maksudnya orang yang sibuk dalam ilmu yang bermanfaat yang tidak boleh bagi orang baligh yang berakal tidak tahu tentang ilmu tersebut pada hakikatnya ia sedang mencari surga dan ridho Allah Subhanahu Wata'ala. Dan barang siapa yang menginginkan perbuatan maksiat pada hakikatnya ia sedang mencari neraka dan murka Allah Subhanahu Wata'ala.

Bab 2 Maqolah Ke 7: Dua Pencarian

(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا آثَرَ الدُّنْيَا) أَيْ لَا قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ السَّلِيمِ.

Maqolah yang ke tujuh (Dari yahya bin ma'adz Radhiallahu Anhu : Tidak mungkin berbuat maksiat kepada Allah orang yang mulia) Maksudnya orang yang terpuji perbuatannya. Orang yang mulia adalah orang yang memuliakan dirinya dengan perbuatan taqwa dan dengan menjaga dirinya dari perbuatan maksiat (Dan tidak mungkin mengutamakan dunia) Maksudnya tidak mungkin mendahulukan dunia dan tidak mungkin mengutamakan dunia (Dari akhirat orang yang bijaksana) Maksudnya orang yang senantiasa tepat dalam perbuatan-perbuatannya. Orang yang bijaksana adalah orang yang mencegah dirinya dari menentang akal sehatnya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 8: Dua Modal yang Berbeda Hasilnya

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنِ الْأَعْمَشِ) اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مَهْرَانَ الْكُوفِيُّ (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِبْحِ دِينِهِ ، وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنْيَا كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِينِهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ تَمَسَّكَ عَلَى التَّقْوَى بِامْتِثَالِ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابِ الْمَعَاصِي بِأَنْ أَسَّسَ أَفْعَالَهُ بِمُوَافَقَاتِ الشَّرْعِ فَلَهُ حَسَنَاتٌ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى، وَمَنْ تَمَسَّكَ عَلَى أُمُورٍ مُخَالِفَاتٍ لِلشَّرْعِ فَلَهُ سَيِّئَاتٌ كَثِيرَةٌ عَجِزَتِ الْأَلْسُنُ عَنْ ذِكْرِ ذَلِكَ بِالْعَدَدِ.

Maqolah yang ke delapan (Dari A'mas) Nama aslinya adalah Sulaiman Bin Mahran Al-Kufi (Rodhiallahu Anhu : Barang siapa yang modal utamanya takwa maka menjadi letih lisan-lisannya dari mensifati keuntungan agamanya. Barang siapa yang modal utamanya dunia maka menjadi letih lisan-lisannya dari mensifati kerugian agamanya) Ma'nanya adalah barang siapa yang berpegang teguh pada takwa dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dengan mendasarkan perbuatan perbuatannya sesuai dengan hukum syariat maka untuknya kebaikan-kebaikan yang banyak tidak terhitung. Barang siapa yang berpegang teguh pada perkara-perkara yang menyelisihi hukum syara maka untuknya keburukan-keburukan yang banyak yang menjadikan tidak mampu lisan-lisannya dari menyebutkan keburukannya dengan hitungan.

Bab 2 Maqolah Ke 9: Dua Dasar Ma’siyat

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٍ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيْ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (مِنَ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا (آدَمَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.

Maqolah yang ke sembilan (Dari sufyan Ats-tsauri Radhiallahu Anhu) Dia adalah gurunya Imam Malik (Setiap kemaksiatan) Yang muncul (Dari nafsu) Maksudnya inginnya nafsu pada sesuatu (Maka sesungguhnya bisa diharapkan diampuninya) Maksudnya Maksiat Itu. (Setiap kemaksiatan) Yang muncul (Dari sifat sombong) Maksudnya mengaku lebih utama (Maka sesungguhnya tidak bisa diharapkan diampuninya maksiat itu karena maksiat Iblis asal mulanya) Maksudnya maksiat (Karena sombong) Dia mengklaim dirinya lebih baik dari nabi Adam (Dan) Karena (Kesalahan) Sayyidina (Adam) Alaihissalam (Asal mulanya dari syahwat) Karenan Inginnya nabi Adam mencicipi buah Khuldi yang sejatinya itu dilarang.

Bab 2 Maqolah Ke 10: Dua Jenis Tangisan

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ بَعْضِ الزُّهَّادِ) وَهُمُ الَّذِينَ احْتَقَرُوا الدُّنْيَا وَلَمْ يُبَالُوا بِهَا بَلْ أَخَذُوا مِنْهَا قَدْرَ ضَرُورَتِهِمْ (مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا) أَيْ تَحَمَّلَهُ (وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْرَحُ بِتَحَمُّلِهِ (فَإِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِي) لِأَنَّ حَقَّهُ أَنْ يَنْدَمَ وَيَسْتَغْفِرَ اللَّهَ تَعَالَى لِذَلِكَ (وَمَنْ أَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِي) حَيَاءً مِنَ اللَّهِ تَعَالَى وَخَوْفًا مِنْهُ تَعَالَى عَلَى تَقْصِيرِهِ فِي تِلْكَ الطَّاعَةِ (فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ يَفْرَحُ غَايَةَ الْفَرَحِ لِحُصُولِ مَطْلُوبِهِ وَهُوَ عَفْوُ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke sepuluh (Dari sebagian orang-orang ahli zuhud) Ahli zuhud adalah orang-orang yang merendahkan dunia dan mereka tidak peduli terhadap dunia bahkan mereka mengambil dari dunia sebatas keperluan mendesak mereka. (Barang siapa yang melakukan dosa) Maksudnya dia memilkul dosa (Kemudian ia tertawa) Maksudnya dalam keadaan sesungguhnya ia senang dengan memikul dosa (Maka sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka dan dia akan menangis) Karena sesungguhnya kewajibannya yaitu menyesal dan memohon ampunan kepada Allah Ta'ala karena melakukan dosa (Barang siapa yang melakukan ketaatan kemudian ia menangis) Karena malu kepada Allah Ta'ala dan karena takut kepada Allah Ta'ala atas kelalaiannya dalam melakukan ketaatan (Maka sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam surga kemudian ia tertawa) Maksudnya ia merasa bahagia dengan sebahagia bahagianya karena ia telah mendapatkan apa yang ia cari yaitu ampunan Allah Ta'ala.

 

Bab 2 Maqolah Ke 11: Dosa Besar Dan Kecil

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ الصِّغَارَ) أَيْ لَا تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي تِلْكَ الصِّغَارِ.

Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian para ahli hikmah) Maksudnya para wali (Janganlah kalian meremehkan terhadap dosa yang kecil) Maksudnya janganlah kalian menghitung dosa sebagai dosa yang kecil (Karena sesungguhnya meremehkan dosa kecil akan bercabang-cabang darinya dosa dosa yang besar) Dan juga terkadang murkanya Allah itu sebab dosa dosa yang kecil.

Bab 2 Maqolah Ke 12:

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ عَنِ الْأُولَى.

Maqolah yang ke dua belas (Dari Nabi  : Tidak ada dosa kecil dengan terus menerus) Sesungguhnya dosa dosa kecil dengan terus menerus dilakukan atasnya akan menjadi besar maka jadilah dosa kecil itu menjadi dosa besar. Dan juga sesungguhnya dosa kecil itu dengan berniat melanggengkannya maka akan menjadi dosa besar. Karena niat seseorang dalam maksiat adalah maksiat (Dan tidak ada dosa besar dengan istigfar) Maksudnhya bertaubat dengan syarat syaratnya. Karena sesungguhnya bertaubat akan menghapus jejak kesalahan walaupun adanya dosa itu sebagai dosa besar. telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Ibnu Abbas tetapi riwayatnya dengan mendahulukan jumlah terakhir dari jumlah pertama.


Bab 2 Maqolah Ke 13: Ahli Marifat Dan Ahli Zuhud

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ : هَمُّ الْعَارِفِ الثَّنَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِجَمِيلِ صِفَاتِهِ (وَهَمُّ الزَّاهِدِ الدُّعَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْمُعْرِضِ عَنِ الزَّائِدِ عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ مِنَ الدُّنْيَا بِقَلْبِهِ الدُّعَاءُ وَهُوَ التَّضَرُّعُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِسُؤَالِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْخَيْرِ (لِأَنَّ هَمَّ الْعَارِفِ رَبُّهُ) لَا الثَّوَابُ وَلَا الْجَنَّةُ (وَهَمَّ الزَّاهِدِ نَفْسُهُ) أَيْ مَنْفَعَةُ نَفْسِهِ مِنَ الثَّوَابِ وَالْجَنَّةِ, فَفَرَقَ بَيْنَ مَنْ هِمَّتُهُ الْحُورُ وَهِمَّتُهُ رَفْعُ السُّتُورِ.

Maqolah yang ke tiga belas (Dikatakan : Cita cita seorang ahli ma'rifat adalah memuji) Maksudnya yang diinginkan seorang ahli ma'rifat billah adalah memuji kepada Allah dengan keindahan sifat sifat Allah (Dan cita cita seorang ahli zuhud adalah doa) Maksudnya yang menjadi keinginan berpaling dari tambahan atas barang yang melebihi kebutuhan dari dunia dengan hatinya adalah doa. Doa adalah memohon dengan kerendahan hati kepada Allah taala dengan meminta sesuatu di sisinya dari kebaikan (Karena sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli ma'rifat adalah rabbnya) Bukan ganjaran dan bukan pahala (Sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli zuhud adalah dirinya) Maksudnya kemanfaatan dirinya dari pahala dan surga. Maka berbeda antara orang yang cita citanya adalah bidadari dan orang yang cita citanya adalah diangkatnya tabir.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 14:

Mengenal Allah dan diri sendiri

 

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ وَهُمُ الْأَوْلِيَاءُ (مَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ وَلِيًّا أَوْلَى مِنَ اللَّهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِاللَّهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ نَاصِرًا أَقْرَبَ مِنَ اللَّهِ وَأَكْثَرَ نُصْرَةً مِنْهُ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفِ اللَّهَ تَعَالَى (وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِنَفْسِهِ) أَيْ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَقْوَى مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَّارَةِ وَاللَّوَّامَةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفْ نَفْسَهُ.

Maqolah yang ke empat belas (Dari sebagian orang orang ahli hikmah) Dokter hati mereka adalah para wali (Barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada pelindung yang lebih utama daripada Allah maka sedikit ma'rifatnya kepada Allah ) Ma'nanya barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada penolong yang lebih dekat daripada Allah dan lebih banyak pertolongannya daripada pertolongan Allah maka sesungguhnya dia tidak mengenal kepada Allah Ta'ala (Barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih memusuhi daripada dirinya maka sedikit ma'rifatnya kepada dirinya sendiri) Maksudnya barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih kuat daripada dirinya sendiri yang senantiasa memerintahkan maksiat dan senantiasa mengajak mencela maka sesungguhnya dia tidak mengenal pada dirinya sendiri.

 

Bab 2 Maqolah Ke 15: Lisan Dan Hati

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي قَوْله تَعَالَى : "ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ"  قَالَ :) أَيْ أَبُو بَكْرٍ فِي تَفْسِيرِ ذَلِكَ (الْبَرُّ هُوَ اللِّسَانُ وَاالْبَحْرُ هُوَ الْقَلْبُ فَإِذَا فَسَدَ اللِّسَانُ) بِالسَّبِّ مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ النُّفُوسُ) أَيْ الْأَشْخَاصُ مِنْ بَنِي آدَمَ (وَإِذَا فَسَدَ الْقَلْبُ) بِالرِّيَاءِ مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ) قِيلَ: الْحِكْمَةُ فِى أَنَّ اللِّسَانَ وَاحِدٌ تَنْبِيهٌ لِلْعَبْدِ فِي أَنَّهُ لَا يَنْبَغِى أَنْ يَتَكَلَّمَ إِلَّا فِيمَا يُهِمُّهُ وَفِى خَيْرٍ. وَقِيلَ: لِأَنَّ اللِّسَانَ الذَّاكِرَ بِكُلِّ لُغَاتٍ كَانَ ذِكْرُهُ لِلْمَذْكُورِ الْوَاحِدِ وَهُوَ اللَّهُ تَعَالَى، وَكَذَلِكَ الْقَلْبُ بِخِلَافِ نَحْوِ الْعَيْنِ وَالْأُذُنِ فَإِنَّهُ يَتَعَدَّدُ، قِيلَ: لِأَنَّ الْحَاجَةَ إِلَى السَّمْعِ وَالْبَصَرِ أَكْثَرُ مِنَ الْحَاجَةِ إِلَى الْكَلَامِ اهَ. وَإِنَّمَا شَبَّهَ الْقَلْبَ بِالْبَحْرِ لِشِدَّةِ عُمْقِهِ وَاتِّسَاعِهِ اهِ.

Maqolah yang ke lima belas (Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu mengenai firman Allah Ta'ala : "Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan" Abu Bakar berkata) Maksudnya Abu Bakar dalam menafsirkan firman itu (Daratan adalah lisan dan lautan adalah hati maka ketika rusak lisan) Sebab mencaci umpamanya (Maka pasti menangis atas lisan yang rusak itu manusia) Maksudnya tiap individu dari anak Adam (Maka ketika rusak hati) Sebab riya umpamanya (Maka pasti menangis atas hati yang rusak itu malaikat) Dikatakan : Hikmah mengenai sesungguhnya lisan itu satu yaitu sebagai peringatan bagi seorang hamba sesungguhnya tidak penting berbicara kecuali dalam perkara yang menjadi penting untuknya dan dalam kebaikan. Dikatakan : Karena sesungguhnya lisan yang bertutur kata dengan setiap bahasa ada ucapan dari lisan itu untuk disebutkan dzat yang hanya satu dia adalah Allah, begitu juga hati. Berbeda semisal mata dan telinga karena sesungguhnya mata dan telinga berjumla dua. Dikatakan : karena sesungguhnya kebutuhan untuk mendengar dan melihat itu lebih besar daripada kebutuhan untuk berbicara. Sesungguhnya Abu Bakar hanya menyerupakan hati dengan lautan karena dalamnya hati dan karena luasnya hati.


Bab 2 Maqolah 16 : Dua Hal yang Bisa Berubah

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: إِنَّ الشَّهْوَةَ تُصَيِّرُ الْمُلُوكَ عَبِيدًا) فَإِنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ (وَالصَّبْرَ يُصَيِّرُ الْعَبِيدَ مُلُوكًا) لِأَنَّ الْعَبْدَ بِصَبْرِهِ يَنَالُ مَا يُرِيدُ (أَلَا تَرَى) أَيْ أَلَا يَصِلُ عِلْمُكَ (إِلَى) قِصَّةِ سَيِّدِنَا الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ (يُوسُفَ) الصِّدِّيقِ ابْنِ يَعْقُوبَ الصَّبُورِ ابْنِ إِسْحَاقَ الْحَلِيمِ ابْنِ إِبْرَاهِيمَ الْخَلِيلِ الْأَوَّاهِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ (وَزُلَيْخَا ؟) فَإِنَّهَا أَحَبَّتْ سَيِّدَنَا يُوسُفَ نِهَايَةَ الْحُبِّ وَهُوَ يَصْبِرُ عَلَى مَكْرِهَا وَأَذِيَّتِهَا

Maqolah yang ke enam belas (Dikatakan: Sesungguhnya syahwat bisa menjadikan raja-raja sebagai para hamba) Karena sesungguhnya orang yang mencintai pada suatu perkara maka dia adalah hambanya perkara itu (Dan sabar bisa menjadikan hamba-hamba sebagai para raja) Karena sesungguhnya seorang hamba dengan kesabarannya ia bisa mencapai perkara yang ia inginkan (Apakah kalian tidak melihat) Maksudnya apakah tidak sampai pengetahuanmu (pada) Kisah jungjunan kita yang mulia anak orang yang mulia anak orang yang mulia anak orang yang mulia (Nabi Yusuf) yang jujur anak dari Nabi Ya'qub yang sangat sabar, Nabi Ya'qub anak dari Nabi Ishaq yang lembut, Nabi Ishaq anak dari Nabi Ibrahim yang menjadi kekasih Allah yang banyak bertaubat Alaihimus salam (Dan Siti Zulaikha ?) Karena sesungguhnya siti Zulaikha mencintai sayyidina Yusuf dengan setinggi tingginya cinta dan Nabi Yusuf sabar atas tipu daya siti Zulaikha dan gangguannya.

Bab 2 Maqolah 17 : Dua Perkara, Untung dan Celaka

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: طُوبَى) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيرُ (لِمَنْ كَانَ عَقْلُهُ أَمِيرًا) بِأَنْ يَقْتَدِيَ بِمُرَادِ عَقْلِهِ الْكَامِلِ (وَهَوَاهُ) أَيْ مَيْلَانُ نَفْسِهِ إِلَى مَا لَاتَشْتَهِيهِ مِنْ غَيْرِ دَاعِيَةِ الشَّرْعِ (أَسِيرًا) أَيْ مَمْنُوعًا مِنْ ذَلِكَ (وَوَيْلٌ) أَيْ هَلَاكٌ شَدِيدٌ (لِمَنْ كَانَ هَوَاهُ أَمِيرًا) بِأَنْ أَرْسَلَهَا إِلَى مُشْتَهَيَاتِهَا (وَعَقْلُهُ أَسِيرًا) أَيْ مَمْنُوعًا مِنْ نَحْوِ التَّفَكُّرِ فِي نِعَمِ اللَّهِ تَعَالَى وَفَى عَظَمَتِهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke tujuh belas (Dikatakan: Kebahagiaan) Maksudnya kebaikan yang banyak (Bagi orang yang akalnya menjadi pemimpin) Dengan mengikuti pada keinginan akal yang sempurna (Sedangkan hawa nafsunya) Maksudnya kecondongan dirinya pada perkara yang tidak menginginkan nafsunya pada perkara itu dari selain ajakan syariat (Dipenjara) Maksudnya yang dicegah dari kecondongan nafsu. (Celaka) Maksudnya celaka yang sangat (Bagi orang yang hawa nafsunya menjadi pemimpin) Dengan mengutus hawa nafsunya pada perkara yang menjadi kesenangan hawa nafsunya (Sedangkan akalnya dipenjara) Maksudnya akalnya dicegah dari semisal tafakur tentang nikmat-nikmat Allah dan tentang keagungan Allah Taala.

 

 

Bab 2 Maqolah 18 : Meninggalkan Dua Perkara

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: "مَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ رَقَّ قَلْبُهُ) فَيَقْبَلُ النَّصِيحَةَ وَيَخْشَعُ لَهَا (وَمَنْ تَرَكَ الْحَرَامَ) فِي الْمَطْعُومِ وَالْمَلْبُوسِ وَغَيْرِهِمَا (وَأَكَلَ الْحَلَالَ صَفَّتْ فِكْرَتُهُ") عَلَى مَصْنُوعَاتِ اللَّهِ تَعَالَى الدَّالَّةِ عَلَى إحْيَاءِ اللَّهِ تَعَالَى الْخَلْقَ بَعْدَ الْمَوْتِ وَعَلَى وَحْدَتِهِ تَعَالَى وَقُدْرَتِهِ وَعِلْمِهِ،

Maqolah yang ke delapan belas (Dikatakan: Barang siapa yang meninggalkan dosa-dosa maka pasti akan menjadi halus hatinya) Maka hatinya menerima pada nasihat dan hatinya tunduk pada nasihat (Barang siapa yang meninggalkan perkara-perkara haram) Pada masalah makanan dan pakaian dan dari selain keduanya (Kemudian dia memakan makanan halal maka pasti akan menjadi bening fikirannya) atas ciptaan ciptaan Allah Ta'ala yang menunjukkan atas kuasa Allah menghidupkan makhluk sesudah mati dan berfikir atas keesaan Allah Ta'ala dan atas kekuasaan Allah dan atas Ilmu Allah.

وَذَلِكَ بِأَنْ تَأَمَّلَ بِفِكْرِهِ وَتَدَبَّرَ بِعَقْلِهِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَهُ مِنْ نُطْفَةٍ فِي الرَّحِمِ فَجَعَلَهَا عَلَقَةً ثُمَّ مُضْغَةً ثُمَّ خَلَقَ مِنْهَا لَحْمًا وَعَظْمًا وَعُرُوقًا وَأَعْصَابًا وَشَقَّ لَهَا سَمْعًا وَبَصَرًا وَأَعْضَاءً, ثُمَّ سَهَّلَ الْخُرُوجَ لِلْجَنِينِ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ وَأَلْهَمَهُ ارْتِضَاعَ الثَّدِيِ وَجَعَلَهُ فِي أَوَّلِ الْأَمْرِ بِلَا أَسْنَانٍ ثُمَّ أَنْبَتَ لَهُ الْأَسْنَانَ ثُمَّ أَسْقَطَهَا وَأَزَالَهَا عِنْدَ سَبْعِ سِنِينَ ثُمَّ أَعَادَهَا مَرَّةً أُخْرَى وَجَعَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَحْوَالَ الْعَبْدِ مُتَغَيِّرَةً مِنْ صِغَرٍ إِلَى كِبَرٍ وَمِنْ شَبَابٍ إِلَى هَرَمٍ وَمِنْ صِحَّةٍ إِلَى سَقَمٍ وَجَعَلَ الْعَبْدَ كُلَّ يَوْمٍ يَنَامُ وَيَسْتَيْقِظُ, وَكَذَلِكَ شُعُورُهُ وَأَظْفَارُهُ كُلَّمَا سَقَطَ مِنْهَا رَجَعَ إِلَى مَا كَانَ، وَكَذَلِكَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ يَتَنَاوَبَانِ كُلَّمَا ذَهَبَ أَحَدُهُمَا جَاءَ الْآخَرُ، وَكَذَلِكَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالسَّحَابُ وَالْمَطَرُ كُلُّهَا تَجِىءُ وَتَذْهَبُ وَكَذَلِكَ الْقَمَرُ يَنْمَحِقُ كُلَّ شَهْرٍ ثُمَّ يَتَكَامَلُ ثُمَّ يَنْمَحِقُ، وَكَذَلِكَ الْكُسُوفُ لِلشَّمْسِ وَالْقَمَرِ حَيْثُ يَذْهَبُ الضَّوْءُ مِنْهَا ثُمَّ يَعُودُ، وَكَذَلِكَ الْأَرْضُ تَكُونُ يَابِسَةً ثُمَّ يُنْبِتُ اللَّهُ فِيهَا النَّبَاتَ ثُمَّ يَذْهَبُ مِنْهَا فَتَعُودُ يَابِسَةً ثُمَّ تُنْبِتُ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى، فَاَلَّذِى قَدَرَ عَلَى ذَلِكَ كُلِّهِ قَادِرٌ عَلَى إِحْيَاءِ الْمَوْتَى بَعْدَ فَنَائِهِمْ فِى الْأَرْضِ، فَعَلَى الْعَبْدِ أَنْ يُكْثِرَ الْفِكْرَ فِى ذَلِكَ حَتَّى يَقْوَى إيمَانُهُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَيَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُهُ وَيُجَازِيهِ بِأَعْمَالِهِ، فَعَلَى قَدْرِ قُوَّةِ إيمَانِهِ بِذَلِكَ يَجْتَهِدُ فِي الطَّاعَاتِ وَاجْتِنَابِ الْمُخَالَفَاتِ لِلشَّرْعِ.

Dan semua itu dengan meneliti menggunakan fikirannya dan merenung dengan akal sehatnya bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan ia dari setetes air mani di dalam rahim ibu kemudian Allah menjadikan setetes mani itu alaqoh kemudian menjadi segumpal daging kemudian Allah menciptakan dari segumpal daging itu daging dan tulang dan otot-otot dan saraf saraf dan Allah membagi dua untuknya pendengaran dan penglihatan dan anggota badan, kemudian Allah memudahkan keluarnya janin dari perut ibunya dan Allah mengilhami janin itu menyusu pada ibunya kemudian Allah menjadikan janin itu pada awal kelahiran tanpa gigi kemudian Allah menumbuhkan untuk janin itu gigi kemudian Allah memutus gigi itu kemudian Allah menghilangkan gigi itu pada umur tujuh tahun kemudian Allah mengembalikan gigi itu sekali lagi, kemudian Allah menjadikan tingkah laku seorang hamba berubah-ubah dari awal masa kecil hingga dewasa dan dari muda sampai pikun dan dari sehat sampai sakit dan Allah telah menjadikan seorang hamba setiap hari tidur dan bangun. Begitu juga dengan rambut-rambutnya dan kuku-kukunya setiap kali ia memotong kukunya maka kembali kuku itu pada kondisi semula. Begitu juga malam dan siang saling berganti setiap kali hilang salah satu dari keduanya maka datang yang lain. begitu juga matahari dan rembulan dan bintang-bintang dan mendung dan hujan setiap salah satu dari semuanya datang dan pergi. Begitu juga bulan menjadi kecil dari setiap bulan kemudian menjadi sempurna kemudian menjadi kecil. Dan begitu juga gerhana matahari dan gerhana bulan sekiranya menjadi hilang cahaya dari keduanya kemudian kembali. Begitu juga bumi ada yang kering kemudian Allah menumbuhkan di dalam bumi itu tumbuh-tumbuhan kemudian tumbuhan itu menghilang dari bumi kemudian Allah mengembalikan tanah itu menjadi kering kemudian bumi itu tumbuh sekali lagi setelah satu waktu, Maka dzat Allah yang kuasa atas itu semua adalah dzat yang kuasa menghidupkan yang mati sesudah rusaknya di bumi, Maka wajib atas seorang hamba memperbanyak berfikir tentang ciptaan Allah itu sehingga menjadi kuat imannya sampai dibangkitkan lagi sesudah mati dan sampai dia tahu bahwa Allah telah membangkitkan ia dan Allah akan membalas padanya atas amal-amalnya. Maka atas ukuran kekuatan imannya tentang perkara itu ia bersungguh sungguh dalam ketaatan dan ia menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hukum syariat.

Bab 2 Maqolah 19 : Dua Wahyu Allah kepada Nabinya

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (أُوحِيَ إِلَى بَعْضِ الأَنْبِيَاءِ: "أَطِعْنِي فِيْمَا أَمَرْتُكَ وَلاَ تَعْصِنِيْ فِيْمَا نَصَحْتُكَ") أَيْ فِيْمَا دَعَوْتُكَ إِلَى مَا فِيْهِ الصَّلَاحُ وَنَهَيْتُكَ عَمَّا فِيْهِ الْفَسَادُ.

Maqolah yang ke sembilan belas (Telah diwahyukeun kepada sebagian dari para nabi : "Taatilah aku dalam hal yang telah aku perintahkan ke padamu dan janganlah kamu bermaksiat ke padaku dalam hal yang telah aku nasehatkan ke padamu) Maksudnya dalam hal yang telah aku perintahkan kepadamu pada perkara yang di dalamnya ada kebaikan dan dalam hal yang telah aku larang kepadamu dari perkara yang di dalamnya ada kerusakan.

Bab 2 Maqolah 20 : Dua Kesempurnaan Akal

(و) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: "إِكْمَالُ العَقْلِ اتَّبَاعُ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابُ سُخَطِهِ" ) أَيْ فَخِلَافُ ذَلِكَ جُنُوْنٌ.

Maqolah yang ke dua puluh (Dikatakan : Sempurnanya akal adalah mengikuti ridho Allah Ta'ala dan menjauhi murka Allah) Maksudnya menyelisihi semua itu adalah gila.

Bab 2 Maqolah 21: Dua Perbedaan

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: "لَا غُرْبَةَ لِلْفَاضِلِ وَلَا وَطَنَ لِلْجَاهِلِ") أَيْ الْمُتَّصِفِ بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ كَانَ مُكَرَّمًا مُعَظَّمًا عِنْدَ النَّاسِ فِي أَيِّ بَلَدٍ كَانَ، فَكَانَ كُلُّ بَلَدٍ عِنْدَهُ وَطَنًا وَلَوْكَانَ غَرِيبًا وَالْجَاهِلُ بِخِلَافِ ذَلِكَ.

Maqolah yang ke dua puluh satu (Dikatakan : "Tidak ada keterasingan bagi orang yang unggul dan tidak ada tempat tinggal bagi orang yang bodoh") Maksudnya orang yang disifati dengan ilmu dan amal jadilah ia dimulyakan dan diagungkan oleh manusia di daerah manapun ia berada, maka jadila setiap negara baginya adalah tanah air walaupun keberadaannya adalah sebagai orang asing, sedangkan orang bodoh bertentangan dengan itu semua.

 

 

 

Bab 2 Maqolah 22 : Dua Ciri yang Taat Kepada Allah

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ : مَنْ كَانَ بِالطَّاعَةِ عِنْدَ اللَّهِ قَرِيبًا كَانَ بَيْنَ النَّاسِ غَرِيبًا) أَيْ مَنْ اسْتَأْنَسَ بِاشْتِغَالِ طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى صَارَ مُسْتَوْحِشًا عَنْ النَّاسِ. 

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan : Barang siapa yang melakukan ketaatan kepada Allah dengan merasa dekat maka jadilah ia di antara manusia terasing) Maksudnya barang siapa yang menemukan kesenangan dengan sibuk taat kepada Allah maka ia pasti akan menjadi terasing dari para manusia.

Bab 2 Maqolah 23 : Dua Aktivitas Inti

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: حَرَكَةُ الطَّاعَةِ دَلِيلُ الْمَعْرِفَةِ، كَمَا أَنَّ حَرَكَةَ الْجِسْمِ دَلِيلُ الْحَيَاةِ) وَالْمَعْنَى أَنَّ إتْيَانَ الْعَبْدِ الطَّاعَةَ لِلَّهِ تَعَالَى عَلَامَةٌ عَلَى مَعْرِفَتِهِ للَّهِ، فَإِذَا كَثُرَتْ الطَّاعَةُ كَثُرَتْ الْمَعْرِفَةُ، وَإِذَا قَلَّتْ قَلَّتْ، لِأَنَّ الظَّاهِرَ مِرْآةُ الْبَاطِنِ.

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dikatakan : Gerakan ketaatan adalah tanda adanya kemarifatan, sebagaimana bahwa sesungguhnya gerakan badan adalah tanda adanya kehidupan) Ma'nanya sesungguhnya mendatangkannya seorang hamba pada ketaatan karna Allah Ta'ala  adalah tanda atas kemarifatannya kepada Allah, ketika banyak ketaatan maka pasti akan banyak kema'rifatan dan ketika sedikit ketaatan maka pasti akan sedikit kema'rifatan karena sesungguhnya prilaku dzhohir adalah cermin bagi batin.

Bab 2 Maqolah 24 : Dua Sumber Dosa dan Fitnah

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَصْلُ جَمِيعِ الْخَطَايَا حُبُّ الدُّنْيَا) وَهِيَ مَا زَادَ عَنِ الْحَاجَةِ (وَأَصْلُ جَمِيعِ الْفِتَنِ مَنْعُ الْعُشْرِ وَالزَّكَاةِ) وَهَذَا مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى الْخَاصِّ، لِأَنَّ الْعُشْرَ خَاصٌّ بِالزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ وَالزَّكَاةُ شَامِلَةٌ لِذَلِكَ, وَلِزَكَاةِ النَّقْدِ وَالْأَنْعَامِ وَلِزَكَاةِ الْبَدَنِ.

Maqolah yang ke dua puluh empat (Telah bersabda Nabi Muhammad : "Pangkal seluruh dosa adalah cinta dunia)  Yaitu perkara yang melebihi dari kebutuhan pokok (Dan pangkal seluruh fitnah adalah menahan dari membayar sepersepuluh dan menahan zakat) Athof lafadz ini adalah dari menathofkan lafadz umum pada lafadz yang lebih khusus, Karena sesungguhnya zakat persepuluh itu khusus bagi hasil tani dan buah buahan. Sedangkan lafadz zakat itu mencakup pada zakat hasil pertanian dan buah-buahan, dan mencapuk zakat emas dan ternak dan zakat fitrah.

Bab 2 Maqolah 25 : Dua Pengakuan Kelemahan Diri

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ : الْمُقِرُّ بِالتَّقْصِيرِ) أَيْ بِالْعَجْزِ عَنِ الطَّاعَةِ (أَبَدًا مَحْمُودٌ، وَالْإِقْرَارُ بِالتَّقْصِيرِ عَلَامَةُ الْقَبُولِ) لِأَنَّهُ إِشَارَةٌ إِلَى عَدَمِ الْعُجْبِ وَالْكِبْرِ.

Maqolah yang ke dua puluh lima (Dikatakan : Orang yang mengakui kelalaian dirinya) Maksudnya ketidak mampuan dari ketaatan (Selamanya terpuji dan mengakui kelalaian diri adalah tanda diterimanya amal) Karena sesungguhnya mengakui kelalaian diri adalah isyarat tidak adanya sifat ujub dan takabur.

Bab 2 Maqolah 26 : Dua Perbuatan Tercela

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: كُفْرَانُ النِّعْمَةِ لُؤْمٌ) أَيْ عَدَمُ شُكْرِ لِلنِّعْمَةِ دَلِيلٌ عَلَى دَنَاءَةِ النَّفْسِ (وَصُحْبَةُ الْأَحْمَقِ) وَهُوَ وَاضِعُ الشَّيْءِ فِي غَيْرِ مَحَلِّهِ مَعَ الْعِلْمِ بِقُبْحِهِ (شُؤمٌ) أَيْ غَيْرُ مُبَارَكٍ، كَمَا رَوَى الطَّبَرَانِيُّ عَنْ بَشِيْرٍ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اِصْرِمِ الْأَحْمَقَ" بِكَسْرِ الْهَمْزَةِ وَالرَّاءِ أَيْ اِقْطَعْ وُدَّهُ، وَالْمَعْنَى لَا تُصَاحِبْهُ لِقُبْحِ حَالَتِهِ وَلِأَنَّ الطِّبَاعَ سَرَّاقَةٌ وَقَدْ يَسْرِقُ طَبْعُكَ مِنْهُ. 

Maqolah yang ke dua puluh enam (Dikatakan : Mengkufuri nikmat adalah kehinaan) Maksudnya tidak adanya rasa mensyukuri nikmat menjadi tanda atas kehinaan diri (Dan menemani orang bodoh) Ahmak adalah orang yang menempatkan satu perkara pada selain tempatnya bersamaan dengan pengetahuan tentang jeleknya perkara itu (Adalah kesialan) Maksudnya tidak diberkahi, Sebagai mana telah meriwayatkan Imam At-Thobroni dari Basyir Sesungguhnya Nabi telah bersabda : "Putuskanlah hubunganmu dengan orang yang bodoh" Lafadz اِصْرِمْ dengan mengkasroh hamzah dan ro Maksudnya putuskanlah rasa suka padanya. Ma'nanya adalah kamu jangan menemaninya sebab jelek tingkah lakunya dan karena sesungguhnya karakter itu gampang mencuri dan terkadang mencuri tabiatmu darinya.

وَرَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيْهِ كَتَبَهُ اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ لَمْ تَكُوْنَا فِيْهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا: مَنْ نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ فَحَمِدَ اللّٰهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا" اهْ. هَذَا الْحَدِيْثُ جَامِعٌ لِجَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَيْرِ.

Telah meriwayatkan Imam Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa sesungguhnya Nabi telah bersabda : "Dua perkara barang siapa yang ada dua perkara itu dalam dirinya maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan orang yang sabar. Barang siapa yang tidak ada dua perkara itu dalam dirinya maka Allah tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai orang yang sabar : Barang siapa yang melihat dalam agamanya kepada orang yang lebih tinggi darinya maka ia mengikutinya dan ia melihat dalam masalah dunianya kepada orang yang lebih rendah darinya kemudian ia memuji kepada Allah atas perkara yang Allah telah melebihkan kepadanya dengan dunia di atas orang itu maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan sebagai orang yang sabar. Barang siapa melihat dalam urusan agamanya kepada orang yang lebih rendah darinya dan melihat dalam urusan dunia kepada orang yang di atasnya kemudian ia menyesal atas perkara yang telah luput darinya maka Allah tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak juga sebagai orang yang bersabar". Hadist ini merangkum pada seluruh macam kebaikan.

 

 

 

 

 

Bab 2 Maqolah 27 : Dua Kerugian

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ الشَّاعِرُ:) مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوِّ :

(يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اشْتَغَلْ   $ قَدْ غَرَّهُ طُوْلُ الْأَمَلِ

(Wahai orang yang sibuk dengan urusuan dunia $ Atau orang yang tidak henti hentinya lalai

أَوْ لَمْ يَزَلْ فِى غَفْلَةٍ $  حَتّى دَنَا مِنْهُ الْأَجَلُ

Maut akan datang secara serentak $  Engkau harus bersabar atas kengerian mati

الْمَوْتُ يَأْتِي بَغْتَةً  $  وَالْقَبْرُ صُنْدُوْقُ الْعَمَلِ

Telah menipu kepadanya panjang angan angan   $  Sampai dekat kepadanya ajal

إِصْبِرْ عَلَى أَهْوَالِهَا  $  لَا مَوْتَ إِلَّا بِالْأَجَلِ)

Dan qubur adalah petinya amal $  Tidak ada kematian kecuali sebab adanya ajal

 

وَرَوَى الدَّيْلَمِيُّ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَرْكُ الدُّنْيَا أَمَرُّ مِنَ الصَّبْرِ وَأَشَدُّ مِنْ حَطْمِ السُّيُوْفِ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ، وَلَا يَتْرُكُهَا أَحَدٌ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ مِثْلَ مَا يُعْطِي الشُّهَدَاءَ، وَتَرْكُهَا قِلَّةُ الْأَكْلِ وَالشَّبْعِ وَبُغْضُ الثَّنَاءِ مِنْ النَّاسِ، فَإِنَّهُ مَنْ أَحَبُّ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ أَحَبَّ الدُّنْيَا وَنَعِيْمَهَا وَمَنْ سَرَّهُ النَّعِيْمُ كُلَّ النَّعِيْمِ فَلْيَدَعِ الدُّنْيَا وَالثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ".

Telah meriwayatkan Imam Ad-dailimi sesungguhnya Nabi telah bersabda :"Meninggalkan dunia itu lebih pahit dibandingkan dengan sabar dan lebih berat dibandingkan dengan goresan pedang dalam berperang di jalan Allah, Tidak ada yang meninggalkan dunia seorangpun kecuali Allah akan memberi kepadanya pada semisal perkara yang telah diberikan kepada orang-orang yang mati syahid. Meninggalkan dunia adalah sedikit makan dan kenyang dan membenci pujian dari manusia. Sesungguhnya orang yang mencintai pujian dari manusia adalah orang yang mencintai dunia dan kenikmatannya dan orang yang telah menyenangkannya sebuah kenikmatan atas segala kenikmatan maka ia harus meninggalkan dunia dan pujian dari manusia". 

وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ اللَّهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً، وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللّٰهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ".

Telah meriwayatkan Ibnu Majah Sesungguhnya Nabi telah bersabda : "Barang siapa yang ada niatnya pada akhirat maka pasti Allah akan mengumpulkan urusannya dan Allah akan menjadikan rasa cukup dalam hatinya dan datang kepadanya dengan hina, dan barang siapa yang ada niatnya pada dunia maka pasti Allah akan memecah kepadanya segala urusannya dan pasti Allah akan menjadikan kefakirannya berada di antara dua matanya dan tidak akan datang kepadanya dari dunia kecuali perkara yang telah ditetapkan untuknya".

Bab 2 Maqolah 28 : Dua Kidung Penawar Qolbu

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ) دَلْفِ بْنِ جَحْدَرٍ (الشِّبْلِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى) بَغْدَادِيِّ الْمَوْلِدِ وَالْمَنْشَأِ, صَحِبَ الْجُنَيْدَ وَمَنْ فِي عَصْرِهِ مَالِكِيِّ الْمَذْهَبِ عَاشَ سَبْعًا وَثَمَانِيْنَ سَنَةً وَمَاتَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَثَلَاثِينَ وَثَلَاثِمِائَةٍ وَقَبْرُهُ بِبَغْدَادٍ (وَهُوَ مِنْ عُظَمَاءِ الْعَارِفِيْنَ) بِاللّٰهِ تَعَالَى (قَالَ) فِى مُنَاجَاتِهِ (إلَهِيْ إنِّي أُحِبُّ أَنْ أَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ حَسَنَاتِيْ مَعَ فَقْرِيْ) أَيْ احْتِيَاجِيْ لِلْحَسَنَاتِ (وَضُعْفِيْ) أَيْ عَجْزِيْ عَنْ إِكْثَارِ الْعِبَادَاتِ (فَكَيْفَ لَا تُحِبُّ سَيِّدِيْ) بِحَذْفِ حَرْفِ النِّدَاءِ (أَنْ تَهَبَ لِيْ) أَيْ تَسْمَحَ لِيْ (جَمِيْعَ سَيِّئَاتِيْ مَعَ غِنَاكَ مَوْلَايَ عَنِّيْ) أَيْ عَذَابِيْ فَإِنَّ سَيِّئَاتِيْ لَا تَضُرُّكَ وَحَسَنَاتِيْ لَا تَنْفَعُكَ،

Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Abu bakar) dalf bin jahdar (As-Syibli rahimahullahu Ta'ala) Bagdad kelahirannya dan tempat ia dibesarkan, Imam Syibli bersahabat dengan Imam junaid dan ulama di zamannya, maliki madhabnya. Imam Syibli hidup selama 87 tahun dan beliau mati di tahun 334 H dan kuburannya ada di bagdad (Dia adalah pembesar dari kalangan orang orang yang ma'rifat) kepada Allah Ta'ala (Telah berkata Abu Bakar As-Syibli) Dalam munajatnya (Wahai tuhanku Sesungguhnya aku ingin menghadiahkan kepadamu semua kebaikan-kebaikan saya meskipun saya fakir) Maksunya meskipun saya butuh pada kebaikan-kebaikan (Meskipun saya lemah) Maksudnya lemahnya saya dari memperbanyak ibadah (Maka bagaimana kau tidak suka wahai tuanku) Lafadz سَيِّدِيْ dengan membuang huruf nida (Menghibahkan kepadaku) Maksudnya engkau memaafkan kepadaku (Pada semua dosa-dosaku meskipun engkau tidak butuh wahai tuanku kepadaku)  Maksudnya tidak butuh mengadabku, Karena sesungguhnya dosa-dosaku tidak akan membahayakanmu dan kebaikan-kebaikanku tidak bermanfaat padamu.

وَقَدْ أَجَازَنِيْ بَعْضُ الْفُضَلَاءِ أَنْ أَقْرَأَ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سَبْعَ مَرَّاتٍ هَذِهِ الْأَبْيَاتِ الثَّلَاثَةَ [مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ] :

إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا  $ وَلَا أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ

فَهَبْ لِي زَلَّتِيْ وَاغْفِرْ ذُنُوبِي $  فَإِنّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيمِ

وَعَامِلْنِي مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ $  وَثَبِّتْنِيْ عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ

 

Telah mengijazahkan kepadaku sebagian dari para ulama supaya saya membaca sesudah sholat jum'at tujuh kali tiga bait ini [dari bahar wafir]

Wahai tuhanku tidaklah aku untuk surga firdaus sebagai orang yang layak  $ Dan aku tidak kuat pada neraka jahim

 

Semoga engkau membebaskan untukku kesalahanku dan semoga engkau mengampuni dosa-dosaku $ Maka sesungguhnya engkau adalah dzat yang mengampuni dosa yang besar.

 

Semoga engkau memperlakukan aku dengan amalan-amalan yang mulia $ Dan semoga engkau menetapkanku pada manhaj yang lurus

 

(حِكَايَةٌ) قَدِمَ الشِّبْلِيُّ عَلَى ابْنِ مُجَاهِدٍ فَعَانَقَهُ ابْنُ مُجَاهِدٍ وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ فَسُئِلَ عَنْ ذٰلِكَ، فَقَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى النَّوْمِ وَقَدْ أَقْبَلَ الشِّبْلِيُّ، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلَيْهِ وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ أَتَفْعَلُ هَذَا بِالشِّبْلِيِّ؟ قَالَ نَعَمْ إنَّهُ لَمْ يُصَلِّ فَرِيْضَةً إلَّا وَهُوَ يَقْرَأُ خَلْفَهَا {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ} إِلَى آخِرِ الْآيَتَيْنِ, وَيَقُوْلُ: صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ، فَسَأَلْتُ الشِّبْلِيَّ عَمَّا يَقُوْلُهُ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَكَرَ مِثْلَهُ.

(Kisah) Telah menghadap Imam Syibli kepada Ibnu Mujahid kemudian  Ibnu mujahid merangkul Imam syibli kemudian ia mengecup di antara dua matanya Imam Syibli kemudian Ibnu Mujahid ditanya tentang perbuatannya maka Ibnu mujahid menjawab : Aku melihat Nabi dalam mimpi. Sungguh telah menghadap Imam Syibli kemudian berdiri Nabi di hadapan Imam Syibli kemudian Nabi mengecup di antara dua mata Imam Syibli, kemudian saya berkata : Wahai Rasulullah kenapa engkau melakukan ini kepada Imam Syibli ? maka Nabi bersabda ya sesungguhnya Abu bakar As-Syibli tidaklah ia menunaikan sholat yang fardhu kecuali ia membaca  sesudah sholat {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ} sampai akhir dua ayat,kemudian ia membaca : صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. Kemudian aku bertanya kepada Imam Syibli tentang perkara yang selalu ia baca sesudah sholat maka bercerita Imam Syibli tentang hal semisal itu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 29  : Dua Nasihat Asy-Syilbi (Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah)

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَسْتَأْنِسَ بِاللّٰهِ) أَيْ يَسْكُنَ قَلْبُكَ مَعَ اللّٰهِ وَلَا يَنْفِرَ مِنْهُ (فَاسْتَوْحِشْ مِنْ نَفْسِكَ) أَيْ فَاقْطَعْ مَوَدَّاتِ نَفْسِكَ.

Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Telah berkata) Maksudnya Imam Syibli (Ketika kamu ingin menjadi tenang bersama Allah) Maksudnya menjadi tenang hatimu bersama Allah dan tidak kabur hatimu dari Allah (Maka bercerailah kamu dari nafsumu) Maksudnya kamu harus memutuskan yang menjadi kesenangan nafsumu.

سُئِلَ الشِّبْلِيُّ بَعْدَ مَوْتِهِ عَنْ حَالِهِ فِى الْمَنَامِ، فَقَالَ: قَالَ اللّٰهُ لِيْ:يَا أَبَا بَكْرٍ أَتَدْرِى بِمَ غَفَرْتُ لَكَ؟، قُلْتُ بِصَالِحِ عَمَلِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ: بِإِخْلَاصِ عُبُودِيَّتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِحَجِّيْ وَصَوْمِيْ وَصَلَاتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِهِجْرَتِيْ لِلصَّالِحِيْنَ وَلِطَلَبِ الْعِلْمِ قَالَ : لَا . قُلْتُ: إلَهِي فَبِمَ؟، فَقَالَ تَعَالَى: أَتَذْكُرُ حِيْنَ كُنْتَ تَمْشِى فِي دَرْبِ بَغْدَادَ فَوَجَدْتَ هِرَّةً صَغِيرَةً قَدْ أَضْعَفَهَا الْبَرْدُ وَهِيَ تَنْزَوِيْ مِنْ شِدَّتِهِ فَأَخَذْتَهَا رَحْمَةً لَهَا وَأَدْخَلْتَهَا فِى فَرْوٍ كَانَ عَلَيْكَ وِقَايَةً لَهَا، فَقُلْتُ: نَعَمْ. فَقَالَ تَعَالَى بِرَحْمَتِك لِتِلْكَ الْهِرَّةِ رَحِمْتُكَ.

Ditanya Imam Syibli sesudah beliau meninggal tentang keadaannya dalam mimpi, Kemudian Imam Syibli berkata : Telah berfirman Allah kepadaku :"Wahai Abu bakar apakah kamu tau sebab apa aku mengampunimu ?" Aku menjawab : "Sebab kesholehan amalku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Sebab ikhlasnya ibadahku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Sebab Ibadah hajiku ibadah puasaku dan sholatku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Karna hijrahnya aku untuk mengunjungi orang-orang sholeh dan untuk mencari ilmu", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Wahai tuhanku sebab apa ?" Maka berfirman Allah Ta'ala : "Apakah kamu tidak ingat pada saat kamu berjalan di jalan kota baghdad kemudian kamu menemukan seekor kucing yang masih kecil benar-benar telah melemahkannya rasa dingin dan kucing itu menggigil sebab sangat kedinginan maka engkau mengambilnya karena kasihan padanya dan kamu memasukkannya ke dalam kain woll yang ada padamu karena menjaganya dari kedinginan". Kemudian aku menjawab : "Iya", kemudian berfirman Allah Ta'ala : "Sebab rasa sayangmu pada kucing maka aku menyayangimu". 

 

Bab 2 Maqolah 30  : Dua Kenikmatan

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (لَوْ ذُقْتُمْ حَلَاوَةَ الْوُصْلَةِ) أَيْ الْقُرْبِ مَعَ اللّٰهِ تَعَالَى (لَعَرَفْتُمْ مَرَارَةَ الْقَطِيْعَةِ) أَيْ الْبُعْدِ عَنْهُ تَعَالَى، فَإِنَّهُ عَذَابٌ عَظِيْمٌ عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى. وَكَانَ مِنْ دُعَائِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللّٰهُمَّ اُرْزُقْنِيْ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَالشَّوْقِ إِلَى لِقَائِكَ".

Maqolah yang ke tiga puluh (Telah berkata) Maksudnya Imam As-Syibli (Jika kalian mencicipi manisnya wushul) Maksudnya dekat dengan Allah (Pasti kalian akan mengetahui pahitnya terputus) Maksudnya jauh dari Allah Ta'ala, Karena sesungguhnya terputus dari Allah adalah adab yang sangat besar menurut wali-wali Allah Ta'ala. Ada dari sebagian doa-doa Nabi "Ya Allah semoga Engkau memberikan rizqi kepadaku nikmatnya memandang pada dzatmu yang mulia dan nikmatnya rindu untuk bertemu kepadamu".

 

Bab 3

بَابُ الثُّلَاثِيِّ

وَفِيهِ خَمْسٌ وَخَمْسُونَ مَوْعِظَةً سَبْعَةٌ أَحْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ

Dalam bab ini ada 55 Nasihat, 7 akhbar dan sisanya atsar.

Bab 3 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى (رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (وَهُوَ يَشْكُوْ) إِلَى النَّاسِ (ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُوْ رَبَّهُ) وَالشِّكَايَةُ لَا تَلِيْقُ إلَّا إلَى اللّٰهِ، فَإِنَّهَا مِنْ جُمْلَةِ الدُّعَاءِ.

Maqolah yang pertama (Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi  telah bersabda : Barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu subuh (Dan ia mengeluh) Kepada manusia (Tentang kesempitan hidup maka seakan akan ia mengeluh kepada tuhannya) Sedangkan mengeluh tidaklah layak kecuali kepada Allah karena sesungguhnya mengeluh adalah sebagian dari jumlah doa.

 أَمَّا الشِّكَايَةُ إلَى النَّاسِ فَهِيَ مِنْ عَلَامَاتِ عَدَمِ الرِّضَا بِقِسْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى لَهُ، كَمَا رُوِيَ عَنْ عَبْدِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أُعَلِّمُكُمُ الْكَلِمَاتِ الَّتِيْ تَكَلَّمَ بِهَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حِيْنَ جَاوَزَ الْبَحْرَ مَعَ بَنِيْ إسْرَائِيْلَ؟"، فَقُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللّٰهِ ، قَالَ : قُوْلُوْا اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ. قَالَ الْأَعْمَشُ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ شَقِيْقِيْ اَلْأَسَدِيِّ الْكُوْفِيِّ, وَهُوَ عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

Adapun mengeluh kepada manusia maka itu adalah tanda tidak adanya ridho terhadap bagian dari Allah Ta'ala untuknya. Sebagai mana telah diriwayatkan dari abdullah bin Mas'ud beliau berkata : Telah bersabda Rasulullahi :"Apakah tidak aku memberitahukan kepada kalian beberapa kalimat yang telah berkata dengan kalimat itu nabi musa alaihissalam ketika ia melintasi lautan bersama bani israil ?" Maka kami berkata tentu wahai Rasulullah, Rasulullah  bersabda : "Ucapkanlah oleh kalian Ya Allah hanya milikmu segala puji dan hanya kepadamulah tempat mengeluh dan kamu adalah yang dimintai pertolongan. Tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang maha luhur dan agung." Telah berkata A'mas maka aku tidak pernah meninggalkan doa itu sejak aku mendengar kalimat itu dari saudara kandungku Asadi bangsa kufi, dan A'mas menerimanya dari Abdullah Radhiallahu Anhu.

قَالَ الْأَعْمَشُ أَتَانِي آتٍ فِى الْمَنَامِ فَقَالَ: يَا سُلَيْمَانُ زِدْ فِى هٰذِهِ الْكَلِمَاتِ وَنَسْتَعِيْنُكَ عَلَى فَسَادٍ فِيْنَا، وَنَسْأَلُكَ صَلَاحَ أَمْرِنَا كُلِّهِ.

Telah berkata A'mas telah datang kepadaku orang yang datang dalam mimpi kemudian ia berkata : Wahai Sulaiman tambahkanlah pada kalimat ini. Aku meminta pertolongan kepadamu atas kerusakan dalam diri kami, dan kami meminta kepadamu atas keperluan urusan kami semua seluruhnya.

(وَمَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِى الصَّبَاحِ (لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِينًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللّٰهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ حَزِنَ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا فَقَدْ غَضِبَ عَلَى اللّٰهِ، لِأَنَّهُ لَمْ يَرْضَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِهِ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِقَدَرِهِ لِأَنَّ كُلَّ مَا وَقَعَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى وَقَدَرِهِ (وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ) أَيْ لِأَنَّ الشَّرِيْعَةَ أَنْ يَكُوْنَ تَعْظِيْمُ النَّاسِ لِأَجْلِ صَلَاحِهِ وَلِأَجْلِ عِلْمِهِ دُوْنَ التَّعْظِيْمِ لِأَجْلِ مَالِهِ، فَإِنَّ مَنْ أَكْرَمَ الْمَالَ أَهَانَ الْعِلْمَ وَالصَّلَاحَ.

(Dan barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu subuh (Karena urusan dunia seraya mengeluh maka sungguh ia telah masuk waktu subuh seraya murka kepada Allah) Makna orang yang mengeluh atas urusan dunia maka sungguh ia telah murka kepada Allah, karena sesungguhnya ia tidak ridho atas qodho Allah dan ia tidak bersabar atas cobaannya dan ia tidak beriman atas kodarnya karena sesungguhnya setiap perkara yang terjadi di dunia maka setiap perkara yang terjadi itu sebab qodho dari Allah dan sebab qodar dari Allah (Dan barang siap merendah kepada orang kaya karena kekayaan orang itu maka sungguh telah hilang dua pertiga agamanya) Maksudnya karena sesungguhnya syariat itu mengagungkan manusia karena kesholehannya dan karena keilmuannya bukan mengagungkan karena hartanya. Sungguh orang yang memuliakan harta ia telah merendahkan ilmu dan kesholehan.

قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ: لَا بُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ أَمْرٍ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٍ يَجْتَنِبُهُ وَقَدَرٍ يَرْضَى بِهِ، فَأَقَلُّ حَالَاتِ الْمُؤْمِنِ لَا يَخْلُوْ فِيْهَا مِنْ أَحَدِ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ، فَيَنْبَغِي لَهُ أَنْ يُلْزِمَ هَمَّهَا قَلْبَهُ وَيُحَدِّثَ بِهَا نَفْسَهُ وَيَأْخُذَ الْجَوَارِحَ بِهَا فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ اهْ.

Telah berkata tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasallahu Sirrohu: Tidak boleh tidak bagi setiap orang mu'min dalam setiap keadaannya dari tiga perkara: Yang pertama perintah yang ia melaksanakannya yang kedua larangan yang ia menjauhinya yang ketiga qodar yang ia ridho padanya. Maka paling sedikit keadaan orang mu'min adalah tidak kosong dalam keadaan itu salah satu dari tiga perkara ini, maka penting bagi orang mu'min mengharuskan dirinya mementingkan tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membisikkan tentang tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membawa anggota badan bersama tiga perkara ini dalam setiap keadaannya.

Bab 3 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَلَاثٌ لَا تُدْرَكُ بِثَلَاثٍ) أَيْ ثَلَاثُ خِصَالٍ لَا تُطْلَبُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ (اَلْغِنَى بِالْمُنَى) بِضَمِّ الْمِيْمِ جَمْعُ مُنْيَةٍ، أَيْ فَلَا يَحْصُلُ الْغِنَى بِالْأَمَانِى بَلْ بِالْقِسْمَةِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (وَالشَّبَابُ بِالْخِضَابِ) فَلَا يَحْصُلُ الشَّبَابُ بِخِضَابِ الشَّعْرِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ (وَالصِّحَّةُ بِالْأَدْوِيَةِ) فَلَا تَحْصُلُ الصِّحَّةُ بِنَفْسِ الْأَدْوِيَةِ بَلْ بِشِفَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke dua (Dari Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu: Tiga perkara yang tidak bisa dicapai dengan tiga perkara) Maksudnya tiga perkara yang tidak bisa dicari dengan tiga perkara (Yang pertama kaya dengan cara melamun) Dengan mendhommahkan huruf mim, lafad مُنَى adalah jamak dari lafad مُنْيَةٌ. Maksudnya maka tidak akan bisa hasil kekayaan dengan cara melamun akan tetapi bisa hasilnya kekayaan sebab ada bagian dari Allah ta'ala (Yang kedua muda dengan mewarnai rambut) Maka tidak akan bisa hasil muda dengan cara menyemir rambut menggunakan hena dan semisalnya (Yang ketiga sehat dengan obat-obatan) Maka tidak akan bisa hasil kesehatan dengan dzat obat-obatan akan tetapi bisa hasilnya kesehatan itu sebab kesembuhan dari Allah Ta'ala.

Bab 3 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: حُسْنُ التَّوَدُّدِ) أَيْ الْمَحَبَّةِ (إِلَى النَّاسِ نِصْفُ الْعَقْلِ) كَمَا رَوَى ابْنُ حِبَّانَ وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقَىُّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مُدَارَاةُ النَّاسِ صَدَقَةٌ" أَيْ مُلَاطَفَةُ النَّاسِ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ يُثَابُ عَلَيْهَا ثَوَابَ الصَّدَقَةِ، وَكَانَ مِنْ مُدَارَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَا يَذُمُّ طَعَامًا وَلَا يَنْهَرُ خَادِمًا وَلَا يَضْرِبُ امْرَأَةً. وَالْمُدَارَاةُ هِيَ تَرْكُ الدُّنْيَا لِأَجْلِ الدِّينِ عَكْسُ الْمُدَاهَنَةِ (وَحُسْنُ السُّؤَالِ) أَيْ لِلْعُلَمَاءِ (نِصْفُ الْعِلْمِ) لِأَنَّ الْعِلْمَ يَحْصُلُ بِهِ (وَحُسْنُ التَّدْبِيرِ) أَيْ إِجْرَاءُ الْأُمُورِ عَلَى عِلْمِ الْعَوَاقِبِ (نِصْفُ الْمَعِيشَةِ) وَهِيَ مَكْسَبُ الْإِنْسَانِ الَّذِي يَعِيشُ بِسَبَبِهِ.

Maqolah yang ke tiga (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Baiknya rasa sayang) Maksudnya cinta (Kepada manusia adalah setengah dari aqal) Sebagaimana telah meriwayatkan Imam Ibnu Hibban dan Imam Thobroni dan Imam Al-Baihaqi dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya Nabi telah bersabda: "lemah lembut kepada manusia adalah sodaqoh" Maksudnya lemah lembut kepada manusia dengan ucapan dan perbuatan akan diberipahala pada orang yang lemah lembut dengan pahala sodaqoh, dan ada dari sebagian sifat lemah lembutnya Nabi  sesungguhnya Nabi tidak pernah mencela pada makanan dan tidak pernah menyentak kepada pembantu dan tidak pernah memukul kepada istri. Mudaroh adalah meninggalkan dunia karena agama kebalikan dari mudahanah (Dan baiknya bertanya) Maksudnya kepada Ulama (Adalah setengah dari Ilmu) Karena sesungguhnya ilmu itu akan hasil sebab bertanya (Dan baiknya mengelola) Maksudnya mengelola setiap perkara karena mengetahui akibatnya (Adalah setengah dari ma'isyah) Ma'isyah adalah pekerjaan manusia yang ia bisa hidup sebab pekerjaannya.

Bab 3 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: "مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا) بِأَنَّ أَقَلَّ الشِّبَعَ وَالْأَكْلَ وَأَبْغَضَ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ (أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى) لِأَنَّهُ تَرَكَ الرِّيَاءَ وَالتَّفَاخُرَ (وَمَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ أَحَبَّهُ الْمَلَائِكَةُ) لِأَنَّهُ لَا يُتْعِبُ الْكَتَبَةَ الَّذِينَ يَكْتُبُونَ السَّيِّئَاتِ (وَمَنْ حَسَمَ الطَّمَعَ عَنِ الْمُسْلِمِينَ) أَيْ قَطَعَهُ عَنْهُمْ (أَحَبَّهُ الْمُسْلِمُونَ") لِأَنَّهُ لَا يُكَدِّرُ قُلُوبَهُمْ.

Maqolah yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: "Barang siapa meninggalkan dunia) Dengan cara menyedikitkan rasa kenyang dan makan dan membenci pujian dari manusia (Maka akan mencintainya Allah Subhanahu Wata'ala) Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan riya dan membangga-banggakan amal (Dan barang siapa meninggalkan dosa maka akan mencintainya para malaikat) Karena sesungguhnya ia tidak melelahkan malaikat katabah yang menulis amal-amal keburukan (Dan barang siapa meningglakna sifat rakus dari orang orang muslim) Maksudnya memutuskan sifat rakus dari orang orang muslim (Maka akan mencintainya orang orang muslim") Karena sesungguhnya ia tidak mengotori hati orang orang muslim. 

Bab 3 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (إِنَّ مِنْ نَعِيمِ الدُّنْيَا يَكْفِيكَ الْإِسْلَامُ نِعْمَةً) فَإِنَّ أَعْظَمَ نِعَمِ اللَّهِ لِلْعَبْدِ إخْرَاجُهُ مِنَ الْعَدَمِ إلَى الْوُجُودِ، وَإِخْرَاجُهُ مِنْ ظُلُمَاتِ الْكُفْرِ إلَى نُورِ الْإِسْلَامِ (وَإِنَّ مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلًا) فَطَاعَةُ اللَّهِ تَعَالَى أَعْظَمُ الْأَشْغَالِ (وَإِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ) أَيْ الْعِظَةِ (يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً) فَإِنَّ الْمَوْتَ أَكْبَرُ الْمَوَاعِظِ لِلنَّاسِ.

Maqolah yang ke lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Dan Karroma wajhahu (Sesungguhnya sebagian dari kenikmatan dunia cukup bagimu islam sebagai kenikmatan) Karena sesungguhnya yang terbesar dari nikmat Allah untuk seorang hamba adalah keluarnya seorang hamba dari tidak ada menjadi ada, dan ia keluar dari kegelapan kafir menuju cahaya Islam (Dan sesungguhnya sebagian dari kesibukkan cukup bagimu ta'at sebagai kesibukan) Karena Taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala adalah paling agungnya kesibukan (Dan sesungguhnya sebagian dari pelajaran) Maksudnya nasihat (Cukup bagimu mati sebagai pelajaran) Karena sesungguhnya mati adalah yang terbesar dari sebagian nasihat untuk manusia.

 

 

Bab 3 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كَمْ مِنْ مُسْتَدْرَجٍ) أَيْ مَأْخُوذٍ قَلِيلًا قَلِيلًا (بِالنِّعْمَةِ) بِإِكْثَارِهَا (عَلَيْهِ، وَكَمْ مِنْ مَفْتُونٍ) أَيْ مُمْتَحَنٍ بِالْبَلَاءِ (بِالثَّنَاءِ) أَيْ بِكَثْرَةِ ثَنَاءِ النَّاسِ (عَلَيْهِ، وَكَمْ مِنْ مَغْرُورٍ) أَيْ مُطْمَئِنٍّ قَلْبُهُ فِي الدُّنْيَا وَغَافِلٌ عَنْ الْآخِرَةِ (بِالسَّتْرِ) أَيْ بِسَتْرِ اللَّهِ عُيُوبَهُ (عَلَيْهِ).

Maqolah yang ke enam (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu: Begitu banyak dari orang yang ditipu) Maksudnya orang yang diadzab sedikit demi sedikit (dengan kenikmatan) dengan memperbanyak nikmat (Kepadanya, Dan begitu banyak dari orang yang diberi ujian) Maksudnya orang yang diuji dengan musibah (Dengan pujian) Maksudnya dengan banyaknya pujian dari manusia (Kepadanya, Dan begitu banyak dari orang yang tertipu) Maksudnya ditenangkan hatinya di dunia dan lalai dari akhirat (Dengan ditutupnya aib) Maksudnya dengan cara Allah menutup aibnya (Kepadanya).

Bab 3 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَهُ السَّابِعَهُ (عَنْ دَاوُدَ النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (قَالَ: اُوْحِي فِي الزَّبُورِ) وَهُوَ كِتَابٌ اُنْزِلَ عَلَيْهِ (حَقٌّ عَلَى الْعَاقِلِ) ايْ وَاجِبٌ عَلَيْهِ (أَنْ لَا يَشْتَغِلَ إِلَّا بِثَلَاثٍ) مِنْ الْخِصَالِ (تَزَوَّدٌ لِمَعَادٍ) ايْ لِآخِرَتِهِ بِأَدَاءِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (وَمُؤْنَةٌ لِمَعَاشٍ) ايْ قِيَامٌ بِأَمْرِ كِفَايَتِهِ وَصَوْنِهِ, وَفِي عِبَارَةٍ: وَمَرَمَّةٌ لِمَعَاشٍ بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالرَّاءِ وَتَشْدِيدِ الْمِيمِ أَيْ إِصْلَاحِهِ (وَطَلَبُ لَذَّةٍ بِحَلَالٍ) فَإِنَّ كَسْبَ الْحَلَالِ وَاجِبٌ.

Maqolah yang ke tujuh (Dari Daud seorang Nabi) Alaihis Salam (Ia bersabda: Telah diwahyukan dalam kitab Zabur) Kitab Zabur adalah kitab yang diwahyukan kepadanya (Hak atas orang yang berakal sehat) Maksudnya wajib atasnya (Tidak menyibukkan diri kecuali atas tiga) Perkara (Berbekal untuk tempat kembali) Maksudnya untuk Akhirat dengan cara menunaikan amal-amal sholeh (Dan usaha untuk kehidupan) Maksudnya mendirikan pekerjaan yang mencukupinya dan menjaganya, dan Dalam suatu ibarat: مَرَمَّةٌ لِمَعَاشٍ dengan memfathahkan huruf mim dan ra dan mentasydid mim maksudnya memperbaiki urusan untuk kehidupannya (Dan mencari kenikmatan dengan yang halal) Karena sesungguhnya pekerjaan halal adalah wajib.

Bab 3 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَخْرٍ (أَنَّهُ قَالَ) قَالَ النَّبِيُّ : ("ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ) أَيْ مُخَلِّصَاتٌ لِصَاحِبِهَا مِنَ الْعَذَابِ (وَثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ) أَيْ مُوقِعَاتٌ لِفَاعِلِهَا فِي الْهَلَاكِ (وَثَلَاثُ دَرَجَاتٍ) أَيْ مَنَازِلُ فِي الْآخِرَةِ (وَثَلَاثُ كَفَّارَاتٍ) لِذُنُوبِ عَامِلِهَا (أَمَّا الْمُنْجِيَاتُ: فَخَشْيَةُ اللَّهِ تَعَالَى فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ) قُدِّمَ السِّرُّ لِأَنَّ تَقْوَى اللَّهِ فِيهِ أَعْلَى دَرَجَةً (وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى) أَيْ التَّوَسُّطُ فِي الْمَعِيشَةِ بِأَنْ لَمْ يُجَاوِزْ فِيهَا الْحَدَّ وَرَضِيَ بِذَلِكَ (وَالْعَدْلُ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ) بِأَنْ يَغْضَبَ لِلَّهِ وَيَرْضَى لِرِضَاهُ.

Maqolah yang ke delapan (Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu) Namanya Abu Huroiroh adalah Abdul Rahman bin Sokhr (Sesungguhnya Abu Huroiroh berkata) Telah bersabda Nabi ("Tiga perkara yang menyelamatkan) Maksudnya menyelamatkan bagi ornag yang membawanya dari adzab (Dan tiga perkara yang membinasakan) Maksudnya terjadi bagi orang yang melakukannya dalam kebinasaan (Dan tiga derajat) Maksudnya tempat-tempat di akhirat (Dan tiga penghapus) Untuk menhapus dosa dosa dari orang yang melakukannya (Adapun perkara yang menyelamatkan adalah: Takut kepada Allah dalam kerahasiaan dan dalam keramaian) Didahulukan lafadz السِّرُّ karena sesungguhnya bertakwa kepada Allah dalam kerahasiaan itu adalah setinggi tingginya derajat (Dan bercita cita dalam keadaan faqir dan dalam keadaan kaya) Maksudnya pertengahan dalam masalah kehidupan dengan cara tidak melewati dalam masalah kehidupan pada batasan dan ia ridho terhadap kehidupan. (Dan adil dalam keridhoan dan dalam kemarahan) Dengan cara ia mara karena Allah dan ia ridho karena ridhonya Allah.

(وَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ فَشُحٌ شَدِيدٌ) أَيْ بُخْلٌ شَدِيدٌ فَلَا يُؤَدِّي مَا عَلَيْهِ مِنْ حَقِّ اللَّهِ وَحَقِّ الْخَلْقِ. وَفِي رِوَايَةٍ: فَشُحٌّ مُطَاعٌ أَيْ بُخْلٌ يُطِيعُهُ الْإِنْسَانُ أَمَّا لَوْ كَانَ الْبُخْلُ مَوْجُودًا فِي النَّفْسِ غَيْرَ مُطَاعٍ فَلَا يَكُونُ مُهْلِكًا لِأَنَّهُ مِنَ الصِّفَاتِ اللَّازِمَةِ لِلنَّفْسِ (وَهَوًى مُتَّبَعٌ) بِأَنْ يَتْبَعَ مَا يَأْمُرُهُ بِهِ هَوَاهُ (وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ) أَيْ نَظْرُهُ إِلَيْهَا بِعَيْنِ الْكَمَالِ مَعَ نِسْيَانِ نِعْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَمَعَ الْأَمْنِ مِنْ زَوَالِهَا .

(Adapun perkara yang membinasakan adalah pelit yang keterlaluan) Maksudnya pelit yang keterlaluan ia tidak menunaikan suatu perkara yang wajib atasnya dari hak Allah dan hak makhluk. Dalam suatu riwayat: Pelit yang diikuti maksudnya pelit yang mengikuti padanya para manusia. Adapaun jika terbukti sifat pelit yang ada dalam dirinya tidak diikuti maka sifat pelit itu tidak akan menjadi hal yang membinasakan karena sesungguhnya sifat pelit adalah sebagian dari sifat yang lazim bagi diri (Dan keinginan yang diikuti) Dengan cara ia mengikuti perkara yang memerintah kepada dirinya atas perkara itu keinginannya (Dan ujubnya seseorang pada dirinya sendiri) Maksudnya melihatnya ia pada dirinya sendiri dengan pandangan kesempurnaan sambil melupakan nikmat dari Allah dan sambil merasa aman dari hilangnya nikmat itu.

(وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ فَإِفْشَاءُ السَّلَامِ) أَيْ إِظْهَارُ السَّلَامِ بَيْنَ النَّاسِ بِأَنْ تُسَلِّمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَهُ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْهُ (وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ) لِلضَّيْفِ وَالْجَائِعِ (وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ) أَيْ التَّهَجُّدُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ حَالَ غَفْلَةِ النَّاسِ فِي لَذَّةِ النَّوْمِ.

(Adapun derajat adalah menyebarkan salam) Maksudnya menampakkan salam di antara manusia dengan cara mengucapkan salam kepada orang yang ia kenal dan kepada orang yang tidak ia kenal (Dan memberi makanan) Kepada tamu dan kepada orang yang lapar (Dan Sholat di waktu malam sedangkan manusia tertidur) Maksudnya sholat tahajud di tengah malam dalam keadaan lengahnya manusia sebab nikmatnya tidur.

(وَأَمَّا الْكَفَّارَاتُ) أَيْ الَّتِي عَادَتُهَا أَنْ تَمْحُوَ الْخَطِيئَةَ (فَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ) بِفَتْحَتَيْنِ جَمْعُ سَبْرَةٍ بِفَتْحٍ فَسُكُونٍ أَيْ إِتْمَامُ الْوُضُوءِ فِي وَقْتِ شِدَّةِ الْبَرْدِ بِأَنْ يَأْتِيَ بِسُنَنِهِ (وَنَقْلُ الْأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ) أَيْ إِلَى الصَّلَاةِ مَعَ الْجَمَاعَةِ (وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ) لِيُصَلِّيَهَا فِى الْمَسْجِدِ وَمِثْلُهُ انْتِظَارُ كُلِّ خَيْرٍ.

(Adapun perkara yang menghapus dosa) Maksudnya yang kebiasaannya menghapus pada kesalahan (Menyempurnakan wudhu disaat dingin) Dengan memfathahkan keduanya Jamak dari lafadz سَبْرَةٍ dengan membaca fathah kemudian sukun. Maksudnya menyempurnakan wudhu di waktu yang sangat dingin dengan mendatangkan sunah-sunah wudhu (Dan melangkahkan kaki untuk berjamaah) Maksudnya untuk melaksanakan sholat sambil berjamaah (Dan menunggu sholat sesudah sholat) sehingga ia bisa melaksanakan sholat berjamaah di masjid dan yang seumpama dari menggu sholat sesudah sholat adalah menunggu setiap kebaikan.

Bab 3 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ) لِأَنَّ آخِرَ الْحَيِّ مَيِّتٌ (وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّك مُفَارِقُهُ) أَيْ مُفَارِقُ مَنْ شِئْتَ بِالْمَوْتِ (وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّك مَجْزِيٌّ بِهِ) لِأَنَّ الْعِبَادَ مَجْزِيُّونَ بِأَعْمَالِهِمْ إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ .

Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata Malaikat Jibril Alaihis salam: Wahai Muhammad hiduplah semaumu karena sesungguhnya engkau akan mati) Karena sesungguhnya akhir dari kehidupan adalah mati (Dan cintailah orang yang engkau kehendaki karena sesungguhnya engkau akan berpisah darinya) Maksudnya berpisah dari orang yang engkau kehendaki sebab kematian (Dan beramallah kamu atas apa yang engkau kehendaki Karena sesungguhnya engkau akan dibalas sebab amal mu) Karena sesungguhnhya para hamba akan dibalas sebab amal-amal mereka jika amal mereka baik maka balasannya baik jika amal mereka jelek maka balasannya jelek.

Bab 3 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: ثَلَاثَةُ نَفَرٍ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ) أَيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (اَلْمُتَوَضِّئُ فِي الْمَكَارِهِ) جَمْعُ مُكْرَهٍ بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالرَّاءِ  أَيْ فِي أَوْقَاتِ الْمَشَقَّةِ وَهِيَ أَوْقَاتُ الْبَرْدِ الشَّدِيدِ (وَالْمَاشِي إِلَى الْمَسَاجِدِ فِي الظُّلَمِ) لِأَجْلِ الصَّلَاةِ مَعَ الْجَمَاعَةِ (وَمُظْعِمُ الْجَائِعِ).

Maqolah yang ke sepuluh (Telah bersabda Nabi : Tiga golongan yang akan menaungi merekak Allah Subhanahu Wata'ala di bawah naungan arsyinya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah) Maksudnya di hari kiamat (Orang yang berwudhu di waktu waktu yang dibenci) lafadz الْمَكَارِهُ adalah jamak dari lafadz مُكْرَهٌ dengan memfathahkan mim dan ro. Maksudnya di waktu-waktu sulit yaitu waktu-waktu dingin yang sangat (Dan orang yang berjalan menuju masjid di waktu gelap) Untuk melaksanakan sholat berjamaah (Dan orang yang memberi makan kepada orang yang lapar).

Bab 3 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: لِأَيِّ شَيْءٍ اتَّخَذَكَ اللَّهُ خَلِيلًاً؟ قَالَ: بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: اِخْتَرْتُ أَمْرَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَى أَمْرِ غَيْرِهِ) وَفِي نُسْخَةٍ: مَا اخْتَرْتُ أَمْرَ الْغَيْرِ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَا اهْتَمَمْتُ بِمَا تَكَفَّلَ اللَّهُ لِي) أَيْ مَا قُمْتُ بِأَمْرِ مَا تَحَمَّلَ اللَّهُ لِي مِنَ الرِّزْقِ (وَمَا تَعَشَّيْتُ) أَيْ مَا أَكَلْتُ وَقْتَ الْمَسَاءِ (وَمَا تَغَدَّيْتُ) أَيْ مَا أَكَلْتُ وَقْتَ الْغَدَاةِ (إلَّا مَعَ الضَّيْفِ) رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَمْشِي مِيلًاً أَوْ مِيلَيْنِ لِطَلَبِ مَنْ يَأْكُلُ مَعَهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ.

Maqolah yang ke sebelas (Dikatakan pada Nabi Ibrohim Alaihis Salam: Karena sebab apa Allah Subhanahu Wataalah menjadikan kamu sebagai kekasih? Nabi Ibrahim bersabda: Sebab tiga perkara: Aku lebih memilih perintah Allah di atas perintah selain Allah) Dan dalam satu tulisan: Aku tidak mengutamakan perintah orang lain di atas perintah Allah Ta'ala (Dan aku tidak pernah meresahkan perkara yang telah Allah jamin untukku) Maksudnya aku tidak berdiri atas perkara yang Allah telah menjamin untukku daru urusan rizqi (Aku tidak makan malam) Maksudnya Aku tidak makan di waktu sore (Dan aku tidak makan siang) Maksudnya aku tidak makan di waktu siang (Kecuali bersama tamu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Ibrohim Alaihissalam berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang akan makan bersama Nabi Ibrohim Alaihissalam.

Bab 3 Maqolah 12

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ (ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ تُفَرِّجُ الْغُصَصَ) بِضَمِّ الْغَيْنِ أَيْ تَكْشِفُ الْغُمُومَ (ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى) بِأَيِّ صِيغَةٍ كَانَتْ كَأَنْ يَقُولَ كَثِيرًا: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاللَّهِ"، أَوْ بِالْمُنَاجَاةِ كَأَنْ يَقُولَ: "يَا مُغِيثَ كُلِّ مَلْهُوفٍ" نَادَاهُ "وَيَا مُجِيبَ كُلِّ مُضْطَرٍّ" دَعَاهُ، وَ"يَا حَلِيمًا عَلَى كُلِّ ذِي هَفْوَةٍ" عَصَاهُ، وَ"يَا قَائِمًا بِالْكِفَايَةِ" لِمَنْ آثَرَهُ عَلَى دُنْيَاهُ "أَسْأَلُكَ الْوُصُولَ إلَى مَا لَا أَصِلُ إلَيْهِ إلَّا بِمَعُونَتِكَ وَدَفْعَ مَا لَا أُطِيقُ دَفْعَهُ إلَّا بِقُوَّتِكَ وَأَسْأَلُكَ خَيْرَةً فِيهَا عَافِيَةٌ وَعَافِيَةً فِيهَا خَيْرَةٌ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ".

Maqolah yang ke dua belas (Dari sebagian ahli hikmah) Maksudnya dokter hati (Tiga perkara yang akan membuka lebar-lebar kesempitan) Lafadz الْغُصَصَ dengan mendhommahkan huruf gin. Maksudnya akan menghilangkan kesumpekan (Dzikir kepada Allah Ta'ala) Dengan redaksi manapun yang ada seperti seseorang berkata sebanyak-banyaknya: "Tiada tuhan selain Allah tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan pertolongan Allah", atau dengan bermunajat seperti seseorang berkata: "Wahai dzat yang selalu menolong setiap orang yang dilanda kesedihan" ia memanggil kepada Allah dan "Wahai dzat yang selalu mengijabah setiap orang yang terdesak" ia berdoa kepada Allah dan "Wahai dzat yang selalu lemah lembut kepada setiap orang yang memiliki kesalahan" yang ia bermaksiat kepada Allah dan "Wahai dzat yang mendirikan kecukupan" untuk orang yang lebih mengutamakan kepada Allah di atas keduniaannya "Aku memohon kepadamu untuk mencapai apa yang tidak bisa aku raih kecuali dengan pertolonganmu dan aku memohon kepadamu untuk mencegah perkara yang aku tidak kuasa untuk mencegahnya kecuali dengan kekuatanmu dan aku memohon kepadamu kebaikan yang di dalamnya ada keselamatan dan keselamatan yang di dalamnya ada kebaikan dengan rahmatmu wahai dzat yang maha penyayang dari yang penyayang".

(وَلِقَاءُ أَوْلِيَائِهِ) مِنْ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَكَلَامُ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِي يَدُلُّ عَلَى خَيْرَيْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

(Dan bertemu kekasih Allah) Dari golongan para ulama yang sholeh (Dan kalam ahli hikmah) Maksudnya orang yang menunjukkan pada dua kebaikan dunia dan akhirat.

Bab 3 Maqolah 13

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ مِنْ أَكَابِرِ التَّابِعِينَ (مَنْ لَا أَدَبَ لَهُ) مَعَ اللَّهِ تَعَالَى وَمَعَ الْخَلْقِ (لَا عِلْمَ لَهُ) يُعْتَدُّ بِهِ (وَمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ) عَلَى تَحَمُّلِ الْبَلَايَا وَأَذَى الْخَلْقِ وَعَلَى مَشَقَّةِ اجْتِنَابِ الْمَعَاصِي وَعَلَى أَدَاءِ الْفَرَائِضِ (لَا دِينَ لَهُ) يُعْتَدُّ بِهِ (وَمَنْ لَا وَرَعَ لَهُ) عَنِ الْمَحَارِمِ وَالشُّبُهَاتِ (لَا زُلْفَى لَهُ) أَيْ لَا مَرْتَبَةَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا قُرْبَةَ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke tiga belas (Dari Hasan Al-Basri Radhiallahu Anhu) Beliau termasuk dari sebagian para pembesar tabiin (Barang siapa yang tidak ada adab pada dirinya) Bersama Allah dan bersama makhluk (Maka tidak ada ilmu baginya) Yang dianggap padanya (Dan barang siapa tidak ada kesabaran pada dirinya)  Atas tanggungan berbagai musibah dan atas gangguan dari sesama makhluk dan atas beratnya menjauhi kemaksiatan dan atas beratnya melaksanakan kewajiban (Maka tidak ada agama baginya) Yang dianggap padanya (Dan barang siapa tidak ada kehati-hatian pada dirinya) Dari perkara haram dan syubhat (Maka tidak ada kedekatan pada allah baginya) Maksudnya tidak ada pangkat baginya di sisi Allah dan tidak ada kedekatan baginya dari Allah Ta'ala.

 

 

Bab 3 Maqolah 14

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ خَرَجَ إِلَى طَلَبِ الْعِلْمِ فَبَلَغَ ذَلِكَ نَبِيَّهُمْ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَبَعَثَ إِلَيْهِ فَأَتَاهُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَقَالَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (لَهُ) أَيْ لِذَلِكَ الرَّجُلِ (يَا فَتَى إنِّي أَعِظُكَ بِثَلَاثِ خِصَالٍ فِيهَا عِلْمُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ) أَيْ يَكْفِيكَ ذَلِكَ (خَفِ اللَّهَ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ) أَيْ فِي حَالِ الْخَفَاءِ عَنِ النَّاسِ وَفِي حَالِ الظُّهُورِ عِنْدَهُمْ (وَأَمْسِكْ لِسَانَكَ عَنِ الْخَلْقِ لَا تَذْكُرْهُمْ إلَّا بِخَيْرٍ) كَمَا قَالُوا: مَنْ غَرْبَلَ النَّاسَ نَخْلُوهُ (وَانْظُرْ خُبْزَكَ الَّذِي تَأْكُلُهُ حَتَّى يَكُونَ) أَيْ ذَلِكَ الْخُبْزُ (مِنَ الْحَلَالِ) فَحِينَئِذٍ تَأْكُلُهُ وَإِلَّا فَلَا تَأْكُلْهُ (فَامْتَنَعَ الْفَتَى عَنِ الْخُرُوجِ) إِلَى بَلَدٍ آخَرَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ.

Maqolah yang ke empat belas (Diriwayatkan sesungguhnya ada seorang lelaki dari Bani Israil yang keluar untuk mencari ilmu kemudian sampailah cerita itu kepada Nabi Bani Israil) Alaihimus Salam (Kemudian nabi mengutus kepadanya kemudian pemuda itu mendatangi Nabi) Alaihis Salam (Kemudian berkata) Alaihis Salam (Kepadanya) Maksudnya kepada pemuda itu (Wahai pemuda sesungguhnya aku akan memberikan pepatah kepadamu dengan tiga perkara yang didalamnya ada ilmu awal dan akhir) Maksudnya cukup untukmu ilmu itu (Takutlah kamu kepada Allah dalam keadaan rahasia maupun dalam keadaan ramai) Maksudnya dalam keadaan sepi dari manusia dan dalam keadaan nampak di sisi orang lain (Tahan lisanmu dari para manusai jangan menyebut-nyebut manusia kecuali dengan perkataan yang baik) Sebagaimana telah para ulama telah berkata : Barang siapa mencari-cari kesalahan manusia maka manusia akan mencari kesalahannya (Dan perhatikanlah tentang rotimu yang akan kamu makan sehingga terbukti) roti (Dari yang halal) ketika itu halal silahkan kamu memakannya dan jika tidak maka jangan kamu makan roti itu (Kemudian pemuda itu tercegah dari keluar) Menuju Negara lain untuk mencari ilmu. 

Bab 3 Maqolah 15

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ جَمَعَ ثَمَانِينَ تَابُوتًا مِنَ الْعِلْمِ وَ) الْحَالُ أَنَّهُ (لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ، فَأَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إلَى نَبِيِّهِمْ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (أَنْ) تَفْسِيرِيَّةٌ (قُلْ لِهَذَا الْجَامِعِ) لِتِلْكَ الْكُتُبِ (لَوْ جَمَعْتَ كَثِيرًا مِنَ الْعِلْمِ لَمْ يَنْفَعْكَ إلَّا أَنْ تَعْمَلَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: لَا تُحِبَّ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعَهَا وَزُخْرُفَهَا (فَلَيْسَتْ بِدَارِ الْمُؤْمِنِينَ) الْفَاءُ لِلتَّعْلِيلِ، أَيْ لِأَنَّهَا لَيْسَتْ دَارَ جَزَاءٍ لِلْمُؤْمِنِينَ فَإِنَّ دَارَ ثَوَابِهِمْ الْجَنَّةُ (وَلَا تُصَاحِبِ الشَّيْطَانَ) بِأَنْ تُطِيعَ أَمْرَهُ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ (فَلَيْسَ بِرَفِيقِ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ لِأَنَّ الشَّيْطَانَ لَيْسَ رَفِيقًا لَهُمْ (وَلَا تُؤْذِ أَحَدًا) مِنْ عِبَادِ اللَّهِ (فَلَيْسَ بِحِرْفَةِ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ لِأَنَّ الْإِيذَاءَ لَيْسَ صَنْعَتَهُمْ.

Maqolah yang ke lima belas (Diriwayatkan sesungguhnya ada seorang lelaki dari Bani Israil yang mengumpulkan 80 peti dari ilmu dan) keadaan lelaki itu sesungguhnya ia (Tidak menerima manfaat dengan ilmunya, kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Bani Israil) Alaihis Salam (Yakni) lafadz أَنْ pada kalimat ini bermakna tafsiriyah / penjelasan (Katakanlah kepada orang yang mengumpulkan ilmu ini) tentang buku-buku itu (Walaupun kamu mengumpulkan begitu banyak sebagian dari ilmu tidak akan bermanfaat ilmu itu kecuali kamu megamalkan tiga perkara: Kamu tidak mencintai dunia) Maksudnya pada kesenangan dunia dan hiasan dunia (Karena sesungguhnya dunia bukanlah tempat tinggal orang-orang mu'min) Huruf ف pada kalimat فَلَيْسَتْ itu bermakna litta'lil, Maksudnya karena sesungguhnya dunia bukanlah tempat balasan untuk orang orang mu'min karena sesungguhnya balasan orang-orang mu'min adalah Surga (Dan janganlah kamu bersahabat dengan Syaiton) Dengan mengikuti perintah Syaiton dan menyelisihi perintah dari Allah dan dari Rasulullah (Karena Syaitan itu bukanlah sahabat orang-orang mu'min) Maksudnya karena sesungguhnya Syaiton bukanlah sahabat bagi orang-orang mu'min (Dan janganlah kamu menyakiti satu orangpun) Dari hamba-hamba Allah (Karena menyakiti bukanlah pekerjaan orang-orang mu'min) Maksudnya karena sesungguhnya menyakiti bukanlah pekerjaan orang-orang mu'min.

Bab 3 Maqolah 16

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيِّ) عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَدَارَانِ قَرْيَةٌ مِنْ قُرَى دِمَشْقَ، مَاتَ سَنَةَ خَمْسَ عَشْرَةَ وَمِائَتَيْنِ (أَنَّهُ قَالَ فِي الْمُنَاجَاةِ:) مَعَ اللَّهِ تَعَالَى (إلَهِيْ لَئِنْ طَالَبْتَنِيْ بِذَنْبِيْ لَأَطْلُبَنَّكَ بِعَفْوِكَ) لِأَنَّ مَغْفِرَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوبِيْ (وَلَئِنْ طَالَبْتَنِيْ بِبُخْلِيْ) بِمَنْعِ الْوَاجِبِ أَوْ مَنْعِ السَّائِلِ مِمَّا فَضَلَ عِنْدِيْ (لَأَطْلُبَنَّكَ بِسَخَائِكَ) أَيْ بِكَرَمِكَ (وَلَئِنْ أَدْخَلْتَنِيْ النَّارَ لَأَخْبَرْتُ أَهْلَ النَّارِ بِأَنِّيْ أُحِبُّكَ).

Maqolah yang ke enam belas (Dari Abu Sulaiman Ad-Daroni) Abdur Rahman bin Atiyyah Radhiallahu Anhu, Istilah daroni adalah satu desa dari sebagian desa desa damasqus, beliau wafat pada tahun  215 H (Sesungguhnya ia telah berkata dalam munajatnya:) Bersama Allah Ta'ala (Wahai tuhanku jika engkau menuntut padaku atas dosaku pasti aku akan menuntut padamu  atas ampunanmu) Karena sesunguhnya ampunanmu lebih luas dibandingkan dengan dosa-dosaku (Dan jika engkau menuntut padaku atas sifat pelitku)  Dengan menahan kewajiban atau mencegah dari orang yang meminta-minta dari apa yang telah engkau anugrahkan kepadaku (Pasti aku akan menuntut padamu atas sifat kedermawananmu) Maksudnya atas sifat pemurahmu (Dan jika engkau memasukkanku ke dalam neraka pasti aku akan mengabarkan pada penduduk neraka bahwa sungguh aku cinta padamu).

Bab 3 Maqolah 17

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: أَسْعَدُ النَّاسِ مَنْ لَهُ قَلْبٌ عَالِمٌ) بِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى مَعَهُ فِي أَيِّ مَوْضِعٍ كَانَ (وَبَدَنٌ صَابِرٌ) عَلَى الطَّاعَاتِ وَالْمَرَازِي (وَقَنَاعَةٌ) أَيْ رِضًا (بِمَا فِي الْيَدِ) مِنْ قِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ.

Maqolah yang ke tujuh belas (Dikatakan: Paling bahagianya manusia adalah orang yang memiliki hati yang alim) Karena sesungguhnya Allah Ta'ala bersamanya di tempat manapun ia berada (Dan badan yang sabar) Atas ketaatan dan kebaktian (Dan qona'ah) Maksudnya ridho (Atas perkara yang ada pada tangan) Yakni bagian dari Allah Ta'ala dan tenangnya hati ketika tidak ada orang yang dikenal.

 

 

Bab 3 Maqolah 18

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ هَلَكَ قَبْلَكُمْ) مِنَ الْأُمَمِ (بِثَلَاثِ خِصَالٍ: بِفُضُولِ الْكَلَامِ) وَهُوَ مَا لَا خَيْرَ فِيهِ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا (وَفُضُولِ الطَّعَامِ) وَهُوَ مَا لَا يُعِينُهُ عَلَى الدِّينِ (وَفُضُولِ الْمَنَامِ) وَهُوَ مَا لَا يَنْفَعُهُ فِي الدِّينِ.

Maqolah yang ke delapan belas (Dari Ibrohim An-Nakho'i) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya celaka pada orang yang celaka sebelum kalian) Dari umat-umat (Hanya sebab tiga perkara: Sebab berlebihan berbicara) Yaitu ucapan yang tidak ada kebaikan di dalamnya tentang agama dan dunia (Dan berlebihan makan) Yaitu makanan yang tidak menolongnya pada agama (Dan berlebihan tidur) Yaitu tidur yang tidak memberi manfaat untuk agama.

Bab 3 Maqolah 19

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيّ) الْوَاعِظُ لَهُ لِسَانٌ فِي الرَّجَاءِ خُصُوصًا وَكَلَامٌ فِي الْمَعْرِفَةِ، خَرَجَ إِلَى بَلْخٍ وَأَقَامَ بِهَا مُدَّةً وَرَجَعَ إِلَى نَيْسَابُورَ وَمَاتَ بِهَا سَنَةَ ثَمَانٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَتَيْنِ (طُوبَى لِمَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ تَتْرُكَهُ) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيرُ لِمَنْ صَرَفَ أَمْوَالَهُ فِي أَنْوَاعِ الْبِرِّ قَبْلَ ذَهَابِهَا عَنْهُ (وَبَنَى قَبْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَهُ) بِأَنْ عَمِلَ مَا فِيهِ تَوْنِيْسٌ فِي الْقَبْرِ (وَأَرْضَى رَبَّهُ) بِامْتِثَالِ أَمْرِهِ وَاجْتِنَابِ نَهْيِهِ (قَبْلَ أَنْ يَلْقَاهُ) بِالْمَوْتِ.

Maqolah yang ke sembilan belas (Dari Yahya bin Mu'ad Ar-Razi) Seorang pepatah yang memiliki bahasa pasih dalam masalah roja khususnya dan perkataan dalam masalah kema'rifatan. Beliau keluar menuju daerah Balkh dan bermukim di daerah Balkh pada satu masa dan kembali ke daerah Naisabur dan mati di daerah Naisabur pada tahun 258 H (Kebahagiaan bagi orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya) Maksudnya kebaikan yang banyak bagi orang yang mentasorufkan hartanya dalam warna kebaikan sebelum hilang harta itu darinya (Dan membangun kuburannya sebelum ia masuk ke dalam kubur) Dengan mengamalkan perkara yang didalamnya ada kesenangan di alam qubur (Dan ridho kepada Rabbnya) Dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya (Sebelum ia bertemu dengannya) Sebab mati.  

Bab 3 Maqolah 20

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ سُنَّةُ اللَّهِ) أَيْ عَادَتُهُ (وَسُنَّةُ رَسُولِهِ) أَيْ شَأْنُهُ (وَسُنَّةُ أَوْلِيَائِهِ) أَيْ أَمْرُهُمْ (فَلَيْسَ فِي يَدِهِ شَيْءٌ) أَيْ فَلَيْسَ لَهُ شَيْءٌ يُعْتَدُّ بِهِ (قِيلَ لَهُ - أَيْ لِعَلِيٍّ - مَا سُنَّةُ اللَّهِ؟ قَالَ:) أَيْ عَلَيٌّ (كِتْمَانُ السِّرِّ) وَهُوَ مَا أَخْفَاهُ النَّاسُ مِنَ الْحَدِيثِ عِنْدَ شَخْصٍ فَكِتْمَانُ السِّرِّ وَاجِبٌ (وَقِيلَ: مَا سُنَّةُ الرَّسُولِ؟ قَالَ: الْمُدَارَاةُ بَيْنَ النَّاسِ) كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ:

Maqolah yang ke dua puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhahu (Barang siapa yang tidak ada padanya sunnatullah)  Maksudnya kebiasaan Allah (Dan sunnah Rasulnya) Maksudnya urusan rasulullah (Dan sunnah wali-wali Allah) Maksudnya urusan wali-wali Allah (Maka tidak ada pada tangannya apapun) Maksudnya tidak ada baginya sesuatu yang dianggap atasnya (Dikatakan padanya - Maksudnya pada Ali - Apa Sunnatullah ? Ia berkata) Maksudnya Ali (Menyimpan rahasia) Rahasia adalah perkara yang telah menyembunyikan padanya manusia dari perakara yang datang dari seseorang maka menyembunyikan rahasia adalah wajib (Dan dikatakan: Apa sunnah Rasul ? Ia berkata: Beradaptasi di antara manusisa) Sebagaimana telah berkata sebagian ulama:

وَدَارِهِمْ مَا دُمْتَ فِي دَارِهِمْ  $  وَأَرْضِهِمْ مَا دُمْتْ فِي أَرْضِهِمْ

Dan kamu harus beradaptasi dengan manusia selama kamu masih berada di kampung halaman mereka $

Dan kamu harus ridho kepada manusia  selama kamu masi berada di tanah mereka

 

 

(وَقِيلَ: مَا سُنَّةُ أَوْلِيَائِهِ؟ قَالَ: اِحْتِمَالُ الْأَذَى مِنَ النَّاسِ، وَكَانُوا مَنْ قَبْلَنَا) مِنَ الْأُمَمِ (يَتَوَاصَوْنَ) أَيْ يُوصِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا (بِثَلَاثِ خِصَالٍ وَيَتَكَاتَبُونَ بِهَا) أَيْ يُرْسِلُ بَعْضُهُمُ الْكِتَابَةَ بِتِلْكَ الثَّلَاثِ إِلَى بَعْضٍ، فَمَنْ بَدَلٌ مِنْ اِسْمِ كَانَ (مَنْ عَمِلَ) شَيْئًا مِنَ الْأَعْمَالِ (لِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دِينِهِ وَدُنْيَاهُ) أَيْ فَهُوَ فِي حِفْظِ اللَّهِ تَعَالَى فِي جَمِيعِ أَحْوَالِهِ (وَمَنْ أَحْسَنَ سَرِيرَتَهُ) أَيْ ضَمِيرَ قَلْبِهِ (أَحْسَنَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ) فَالظَّاهِرُ يَدُلُّ عَلَى الْبَاطِنِ (وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ) بِأَنْ عَمِلَ عَمَلًا خَالِصًا مِنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ وَالتَّسْمِيعِ (أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ) فَمَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبَّهُ الْخَلْقُ.

(Dan dikatakan: Apa sunnah wali-wali Allah ? Ia berkata: Menanggung rasa sakit dari manusia, Dan ada wali wali Allah itu yaitu orang sebelum kita semua) Dari berbagai umat (Mereka saling memberikan wasiat) Maksudnya memberikan wasiat sebagian dari mereka kepada sebagian yang lainnya (Dengan tiga perkara dan mereka saling berkirim surat dengan tiga perkara itu) Maksudnya mengirim sebagian dari mereka sebuah tulisan dengan tiga perkara kepada sebagian yang lain. Lafadz مَنْ قَبْلَنَا adalah badal dari isim كَانَ (Barang siapa beramal) suatu perkara dari berbagai amal (Untuk akhiratnya maka Allah akan mencukupi urusan agama dan urusan dunianya) Maksudnya ia dalam penjeagaan Allah di dalam semua keadaan (Dan barang siapa yang membaguskan rahasianya) Maksudnya hati nuraninya (Maka pasti Allah akan membaguskan lahiriyahnya) Dzohir itu menunjukkan pada hal yang batin (Dan barang siapa yang memperbaiki perkara antara dirinya dan antara Allah) Dengan cara mengamalkan amalan yang murni dari sifat riya dan ujub dan sum'ah (Maka pasti Allah akan memperbaiki perkara antara dirinya dan manusia) Barang siapa yang cinta padanya Allah maka akan cinta kepadanya makhluk.

Bab 3 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (كُنْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرَ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ شَرَّ النَّاسِ) وَذَلِكَ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قُدَّسَ سِرَّهُ: إذَا لَقِيتَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ رَأَيْتَ الْفَضْلَ لَهُ عَلَيْكَ وَتَقُولُ عَسَى أَنْ يَكُونَ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرًا مِنِّي وَأَرْفَعَ دَرَجَةً فَإِنْ كَانَ صَغِيرًا قُلْتَ: هَذَا لَمْ يَعْصِ اللَّهَ وَأَنَا قَدْ عَصَيْتُ فَلَا شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنًى، وَإِنْ كَانَ كَبِيرًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَبَدَ اللَّهَ قَبْلِیْ، وَإِنْ كَانَ عَالِمًا قُلْتَ: هَذَا أُعْطِيَ مَا لَمْ أَبْلُغْ وَنَالَ مَا لَمْ أَنَلْ وَعَلِمَ مَا جَهِلْتُ وَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ، وَإِنْ كَانَ جَاهِلًا قُلْتَ: هَذَا عَصَى اللَّهَ بِجَهْلٍ وَأَنَا عَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ وَلَا أَدْرِي بِمَ يَخْتَمُ لِي أَوْ بِمَ يُخْتَمُ لَهُ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لَا أَدْرِي عَسَى أَنْ يُسْلِمَ فَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ وَعَسَى أَنْ أَكْفُرَ فَيُخْتَمَ لِي بِسُوءِ الْعَمَلِ اهْ.

Maqolah yang ke dua puluh satu (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Jadilah kamu di hadapan Allah  sebaik-baiknya manusia dan jadilah kamu di hadapan dirimu sejelek-jeleknya manusia) Dan hal itu sebagaimana telah berkata tentangnya tuanku syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa sirrohu : Ketika kamu berjumpa dengan salah seorang dari manusia kamu melihat keistimewaan padanya di atas dirimu kemudian kamu berkata bisa jadi ia terbukti di sisi Allah lebih baik dari pada aku dan lebih tinggi derajatnya. Jika terbukti orang itu masih keci kamu berkata anak ini tidak bermaksiat kepada Allah sedangkan aku sungguh telah bermaksiat maka tidak diragukan lagi dia lebih baik daripada aku. Jika terbukti orang itu lebih tua kamu berkata orang ini sungguh telah beribadah kepada Allah sebelum diriku. Jika terbukti orang itu berilmu kamu berkata orang ini telah diberikan ilmu yang tidak bisa aku capai dan ia memperoleh perkara yang tidak aku peroleh dan ia mengetahui perkara yang tidak aku ketahui dan ia beramal dengan ilmunya. Jika terbukti orang itu bodoh kamu berkata orang ini bermaksiat kepada Allah bersama kebodohannya sedangkan aku bermaksiat kepada Allah bersama ilmu dan aku tidak tau pada perkara yang mengakhiriku dan mengakhirinya. Jika terbukti orang itu kafir kamu berkata aku tidak tahu bisa jadi ia masuk islam kemudian mengakhiri padanya dengan kebaikan amal dan bisa jadi aku kafir kemudian mengakhiri padaku dengan keburukan amal. Sampai sini perkataan syikh Abdul Qodir Al-Jaelani berakhir.

(وَکُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلًا مِنَ النَّاسِ) فَإِنَّ اللَّهَ يَكْرَهُ أَنْ يَرَى عَبْدَهُ مُتَمَيِّزًا عَنْ غَيْرِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ. وَكَانَ بَعْضُهُمْ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي صَبُورًا وَاجْعَلْنِي شَكُورًا وَاجْعَلْنِيْ فِي عَيْنِيْ صَغِيرًا وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيرًا.

(Dan jadilah kamu di sisi manusia menjadi seseorang di antara manusia) Karena sesungguhnya Allah benci melihat seorang hamba berbeda dari yang lain sebagaimana keterangan dalam suatu hadits. Ada sebagian dari para ulama beroda dengan doa ini : Ya Allah semoga engkau menjadikan aku orang yang sabar dan semoga engkau menjadikan aku orang yang bersyukur dan semoga engkau menjadikan aku di mataku kecil dan di mata manusia besar.

Bab 3 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى عُزَيْرٍ النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَقَالَ:) عَزَّ وَجَلَّ (يَا عُزَيْرُ إِذَا أَذْنَبْتَ ذَنْبًا صَغِيرًا فَلَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الذَّنْبِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ أَذْنَبْتَ لَهُ، وَإِذَا أَصَابَكَ خَيْرٌ يَسِيرٌ فَلَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الْخَيْرِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ رَزَقَكَ) أَيْ مَنْ سَاقَ ذَلِكَ الْخَيْرَ إِلَيْكَ (وَإِذَا أَصَابَكَ بَلِيَّةٌ فَلَا تَشْكُنِي إِلَى خَلْقِي كَمَا لَا أَشْكُوكَ إِلَى مَلَائِكَتِي إِذَا صَعِدَتْ إِلَيَّ مَسَاوِيكَ) أَيْ عُيُوبُكَ.

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan: Allah Ta'ala memberikan wahyu kepada Uzair yang menjadi seorang nabi) Alaihis Salam (Telah berfirman Allah) Azza wajalla (Wahai Uzair jika kamu melakukan dosa dengan dosa yang kecil maka janganlah kamu lihat pada kecilnya dosa itu) Maksudnya dosa itu (Dan lihatlah kepada dzat yang engkau telah berbuat dosa padanya, Dan ketika menimpa kepadamu kebaikan yang ringan maka kamu jangan melihat pada kecilnya kebaikan itu) Maksudnya kebaikan itu (Dan lihatlah pada dzat yang telah memberikan rizqi padamu) Maksudnya dzat yang telah menyampaikan kebaikan itu kepadamu (Dan ketika menimpa kepadamu suatu musibah maka janganlah kamu mengadukan ku pada makhluk ku sebagaimana aku tidak pernah mengadukanmu pada malaikatku ketika datang kepadaku aib-aib dirimu) Maksudnya aib-aib dirimu.

قَالَ الْإِمَامُ ابْنُ عُيَيْنَةَ: مَنْ شَكَا لِلنَّاسِ وَقَلْبُهُ صَابِرٌ رَاضٍ بِالْقَضَاءِ لَمْ يَكُنْ جَزَعًا فَإِنَّ النَّبِيَّ قَالَ: ((أَجِدُنِي يَا جِبْرِيلُ مَغْمُومًا وَأَجِدُنِي مَكْرُوبًا)) جَوَابًا لِسُؤَالِ جِبْرِيلَ عَنْهُ فِي مَرَضِ مَوْتِهِ "كَيْفَ تَجِدُكَ".

Telah berkata Imam Uyainah: Barang siapa mengadu pada manusia dan hatinya sabar, ridho atas qhodo maka tidak termasuk resah karena sesungguhnya nabi telah bersabda ((Aku menemukan diriku wahai Jibril bersedih dan aku menemukan diriku susah)) Sebagai jawaban dari pertanyaan Malaikat Jibril kepada nabi tentang penyakit yang menyebabkan ia mati. "bagaimana kamu mendapati dirimu?".

Bab 3 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَاتِمُ بْنُ عُلْوَانَ، وَيُقَالُ: حَاتِمُ بْنُ يُوسُفَ، وَهُوَ مِنْ أَكَابِرِ مَشَايِخِ خُرَاسَانَ وَكَانَ تِلْمِيذَ شَقِيقٍ.

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dari Hatim Al-Asom) Radhiallahu Anhu Ia adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Ulwan dan Dikatakan : Hatim Bin Yusuf, Beliau adalah sebagian dari para pembesars syaik khurasan dan Ia adalah muridnya Syaqiq.

رُوِيَ أَنَّهُ جَاءَتْ امْرَأَةٌ فَسَأَلَتْ حَاتِمًا عَنْ مَسْأَلَةٍ فَاتَّفَقَ أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا فِي تِلْكَ الْحَالَةِ صَوْتٌ، فَخَجِلَتْ فَقَالَ حَاتِمٌ: اِرْفَعِي صَوْتَكِ، فَأَرَى مِنْ نَفْسِهِ أَنَّهُ أَصَمُّ فَسَرَتِ الْمَرْأَةُ بِذَلِكَ وَقَالَتْ: إنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ الصَّوْتَ، فَغَلَبَ عَلَيْهِ اِسْمُ الْأَصَمِّ (مَا مِنْ صَبَاحٍ إلَّا وَيَقُولُ الشَّيْطَانُ لِي: مَا تَأْكُلُ، وَمَا تَلْبَسُ، وَأَيْنَ تَسْكُنُ، فَأَقُولُ لَهُ: آكُلُ الْمَوْتَ) أَيْ أَذُوقُ مَرَارَةَ الْمَوْتِ (وَأَلْبَسُ الْكَفَنَ، وَأَسْكُنُ الْقَبْرَ، فَيَهْرُبُ) أَيْ الشَّيْطَانُ بِضَمِّ الرَّاءِ (مِنِّي).

Diriwayatkan sesungguhnya telah datang seorang perempuan kemudian ia bertanya kepada Hatim tentang satu masalah kemudian secara tidak sengaja telah keluar dari wanita itu suara kentut, kemudian wanita itu merasa malu, maka Hatim berkata : Keraskan suaramu kemuadian Hatim Al-Asom memperlihatkan pada dirinya bahwa sesungguhnya ia tuli maka menjadi bahagia wanita itu atas ketulian Hatim Al-Asom dan wanita itu berkata sesungguhnya Hatim tidak mendengar suara kentut kemudian menjadi terkenal kepada Hatim Al-Asom gelar Asom/tuli (Tidaklah di waktu pagi kecuali setan berkata kepadaku: Apa yang akan engkau makan, dan apa yang akan engkau pakai, dimana engkau akan berdiam kemudian aku berkata kepadanya: Aku akan memakan kematian) Maksudnya aku akan mencicipi pahitnya kematian (Dan aku akan memakai kain kafan, dan aku akan mendiami quburan kemudian ia melarikan diri) Maksudnya setan, ladafz يَهْرُبُ dengan mendhommahkan huruf ra (Dariku)

 

Bab 3 Maqolah 24

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: مَنْ خَرَجَ مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إِلَى عِزِّ الطَّاعَةِ) وَهَذَا مِنْ إضَافَةِ الصِّفَةِ لِلْمَوْصُوفِ أَيْ مَنْ تَرَكَ الْمَعْصِيَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ ذَلِيلًا وَعَمِلَ الطَّاعَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ عَزِيزًا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَلَاثَ صِفَاتٍ مَحْمُودَةٍ (أَغْنَاهُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ مَالٍ) يُنْفِقُهُ بَلْ بِسُكُونِ قَلْبِهِ (وَأَيَّدَهُ) أَيْ قَوَّاهُ (مِنْ غَيْرِ جُنْدٍ) أَيْ عَسَاكِرَ يُعِينُونَهُ بَلْ بِقُوَّةِ اللَّهِ تَعَالَى (وَأَعَزَّهُ) أَيْ غَلَبَهُ عَلَى عَدُوِّهِ (مِنْ غَيْرِ عَشِيرَةٍ) أَيْ جَمَاعَةٍ يُعَاشِرُونَهُ بَلْ بِنَصْرِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari Nabi : Barang siapa yang keluar dari kemaksiatan yang hina menuju ketaatan yang mulia) Lafadz ini dari sebagian idhopatnya sifat kepada yang disifti. Maksudnya barang siapa meninggalkan kemaksiatan yang menjadikan ia hina dan ia melakukan keta'atan yang menjadikan ia mulia maka pasti Allah akan memberikan kepadanya tiga sifat yang terpuji (Akan menjadikan kaya kepadanya Allah Ta'ala tanpa harta) Yang ia membelanjakannya tetapi dengan ketenangan hatinya (Dan Allah akan memberikan ia kekuatan) Maksudnya meberikan ia kekuatan (Tanpa pasukan) Maksudnya tanpa tentara yang membantunya tetapi dengan kekuatan Allah Ta'ala (Dan Allah akan memuliakannya) Maksudnya Allah akan memberikan ia kemenangan atas musuhnya (Tanpa kelompok) Maksudnya kelompok yang bergabung dengannya tetapi dengan pertolongan Allah Ta'ala.

 

 

 

Bab 3 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ خَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: كَيْفَ أَصْبَحْتُمْ) أَيْ دَخَلْتُمْ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (فَقَالُوا: أَصْبَحْنَا) أَيْ صِرْنَا فِي الصَّبَاحِ (مُؤْمِنِينَ بِاللَّهِ) جَلَّ وَعَلَا (فَقَالَ) ﷺ (وَمَا عَلَامَةُ إيمَانِكُمْ؟ قَالُوا: نَصْبِرُ عَلَى الْبَلَاءِ) أَيْ الِامْتِحَانِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَنَشْكُرُ عَلَى الرَّخَاءِ) أَيْ الِاتِّسَاعِ فِي الْمَعِيشَةِ (وَنَرْضَى بِالْقَضَاءِ) أَيْ الْحُكْمِ الْإِلَهِيِّ فِي أَعْيَانِ الْمَوْجُودَاتِ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ مِنْ الْأَحْوَالِ فِي الْأَزَلِ إِلَى الْأَبَدِ (فَقَالَ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ: أَنْتُمْ الْمُؤْمِنُونَ حَقًا) أَيْ إِيمَانًا مُطَابِقًا لِلْوَاقِعِ (وَرَبِّ الْكَعْبَةِ) الْوَاوُ لِلْقَسَمِ .

Maqolah yang ke dua puluh lima (Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Alaihis) Sholatu (Wassalam keluar pada suatu hari menuju sahabat-sahabatnya kemudian Nabi bersabda: Bagaimana keadaan kalian di waktu subuh) Maksudnya kalian masuk di waktu subuh (Kemudian mereka berkata: Kami masuk di waktu subuh) Maksudnya kami menjadi di waktu subuh (Sebagai orang-orang yang iman kepada Allah) Jalla Wa'ala (Kemudian bersabda Nabi)  (Apa tanda keimanan kalian ? Kemudain mereka menjawab: Kami bersabar atas balai) Maksudnya atas ujian dari Allah Ta'ala (Dan kami bersyukur atas kemakmuran) Maksudnya keluasan dalam ekonomi (Dan kami ridho atas Qodho) Maksudnya hukum Allah mengenai pengkhususan segala sesuatu yang diadakan atas perkara yang itu atas hukum Allah dari keadaan-keadaan di zaman azali sampai seterusnya (Kemudian bersabda Nabi Alaihis) Sholatuwwa (Salam: Kalian adalah orang-orang mu'min yang sebenarnya) Maksudnya Keimanan yang sesuai dengan fakta (Demi dzat yang menguasai Ka'bah) Huruf wau pada lafadz وَرَبِّ adalah wau qosam/sumpah.

قَالَ بَعْضُ الْعَارِفِينَ: الصَّبْرُ ثَلَاثُ مَقَامَاتٍ: تَرْكُ الشَّكْوَى وَهِيَ دَرَجَةُ التَّابِعِينَ، وَالرِّضَا بِالْمَقْدُورِ وَهِيَ دَرَجَةُ الزَّاهِدِينَ، وَالْمَحَبَّةُ لِلِابْتِلَاءِ وَهِيَ دَرَجَةُ الصِّدِّيقِينَ، فَفِي الْحَدِيثِ: ((اُعْبُدِ اللَّهَ عَلَى الرِّضَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَفِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَگرَہ خَیْرٌ گَثِیْرٌ)).

Telah berkata sebagian dari orang-orang yang ma'rifat billah: Sabar itu ada tiga maqom: Meninggalkan keluh kesah itu adalah derajatnya tabiin, dan ridho atas perkara yang ditaqdirkan itu adalah derajat orang-orang zuhud, dan senang atas cobaan itu adalah derajatnya orang-orang yang benar. Dalam satu hadits ((Beribadahlah kamu kepada Allah dengan ridho jika kamu tidak mampu maka dalam keadaan sabar atas perkara yang engkau benci padanya ada kebaikan yang banyak)).

Bab 3 Maqolah 26

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى بَعْضِ الْأَنْبِيَاءِ) عَلَيْهِمْ السَّلَامُ (مَنْ لَقِيَنِي) بِالْمَوْتِ (وَهُوَ يُحِبُّنِي) أَيْ يَشْتَاقُ إِلَيَّ وَيَرْغَبُ فِيمَا عِنْدِي مِنَ الثَّوَابِ (أَدْخَلْتُهُ جَنَّتِي) مَعَ السَّابِقِينَ (وَمَنْ لَقِيَنِي) بِالْمَوْتِ (وَ) الْحَالُ (هُوَ يَخَافُنِي) أَيْ يَخَافُ عَذَابِي (أَجْنَبْتُهُ نَارِي، وَمَنْ لَقِيَنِي بِالْمَوْتِ وَهُوَ يَسْتَحْيِي مِنِّي) بِأَنْ تَنْقَبِضَ نَفْسُهُ مِنْ شَيْءٍ خَوْفًا مِنْ عِقَابِ اللَّهِ تَعَالَى لَهُ فِيْهِ (أُنْسَيتُ الْحَفَظَةَ) أَيْ الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ كَتَبُوا أَعْمَالَهُ (ذُنُوبَهُ) فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.

Maqolah yang ke dua pulu enam (Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada para Nabi) Alaihimus Salam (Barang siapa bertemu denganku) Sebab mati (Dan ia mencintai aku) Maksudnya ia rindu padaku dan senang atas apa yang ada padaku dari pahala (Maka pasti aku akan memasukkannya ke dalam surgaku) Bersama orang-orang terdahulu (Dan Barang siapa bertemu denganku) Sebab mati (Dan) huruf wau pada kalimat ini adalah wau haliah (Ia takut padaku) Maksudnya takut atas adzabku (Maka pasti aku akan menjauhkan ia dari nerakaku, dan barang siapa bertemu denganku sebab mati dan ia malu padaku) Dengan cara ia menahan dirinya dari suatu perkara karna takut dari siksaan Allah Ta'ala padanya sebab perkara itu (Maka pasti aku akan menjadikan lupa malaikat hafadhoh) Maksudnya malaikat yang menulis amal-amalnya (Pada dosanya) Sebagai anugrah dari Allah Ta'ala padanya.

Bab 3 Maqolah 27

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَدِّ مَا افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكَ) بِالتَّمَامِ (تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ عِبَادَةً (وَاجْتَنِبْ مَحَارِمَ اللَّهِ تَكُنْ أَزْهَدَ النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ بُغْضًا لِلدُّنْيَا وَإِعْرَاضًا عَنْهَا (وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ) مِنَ الرِّزْقِ (تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ) أَيْ تَصِرْ أَكْثَرَ النَّاسِ مَالًا.٠

Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Dari Abdullah Bin Mas'ud) Radhiallahu Anhu (Tunaikanlah perkara yang telah memfardhukan Allah Ta'ala kepadamu) Dengan sempurna (Maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling ahli beribadah) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak beribadah (Dan jauhilah laranngan-larangan Allah maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling zuhud) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak membenci dunia dan berpaling dari dunia (Dan kamu harus ridho atas perkara yang telah Allah bagikan ke padamu) Dari rizqi (Maka pasti kamu akan menjadi manusia paling kaya) Maksudnya kamu akan menjadi manusia yang paling banyak hartanya.

Bab 3 Maqolah 28

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ صَالِحٍ الْمَرْقَدِيِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ مَرَّ بِبَعْضِ الدِّيَارِ فَقَالَ: يَا دِيَارُ أَيْنَ أَهْلُكِ) أَيْ أَيْنَ مُؤَنِّسُكِ (الْأَوَّلُوْنَ وَأَيْنَ عُمَّارُكِ) أَيْ بَانُوكِ (الْمَاضُونَ، وَأَینَ سُكَانُْكِ الْأَقْدَمُونَ، فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ) أَيْ صَاحَ بِهِ صَائِحٌ فَسَمِعَ صَوْتَهُ وَلَمْ يَرَ شَخْصَهُ (انْقَطَعَتْ آثَارُهُمْ) أَيْ عَلَامَتُهُمْ (وَبَلِيَتْ) أَيْ فَنِيَتْ (تَحْتَ التُّرَابِ أَجْسَامُهُمْ وَبَقِيَتْ أَعْمَالُهُمْ قَلَائِدَ) أَيْ أَطْوَاقًا فِي أَعْنَاقِهِمْ.

Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Solih Al-Marqodi) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya ia melewati sebagian kampung-kampung kemudian ia berkata: Wahai kampung-kampung di mana para pendudukmu) Maksudnya dimana orang yang menempatimu (Yang awal dan dimana orang yang telah memakmurkan kamu) Maksudnya orang yang membangunmu (Yang terdahulu, dan dimana pendudukmu yang terdahulu, kemudian menjerit kepadanya orang yang menjerit) Maksudnya menangis sambil berteriak kepadanya orang yang menangis sambil berteriak kemudian Solih mendengar suaranya sedangkan Solih tidak melihat orangnya (Telah terputus jejak-jejak mereka) Maksudnya tanda-tanda mereka (Dan telah membusuk) Maksudnya binasa (Di bawah tanah jasad mereka dan telah menetap amal mereka menjadi kalung) Maksudnya menjadi kalung di leher-leher mereka. 

Bab 3 Maqolah 29

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (تَفَضَّلْ عَلَى مَنْ شِئْتَ) أَيْ أَحْسِنْ إِلَيْهِ وَأَنْعِمْ عَلَيْهِ (فَأَنْتَ أَمِيرُهُ) أَيْ إِنْ أَحْسَنْتَ إِلَى شَخْصٍ بِالْعَطَاءِ صِرْتَ أَمِيرًا لَهُ (وَاسْأَلْ مَنْ شِئْتَ فَأَنْتَ أَسِيرُهُ) أَيْ وَاسْأَلْ النَّاسَ مَا تَحْتَاجُهُ مِنَ الْمَالِ وَالْعِلْمِ فَإِنِ احْتَجْتَ إِلَى شَخْصٍ فِي ذَلِكَ صِرْتَ عَبْدًا لَهُ لِأَنَّ النُّفُوسَ جُبِلَتْ بِحُبِّ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهَا كَمَا فِي الْحَدِيثِ: ((وَمَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ أَسِيرٌ لَهُ))، وَلِقَوْلِ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ: أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا فَإِنْ شَاءَ بَاعَنِي وَإِنْ شَاءَ أَعْتَقَنِي (وَاسْتَغْنِ عَمَّنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ نَظِيرُهُ) أَيْ اِكْتَفِ بِمَا عِنْدَكَ مِنَ الرِّزْقِ وَلَا تَفْتَقِرْ فِي الْمَالِ لِشَخْصٍ غَنِيٍّ كَثِيرِ الْمَالِ فَإِنْ لَمْ تَفْتَقِرْ إِلَيْهِ صِرْتَ غَنِيًّا مِثْلَهُ .

Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Dari Alii Radhialllahu Anhu) Wakarroma Wajhahu (Berikanlah anugrah kepada siapapun yang kamu kehendaki) Maksudnya berbuat baiklah kamu kepada siapapun yang kamu kehendaki dan berikanlah kenikmatan kepada siapapun yang kamu kehendaki (Maka kamu adalah pemimpinnya) Maksudnya jika kamu berbuat baik kepada seseorang dengan cara memberi maka kamu pasti akan menjadi pemimpin baginya (Dan mengemislah kamu kepada orang yang kamu kehendaki maka kamu adalah budaknya) Maksudnya mengemislah kamu kepada manusia atas apapun yang engkau membutuhkannya dari harta dan ilmu jika kamu butuh pada seseorang dalam hal itu maka pasti kamu akan menjadi budak baginya karena sesungguhnya jiwa jiwa manusia diciptakan dengan mencintai seseorang yang telah berbuat baik kepadanya sebagaimana keterangan dalam hadits: ((Barang siapa mencintai sesuatu maka ia menjadi tawanan baginya)), Dan karena perkataan Ali Karramallahu Wajhahu : Aku adalah budaknya seorang guru yang telah mengajarkan padaku walaupun hanya satu huruf. Jika ia mau maka ia menjual ku dan jika ia mau maka ia memerdekakanku. (Dan jadilah kamu mandiri dari orang yang kamu kehendaki maka sesungguhnya kamu menjadi orang yang sebanding dengannya) Maksudnya kamu harus merasa cukup atas apa yang ada padamu dari rizqi dan janganlah kamu merasa butuh dalam masalah harta pada orang kaya yang banyak hartanya. Jika kamu tidak butuh pada orang kaya maka pasti kamu akan menjadi kaya sepertinya.

Bab 3 Maqolah 30

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ) أَبِي زَكَرِيَّا (يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ: تَرْكُ الدُّنْيَا كُلِّهَا أَخْذُ الْآخِرَةِ كُلِّهَا) لِأَنَّهُمَا كَالضَّرَّتَيْنِ (فَمَنْ تَرَكَهَا) أَيْ الدُّنْيَا (كُلَّهَا أَخَذَهَا) أَيْ الْآخِرَةَ (كُلَّهَا) أَيْ فَمَنْ أَعْرَضَ عَنِ الدُّنْيَا بِالْكُلِّيَّةِ أَحَبَّ الْآخِرَةَ حُبًّا كَثِيرًا (وَمَنْ أَخَذَهَا) أَيْ الدُّنْيَا (كُلَّهَا تَرَكَهَا) أَيْ الْآخِرَةَ (كُلَّهَا) أَيْ فَمَنْ أَحَبَّ الدُّنْيَا بِالْكُلِّيَّةِ أَعْرَضَ عَنِ الْآخِرَةِ بِالْكُلِّيَّةِ (فَأَخْذُهَا فِي تَرْكِهَا) أَيْ فَحُبُّ الْآخِرَةِ سَبَبُ الْإِعْرَاضِ عَنِ الدُّنْيَا (وَتَرْكُهَا فِي أَخْذِهَا) أَيْ وَبُغْضُ الدُّنْيَا بِسَبَبِ حُبِّ الْآخِرَةِ.

Maqolah yang ke tiga puluh (Dari) Abu zakariya (Yahya Bin Mu'adz Rahmatullahi Alaihi: Meninggalkan dunia seluruhnya itu adalah mengambil akhirat seluruhnya) Karena sesungguhnya dunia dan akhirat itu seperti dua kebutuhan (Maka barang siapa meninggalkannya) Maksudnya dunia (Seluruhnya maka ia telah mengambil akhirat) Maksudnya akhirat (Seluruhnya) Maksudnya barang siapa berpaling dari dunia secara keseluruhan maka ia pasti mencintai akhirat dengan cinta yang banyak (Dan barang siapa mengambilnya) Maksudnya dunia (Seluruhnya maka ia telah meninggalkan akhirat) Maksudnya akhirat (Seluruhnya) Maksudnya barang siapa mencintai dunia secara keseluruhan maka ia pasti berpalinng dari akhirat secara keseluruhan. (Mengambil akhirat itu adalah sebab meninggalkan dunia) Maksudnya Mencintai akhirat itu adalah sebab berpaling dari dunia (Dan meninggalkan akhirat itu adalah sebab mengambil dunia) Maksudnya membenci dunia itu adalah sebab mencintai akhirat.

Bab 3 Maqolah 31

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَدْهَمَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قِيلَ لَهُ: بِمَ وَجَدْتَ الزُّهْدَ) أَيْ بِأَيِّ شَيْءٍ أَحْبَبْتَ تَرْكَ رَاحَةِ الدُّنْيَا طَلَبًا لِرَاحَةِ الْآخِرَةِ ؟. رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ سُلْطَانًا فِي بَلَدِهِ فَتَرَكَ السَّلْطَنَةَ وَاجْتَهَدَ فِي الْعِبَادَةِ فِي مَكَّةَ وَغَيْرِهَا. 

Maqolah yang ke tiga puluh satu (Dari Ibrahim Bin Adham Rahimahullah sesungguhnya dikatakan kepadanya: Sebab apa kamu menemukan sifat juhud) Maksudnya sebab hal apa kamu suka meninggalkan kesenangan dunia karena mencari kesenangan akhirat ?. Diriwayatkan sesungguhnya Ibrahim bin Adham menjadi sultan di negaranya kemudian ia meninggalkan kekuasaan kemudian dia bersungguh-sungguh dalam peribadahan di kota Mekkah dan selain kota Mekkah.

وَفِي الرِّسَالَةِ الْقُشَيْرِيَّةِ هُوَ أَبُو إِسْحَاقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ كَورَةِ بَلْخٍ كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ الْمُلُوكِ فَخَرَجَ يَوْمًا مُتَصَيِّدًا فَأَثَارَ ثَعْلَبًا أَوْ أَرْنَبًا وَهُوَ فِي طَلَبِهِ فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ: يَا إبْرَاهِيمُ أَلِهَذَا خُلِقْتَ أَمْ بِهَذَا أُمِرْتَ؟ ثُمَّ هَتَفَ بِهِ أَيْضًا مِنْ قَرْبُوسِ سَرْجِهِ: وَاللَّهِ مَا لِهَذَا خُلِقْتَ وَلَا بِهَذَا أُمِرْتَ، فَنَزَلَ عَنْ دَابَّتِهِ وَصَادَفَ رَاعِيًا لِأَبِيهِ فَأَخَذَ جُبَّةً لِلرَّاعِي مِنْ صُوفٍ وَلَبِسَهَا وَأَعْطَاهُ فَرَسَهُ وَمَا مَعَهُ ثُمَّ إنَّهُ دَخَلَ الْبَادِيَةَ ثُمَّ دَخَلَ مَكَّةَ وَصَحِبَ بِهَا سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَالْفُضَيْلَ بْنُ عِيَاضٍ وَدَخَلَ الشَّامَ وَمَاتَ بِهَا وَكَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ مِثْلَ الْحَصَادِ وَحِفْظِ الْبَسَاتِينِ وَغَيْرِ ذَلِكَ اهْ.

Dalam kitab Risalah Qusyairiyah Ibrahim bin Adham adalah Abu Ishaq Ibrahim Bin Mansur dari kauroh Balkh ia adalah anak dari raja. Ia keluar pada suatu hari sambil berburu kemudian ia menyerbu musang atau kelinci. Saat dia dalam penyerbuan kemudian berteriak kepadanya orang yang berteriak : Wahai Ibrahim apakah untuk ini engkau diciptakan ? atau apakah dengan ini engkau diperintah ? kemudian berteriak kepadanya juga dari arah bagian pelananya : Demi Allah bukan untuk ini engkau diciptakan dan bukan dengan ini engkau diperintah. Kemudian Ibrahim bin Adham turun dari kendaraanya kemudian secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang pengembala milik ayahnya kemudian ia mengambil sebuah jubah milik si pengembala yang terbuat dari woll kemudian ia mengenakan jubah itu kemudian Ibrahim bin Adham memberikan kepadanya kudanya dan apa yang ada padanya kemudian sesungguhnya ia masuk ke suatu lembah kemudian ia masuk ke Mekkah dan Ibrahim Bin Adham menemani Supyan Ats-tsauri dan Fudhoil bin Iyadh di Mekkah kemudian ia masuk ke negri Syam dan meninggal di negri Syam. Ia adalah orang yang makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri seperti panen dan  menjaga kebun-kebun dan selain hal itu.

(قَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيمُ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: رَأَيْتُ الْقَبْرَ مُوحِشًا) أَيْ قَاطِعًا لِلْقُلُوبِ عَنْ مَحْبُوبَاتِهِ (وَلَيْسَ مَعِيْ مُؤْنِسٌ) أَيْ مَنْ يُسْكِنُ قَلْبِيْ (وَرَأَيْتُ طَرِيقًا طَوِيلًا) أَيْ مَسَافَةً بَعِيدَةً فِي اَلْآخِرَةِ (وَلَيْسَ مَعِيْ زَادٌ) يُعِينُنِي عَلَى تِلْكَ الْمَسَافَةِ (وَرَأَيْتُ الْجَبَّارَ) أَيْ الَّذِي يَقْهَرُ الْعِبَادَ عَلَى كُلِّ مَا أَرَادَ (قَاضِيًا وَلَيْسَ لِيْ حُجَّةٌ) أَيْ مَا يَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ دَعْوَايَ.

(Telah berkata) Maksudnya Tuanku Ibrahim (Aku menemukan sifat juhud dengan tiga perkara: Aku melihat quburan sepi) Yang memutuskan hati dari yang dicintainya (Dan tidak ada bersamaku orang yang menghibur) Maksudnhya orang yang menenangkan hatiku (Dan aku melihat jalan yang panjang) Maksudnya jarak yang jauh di akhirat (Dan tidak ada bersamaku perbekalan) Yang akan menolongku atas jarak itu (Dan aku melihat Allah yang maha perkasa) Maksudnya dzat yang bisa memaksa kepada para hamba atas setiap perkata yang ia kehendaki (Sebagai hakim dan tidak ada bagiku hujjah) Maksudnya hal yang menunjukkan atas kebenaran pengakuan ku.

Bab 3 Maqolah 32

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْأُنْسِ بِاللَّهِ تَعَالَى مَا هُوَ؟ فَقَالَ:) أَيْ سُفْيَانُ (أَنْ لَا تَسْتَأْنِسَ بِكُلِّ وَجْهٍ صَبِيحٍ) أَيْ مُشْرِقٍ (وَلَا بِصَوْتٍ طَيِّبٍ) أَيْ لَذِيذٍ فِي السَّمَاعِ وَشَارِحٍ فِي الْقَلْبِ وَ(لَا بِلِسَانٍ فَصِيحٍ) أَيْ جَیِّدٍ.

Maqolah yang ke tiga puluh dua (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullah : Sesungguhnya ia ditanya tentang ketenangan bersama Allah apakah itu? Kemudian ia menjawab) Maksudnya Supyan (Janganlah kamu merasa senang dengan setiap wajah yang ceria) Wajah yang bersih (Dan janganlah kamu senang dengan suara yang merdu) Maksudnya suara yang enak di dengar dan yang melapangkan hati dan (Janganlah kamu senang dengan lisan yang pasih) Maksudnya yang bagus.

Bab 3 Maqolah 33

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ: زَايٌ وَهَاءٌ وَدَالٌ، فَالزَّايُ زَادٌ لِلْمَعَادِ) أَيْ لِلْآخِرَةِ وَهُوَ تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى (وَالْهَاءُ هُدًى لِلدِّينِ) أَيْ سُلُوكُ طَرِيقٍ يُوصِلُ إِلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَالدَّالُّ دَوَامٌ عَلَى الطَّاعَةِ).

Maqolah yang ke tiga puluh tiga (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma sesungguhnya ia berkata: zuhud ada tiga huruf: ز dan ه dan د maka ز adalah زاد للمعاد bekal untuk akhirat) Maksudnya untuk akhirat yaitu takwa kepada Allah Ta'ala (Dan ه adalah هدى للدين petunjuk agama) maksudnya menelusuri jalan yang bisa menyampaikan menuju jalan Nabi Muhammad (Dan د adalah دوام على الطاعة istiqomah dalam ketaatan).

Bab 3 Maqolah 34

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ) أَيْ ابْنُ عَبَّاسٍ (فِي مَوْضِعٍ آخَرَ:) الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ (الزَّايُ تَرْكُ الزِّينَةِ، وَالْهَاءُ تَرْكُ الْهَوَى) أَيْ مَحْبُوبَاتِ النَّفْسِ (وَالدَّالُ تَرْكُ الدُّنْيَا) مِنْ ثَنَاءِ الْخَلْقِ وَمِنْ التَّنَعُّمِ وَالتَّوَسُّعِ فِي الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.

Maqolah yang ke tiga puluh empat (Telah berkata) Maksudnya Ibnu Abbas (Di tempat yang lain:) Zuhud ada tiga huruf (ز adalah ترك الزينة meninggalkan zinah, dan ه adalah ترك الهوى meninggalkan hawa nafsu) Maksudnya hal-hal yang dicintai nafsu (Dan د adalah ترك الدنيا meninggalkan dunia) Dari pujian makhluq dan dari kenikmatan dan dari kemewahan pada makanan dan minuman dan pakaian dan tempat tinggal.

Bab 3 Maqolah 35

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَامِدِ اللَّقَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ: أَوْصِنِيْ) أَيْ بِمَا يَنْفَعُنِيْ فِي الدِّيْنِ (فَقَالَ: اِجْعَلْ لِدِينِكَ غِلَافًا كَغِلَافِ الْمُصْحَفِ) وَهُوَ مَا يَصُوْنُهُ عَنِ الدَّنَسِ (قِيلَ لَهُ: مَا غِلَافُ الدِّينِ) فَالشَّرِيعَةُ مِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُطَاعُ تُسَمَّى دِينًا وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُجْمَعُ تُسَمَّى مِلَّةً وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا يُرْجَعُ إلَيْهَا تُسَمَّى مَذْهَبًا (قَالَ لَهُ:) غِلَافُ الدِّينِ (تَرْكُ الْكَلَامِ إلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يُحْصُلُ الْمَقْصُودُ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا إلَّا بِهِ. قَالَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَوْ لُقْمَانُ: إذَا كَانَ الْكَلَامُ مِنْ فِضَّةٍ كَانَ السُّكُوتُ مِنْ ذَهَبٍ. وَالْمَعْنَى إذَا كَانَ الْكَلَامُ فِي الْخَيْرِ كَالْفِضَّةِ حَسَنًا كَانَ السُّكُوتُ عَنِ الشَّرِّ كَالذَّهَبِ فِي الْحُسْنِ اهْ.

Maqolah yang ke tiga puluh lima (Dari Hamid Al-Laqof Rahimahullah Sesungguhnya datang kepadanya seorang lelaki kemudian berkata kepada Hamid Al-Laqof: Berikanlah aku wasiat) Maksudnya atas perkara yang bermanfaat padaku dalam agama (Kemudian Hamdi Al-Laqof berkata: Jadikanlah unuk agamamu bungkus seperti bungkus mushaf) Maksudnya yang bisa menjaga dari kotoran (Dikatakan kepadanya: Apa bungkus agama ?) Syariat dari sekiranya sesungguhnya syariat itu diikuti maka dinamakan agama dan dari sekiranya sesungguhnya syariat itu dikumpulkan maka dinamakan millah dan dari sekiranya sesungguhnya syariat itu dikembalikan agama padanya maka dinamakan madzhab (Hamid Al-Laqof berkata kepadanya:) Bungkus agama (Adalah meninggalkan percakapan kecuali percakapan yang tidak boleh tidak darinya) yaitu percakapan yang tidak akan hasil pada yang dimaksud dari urusan dunia kecuali dengannya. Telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam atau Luqman : Jika berbicara itu adalah perak maka pasti diam itu adalah emas. Maknanya Jika berbicara tentang kebaikan seperti perak itu bagus maka pasti diam dari perkataan buruk itu seperti emas dalam hal bagusnya.

وَالسَّاكِتُ فِي الْحَقِّ كَالنَّاطِقِ فِي الْبَاطِلِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا) مِنَ الْأَمْتِعَةِ (إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا تَحْصُلُ الْحَاجَةُ إِلَّا بِهِ (وَتَرْكُ مُخَالَطَةِ النَّاسِ إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يَحْصُلُ الْمَطْلُوبُ إلَّا بِهِ.

Dan orang yang diam tentang kebenaran itu seperti orang yang berbicara dalam kebatilan. (Dan meninggalkan dunia) Dari benda-benda (Kecuali dunia yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu perkara yang tidak akan hasil suatu kebutuhan kecualing dengannya (Dan meninggalkan bergaul dengan manusia kecuali bergaul yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu pergaulan yang tidak akan hasil yang dicari kecuali dengan bergaul.

وَالنَّاسُ تَنْقَسِمُ إِلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: رَجُلٌ لَا لِسَانَ لَهُ وَلَا قَلْبَ وَهُوَ الْعَاصِي الْغَرُّ الْغَبِيُّ، فَاحْذَرْ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ وَلَا تَقُمْ فِيهِمْ فَإِنَّهُمْ أَهْلُ الْعَذَابِ، وَرَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلَا قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَا يَعْمَلُ بِهَا، يَدْعُو النَّاسَ إلَى اللَّهِ تَعَالَى وَهُوَ يَفِرُّ مِنْهُ فَابْعُدْ مِنْهُ لِئَلَّا يَخْطَفَكَ بِلَذِيذِ لِسَانِهِ فَتُحْرِقَكَ نَارُ مَعَاصِيْهِ وَيَقْتُلَكَ نَتْنُ قَلْبِهِ، وَرَجُلٌ لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهُوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ نَفْسِهِ وَنَوَّرَ قَلْبَهُ وَعَرَّفَهُ غَوَائِلَ مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمَ الْكَلَامِ فَهَذَا رَجُلٌ وَلِيُّ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظٌ فِي سَتْرِ اللَّهِ تَعَالَى، فَالْخَيْرُ كُلُّ الْخَيْرِ عِنْدَهُ فَدُوْنَكَ وَمُخَالَطَتَهُ وَخِدْمَتَهُ فَيُحِبَّكَ اللَّهُ تَعَالَى، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِاللَّهِ تَعَالَى وَآيَاتِهِ اِسْتَوْدَعَ اللَّهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرَحَ صَدْرَهُ لِقَبُولِ الْعُلُومِ فَاحْذَرْ أَنْ تُخَالِفَهُ وَتُجَانِبَهُ وَتَتْرُكَ الرُّجُوعَ إِلَى نَصِيحَتِهِ.

Manusia itu terbagi pada empat kelompok sebagaimana telah berkata tentang hal itu tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa Sirrohu: Lelaki yang tidak mempunya lisan dan tidak mempunyai hati dan dia adalah orang yang bermaksiat yang menipu dan bodoh, Maka berhati hatilah kamu menjadi bagian dari mereka dan janganlah kamu berdiri diantara mereka karena mereka adalah orang yang pantas mendapat siksaan. Lelaki yang mempunyai lisan dan tidak mempunyai hati kemudian ia berbicara dengan kalimat kalimat hikmah dan ia tidak mengamalkan pada hikmah, dia mengajak kepada manusia menyembah Allah Ta'ala sedangkan ia kabur dari Allah maka menjauhlah kamu darinya supaya ia tidak menyambarmu dengan kenikmatan lisannya kemudian akan membakarmu api kemaksiatannya dan akan membunuhmu kebusukan hatinya. Lelaki yang mempunyai hati tanpa mempunyai lisan dia adalah orang mu'min yang menutup kepadanya Allah Ta'ala dari makhluk Allah dan Allah memperlihatkan padanya atas aib-aib dirinya Dan Allah menerangi hatinya dan Allah memberi tahu padanya tentang bahayanya bergaul dengan manusia dan bahayanya kesialan obrolan Maka lelaki ini adalah kekasih Allah yang dijaga dalam perlindungan Allah Ta'ala. Kebaikan seluruh kebaikan ada pada lelaki itu maka wajib atasmu bergaul dengannya dan berkhidmah padanya maka pasti akan cinta padamu Allah Ta'ala. Lelaki yang mengaji dan mengajar dan mengamalkan ilmunya dan ia tahu pada Allah dan pada ayat Allah. Allah menitipkan kedalam hatinya keindahan-keindahan ilmunya dan Allah melapangkan hatinya untuk menerima ilmu maka berhati hatilah kamu menyelisihinya dan menjauhinya dan meninggalkan merujuk pada nasihatnya.

(ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الِاجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ، كَبِيرِهَا وَصَغِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا وَرَعَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ الزُّهْدُ (وَأَدَاءُ جَمِيعِ الْفَرَائِضِ يَسِيرِهَا وَعَسِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا تَوْبَةَ لَهُ لَا تَصِحُّ لَهُ الْإِنَابَةُ فَالتَّوْبَةُ هُوَ الْقِيَامُ بِكُلِّ حُقُوقِ الرَّبِّ وَالْإِنَابَةُ هُوَ إخْرَاجُ الْقَلْبِ مِنْ ظُلُمَاتِ الشُّبُهَاتِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلَى أَهْلِهَا قَلِيلِهَا وَكَثِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا قَنَاعَةَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّوَكُّلُ وَمَنْ لَا تَوَكُّلَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّسْلِيمُ اهٍ.

(Kemudian ketahuilah sesungguhnya asal zuhud itu adalah menjauhi dari yang diharamkan, besarnya yang diharamkan itu atau kecilnya yang diharamkan itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak wara' itu tidak sah baginya zuhud (Dan menunaikan seluruh kefardhuan mudahnya kewajiban itu atau susahnya kewajiban itu) Karena sesunggunya orang yang tidak bertaubat  untuk dirinya itu tidak sah baginya kembali kepada Allah. Taubat adalah mendirikan setiap hak-hak Allah. Inabah adalah mengeluarkan hati dari kegelapan-kegelapan syubhat (Dan meninggalkan dunia pada Ahlinya sedikitnya dunia itu dan banyaknya dunia itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak qonaah untuk dirinya itu tidak sah baginya tawakkal dan barang siapa yang tidak bertawakal kepada Allah maka tidak sah baginya taslim.

فَالتَّوَكُّلُ هُوَ الثِّقَةُ بِمَا عِنْدَ اللَّهِ وَالْيَأْسُ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ، فَالتَّسْلِيمُ هُوَ الِانْقِيَادُ لِأَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى وَتَرْكُ الْإِعْرَاضِ فِيمَا لَا يُلَائِمُ.

Tawakkal adalah percaya atas perkara yang ada pada Allah dan memutuskan harapan dari perkara yang ada pada tangan manusia, Taslim adalah patuh pada perintah Allah dan meninggalkan protes dalam perkara yang tidak sesuai keinginan.

Bab 3 Maqolah 36

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ لُقْمَانَ الْحَكِيمِ: أَنَّهُ قَالَ لِابْنِهِ: يَا بُنَيَّ إِنَّ النَّاسَ ثَلَاثَةُ أَثْلَاثٍ: ثُلُثٌ لِلَّهِ، وَثُلُثٌ لِنَفْسِهِ، وَثُلُثٌ لِلدُّودِ، فَأَمَّا مَا هُوَ لِلَّهِ فَرُوحُهُ) فَهُوَ رَاجِعٌ لِلَّهِ تَعَالَى (وَأَمَّا مَا هُوَ لِنَفْسِهِ فَعَمَلُهُ) فَهُوَ رَاجِعٌ لِنَفْسِهِ بِالنَّفْعِ وَالْإِضْرَارِ (وَأَمَّا مَا هُوَ لِلدُّودِ فَجِسْمُهُ) فَهُوَ مَأْكُولُ الدُّودِ.

Maqolah yang ke tiga puluh enam (Dari Luqman Al-Hakim: Sesungguhnya ia berkata kepada anaknya: Wahai anakku sesungguhnya manusia itu terbagi tiga pertiga: Sepertiga untuk Allah dan sepertiga untuk dirinya dan sepertiga untuk cacing. Adapun sepertiga yaitu yang untuk Allah adalah ruh manusia) Maka ruh manusia itu kembali kepada Allah Ta'ala (Dan adapun sepertiga yaitu untuk manusia adalah amalnya) Maka amal manusia itu kembali kepada dirinya sendiri dengan manfaat dan madharat (Dan adapun sepertiga yaitu untuk cacing adalah jasad manusia)  Maka jasad manusia itu menjadi makanan cacing.

Bab 3 Maqolah 37

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ) وَرَضِيَ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ: ثَلَاثٌ يَزِدْنَ فِي الْحِفْظِ) فِي الذِّهْنِ (وَيُذْهِبْنَ الْبُلْغَمَ) وَهُوَ أَحَدُ الطَّبَائِعِ الْأَرْبَعَةِ وَهِيَ الْبُلْغَمُ وَالدَّمُ وَالسَّوْدَاءُ وَالصَّفْرَاءُ (السِّوَاكُ وَالصَّوْمُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ).

Maqolah yang ke tiga puluh tujuh (Dari Ali Karromallahu Wajhah) Waradhia Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Tiga perkara yang bisa menambah hafalan) Dalam hati (Dan menghilangkan dahak) Dahak adalah salah satu dari tabiat yang empat yaitu dahak, darah, empedu hitam dan empedu kuning (Yaitu siwak dan berpuasa dan membaca Al-Qur'an).

Bab 3 Maqolah 38

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ كَعْبِ الْأَحْبَارِ) أَيْ مَلْجَأِ الْعُلَمَاءِ مِنَ الْيَهُودِ أَسْلَمَ فِي زَمَنِ سَيِّدِنَا عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (الْحُصُونُ لِلْمُؤْمِنِينَ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثٌ) مِنَ الْخِصَالِ: أَيْ الَّتِي تَمْنَعُ الْمُؤْمِنِينَ وَتَحْفَظُهُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثٌ، وَالْحِصْنُ هُوَ الْمَكَانُ الْمُرْتَفِعُ الَّذِي يَمْنَعُ الْعَدُوَّ وَالْحِصْنُ أَيْضًا السِّلَاحُ كَمَا فِي الْأَسَاسِ (الْمَسْجِدُ حِصْنٌ) لِأَنَّهُ مَحَلُّ الذَّاكِرِينَ وَالْمَلَائِكَةِ (وَذِكْرُ اللَّهِ حِصْنٌ) لَا سِيَّمَا لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْقَبِضُ أَيْ يَخْتَفِي وَيَتَأَخَّرُ إِذَا سَمِعَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى (وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ حِصْنٌ) لَا سِيَّمَا آيَةُ الْكُرْسِيِّ كَمَا هُوَ مُجَرَّبٌ.

Maqolah yang ke tiga puluh delapan (Dari Ka'b Al-Ahbar) Maksudnya rujukan para ulama dari kalangan yahudi ia masuk Islam di zaman Sayyidina Umar bin Khottob Radhiallahu Anhu (Benteng-benteng untuk orang-orang yang beriman dari godaan syaiton itu ada tiga) perkara: Maksudnya yang mencegah kepada orang orang yang beriman dan melindungi dari syaitan itu ada tiga, الْحِصْنُ yaitu tempat yang tinggi yang mencegah kepada musuh الْحِصْنُ juga bermakna pedang sebagaimana dalam kamus Al-Asas (Masjid itu adalah benteng) Karena sesungguhnya masjid adalah tempat orang-orang yang berdzikir dan tempat para malaikat (Dan dzikir kepada Allah itu adalah benteng) Apalagi bacaan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ, Karena sesungguhnya setan itu menyusut dan sembunyi dan mundur ketika ia mendengar dzikrullahi Ta'ala (Dan membaca Al-Quran adalah benteng) apalagi ayat kursi sebagaimana ia telah dibuktikan.

Bab 3 Maqolah 39

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: ثَلَاثٌ مِنْ كَنْزِ اللَّهُ تَعَالَى) أَيْ مِمَّا يَدَّخِرُهُ اللَّهُ تَعَالَى لَا يُعْطِيهَا اللَّهُ إِلَّا مَنْ أَحَبَّهُ (الْفَقْرُ) وَهُوَ فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَالْمَرَضُ) وَهُوَ يَعْرِضُ لِلْبَدَنِ فَيُخْرِجُهُ عَنِ الِاعْتِدَالِ الْخَاصِّ (وَالصَّبْرِ) وَهُوَ تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ لَا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى، وَالرِّضَا بِالْقَضَاءِ لَا يَقْدَحُ فِيهِ الشَّكْوَى إِلَى اللَّهِ وَلَا إِلَى غَيْرِهِ وَإِنَّمَا يَقْدَحُ بِالرِّضَا فِي الْمَقْضِيِّ وَإِنَّمَا لَزِمَ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ لِأَنَّ الْعَبْدَ لَا بُدَّ أَنْ يَرْضَى بِحُكْمِ سَيِّدِهِ، كَذَا فِي التَّعْرِيفَاتِ لِلسَّيِّدِ عَلِيٍّ الْجُرْجَانِي.

Maqolah yang ke tiga puluh sembilan (Dari sebagian orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Tiga perkara dari sebagian gudangnya Allah) Maksudnya dari perkara yang Allah Ta'ala simpan pada perkara itu yang tidak akan Allah berikan perkara itu kecuali kepada orang yang Allah cintai (Kefaqiran) Kefaqiran adalah tidak adanya perkara yang ia membutuhkan pada perkara itu (Dan sakit) Sakit adalah yang menimpa pada badan kemudian mengeluarkan pada badan dari kenormalan yang khusus (Dan kesabaran) Sabar adalah meninggalkan prilaku mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah tidak kepada Allah Ta'ala, dan ridho atas qodhonya tidak menjelek-jelekan dalam qodho mengeluh kepada Allah dan tidak kepada selain Allah dan sesungguhnya menjelek-jelekan atas ridho hanya dalam perkara yang dipastikan dan sesungguhnya wajib ridho pada qodho karena sesungguhnya seorang hamba tidak boleh tidak harus ridho pada hukum tuannya, seperti keterangan dalam kitab At-Ta'rifat milik sayyid Al-jurjani.

Bab 3 Maqolah 40

(وَ) الْمَقَالَةُ الْأَرْبَعُونَ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حِينَ سُئِلَ: مَا خَيْرُ الْأَيَّامِ وَمَا خَيْرُ الشُّهُورِ وَمَا خَيْرُ الْأَعْمَالِ؟ فَقَالَ) أَيْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ (خَيْرُ الْأَيَّامِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ) لِأَنَّهُ سَيِّدُ الْأَيَّامِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَخَيْرُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ) لِأَنَّهُ أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ وَفِيهِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَفِيهِ الصِّيَامُ الْوَاجِبُ وَلِأَنَّ ثَوَابَ النَّفْلِ فِيهِ كَثَوَابِ الْفَرْضِ.

Maqolah yang ke empat puluh (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma ketika ia ditanya: Apa sebaik-baiknya hari dan apa sebaik-baiknya bulan dan apa sebaik-baiknya amal? Maka ia berkata) Maksudnya Abdullah Bin Abbas (Sebaik-baiknya hari adalah hari Jum'at) Karena sesungguhnya hari Jum'at adalah tuannya hari Allah telah memberikan hari jumat untuk umat Nabi Muhammad ini (Dan sebaik-baiknya bulan adalah bulan Ramadhan) Karena sesungguhnya diturunkan di bulan Ramadhan Al-Qur'an dan di turunkan di bulan Ramadhan Lailatul Qodar dan di bulan Ramadhan diturunkan Puasa yang wajib dan karena sesungguhnya pahala amalan sunah di bulan Ramadhan itu seperti pahala amalan fardhu.

قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْوَرَّاقُ: شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرِ الزَّرْعِ وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ ذَلِكَ الزَّرْعِ.

Telah berkata Abu Bakar Al-Warroq: Bulan Rajab adalah bulan bercocok tanam dan bulan Sya'ban adalah bulan mengairi tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman itu.

(وَخَيْرُ الْأَعْمَالِ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ لِوَقْتِهَا) فَإِنَّهَا أَبْوَابُ الْأَعْمَالِ فَإِذَا فُتِحَتْ الصَّلَوَاتُ فُتِحَتْ سَائِرُ الْأَعْمَالِ وَإِذَا سُدَّتْ سُدَّتْ.

(Dan sebaik-baiknya amal adalah sholat yang lima waktu pada waktunya) Karena sesungguhnya sholat yang lima waktu adalah pintu-pintu berbagai amal. Ketika dibuka sholat lima waktu maka pasti terbuka sesisanya dari berbagai amal dan ketika dikunci maka pasti terkunci.

(فَمَاتَ ابْنُ عَبَّاسٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا (فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ) أَيْ وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ (فَمَضَى عَلَى ذَلِكَ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ، فَبَلَغَ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا سُئِلَ عَنْ ذَلِكَ) أَيْ الْمَسَائِلِ الثَّلَاثِ (فَأَجَابَ بِكَذَا) أَيْ بِذَلِكَ الْجَوَابِ الْمَذْكُورِ (فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ: (لَوْ سُئِلَ الْعُلَمَاءُ وَالْحُكَمَاءُ وَالْفُقَهَاءُ مِنَ الْمَشْرِقِ إلَى الْمَغْرِبِ) عَنْ تِلْكَ الْمَسَائِلِ الثَّلَاثِ (لَأَجَابُوا بِمِثْلِ مَا أَجَابَ بِهِ ابْنُ عَبَّاسٍ، إلَّا أَنِّي أَقُولُ) فِي جَوَابِ ذَلِكَ (إنَّ خَيْرَ الْأَعْمَالِ مَا يَقْبَلُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْكَ) سَوَاءٌ كَانَتْ قَلِيلَةً أَوْ كَثِيرَةً (وَخَيْرُ الشُّهُورِ مَا تَتُوبُ فِيهِ إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا).   

Apakah kamu melihat bagaimana menghancurkan kita siang dan malam

Jangan sekali-kali kamu condong pada kesenangan dunia dan perhiasan dunia

Dan beramallah kamu untuk kepentingan dirimu sebelum mati maka jangan

*

Sedangkan kita masih bermain-main dalam rahasia maupun terang-terangan

Karena sesungguhnya tanah air dunia bukanlah tanah air yang sebenarnya

sampai menipu kepadamu banyaknya sahabat dan banyaknya saudara

*

*

 (Kemudian Ibnu Abbas mati) Radhiallahu Anhuma (Di hari itu) Maksudnya yaitu hari Jumat (Kemudian berlalu atas kematian Ibnu Abbas tiga hari, kemudian sampailah kepada Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Sesungguhnya Ibnu Abbas telah ditanya tentang hal itu) Maksudnya pertanyaan yang tiga (Kemudian Ibnu Abbas menjawab begitu) Maksudnya dengan jawaban itu yang telah disebutkan (Kemudian berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Jika ditanya para Ulama dan Hukama dan Fuqoha dari timur sampai ke barat) Tentang pertanyaan itu yang tiga (Pasti mereka akan menjawab dengan semisal jawaban yang telah menjawab atas hal itu Ibnu Abbas, Kecuali sesungguhnya aku akan berkata) Dalam menjawab pertanyaan itu (Sesungguhnya sebaik-baiknya amal adalah amalan yang telah menerima pada amalan itu Allah Ta'ala darimu) Sama saja adanya amalan itu sedikit atau banyak (Dan sebaik-baiknya bulan adalah bulan engkau bertaubat di bulan itu kepada Allah dengan taubat nasuha).

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: التَّوْبَةُ النَّصُوحُ النَّدَمُ بِالْقَلْبِ وَالِاسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ وَالْإِقْلَاعُ بِالْبَدَنِ وَالْإِضْمَارُ عَلَى أَنْ لَا يَعُودَ إلَى مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ. وَقِيلَ: التَّوْبَةُ النَّصُوحُ أَنْ لَا يَبْقَى عَلَى عَمَلِهِ أَثَرٌ مِنَ الْمَعْصِيَةِ سِرًّا وَجَهْرًا. وَقِيلَ: هِيَ الَّتِي تُورِثُ صَاحِبَهَا الْفَلَاحَ عَاجِلًا وَآجِلًا. (وَخَيْرُ الْأَيَّامِ مَا تَخْرُجُ فِيهِ مِنَ الدَّنِّیا إلْی اللَّهُ) تَعَالَی بِالْمَوْتِ (مُؤْمِنًا بِاللَّهِ، وَقَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْبَسِيطِ]

Telah berkata Ibnu Abbas: Taubat Nasuha adalah penyesalan dalam hati dan memohon ampun dengan lisan dan menahan dengan badan dan bertekad tidak akan mengulangi pada perkara yang telah melarangnya Allah dari hal itu. dan dikatakan: Taubatan Nasuha adalah tidak tersisa dari amalnya orang itu bekas dari kemaksiatan baik secara tersembunyi atau terang-terangan. Dan dikatakan: Taubatan Nasuha adalah taubat yang mewariskan pada orang yang memilikinya sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Dan sebaik-baiknya hari adalah hari engkau keluar di hari itu dari dunia menuju Allah) Ta'ala sebab mati (Dalam keadaan iman kepada Allah. Telah berkata seorang penyair dari [Bahar Basit] 

وَنَحْنُ نَلْعَبُ فِي سِرٍّ وَإِعْلَانٍ

*

مَا تَرَى كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ

 

 

فَإِنَّ أَوْطَانَهَا لَيْسَتْ بِأَوْطَانٍ

*

لَا تَرْكَنَنَّ إِلَى الدُّنْيَا وَزُخْرُفِهَا

 

تَغْرُرْكَ كَثْرَةُ أَصْحَابٍ وَإِخْوَانٍ)

*

وَاعْمَلْ لِنَفْسِكَ مِنْ قَبْلِ الْمَمَاتِ فَلَا

 

 

قَوْلُهُ: كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ أَيْ يُفْنِيْنَا اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَهَذِهِ الْأَبْيَاتُ السَّبْعَةُ مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ تُنْسَبُ لِلْإِمَامِ الْغَزَالِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:

Ucapan lafadz: كَيْفَ يُبَلِّيْنَا الْجَدِيدَانِ Maksudnya bagaimana menghancurkan kita waktu siang dan malam, dan tujuh bait berikut ini dari bahar wafir yang dinisbatkan kepada Imam Al-Ghozali Rahimahullahu Ta'ala:

 

وَيُسْمَعُ مِنْكَ قَوْلُكَ فِى الْمَقَالِ

*

أَتَطْلُبُ أَنْ تَكُونَ كَثِيرَ مَالٍ

 

تُسَرُّ بِهِ وَمِنْ كُلِّ الرِّجَالِ

*

وَمِنْ كُلِّ النِّسَاءِ تُرَى وِدَادًا

مُهَابًا مُكْرَمًا وَكَثِيْرَ مَالٍ

*

وَيَأْتِيْكَ الْغِنَا وَتُرَى سَعِيدًا

مِنَ الْأَعْدَاءِ وَمِمَّنْ كَانَ وَالِيًّ

*

وَتُكْفَى كُلَّ حَادِثَةٍ وَمَکْرٍ

مُكَمَّلَةً عَلَى مَرِّ اللَّيَالِي

*

فَقُلْ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ أَلْفًا

أَشَرْتُ إِلَيْهِ مُرَخِّصَ كُلِّ غَالٍّ

*

بِلَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِنَّ فِي مَا

فَفِيهِ تَبْلُغُ الرُّتَبَ الْعَوَالِيَ

*

فَلَازِمْ مَا ذَكَرْتُ وَلَا تَدَعْهُ

 

Apakah kamu mencari supaya kamu menjadi orang yang banyak harta

*

Dan didengar darikamu ucapan ucapanmu dalam berkata

Dan dari setiap kaum wanita kamu terlihat disenangi

*

Kamu dibahagiakan oleh kaum wanita dan dari setiap kaum lelaki

Dan didatangkan kepadamu kekayaan dan kamu terlihat bahagia

*

berwibawa dan dimulyakan dan banyak hartanya

Dan dihindarkan dari setiap bencana dan tipuan

*

Dari musuh-musuh dan dari orang yang menjadi penguasa

Maka bacalah Yaa Hayyu Yaa Qoyyum seribu kali

*

Disempurnakan atas berlalunya setiap malam

Di waktu malam atau diwaktu siang. Sesungguhnya di dalam amalan-amalan

*

Yang telah aku tunjukkan pada amalan itu bisa membuat murah segala yang mahal

Maka kamu harus membiasakan pada amalan yang telah aku sebutkan dan janganlah kamu meninggalkannya

*

Maka sebab amalan itu kamu akan sampai pada derajat yang tinggi


Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 41

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (قِيلَ: إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا) كَامِلًا (فَقَّهَهُ فِي الدِّينِ) أَيْ فِي أُصُولِهِ وَفُرُوعِهِ (وَزَهَّدَهُ فِي الدُّنْيَا) أَيْ جَعَلَ قَلْبَهُ خَالِيًا مِمَّا خَلَتْ مِنْهُ يَدُهُ (وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ نَفْسِهِ).

Maqolah yang ke empat puluh satu (Dikatakan: Ketika Allah menginginkan pada seorang hamba kebaikan) Yang sempurna (Maka Allah akan memberikan ia pemahaman dalam beragama) Maksudnya dalam pokok agama dan cabangnya (Dan Allah menjadikan ia zuhud di dunia) Maksudnya Allah menjadikan hatinya kosong dari perkara yang kosong dari perkara itu tangannya (Dan Allah akan memperlihatkan kepada hamba itu tentang aib-aib dirinya sendiri).

Bab 3 Maqolah 42

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ) أَيْ مَحْبُوبَاتِكُمْ مِمَّا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (ثَلَاثٌ: الطِّيبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِى الصَّلَاةِ]) وَهَذِهِ الْخِصَالُ الَّتِي وَقَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ لَيْسَتْ مِنَ الدُّنْيَا فِي شَيْءٍ لِأَنَّ كُلَّ مَا كَانَ لِلَّهِ تَعَالَى لَيْسَ مِنَ الدُّنْيَا كَالَّذِي لَا بُدَّ مِنْهُ مِنَ الْقُوْتِ وَالْمَسْكَنِ وَالْمَلْبَسِ كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ خَلِيلُ الرَّشِيْدِيُّ فِي الْمَجَالِسِ الرَّائِقَةِ (وَكَانَ مَعَهُ) ﷺ (أَصْحَابُهُ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (جُلُوسًا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا) أَيْ مِمَّا كَانَ بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (ثَلَاثٌ: النَّظْرُ إِلَى وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ) ﷺ (وَإِنْفَاقُ مَالِي عَلَى رَسُولِ اللَّهِ) ﷺ (وَأَنْ تَكُونَ اِبْنَتِيْ تَحْتَ رَسُولِ اللَّهِ) ﷺ (فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالثَّوْبُ الْخَلَقُ) بِفَتْحَتَيْنِ أَيْ الْبَالِي. رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ فِي جُبَّتِهِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ رُقْعَةً (فَقَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: صَدَقْتَ يَا عُمَرُ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: إِشْبَاعُ الْجِيْعَانِ وَكِسْوَةُ الْعُرْيَانِ وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ) رُوِيَ أَنَّهُ خَتَمَ الْقُرْآنَ فِي رَكْعَتَيْنِ فِي اللَّيْلِ (فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (صَدَقْتَ يَا عُثْمَانُ. وَحُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا ثَلَاثٌ: الْخِدْمَةُ لِلضَّيْفِ، وَالصَّوْمُ فِي الصَّيْفِ) أَيْ فِي وَقْتِ شِدَّةِ الْحَرِّ (وَالضَّرْبُ) أَيْ لِلْأَعْدَاءِ (بِالسَّيْفِ).

Maqolah yang ke empat puluh dua (Dari Rasulullah sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Telah dicintai oleh ku dari dunia kalian) Maksudnya yang dicintai oleh kalian dari perkara yang ada di antara langit dan bumi (Tiga perkara: Wewangian dan wanita dan telah dijadikan kebahagiaan hatiku didalam sholat]) Tiga perkara yang datang kepada Rasulullah bukan termasuk dari dunia sedikitpun karena sesungguhnya setiap perkara yang terbukti karena Allah ta'ala itu tidak termasuk dari dunia seperti perkara yang tidak bisa tidak darinya dari makanan pokok dan tempat tinggal dan pakaian sebagaimana telah berkata tentang hal itu Syaikh Kholil Al-Rasyid dalam kitab Al-Majalis Ar-Roiqoh (Dan ada bersama Rasulullah)  (Sahabat-sahabatnya) Radhiallahu Anhum (Sambil duduk kemudian berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Ta'ala Anhu: Anda benar wahai Rasulullah, dan telah dicintai olehku dari dunia) Maksudnya dari perkara yang ada di antara langit dan bumi (Tiga: Melihat wajah Rasulullah)  (Dan menginfaqkan hartaku kepada Rasulullah)  (Dan ada putriku itu menjadi istri Rasulullah)  (Kemudian berkata Umar Radhiallahu Anhu: Kamu benar wahai Abu Bakar. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Amar ma'ruf dan nahi munkar dan memakai baju yang rusak) lafadz الخلق dengan memfathahkan keduanya maksudnya rusak. Diriwayatkan sesungguhnya Umar bin Khottob ada pada jubahnya empat belas tambalan (Kemudian berkata Utsman Radhiallahu Anhu: kamu benar wahai Umar. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Mengenyangkan orang yang lapar dan memberi pakaian pada orang yang telanjang dan membaca Al-Quran) Diriwayatkan sesungguhnya Utsman bin Affan mengkhatamkan Al-Quran dalam dua rakaat di waktu malam (Kemudian berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhah (Kamu benar wahai Utsman. Dan dicintai olehku dari dunia tiga: Melayani orang lemah dan puasa di musim kemarau) Maksudnya di waktu yang sangat panas (Dan memenggal) Kepada musuh-musuh (Dengan pedang).

(فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَ جِبْرِيلُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ لِلنَّبِيِّ ﷺ (وَقَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا جِبْرِيلُ (أَرْسَلَنِي اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَمَّا سَمِعَ مَقَالَتَكُمْ وَأَمَرَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ تَسْأَلَنِي عَمَّا أُحِبُّ أَنْ كُنْتُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، فَقَالَ) أَيْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ (مَا تُحِبُّ) يَا جِبْرِيلُ (أَنْ كُنْتَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، فَقَالَ: إِرْشَادُ الضَّالِّينَ) إِلَى الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمِ (وَمُؤَانَسَةُ الْغَرَبَاءُ الْقَانِتِينَ) أَيْ الْمُطِيعِينَ لِلَّهِ تَعَالَى الْخَاشِعِينَ لَهُ تَعَالَى (وَمُعَاوَنَةُ أَهْلِ الْعِيَالِ الْمُعْسِرِينَ) أَيْ الْفُقَرَاءِ. (قَالَ جِبْرِيلُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (يُحِبُّ رَبُّ الْعِزَّةِ جَلَّ جَلَالُهُ مِنْ عَبِيْدِهِ ثَلَاثَ خِصَالٍ: بَذْلَ الْاِسْتِطَاعَةِ) أَيْ إِعْطَاءَ الْقُدْرَةِ فِي طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى (وَالْبُكَاءَ عِنْدَ النَّدَامَةِ) أَيْ عَلَى فِعْلِ الْمَعَاصِي (وَالصَّبْرَ عِنْدَ الْفَاقَةِ) أَيْ وُجُودِ الْحَاجَةِ.

(Maka tatkala mereka seperti itu ketika datang malaikat Jibril) Alaihis Salam kepada Nabi  (Dan ia berkata) Maksudnya tuan kita Jibril (Telah mengutus kepadaku Allah Tabaraka Wata'ala ketika Allah mendengar perkataan kalian dan Allah memerintahkanmu wahai Rasulullah supaya engkau bertanya kepadaku tentang apa yang aku cintai jika aku terbukti termasuk dari penduduk dunia, Kemudian bersabda) Maksudnya Rasulullah  (Apa yang engkau cintai) Wahai Jibril (Jika engkau terbukti termasuk dari penduduk dunia, maka malaikat Jibril berkara: Memberikan petunjuk pada orang yang tersesat) Menuju jalan yang lurus (Dan bersikap ramah kepada orang asing yang taat) Maksudnya Yang taat kepada Allah yang khusyu kepada Allah Ta'ala (Dan menolong keluarga yang kesusahan) Maksudnya orang-orang faqir. (Telah berkata Malaikat Jibril) Alaihis Salam (Rabbul Izzati Jalla Jalaaluh mencintai dari hambanya pada tiga perkara: Mengerahkan segala kemampuan untuk taat) Maksudnya mengerahkan segala kemampuan dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala (Menangis ketika menyesal) Maksudnya atas perbuatan maksiat (Sabar ketika melarat) Maksudnya ketika ada kebutuhan.

Bab 3 Maqolah 43

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنْ اِعْتَصَمَ بِعَقْلِهِ ضَلَّ) أَيْ مَنْ اِعْتَمَدَ عَلَى عَقْلِهِ فِي أُمُورِهِ وَلَمْ يَعْتَمِدْ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي ذَلِكَ لَمْ يَهْتَدِ إِلَى الصَّوَابِ (وَمَنْ اسْتَغْنَى بِمَالِهِ قَلَّ) أَيْ مَنْ اكْتَفَى بِمَالِهِ لَمْ يَكْفِهِ ذَلِكَ، وَفِي الْحَدِيثِ: مَنْ اِسْتَغْنَى بِاللَّهِ أَغْنَاهُ (وَمَنْ عَزَّ بِمَخْلُوقٍ ذَلَّ) أَيْ وَمَنْ كَانَتْ قُوَّتُهُ بِمَخْلُوقٍ صَارَ ذَلِيلًا.

Maqolah yang ke empat puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Barang siapa yang berpegang teguh pada akalnya maka pasti tersesat) Maksudnya barang siapa yang bergantung pada akalnya di dalam urusannya dan ia tidak bergantung kepada Allah dalam hal itu maka ia tidak akan menerima petunjuk menuju kebenaran (Dan barang siapa yang merasa kaya dengan hartanya maka pasti sedikit) Maksudnya barang siapa yang merasa cukup dengan hartanya maka tidak akan mencukupinya harta itu, dan dalam satu hadits: Barang siapa yang merasa kaya sebab Allah maka Allah akan menjadikan ia kaya (Dan barang siapa yang merasa mulia sebab makhluq maka pasti hina) Maksudnya barang siapa yang terbukti kekuatanynya sebab makhluq maka pasti ia akan menjadi orang yang hina.

Bab 3 Maqolah 44

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) وَهُمُ الَّذِينَ يَكُونُ قَوْلُهُمْ وَفِعْلُهُمْ مُوَافِقًا لِلسُّنَّةِ (ثَمْرَةُ الْمَعْرِفَةِ) أَيْ إِدْرَاكِ صِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى (ثَلَاثُ خِصَالٍ: الْحَيَاءُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى) أَيْ اِنْقِبَاضُ الْقَلْبِ عَنْ مَعَاصِي اللَّهِ تَعَالَى (وَالْحُبُّ فِي اللَّهِ) أَيْ الرَّغْبَةُ فِيمَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الثَّوَابِ وَحُصُولِ رِضَاهُ تَعَالَى (وَالْأُنْسُ بِاللَّهِ) وَهُوَ الصَّحْوُ بِاللَّهِ تَعَالَى فَكُلُّ مُسْتَأْنِسٍ صَالِحٌ وَهُوَ أَثَرُ مُشَاهَدَةِ جَمَالِ حَضْرَةِ اللَّهِ تَعَالَى فِي الْقَلْبِ.

Maqolah yang ke empat puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Mereka adalah orang yang terbukti ucapannya dan prilakunya sesuai dengan sunnah (Buah kema'rifatan) Maksudnya memahami sifat-sifat Allah Ta'ala (Itu tiga perkara: Malu kepada Allah) Maksudnya menyusutnya hati dari berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala (Dan cinta karena Allah) Maksudnya suka pada perkara yang ada di sisi Allah dari pahala-pahala dan hasilnya ridho Allah Ta'ala (Dan gembira karena Allah) Yaitu merasa tenang dengan Allah Ta'ala maka setiap yang menjadikan hati tenang itu baik yaitu tanda menyaksikan keindahan Allah dalam hati.

Bab 3 Maqolah 45

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الْمَحَبَّةُ) فِي اللَّهِ تَعَالَى وَهِيَ أَنْ تَعْبُدَهُ (أَسَاسُ الْمَعْرِفَةِ) فَإِنَّ لِلصُّوْفِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَاتِبَ: شَرِيْعَةً وَهِيَ عِنْدَهُمْ عِبَادَةُ اللَّهِ تَعَالَى لِأَنَّهَا الْمَقْصُودَةُ مِنَ الشَّرِيعَةِ الَّتِي هِيَ عِنْدَ الْفُقَهَاءِ الْأَحْكَامُ الَّتِي بَيَّنَهَا اللَّهُ تَعَالَى لَنَا وَطَرِيقَةً لَنَا وَهِيَ قَصْدُ اللَّهِ تَعَالَى بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ وَمَعْرِفَةً وَهِيَ الْعِلْمُ بِبَوَاطِنِ الْأُمُورِ وَهِيَ ثَمْرَتُهَا (وَالْعِفَّةُ) أَيْ الْاِمْتِنَاعُ عَنِ السُّؤَالِ مِنَ الْخَلْقِ (عَلَامَةُ الْيَقِينِ) وَهُوَ اعْتِقَادُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَادِرٌ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَرَازِقٌ كُلَّ حَيَوَانٍ مَعَ اعْتِقَادِ أَنَّ الرِّزْقَ لَا يَصِلُ إلَيْهِ إلَّا بِسَوْقِ اللَّهِ تَعَالَى إِلَيْهِ (وَرَأْسُ الْيَقِينِ التَّقْوَى) أَيْ أَصْلُ الْيَقِينِ اِمْتِثَالُ أَمْرِ اللَّهِ وَاجْتِنَابُ نَهْيِهِ (وَالرِّضَا بِتَقْدِيرِ اللَّهِ) وَهُوَ سُرُورُ الْقَلْبِ بِمَا قَدَّرَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ مِنَ الْمُرِّ وَالْحُلْوِ وَبِمَا قَضَاهُ.

Maqolah yang ke empat puluh lima (Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Cinta) Di jalan Allah yaitu kamu beribadah kepada Allah (Adalah pondasi kemarifatan) Karena sesungguhnya untuk para ahli tasawuf ada tiga martabat : Syariat yaitu menurut para ahli tasawuf adalah beribadah kepada Allah Ta'ala karena sesungguhnya beribadah kepada Allah adalah yang dituju dari syariat yang syariat itu menurut ahli fiqih adalah hukum-hukum yang telah menjelaskan pada hukum-hukum itu Allah Ta'ala kepada kita. Dan Toriqoh untuk kita yaitu bermaksud kepada Allah Ta'ala dengan ilmu dan amal. Dan marifat yaitu mengetahui esensi setiap perkara yaitu buahnya cinta (Menahan diri) Maksudnya menahan diri dari meminta-minta dari makhluq (Adalah tandanya keyakinan) Yaitu bertekad sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan Allah memberi rizki kepada setiap makhluk dengan bertekad sesungguhnya rizki itu tidak akan hasil kecuali dengan kiriman dari Allah Ta'ala kepadanya (Dan pokok dari keyakinan adalah takwa) Maksudnya asal dari keyakinan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya (Dan Ridho atas taqdir dari Allah) Yaitu bahagianya hati pada perkara yang telah mentakdirkan atas perkara itu Allah Ta'ala kepadanya dari takdir yang pahit dan yang manis dan atas perkara yang Allah telah menentukan atas perkara itu.

Bab 3 Maqolah 46

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ تَعَالَى) مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَمَنْ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى) مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ (وَمَنْ أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى أَحَبَّ أَنْ لَا يَعْرِفَهُ النَّاسُ) بَلْ يَشْتَغِلُ الْأَعْمَالَ فِي الْخَلْوَةِ.

Maqolahh yang ke empat puluh enam (Dari Supyan bin Uyainah Radhiallahu Anhu ia berkata: Barang siapa mencintai Allah maka pasti ia akan mencintai orang yang mencintai Allah Ta'ala) Dari golongan ulama dan dari golongan orang orang yang sholeh (Dan barang siapa yang mencintai orang yang telah cinta kepadanya Allah Ta'ala maka pasti ia akan mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala) Dari Amal-amal sholeh (Dan barang siapa mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala maka pasti ia akan menyenangi supaya tidak mengenal kepadanya para manusia) Bahkan ia sibuk beramal di waktu sendirian.

وَنَقَلَ الْعَسْقَلَانِيُّ: أَنَّ مَحَبَّةَ اللَّهِ قِسْمَانِ: فَرْضٌ وَهِيَ الْبَاعِثَةُ عَلَى اِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيهِ وَالرِّضَا بِقَدَرِهِ، وَنَدْبٌ وَهِيَ أَنْ يُوَاظِبَ عَلَى النَّوَافِلِ وَيَجْتَنِبَ الشُّبُهَاتِ اهُ. وَقَالَ الصِّدِّيقُ: مَنْ ذَاقَ مِنْ خَالِصِ مَحَبَّةِ اللَّهِ شَغَلَهُ ذَلِكَ عَنْ طَلَبِ الدُّنْيَا وَأَوْحَشَهُ عَنْ جَمِيعِ الْبَشَرِ.

Dan telah menuqil Syaikh Ibnu Hajar Al-Asqollani: Sesunggunya cinta kepada Allah terbagi dua: Fardhu yaitu yang memotifasi pada melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dan ridho dengan takdirnya. Dan sunnah yaitu menekuni pada ibadah sunnah dan menjauhi perkara syubhat. Sampai sini nuqilan Syekh Ibnu Hajar berakhir. Berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu : Barang siapa yang mencicipi dari kemurnian cinta kepada Allah maka pastii akan mengsibukkan kepadanya kemurnian cinta itu dari dunia dan Allh pasti akan menjauhkan ia dari seluruh manusia.

Bab 3 Maqolah 47

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [صِدْقُ الْمَحَبَّةِ فِي ثَلَاثِ خِصَالٍ: أَنْ يَخْتَارَ كَلَامَ حَبِيبِهِ عَلَى كَلَامِ غَيْرِهِ، وَيَخْتَارَ مُجَالَسَةَ حَبِيْبِهِ عَلَى مُجَالَسَةِ غَيْرِهِ وَيَخْتَارَ رِضَا حَيِّيَيْهِ عَلَى رِضَا غَيْرِهِ]) فَإِنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ. وَقَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: وَمِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ حُبِّ اللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عِبَادَةِ سَبْعِينَ سَنَةً.

Maqolah yang ke empat puluh tujuh (Dari Nabi Alaihis Sholatu Wassalam sesungguhnya Nabi bersabda: [Benarnya cinta ada pada tiga perkara: Orang yang mencintai memilih perkataan kekasihnya di atas perkataan orang lain, dan ia memilih majelis kekasihnya diatas majelis orang lain, dan ia memilih ridho kekasihnya diatas ridho orang lain]) Karena sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu maka ia adalah hamba sahayanya. Dan telah berkata Yahya bin Mu'adz: Seberat biji sawi dari cinta Allah lebih dicintai olehku daripada ibadah tujuh puluh tahun.

Bab 3 Maqolah 48

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ الْيَمَانِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ: الْحَرِيصُ فَقِيرٌ) أَيْ الطَّالِبُ لِشَيْءٍ بِاجْتِهَادٍ فِي إِصَابَتِهِ فَاقِدٌ لِمَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَإِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّنْيَا) أَيْ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ مِنَ الْأَمْتِعَةِ وَالْجَوَاهِرِ (وَالْمُطِيعُ لِلَّهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّاسِ وَإِنْ كَانَ) أَيْ الْمُطِيعُ (مَمْلُوكًا) أَيْ عَبْدًا لِلنَّاسِ (وَالْقَانِعُ) أَيْ السَّاكِنُ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ وَالرَّاضِي بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى (غَنِيٌّ وَإِنْ كَانَ جَائِعًا) وَهَرَبَتْ اِمْرَأَةٌ أَسِيرَةٌ مِنْ بِلَادِ الْكُفْرِ وَمَشَتْ مِائَتَيْ فَرْسَخٍ لَمْ تَأْكُلْ شَيْئًا فَسُئِلَتْ: كَيْفَ قَوِيتِ عَلَى الْمَشْيِ بِلَا أَكْلٍ؟ فَقَالَتْ: كُلَّمَا جِعْتُ قَرَأْتُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَشْبَعُ.

Maqolah yang ke empat puluh delapan (Dari Wahab Bin Munabbih Al-Yamani Radhiallahu Anhu: Termaktub dalam kitab Taurat: Orang yang ambisius itu adalah orang fakir) Maksudnya Orang yang mencai sesuatu dengan bersungguh-sungguh dalam memperoleh sesuatu itu adalah yang tidak mempunyai perkara yang ia mebutuhkan pada perkara itu (Walaupun terbukti ia memiliki dunia) Maksudnya perkara di antara langit dan bumi dari berbagai kenikmatan dan perhiasan (Dan orang yang taat kepada Allah Ta'ala itu adalah orang yang akan ditaati oleh manusia walaupun terbukti) Maksudnya orang yang mentaati Allah (Adalah seorang budak) Maksudnya budak milik manusia (Dan orang yang qonaah) Maksudnya yang tenang hatinya ketika tidak ada perkara yang menjadi kebiasaanya dan ridho atas bagian dari Allah Ta'ala (Adalah orang kaya walaupun terbukti ia adalah orang yang lapar) Telah kabur seorang wanita yang ditawan dari negaranya orang kafir dan ia berjalan sejauh dua ratus parsah ia tidak makan apapun kemudian ia ditanya: Bagaimana kamu bisa kuat berjalan tanpa makan, kemudian ia berkata setiap kali aku lapar maka aku membaca قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ tiga kali kemudian aku kenyang.

Bab 3 Maqolah 49

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (مَنْ عَرَفَ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَعَ الْخَلْقِ لَذَّةٌ) لِأَنَّهُ لَمْ يُحِبَّ غَيْرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا فَانِيَةٌ (لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهَا رَغْبَةٌ) بَلْ اخْتَارَ الدَّارَ الْبَاقِيَةَ وَعَمِلَ لَهَا (وَمَنْ عَرَفَ عَدْلَ اللَّهِ تَعَالَى لَمْ يَتَقَدَّمْ إلَيْهِ الْخُصَمَاءُ) أَيْ لَمْ يُقْبِلُوا عَلَيْهِ لِأَنَّهُ قَدْ تَرَكَ الْخُصُومَةَ كَمَا قَالَ الْحَسَنُ رَحِمَهُ اللَّهُ: مَنْ عَرَفَ اللَّهَ أَحَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا كَرِهَهَا.

Maqolah yang ke empat puluh sembilan (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu Anhu (Barang siapa yang kenal kepada Allah maka tidak akan ada baginya bersama makhluk suatu kenikmatan) Karena sesungguhnya ia tidak mencintai kepada selain Allah Ta'ala (Dan barang siapa kenal kepada dunia) Karena sesungguhnya dunia akan sirna (Maka tidak akan ada baginya di dalam dunia suatu kesenangan) Bahkan ia akan memilih tempat tinggal yang kekal dan beramal untuknya (Dan barang siapa mengenal pada keadilan Allah Ta'ala maka tidak akan menantang kepadanya musuh-musuh) Maksudnya mereka tidak akan datang kepadanya karena sesungguhnya ia telah meninggalkan permusuhan sebagaimana telah berkata Imam Hasan Rahimahullah: Barang siapa kenal kepada Allah maka pasti ia akan cinta kepada Allah dan barang siapa kenal pada dunia pasti ia akan membenci dunia.

وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :

عَلَيْهَا كِلَابٌ هَمُّهُنَّ اجْتِذَابُهَا

*

فَمَا هِيَ إِلَّا جِيفَةٌ مُسْتَحِيلَةٌ

وَإِنْ تَجْتَذِبْهَا نَازَعَتْكَ كِلَابُهَا

*

فَإِنْ تَجْتَنِبْهَا كُنْتَ سِلْمًا لِأَهْلِهَا

Telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu:

Tiadalah keduniaan itu melainkan bangkai yang busuk

*

berkerumun diatas bangkai itu anjing mereka ingin menarik bangkai itu

Jika engkau menjauhi dunia itu maka kamu pasti akan menjadi aman dari ahli dunia

*

Dan jika engkau menarik dunia itu maka pasti akan merebut kepadamu anjing-anjing dunia

 

Bab 3 Maqolah 50

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَمْسُونَ (عَنْ) أَبِي الْفَيْضِ (ذِي النُّونِ الْمِصْرِيِّ) وَاسْمُهُ ثَوْبَانُ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَقِيلَ الْفَيْضُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُوهُ كَانَ نَوْبِيًّا وَهُوَ أَوْحَدَ وَقْتِهِ عِلْمًا وَوَرَعًا وَحَالًا وَأَدَبًا وَكَانَ رَجُلًا نَحِيفًا تَعْلُوهُ حُمْرَةٌ لَيْسَ بِأَبْيَضِ اللِّحْيَةِ تُوُفِّيَ سَنَةَ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ وَمِائَتَيْنِ (كُلُّ خَائِفٍ) مِنْ شَيْءٍ (هَارِبٌ) مِنْهُ أَيْ فَمَنْ خَافَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ عَمِلَ عَمَلًا يُبْعِدُهُ مِنْهَا (وَكُلُّ رَاغِبٍ) فِي شَيْءٍ (طَالِبٌ) لَهُ، أَيْ فَمَنْ رَغِبَ فِي الْجَنَّةِ عَمِلَ عَمَلًا يُقَرِّبُهُ إِلَيْهَا (وَكُلُّ آنِسٍ بِاللَّهِ مُسْتَوْحِشٌ بِالْخَلْقِ، وَفِي نُسْخَةٍ: مُسْتَوْحِشٌ عَنْ نَفْسِهِ).

Maqolah yang ke lima puluh (Dari) Abu Faidh (Dzun nun Al-Misri) Namanya adalah Tsauban bin Ibrohim, dan dikatakan Faidh bin Ibrohim dan ayahnya adalah seorang na'ib. Dzun nun Al-Misri adalah satu-satunya orang di zamannya yang paling alim dan wara dan tingkah lakunya dan tatakramanya dan terbukti Dzun nun Al-Misri adalah seorang lelaki yang ramping bagian atasnya merah dan tidak ada yang putih jenggotnya ia wafat pada tahun 245 H (Setiap orang yang takut) Dari sesuatu (Adalah yang melarikan diri) Darinya maksudnya barang siapa yang takut dari siksa neraka maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan menjauhkan ia dari siksa neraka (Dan setiap orang yang senang) pada sesuatu (Adalah yang mencari) padanya. Maksudnya barang siapa yang senang pada surga maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan mendekatkan ia kepada surga (Dan setiap orang yang merasa dekat bersama Allah adalah orang yang merasa asing dengan makhluq. Dalam salinan matan: Adalah orang yang merasa asing dari dirinya sendiri).

 

Bab 3 Maqolah 51

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْخَمْسُونَ (قَالَ) أَيْ ذُو النُّونِ الْمِصْرِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (اَلْعَارِفُ بِاللَّهِ تَعَالَى أَسِيرٌ) أَيْ مَرْبُوطٌ بِحُبِّهِ (وَقَلْبُهُ بَصِيرٌ) أَيْ مُزَيِّنٌ لِبَاطِنِهِ بِالْمُرَاقَبَةِ وَلِظَاهِرِهِ بِالْمُحَاسَبَةِ (وَعَمَلُهُ لِلَّهِ كَثِيرٌ).

Maqolah yang ke lima puluh satu (Telah berkata) Maksudnya Dzun nun Al-Misri Radhiallahu Anhu (Orang yang kenal kepada Allah Ta'ala itu tertawan) Maksudnya terikat dengan cintanya kepada Allah (Dan hatinya itu melihat) Maksudnya menghiasai untuk hatinya dengan sifat merasa terus diawasi Allah dan pada jasmaninya dengan berevaluasi diri (Dan amalnya kepada Allah itu banyak).

Bab 3 Maqolah 52

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْخَمْسُونَ (قَالَ) أَيْ ذُو النُّونِ الْمِصْرِيُّ (اَلْعَارِفُ بِاللَّهِ تَعَالَى وَفِيٌّ) أَيْ بِعَهْدِ اللَّهِ تَعَالَى بِأَنْ أَدَّى أَوَامِرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَقَلْبُهُ ذَكِيٌّ) أَيْ سَرِيعٌ (وَعَمَلُهُ لِلَّهِ زَكِيٌّ) أَيْ صَالِحٌ زَائِدٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ.

Maqolah yang ke lima puluh dua (Telah berkata) Maksudnya Dzun nun Al-Misri (Orang yang kenal kepada Allah itu menepati janji) Maksudnya atas janji kepada Allah Ta'ala dengan menunaikan perintah-perintah Allah Ta'ala (Dan hatinya itu cerdas) Maksudnya cepat tanggap (Dan amalnya kepada Allah itu murni) Maksudnya yang lurus dan bertambah di setiap waktu.

 

Bab 3 Maqolah 53

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْخَمْسُونَ (عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ الدَّرَانِيِّ أَنَّهُ قَالَ: أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ الْخَوْفُ مِنَ اللَّهِ) فَإِنَّ الْخَوْفَ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى مُحَوِّلُ الصَّحِيفَةِ فَيَجْعَلُهَا فِي الْيَمِينِ بَعْدَ أَنْ هَوَتْ إلَى الشِّمَالِ فَلِلْعَبْدِ فِي حَالِ سَلَامَتِهِ مِنَ الْمَرَضِ أَنْ يَكُونَ خَائِفًا رَاجِيًا لِيَزْجُرَهُ الْخَوْفُ مِنْ الْمَعَاصِي وَيَبْعَثَهُ الرَّجَاءُ عَلَى اكْتِسَابِ الْعَمَلِ الصَّالِحِ، وَعِبَادَةُ الرَّاجِي أَفْضَلُ لِغَلَبَةِ مَحَبَّةِ اللَّهِ فِيهِ فَوْقَ الْخَائِفِ وَالْمَلِكُ يُفَرِّقُ بَيْنَ مَنْ يَخْدُمُهُ اتِّقَاءَ عِقَابِهِ وَمَنْ يَخْدُمُهُ رَجَاءَ كَرَمِهِ وَمَنْ يَخْدُمُهُ لَا لِشَيْءٍ (وَمِفْتَاحُ الدُّنْيَا الشَّبَعُ) فَتُفْتَحُ أُمُورُ الدُّنْيَا بِالشَّبَعِ (وَمِفْتَاحُ الْآخِرَةِ الْجُوعُ) فَتُفْتَحُ أُمُورُ الْآخِرَةِ بِالْجُوعِ.

Maqolah yang ke lima puluh tiga (Dari Abu Sulaiman Ad-Daroni ia berkata : Pangkal dari setiap kebaikan di dunia dan di akhirat adalah takut karena Allah) Karena sesungguhnya takut karena Allah Ta'ala itu bisa merubah lembaran amal maka rasa takut akan menjadikan lembaran amal di tangan kanan sesudah jatuhnya lembaran amal itu di tangan kiri maka untuk seorang hamba dalam keadaan selamatannya hamba itu dari penyakit supaya ada rasa takut lagi berharap supaya mencegah kepadanya oleh rasa takut dari melaksanakan maksiat dan supaya membangkitkan padanya oleh rasa berharap melakukan amalah sholeh. Ibadah orang yang berharap itu lebih utama karena lebih kuatnya cinta kepada Allah karena berharap diatas orang yang takut. Seorang raja itu bisa membedakan antara orang yang berkhidmah kepada raja karena takut dari siksaan raja dan orang yang berkhidmah kepada raja karena berharap dari kemurahannya dan orang yang berkhidmah kepada raja bukan karena apa-apa (Kunci dunia adalah kenyang) Maka terbuka urusan dunia dengan kenyang (Sedangkan kunci akhirat adalah lapar) Maka terbuka urusan-urusan akhirat dengan lapar.

Bab 3 Maqolah 54

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْخَمْسُونَ (قِيلَ: الْعِبَادَةُ) لِلَّهِ تَعَالَى (حِرْفَةٌ) أَيْ مَكْسَبٌ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ (وَحَانُوتُهَا الْخَلْوَةُ) أَيْ دُكَّانُهَا مُحَادَثَةُ السِّرِّ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى حَيْثُ لَا أَحَدَ (وَرَأْسُ مَالِهَا التَّقْوَى) أَيْ أَصْلُ حَالِ الْعِبَادَةِ صِيَانَةُ النَّفْسِ عَمَّا تَسْتَحِقُّ بِهِ الْعُقُوبَةُ مِنْ فِعْلٍ أَوْ تَرْكٍ (وَرِبْحُهَا الْجَنَّةُ) أَيْ دَارُ الثَّوَابِ وَمَا فِيهَا.

Maqolah yang ke lima puluh empat (Dikatakan: Beribadah) Kepada Allah (Adalah pekerjaan) Maksudnya pekerjaan dari setiap arah (Dan warung ibadah adalah sepi) Maksudnya toko ibadah adalah membisikan hati bersama Allah Ta'ala sekiranya tak ada seorangpun (Dan modal utamanya adalah taqwa) Maksudnya modal utama beribadah adalah menjaga diri dari perkara yang berhak sebab perkara itu siksaan dari melakukan maksiat atau meninggalkan kewajiban (Dan untung dari ibadah adalah surga) Maksudnya tempat ganjaran dan berbagai kenikmatan di dalam surga.

Bab 3 Maqolah 55

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْخَمْسُونَ (قَالَ مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (اِحْبِسْ) أَيْ امْنَعْ (ثَلَاثًا) مِنَ الْخِصَالِ الْمَذْمُومَةِ (بِثَلَاثٍ) مِنَ الْخِصَالِ الْمَحْمُودَةِ (حَتَّى تَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ) أَيْ كَيْ تَتَّصِفَ بِحَقَائِقِ الْإِيمَانِ كَالْمُؤْمِنِينَ الصَّادِقِينَ فِي إيْمَانِهِمْ (اَلْكِبْرَ بِالتَّوَاضُعِ) وَالْكِبْرُ هُوَ رُؤْيَةُ النَّفْسِ بِعَيْنِ الْعِزِّ وَرُؤْيَةُ الْغَيْرِ بِعَيْنِ الْحَقَارَةِ عَكْسُ التَّوَاضُعِ وَالْكِبْرُ يَكُونُ بِالْمَنْزِلَةِ وَالْعُجْبُ يَكُونُ بِالْفَضِيلَةِ، فَالْمُتَكَبِّرُ يُجِلُّ نَفْسَهُ عَنْ رُتْبَةِ الْمُتَعَلِّمِينَ وَالْمُعْجِبُ مُسْتَكْثِرٌ فَضْلَهُ عَنْ اسْتِزَادَةِ الْمُتَأَدِّبِينَ (وَالْحِرْصَ بِالْقَنَاعَةِ) فَالْحِرْصُ هُوَ الِاجْتِهَادُ فِي شَيْءٍ يَطْلُبُهُ وَالْقَنَاعَةُ هِيَ الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ (وَالْحَسَدَ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ الْمَحْسُودِ إلَى الْحَاسِدِ (بِالنَّصِيحَةِ) وَهِيَ الدُّعَاءُ إلَى مَا فِيهِ  الصَّلَاحُ وَالنَّهْيُ عَمَّا فِيهِ الْفَسَادُ. وَفِي الْحَدِيثِ: [لَا يَجْتَمِعُ فِي جَوْفِ عَبْدٍ الْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ] اهْ أَيْ الْإِيمَانُ بِالْقَدَرِ.

Maqolah yang ke lima puluh lima (Telah berkata Malik bin Dinar) Radhiallahu Anhu (Cegahlah oleh mu) Maksudnya cegahlah olehmu (Tiga) Perkara yang tercela (Dengan tiga) perkara yang terpuji (Sehingga kamu ada dari golongan orang-orang beriman) Maksudnya supaya kamu bersifat dengan hakikat keimanan seperti orang-orang beriman yang benar dalam keimanannya (Kesombongan dengan tawadu) Sombong adalah memandang diri sendiri dengan pandangan mulya dan memandang orang lain dengan pandangan hina kebalikan dari tawadu. Sombong itu ada sebab martabat dan ujub itu ada sebab kelebihan. Maka orang yang sombong itu mengagung-agungkan dirinya dari pangkat orang-orang yang mengaji dan orang yang ujub itu menganggap lebih banyak nilai keutamaannya dari kelebihan orang yang disiplin (Dan sifat keserakahan dengan sifat qona'ah) Maka sifat rakus yaitu bersungguh sungguh dalam sesuatu yang ia cari dan qona'ah yaitu ridho atas bagian (Dan dengki) Yaitu mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki kepada orang yang dengki (Dengan nasihat) Yaitu mengajak pada perkara yang di dalamnya kemaslahatan dan melarang dari perkara yang di dalamnya kerusakan. Dalam sebuah hadits : [Tidak mungkin mengumpul dalam hati seorang hamba keimanan dan kedengkian].  Maksudnya Iman pada takdir.

وَعَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كُلُّ النَّاسِ أَقْدِرُ عَلَى رِضَاهُ إِلَّا حَاسِدَ نِعْمَتِي فَإِنَّهُ لَا يُرْضِيهِ إِلَّا زَوَالُهَا، كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيلِ:

Dari Mu'awiyah Radhiallahu Anhu ia berkata: Setiap manusia aku mampu atas ridhonya kecuali pada orang yang dengki kepada nikmatku karena sesungguhnya tidak akan membuat puas orang yang dengki itu kecuali dengan hilangnya kenikmatan itu. Sebagaimana telah berkata sebagian ulama dari bahar towil:

وَدَارَيْتُ كُلَّ النَّاسِ لَكِنَّ حَاسِدِي  $  مُدَارَاتُهُ شَقَّتْ وَعَزَّ نَوَالُهَا

وَكَيْفَ يُدَارِي الْمَرْءُ حَاسِدَ نِعْمَةٍلا  $   إِذَا كَانَ لَا يُرْضِيهِ إِلَّا زَوَالُهَا

Aku berusaha berbaur dengan semua manusia

akan tetapi orang yang dengki kepadaku *

Berbaur dengannya itu sulit dan menyakitkan untuk meraihnya

Dan bagaimana mungkin bisa berbaur seseorang

kepada orang yang dengki akan kenikmatan *

Sementara tidak akan memuaskan kepada orang yang dengki

kecuali dengan hilangnya kenikmatan itu


 

 

 

 

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

بَابُ الرُّبَاعِيِّ

فِيهِ سَبْعَةٌ وَ ثَلَاثُوْنَ مَوْعِظَةً ثَمَانِيَةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ

Dalam bab ini ada 37 Nasihat, 8 akhbar dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى (رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ لِأَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ جُنْدُبُ بْنُ جُنَادَةَ (يَا أَبَا ذَرٍّ جَدِّدِ السَّفِينَةَ فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيقٌ) أَيْ أَحْسِنِ النِّيَّةَ فِي كُلِّ مَا تَأْتِيْ وَتَذَرُ لِيَحْصُلَ لَكَ الْأَجْرُ وَالنَّجَاةُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang pertama (Diriwayatkan dari Rasulullah Sesungguhnya Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari Radhiallahu Anhu) Namanya adalah Jundub bin Junadah (Wahai Abu Dzar perbaruilah olehmu perahu karena sesungguhnya lautan itu sangat dalam) Maksudnya baguskanlah olehmu niat dalam setiap perkara yang akan kamu kerjakan dan yang akan kamu tinggalkan supaya hasil kepadamu ganjaran dan selamat dari adzab Allah Ta'ala.

وَكَتَبَ الْإِمَامُ عُمَرُ الْفَارُوقُ إِلَى أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: مَنْ خَلَصَتْ نِيَّتُهُ كَفَاهُ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ. وَكَتَبَ سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ الْخَطَّابِ إلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ: اِعْلَمْ يَا عُمَرُ أَنَّ عَوْنَ اللَّهِ لِلْعَبْدِ بِقَدْرِ نِيَّتِهِ، فَمَنْ خَلَصَتْ نِيَّتُهُ تَمَّ عَوْنُ اللَّهِ لَهُ، وَمَنْ نَقَصَتْ نِيَّتُهُ نَقَصَ عَنْهُ عَوْنُ اللَّهِ بِقَدْرِ ذَلِكَ اهَ.

Telah menulis surat Imam Umar Al-Faruq kepada Abu Musa Al-Asy'ariy Radhiallahu Anhuma: Barang siapa yang bersih niatnya maka pasti akan mencukupi kepadanya perkara antara dirinya dan antara manusia. Dan telah menulis surat Salim Bin Abdillah bin Umar Al-Khottob kepada Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhum: Ketahuilah olehmu wahai Umar sesungguhnya pertolongan Allah kepada hambanya itu dengan bergantung dari niatnya. Barang siapa yang murni niatnya maka sempurna pertolongan Allah padanya, dan barang siapa yang kurang niatnya maka pasti berkurang darinya pertolongan Allah sebab ukuran berkurangnya niat itu.

(وَخُذِ الزَّادَ كَامِلاً فَإِنَّ السَّفَرَ) فِى الْآخِرَةِ (بَعِيدٌ) فِى غَايَةِ التَّعَبِ (وخَفِّفِ الحِمْلَ) بِكَسْرِ الْحَاءِ أَيْ مَحْمُوْلَكَ مِنَ الدُّنْيَا (فَإِنَّ الْعَقَبَةَ كَئُوْدٌ) بِفَتْحِ الْكَافِ وَضَمِّ الْهَمْزَةِ: أَيْ إِنَّ طُلُوْعَ عَقَبَةِ الْجَبَلِ صَعْبٌ، فَإِنَّ أُمُوْرَ الْآخِرَةِ شَبِيْهَةٌ بِالْبَحْرِ الْعَمِيْقِ وَبِالسَّفَرِ الْبَعِيْدِ وَبِالْعَقَبَةِ الصَّعْبَةِ لِكَثْرَةِ الْأَهْوَالِ (وَأَخْلِصِ الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ) أَيْ الْمُعْتَبِرَ الْمُمَيِّزَ بَيْنَ الْحَسَنِ وَالْقَبِيْحِ وَهُوَ اللهُ تعالى (بَصِيْرٌ) أَيْ مُطَّلِعٌ وَمُرَاقِبٌ لِجَمِيعِ الْأَحْوَالِ. قَالَ أَبُو سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيُّ: طُوبَى لِمَنْ طَابَتْ لَهُ خُطْوَةٌ وَاحِدَةٌ فِي عُمْرِهِ لَا يُرِيدُ بِهَا إلَّا اللَّهُ تَعَالَى، وَمَأْخَذُهُ قَوْلُهُ ﷺ لِمُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: (أَخْلِصِ الْعَمَلَ يَجْزِكَ مِنْهُ الْقَلِيْلُ).

(Dan ambillah oleh mu bekal yang sempurna karena sesungguhnya perjalanan) Di akhirat (Itu jauh) Dalam tujuan yang sangat melelahkan (Dan ringankanlah olehmu beban) Lafadz الحِمْلَ dengan mengkasrohkan ح. Maksudnya yang dibawa olehmu dari dunia (Karena sesungguhnya tanjakan itu sangat sulit) Lafadz كَئُوْدٌ dengan memfathahkan ك dan mendhommahkan hamzah :  Maksudnya sesungguhnya panjangnya tanjakan gunung itu sulit, karena sesungguhnya perkara perkara akhirat itu menyerupai lautan yang dalam dan menyerupai perjalanan yang jauh dan menyerupai tanjakan gunung yang sulit karena banyaknya hal yang menakutkan (Dan murnikanlah olehmu amal karena sesungguhnya dzat yang meneliti) Maksudnya orang yang menilai dan membedakan antara kebaikan dan keburukan yaitu Allah Ta'ala (Itu maha melihat]) Maksudnya yang mengawasi dan mengamati pada semua keadaan. Telah berkata Abu Sulaiman Ad-Daroni: Kebahagiaan bagi orang yang telah menjadi baik bagi dirinya satu langkah dalam umurnya yang ia tidak bermaksud dengan langkah itu kecuali kepada Allah Ta'ala. Dasar pengambilannya qoul itu adalah sabda Nabi  kepada Mu'adz Radhiallahu Anhu: )Murnikanlah oleh mu Amal maka akan mencukupimu dari amal yang sedikit(.

(وَقَالَ الشَّاعِرُ :

فَرْضٌ عَلَى النَّاسِ أَنْ يَتُوبُوا $  لَكِنَّ تَرْكَ الذُّنُوبِ أَوْجَبُ

وَالصَّبْرُ فِي النَّائِبَاتِ صَعْبٌ $ لَكِنَّ فَوْتَ الثَّوَابِ أَصْعَبُ

وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ $  لَكِنَّ غَفْلَةَ النَّاسِ أَعْجَبُ

وَكُلُّ مَا قَدْ يَجِيْءُ قَرِيبٌ  $  لَكِنَّ الْمَوْتَ مِنْ ذَاكَ أَقْرَبُ)

Wajib pada setiap manusia untuk bertaubat $

Akan tetapi meninggalkan dosa itu lebih wajib

 

Sabar dalam setiap musibah itu sulit $

Akan tetapi kehilangan ganjaran itu lebih sulit

 

Masa di dalam perubahannya itu aneh $

Akan tetapi lalainya manusia itu lebih aneh

 

Setiap perkara yang akan datang itu dekat $

Akan tetapi mati dibandingkan dengan perkara yang akan datang itu lebih dekat


قَوْلُهُ: وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ: أَيْ إِنَّ الزَّمَانَ فِي تَغَيُّرِهِ بِالْأُمُورِ الْحَادِثَةِ عَجِيبٌ.

Ucapan penya'ir : pada lafadz وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ : Maksudnya sesungguhnya zaman dalam berubah-ubahnya zaman itu pada perkara yang baru itu aneh.

وَعَنْ أَنَسٍ: خَرَجَ ﷺ يَوْمًا وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ أَبِي ذَرٍّ فَقَالَ: )يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَلِمْتَ أَنَّ بَيْنَ أَيْدِيْنَا عَقَبَةً كَئُودًا لَا يَصْعَدُهَا إِلَّا الْمُخِفُّوْنَ؟ قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنَ الْمُخِفِّيْنَ أَنَا أَمْ مِنَ الْمُثْقِلِيْنَ؟ قَالَ: أَعِنْدَكَ طَعَامُ يَوْمٍ، قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: وَطَعَامُ غَدٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: وَطَعَامٌ بَعْدَ غَدٍ؟ قَالَ: لَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: لَوْ كَانَ عِنْدَكَ طَعَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ كُنْتَ مِنَ الْمُثْقِلِيْنَ( اهْ.

Diriwayatkan dari Anas: Telah keluar  pada suatu hari dan beliau itu memegang pada tangan Abu Dzar kemudian Rasulullah berkata: (Wahai Abu Dzar apakah engkau tahu sesungguhnya didepan kita ada tanjakan yang sulit tidak akan bisa mendaki padanya kecuali orang-orang yang meringankan? berkata salah seorang lelaki: Wahai Rasulallah apakah dari sebagian golongan orang-orang yang diringankan termasuk saya ataukah saya termasuk dari golongan orang-orang yang diberatkan? Rasulullah berkata: apakah disisimu masih ada makanan untuk hari ini, ia berkata: iya, kemudian berkata Rasulullah : Dan makanan untuk besok? ia berkata: iya, kemudian berkata Rasulullah : Dan makanan untuk lusa? ia berkata: tidak, kemudian berkata Rasulullah : Jika ada di sisimu makanan untuk tiga hari maka pasti jadilah kamu dari golongan orang-orang yang diberatkan).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (حَسَنَةٌ) وَهُوَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الْمَدْحُ فِي الْعَاجِلِ وَالثَّوَابُ فِي الْآجِلِ (وَلَكِنْ أَرْبَعَةٌ مِنْهَا أَحْسَنُ: الْحَيَاءُ) وَهُوَ اِنْقِبَاضُ النَّفْسِ مِنْ شَيْءٍ حَذَرًا عَنِ اللَّوْمِ فِيهِ (مِنَ الرِّجَالِ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْمَرْأَةِ أَحْسَنُ، وَالْعَدْلُ) أَيْ التَّوَسُّطُ بَيْنَ الْإِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيطِ (مِنْ كُلِّ أَحَدٍ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْأُمَرَاءِ) أَيْ ذَوِي الْوِلَايَةِ (أَحْسَنُ، وَالتَّوْبَةُ) أَيْ الرُّجُوعُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى بِحَلِّ عُقْدَةِ الْإِصْرَارِ عَنِ الْقَلْبِ ثُمَّ الْقِيَامِ بِكُلِّ حَقٍّ لِلَّهِ تَعَالَى (مِنَ الشَّيْخِ حَسَنَةٌ وَلَكِنَّهَا مِنْ الشَّابِّ أَحْسَنُ، وَالْجُودُ) أَيْ إفَادَةُ مَا يَنْبَغِي لَا لِعِوَضٍ (مِنَ الْأَغْنِيَاءِ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْفُقَرَاءِ أَحْسَنُ).

Maqolah yang ke dua (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Rahimahullah (Empat) dari perkara (Yang baik) Yaitu perkara  yang berhubungan dengan perkara itu pujian di dunia dan pahala di akhirat (Akan tetapi empat dari kebaikan itu lebih baik: Malu) Malu adalah mengkerutnya diri dari suatu perkara karena menghindari dari celaan sebab perkara itu (Dari kaum laki-laki itu baik akan tetapi malu dari kaum perempuan itu lebih baik, dan adil) Maksudnya tengah-tengah antara berlebihan dan lalai (Dari setiap orang itu baik akan tetapi adil dari para pemimpin) Maksudnya yang mempunyai wilayah (Itu lebih baik, dan taubat) Maksudnya kembali kepada Allah Ta'ala dengan cara melepas ikatan desakan keinginan dari hati kemudian mendirikan atas setiap hak kepada Allah Ta'ala (Dari orang tua itu bagus akan tetapi taubat dari pemuda itu lebih baik, dan dermawan) Maksudnya memberikan faedah pada perkara yang penting bukan karena ingin balasan (Dari orang kaya itu baik akan tetapi dermawan dari orang faqir itu lebih baik).

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (أَرْبَعَةٌ قَبِيحَةٌ) وَهُوَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الذَّمُّ فِي الْعَاجِلِ وَالْعِقَابُ فِي الْآجِلِ (لَكِنْ أَرْبَعَةٌ مِنْهَا أَقْبَحُ: الذَّنْبُ) أَيْ الْإِثْمُ (مِنَ الشَّابِّ قَبِيحٌ وَمِنَ الشَّيْخِ أَقْبَحُ، وَالْاِشْتِغَالُ بِالدُّنْيَا) أَيْ بِأَمْتِعَتِهَا (مِنَ الْجَاهِلِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْعَالِمِ أَقْبَحُ) كَمَا رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ فِى الدُّنْيَا زُهْدًا لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى إِلَّا بُعْدًا] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Maqolah yang ke tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu Anhum (Empat perkara yang jelek) Yaitu perkara yang berhubungan dengannya celaan di dunia dan siksa di akhirat (Akan tetapi empat dari perkara itu lebih jelek: Dosa) Maksudnya dosa (Dari pemuda itu jelek dan dosa dari orang yang sudah tua itu lebih jelek, dan sibuk dengan dunia) Maksudnya dengan berbagai kesenangan dunia (Dari orang bodoh itu jelek dan sibuk dengan dunia dari orang yang alim itu lebih jelek) Sebagaimana telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi telah bersabda: [Barang siapa yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah di dunia zuhudnya maka tidak akan bertambah dari Allah kecuali semakin menjauh] Telah meriwayatkan Imam Ad-Dailami.

(وَالتَّكَاسُلُ فِي الطَّاعَةِ) أَيْ مُوَافَقَةِ أَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى (مِنْ جَمِيعِ النَّاسِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْعُلَمَاءِ وَالطَّلَبَةِ) أَيْ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ (أَقْبَحُ، وَالتَّكَبُّرُ مِنَ الْأَغْنِيَاءِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْفُقَرَاءِ أَقْبَحُ).

(Dan malas dalam keta'atan) Maksudnya taat adalah bersesuaian dengan perintah Allah (Dari semua manusia itu jelek dan malas dalam keta'atan dari ulama dan santri) Maksudnya orang-orang yang mencari ilmu (Itu lebih jelek, dan sombong dari orang kaya itu jelek dan sombong dari orang faqir itu lebih jelek)

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [الْكَوَاكِبُ أَمَانٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ فَإِذَا انْتَثَرَتْ) أَيْ تَفَرَّقَتْ الْكَوَاكِبُ (كَانَ الْقَضَاءُ) أَيْ الْحُكْمُ الْإِلَهِيُّ (عَلَى أَهْلِ السَّمَاءِ) مِنَ الِانْفِطَارِ وَالطَّيِّ وَمَوْتِ الْمَلَائِكَةِ فِيهَا (وَأَهْلُ بَيْتِي) أَيْ ذُرِّيَّتِي (أَمَانٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا زَالَ أَهْلُ بَيْتِي كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى أُمَّتِي) مِنْ ظُهُورِ الْبِدَعِ وَغَلَبَةِ الْأَهْوَاءِ وَاخْتِلَافِ الْعَقَائِدِ وَظُهُورِ الرُّومِ وَغَيْرِهَا (وَأَنَا أَمَانٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ) أَيْ مِتُّ (كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى اَصْحَابِيْ) مِنَ الْفِتَنِ وَالْحُرُوبِ وَارْتِدَادِ مَنِ ارْتَدَّ وَاخْتِلَافِ الْقُلُوبِ (وَالْجِبَالُ أَمَانٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ فَإِذَا ذَهَبَتْ) أَيْ الْجِبَالُ (كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ]).

Maqolah yang ke empat (Telah bersabda Nabi : [Bintang-bintang adalah pengaman untuk penduduk langit maka ketika menyebar) Maksudnya berpisah bintang-bintang (Maka pasti terjadi qodho) Maksudnya hukum ketuhanan (Kepada penduduk langit) Nyatanya terpecah dan tergulung dan matinya para malaikat di langit (Dan ahlul baitku) Maksudnya keturunanku (Adalah pengaman untuk umatku maka ketika hilang ahli baitku maka pasti terjadi qodho kepada umatku)  Nyatanya munculnya bid'ah dan menangnya hawa nafsu berbeda bedanya aliran aqidah munculnya kaum romawi dan selainnya (Dan aku adalah pengaman untuk sahabat-sahabatku maka ketika aku pergi) Maksudnya aku mati (Maka pasti terjadi qodho kepada sahabat-sahabatku) Nyatanya berbagai fitnah dan peperangan dan murtadnya orang-orang murtad dan bercerai berainya hati (Dan gunung adalah pengaman untuk penduduk bumi maka ketika hilang) Maksudnya gunung-gunung (Maka pasti terjadi qodho kepada penduduk bumi]).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (تَمَامُهَا بِأَرْبَعَةٍ) مِنَ الْأُمُورِ (تَمَامُ الصَّلَاةِ بِسَجْدَتَيْ السَّهْوِ) حِينَ وُجُودِ سَبَبِ السُّجُودِ كَنَقْلِ الْقَوْلِيِّ عَنْ مَحَلِّهِ، وَذَلِكَ إِمَّا أَنْ يَكُونَ الْمَنْقُولُ رُكْنًا أَوْ بَعْضًا أَوْ هَيْئَةً، فَالرُّكْنُ يَسْجُدُ لِنَقْلِهِ مُطْلَقًاً، وَالْبَعْضُ إِنْ كَانَ تَشَهُّدًا أَوَّلً كَذَلِكَ، أَمَّا الْقُنُوتُ فَإِنْ نَقَلَهُ بِقَصْدِهِ سَجَدَ أَوْ بِقَصْدِ الذِّكْرِ فَلَا، وَالْهَيْئَةُ لَا يَسْجُدُ لِنَقْلِهَا إِلَّا السُّورَةَ كَذَا أَفَادَ شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّحْرَاوِيُّ.

Maqolah yang ke lima (Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Empat) Perkara (Yang akan sempurna empat perkara itu dengan empat) Perkara (Sempurnanya sholat dengan dua sujud sahwi) Ketika ada sebab sujud sahwi seperti berpindahnya rukun qouli dari tempatnya, dan itu ada kalanya bacaan yang dipindah berupa rukun atau berupa sunnah ab'ad atau berupa sunnah hai'ah. Maka memindah rukun itu orang yang memindah rukun harus sujud karena memindah rukun qouli secara mutlak. Dan sunnah Ab'ad jika terbukti berupa tasyahud awal maka demikian pula. Adapun qunut jika orang yang sholat memindahkan qunut dengan maksud qunut maka ia sujud sahwi atau dengan maksud dzikir maka ia tidak perlu sujud sahwi. Dan sunnah hai'at orang yang sholat tidak perlu sujud sahwi karena memindah sunnah hai'at kecuali bacaan surat demikian telah memberi faedah syaikhuna Ahmad An-Nahrawi.

(وَ) تَمَامُ (الصَّوْمِ) أَيْ صَوْمِ رَمَضَانَ (بِصَدَقَةِ الْفِطْرِ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ﴾ [الْبَقَرَةُ: الْآيَةَ ١٨٤] وَالضَّمِيرُ فِي يُطِيقُونَهُ رَاجِعٌ لِلْفِدْيَةِ لِأَنَّهُ مُتَقَدِّمٌ رُتْبَةً. وَالْمَعْنَى: وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَ الْفِدْيَةَ هُوَ طَعَامُ مِسْكِينٍ وَالْمُرَادُ مِنَ الطَّعَامِ صَدَقَةُ الْفِطْرِ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ عَقِبَ الْأَمْرِ بِالصِّيَامِ كَمَا أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى بِتَكْبِيرَاتِ الْعِيدِ عَقِبَ الْآيَةِ الثَّانِيَةِ كَمَا فِي فَتْحِ الْخَبِيرِ.

(Dan) sempurnanya (puasa) Maksudnya puasa Ramadhan (Itu dengan zakat Fitrah) Telah berfirman Allah Ta'ala: Dan wajib kepada orang orang yang berat menjalankan puasa Ramadhan membayar fidyah yaitu memberi makan orang miskin﴿ [Al-Baqoroh: Ayat 184]. Dhomir pada lafadz يُطِيقُونَهُ itu kembali kepada lafadz فِدْيَةٌ karena sesungguhnya dhomir itu didahulukan pada urutannya. Ma'nanya : Dan wajib atas orang orang yang mampu membayar fidyah yaitu memberi makan orang miskin. Yang dimaksud dari memberi makan adalah zakat fitrah karena sesungguhnya Allah Taala itu berfirman pada ayat ini sesudah perintah puasa Ramadhan sebagaimana Allah Ta'ala telah memerintah untuk membaca takbir di malam idul fitri sesudah ayat yang kedua sebagaimana dalam kitab Fathul Khobir.

(وَ) تَمَامُ (الْحَجِّ بِالْفِدْيَةِ) وَهِيَ إِمَّا ذَبْحُ النَّعَمِ أَوِ الْأَمْدَادِ إِذَا وُجِدَ سَبَبُهَا الَّذِي يُوجِبُهَا أَوْ يَسُنُّهَا أَوْ لَمْ يُوجَدْ بَلْ فَعَلَ الْفِدْيَةَ لِلِاحْتِيَاطِ (وَ) تَمَامُ (الْإِيمَانِ بِالْجِهَادِ) أَيْ بِالدُّعَاءِ إِلَى الدِّينِ الْحَقِّ كَمَا قَالَهُ السَّيِّدُ عَلِيُّ الْجُرْجَانِيُّ فِي التَّعْرِيفَاتِ.

(Dan) Sempurnanya (Haji itu dengan membayar fidyah) Fidyah itu adakalanya menyembelih binatang ternak atau membayar mud ketika ditemukan sebabnya fidyah yang mewajibkan membayar fidyah atau yang mensunnahkan fidyah atau tidak ditemukan akan tetapi ia melaksanakan fidyah karena kehati-hatian (Dan) Sempurnanya (Iman itu dengan jihad) Maksudnya dengan mengajak pada agama yang benar sebagaimana telah berkata atas keterangan itu Sayyid Ali Al-Jurzani dalam kitab At-Ta'rifat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ) حَفِيدِ الْقَاضِي نُوحٍ الْمِرْوَزِيِّ (مَنْ صَلَّى كُلَّ يَوْمٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً) وَهِيَ رَكْعَتَانِ قَبْلَ صُبْحٍ وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ ظُهْرٍ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهَا وَأَرْبَعُ رَکعَاتٍ قَبْلَ عَصْرٍ وَرَکعَتَانِ بَعْدَ مَغْرِبٍ (فَقَدْ أَدَّی حَقَّ الصَّلَاةِ) لِقَوْلِهِ ﷺ: [رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا] وَكَانَ ﷺ يُصَلِّي قَبْلَهَا أَرْبَعًا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيْمِ، وَلِلطَّبَرَانِيِّ: [مَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الْعَصْرِ حَرَّمَ اللَّهُ بَدَنَهُ عَلَى النَّارِ].

Maqolah yang ke enam (Dari Abdullah bin Mubarok) Cucu seorang Qodhi Nuh Al-Mirwazi (Barang siapa melaksanakan sholat setiap hari dua belas rokaat) Yaitu dua roka'at sebelum sholat Subuh dan dua rokaat sebelum sholat Dzuhur dan dua rokaat sesudahnya dan empat rokaat sebelum sholat Ashar dan dua rokaat sesudah sholat Magrib (Maka sungguh ia telah menunaikan haknya sholat) Karena sabda Nabi [Semoga Allah merahmati kepada orang yang melaksanakan sholat sebelum sholat Ashar empat rokaat] Dan ada Nabi  melaksanakan sholat sebelum sholat Ashar empat rokaat yang ia pisah antara empat rokaat dengan salam. Dan riwayat milik Imam Thabrani: [Barang siapa melaksanakan sholat empat rokaat sebelum sholat Ashar maka Allah mengharamkan pada badannya masuk neraka].

وَنَقَلَ الشَّيْخُ خَلِيلُ الرَّشِيدِيُّ مِنَ الدِّمْيَاطِيِّ فِي الْمَتْجَرِ الرَّابِحِ مِنْ خَبَرِ مُسْلِمٍ: [مَا مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّي لِلَّهِ تَعَالَى فِي كُلِّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ] زَادَ التِّرْمِذِيُّ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ.

Dan telah menukil Syaikh Kholil Ar-Rasyidi dari Syaikh Dimyati di dalam kitab Matjari Robih dari hadits riwayat Imam Muslim [Tidaklah seorang hamba sholat karena Allah Ta'ala di setiap hari dua belas rokaat dengan suka rela selain sholat fardhu kecuali pasti Allah akan membangun untuknya rumah di surga] Telah menambah Imam Tirmidzi empat rokaat sebelum sholat Dzuhur dan dua rokaat sesudahnya dan dua rokaat sesudah sholat Magrib dan empat rokaat sesudah sholat Isya dan dua rokaat sebelum sholat Subuh.

وَلِلطَّبَرَانِيِّ: [مَنْ صَلَّى قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَأَنَّمَا تَهَجَّدَ بِهِنَّ مِنْ لَيْلَتِهِ، وَمَنْ صَلَّاهُنَّ بَعْدَ الْعِشَاءِ كَمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ].

Dan riwayat milik Imam Thobroni: [Barang siapa sholat sebelum sohlat Dzuhur empat rokaat maka seakan akan ia sholat Tahajjud dengan empat rokaat itu di waktu malamnya, dan barang siapa melaksanakan sholat empat rokaat sesudah sholat Isya Maka seperti seumpama shola empat rokaat di malam lailatul Qodar].

وَمِنْ ثَمَّ قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: لَيْسَ شَيْءٌ يَعْدِلُ صَلَاةَ اللَّيْلِ مِنْ صَلَاةِ النَّهَارِ إِلَّا أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَفَضْلُهُنَّ عَلَى صَلَاةِ النَّهَارِ كَفَضْلِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ الْوَاحِدِ. وَكَانَ ﷺ يُصَلِّيهِنَّ وَيُطِيلُ فِيهِنَّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ وَيَقُولُ: [إِنَّهَا سَاعَةٌ تُفْتَحُ فِيهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ فَأُحِبُّ أَنْ يَصْعَدَ لِي فِيهَا عَمَلٌ صَالِحٌ].

Dan dari sanalah berkata Ibnu Mas'ud: Tidak ada sesuatu yang bisa menandingi sholat malam dari sholat siang kecuali empat rokaat sebelum sholat Dzuhur. Keutamaan empat rokaat sebelum sholat Dzuhur di atas sholat siang itu seperti keutamaan sholat berjamaah di atas sholat sendirian. Dan ada Nabi Sholat empat rokaat sebelum sholat Dzuhur dan ia memanjangkan di dalam sholat empat rokaat sebelum sholat Dzuhur itu rukuk dan sujud dan ia bersabda: [Sesungguhnya waktu sholat qobliah Dzuhur adalah waktu dibuka di dalamnya pintu-pintu langit maka aku suka supaya naik untuk ku pada waktu itu amal yang sholeh].

(وَمَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ) وَهِيَ الْأَيَّامُ الْبِيضُ وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ وَتَالِيَاهُ إِلَّا فِي الْحِجَّةِ يَصُومُ السَّادِسَ عَشَرَ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ بَدَلَ الثَّالِثَ عَشَرَ وَحِكْمَةُ كَوْنِهَا ثَلَاثَةً أَنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا فَصَوْمُهَا كَصَوْمِ الشَّهْرِ كُلِّهِ وَلِذَلِكَ يَحْصُلُ أَصْلُ السُّنَّةِ بِصَوْمِ ثَلَاثَةٍ مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ، كَذَا فِي التُّحْفَةِ (فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الصِّيَامِ، وَمَنْ قَرَأَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ آيَةٍ فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الْقِرَاءَةِ) وَقِرَاءَةُ الْمُنْجِّيَاتِ السَّبْعَةِ أَوْلَى وَهِيَ: آلم تَنْزِيل، وَيس، وَفُصِّلَتْ، وَالدُّخَانُ، وَالْوَاقِعَةُ، وَالْحَشْرُ، وَالْمُلْكُ، وَأَنْ يَقْرَأَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى أَوَائِلَ الْحَدِيدِ وَخَوَاتِمَ الْحَشْرِ وَالْإِخْلَاصِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ ثَلَاثًاً ثَلَاثًاً (وَمَنْ تَصَدَّقَ فِي جُمْعَةٍ بِدِرْهَمٍ) أَوْ بِمَا يُسَاوِيهِ (فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الصَّدَقَةِ).

(Dan barang siapa yang berpuasa dari setiap bulan tiga hari) Yaitu hari hari yang terang yaitu tanggal tiga belas dan dua hari yang mengiringinya kecuali pada bulan Dzul Hijjah maka berpuasa di tanggal enam belas atau satu hari sesudah tanggal enam belas sebagai ganti tanggal tiga belas. Hikmah adanya puasa tiga hari adalah sesungguhnya satu kebaikan itu diganti sepuluh kali lipat yang serupa dengannya maka berpuasa tiga hari itu seperti puasa satu bulan seluruhnya dan karena itu hasil asal sunnah dengan puasa tiga hari dari hari-hari manapun dari satu bulan. Demikian dalam kitab Tuhfah (Maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya puasa, Dan barang siapa membaca setiap hari seratus ayat maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya bacaan quran) Membaca surat Al-Munjiat yang tujuh itu lebih utama yaitu: Surat As-Sajdah, dan surat yasin dan surat fusilat dan surat Ad-Dukhon dan surat Al-Waqi'ah dan surat Al-Hasyr dan Surat Al-Mulk. Dan membaca ketika waktu subuh dan ketika waktu sore awal-awal surat Al-Hadid dan akhir surat Al-Hasr dan surat Al-Ikhlas dan Surat Al-Falaq dan surat An-Nas tiga kali tiga kali (Dan barang siapa bersedekah dengan satu dirham) Atau dengan perkara yang setara dengan satu dirham (Maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya sedekah).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: الْبُحُورُ) أَيْ الْمُتَّسِعَةُ الْجَامِعَةُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَنْوَاعِ (الْهَوَى بَحْرُ الذُّنُوبِ) أَيْ مَيْلَانُ النَّفْسِ إِلَى شَهَوَاتِهَا مِنْ غَيْرِ طَلَبِ الشَّرْعِ جَامِعٌ لِلذُّنُوبِ (وَالنَّفْسُ بَحْرُ الشَّهَوَاتِ) أَيْ النَّفْسُ الْأَمَّارَةُ وَهِيَ الَّتِي تَمِيلُ إلَى الطَّبِيعَةِ الْبَدَنِيَّةِ وَتَأْمُرُ بِاللَّذَّاتِ جَامِعَةٌ لِحَرَكَاتِ النَّفْسِ فَهِيَ مَأْوَى الشُّرُورِ وَمَنْبَعُ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيمَةِ (وَالْمَوْتُ بَحْرُ الْأَعْمَارِ) بِالرَّاءِ أَيْ الْمَوْتِ جَامِعٌ لِلْأَعْمَارِ وَفِي نُسْخَةٍ بَحْرُ الْأَعْمَالِ بِاللَّامِ فَهِيَ كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ الْمَوْتُ صُنْدُوقُ الْعَمَلِ (وَالْقَبْرُ بَحْرُ النَّدَمَاتِ) أَيْ الْبَرْزَخُ الْفَاصِلُ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ جَامِعٌ لِأَنْوَاعِ الْغُمُومِ الَّتِي يَتَمَنَّى صَاحِبُهَا أَنَّهَا لَا تَقَعُ.

Maqolah yang ke tujuh (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Lautan-lautan) Maksudnya yang luas dan mengumpulkan (Itu ada empat) Macam (Hawa nafsu adalah lautan dosa-dosa) Maksudnya condongnya diri pada keinginan-keinginan nafsu pada selain perintah syara itu adalah mengumpulkan dosa-dosa (Dan nafsu adalah lautan syahwat) Maksdnya nafsu amarah yaitu adalah nafsu yang condong kepada tabiat badaniah dan memerintah pada kenikmatan itu yang mengumpulkan pada gerakan gerakan nafsu dan gerakan nafsu adalah tempat kembalinya berbagai keburukan dan sumber akhlak-akhlak yang tercela (Dan mati adalah lautan umur) Dengan ro maksudnya mati adalah yang mengumpulkan berbagai umur dan dalam sebuah naskh lautan berbagai amal perbuatan dengan mambaca lam yaitu seperti perkataan sebagian ulama mati adalah petinya amal (Dan kubur adalah lautan berbagai penyesalan) Maksudnya alam Barzahk yang memisahkan antara dunia dan akhirat itu yang mengumpulkan berbagai warna kesusahan yang mana berharap orang yang memilikinya sesungguhnya kesusahan itu tidak terjadi.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَجَدْتُ حَلَاوَةَ الْعِبَادَةِ فِي أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: أَوَّلُهَا: فِي أَدَاءِ فَرَائِضِ اللَّهِ) يَسِيْرِهَا وَعَسِيْرِهَا (وَالثَّانِي: فِي اجْتِنَابِ مَحَارِمِ اللَّهِ) صَغِيرِهَا وَكَبِيرِهَا (وَالثَّالِثُ: فِي الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ) وَهُوَ كُلُّ مَا يَحْسُنُ فِي الشَّرْعِ (وَابْتِغَاءِ ثَوَابِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ الْعِلَّةِ عَلَى مَعْلُولِهَا (وَالرَّابِعُ: فِي النَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ) وَهُوَ مَا لَيْسَ فِيهِ رِضَا اللَّهِ تَعَالَى مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ (وَالْاِتِّقَاءِ) أَيْ الِاحْتِرَاسِ (مِنْ غَضَبِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ السَّبَبِ عَلَى الْمُسَبَّبِ.

Maqolah yang ke delapan (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: Aku menemukan kenikmatan beribadah sebab empat perkara: Yang pertama dari empat perkara: Adalah sebab menunaikan kefardhuan kepada Allah)  Mudahnya kefardhuan itu dan susahnya kefardhuan itu (Dan yang kedua: Adalah sebab menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah) Kecilnya yang diharamkan itu dan besarnya yang diharamkan itu (Dan yang ketiga: Adalah sebab memerintah kebaikan) Yaitu setiap perkara yang baik menurut syara (Karena mengharapkan pahala dari Allah) Lafadz وَابْتِغَاءِ mengathaf kepada lafadz الْأَمْرِ adalah dari mengathofkan illat kepada yang diilatinya (Dan yang ke empat: Adalah sebab melarang dari kemungkaran) Yaitu perkara yang tidak ada di dalamnya ridho Allah Ta'ala dari perkataan atau perbuatan (Karena menjaga) Maksudnya menjaga (Dari murkanya Allah) Lafadz وَالْاِتِّقَاءِ itu dari mengathofkan sebab kepada musabab.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا عُثْمَانَ (أَيْضًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (ظَاهِرُهُنَّ فَضِيلَةٌ) أَيْ خَيْرٌ كَثِيرٌ (وَبَاطِنُهُنَّ فَرِيضَةٌ) أَيْ وَاجِبَةٌ (مُخَالَطَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ الْقَائِمِينَ بِحُقُوقِ اللَّهِ تَعَالَى وَحُقُوقِ الْعِبَادِ (فَضِيلَةٌ، وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ) فِي أَفْعَالِهِمْ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ، وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ فَضِيلَةٌ، وَالْعَمَلُ بِهِ) أَيْ بِمَا فِي الْقُرْآنِ مِنَ الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي (فَرِيضَةٌ، وَزِيَارَةُ الْقُبُورِ) أَيْ قُبُورِ الصَّالِحِينَ (فَضِيلَةٌ، وَالِاسْتِعْدَادُ لَهَا) أَيْ التَّهَيُّؤُ لِدُخُولِ الْقَبْرِ بِفِعْلِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ) وَزِيَارَةُ الْقُبُورِ إمَّا لِمُجَرَّدِ تَذَكُّرِ الْمَوْتِ وَالْآخِرَةِ فَتَكُونُ بِرُؤْيَةِ الْقُبُورِ مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةِ أَصْحَابِهَا وَلَوْ قُبُورَ الْكَافِرِينَ أَوْ لِنَحْوِ دُعَاءٍ فَتُسَنُّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ أَوْ لِلتَّبَرُّكِ فَتُسَنُّ لِأَهْلِ الْخَيْرِ أَوْ لِأَدَاءِ حَقٍّ كَصَدِيقٍ وَوَالِدٍ (وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ فَضِيلَةٌ، وَاِتِّخَاذُ الْوَصِيَّةِ فَرِيضَةٌ) قَالَ ﷺ: [الْمَحْرُومُ مَنْ حُرِمَ الْوَصِيَّةَ] أَيْ الْمَحْرُومُ مِنْ الثَّوَابِ وَالْخَيْرِ الْعَظِيمِ مَنْ مُنِعَ مِنَ الْوَصِيَّةِ، رَوَاهُ ابْنُ مَاجَةَ عَنْ أَنَسٍ.

Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata) Maksudnya Sayyiduna Utsman (Juga Radhiallahu Anhu: Empat) Dari perkara (Dzohirnya empat perkara itu adalah keutamaan) Maksudnya kebaikan yang banyak (Dan dalamnya empat perkara itu adalah kefardhuan) Maksudnya kewajiban (Bergaul bersama orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang mendirikan pada hak-haknya Allah Ta'ala dan hak-haknya para hamba (Adalah keutamaan, sedangkan mengikuti kepada mereka) Dalam perbuatan-perbuatan mereka yang sholeh (Adalah kefardhuan. Dan membaca Al-Quran adalah keutamaan sedangkan mengamalkan Al-Quran) Maksudnya pada perkara dalam Al-Quran dari perintah-perintah dan larangan-larangan (Adalah kefardhuan. Dan berziarah qubur) Maksudnya quburan orang-orang sholeh (Adalah keutamaan sedangkan bersiap untuknya) Maksudnya bersiap-siap untuk masuk alam qubur dengan mengerjakan amal-amal sholeh (Adalah kefardhuan) Dan ziarah qubur adakalanya untuk semata-mata mengigat kematian dan akhirat maka ada tujuan itu dengan melihat qubur tanpa harus mengetahui nama pemiliknya walaupun quburan orang-orang kafir atau untuk seumpama mendoakan maka disunnahkan kepada setiap orang muslim atau untuk tabarruk maka disunnahkan kepada ahli kebaikan atau untuk menunaikan hak seperti sahabat dan orang tua (Dan mengunjungi orang sakit adalah satu keutamaan sedangkan megambil wasiat adalah fardhu) Telah bersabda Nabi [Orang yang dihalang-halangi adalah orang yang dihalangi pada wasiat] Maksudnya orang yang dihalang-halangi dari pahala dan kebaikan yang agung adalah orang yang dihalangi dari wasiat, Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah Dari Anas

وَقَالَ ﷺ: [مَنْ مَاتَ عَلَى وَصِيَّةٍ مَاتَ عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ وَتُقًى وَشَهَادَةٍ وَمَاتَ مَغْفُورًا لَهُ].

Dan telah bersabda Nabi [Barang siapa yang mati di atas wasiat maka ia mati di atas agama islam dan di atas sunah dan di atas ketakwaan dan di atas syahid dan ia mati sebagai yang diampuni untuknya].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (أَنَّهُ قَالَ: مَنْ اِشْتَاقَ إِلَى الْجَنَّةِ سَارَعَ إِلَى الْخَيْرَاتِ) أَيْ أَسْرَعَ الذَّهَابَ إِلَيْهَا (وَمَنْ أَشْفَقَ) أَيْ حَذَرَ (مِنَ النَّارِ انْتَهَى عَنِ الشَّهَوَاتِ) أَيْ اِمْتَنَعَ عَنِ اتِّبَاعِ حَرَكَاتِ النَّفْسِ (وَمَنْ تَيَقَّنَ بِالْمَوْتِ اِنْهَدَمَتْ عَلَيْهِ اللَّذَّاتُ) بِالدَّالِ الْمُهْمَلَةِ، أَيْ فَنِيَتْ، أَوْ بِالذَّالِ الْمُعْجَمَةِ أَيْ اِنْقَطَعَتْ (وَمَنْ عَرَفَ اَلدُّنْيَا) بِأَنَّهَا دَارُ اَلْمِحَنِ وَالْكُدُورَاتِ (هَانَتْ عَلَيْهِ اَلْمُصِيبَاتُ) أَيْ لَانَتْ عَلَيْهِ الشَّدَائِدُ النَّازِلَةُ.

Maqolah yang ke sepuluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhah (Sesungguhnya ia berkata: Barang siapa rindu pada surga maka ia akan bergegas menuju kebaikan-kebaikan) Maksudnya ia bergegas berangkat menuju kebaikan (Dan barang siapa yang takut) Maksudnya takut (Dari neraka maka ia akan mencegah diri dari syahwat) Maksudnya ia mencegah diri dari mengikuti gerakan nafsu (Dan barang siapa meyakini pada kematian maka pasti menjadi lebur kepadanya kenikmatan) Lafadz اِنْهَدَمَتْ dengan د yang diringankan maksudnya rusak atau dengan ذ yang diberi titik maksudnya menjadi putus (Dan barang siapa yang mengenal dunia) Karena sesungguhnya dunia adalah tempatnya berbagai ujian dan tempatnya berbagai kotoran (Maka menjadi mudah kepadanya berbagai musibah) Maksudnya menjadi ringan kepadanya berbagai musibah berat yang menimpa.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ) أَيْ أَصْلُهُ فَقِوَامُ الدِّينِ لَيْسَ إِلَّا بِهَا كَمَا أَنَّ الْبَيْتَ لَا يَقُومُ إِلَّا عَلَى عَمُودِهِ فَهِيَ تَحْقِيقٌ لِلْعُبُودِيَّةِ وَأَدَاءٌ لِحَقِّ الرُّبُوبِيَّةِ وَجَمِيْعِ الْعِبَادَاتِ وَسَائِلُ إلَى تَحْقِيقِ سِرِّهَا (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ)، قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ أَرْفَعُ الْعِبَادَةِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا يَنْفَعُ فِى الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَتَرْكُ الرَّدِّ عَلَى مَنْ اِعْتَدَى مِنْ أَرْفَعِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ، فَإِنَّ أَكْثَرَ الْخَطَايَا مِنَ اللِّسَانِ، أَمَّا إذَا كَانَ الْإِنْسَانُ خَالِيًا عَنْ النَّاسِ فَلَا يَكُونُ سُكُوتُهُ مِنَ الْعِبَادَةِ.

Maqolah yang ke sebelas (Dari Nabi Sesungguhnya Nabi bersabda: [Sholat adalah tiang agama) Maksudnya pangkalnya agama. Maka tegaknya agama itu tidak ada kecuali dengan sholat sebagaimana sesungguhnya rumah itu tidak akan bisa berdiri kecuali dengan tiang rumah Maka sholat adalah perwujudan untuk ibadah dan pelaksanaan pada hak-hak ketuhanan dan seluruh ibadah itu menjadi sarana menuju perwujudan dari rahasia sholat. (Dan tidak berkata-kata itu lebih utama) Telah berkata [Tidak berkata-kata adalah setinggi-tingginya ibadah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu. Maksudnya diam dari perkara yang tidak bermanfaat dalam urusan agama dan dunia dan meninggalkan dari menjawab kepada orang yang dzolim adalah sebagian dari setinggi-tingginya warna ibadah. Karena sesungguhnya paling banyaknya kesalahan itu dari lisan. Adapun ketika ada manusia yang sepi dari manusia maka tidak menjadi diamnya orang itu bagian dari ibadah.

(وَالصَّدَقَةُ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: )الصَّمْتُ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ( رَوَاهُ أَبُو الشَّيْخِ عَنْ مُحْرِزٍ وَذَلِكَ لِمَا فِي الصَّمْتِ مِنَ الْوَقَارِ، أَيْ الرَّزَانَةِ الْمُنَاسِبَةِ لِحَقِّ الْعِلْمِ وَلِأَنَّ الْمَرْءَ جَهْلُهُ مَسْتُورٌ مَا لَمْ يَتَكَلَّمْ.

(Shodaqoh itu bisa memadamkan murkanya Allah dan diam itu lebih utama) Telah bersabda Nabi [Diam adalah perhiasan bagi orang alim dan penutup untuk orang-orang bodoh] Telah meriwayatkan hadits ini Abu Syaikh dari Muhriz dan hal itu karena perkara yang ada sebab diam nyatanya wibawa maksudnya ketenangan hati yang sesuai dengan kebenaran ilmu dan karena sesungguhnya seseorang itu kebodohannya tertutup selama ia tidak berbicara.

(وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ) أَيْ وِقَايَةٌ (مِنَ النَّارِ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَنَسٍ، أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا ثَوَابَ فِيهِ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ الْحَسَنَةِ لِسَلَامَةِ صَاحِبِهِ مِنَ الْغِيبَةِ وَنَحْوِهَا. أَمَّا الِاشْتِغَالُ بِمَا فِيهِ ثَوَابٌ مِنْ نَحْوِ ذِكْرٍ وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ وَعِلْمٍ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّمْتِ.

(Puasa adalah benteng) Maksudnya pelindung (Dari neraka dan diam itu lebih utama) Telah bersabda [Diam adalah pimpinan akhlak] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Anas. Maksudnya diam dari perkara yang tidak mengandung pahala di dalamnya adalah pimpinan akhlak yang baik karena selamatnya orang yang mempunyai diam dari gibah dan seumpama gibah. Adapun sibuk dengan perkara yang di dalamnya ada pahala dari seumpama dzikir dan membaca Al-Qur'an dan membaca ilmu maka hal itu lebih utama dibandingkan diam.

(وَالْجِهَادُ سَنَامُ الدِّينِ) أَيْ أَعْلَاهُ إِنْ تَعَيَّنَ وَذَلِكَ أَنَّ الْجِهَادَ يُعْلَمُ مِنْ مَحَلٍّ بَعِيدٍ كَمَا أَنَّ سَنَامَ الْإِبِلِ يُرَى مِنْ بَعِيدٍ (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: )الصَّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيلُ فَاعِلُهُ( رَوَاهُ الْقُضَاعِيُّ عَنْ أَنَسٍ وَالدَّيْلَمِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَيْ الصَّمْتُ حِكْمَةٌ، أَيْ نَافِعٌ يَمْنَعُ مِنَ الْجَهْلِ وَقَلَّ مَنْ يَصْمُتُ عَمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ عَنِ النُّطْقِ بِمَا يُشِيْنُهُ. وَمِنْ ثَمَّ قِيلَ: [مِنْ بَحْرِ الْخَفِيفِ(

(Dan jihad adalah puncak agama) Maksudnya yang tertinggi dari agama jika sudah wajib dan hal itu sesungguhnya jihad bisa diketahui dari tempat yang jauh sebagaimana sesungguhnya punuk unta bisa dilihat dari kejauhan (Dan diam itu lebih utama) Telah bersabda Nabi : [Diam merupakan hikmah dan sangat sedikit orang yang melakukannya] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Qudho'i dari Anas dan Imam Ad-Dailami dari Ibnu Umar. Maksudnya diam adalah kebijaksanaan maksudnya yang bermanfaat yang bisa mencegah dari kebodohan dan sedikit orang yang bisa diam dari perkara yang tidak mengandung faedah di dalamnya dan sedikit orang yang bisa mencegah pada dirinya sendiri darii berucap atas perkara yang akan mempermalukan dirinya. Oleh karena itulah dikatakan: ( Dari Bahar Khofif )

يَا كَثِيرَ الْفُضُولِ قَصِّرْ قَلِيلًا   $  قَدْ فَرَشْتَ الْفُضُولَ عَرْضًا وَطُولًا

قَدْ أَخَذْتَ مِنَ الْقَبِيحِ بِحَظٍّ $   فَاسْكُتِ الْآنَ إِنْ أَرَدْتَ جَمِيلًا

Wahai orang yang banyak bicara kurangilah ucapanmu sedikit $ 

Sungguh kau telah menyebarkan ucapan itu dengan mengemukakan dan melebih-lebihkan

 

Sungguh kau telah mengambil dari keburukan sebagai jatah $ 

Maka diamlah sekarang juga jika engkau mengharapkan keindahan

 

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِي ذَاتِ اللَّهِ]رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Dan diriwayatkan  sesungguhnya Nabi bersabda: [Paling utamanya jihad adalah engkau memerangi dirimu dan hawa nafsumu di dalam meraih ridho Allah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 12

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى نَبِيٍّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ بَنِي إسْرَائِيلَ) عَلَيْهِمْ السَّلَامُ (وَقَالَ) جَلَّ وَعَزَّ (صَمْتُكَ عَنِ الْبَاطِلِ) وَهُوَ مَا لَا يُفِيدُ شَيْئًا (لِي) أَيْ لِأَجْلِي (صَوْمٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّوْمِ (وَحِفْظُكَ الْجَوَارِحَ) أَيْ الْعَوَامِلَ كَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ (عَنِ الْمَحَارِمِ لِي صَلَاةٌ) أَيْ أَجْرُهُ كَأَجْرِ الصَّلَاةِ (وَإِيَاسُكَ) أَيْ قَطْعِ طَمَعَكَ (عَنِ الْخَلْقِ لِي صَدَقَةٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّدَقَةِ (وَكَفُّكَ الْأَذَى) أَيْ وُصُولَ الْمَكْرُوهِ (عَنِ الْمُسْلِمِينَ لِي) أَيْ لِأَجْلِي (جِهَادٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الْجِهَادِ.

Maqolah yang ke dua belas (Dikatakan: Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada Nabi dari Bani Israil) Alaihimus Salam (Dan Allah berfirman) Jalla Wa Azza (Diamnya engkau dari kebatilan) Yaitu  perkara yang tidak memberikan faedah apapun (Karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah puasa) Maksudnya ganjaran diam dari kebatilan itu seperti ganjaran puasa (Dan menjaganya kamu pada angota badan) Maksudnya anggota badan seperti kedua tangan dan kedua kaki (Dari yang diharamkan karenaku adalah sholat) Maksudnya ganjaran menjaga anggota badan dari yang diharamkan itu seperti ganjaran sholat (Dan keputusasaanmu) Maksudnya putusnya sifat tomamu (Dari Makhluk karenaku adalah shodaqoh) Maksudnya pahala memutus sifat toma dari adalah shodaqoh (Dan menahannya kamu dari menyakiti) Maksudnya menyalurkan perkara yang dibenci (Pada orang orang muslim karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah jihad) Maksudnya pahala menahan dari menyakiti pada orang-orang muslim itu seperti pahala jihad. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 13

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ ظُلْمَةِ الْقَلْبِ: بَطْنٌ شَبْعَانٌ مِنْ غَيْرِ مُبَالَاةٍ) بِأَنْ كَانَ الشِّبْعُ زَائِدًا عَنْ ثُلُثِ الْمَصَارِينَ الَّذِي هُوَ الشِّبْعُ الشَّرْعِيُّ (وَصُحْبَةُ الظَّالِمِينَ) أَيْ الْمُتَجَاوِزِينَ عَنِ الْحَقِّ إِلَى الْبَاطِلِ (وَنِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَغْفُلَ عَنْهَا مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ (وَطُولُ الْأَمَلِ) وَهُوَ تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُولُهُ.

Maqolah yang ke tiga belas (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu ia berkata: Empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab gelapnya hati: Perut yang kenyang dari selain kepedulian) Dengan adanya perut itu kenyang melebihi sepertiga usus yang merupakan kenyang menurut syara (Dan bergaul bersama orang-orang dzolim) Maksudnya orang-orang yang saling melewati batas dari batas kebenaran menuju batas kebatilan (Dan lupa dari dosa-dosa yang telah lalu) Dengan cara lupa dari dosa itu dengan tanpa penyesalan (Dan panjang angan-angan) Yaitu mengharapkan perkara yang mustahil hasilnya perkara itu.

وَعَنْ عَلِيٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:  )إِنَّ أَشَدَّ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ خِضْلَتَانِ: إِتْبَاعُ الْهَوَى وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا إتْبَاعُ الْهَوَى فَإِنَّهُ يَعْدِلُ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَالْحُبُّ لِلدُّنْيَا( رَوَاهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا.

Diriwayatkan dari Ali Sesungguhnya Rasulallah bersabda: [Sesungguhnya paling beratnya perkara yang aku khawatir menimpa kalian semua adalah dua perkara: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan angan. Adapun mengikuti hawa nafsu karena sesungguhnya mengikuti hawa nafsu itu bisa memalingkan seseorang dari kebenaran dan adapun panjang angan-angan itu menjadi sebab cinta dunia] Telah meriwayatkan hadits ini Ibnu Abid-Dunia

(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ نُورِ الْقَلْبِ: بَطْنٌ جَائِعٌ مِنْ حَذَرٍ) أَيْ لِأَجْلِ تَيَقُّظٍ وَتَأَهُّبٍ (وَصُحْبَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ الْخَالِصِينَ مِنْ كُلِّ فَسَادٍ (وَحِفْظُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَتَذَكَّرَهَا مَعَ النَّدَمِ (وَقَصْرُ الْأَمَلِ) أَيْ حَبْسُهُ.

(Dan empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab terangnya hati: Perut yang lapar karena berhati-hati) Maksudnya karena arah kewaspadaan dan siap-siap (Dan bersahabat bersama orang-orang sholeh) Maksudnya mereka yang murni dari setiap kerusakan (Dan mengingat dari dosa yang telah berlalu) Dengan cara mengingat dosa itu disertai penyesalan (Dan memendekkan angan-angan) Maksudnya menahan dari berangan-angan.

قَالَ أَبُو الطَّيِّبِ: مَنْ جَلَسَ مَعَ ثَمَانِيَةِ أَصْنَافٍ زَادَهُ اللَّهُ ثَمَانِيَةَ أَشْيَاءَ: مَنْ جَلَسَ مَعَ الْأَغْنِيَاءِ زَادَهُ اللَّهُ حُبَّ الدُّنْيَا وَالرَّغْبَةَ فِيْهَا، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْفُقَرَاءِ حَصَلَ لَهُ الشُّكْرُ وَالرِّضَا بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ السُّلْطَانِ زَادَهُ اللَّهُ الْقَسْوَةَ وَالْكِبْرَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ النِّسَاءِ زَادَهُ اللَّهُ الْجَهْلَ وَالشَّهْوَةَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصِّبْيَانِ ازْدَادَ مِنْ اللَّهْوِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْفُسَّاقِ ازْدَادَ مِنْ الْجَرَاءَةِ عَلَى الذُّنُوبِ وَتَسْوِيفِ التَّوْبَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصَّالِحِينَ ازْدَادَ رَغْبَةً فِي الطَّاعَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْعُلَمَاءِ ازْدَادَ مِنْ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ.

Telah berkata Abu Toyyib: Barang siapa yang duduk bersama delapan golongan maka pasti Allah akan menambah kepadanya delapan perkara: Barang siapa duduk bersama orang-orang kaya maka pasti Allah akan menambah kepadanya cinta dunia dan senang kepada dunia, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fakir maka akan hasil kepadanya rasa syukur dan ridho atas bagian dari Allah Ta'ala, Dan barang siapa duduk bersama sultan maka pasti Allah akan menambah kepadanya kerasnya hati dan sombong, dan barang siapa duduk bersama perempuan maka pasti Allah akan menambahkan kepadanya kebodohan dan syahwat, dan barang siapa duduk bersama anak-anak kecil maka bertambah kepadanya dari bermain-main, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fasik maka bertambah kepadanya dari berani melakukan pada dosa-dosa dan menunda-nunda taubat, dan barang siapa duduk bersama orang orang sholeh maka bertambah kepadanya rasa suka dalam ketaatan, dan barang siapa duduk bersama para ulama maka bertambah kepadanya dari ilmu dan amal

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 14

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ أَنَّهُ قَالَ: مَنِ ادَّعَى أَرْبَعَةً) مِنَ الصِّفَاتِ (بِلَا أَرْبَعَةٍ) مِنَ الْأَدِلَّةِ (فَدَعْوَاهُ كَاذِبَةٌ) فَلَا تُقْبَلُ كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ: )مِنْ بَحْرِ الْخَفِيفِ(

Maqolah yang ke empat belas (Dari Hatim Al-Ashom Rahmatullahi Alaihi sesungguhnya ia berkata: Barang siapa yang mengaku-ngaku atas empat) Dari sifat-sifat (Tanpa empat) Dari bukti-bukti (Maka pengakuan orang itu adalah dusta) Maka tidak diterima sebagaimana telah berkata sebagian ulama: [Dari Bahar Khofif] 

إِنْ تَكُنْ فَارِسًا فَكُنْ كَعَلِيٍّ$     أَوْ تَكُنْ شَاعِرًا فَكُنْ كَابْنِ هَانِي

كُلُّ مَنْ يَدَّعِي بِمَا لَيْسَ فِيهِ$     كَذَّبَتْهُ شَوَاهِدُ الْاِمْتِحَانِ

Jika terbukti kamu seorang penunggang kuda maka maka jadilah kamu seperti sayyidina Ali $

Atau jika kamu terbukti seorang penyair maka jadilah kamu seperti Ibnu Hani

 

Setiap orang yang mengaku-ngaku atas perkara yang tidak ada

dalam dirinya $

Maka akan mendustakan kepadanya bukti-bukti ujian

 

(مَنِ ادَّعَی حُبَّ اللَّهِ وَلَمْ يَنْتَهِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ تَعَالَى فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِجَرَاءَتِهِ عَلَى قُرْبِ حَمَاهُ تَعَالَى (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَكَرِهَ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِأَنَّهُمْ أَحْبَابُهُ ﷺ (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ الْجَنَّةِ وَلَمْ يَتَصَدَّقْ) بِمَا تَيَسَّرَ لَهُ (فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنِ ادَّعَی خَوْفَ النَّارِ وَلَمْ یَنْتَهِ عَنِ الذُّنُوبِ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: )حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ.

(Barang siapa yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak menjauh dari larangan Allah Ta'ala maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena beraninya ia dalam mendekati batas larangan Allah (Dan barang siapa mengaku mencintai Nabi Alaihis Salam sedangkan ia benci kepada orang-orang fakir dan orang-orang miskin maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Nabi  (Dan barang siapa mengaku-ngaku cinta surga sedangkan ia tidak bersedekah) Atas perkara yang mudah baginya (Maka pengakuan orang itu adalah dusta, dan barang siapa mengaku-ngaku takut neraka sedangkan ia tidak menjauh dari perbuatan-perbuatan dosa maka pengakuan orang itu adalah dusta) Telah bersabda Nabi [Telah di kelilingi neraka dengan syahwat dan telah dikelilingi surga dengan perkara-perkara yang dibenci] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Bukhori dan Imam Muslim Dari Abu Huroiroh.

وَهَذَا مِنْ جَوَامِعِ كَلِمِهِ ﷺ فِي ذَمِّ الشَّهَوَاتِ وَفِي الْحَضِّ عَلَى الطَّاعَاتِ، فَكَأَنَّهُ ﷺ قَالَ: لَا يُوصَلُ إِلَى الْجَنَّةِ إِلَّا بِارْتِكَابِ الْمَشَقَّاتِ وَلَا إِلَى النَّارِ إِلَّا بِتَعَاطِي الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ خَرَقَ الْحِجَابَ دَخَلَ.

Dan ini adalah sebagian dari jawami'ul kalim Nabi Dalam mencela syahwat dan dalam mendorong kepada keta'atan. Seakan-akan Nabi bersabda: Tidak akan bisa sampai ke dalam surga kecuali melakukan perkara-perkara yang sulit dan tidak akan sampai ke dalam neraka kecuali dengan menuruti syahwat. Barang siapa menembus hijab maka pasti ia akan masuk.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 15

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (نِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ عَلَيْهَا (وَهِيَ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهَا (عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظَةٌ) أَيْ مَضْبُوطَةٌ بِعَدَدِهَا وَزَمَانِهَا وَمَحَلِّهَا (وَذِكْرُ الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) بِالْقَلْبِ (وَلَا يَدْرِي أَقُبِلَتْ) أَيْ الْحَسَنَاتُ (أَمْ رُدَّتْ، وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَؤَّقَهُ فِي الدُّنْيَا) بِأَنْ طَمَحَ النَّظَرَ لَهَا وَلَمْ يَرْضَ بِالْقِسْمَةِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدِّينِ) أَيْ الْعَمَلِ الصَّالِحِ وَلَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ عَلَى نِعَمِ عَمَلِ نَفْسِهِ (يَقُولُ اللَّهُ: أَرَذْتُهُ) بِمَعْنَى إيَّاهُ عَنِ الدُّنْيَا وَإِعَانَتِيْ إيَّاهُ عَلَى الطَّاعَةِ (وَلَمْ يُرِدْنِيْ) بِالرِّضَا وَالشُّكْرِ (فَتَرَكْتُهُ) بِتَرْكِ نُصْرَتِهِ (وَعَلَامَةُ السَّعَادَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنْ الْأُمُورِ (ذِكْرُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِالنَّدَمِ وَالِاسْتِغْفَارِ (وَنِسْيَانُ الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) كَأَنَّهَا لَمْ تَقَعْ مِنْهُ لِأَنَّهَا لَا تَخْلُوْ مِنَ الْعِلَلِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَوْقَهُ فِي الدِّيْنِ) فَيَقْتَدِي بِهِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدُّنْيَا) فَيَشْكُرُ اللَّهَ تَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.

Maqolah yang ke lima belas (Dari Nabi Alaihis Salam sesungguhnya Nabi bersabda: [Tanda-tandanya celaka itu ada empat) Dari perkara (Melupakan dosa yang telah berlalu) Dengan tanpa penyesalan atas dosa-dosanya (Sedangkan dosa itu) Maksudnya sedangkan keadaan sesungguhnya dosa itu (Di sisi Allah Ta'ala itu terjaga) Maksudnya dicatat dengan jumlahnya dan waktunya dan tempat dari dosa itu (Dan mengingat-ingat kebaikan yang telah lalu) Dengan hati (Sedangkan ia tidak tahu apakah diterima) Maksudnya kebaikan-kebaikan (Atau ditolak, dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan dunia) Dengan cara ia berhasrat melihat pada dunia dan ia tidak ridho atas bagian dari Allah (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya dalam urusan adama) Maksudnya amal sholeh dan ia tidak bersyukur kepada Allah atas kenikmatan amaliah dirinya sendiri (Allah berfirman: Aku menginginkan dia) Dengan ma'na kepadanya jauh dari dunia dan pertolonganku kepadanya dalam ketaatan (Sedangkan ia tidak menginginkan aku) Dengan ridho dan syukur (Maka aku meninggalkan dia) Dengan cara meninggalkan pertolongan padanya (Dan tanda-tanda kebahagiaan ada empat) Dari perkara-perkara (Mengingat dosa-dosa yang telah berlalu) Dengan penyesalan dan memohon ampunan (Dan melupakan kebaikan-kebaikan yang telah berlalu) Seakan-akan kebaikan-kebaikan itu tidak terjadi darinya karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu tidaklah kosong dari kekurangan (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan agama) kemudian ia mengikuti padanya (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya dalam urusan dunia) Kemudian ia bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat Allah Ta'ala kepadanya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 16

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: أَنَّ شَعَائِرَ الْإِيمَانِ) أَيْ أَعْلَامُهُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَعْمَالِ (التَّقْوَى) وَهُوَ فِي الطَّاعَةِ يُرَادُ بِهِ الْإِخْلَاصُ، وَفِي الْمَعْصِيَةِ يُرَادُ بِهِ التَّرْكُ وَالْحَذَرُ. وَقِيلَ: هُوَ مُحَافَظَةُ آدَابِ الشَّرِيعَةِ، وَقِيلَ: هُوَ الْاِقْتِدَاءُ بِالنَّبِيِّ ﷺ قَوْلًا وَفِعْلًا (وَالْحَيَاءُ) وَهُوَ نَوْعَانِ: نَفْسَانِيٌّ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي النُّفُوسِ كُلِّهَا كَالْحَيَاءِ مِنْ كَشْفِ الْعَوْرَةِ وَالْجِمَاعِ بَيْنَ النَّاسِ، وَإِيمَانِي وَهُوَ أَنْ يَمْنَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَالشُّكْرِ) وَهُوَ الثَّنَاءُ عَلَى الْمُحْسِنِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ فَالْعَبْدُ يَشْكُرُ اللَّهَ أَيْ يُثْنِي عَلَيْهِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ الَّذِي هُوَ نِعْمَةٌ (وَالصَّبْرُ) وَهُوَ تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Sesungguhnya Syiar simbol-simbol iman) Maksudnya simbol-simbol iman (Itu ada empat) Dari amalan-amalan (Takwa) Takwa dalam keta'atan adalah yang dimaksud dengannya ikhlas dan dalam maksiat adalah yang dimaksud dengannya meninggalkan maksiat dan waspada. Dan dikatakan: Takwa adalah menjaga adab-adab syari'at, dan dikatakan: Takwa adalah mengikuti kepada Nabi dalam ucapan dan perbuatan (Dan malu) Malu itu ada dua macam: Malu Nafsani. Malu Nafsani adalah sifat malu yang telah menciptakannya Allah Ta'ala dalam setiap jiwa seluruhnya seperi malu sebab terbukanya aurat dan berjima di hadapan manusia. Dan malu Imani. Malu Imani adalah yang mencegahnya seorang mu'min dari perbuatan maksiat karena takut kepada Allah Ta'ala (Dan syukur) Syukur adalah memuji-muji kepada orang yang memberikan kebaikan dengan cara menyebut kebaikan-kebaikannya. Seorang hamba itu bersyukur kepada Allah maksudnya ia memuji kepada Allah dengan menyebut kebaikan-kebaikan Allah yang kebaikan itu merupakan kenikmatan (Dan sabar) Sabar adalah meninggalkan mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah Ta'ala.

وَيَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَدْعُوَ بِدُعَاءِ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ ابْنِ حَبِيبٍ الَّذِي عَلَّمَهُ إِيَّاهُ سَيِّدُنَا الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلَامُ عِنْدَ رُجُوعِهِ مِنَ الْأَرْضِ السُّفْلَى بِسَبَبِ أَخْذِ الْجِنِّ إِيَّاهُ إِلَى الْمَدِينَةِ الشَّرِيفَةِ وَهُوَ هَذَا: اَللَّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَاعْصِمْنَا مِنْ حَيْثُ نَهَيْتَنَا وَلَا تُحْوِجْنَا إِلَى مَنْ أَغْنَيْتَهُ عَنَّا وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ وَبِكَأْسِهِ فَاسْقِنَا وَمِنْ مَعَاصِيْكَ جَنِّبْنَا وَعَلَى التَّقْوَى أَمِّتْنَا وَلِلذِّكْرِ أَلْهِمْنَا وَمِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ فَاجْعَلْنَا وَأَسْعِدْنَا وَلَا تُشْقِنَا يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. وَرُوِيَ أَنَّهُ قُلْ قَالَ: [ذِرْوَةُ الْإِيمَانِ أَرْبَعُ خِلَالٍ: الصَّبْرُ لِلْحُكْمِ وَالرِّضَا بِالْقَدْرِ وَالْإِخْلَاصُ لِلتَّوَكُّلِ وَالْإِسْتِسْلَامُ لِلرَّبِّ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ.

Patut kepada kita supaya kita berdoa dengan doanya Tamim Ad-Dari bin Habib yang telah mengajarkan doa itu kepadanya Sayyiduna Khodir Alaihis Salam ketika pulangnya ia di bumi bawah sebab jin membawa dirinya menuju kota Madinah yang mulia. Doa itu adalah ini : Ya Allah semoga engkau memberikan sifat qona'ah kepada kami pada perkara yang telah engkau berikan rizki kepada kami dan semoga engkau menjaga kami dari sekiranya perkara yang telah engkau larang kepada kami dan janganlah enkau menjadikan butuh kami kepada orang yang telah engkau jadikan kaya kepadanya dari kami dan semoga engkau mengumpulkan kami pada golongan umat Nabi Muhammad dan dengan gelasnya Nabi semoga engkau memberikan minum kami semua dan dari kemaksiatan-kemaksiatan kepadamu semoga engkau menjauhkan kami semua dan di atas taqwa semoga engkau mematikan kami semua dan karena dzikir semoga engkau mengilhamkan kepada kami semua dan dari golongan orang-orang yang akan mewarisi surga na'im semoga engkau menjadikannya kepada kami dan semoga engkau membahagiakan kami semua dan semoga engkau tidak mencelakakan kami semua wahai dzat yang mempunyai kemaha agungan dan kemaha muliaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Puncak iman itu ada empat perkara: Sabar kepada hukum Allah dan ridho kepada takdir dan ikhlas karena bertawakkal dan berserah diri kepada Allah ] Telah meriwayatkan hadits ini Abu Nu'aim.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 17

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: اَلْأُمَّهَاتُ) أَيْ الْأُصُولُ (أَرْبَعٌ) مِنَ الْأَشْيَاءِ (أُمُّ الْأَدْوِيَةِ) جَمْعُ دَوَاءٍ وَهُوَ مَا يُتَدَاوَى بِهِ (وَأُمُّ الْآدَابِ) وَهِيَ مَعْرِفَةُ مَا يُحْتَرَزُ بِهِ عَنْ جَمِيعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ) وَهِيَ فِعْلُ الْمُكَلَّفِ عَلَى خِلَافِ هَوَى نَفْسِهِ تَعْظِيمًا لِرَبِّهِ (وَأُمُّ الْأَمَانِي) جَمْعُ أُمْنِيَّةٍ وَهُوَ تَقْدِيرُ حُصُولِ شَيْءٍ مُمْتَنِعٍ أَوْ مُمْكِنٍ (فَأُمُّ الْأَدْوِيَةِ قِلَّةُ الْأَكْلِ) فَإِنَّ الْاِحْتِمَاءَ مِنْ أَكْلِ مَا يَضُرُّ خَيْرٌ مِنَ الْأَدْوِيَةِ لِكُلِّ دَاءٍ (وَأُمُّ الْآدَابِ قِلَّةُ الْكَلَامِ) فَكَثْرَةُ الْكَلَامِ تُنْفِي الْأَدَبَ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ قِلَّةُ الذُّنُوبِ) فَالذُّنُوبُ تُنْفِي الْعِبَادَةَ الَّتِي هِيَ تَعْظِيمُ اللَّهِ تَعَالَى (وَأُمُّ الْأَمَانِي الصَّبْرُ) وَهُوَ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْجَزَعِ، فَالصَّبْرُ أَمَرُّ مِنَ الصِّبْرِ. وَيُقَالُ: بِالصَّبْرِ تَنَالُ مَا تُرِيدُ وَبِالتَّقْوَى يَلِيْنُ لَكَ الْحَدِيدُ.

Maqolah yang ke tujuh belas (Dari Nabi Sesungguhnya Nabi bersabda: Induk-induk) Maksudnya pokok-pokok (Itu ada empat) Dari perkara-perkara (Induknya obat-obatan) Lafadz الْأَدْوِيَةُ adalah jamak dari lafadz دَوَاءٌ yaitu perkara yang menjadi obat dengannya (Dan induk adab) Adab adalah mengetahui perkara yang bisa dihindari atas perkara itu dari semua macam-macam kesalahan (Dan induk ibadah) Ibadah adalah pekerjaan seorang mukallaf dalam menyelisihi hawa nafsunya sendiri karena mengagungkan kepada tuhannya (Dan induk angan-angan) Lafadzالْأَمَانِي adalah jamak dari lafadz أُمْنِيَّةٌ yaitu mengharapkan hasilnya suatu perkara yang mustahil atau yang mungkin (Maka induknya obat-obatan adalah sedikitnya makan) Karena sesungguhnya menjaga dari memakan suatu perkara yang memadharatkan itu lebih baik dibandingkan obat-obatan untuk setiap penyakit (Dan induknya adab adalah sedikitnya berbicara) Karena banyaknya berbicara itu dapat menghilangkan tata krama (Dan induknya ibadah adalah sedikitnya dosa-dosa) Karena dosa-dosa itu dapat menghilangkan ibadah yang sejatinya ibadah itu mengagungkan Allah Ta'ala (Dan induknya angan-angan adalah sabar) Sabar adalah menahan diri dari kegelisahan, karena sabar itu lebih pahit dibandingkan buah mahoni, dan dikatakan: Dengan sabar engkau bisa memperoleh perkara yang engkau mau dan dengan takwa akan menjadi lunak kepadamu besi.

 

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 18

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: أَرْبَعَةُ جَوَاهِرَ) وَهِيَ لِبَاسُ الطَّبِيعَةِ (فِي جِسْمِ بَنِي آدَمَ يُزِيلُهَاأَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَذْمُومَةِ (أَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ) وَهُوَ جَوْهَرٌ رُوحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى مُتَعَلِّقًا بِبَدَنِ الْإِنْسَانِ (وَالدِّينُ) وَهُوَ مَا يَدْعُو أَصْحَابُ الْعُقُولِ إِلَى قَبُولِ مَا هُوَ مِنَ الرّسُولِ ﷺ (وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ) أَيْ الْخَالِصُ (فَالْغَضَبُ يُزِيلُ الْعَقْلَ) وَهُوَ نُورٌ فِي الْقَلْبِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ.

Maqolah yang ke delapan belas (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: Empat perhiasan) Yaitu pakaian alami (Di dalam diri anak Adam yang bisa menghilangkan kepadanya empat perkara) Dari sifat-sifat yang tercela (Adapun perhiasan-perhiasan itu adalah akal) Akal adalah permata ruhani yang telah menciptakannya Allah Ta'ala berhubungan dengan badan manusia (Dan agama) Agama adalah perkara yang menyeru orang-orang yang memiliki akal untuk menerima perkara yang perkara itu berasal dari Rasul  (Dan malu dan amal sholeh) Maksudnya yang murni (Maka marah itu dapat menghilangkan akal) Akal adalah cahaya dalam hati yang bisa diketahui dengannya kebenaran dan kebatilan.

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:  ) يَا مُعَاوِيَةُ إِيَّاكَ وَالْغَضَبَ فَإِنَّ الْغَضَبَ يُفْسِدُ الْإِيمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبْرُ الْعَسَلَ( رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Wahai mu'awiyah waspadalah kamu terhadap sifat marah karena sesungguhnya marah itu dapat merusak keimanan sebagaimana dapat merusak buah mahoni pada madu] telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi

(وَالْحَسَدُ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ الْغَيْرِ (يُزِيلُ الدِّينَ) أَيْ الشَّرِيعَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ] رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ. قَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْمُتَقَارِبِ]

(Dan sifat hasud) Hasud adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan orang lain (Itu dapat menghilangkan agama) Maksudnya syari'at. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Waspadalah kalian terhadap sifat hasud karena sesungguhnya hasud itu dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana bisa memakan api pada kayu bakar] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Abu Daud. Telah berkata seorang penyair: (Dari Bahar Mutaqorrib) 

أَلَا قُلْ لِمَنْ بَاتَ لِي حَاسِدًا $  أَتَدْرِي عَلَى مَنْ أَسَأْتَ الْأَدَبَ

أَسَأْتَ عَلَى اللَّهِ فِي فِعْلِهِ $  إِذَا أَنْتَ لَمْ تَرْضَ لِي مَا وَهَبَ

فَجَازَاكَ رَبِّي بِأَنْ زَادَنِي $ وَسَدَّ عَلَيْكَ وُجُوهَ الطَّلَبِ

Ingat ucapkanlah kepada orang yang bersifat dirinya kepadaku hasud $  Apakah kamu tahu kepada siapa kamu bersu'ul adab

 

Engkau telah berbuat buruk kepada Allah dalam keputusan Allah $ 

Ketika kamu tidak ridho kepadaku atas perkara yang telah Allah berikan

 

Maka membalas kepadamu tuhanku dengan menambahkan kenikmatan kepadaku $  Dan Allah menutup atasmu segala bentuk permintaan

 

(وَالطَّمَعُ) أَيْ الرَّغْبَةُ فِي الشَّيْءِ (يُزِيلُ الْحَيَاءَ، وَالْغِيبَةُ تُزِيلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ) وَالْغِيبَةُ بِكَسْرِ الْغَيْنِ أَنْ يَذْكُرَ الشَّخْصُ مَسَاوِيَ الْإِنْسَانِ فِي غَيْبَتِهِ وَهِيَ فِيهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيْهِ فَهِيَ بُهْتَانٌ وَإِنْ وَاجَهَهُ بِهَا فَھوَ شَتْمٌ.

(Dan sifat thoma) Maksudnya ingin pada sesuatu (Itu dapat menghilangkan rasa malu, dan ghibah itu dapat menghilangkan amal sholeh) Lafadz الْغِيبَةُ dengan mengkasrohkan huruf ghin adalah menyebutkan oleh seseorang pada keburukan manusia disaat manusia tersebut tidak ada sedangkan keburukan itu memang ada pada diri manusia tersebut dan jika tidak ada keburukan itu dalam diri manusia tersebut maka menyebutkan keburukan manusia itu adalah fitnah dan jika berhadapan langsung dengan manusia tersebut dengan menyebut keburukannya maka itu adalah mencaci maki.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 19

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ أَنَّهُ قَالَ: [أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) نَفْسِهَا (الْخُلُودُ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) أَيْ إطَالَةُ الْإِقَامَةِ فِي الْجَنَّةِ أَنْعَمُ لِأَهْلِهَا مِنْ وُجُودِ نَفْسِ الْجَنَّةِ (وَخِذْمَةُ الْمَلَائِكَةِ فِي الْجَنَّةِ) لِأَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) فَخِدْمَةُ الْمَلَائِكَةِ تَدُلُّ عَلَى زِيَادَةِ ارْتِفَاعِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (وَجِوَارُ الْأَنْبِيَاءِ) بِكَسْرِ الْجِيمِ وَضَمِّهَا مِنْ قُرْبِهِمْ (فِي الْجَنَّةِ) لِأَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَحَسُنَ أُوْلّئِكَ رَفِيْقًا﴾ [النِّسَاءُ: الْآيَةَ ٦٩]، (وَرِضَا اللَّهِ تَعَالَى فِي الْجَنَّةِ) عَنْ أَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) لِأَنَّ رِضْوَانَ اللَّهِ تَعَالَى أَكْبَرُ مِنْ جَمِيعِ النِّعَمِ.

Maqolah yang ke sembilan belas (Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: Empat) Dari perkara (Di dalam surga itu lebih baik daripada surga) Dzatnya Surga (Kekal di dalam surga itu lebih baik daripada surga) Maksudnya lama tinggal di dalam surga itu lebih nikmat bagi penduduk surga daripada keberadaan surga itu sendiri (Dan berkhidmatnya para malaikat di dalam surga) Kepada penduduk surga (Itu lebih baik daripada surga) Maka berkhidmahnya para malaikat itu menujukkan atas lebih tingginya derajat penduduk surga (Dan bertetangga dengan para Nabi) Ladadz جِوَارُ dengan mengkasrohkan huruf jim atau mendhommahkannya karena dekat dengan mereka (Di dalam surga) Bagi penduduk surga (Itu lebih baik daripada surga) Telah berfirman Allah Ta'ala: Dan sebaik-baiknya para nabi itu sebagai teman﴿ [An-Nisa: Ayat 69] (Dan ridho Allah Ta'ala di dalam surga) Pada penduduka surga (Itu lebih baik daripada surga) Karena sesungguhnya ridho allah Ta'ala itu lebih besar daripada seluruh jenis kenikmatan.

(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) نَفْسِهَا (اَلْخُلُودُ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) أَيْ طُولُ الْإِقَامَةِ فِيهَا أَشَدُّ عَلَى أَهْلِهَا مِنْ دُخُولِهَا (وَتَوْبِيْخُ الْمَلَائِكَةِ الْكُفَّارَ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) فَالتَّوْبِيخُ التَّعْيِيرُ وَالتَّعْنِيفُ وَالتَّهْدِيدُ (وَجِوَارُ الشَّيْطَانِ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) فَالشَّيْطَانُ قَرِينُ أَهْلِهَا فِي سِلْسِلَةٍ وَاحِدَةٍ (وَغَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) وَأَهْلُ اللَّهِ تَعَالَى لَا يُبَالُونَ مِنْ دُخُولِ النَّارِ إذَا حَصَلَ لَهُمُ الرِّضْوَانُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى، فَالْحَيَّاتُ وَالْعَقَارِبُ فِي النَّارِ لَا تَتَأَلَّمُ بِهَا لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَضِيَ عَنْهَا فِي دُخُولِهَا النَّارَ.

(Dan empat) Dari perkara (Di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka) Dzatnya neraka (Kekal di dalam neraka) Maksudnya lama tinggal di dalam neraka itu lebih buruk atas penduduk neraka daripada masuk ke dalam neraka (Dan menegurnya para malaikat kepada orang kafir di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka) Taubikh adalah mengibaratkan dan menegur dan menggertak (Dan bertetangga dengan setan di neraka itu lebih buruk daripada neraka) Maka setan itu mendampingi ahli neraka dalam rantai yang satu (Dan murka Allah Ta'ala di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka]) Dan para wali Allah Ta'ala itu mereka tidak perduli masuk neraka ketika hasil kepada mereka ridho dari Allah Ta'ala. Maka ular-ular dan kalajengking-kalajengking di dalam neraka itu tidak merasa sakit sebab neraka karena sesungguhnya Allah Ta'ala telah ridho kepada mereka dalam masuknya mereka ke dalam neraka.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 20

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ حِينَ سُئِلَ كَيْفَ أَنْتَ) أَيْ عَلَى أَيِّ حَالٍ أَنْتَ (فَقَالَ: أَنَا مَعَ الْمَوْلَى) أَيْ الْمُتَوَلِّي لِأُمُورِنَا (عَلَى الْمُوَافَقَةِ) لِأَوَامِرِهِ (وَمَعَ النَّفْسِ عَلَى الْمُخَالَفَةِ) لِمُرَادَاتِهَا (وَمَعَ الْخَلْقِ عَلَى النَّصِيحَةِ) وَهِيَ الدُّعَاءُ إِلَى مَا فِيهِ الصَّلَاحُ وَالنَّهْيُ عَمَّا فِيهِ الْفَسَادُ (وَمَعَ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعِهَا (عَلَى الضَّرُورَةِ) أَيْ الْحَاجَةِ اللَّازِمَةِ الَّتِي لَا مَدْفَعَ لَهَا.

Maqolah yang ke dua puluh (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana ketika ditanya bagaimana kamu) Maksudnya dalam kondisi apa kamu (Kemudian ia menjawab: Aku bersama tuhan) Maksudnya dzat yang mengatur urusan kita (Dalam keserasian) pada perintah-perintah tuhan (Dan bersama nafsu dalam keadaan menyelisihi) pada yang di inginkan nafsu (Dan bersama makhluk dalam nasihat) Nasihat adalah mengajak kepada perkara yang didalamnya ada kemaslahatan dan mencegah dari perkara yang di dalamnya ada kerusakan (Dan bersama dunia) Maksudnya kesenangan dunia (Dalam kedaruratan)  Maksudnya kebutuhan yang pasti yang tidak bisa ditolak pada kebutuhan itu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (اِخْتَارَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ) أَيْ أَرْبَعَ جُمَلٍ (مِنْ أَرْبَعَةِ كُتُبٍ) سَمَاوِيَّةٍ (مِنَ التَّوْرَاةِ: مَنْ رَضِيَ بِمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى) مِنَ الرِّزْقِ (اسْتَرَاحَ) أَيْ صَارَ تَعَبُهُ ذَاهِبًا (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمِنَ الْإِنْجِيلِ: مَنْ هَدَمَ الشَّهَوَاتِ) أَيْ مَنْ تَرَكَ مُشْتَاقَاتِ النَّفْسِ (عَزَّ) أَيْ صَارَ قَوِيًّا (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمِنَ الزَّبُورِ: مَنْ تَفَرَّدَ) بِنَفْسِهِ وَبِمَالِهِ (عَنِ النَّاسِ نَجَا) أَيْ خَلَصَ مِنَ الْهَلَاكِ وَبَعُدَ عَنْهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (وَمِنَ الْفُرْقَانِ: مَنْ حَفِظَ اللِّسَانِ) مِمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمِمَّا لَا يُعْتَدُّ بِهِ (سَلِمَ) أَيْ خَلَصَ مِنَ الْآفَاتِ (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ).

Maqolah yang ke dua puluh satu (Telah memilih sebagian orang-orang yang bijaksana pada empat kalimat) Maksudnya pada empat jumlah (Dari empat kitab-kitab) Samawi (Dari kitab Taurat: Barang siapa yang ridho atas perkara yang telah memberikan kepadanya Allah Ta'ala) Dari rizqi (Maka menjadi tenang) Maksudnya jadi rasa lelahnya orang itu menghilang (Di dunia dan di akhirat. Dan dari kitab Injil: Barang siapa yang menghancurkan syahwat-syahwatnya) Maksudnya barang siapa yang meninggalkan perkara yang diinginkan nafsu (Maka mulia) Maksudnya ia menjadi kuat (Di dunia dan di akhirat. Dan dari kitab zabur: Barang siapa yang menyendiri) dengan dirinya dan dengan hartanya (Dari manusia maka ia selamat) Maksudnya ia selamat dari kerusakan dan ia jauh dari kerusakan itu di dunia dan di akhirat (Dan dari Al-Furqon: Barang siapa yang menjaga pada lisan) Dari perkara yang tidak ada faedah di dalamnya dan dari perkara yang tidak di anggap dengannya (Maka ia selamat) Maksudnya ia selamat dari kerusakan-kerusakan (Di dunia dan di akhirat)

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:  )أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى حِفْظُ اللِّسَانِ( رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )الْعَافِيَةُ عَشَرَةُ أَجْزَاءٍ: تِسْعَةٌ فِي الصَّمْتِ وَالْعَاشِرَةُ فِي الْعُزْلَةِ عَنِ النَّاسِ( رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah menjaga lidah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Keselamatan itu ada 10 bagian yang kesembilan itu dalam diam dan kesepuluh itu dalam menyendiri dari manusia] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailimi.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَاللَّهِ مَا ابْتُلِيْتُ بِبَلِيَّةٍ إِلَّا وَكَانَ لِلَّهِ عَلَيَّ فِيهَا) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ (أَرْبَعُ نِعَمٍ، أَوَّلُهَا: إِذْ لَمْ تَكُنْ) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةُ (فِي دِيْنِي) فَإِنَّ الِامْتِحَانَ فِي الدِّينِ أَعْظَمُ مِنَ الْاِمْتِحَانِ فِي الْبَدَنِ وَالْمَالِ (وَالثَّانِي: إِذْ لَمْ تَكُنْ) أَيْ الْبَلِيَّةُ (أَعْظَمَ مِنْهَا) أَيْ مِنْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ الَّتِي أَصَابَتْنِي (وَالثَّالِثُ: إِذْ لَمْ تَكُنْ مُحَرَّمَ الرِّضَا) أَيْ مَمْنُوعَ الرِّضَا (بِهَا) أَيْ بِتِلْكَ الْبَلِيَّةِ (وَالرَّابِعُ: أَنِّيْ أَرْجُو الثَّوَابَ عَلَيْهَا) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ.

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Demi Allah tidaklah aku diuji dengan musibah kecuali pasti ada milik Allah atas ku di dalam musibah itu) Maksudnya musibah itu (Empat kenikmatan, yang pertama dari empat kenikmatan: Adalah ketika tidak ada) Maksudnya musibah itu (Dalam masalah agama) Karena sesungguhnya ujian dalam masalah agama itu lebih besar daripada ujian dalam masalah badan dan masalah harta (Dan yang kedua: Adalah ketika tidak ada) Maksudnya musibah (Yang lebih besar darinya) Maksudnya dari musibah itu yang menimpa kepadaku (Dan yang ketiga: Adalah ketika tidak ada musibah itu yang menghalangi dari keridhoan) Maksudnya yang terhalang dari keridhoan (Dengannya) Maksudnya dengan balai itu (Dan yang ke empat: Adalah sesungguhnya aku mengharapkan pahala atasnya) Maksudnya musibah itu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ رَجُلًا حَكِيمًا) وَهُوَ مَنْ يَعْرِفُ الْأُمُورَ (جَمَعَ الْأَحَادِيثَ فَاخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَحَادِيثِ الْمَجْمُوعَةِ (أَرْبَعِينَ أَلْفًا) مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُنْتَقَاةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِينَ أَلْفًا (أَرْبَعَةَ آلَافٍ) مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُصَفَّاةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعَةِ آلَافٍ (أَرْبَعَمِائَةٍ) مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُسْتَخْرَجَةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِمِائَةِ (أَرْبَعِينَ) حَدِيثًا مُبَجَّلًا (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِينَ (أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ) أَيْ أَرْبَعَ جُمَلٍ مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُسْتَخْلَصَةِ.

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dari Abdullah bin Mubarok) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Sesungguhnya ada seorang lelaki yang ahli hikmah) Ahli hikamah adalah orang yang mengetahui berbagai perkara (Itu mengumpulkan hadits-hadits kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari hadits-hadits yang dikumpulkan (Empat puluh ribu) Dari hadits-hadits yang dipilih (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat puluh ribu (Empat ribu) Dari hadits-hadits yang disaring (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat ribu (Empat ratus) Dari hadits-hadits yang dikeluarkan (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat ratus (Empat puluh) Hadits yang dimuliakan (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat puluh (Empat kalimat) Maksudnya empat jumlah dari hadits-hadits yang dirangkum.

(إِحْدَاهُنَّ: لَا تَثِقَنَّ بِامْرَأَةٍ) أَيْ لَا تَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا وَلَا تَأْتَمِنَّهَا (عَلَى كُلِّ حَالٍ) بَلْ لَا بُدَّ لِلرَّجُلِ مِنَ الْغَيْرَةِ أَيْ كَرَاهَةِ شَرِكَةِ الْغَيْرِ فِي حَقِّهِ.

(Salah satu dari empat kalimat itu: Adalah janganlah kamu percaya pada seorang wanita) Maksudnya janganlah kamu tenang kepada seorang wanita dan janganlah kamu mengamanatkan kepada seorang wanita (Dalam setiap keadaan) Bahkan tidak boleh tidak untuk seorang lelaki dari rasa cemburu maksudnya tidak ingin disertai oleh orang lain dalam haknya.

(وَالثَّانِيَةُ: لَا تَغْتَرَّنَّ بِالْمَالِ) أَيْ لَا تَظُنَّ الْأَمْنَ مِنَ الْهَلَاكِ بِسَبَبِ الْمَالِ فَلَمْ تَحْفَظْ الْأُمُورَ وَلَا تَكُنْ مَخْدُوعًا بِكَثْرَةِ الْمَالِ (عَلَى كُلِّ حَالٍ) بَلْ لَا بُدَّ مِنَ الِاحْتِيَاطِ وَمِنْ تَذَكُّرِ الْآخِرَةَ.

(Dan yang kedua: Adalah janganlah kamu teripu dengan harta) Maksudnya janganlah kamu merasa aman dari kebinasaan sebab harta kemudian kamu tidak menjaga pada urusan-urusan dan janganlah kamu menjadi orang yang tertipu sebab banyak harta (Dalam setiap keadaan) Bahkan tidak boleh tidak dari berhati-hati dan dari mengingat akhirat.

(وَالثَّالِثَةُ: لَا تُحَمِّلْ مَعِدَتَكَ مَا لَا تُطِيقُهُ) قَالَ ﷺ: )أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ الْبَرَدَةُ( رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ عَنْ أَنَسٍ وَابْنِ السُّنِّيِّ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ عَلِيٍّ وَعَنِ ابْنِ سَعِيدٍ وَعَنِ الزُّهْرِيِّ، أَيْ أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ مُتَعَلِّقٌ بِالْمَعِدَةِ التُّخْمَةُ وَهِيَ إِدْخَالُ الطَّعَامِ عَلَى الطَّعَامِ وَكَذَا شُرْبُ الْمَاءِ عَقِبَ الطَّعَامِ أَوْ بَيْنَ الطَّعَامَيْنِ قَبْلَ هَضْمِ الْأَوَّلِ.

(Dan yang ke tiga: Adalah janganlah kamu membebani perutmu dengan makanan yang tidak mampu menanggungnya) Telah bersabda [Pangkal setiap penyakit adalah terlalu kenyang] Telah merwayatkan hadits ini Imam Ad-Daruqutni dari Anas dan Ibnu Sunni dan Abu Nuaim dari Ali dan dai Ibnu Sa'id dan dari Zuhri. Maksudnya pangkal setiap penyakit yang berhubungan dengan pencernaan adalah kenyang yaitu memasukkan makanan di atas makanan dan begitu juga meminum air setelah makan atau meminum air di antara dua kali makan sebelum dicerna makanan yang pertama.

(وَالرَّابِعَةُ: لَا تَجْمَعْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَا يَنْفَعُكَ) قَالَ رَجُلٌ لِأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَتَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَأَخَافَ أَنْ أُضَيِّعَهُ، فَقَالَ: كَفَى بِتَرْكِكَ لِلْعِلْمِ إِضَاعَةً. وَقَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مِنْ مَكَايِدِ الشَّيْطَانِ تَرْكُ الْعَمَلِ خَوْفًا مِنْ أَنْ يَقُولَ النَّاسُ إِنَّهُ لَمُرَاءٍ لِأَنَّ تَطْهِيرَ الْعَمَلِ مِنْ نَزَعَاتِ الشَّيْطَانِ بِالْكُلِّيَّةِ مُتَعَذِّرٌ، فَلَوْ وَقَّفْنَا الْعِبَادَةَ عَلَى الْكَمَالِ لَتَعَذَّرَ الِاشْتِغَالُ بِشَيْءٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ وَذَلِكَ يُوجِبُ الْبَطَالَةَ الَّتِي هِيَ أَقْصَى غَرَضِ الشَّيْطَانِ، وَلِذَا قَالَ بَعْضُهُمْ: سِيرُوا إِلَى اللَّهِ عُرْجًا وَمَكَاسِیْرَ.

(Dan yang ke empat: Adalah janganlah kamu mengumpulkan ilmu yang tida bermanfaat padamu) Telah berkata seorang lelaki kepada Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya aku ingin mencari ilmu dan aku takut menyia-nyiakan ilmu kemudian Abu Huroiroh berkata: Cukuplah dengan meninggalkannya kamu pada ilmu menjadi sia-sia. Telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anu: Sebagian dari tipu daya setan adalah meninggalkan amal karena taku berkata para manusia sungguh orang itu benar-benar ria karena sesungguhnya mensucikan amal-amal dari godaan setan secara keseluruhan itu sulit. Andai kita mengsyaratkan pada ibadah atas kesempurnaan maka pasti kesulitan menyibukkan satu perkara dari ibadah dan hal itu bisa mengakibatkan bermalas-malasan yang bermalas malasan itu adalah puncak dari tujuan setan. Karena itu berkata sebagian ulama: Berjalanlah kalaian menuju Allah sambil terpincang-pincang dan patah.

وَقَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ عَظَمَتْ قِيمَتُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْفِقْهَ نَبُلَ قَدْرُهُ، وَمَنْ كَتَبَ الْحَدِيثَ قَوِيَتْ حُجَّتُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْحِسَابَ جَزُلَ رَأْيُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْعَرَبِيَّةَ رَقَّ طَبْعُهُ، وَمَنْ لَمْ يَصُنْ نَفْسَهُ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ اهُ.

Dan telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu: Barangsiapa yang mempelajari Al-Qur'an maka pasti agung nilainya dan barang siapa yang mempelajari ilmu fekih maka pasti mulia kedudukannya dan barang siapa yang menulis hadits maka pasti kuat hujjahnya orang itu dan barang siapa mempelajari ilmu hisab maka pasti banyak idenya dan barang siapa yang mempelajari bahasa Arab maka pasti menjadi lemah lembut sifatnya dan barang siapa yang tidak menjaga dirinya sendiri maka pasti tidak bermanfaat padanya ilmunya. Sampai sini perkataan Imam Syafi'i berakhir.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 24

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَسَيِّدًا وَحَصُورًا﴾ )آلِ عِمْرَانَ: الْآيَةَ ٣٩) أَيْ لَا يَرْغَبُ فِي النِّسَاءِ لَا لِعَجْزٍ بَلْ لِمَنْعِ الشَّهْوَةِ فَقَطْ (﴿وَنَبِيًا مِنَ الصَلِحِينَ﴾ )آلِ عِمْرَانَ: الْآيَةَ  :٣٩) قَالَ - أَيْ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ -: (ذَكَرَ اللَّهُ) سَيِّدَنَا (يَحْيَى) عَلَيْهِ السَّلَامُ (سَيِّدًا وَهُوَ عَبْدُهُ) تَعَالَى (لِأَنَّهُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ غَالِبًا عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: عَلَى الْهَوَى وَعَلَى إِبْلِيسَ وَعَلَى اللِّسَانِ وَعَلَى الْغَضَبِ).

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari Muhammad bin Ahmad Rahimahullah dalam menafsirkan firman Allah Azza Wajalla: Sebagai sayid dan sebagai orang yang menahan diri﴿ [Ali Imran: Ayat 39]) Maksudnya Nabi Yahya tidak memiliki hasrat terhadap wanita, bukan karena ketidakmampuannya, tetapi untuk mencegah syahwat saja (Dan sebagai Nabi dari golongan orang-orang sholeh﴿ [Ali Imran: Ayat 39]) Telah berkata-Maksudnya Syeikh Muhammad-: (Telah menyebutkan Allah) kepada  tuan kita (Nabi Yahya) Alaihis Salam (Sebagai Sayid sedangkan Nabi Yahya adalah hamba Allah) Ta'ala (Karena sesungguhnya Nabi Yahya) Alaihis Salam (Terbukti menang atas empat perkara: Menang atas hawa nafsu dan menang atas Iblis dan menang atas lisan dan menang atas emosi).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (لَا يَزَالُ الدِّينُ وَالدُّنْيَا قَائِمَيْنِ) أَيْ ظَاهِرَيْنِ (مَا دَامَتْ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) فَمَا مَصْدَرِيَّةٌ ظَرْفِيَّةٌ، وَدَامَ تَامٌّ بِمَعْنَى بَقِيَ (مَا دَامَ الْأَغْنِيَاءُ لَا يَبْخَلُونَ بِمَا خُوِّلُوْا) بِالْبِنَاءِ لِلْمَجْهُولِ أَيْ لَا يَمْنَعُونَ مِنْ إِعْطَاءِ السَّائِلِ مِمَّا أَعْطَاهُمْ اللَّهُ تَعَالَى وَلَا يَمْنَعُونَ الْوَاجِبَ عَلَيْهِمْ (وَمَا دَامَ الْعُلَمَاءُ يَعْمَلُونَ بِمَا عَلِمُوا) مِنَ الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ (وَمَا دَامَ الْجُهَلَاءُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَمَّا لَمْ يَعْلَمُوا) أَيْ لَا يُعْرِضُونَ وَلَا يَمْتَنِعُونَ مِنْ تَعَلُّمِ مَا لَمْ يَعْلَمُوا (وَمَا دَامَ الْفُقَرَاءُ لَا يَبِيعُونَ آخِرَتَهُمْ بِدُنْيَاهُمْ) أَيْ مَا دَامُوا لَا يَتْرُكُونَ الدِّينَ بِأَخْذِ الدُّنْيَا.

Maqolah yang ke dua puluh lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Tidak akan berhenti agama dan dunia yang tegak keduanya) Maksudnya yang nampak keduanya (Selagi masih langgeng empat perkara) Lafadz مَا pada lafadz مَا دَامَتْ adalah مَا masdariyah dhorfiyah dan lafadz دَامَ adalah tam dengan ma'na langgeng (Selagi masih langgeng orang-orang kaya itu mereka tidak pelit atas perkara yang di amanatkan kepada mereka) Lafadz خُوِّلُوْا dengan bina majhul maksudnya mereka tidak menahan dari memberi kepada orang yang meminta dari perkara yang telah memberikan kepada mereka oleh Allah Ta'ala dan mereka tidak menahan pada kewajiban atas mereka (Dan selagi masih langgeng para ulama itu mereka mengamalkan pada perkara yang mereka tahu) Dari perintah dan larangan (Dan selagi masih langgeng orang-orang bodoh itu mereka tidak sombong tentang perkara yang mereka tidak tahu) Maksudnya mereka tidak menolak dan mereka tidak menahan diri dari mempelajari perkara yang tidak mereka ketahui (Dan selagi masih langgeng orang-orang fakir itu mereka tidak menjual pada akhirat mereka dengan dunia mereka) Maksudnya selagi masih langgeng orang-orang fakir itu mereka tidak meninggalkan agama dengan mengambil dunia.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 26

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَحْتَجُّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَرْبَعَةِ أَنْفُسٍ) أَيْ أَشْخَاصٍ (عَلَى أَرْبَعَةِ أَجْنَاسٍ مِنَ النَّاسِ) فَيَحْتَجُّ اللَّهُ الْعَظِيمُ (عَلَى الْأَغْنِيَاءِ بِسُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ) عَلَيْهِمَا السَّلَامُ كَأَنْ يَقُولَ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِالْأَمْوَالِ وَبِالْمَمْلَكَةِ قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: فَأَيُّ مَمْلَكَةٍ أَكْبَرُ مِنْ مَمْلَكَةِ سُلَيْمَانَ وَأَيُّ مَالٍ أَكْثَرُ مِنْ مَالِهِ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.

Maqolah yang ke dua puluh enam (Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala itu berhujjah pada hari kiamat dengan empat orang) Maksudnya individu (kepada empat kelompok dari manusia) Maka berhujjah Allah yang maha agung (Kepada orang-orang kaya dengan Nabi Sulaiman bin Daud) Alaihimas Salam seperti Allah berfirman kepada orang-orang kaya: kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: Kami disibukkan dengan harta-harta dan kerajaan maka Allah berfirman kepada mereka: kerajaan manakah yang lebih besar daripada kerajaan Sulaiman dan harta manakah yang lebih banyak daripada hartanya Sulaiman dan Sulaiman itu tidak meninggalkan ibadah.

(وَ) يَحْتَجُّ اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْعَبِيدِ بِيُوسُفَ) كَأَنْ يَقُولَ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِخِدْمَةِ سَادَاتِنَا، قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: عَبْدِي يُوسُفُ تَحْتَ عَزِيزِ مِصْرَ وَامْرَأَتِهِ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.

(Dan) Berhujjah Allah Ta'ala (Kepada para hamba sahaya dengan Nabi Yusuf) Seperti Allah berfirman kepada para hamba sahaya: Kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami disibukkan dengan berkhidmah kepada tuan-tuan kami, maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Yusuf itu ada di bawah kekuasaan raja mesir dan istrinya raja mesir dan Yusuf itu tidak meninggalkan ibadah.

(وَ) يَحْتَجُّ اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْمَرْضَى بِأَيُّوبَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ كَأَنْ يَقُولَ اللَّهُ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمَ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوْا: نَحْنُ مَرْضَى، قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: عَبْدِي أَيُّوبُ مَرِضَ مَرَضًاً شَدِيدًاً وَهُوَ لَمْ يَتْرُكْ الْعِبَادَةَ.

(Dan) Berhujjah Allah Ta'ala (Kepada orang sakit dengan Nabi Ayyub) Alaihis Salam Seperti Allah berfirman kepada orang-orang sakit: Kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami sakit, maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Ayyub itu sakit dengan penyakit yang sangat berat dan Ayyub itu tidak meninggalkan ibadah.

(وَ) يَحْتَجُّ اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْفُقَرَاءِ بِعِيسَى]) كَأَنْ يَقُولَ اللَّهُ لَھُمْ: لِمَ تَرَکْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوْا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِمَشَقَّةِ الْفَقْرِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُمْ: عَبْدِي عِيسَى أَفْقَرُ مَنْ فِي الْأَرْضِ وَهُوَ لَمْ يَمْلِكْ شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا فَلَيْسَ لَهُ بَيْتٌ وَلَا مَالٌ وَلَا زَوْجَةٌ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.

(Dan) Berhujjah Allah Ta'ala (Kepada orang-orang fakir dengan Nabi Isa]) Seperti Allah berfirman kepada orang-orang fakir: Kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami disibukkan dengan beratnya menanggung kemiskinan , maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Isa adalah sefakir-fakirnya orang yang ada di atas bumi dan Isa itu tidak memiliki apapun dari dunia dan tidak ada baginya rumah dan tidak ada baginya harta dan tidak ada baginya istri dan Isa itu tidak meninggalkan ibadah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 27

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ سَعْدِ بْنِ هِلَالٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَذْنَبَ) أَيْ صَارَ ذَا ذَنْبٍ (مَنَّ اللَّهُ تَعَالَى) أَيْ أَنْعَمَ (عَلَيْهِ بِأَرْبَعِ خِصَالٍ: لَا يَحْجُبُ عَنْهُ الرِّزْقَ) أَيْ لَا يَمْنَعُهُ مِنَ الرِّزْقِ (وَلَا يَحْجُبُ عَنْهُ الصِّحَّةَ) أَيْ لَا يَمْنَعُهُ مِنْ صِحَّةِ الْبَدَنِ (وَلَا يُظْهِرُ عَلَيْهِ الذَّنْبَ) بَلْ يَسْتُرُهُ (وَلَا يُعَاقِبُهُ عَاجِلًا) أَيْ فِي السَّاعَةِ الْحَاضِرَةِ بَلْ يُمْهِلُهُ وَلَا يُهْمِلُهُ.

Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Dari Sa'd bin Hilal Rahimahullah: Sesungguhnya seorang hamba ketika berbuat dosa) Maksudnya jadi memiliki dosa (Maka memberikan anugrah Allah Ta'ala) Maksudnya memberikan nikmat (Kepada orang yang berbuat dosa dengan empat perkara: Allah tidak akan menutup darinya rezeki) Maksudnya Allah tidak akan mencegah pada orang yang berbuat dosa dari rizki (Dan Allah tidak akan menutup darinya kesehatan) Maksudnya Allah tidak akan mencegah pada orang yang berbuat dosa dari kesehatan badan (Allah tidak akan menampakkan atasnya dosa) Bahkan Allah menutup dosa orang yang berbuat dosa (Dan Allah tidak akan menyiksanya di dunia) Maksudnya di waktu sekarang bahkan Allah memberikan kesempatan taubat kepada orang yang berdosa dan Allah tidak abai pada orang yang berdosa.

وَحُكِيَ أَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَعْطَى أُمَّةَ مُحَمَّدٍ أَرْبَعَ كَرَامَاتٍ مَا أَعْطَانِيهَا: إِحْدَاهَا: قَبُولُ تَوْبَتِي كَانَ بِمَكَّةَ، وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَتُوبُونَ فِي كُلِّ مَكَانٍ فَيُقْبَلُ تَوْبَتُهُمْ. وَالثَّانِيَةُ: أَنِّي كُنْتُ لَابِسًا، فَلَمَّا عَصَيْتُ جَعَلَنِي عُرْيَانًا وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ عُرَاةً فَيُلْبِسُهُمْ. وَالثَّالِثَةُ: لَمَّا عَصَيْتُ فَرَّقَ بَيْنِي وَبَيْنَ امْرَأَتِي وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ اللَّهَ وَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ أَزْوَاجِهِمْ. وَالرَّابِعَةُ: أَنِّي عَصَيْتُ فِي الْجَنَّةِ فَأَخْرَجَنِي مِنْهَا وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ اللَّهَ تَعَالَى خَارِجَ الْجَنَّةِ فَيُدْخِلُهُمْ فِيهَا إِذَا تَابُوا.

Dihikayatkan sesungguhnya Nabi Adam Alaihis Salam bersabda: Sesungguhnya Allah itu telah memberikan kepada umat Nabi Muhammad empat kemuliaan yang Allah tidak memberikan kepadaku kemuliaan itu: Salah satu dari empat kemuliaan itu: Adalah penerimaan taubatku itu berada di mekkah, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bertaubat di setiap tempat kemudian diterima taubatnya umat Nabi Muhammad. Yang kedua: Adalah sesungguhnya Aku itu berpakaian, ketika aku bermaksiat maka Allah membuatku telanjang, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat dalam keadaan telanjang, maka Allah memberi pakaian kepada mereka. Dan yang ketiga: Adalah ketika aku bermaksiat, Allah memisahkan antara aku dan antara istriku, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat kepada Allah, dan Allah tidak memisahkan antara mereka dan antara istri-istri mereka. Dan yang keempat: Adalah sesungguhnya aku itu bermaksiat di surga, kemudian Allah mengeluarkanku dari surga, Sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat kepada Allah Ta'ala di luar Surga, kemudian Allah memasukkan mereka ke dalam surga jika mereka bertaubat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 28

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَرَفَ أَرْبَعًا إِلَى أَرْبَعٍ وَجَدَ الْجَنَّةَ) أَيْ مَنْ تَرَكَ أَرْبَعًا وَتَوَجَّهَ إِلَى أَرْبَعٍ وَجَدَ الْجَنَّةَ (النَّوْمَ إِلَى الْقَبْرِ) بِأَنْ تَرَكَ رَاحَةَ النَّوْمِ وَتَوَجَّهَ إِلَى رَاحَتِهِ فِي الْقَبْرِ بِأَنْ عَمِلَ صَالِحًا لِأَجْلِهِ (وَالْفَخْرَ إِلَى الْمِيزَانِ) بِأَنْ تَرَكَ التَّطَاوُلَ عَلَى النَّاسِ بِتَعْدِيدِ الْمَنَاقِبِ وَتَوَجَّهَ إلَى عَمَلِ الْحَسَنَاتِ لِأَجْلِ زِيَادَتِهَا فِي الْمِيزَانِ (وَالرَّاحَةَ إلَى الصِّرَاطِ) بِأَنْ تَرَكَ رَاحَةَ الْبَدَنِ وَتَوَجَّهَ إلَى عَمَلٍ يُسْرِعُ الْمُرُورَ عَلَى الصِّرَاطِ وَذَلِكَ بِإِسْرَاعِ اجْتِنَابِ الْمَعَاصِي (وَالشَّهْوَةَ إلَى الْجَنَّةِ) بِأَنْ تَرَكَ الشَّهْوَةَ وَتَوَجَّهَ إلَى مَشَقَّاتِ الْعِبَادَاتِ فَإِنَّ الْجَنَّةَ حُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ.

Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Hatim Al-Ashom Rahimahullah sesungguhnya Hatim Al-Ashom berkata: Barang siapa memalingkan empat menuju empat maka ia pasti akan menemukan surga) Maksudnya barang siapa yang meninggalkan empat  kemudian ia menghadap pada empat makak pasti ia akan menemukan surga (Memalingkan tidur menuju qubur) Dengan cara ia meninggalkan kenikmatan tidur kemudian ia menghadap pada kenikmatan tidur di dalam qubur dengan mengamalkan amalan sholeh karena arah-arah kenikmatan tidur di dalam qubur (Dan memalingkan kebanggaan menuju timbangan) Dengan cara ia meninggalkan bersombong-sombong kepada manusia dengan menghitung-hitung kebaikan kemudian ia menghadap menuju amal yang baik-baik karena arah-arah menambah amal kebaikan pada timbangan (Dan memalingkan kenikmatan menuju sirot) Dengan cara ia meninggalkan kenikmatan badan kemudian ia menghadap menuju amalan yang bisa mempercepat lewat di atas sirot dan amalan itu adalah dengan cepat menjauhi maksiat (Dan memalingkan syahwat menuju surga) Dengan cara ia meninggalkan syahwat kemudian ia menghadap menuju beratnya ibada karena sesungguhnya surga itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang di benci sebagaimana dalam hadits.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 29

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَامِدٍ اللَّفَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (طَلَبْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ) مِنَ الْمَسَالِكِ (فَأَخْطَأْنَا طُرُقَهَا) أَيْ تِلْكَ الْأُمُورِ الْأَرْبَعَةِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ أُخْرَى) مِنَ الْمَسَالِكِ (طَلَبْنَا الْغِنَى) أَيْ الْيَسَارَ (فِي الْمَالِ فَوَجَدْنَاهُ) أَيْ الْغِنَى (فِي الْقَنَاعَةِ) أَيْ فِي الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ وَفِي سُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ (وَطَلَبْنَا الرَّاحَةَ) أَيْ زَوَالَ الْمَشَقَّةِ (فِي الثَّرْوَةِ) أَيْ كَثْرَةِ الْمَالِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي قِلَّةِ الْمَالِ، وَطَلَبْنَا اللَّذَّاتِ) بِحَلَاوَةِ الذَّوْقِ وَنُورِ الْبَصَرِ وَحُضُورِ الْمَرْجُوِّ (فِي النِّعْمَةِ) وَهِيَ مَا قُصِدَ بِهِ النَّفْعُ (فَوَجَدْنَاهَا) أَيْ اللَّذَّاتِ (فِي الْبَدَنِ الصَّحِيحِ. وَطَلَبْنَا الْعِلْمَ فِي بَطْنٍ شِبْعٍ فَوَجَدْنَاهُ فِي بَطْنٍ جَائِعٍ) وَفِي نُسْخَةٍ: وَطَلَبْنَا الرِّزْقَ فِي الْأَرْضِ فَوَجَدْنَاهُ فِي السَّمَاءِ، أَيْ مَقْسُومًا فِي السَّمَاءِ.

Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Dari Hamid Al-Lafaf Rahimahullah sesungguhnya Hamid Al-Lafaf berkata: Empat) Dari perkara (Yang telah kami cari padanya dalam empat) Dari jalur (Kemudian kami salah pada jalannya) Maksudnya perkara itu yang empat (Ternyata kami menemukan pada perkara itu dalam empat yang lain) Dari jalur-jalur (Kami mencari kekayaan) Maksudnya kemudahan (Dalam harta ternyata kami menemukan kekayaan itu) Maksudnya kekayaan (Dalam keadaan qona'ah) Maksudnya dalam keadaan ridho atas bagian dari Allah dan dalam keadaan tenangnya hati dari tidak adanya yang dibutuhkan (Dan kami mencari ketenangan) Maksudnya hilangnya kesusahan (Dalam harta yang banyak) Maksudnya banyaknya harta (Ternyata kami menemukan ketenangan itu dalam keadaan sedikitnya harta, dan kami mencari kelezatan-kelezatan) Atas manisnya rasa dan terangnya penglihatan dan hadirnya yang diinginkan (Dalam kenikmatan) Nikamat adalah perkara yang dituju dengannya manfaat (Ternyata kami menemukan kelezatan-kelezatan itu) Maksudnya kelezatan-kelezatan (Dalam keadaan badan yang sehat. Dan kami mencari ilmu dalam keadaan perut yang kenyang ternyata kami menemukan ilmu itu dalam keadaan perut yang lapar) Dan dalam salinan matan: Dan kami mencari rizki di bumi ternyata kami menemukan rizki itu di langit maksudnya yang dibagi di langit.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 30

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ قَلِيلُهَا كَثِيرٌ) فَيَتَأَذَّى النَّاسُ بِذَلِكَ الْقَلِيلِ (الْوَجَعُ) أَيْ الْأَلَمُ (وَالْفَقْرُ) أَيْ فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَالنَّارُ وَالْعَدَاوَةُ) أَيْ قَصْدُ الْإِضْرَارِ الْمُتَمَكِّنِ فِي الْقَلْبِ.

Maqolah yang ke tiga puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu sesungguhnya ia berkata: Empat perkara yang sedikitnya empat perkara itu adalah banyak) Sehingga merasa sakit manusia dengan yang sedikit itu (Sakit) Maksudnya sakit (Dan kemiskinan) Maksudnya tidak adanya perkara yang ia membutuhkan pada perkara itu (Dan api dan musuh-musuh) Maksudnya yang bertujuan mencelakai yang menetap di dalam hati.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:  )رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيمَانِ بِاَللَّهِ تَعَالَى التَّوَدُّدُ إِلَى النَّاسِ(. وَقَالَ سَيِّدُنَا سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِابْنِهِ: لَا تَسْتَكْثِرْ أَنْ يَكُونَ لَكَ أَلْفُ صَدِّيقٍ فَالْأَلْفُ قَلِيلٌ وَلَا تَسْتَقِلَّ أَنْ يَكُونَ لَكَ عَدُوٌّ وَاحِدٌ فَالْوَاحِدُ كَثِيرٌ.

Telah bersabda Rasulullah [Pangkalnya akal sesudah iman kepada Allah adalah menunjukkan rasa kasih sayang kepada manusia] Dan telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam kepada anaknya: Janganlah kamu menganggap banyak jika ada bagimu seribu teman karena seribu itu adalah sedikit dan janganlah kamu menganggap sedikit jika ada bagimu musuh yang hanya satu karena satu itu adalah banyak.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 31

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَحِمَهُ اللَّهُ (أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَجْنَاسِ، فَإِنَّ الشَّيْءَ إِنَّمَا يُعْرَفُ بِضِدِّهِ (الشَّبَابُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهُ إِلَّا الشُّيُوخُ) أَيْ أَهْلُ الْهَرَمِ (وَالْعَافِيَةُ) أَيْ دِفَاعُ الْمَكْرُوهِ (لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَهْلُ الْبَلَاءِ) قَالَ الْغَزَالِيُّ بَدَلَ هَذِهِ الْجُمْلَةِ: وَلَا يَعْرِفُ قَدْرَ الْغِنَى إِلَّا أَهْلُ الْفَقْرِ (وَالصِّحَّةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَرْضَى) جَمْعُ مَرِيضٍ أَيْ إِلَّا أَهْلُ السَّقَمِ (وَالْحَيَاةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَوْتَى. قَالَ الشَّاعِرُ أَبُو نُوَاسٍ) بِضَمِّ النُّونِ وَبِالْوَاوِ اسْمُهُ الْحَسَنُ بْنُ هَانَىءَ. وَسَبَبُ تَلْقِيبِهِ بِأَبِي نُوَاسٍ أَنَّهُ كَانَ لَهُ ذُؤَابَتَانِ تَنُوْسَانِ أَيْ تَتَحَرَّكَانِ عَلَى عَاتِقِهِ اهْ. مِنْ بَحْرِ اَلطَّوِيلِ:

Maqolah yang ke tiga puluh satu (Dari Hatim Al-Ashom) Rahimahullah (Sesungguhnya Hatim Al-Ashom berkata: Empat perkara yang tidaklah mengetahui pada nilainya empat perkara itu kecuali empat) Dari kelompok, Karena sesungguhnya sesuatu itu hanya bisa diketahui dengan kebalikannya (Masa muda tidaklah mengetahui pada nilainya masa muda itu kecuali orang-orang yang sudah tua) Maksudnya orang-orang yang lanjut usia (Dan kesejahtraan) Maksudnya terhindar dari perkara yang dibenci (Tidaklah mengetahui pada nilai kesejahtraan kecuali orang-orang yang terkena musibah) Telah berkata Imam Al-Ghozali sebagai ganti dari kalimat ini: Tidaklah mengetahui nilai kekayaan kecuali orang fakir (Dan sehat tidaklah mengetahui pada nilainya sehat kecuali orang-orang yang sakit) Lafadz الْمَرْضَى adalah jamak dari lafadz مَرِيضٌ. Maksudnya kecuali orang-orang yang sakit (Dan kehidupan tidaklah mengetahui pada nilai kehidupan kecuali orang-orang yang mati. Telah berkata seorang penya'ir Abu Nuwas) Lafadz نُوَاسٍ dibaca dengan mendhommahkan huruf nun dan dengan wawu. Namanhya adalah Hasan bin Hani dan sebab dilaninya Hasan bin Hani dengan nama Abu Nuwas karena sesungguhnya ada padanya dua kuncir yang keduanya berubah-ubah Maksudnya kedua-duanya bergerak-gerak di atas pundaknya. Syair dari Bahar Thowil:

( ذُنُوْبِيَ إِنْ فَكَّرْتُ فِيهَا كَثِيرَةٌ  $  وَرَحْمَةُ رَبِّي مِنْ ذُنُوبِيَ أَوْسَعُ

وَمَا طَمَعِي فِي صَالِحٍ إِنْ عَمِلْتُهُ $  وَلَكِنِّي فِي رَحْمَةِ اللَّهِ أَطْمَعُ

هُوَ اللَّهُ مَوْلَايَ الَّذِي هُوَ خَالِقِي  $ وَإِنِّي لَهُ عَبْدٌ أُقِرُّ وَأَخْضَعُ

فَإِنْ يَكُ غُفْرَانٌ فَذَلِكَ رَحْمَةٌ $  وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَمَا أَنَا أَصْنَعُ )

( Dosa dosaku jika aku fikir tentangnya itu adalah banyak $ Sedangkan rahmat Allah itu lebih luas daripada dosa-dosaku

Bukanlah harapanku dalam amal sholeh jika aku melaksanakan amal sholeh itu  $ Akan tetapi aku lebih berharap pada rahmatnya Allah

Dialah Allah pelindungku dzat yang menciptakan aku $  Dan sungguh aku baginya adalah hamba dan aku mengakui hal itu dan aku tunduk kepadanya

Jika terjadi ampunan maka itulah kasih sayang Allah $ Dan jika yang terjadi yang lain maka tidkalah aku melakukan hal itu )

عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ أَرَادَ أَنْ لَا يُوْقِفَهُ اللَّهُ عَلَى قَبِيْحِ أَعْمَالِهِ وَلَا يَنْشُرَ لَهُ دِيْوَانًا فَلْيَدْعُ بِهَذَا الدُّعَاءِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ وَهُوَ: اللَّهُمَّ إِنَّ مَغْفِرَتَكَ أَرْجَى مِنْ عَمَلِيْ، وَإِنَّ رَحْمَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ ذَنْبِيْ، اللَّهُمَّ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَهْلًا أَنْ أَبْلُغَ رَحْمَتَكَ فَرَحْمَتُكَ أَهْلٌ أَنْ تَبْلُغَنِيْ لِأَنَّهَا وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ].

Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang ingin agar tidak memperlihatkan kepadanya oleh Allah atas amal-amalnya yang jelek dan agar Allah tidak membuka kepadanya catatan amalnya maka hendaklah ia berdoa dengan doa ini di akhir setiap sholat. Doa itu adalah: Ya Allah sesungguhnya ampunanmu itu lebih aku harapkan daripada amalku, dan sesungguhnya kasih sayangmu itu lebih luas daripada dosaku, Ya Allah jika aku bukan orang yang layak untuk mencapai rahmatmu sungguh rahmatmu itu layak untuk sampai kepadaku karena rahmatmu itu luas mencakup segala sesuatu wahai dzat yang maha pengasih di antara para pengasih].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 32

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: إِذَا كَانَ) أَيْ جَاءَ (يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُوضَعُ الْمِيزَانُ فَيُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّلَاةِ فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ) أَيْ يُعْطَوْنَ أُجُورَهُمْ كَامِلَةً (بِالْمِيزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّوْمِ) وَفِي نُسَخٍ: بِأَهْلِ الْحَجِّ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِالْمِيْزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الْبَلَاءِ لَا يُنْصَبُ لَهُمْ مِيزَانٌ وَلَا يُنْشَرُ لَهُمْ دِيْوَانٌ) أَيْ جَرِيْدَةُ الْحِسَابِ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ) أَيْ عَدَدٍ مَحْصُورٍ (حَتَّى يَتَمَنَّى أَهْلُ الْعَافِيَةِ لَوْ كَانُوا بِمَنْزِلَتِهِمْ) فَلَوْ مَصْدَرِيَّةٌ (مِنْ كَثْرَةِ ثَوَابِ اللَّهِ تَعَالَى) عَلَيْهِمْ.

Maqolah yang ke tiga puluh dua (Telah bersabda Nabi : Ketika telah ada) Maksudnya telah datang (Hari kiamat maka diletakkanlah timbangan kemudian didatangkan orang-orang yang ahli sholat kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka) Maksudnya mereka diberi pahala yang sempurna (atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli puasa) Dan dalam satu salinan: Orang-orang yang ahli haji (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli musibah tidak dipasang bagi mereka timbangan dan tidak dibuka bagi mereka catatan amal) Maksudnya catatan hisab (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka dengan tanpa hisab) Maksudnya tanpa hitungan yang terbatas (Sampai-sampai berharap orang-orang yang ahli sejahtera andaikan orang-orang ahli sejahtera itu ada pada tempat ahlul musibah) Lafadz لَوْ ini adalah masdariyah (Sebab banyaknya pahala dari Allah Ta'ala) Kepada ahlul musibah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 33

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: يَسْتَقْبِلُ ابْنَ آدَمَ أَرْبَعُ نُهُبَاتٍ) بِضَمِّ النُّونِ وَهِيَ الَّتِي تَغْلِبُهُ (يَنْتَهِبُ) أَيْ يَأْخُذُ بِالْقَهْرِ (مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ وَیَنْتَهِبُ الْوَرَثَةُ) بِفَتْحَاتٍ جَمْعُ وَارِثٍ (مَالَهُ) بَعْدَ مَوْتِهِ (وَینَتَّهِبُ الدُّودُ جِسْمَهُ) فِي الْقَبْرِ (وَيَنْتَهِبُ الْخُصَمَاءُ) بِضَمٍّ فَفَتْحٍ جَمْعُ خَصِيمٍ وَهُمْ مَنْ لَهُمْ الْحَقُّ عَلَى مَنْ ظَلَمَهُمْ بِأَخْذِ أَمْوَالِهِمْ أَوْ بِاغْتِيَابِهِمْ أَوْ بِضَرْبِهِمْ مَثَلًا أَوْ بِغَيْرِ ذَلِكَ (عَمَلَهُ) إِنْ کَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ وَإِلَّا حُمِلَ عَلَيْهِ ذَنْبُهُمْ.

Maqolah yang ke tiga puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Akan menghadapi kepada anak Adam empat perampasan) lafadz نُهُبَاتٍ dengan mendhommahkan huruf nun yaitu yang bisa mengalahkan anak Adam (Akan merampas) Maksudnya mengambil dengan paksa (Oleh malaikat maut pada ruh anak Adam, dan akan merampas oleh ahli waris) Lafadz الْوَرَثَةِ dengan memfathahkan semuanya jamak dari lafadz وَارِثٍ (Pada harta anak Adam) Sesudah matinya anak Adam (Dan akan merampas oleh cacing pada badan anak Adam) Di dalam qubur (Dan akan merampas oleh orang-orang yang menggugat) Lafadz الْخُصَمَاءُ dengan mendhommahkan kemudian fathah jamak dari lafadz خَصِيم mereka adalah orang yang memiliki pada diri mereka hak kepada orang yang telah berbuat dzolim kepada mereka dengan mengambil pada harta-harta mereka atau dengan menyakiti mereka atau dengan memukul mereka seumpamanya atau dengan selain hal itu (Pada amalnya anak Adam) Jika ada bagi anak Adam itu amal yang sholeh dan jika tidak ada maka dibebankan kepadanya dosa-dosa mereka.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 34

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنِ اشْتَغَلَ بِالشَّهَوَاتِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ النِّسَاءِ) أَيْ مِنْ تَنَاوُلِ النِّسَاءِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِجَمْعِ الْمَالِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ الْحَرَامِ) أَيْ مِنَ الْوُقُوعِ فِي الْحَرَامِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِمَنَافِعِ الْمُسْلِمِينَ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنْ الْمُدَارَاةِ) أَيْ مِنْ مُلَاطَفَتِهِمْ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِالْعِبَادَةِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ الْعِلْمِ) إِذْ لَا تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إِلَّا بِالْعِلْمِ بِكَيْفِيَّتِهَا.

Maqolah yang ke tiga puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Barang siapa yang sibuk dengan syahwat maka tidak boleh tidak baginya dar wanita) Maksudnya dari bergaul dengan wanita (Dan barang siapa yang sibuk dengan mengumpulkan harta maka tidak boleh tidak baginya dari perkara haram) Maksudnya dari terjerumus pada perkara haram (Dan barang siapa sibuk dengan memberikan manfaat kepada orang-orang islam maka tidak boleh tidak baginya dari beramah tamah) Maksudnya bersikap lemah lembut kepada orang-orang islam dengan ucapan dan perbuatan (Dan barang siapa yang sibuk dengan ibadah maka tidak boleh tidak baginya dari ilmu) Karena tidaklah sah ibadah kecuali dengan ilmu tentang tatacara-tatacara ibadah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 35

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَ كَرَّمَ وَجْهَهُ (إِنَّ أَصْعَبَ الْأَعْمَالِ أَرْبَعُ خِصَالٍ: الْعَفْوُ عِنْدَ الْغَضَبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللَّهُ عَنْهُ عَذَابَهُ].

Maqolah yang ke tiga puluh lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Sesungguhnya paling susahnya amal itu ada empat perkara: Memaafkan ketika marah) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi telah bersabda : [Barang siapa yang menahan amarahnya maka pasti Allah akan menahan darinya pada adab Allah].

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ وَبَسَطَ رِضَاهُ وَبَذَلَ مَعْرُوفَهُ وَوَصَلَ رَحِمَهُ وَأَدَّى أَمَانَتَهُ أَدْخَلَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي نُورِهِ الْأَعْظَمِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang menahan amarahnya dan meluaskan ridhonya dan mengerahkan kebaikannya dan menyambungkan kasih sayangnya dan menunaikan amanahnya maka pasti akan memasukkan kepadanya oleh Allah Azza Wajalla pada hari kiamat ke dalam cahaya Allah yang maha agung] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.

(وَالْجُودُ) أَيْ بَذْلُ الْمَالِ (فِي الْعُسْرَةِ) أَيْ فِي وَقْتِ الْفَقْرِ وَصُعُوبَةِ الْمَالِ (وَالْعِفَّةُ) أَيْ مَنْعُ الْحَرَامِ (فِي الْخَلْوَةِ) أَيْ فِي وَقْتِ الِانْفِرَادِ عَنْ النَّاسِ، فَالْعَفِيفُ مَنْ يُبَاشِرُ الْأُمُورَ عَلَى وَفْقِ الشَّرْعِ وَالْمُرُوءَةِ (وَقَوْلُ الْحَقِّ لِمَنْ يَخَافُهُ) كَسُلْطَانٍ جَائِرٍ (أَوْ يَرْجُوهُ) أَيْ يَرْجُو عَفْوَهُ أَوْ إِعْطَاءَهُ.

(Dan kedermawanan) Maksudnya mengorbankan harta (Dalam keadaan susah) Maksudnya di waktu fakir dan di waktu kesulitan harta (Dan menjaga kehormatan) Maksudnya menghindari perkara haram (Di saat sendiri) Maksudnya di waktu sendirian jauh dari orang lain. Orang yang menjaga kehormatannya adalah orang yang melakukan perkara perkara sesuai dengan syariat dan kehormatan (Dan berkata benar kepada orang yang ia takut kepadanya) Seperti sultan yang dzolim (Atau kepada orang yang ia berharap kepadanya) Maksudnya ia mengharapkan maafnya atau pemberiannya. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 36

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (فِي الزَّبُورِ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إنَّ الْعَاقِلَ الْحَكِيمَ) أَيْ كَامِلَ الْعِلْمِ (لَا يَخْلُو مِنْ أَرْبَعِ سَاعَاتٍ) يَقْسِمُهَا عَلَى هَذِهِ الْأَعْمَالِ (سَاعَةً يُنَاجِي فِيهَا رَبَّهُ) بِذِكْرِهِ وَتِلَاوَةِ كَلَامِهِ وَشِكَايَةِ الْحَالِ عِنْدَهُ وَنَحْوِ ذَلِكَ (وَسَاعَةٌ يُحَاسِبُ فِيهَا نَفْسَهُ) بِأَنْ يَكْتُبَ أَعْمَالَهُ وَحَرَكَاتِهِ لَيْلًا وَنَهَارًا فِي الْكَاغِدِ ثُمَّ يَنْظُرَهُ فِي آخِرِ النَّهَارِ وَفِي آخِرِ اللَّيْلِ فَيَشْكُرُ أَوْ يَسْتَغْفِرُ (وَسَاعَةً يَمْشِي فِيهَا إلَى إخْوَانِهِ الَّذِينَ يُخْبِرُونَهُ بِعُيُوبِهِ) لِيَرْجِعَ مِنْهَا (وَسَاعَةٌ فِيهَا يُخَلِّى) أَيْ يَتْرُكُ (بَيْنَ نَفْسِهِ وَبَيْنَ لَذَّاتِهَا الْحَلَالَ).

Maqolah yang ke tiga puluh enam (Dalam kitab Zabur: Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada Daud alaihissalam: Sesungguhnya orang berakal yang bijaksana) Maksudnya yang sempurna dalam ilmu (Tidak akan kosong dari empat waktu) ia membaginya atas perbuatan-perbuatan ini (Satu waktu ia bermunajat pada saat itu kepada Tuhannya) Dengan berzikir kepadanya dan membaca firman-Nya dan mengadukan keadaannya kepada-Nya dan yang semisal dari hal itu (Dan satu waktu ia mengevaluasi pada saat itu kepada dirinya) Dengan menulis amal-amalnya dan gerak-geriknya malam dan siang di kertas kemudian ia melihatnya di sore hari dan di akhir malam lalu ia bersyukur atau memohon ampun (Dan satu waktu ia berjalan pada waktu itu kepada saudara-saudaranya yang akan memberitahukan kepadanya kekurangan-kekurangannya) Agar ia bisa meninggalkan dari aib-aib itu (Dan satu waktu pada saati itu ia menyendiri) Maksudnya ia meninggalkan (Antara dirinya dan antara kenikmatan kenikmatan dunia yang halal).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 37

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: جَمِيعُ الْعِبَادَاتِ مِنَ الْعُبُودِيَّةِ) أَيْ مِنْ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (الْوَفَاءُ بِالْعُهُودِ) وَهُوَ أَدَاءُ فَرَائِضِ اللَّهِ تَعَالَى (وَالْمُحَافَظَةُ عَلَى الْحُدُودِ) وَهُوَ اجْتِنَابُ مُحَرَّمَاتِ اللَّهِ تَعَالَی (وَالصَّبْرُ عَلَى الْمَفْقُودِ) مِنْ مَحْبُوبَاتِهِ (وَالرِّضَا بِالْمَوْجُودِ) مِنَ الْمَطَاعِمِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.

Maqolah yang ke tiga puluh tujuh (Telah berkata: Sebagian orang-orang yang bijaksana: Semua ibadah dari jenis penghambaaan) Maksudnya dari rukun islam (Itu ada empat) Dari perkara (Memenuhi  janji) Yaitu kefardhuan-kefardhuan dari Allah Ta'ala (Dan menjaga pada batasan) Yaitu menjauhi perkara yang telah diharamkan oleh Allah Ta'ala (Dan bersabar atas yang hilang) Dari perkara-perkara yang dicintainya (Dan ridha dengan yang ada) Dari makanan dan pakaian dan tempat tinggal.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5

بَابُ الخُمَاسِيِّ

فِيهِ سَبْعٌ وَعِشْرُوْنَ مَوْعِظَةً سِتَّةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ

Dalam bab ini ada 27 Nasihat, 6 akhbar dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى: (رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: مَنْ أَهَانَ) أَيْ أَذَلَّ (خَمْسَةً) مِنَ النَّاسِ (خَسِرَ خَمْسَةً) أَيْ أَهْلَكَ خَمْسَةَ أُمُورٍ (مَنِ اسْتَخَفَّ بِالْعُلَمَاءِ) بِأَنْ تَرَكَ تَعْظِيمَهُمْ (خَسِرَ الدِّينَ) فَإِنَّهُمْ مَعْدِنُ الشَّرِيعَةِ (وَمَنِ اسْتَخَفَّ بِالْأُمَرَاءِ) أَيْ الْمُلُوكِ (خَسِرَ الدُّنْيَا) لِأَنَّهُمْ الَّذِينَ يُرَتِّبُونَ أُمُورَ الدُّنْيَا وَزِمَامُهَا بِأَيْدِيهِمْ (وَمَنِ اسْتَخَفَّ بِالْجِيرَانِ) أَيْ الْمُجَاوِرِينَ فِي الْمَسَاكِنِ مِنْ جَمِيعِ الْجِهَاتِ (خَسِرَ الْمَنَافِعَ) أَيْ الْخَيْرَاتِ الَّتِي يَتَوَصَّلُ بِهَا إِلَى الْمَطْلُوبِ.

Maqolah yang pertama (Diriwayatkan dari Nabi : Barang siapa yang menghinakan) Maksudnya ia menghinakan (Pada lima golongan) Dari Manusia (Maka ia rugi pada lima perkara) Maksudnya ia merusak pada lima perkara (Barangsiapa yang merendahkan ulama) Dengan cara ia meninggalkan sifat mengagungkan ulama (Maka ia rugi dalam urusan agama) Karena sesungguhnya ulama adalah sumbernya syariat (Dan barang siapa yang merendahkan kepada umara) Maksudnya kepada para raja (Maka ia rugi dalam urusan dunia) Karena sesungguhnya umara adalah orang-orang yang mengatur pada urusan-urusan dunia dan kendali dunia itu dengan tangan umara (Dan barang siapa merendahkan kepada tetangga) Maksudnya orang-orang yang bertetangga di tempat tinggal dari semua arah (Maka ia rugi dalam kemanfaatan) Maksudnya  kebaikan-kebaikan yang bisa sampai sebab kebaikan-kebaikan itu pada hal yang dicari.

رُوِيَ أَنَّهُ ا قَالَ: [وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّ الرَّجُلَ لَهُ جَارُ سُوءٍ يُؤْذِيهِ فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ وَيَحْتَسِبُهُ حَتَّى يَكْفِيَهُ اللَّهُ بِحَيَاةٍ أَوْ مَوْتٍ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: [Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam kekuasaaannya, tidaklah beriman seorang hamba hingga dia mencintai untuk tetangganya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Muslim. Dan diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang laki-laki yang baginya ada tetangga buruk yang menyakitinya, lalu dia bersabar atas gangguannya dan ia ikhlas atas gangguan itu hingga meberikan kecukupan kepadanya Allah dengan hidup atau mati] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Bukhari.

(وَمَنْ اسْتَخَفَّ بِالْأَقْرِبَاءِ) مِنَ الْأَرْحَامِ (خَسِرَ الْمَوَدَّةَ) أَيْ أَهْلَكَ مَحَبَّتَهُمْ (وَمَنْ اسْتَخَفَّ بِأَهْلِهِ) أَيْ زَوْجَتِهِ (خَسِرَ طِيبَ الْمَعِيشَةِ) أَيْ لَذَّةَ الْمَكْسَبِ الَّذِي يَعِيشُ بِسَبَبِهِ .

(Dan barang siapa yang merendahkan kepada kerabat-kerabat) Maksudnya dari mahrom (Maka ia rugi dalam kasih sayang) Maksudnya ia telah merusak cinta mereka (Dan barang siapa merendahkan kepada keluarganya) Maksudnya istrinya (Maka ia rugi dalam nikmatnya kehidupan) Maksudnya nikmatnya mencari nafkah yang ia bisa hidup dengan sebabnya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِيْ يُحِبُّونَ خَمْسًا) مِنَ الْخِصَالِ (وَيَنْسَوْنَ خَمْسًا) مِنْ مُقَابِلَتِهَا (يُحِبُّونَ الدُّنْيَا) فَيَشْتَغِلُونَ بِهَا (وَيَنْسَوْنَ الْعُقْبَى) أَيْ يَتْرُكُونَ الْعَمَلَ لِلْآخِرَةِ (وَيُحِبُّونَ الدُّوْرَ) فَيَشْتَغِلُونَ بِزِينَتِهَا (وَيَنْسَوْنَ الْقُبُورَ) أَيْ يَتْرُكُونَ الْعَمَلَ لِتَنْوِيرِهَا (وَيُحِبُّونَ الْمَالَ) فَيَشْتَغِلُونَ بِجَمْعِهِ (وَيَنْسَوْنَ الْحِسَابَ) أَيْ يَغْفُلُونَ عَنْ حِسَابِ اللَّهِ تَعَالَى إيَّاهُ بِهِ فَإِنَّ الْمَالَ حَلَالُهُ حِسَابٌ وَحَرَامُهُ عِقَابٌ (وَيُحِبُّونَ الْعِيَالَ) أَيْ أَهْلَ الْبَيْتِ (وَيَنْسَوْنَ الْحُورَ) فِي الْجِنَانِ (وَيُحِبُّونَ النَّفْسَ وَيَنْسَوْنَ اللَّهَ) بِأَنْ يَتَّبِعُوا مُرَادَ أَنْفُسِهِمْ وَيَتْرُكُونَ أَوَامِرَ اللَّهِ تَعَالَى (هُمْ مِنِّي بُرَآءُ) أَيْ بُعَدَاءُ (وَأَنَا مِنْهُمْ بَرِيءٌ) أَيْ بَعِيدٌ.

Maqolah yang kedua (Telah bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Akan datang suatu zaman kepada ummatku mereka akan mencintai pada lima) Dari perkara-perkara (Dan mereka akan melupakan lima perkara) Dari perkara yang bertentangan dengannya (Mereka mencintai dunia) Sehingga mereka sibuk dengannya (Dan mereka melupakan akhirat) Yaitu mereka meninggalkan amal untuk kehidupan akhirat (Dan mereka mencintai rumah-rumah) Sehingga mereka sibuk dengan menghiasi rumah-rumah (Dan mereka melupakan kubur) Yaitu mereka meninggalkan amal untuk memberikan cahaya padanya (Dan mereka mencintai harta) Sehingga mereka sibuk mengumpulkannya (Dan mereka melupakan hisab) Yaitu Mereka lalai terhadap perhitungan Allah Ta'ala padanya karena mengumpulkan harta karena sesungguhnya harta, halalnya harta itu merupakan hisab dan haramnya harta itu merupakan adzab (Dan mereka mencintai keluarga) Yaitu ahli rumah (Dan mereka  melupakan bidadari) di surga (Dan mereka mencintai diri mereka sendiri dan mereka melupakan Allah) Dengan cara mereka mengikuti pada keinginan diri mereka sendiri dan mereka meninggalkan perintah-perintah Allah Ta'ala (Mereka itu dari diriku berlepas diri) Yaitu mereka menjauh (dan aku dari mereka berlepas diri) Yaitu jauh.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: لَا يُعْطِي اللَّهُ لِأَحَدٍ خَمْسًا) مِنَ الْهَيْئَاتِ (إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ) أَيْ هَيَّأَ (لَهُ خَمْسًا أُخْرَى) مِنْ جَزَائِهَا (لَا يُعْطِيهِ) أَيْ اللَّهُ الشَّخْصَ (الشُّكْرَ) لِلنِّعْمَةِ (إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ الزِّيَادَةَ) عَلَى تِلْكَ النِّعْمَةِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ﴾ [إبْرَاهِيم: الْآيَة ٧] (وَلَا يُعْطِيهِ الدُّعَاءَ إلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ الِاسْتِجَابَةَ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿أُدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ﴾ [غَافِر: الْآيَة ٦٠]. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ اهْ. (وَلَا يُعْطِيهِ الْإِسْتِغْفَارَ إلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ الْغُفْرَانَ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿اِسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا﴾ [نُوح: الْآيَةَ ١٠]. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَكُمُ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ] رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهِ

Maqolah yang ketiga (Telah bersabda Nabi alaihis sallam: Tidaklah Alllah memberi kepada seseorang pada lima hal) Dari keadaan-keadaan (Kecuali sunnguh Allah telah menyiapkan) Maksudnya menyediakan (Bagi seseorang itu lima hal lainnya) Sebagai balasan lima perkara itu (Allah tidak memberi kepada seseorang) Maksudnya Allah kepada seseorang (Rasa syukur) Atas nikmat (Kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu tambahan) Atas nikmat tersebut. Telah berfirman Allah Ta'ala: Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepada kalian﴿ [Q.S Ibrahim: Ayat 7] (Dan Allah tidak memberi kepada seseorang doa kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu Ijabah) Allah Ta'ala berfirman: Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya untuk kalian﴿ [Q.S Ghafir: Ayat 60]. Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: [Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, yang beriman dengan pertemuan-Mu, dan ridha dengan ketentuan-Mu, dan merasa cukup dengan pemberian-Mu.] Telah meriwayatkan Hadist ini Imam Thabarani (Dan Allah tidak memberi kepada seseorang istighfar kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu ampunan) Allah Ta'ala berfirman: Mintalah kalian kepada Tuhan kalian ampunan, sesungguhnya tuhan kalian adalah dzat Maha Pengampun﴿ [Q.S Nuh: Ayat 10]. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi  bersabda: [Jika kalian berbuat kesalahan hingga mencapai kesalahan kalian pada langit, kemudian kalian bertaubat, pasti Allah akan menerima taubat untuk kalian semua.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah.

(وَلَا يُعْطِيهِ التَّوْبَةَ إِلَّا وَقَدْ أُعَدَّ لَهُ الْقَبُولُ) أَيْ قَبُولَ التَّوْبَةِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَكْتُوبٌ حَوْلَ الْعَرْشِ قَبْلَ أَنْ تُخْلَقَ الدُّنْيَا بِأَرْبَعَةِ آلَافِ عَامٍ: وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. (وَلَا يُعْطِيهِ الصَّدَقَةَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ التَّقَبُّلَ) أَيْ حُصُولَ الْقَبُولِ.

(Dan Allah tidak memberi kepada seseorang taubat kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu penerimaan) Maksudnya penerimaan taubat. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tertulis di sekitar Arsy sebelum diciptakan dunia empat ribu tahun: Dan sesungguhnya aku adalah dzat maha pengampun bagi orang yang bertaubat dan beriman dan beramal sholeh kemudian mengikuti petunjuk] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami. (Dan Allah tidak memberi kepada seseorang shodaqoh kecuali benar-benar Allah telah menyiapkan bagi seseorang itu penerimaan) Maksudnya hasilnya penerimaan.

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ( رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Setiap orang itu berada dalam bayang-bayang sedekahnya hingga diadili di antara manusia] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ عَبْدٍ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ يَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا قَالَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: عَبْدِيْ رَجَوْتَنِيْ فَلَنْ أَحْقِرَكَ، حَرَّمْتُ جَسَدَكَ عَلَى النَّارِ وَادْخُلْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتَ] رَوَاهُ ابْنُ لَالٍ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seorang hamba yang bersedekah dengan sedekah yang dia berharap dengan sedekah itu pada ridho Allah, melainkan berfirman Allah pada hari kiamat: 'Hamba-Ku, engkau harapkan aku, maka Aku tidak akan merendahkanmu. Aku haramkan tubuhmu atas neraka dan masuklah kamu dari pintu-pintu manapun dari Surga yang kamu mau] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnul Al.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ: الظُّلُمَاتُ خَمْسٌ) مِنَ الْأَشْيَاءِ (وَالسُّرُجُ) بِضَمَّتَيْنِ جَمْعُ سِرَاجٍ (لَهَا خَمُسٌ) مِنَ الصِّفَاتِ (حُبُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ) لِأَنَّهُ يُوقِعُ فِى الشُّبُهَاتِ ثُمَّ فِى الْمَكْرُوهَاتِ ثُمَّ فِى الْمُحَرَّمَاتِ قَالَ ﷺ: [حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِىُّ عَنْ الْحَسَنُ الْبُصْرِىُّ قَالَ الْغَزَالِىُّ: وَكَمَا أَنَّ حُبَّهَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ فَبُغْضُهَا رَأْسُ كُلِّ حَسَنَةٍ (وَالسِّرَاجُ لَهَا التَّقْوَى) أَىْ الاِحْتِرَازُ بِطَاعَةِ اللَّهِ عَنْ عُقُوبَتِهِ رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ )إِنَّكَ لَمْ تَدَعْ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا أَعْطَاكَ خَيْرًا مِنْهُ( رَوَاهُ الِامَّامُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِىُّ.

Maqolah yang ke empat (Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu: Kegelapan-kegelapan itu ada lima) Dari perkara-perkara (Dan lampu-lampu) Lafadz السُّرُجُ dengan membaca dua dhommah jamak dari lafadz سِرَاجٌ (Untuk kegelapan-kegelapan itu ada lima) Dari sifat (Cinta dunia adalah kegelapan) Karena sesungguhnya cinta dunia itu dapat menjatuhkan ke dalam perkara-perkara syubhat kemudian ke dalam perkara-perkara yang dimakruhkan kemudian ke dalam perkara perkara yang diharamkan telah bersabda Nabi [Cinta dunia adalah pangkal dari setiap kesalahan] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi dari Hasan Al-Bishri. Telah berkata Imam Al-Ghozali: Dan sebagaimana sesungguhnya cinta terhadap dunia adalah pangkal dari setiap kesalahan maka benci terhadap dunia adalah pangkal dari setiap kebaikan. (Dan lampu untuk dunia itu adalah takwa) Maksudnya menjaga dengan cara ta'at kepada Allah menjauhi siksaan-siksaan dari Allah. Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya engkau tidaklah meninggalkan suatu perkara karena takwa kepada Allah Azza Wajalla melainkan pasti Allah akan memberikan kepadamu pada yang lebih baik dari perkara itu] Telah meriwayatkan pada hatis ini Imam Ahmad dan Imam An-Nasa'i.

(وَالذَّنْبُ ظُلْمَةٌ وَالسِّرَاجُ لَهُ التَّوْبَةُ) رُوِىَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ صَفُلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ عَلَى قَلْبِهِ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴾] رَوَاهُ الِامَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِىُّ وَابْنُ مَاجَهِ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ.

(Dan dosa adalah kegelapan dan lampu untuk dosa adalah taubat) Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Sesungguhnya seorang hamba ketika melakukan kesalahan maka diberi titik ke dalam hatinya satu titik yang hitam kemudian ketika ia mencabut dan beristigfar dan bertaubat maka jernih hatinya dan jika ia kembali maka bertambah titik hitam itu sehingga menguasai titik hitam itu atas hatinya, dan titik hitam itu adalah ron yang telah berfirman tentangnya Allah ta'ala Sekali-kali tidak bahkan telah memenuhi bintik hitam di atas hati mereka karena dosa dosa yang mereka lakukan﴿] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dan Imam An-Nasa'i dan Imam Ibnu Hibban dan Imam Hakim.

(وَالْقَبْرُ ظُلْمَةٌ وَالسِّرَاجُ لَهُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ تَعَالَى( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

(Dan kuburan itu gelap dan lampu untuk kuburan adalah membaca: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengharamkan atas neraka kepada orang  yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ mencari dengan mengucapkannya pada keridhoan Allah Ta'ala] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا إِخْلَاصُهَا؟ قَالَ: أَنْ تَحْجُزَكُمْ عَنْ كُلِّ مَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ( رَوَاهُ الْخَطِيبُ. قِيلَ: سَبْعَةُ أَشْيَاءَ تُنَوِّرُ الْقَبْرَ: أَوَّلُهَا الْإِخْلَاصُ فِي الْعِبَادَةِ. وَالثَّانِي: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. وَالثَّالِثُ: صِلَةُ الرَّحِمِ. وَالرَّابِعُ: أَنْ لَا يُضَيِّعَ عُمُرَهُ فِي الْمَعْصِيَةِ. وَالْخَامِسُ: أَنْ لَا يَتَبِعَ هَوَاهُ. وَالسَّادِسُ: أَنْ يَجْتَهِدَ فِي الطَّاعَةِ. وَالسَّابِعُ أَنْ يُكْثِرَ ذِكْرَ اللَّهِ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Barang siapa yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dengan ikhlas maka ia pasti akan masuk ke dalam surga, para sahabat berkata: Wahai Rasulallah apa tanda-tanda ikhlasnya membaca لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ? Rasul bersabda: Bisa mencega لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ kepada kalian dari setiap perkara yang telah Allah haramkan kepada kalian] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Khotib. Dikatakan: Tujuh perkara yang menerangi alam qubur: Yang pertama dari tujuh perkara itu adalah ikhlas dalam beribadah dan yang ke dua adalah berbakti kepada kedua orang tua dan yang ke tiga adalah bersilatur rahmi dan yang ke empat adalah tidak menyia-nyiakan umurnya dalam kemaksiatan dan yang ke lima adalah tidak mengikuti kesenangan hawa nafsunya dan yang ke enam adalah bersungguh-sungguh dalam keta'atan dan yang ke tujuh adalah memperbanyak dzikir kepada Allah.

(وَالْآخِرَةُ ظُلْمَةٌ) أَيْ لِكَثْرَةِ الْأَهْوَالِ (وَالسِّرَاجُ لَهَا الْعَمَلُ الصَّالِحُ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ يُؤْخَذَ بِرُخَصِهِ كَمَا يُحِبُّ أَنْ يُؤْخَذَ بِعَزَائِمِهِ، إنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ دِينِ إبْرَاهِيمَ( رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )أَدُّوا الْعَزَائِمَ وَاقْبَلُوا الرُّخْصَةَ وَدَعُوا النَّاسَ فَقَدْ كُفِيْتُمُوهُمْ( رَوَاهُ الْخَطِيبُ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )مَنْ لَمْ يَقْبَلْ رُخْصَةَ اللَّهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِنْمِ مِثْلُ جِبَالِ عَرَفَةَ( رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ (وَالصِّرَاطُ ظُلْمَةٌ، وَالسِّرَاجُ لَهُ الْيَقِينُ) وَهُوَ تَحْقِيقُ التَّصْدِيقِ بِإِزَالَةِ كُلِّ رَيْبٍ.

(Dan akhirat itu gelap) Maksudnya karena banyaknya kengerian-kengerian (Dan lampu untuk akhirat adalah amal sholeh) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah senang jika diambil keringana-keringanannya sebagaimana Allah senang jika diambil kewajiban-kewajibannya. Sesungguhnya Allah mengutus kepadaku dengan agama yang cenderung yang toleran dari agama Nabi Ibrahim] Telah meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Asakir. Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tunaikanlah oleh kalian kewajiban-kewajiban dan terimalah oleh kalian kemurahan-kemurahan dan biarkan olehmu manusia maka sungguh akan mencukupkan kalian bahaya manusia] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Khotib. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Barang siapa yang tidak menerima keringanan-keringanan dari Allah maka ada atasnya dari dosa seperti gunung arafah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad (Dan sirot itu gelap dan lampu untuk sirot adalah keyakinan) Keyakinan adalah menyatakan meyakini dengan menghilangkan setiap keraguan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ مَوْقُوفًا عَلَيْهِ أَوْ مَرْفُوعًا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ) فَالْمَوْقُوفُ مَا رُوِيَ عَنِ الصَّحَابَةِ وَلَا يَتَجَاوَزُ بِهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَالْمَرْفُوعُ مَا أَخْبَرَ بِهِ الصَّحَابِيُّ عَنْ قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ (لَوْلَا ادِّعَاءُ الْغَيْبِ لَشَهِدْتُ عَلَى خَمْسِ نَفَرٍ أَنَّهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ) أَيْ لَوْلَا مَخَافَةُ ادِّعَاءِ عِلْمِ الْغَيْبِ مَانِعٌ لَقُلْتُ: شَهِدْتُ عَلَى خَمْسِ جَمَاعَةٍ أَنَّهُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ (الْفَقِيرُ صَاحِبُ الْعِيَالِ) وَهُوَ مَنْ يَسْكُنُ مَعَهُ وَتَجِبُ نَفَقَتُهُ عَلَيْهِ كَعَبْدِهِ وَامْرَأَتِهِ وَوَلَدِهِ الصَّغِيرِ (وَالْمَرْأَةُ الرَّاضِي عَنْهَا زَوْجُهَا، وَ) الْمَرْأَةُ (الْمُتَصَدِّقَةُ بِمَهْرِهَا عَلَى زَوْجِهَا وَ) الشَّخْصُ (الرَّاضِي عَنْهُ أَبَوَاهُ، وَالتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ( رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.

Maqolah yang ke lima (Dari Umar Radhiallahu Anhu sesungguhnya Umar berkata dengan Hadits mauquf atau marfu langsung kepada Nabi ) Mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para sohabat dan tidak melawati hadits itu sampai Rasulullah . Dan marfu adalah hadits yang telah mengabarkannya atas hadits itu para sahabat dari sabda Nabi  (Andai tidak khawatir mengaku-ngaku perkarar ghoib maka pasti aku bersaksi atas lima golongan sesungguhnya mereka adalah ahli surga) Maksudnya andai tidak khawatir mengaku-ngaku ilmu ghoib menghalangi maka pasti aku berkata: Aku bersaksi atas lima golongan sesungguhnya mereka termasuk ahli surga (Orang fakir yang memiliki keluarga) الْعِيَالِ adalah orang yang tinggal bersama dia dan ia wajib menafkahi padanya seperti hamba sahayanya dan seperti istrinya dan seperti anaknya yang masih kecil (Dan Istri yang ridho padanya suaminya dan) istri (Yang mengsedekahkan maharnya kepada suaminya dan) orang (Yang ridho kepadanya kedua orang tuanya, dan orang yang bertaubat dari dosa) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Orang yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak ada dosa baginya] Telah meriwaayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ( رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )اَللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ التَّائِبِ مِنَ الْظَمْآنِ الْوَارِدِ وَمِنَ الْعَقِيمِ الْوَالِدِ وَمِنَ الضَّالِّ الْوَاجِدِ، فَمَنْ تَابَ إلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا أَنْسَى اللَّهُ حَافِظَيْهِ وَجَوَارِحَهُ وَبِقَاعَ الْأَرْضِ كُلَّهَا خَطَايَاهُ وَذُنُوبَهُ( رَوَاهُ أَبُو الْعَبَّاسِ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Setiap anak Adam itu berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang-orang yang bertobat.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Allah itu lebih gembira dengan taubatnya seorang hamba yang bertaubat daripada gembiranya orang yang kehausan yang menemukan air, dan daripada gembiranya orang yang mandul yang beranak, dan daripada gembiranya orang yang tersesat yang menemukan jalan. Maka barangsiapa yang bertaubat kepada Allah dengan tobat nasuha, Maka pasti akan menjadikan lupa oleh Allah pada dua malaikat yang mencatat amal dan pada anggota badannya dan tempatnya di bumi semuanya atas kesalahan-kesalahannya dan dosa-dosanya.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Abul Abbas.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: خَمْسٌ هُنَّ عَلَامَةُ الْمُتَّقِينَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ يَبْلُغَ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ الْبَأْسُ] رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَالْحَاكِمُ. (أَوَّلُهَا: أَنْ لَا يُجَالِسَ إِلَّا مَنْ يُصْلِحُ الدِّينَ مَعَهُ وَيَغْلِبُ الْفَرْجَ وَاللِّسَانَ) بِأَنْ يَمْنَعَهُمَا عَنْ فُضُولِ الْجِمَاعِ وَالْكَلَامِ. (وَ) ثَانِيهَا (إِذَا أَصَابَهُ شَيْءٌ عَظِيمٌ مِنَ الدُّنْيَا يَرَاهُ وَبَالًا) أَيْ شِدَّةً لِسُوءِ الْعَاقِبَةِ. (وَ) ثَالِثُهَا (إِذَا أَصَابَهُ شَيْءٌ قَلِيلٌ مِنَ الدِّينِ اِغْتَنَمَ ذَلِكَ) أَيْ اعْتَقَدَ أَنَّ ذَلِكَ رِبْحٌ عَظِيمٌ. (وَ) رَابِعُهَا (لَا يَمْلَأُ بَطْنَهُ مِنَ الْحَلَالِ خَوْفًا مِنْ أَنْ يُخَالِطَهُ حَرَامٌ) كَمَا فِي الْحَدِيثِ الْمُتَقَدِّمِ. (وَ) خَامِسُھَا (یَرَی النَّاسَ کُلَّهُمْ قَدْ نَجَوْا) أَيْ خَلَصُوا مِنَ الْهَلَاكِ لِحَسَنِ مُعَامَلَتِهِمْ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى (وَيَرَى نَفْسَهُ قَدْ هَلَكَتْ) أَيْ بِالذَّنْبِ لِسُوءِ مُعَامَلَتِهِ مَعَ اللَّهِ تَعَالَی.

Maqolah yang ke enam (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: Lima perkara ini adalah tanda-tanda dari orang-orang yang bertakwa) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidak akan sampai seorang ada dari golongan orang-orang yang bertakwa sehingga ia meninggalkan perkara yang tidak ada larangan atasnya karena khawatir dari perkara yang padanya ada larangan] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Tirmidzi dan Imam Hakim. (Yang pertama dari tanda-tanda orang yang bertakwa: Adalah ia tidak duduk kecuali dengan orang yang bisa memperbaiki agama bersamanya dan orang yang bisa mengendalikan kemaluan dan lisan) Dengan cara menahan kemaluan dan lisan dari berlebihan berjima dan berlebihan berbicara. Dan yang kedua dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah ketika menimpa kepadanya suatu perkara yang besar dari dunia maka ia memandang perkara besar itu sebagai musibah) Maksudnya sebagai ujian berat karena buruk akibatnya. Dan yang ketiga dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah ketika menimpa kepadanya suatu perkara yang sedikit dari agama, maka dia menganggap untung besar perkara itu) Maksudnya dia beritidak sesungguhnya perkara yang kecil dari agama itu adalah keuntungan yang besar. Dan yang keempat dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah dia tidak memenuhi perutnya dari perkara yang halal karena khawatir dari mencampurnya pada perkara itu perkara yang haram) sebagai mana  dalam hadits yang sebelumnya. Dan yang kelima dari tanda-tanda orang yang bertakwa, (Adalah dia melihat manusia semuanya pasti selamat) Maksudnya mereka selamat dari kehancuran karena baiknya mu'amalah mereka dengan Allah Ta'ala, (Sementara dia memandang dirinya pasti celaka) Maksudnya dengan dosa karena buruknya mu'amalah dirinya dengan Allah Ta'ala.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ) وَکرَّمَ وَجْهَهُ (لَوْلَا خَمْسُ خِصَالٍ) أَيْ صِفَاتٍ مَذْمُومَةٍ (لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ صَالِحِينَ) أَيْ خَالِصِينَ مِنْ كُلِّ فَسَادٍ (أَوَّلُهَا الْقَنَاعَةُ) أَيْ الرِّضَا (بِالْجَهْلِ) أَيْ بِعَدَمِ الْعِلْمِ بِالدِّينِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَللَّهُ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَةِ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [ذَنْبُ الْعَالِمِ ذَنْبٌ وَاحِدٌ وَذَنْبٌ الْجَاهِلِ ذَنْبَانِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِىُّ (وَالْحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا) رُوِيَ أَنَّهُ لَا قَالَ: [الزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالْبَدَنَ وَالرَّغْبَةُ فِيهَا تُتْعِبُ الْقَلْبَ وَالْبَدَنَ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.

Maqolah yang ke tujuh (Dari Ali Radhiallahu Ta'ala Anhu) Wakarrama Wajhahu (Andai tidak ada lima perkara) Maksudnya sifat-sifat yang tercela (Maka pasti akan jadi manusia seluruhnya termasuk orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang selamat dari setiap kerusakan (Yang pertama dari sifat-sifat yang tercela adalah merasa cukup) Maksudnya ridho (Dengan kebodohan) Maksudnya dengan tidak adanya ilmu tentang agama. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Allah benci kepada setiap orang yang alim tentang dunia bodoh tentang akhirat] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Dosanya orang alim itu satu dosa dan dosa orang bodoh itu dua dosa] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami (Dan serakah atas dunia) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Zuhud di dalam dunia itu bisa menenangkan hati dan badan dan senang pada dunia itu melelahkan hati dan badan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni. 

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )نِعْمَتِ الدَّارُ الدُّنْيَا لِمَنْ تَزَوَّدَ مِنْهَا لِآخِرَتِهِ حَتَّى يُرْضِيَ رَبَّهُ، وَبِئْسَتِ الدَّارُ الدُّنْيَا لِمَنْ صَدَّتْهُ عَنْ آخِرَتِهِ وَقَصَّرَتْ بِهِ عَنْ رِضَا رَبِّهِ( رَوَاهُ الْحَاكِمُ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Sebagus-bagusnya daerah dunia bagi orang yang menyediakan bekal dari dunia untuk akhiratnya, sehingga ia meraih keridhaan Rabbnya. Dan sejelek-jeleknya daerah dunia bagi orang yang menghalangi dunia itu kepadanya dari akhiratnya dan melalaikan dunia itu kepadanya dari keridhoan Rabbnya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim.

(وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ) أَيْ الْبُخْلُ بِمَا زَادَ عَنْ حَاجَتِهِ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ (وَالرِّيَاءُ فِي الْعَمَلِ) أَيْ تَرْكُ الْإِخْلَاصِ فِي الْعَمَلِ بِمُلَاحَظَةِ غَيْرِ اللَّهِ فِيهِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ يُرِي النَّاسَ أَنَّ فِيهِ خَيْرًا وَلَا خَيْرَ فِيهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِي.

(Dan pelit dengan kelebihan harta) Maksudnya pelit dengan perkara yang melebihi dari kebutuhannya pada saat itu (Dan riya dalam beramal) Maksudnya meninggalkan ikhlas dalam beramal dengan memperhatikan selain Allah dalam beramal. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang menunjukkan kepada manusia bahwa di dalam dirinya terdapat kebaikan, padahal tidak ada kebaikan di dalam dirinya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )مَنْ أَرَى النَّاسَ فَوْقَ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْخَشْيَةِ فَهُوَ مُنَافِقٌ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: )إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ( رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ، (وَالْإِعْجَابُ بِالرَّأْيِ) أَيْ الْاِسْتِحْسَانُ بِعَقْلِهِ وَتَدْبِيرِهِ وَالتَّرَفُّعِ بِذَلِكَ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa memperlihatkan kepada manusia di atas amalan yang ada padanya karena takut maka dia adalah munafiq] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhori. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga kepada setiap orang yang riya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim (Dan sombong dengan akal) Maksudnya menganggap bagus pada akalnya dan urusan akal itu dan menganggap tinggi pada akalnya itu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ) أَيْ أَكْثَرِهِمْ (رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَكْرَمَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا ﷺ بِخَمْسِ كَرَامَاتٍ: أَكْرَمَهُ بِالِاسْمِ وَالْجِسْمِ وَالْعَطَاءِ وَالْخَطَأِ وَالرِّضَا. أَمَّا الِاسْمُ فَنَادَاهُ بِالرِّسَالَةِ وَلَمْ يُنَادِهِ بِالِاسْمِ كَمَانَادَى جَمِيعَ الْأَنْبِيَاءِ) عَلَيْهِمُ السَّلَامُ (مِثْلَ آدَمَ وَنُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَغَيْرِهِمْ) قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ: ﴿يَأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ﴾ [الْمَائِدَة: الْآيَة ٦٧] وَهَذَا فِي وَقْتِ إِنْزَالِ الْوَحْيِ. أَمَّا وَقْتُ الْمُكَافَحَةِ فَقَالَ تَعَالَى لِنَبِيِّنَا لَيْلَةَ الْمِعْرَاجِ: [يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَهُ](وَأَمَّا الْجِسْمُ فَإِذَا دَعَا النَّبِيُّ ﷺ شَيْئًا فَأَجَابَ هُوَ بِنَفْسِهِ عَنْهُ وَلَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ لِسَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ) وَذَلِكَ أَنَّهُ ﷺ رَدَّ عَيْنَ قَتَادَةَ بَعْدَ أَنْ سَقَطَتْ إلَى خَدِّهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ (وَأَمَّا الْعَطَاءُ فَأَعْطَاهُ بِلَا سُؤَالٍ) قَالَ تَعَالَى: ﴿إنَّا أَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ﴾ [الْكَوْثَرُ: الْآيَةَ ١]، وَقَالَ: ﴿وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى﴾ [الضُّحَى: الْآيَةَ ٥]. (وَأَمَّا الْخَطَأُ فَذَكَرَ الْعَفْوَ قَبْلَ ذَنْبِهِ حَيْثُ قَالَ: ﴿عَفَا اللَّهُ عَنْكَ﴾ [الْقَوْبَةُ: الْآيَةَ ٤٣]) أَيْ مَا وَقَعَ مِنْكَ مِنْ تَرْكِ الْأَفْضَلِ وَالْأَوْلَى. (وَأَمَّا الرِّضَا فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ فِدْيَتَهُ وَلَا صَدَقَتَهُ وَلَا نَفَقَتَهُ كَمَا رَدَّهَا عَلَى سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ) فَإِنَّ النَّبِيَّ ﷺ ضَحَّى عَنْ أُمَّتِهِ وَكَفَّرَ عَنْ أُمَّتِهِ بِسَبَبِ الْجِمَاعِ فِي رَمَضَانَ.

Maqolah yang ke delapan (Dari jumhur ulama) Maksudnya dari kebanyakan para ulama (Semoga Allah merahmati mereka semuanya: Sesungguhnya Allah Ta'ala memuliakan kepada nabinya yaitu Muhammad  dengan lima kemuliaan: Allah memuliakan Nabi Muhammad dengan nama dan dengan fisik dan dengan pemberian dan dengan salah dan dengan ridho. Adapun nama maka Allah memanggil Nabi Muhammad  dengan sebutan Rasul dan Allah tidak memanggil Nabi Muhammad  dengan nama sebagaimana Allah memanggil kepada semua nabi) Alaihimus Salam (Semisal Nabi Adam dan Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim dan selain mereka) Telah berfirman Allah Ta'ala di dalam kitab yang mulia: Wahai Rasul sampaikanlah perkara yang telah diturunkan kepadamu﴿ [Q.S Al-Maidah: Ayat 67] Dan ini pada waktu turunnya wahyu. Adapun waktu berhadapan maka berfirman Allah Ta'ala kepada Nabi kita pada malam ia mi'raj: [Wahai Muhammad mintalah maka pasti kamu akan diberi pada perkara yang engkau minta](Adapun fisik maka ketika berdoa Nabi  atas suatu perkara maka mengijabah yaitu Allah dengan dzatnya dari doa Nabi dan Allah tidak melakukan hal yang demikian kepada Nabi Nabi yang lain) Dan yang demikian sesungguhnya Nabi itu membalikkan mata nya qotadah sesudah jatuhnya mata itu pada pipinya qotadah dan semisal perkara itu. (Adapun pemberian maka Allah memberi kepada Nabi Muhammad tanpa dipinta) Telah berfirman Allah Ta'ala: Sesungguhnya kami memberikan kepadamu telaga Kautsar﴿ [Q.S Al-Kautsar: Ayat 1] dan Allah berfirman: Dan benar benar akan memberikan kepadamu tuhanmu hingga kamu puas﴿ [Q.S Ad-Dhuha: Ayat 5] (Adapun kesalahan maka Allah menyebut maafnya sebelum Allah menyebut kesalahannya Nabi sekiranya Allah berfirman Allah telah memaafkanmu﴿ [Q.S At-Taubah: Ayat 43]) Maksudnya atas perkara yang terjadi padamu dari meninggalkan perbuatan yang lebih afdhol dan perbuatan yang lebih utama. (Adapun ridho maka Allah tidak pernah menolak atas Nabi fidyahnya dan tidak perna menolak shodaqohnya dan tidak pernah menolak nafakahnya sebagaimana Allah telah menolak itu semua atas Nabi-Nabi Yang lain) Karena sesungguhnya Nabi menyembelih kurban kambing mewakili umatnya dan Nabi membayar kafarat mewakili umatnya karena sebab melakukan jimak di bulan Ramadhan.

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا) أَيْ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَعَنْ عَمْرٍو (خَمْسٌ مَنْ كُنَّ) أَيِ اجْتَمَعْنَ (فِيهِ سَعِدَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ: أَوَّلُهَا أَنْ يَذْكُرَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَقْتًا بَعْدَ وَقْتٍ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَكْثِرُوا ذِكْرَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ حَالٍ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَمَلٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ وَلَا أَنْجَى لِعَبْدٍ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ] رَوَاهُ ابْنُ صَرْصَرِيٍّ.

Maqolah yang ke sembilan (Dari Abdullah bin Amr bin Ashi Radhiallahu Anhuma) Maksudnya semoga Allah meridhoi kepada Abdullah dan kepada Amr (Lima perkara barang siapa yang ada lima perkara itu) Maksudnya mengumpul lima perkara itu (Di dalam dirinya maka pasti ia akan bahagia di dunia dan di akhirat: Yang pertama adalah ia membaca لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ setiap waktu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Perbanyaklah oleh kalian berdzikir kepada Allah Azza Wajalla pada setiap keadaan karena sesungguhnya tidak ada amalan yang lebih disukai oleh Allah dan tidak ada amalan yang lebih bisa menyelamatkan kepada seorang hamba dari setiap keburukan di dunia dan di akhirat dibandingkan dzikir kepada Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Shorshori

(وَإِذَا ابْتُلِيَ بِبَلِيَّةٍ قَالَ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةُ الْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي] رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ.

(Dan ketika ia diuji dengan satu musibah maka ia berkata: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Janganlah kalian banyak bicara dengan tanpa berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya banyak bicara dengan tanpa berdzikir kepada Allah itu dapat mengeraskan hati, karena sesungguhnya paling jauhnya manusia dari Allah adalah hati yang keras] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi. 

(وَإِذَا أُعْطِيَ نِعْمَةً قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، شُكْرًاً لِلنِّعْمَةِ) عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [أَحَبُّ الْكَلَامِ إلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ] أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [قُولُوا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ وَقُولُوا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَقُولُوا تَبَارَكَ اللَّهُ فَإِنَّهُنَّ خَمْسٌ لَا يَعْدِلُهُنَّ شَيْءٌ] رَوَاهُ ابْنُ صَرْصَرِيٍّ.

(Dan ketika ia diberi suatu kenikmatan maka ia berkata: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, sebagai rasa syukur atas kenikmatan) Dari Samurah bin Jundub Radhiallahu Anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah [Paling disukainya bacaan oleh Allah itu ada empat: سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ tidak apa-apa bagimu dengan mana saja dari empat kalimat itu kamu memulai] Telah mengeluarkan pada hadits ini Imam Muslim dan Imam Nasa'i. Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Ucapkanlah oleh kalian لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ dan ucapkanlah oleh kalian سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ dan ucapkanlah oleh kalian تَبَارَكَ اللَّهُ karena sesungguhnya kalimat-kalimat itu adalah lima kalimat yang tidak bisa menandinginya kalimat apapun] Telah meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Shorshori.

(وَإِذَا ابْتَدَأَ فِي شَيْءٍ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِحَمْدِ اللَّهِ فَهُوَ أَقْطَعُ] أَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ.

(Dan ketika ia memulai tentang sesuatu maka ia berkata: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah [Setiap perkara yang mempunya kedudukan penting yang tidak di awali di dalamnya dengan memuji kepada Allah maka perkara itu terputus] Telah mengeluarkan pada hadits ini Imam Ibnu Hibban.

(وَإِذَا أَفْرَطَ مِنْهُ ذَنْبٌ) أَيْ أَكْثَرَ ذَنْبًا صَادِرًا مِنْهُ (قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ وَأَتُوبُ إلَيْهِ) عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى دَائِكُمْ وَدَوَائِكُمْ: إنَّ دَاءَكُمُ الذُّنُوبُ وَدَوَاءَكُمُ الْاِسْتِغْفَارُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

(Dan ketika telah melampaui batas dalam dirinya dosa) Maksudnya ketika ia melakukan banyak dosa yang keluar dalam dirinya (Maka ia berkata: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ وَأَتُوبُ إلَيْهِ) Dari Anas bin Malik Radhiallahu Anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah [Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian pada penyakit kalian dan obat kalian: Sesungguhnya penyakit kalian adalah dosa dan sesungguhnya obat kalian adalah beristigfar] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.

وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [مَنْ لَزِمَ الْإِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهِ.

Dan dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma ia berkata: Telah bersabda Rasulullah [Barang siapa yang melazimkan istighfar Maka Allah akan menjadikan baginya dari setiap kesempitan jalan keluar dan dari setiap kesulitan kelonggaran dan Allah akan memberikan rizki padanya dari arah yang tidak ia sangka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan  Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah.

وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: [عَلَيْكُمْ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ وَالْإِسْتِغْفَارِ فَأَكْثِرُوا مِنْهُمَا فَإِنَّ إِبْلِيْسَ قَالَ: أَهْلَكْتُ النَّاسَ بِالذُّنُوبِ وَأَهْلِكُونِي بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَالْإِسْتِمْفَارِ فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ أَهْلَكْتُهُمْ بِالْأَهْوَاءِ وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُو يَعْلَى.

Dan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu dari Nabi bersabda: [Wajib atas kalian لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ dan istighfar maka perbanyaklah oleh kalian dari membaca keduanya karena sesungguhnya Iblis berkata: Aku mencelakakan manusia dengan dosa dosa dan manusia mencelakakan aku dengan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ dan istighfar sehingga tatkala aku melihat itu maka aku mencelakakan manusia dengan hawa nafsu sementara mereka itu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima petunjuk] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Abu Ya'la.

قَالَ الْفَقِيهُ أَبُو اللَّيْثِ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: مَنْ حَفِظَ سَبْعَ كَلِمَاتٍ فَهُوَ شَرِيفٌ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى وَالْمَلَائِكَةِ وَيَغْفِرُ اللَّهُ ذُنُوبَهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ وَيَجِدُ حَلَاوَةَ الطَّاعَةِ وَيَكُونُ حَيَاتُهُ وَمَمَاتُهُ خَيْرًا:

Telah berkata Al-Fakih Abu Laits Rahimahullahu Ta'ala: Barang siapa yang menjaga tujuh kalimat maka ia merupakan orang mulia di sisi Allah Ta'ala dan di sisi malaikat dan Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun ada dosa itu seperti buih lautan dan ia akan menemukan manisnya ta'at dan ada hidupnya dan matinya sebagai kebaikan:

اَلْأُولَى: أَنْ يَقُولَ عِنْدَ ابْتِدَاءِ كُلِّ شَيْءٍ بِسْمِ اللَّهِ.

Yang pertama: Adalah hendaknya membaca ketika memulai segala sesuatu dengan بِسْمِ اللَّهِ.

وَالثَّانِيَةُ: أَنْ يَقُولَ عِنْدَ فَرَاغِ كُلِّ شَيْءٍ الْحَمْدُ لِلَّهِ.

Dan yang ke dua: Adalah hendaknya membaca ketika selesai segala sesuatu dengan اَلْحَمْدُ لِلَّهِ.

وَالثَّالِثَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا جَرَى عَلَى لِسَانِهِ مَا لَا يَعْنِيهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.

Dan yang ketiga: Adalah hendaknya membaca ketika terjadi atas lisannya kalimat-kalimat yang tidak bermanfaat padanya dengan أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.

وَالرَّابِعَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا أَرَادَ فِعْلًا إنْ شَاءَ اللَّهُ.

Dan yang keempat: Adalah hendaknya membaca ketika bermaksud pada suatu perbuatan dengan إنْ شَاءَ اللَّهُ.

وَالْخَامِسَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا اسْتَقْبَلَ إلَيْهِ فِعْلٌ مَكْرُوهٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.

Dan yang kelima: Adalah hendaknya membaca ketika menghadapi kepadanya pekerjaan yang berat dengan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.

وَالسَّادِسَةُ: أَنْ يَقُولَ إذَا أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ: إنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ.

Dan yang keenam: Adalah hendaknya membaca ketika menimpa kepadanya suatu musibah إنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ.

وَالسَّابِعَةُ: لَا يَزَالُ يَجْرِي عَلَى لِسَانِهِ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ كَلِمَةُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ.

Dan yang ketujuh: Adalah terus menerus berjalan atas lisannya di waktu malam dan siang kalimat لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ خَمْسَةُ أَحْرُفٍ) أَيْ جُمَلٍ (إِنَّ الْغُنْيَةَ) أَيْ الْاِكْتِفَاءَ بِالنَّفَقَةِ (فِي الْقَنَاعَةِ) أَيْ الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ وَسُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ (وَإِنَّ السَّلَامَةَ) مِنْ آفَاتِ اللِّسَانِ (فِي الْعُزْلَةِ) أَيْ الْخُرُوجِ عَنْ مُخَالَطَةِ الْخَلْقِ بِالِانْقِطَاعِ (وَإِنَّ الْحُرْمَةَ) أَيْ الْعَظَمَةَ (فِي رَفْضِ الشَّهَوَاتِ) أَيْ فِي تَرْكِهَا (وَإِنَّ التَّمَتُّعَ) أَيْ كَمَالَ الِانْتِفَاعِ (فِي أَيَّامٍ طَوِيلَةٍ) أَيْ فِي الْآخِرَةِ فِي الْجَنَّةِ (وَإِنَّ الصَّبْرَ) عَلَى مَشَاقِّ أَدَاءِ الْأَوَامِرِ وَتَحَمُّلِ الْمَرَازِي وَعَنْ اجْتِنَابِ الْمَنَاهِي (فِي أَيَّامٍ قَلِيلَةٍ) أَيْ فِي الدُّنْيَا.

Maqolah yang ke sepuluh (Dari Hasan Al-Bashri Rahimahullah sesungguhnya ia berkata: ditulis di dalam kitab Taurat lima huruf) Maksudnya lima jumlah (Sesungguhnya kaya) Maksudnya cukup dengan nafakah (Itu dalam sifat qona'ah) Maksudnya ridho pada bagian dan tenangnya hati ketika tidak adanya  perkara yang menjadi kebiasaannya (Dan sesungguhnya keselamatan) Dari kerusakan lisan (Itu dalam ujlah) Maksudnya keluar jauh dari berbaur dengan makhluk dengan menyendiri (Dan sesungguhnya kehormatan) Maksudnya keagungan (Itu dalam menolak syahwat) Maksudnya dalam meninggalkan syahwat (Dan sesungguhnya kenikmatan) Maksudnya sempurnanya menerima manfaat (Itu di hari-hari yang panjang) Maksudnya di akhirat di surga (Dan sesungguhnya sabar) di atas beratnya menunaikan perintah-perintah dan menanggung terhadap ujian-ujian  dan dari menjauhi larangan-larangan (Itu di hari-hari yang sedikit) Maksudnya di dunia. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ:) أَيْ اِفْعَلْ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ قَبْلَ حُصُولِ خَمْسِ حَالَاتٍ (شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ) بِفَتْحَتَيْنِ: أَيْ اِفْعَلِ الطَّاعَةَ حَالَ قُدْرَتِكَ قَبْلَ هُجُومِ الْكِبَرِ عَلَيْكَ. 

Maqolah yang ke sebelas (Dari Nabi : Manfaatkanlah olehmu lima perkara sebelum lima perkara:) Maksudnya kerjakanlah olehmu lima perkara sebelum sampai lima keadaan (Masa mudamu sebelum masa tuamu) Lafadz هَرَمِكَ dengan membaca fathah keduanya: Maksudnya kerjakanlah olehmu keta'atan dalam keadaan kamu mampu sebelum masa tua menyergap kepadamu

(وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ) أَيْ اِفْعَلِ الْعَمَلَ الصَّالِحَ حَالَ صِحَّتِكَ قَبْلَ حُصُولِ مَانِعٍ كَمَرَضٍ، وَيَجُوزُ قِرَاءَةُ سَقَمِكَ بِالْوَجْهَيْنِ بِفَتْحَتَيْنِ أَوْ بِضَمٍّ فَسُكُونٍ لِأَنَّ الرِّوَايَةَ لَمْ تُعْلَمْ وَالِاحْتِيَاطُ أَنْ يَقْرَأَ بِهِمَا عَلَى الْبَدَلِ لِيُصَادِفَ الرِّوَايَةَ. 

(Dan sehatmu sebelum sakitmu) Maksudnya kerjakanlah amal sholih dalam keadaan sehatmu sebelum sampainya perkara yang menghalangi keta'atan seperti sakit. Dan boleh membaca lafadz سَقَمِكَ dengan dua cara dengan difathahkan keduanya سَقَمِكَ atau dengan cara mendhommahkan kemudian mensukunkan سُقْمِكَ karena sesungguhnya riwayat itu tidak diketahui dan lebih berhati-hati adalah dengan membaca  pada keduanya dengan bergantian supaya bisa bertemu dengan riwayat.

(وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ) أَيْ اِفْعَلِ التَّصَدُّقَ بِمَا فَضَلَ عَنْ حَاجَةِ مَنْ تَلْزَمُكَ نَفَقَتُهُ قَبْلَ عُرُوضٍ جَائِحَةٍ تُتْلِفُ مَالَكَ فَتَصِيرُ فَقِيرًا فِي الدَّارَيْنِ.

(Dan kayamu sebelum fakirmu) Maksudnya kerjakanlah olehmu sedekah dengan perkara yang dapat memenuhi kebutuhan orang yang wajib atasmu menafkahinya sebelum baru terjadi musibah yang bisa menghancurkan hartamu sehingga engkau menjadi fakir di dunia dan di akhirat.

(وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ) أَيْ اِغْتَنِمْ مَا تَلْقَى نَفْعَهُ بَعْدَ مَوْتِكَ فَإِنَّ مَنْ مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ.

(Dan hidupmu sebelum matimu) Maksudnya manfaatkanlah olehmu perkara yang engkau akan menerima manfaatnya sesudah matimu karena sesungguhnya orang yang telah mati terputus amalnya.

(وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ) بِفَتْحِ الشِّينِ: أَيْ اغْتَنِمْ فَرَاغَك فِي هَذِهِ الدَّارِ قَبْلَ شُغْلِكَ بِأَهْوَالِ الْقِيَامَةِ الَّتِي أَوَّلُ مَنَازِلِهَا الْقَبْرُ، كَذَا نَقَلَهُ الْعَزِيزِيُّ عَنْ الْمُنَاوِيِّ.

(Dan waktu luangmu sebelum waktu sibukmu) Lafadz شَغْلِكَ dengan menfathahkan ش: Maksudnya manfaatkanlah olehmu waktu luangmu di dunia ini sebelum waktu sibukmu dengan menghadapi kengerian-kengerian kiamat yang awal tempatnya adalah alam qubur. Demikian telah menukil padanya Imam Azizi dari Imam Manawi.

فَهَذِهِ الْخَمْسَةُ لَا يُعْرَفُ قَدْرُهَا إلَّا بَعْدَ زَوَالِهَا. رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الْحَاكِمُ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ، رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُو نُعَيْمٍ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ.

Lima perkara ini tidak diketahui nilainya kecuali sesudah hilangnya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim dan Imam Baihaqi dari Ibnu Abbas dengan sanad yang Hasan, Telah meriwwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Abu Nu'aim dan Imam Baihaqi dari Amr bin Maimun.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 12

(وَ) المَقالَةُ الثانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعاذٍ الرازِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: مَنْ كَثُرَ شِبَعُهُ كَثُرَ لَحْمُهُ)

Maqolah yang ke dua belas (Dari Yahya bin Mu'adz Ar-Razi Rahimahullah: Barang siapa yang sering kenyang maka pasti menjadi banyak dagingnya)

بِخِلافِ مَنْ كَثُرَ أَكْلُهُ بِسَبَبِ حِدَّةِ الذِكْرِ فَلا يَضُرُّ لِأَنَّ بَعْضَ الأَوْلِياءِ طَرِيقَتُهُم كَثْرَةُ الأَكْلِ لِسُرْعَةِ اِنْهِضامِ الطَعامِ بِحَرارَةِ أَثَرِ الذِكْرِ فَإِنَّهُ كَالنارِ بِخِلافِ الصَلاةُ عَلَى النَبِيِّ ﷺ فَإِنَّ أَثَرَها بارِدٌ

Berbeda dengan orang yang makan banyak karena sebab tajamnya dzikir maka tidak mengapa karena sesungguhnya sebagian dari para wali toriqoh mereka adalah makan banyak karena cepatnya pencernaan makanan sebab panasnya efek dzikir karena sesungguhnya dzikir itu seperti api berbeda dengan membaca sholawat kepada nabi karena sesungguhnya efek membaca sholawat itu dingin.

(وَمَنْ كَثُرَ لَحْمُهُ كَثُرَتْ شَهْوَتُهُ) فَالَّذِي يُطْفِئُ الشَهْوَةَ هُوَ الجُوعُ

(Dan orang yang banyak dagingnya maka pasti menjadi banyak syahwatnya) Karena yang dapat memadamkan syahwat yaitu lapar

(وَمَنْ كَثُرَتْ شَهْوَتُهُ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ) وَهِيَ الَّتِي تَحْجُبُهُ عَنِ اللّٰهِ تَعالَى

(Dan orang yang banyak syahwatnya maka pasti akan banyak dosa-dosanya) banyaknya dosa adalah perkara yang dapat menghalanginya dari Allah

(وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ قَسَا قَلْبُهُ) فَلَمْ يَقْبَلِ المَواعِظَ

(Dan barang siapa yang banyak dosa-dosanya maka pasti menjadi keras hatinya) Sehingga tidak mau menerima nasihat-nasihat

(وَمَنْ قَسَا قَلْبُهُ غَرِقَ) بِكَسْرِ الرَّاءِ (فِي آفَاتِ الدُنْيَا وَزِيْنَتِهَا).

(Dan barangsiapa yang keras hatinya maka pasti akan tenggelam) Lafadz غَرِقَ dengan mengkasrohkan ر (Dalam kesengsaraan dunia dan perhiasannya).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 13

(وَ) المَقالَةُ الثالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنْ سُفْيان الثَوْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعالَى (أَنَّهُ قالَ: اِخْتارَ الفُقَراءُ) أَيْ الَّذِيْنَ رَضُوْا بِالفَقْرِ (خَمْسًا) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ

Maqolah yang ke dua belas (Dari Sufyan Ats-Tsauri) Rahimahullahu Ta'ala (Sesungguhnya ia berkata: Orang-orang fakir telah memilih) Maksudnya orang-orang yang ridho dengan kefakiran (Lima) Dari sifat-sifat yang terpuji  

(وَاخْتارَ الأَغْنِياءُ) أَيْ الَّذِينَ أَحَبُّوا الأَمْوالَ (خَمْسًا) مِنَ الصِّفَاتِ المَذْمُومَةِ

(Dan orang-orang kaya telah memilih) Maksudnya orang-orang yang mencintai harta (Lima) Dari sifat-sifat yang tercela

(اِخْتارَ الفُقَرَاءُ راحَةَ النَفْسِ) وَهُوَ اِسْمٌ لِجُمْلَةِ الإِنْسانِ 

(Orang-orang fakir telah memilih ketenangan diri) Lafadz النَفْسِ adalah nama untuk keseluruhan manusia

(وَفَرَاغَةَ الْقَلْبِ) أَيْ مِنَ الثِقَلِ. كانَ رَسُولُ اللّٰهُ ﷺ يَقُولُ:[اَللٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العَيْشَ الرَّافِعَ وَالبَالَ الْفَارِغَ]،

(Dan longgarnya hati) Maksudnya dari beban berat. Rasulullah berdoa: [Ya Allah aku meminta kepadamu mata pencaharian yang dapat mengangkat derajat dan hati yang longgar]

(وَعُبُوْدِيَّةَ الرَبِّ، وَخِفَّةَ الْحِسَابِ) يَوْمَ الْمَحْشَرِ (وَالدَّرَجَةَ الْعُلْيَا) فِي الْجَنَّةِ

(Dan beribadah kepada Rabb, dan ringannya hisab) Pada hari mahsyar (Dan derajat yang tinggi) Di surga 

(وَاخْتارَ الأَغْنِياءُ تَعَبَ النَفْسِ) لِأَنَّهُ كُلَّ وَقْتٍ فِي خِدْمَةِ الْأَمْوَالِ (وَشُغْلَ الْقَلْبِ) فِي تَفْكِيْرِ الْأَمْوَالِ (وَعُبُوْدِيَّةَ الدُّنْيَا) فَمَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ

(Orang-orang kaya telah memilih lelahnya diri) Karena sesungguhnya ia di setiap waktu itu  mengabdi pada harta-harta (Dan sibuknya hati) Dalam memikirkan harta-harta (Dan menghamba pada dunia) Barang siapa yangg mencintai sesutu maka ia adalah hambanya

(وَشِدَّةُ الْحِسَابِ) بِسَبَبِ الْأَمْوَالِ، وَمَنْ نُوْقِشَ فِي الْحِسَابِ عُذِّبَ، وَمَنْ أَحَبَّ شَيْئًا عُذِّبَ بِهِ (وَالدَّرَجَةَ السُّفْلَى) وَهِيَ الدُّنْيَا لِأَنَّهَا بِالنِّسْبَةِ لِدَرَجَةِ الْآخِرَةِ لَا شَيْءَ.

(Dan beratnya hisab) Karena sebab harta-harta, Barang siapa yang dibantah di dalam hisab maka pasti akan diadzab, dan barang siapa senang dengan sesuatu maka pasti ia akan diadzab dengan sesutu itu (Dan derajat yang rendah) Derajat yang rendah adalah dunia karena sesungguhnya dunia dengan membandingkan pada derajat akhirat itu tidak ada apa apanya

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 14

(وَ) الْمَقالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ الْأَنْطاكِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ)

Maqolah yang ke empat belas (Dari Abdullah Al-Anthoki Rahimahullah) 

قالَ: (خَمْسٌ هُنَّ مِنْ دَواءِ الْقَلْبِ) عِنْدَ قَسْوَتِهِ وَهٰذِهِ الْخَمْسَةُ مَأْخُوْذَةٌ مِنْ كَلَامِ السَّيِّدِ الْجَلِيْلِ إِبْرَاهِيْمَ الْخَوَّاصِ كَمَا ذَكَرَهُ النَّوَوِيُّ فِي التِّبْيَانِ،

Ia berkata: (Lima perkara ini adalah sebagaian dari obat-obat hati) Ketika kerasnya hati dan lima perkara ini diambil dari kalam tuan yang mulia Ibrahim Al-Khowwas sebagaimana Imam Nawawi telah menyebutkannya dalam kitab At-Tibyan

 وَزَادَ بَعْضُهُمْ عَلَى هٰذِهِ الْخَمْسَةِ أَشْيَاءَ كَثِيْرَةً لٰكِنَّ بَعْضُهَا يَدْخُلُ فِيْهَا

Dan sebagian Ulama telah menambahkan pada lima perkara ini lebih banyak akan tetapi sebagian darinya masuk dalam lima perkara ini

(مُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ) أَيْ أَهْلِ الْخَيْرِ: أَيْ حُضُوْرُ مَجَالِسِ الْوَعْظِ وَأَخْبَارِ الصَّالِحِيْنَ، وَيَدْخُلُ فِي ذٰلِكَ الصَمْتُ وَالْعُزْلَةُ عَنِ الْخَائِضِيْنَ فِى الْبَاطِلِ

(Duduk bersama orang-orang sholeh) Maksudnya ahli kebaikan: Maksudnya menghadiri majelis-majelis pengajian dan perkataan orang-orang sholeh, dan termasuk dalam hal itu diam dan mengasingkan diri dari orang yang masuk ke dalam kebatilan

(وَقِراءَةُ القُرْآنِ) بِالتَّدَبُّرِ فِي الْمَعْنَى

(Dan membaca Al-Qur'an) Dengan merenung pada ma'nanya

(وَإِخْلَاءُ الْبَاطِنِ) بِتَعَاطِى الْقَلِيْلِ مِنَ الْحَلَالِ فَإِنَّ أَكْلَ الْحَلالِ رَأْسُ الْكُلِّ لِأَنَّهُ يُنَوِّرُ الْقَلْبَ فَتَنْجَلِي مِرْآةُ الْبَصِيْرَةِ مِنَ الصَّدَإِ الْمُوْرِثِ لِلْقَسْوَةِ.

(Dan mengosongkan perut) Dengan memakan sedikit dari yang halal karena sesungguhnya halal adalah pangkal dari segalanya karena sesungguhnya halal itu akan menerangi hati sehingga mengkilat cermin mata hati dari karat yang mengakibatkan kerasnya hati.

وَفِى الْحَدِيْثِ الْمَرْفُوْعِ: [ثَلَاثُ خِصَالٍ تُوْرِثُ الْقَسْوَةَ فِي الْقَلْبِ: حُبُّ الطَّعَامِ وَحُبُّ النَّوْمِ وَحُبُّ الرَّاحَةِ].

Dan di dalam hadits yang marfu: [Tiga perkara yang dapat mengakibatkan keras dalam hati: Suka makan dan suka tidur dan suka bersantai]

(وَقِيَامُ اللَّيْلِ) أَيْ صَلَاةُ النَّافِلَةِ بَعْدَ الْإِسْتِيْقَاظِ مِنَ النَّوْمِ

(Dan sholat malam) Maksudnya sholat sunnah sesudah bangun dari tidur

(وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ الصَّبَاحِ) أَيْ عِنْدَ قُرْبِهِ، أَيْ تَضَرُّعُ الْبَاكِى فِي أَوَاخِرِ اللَّيْلِ لِأَنَّهُ وَقْتُ التَّجَلِّيَاتِ وَنُزُوْلِ الرَّحْمَاتِ.

(Dan bermunajat di pagi hari) Maksudnya ketika dekatnya waktu pagi, maksudnya bermunajatnya orang yang menangis di akhir malam karena sesungguhnya akhir malam adalah waktu munculnya hidayah dari Allah dan waktu turunnya rahmat-rahmat

وَزَادَ بَعْضُهُمْ: كَثْرَةُ الْاِسْتِغْفَارِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ وَزِيَارَةُ الْقُبُوْرِ مُعْتَبِرًا بِحَالِ سُكَّانِهَا وَمُشَاهَدَةُ مَنْ فِى النَّزَعِ.

Dan sebagian ulama menambahkan: Banyak beristigfar dan mengingat mati dan berziarah qubur dengan mengambil pelajaran atas keadaan para penghuni qubur dan menyaksikan orang yang dalam keadaan sekarat

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 15

(وَ) الْمَقالَةُ الْخامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ جُمْهُوْرِ الْعُلَمَاءِ: أَنَّ الفِكْرَةَ عَلَى خَمْسَةِ أَوْجُهٍ)

Maqolah yang ke lima belas (Dari jumhur ulama: Sesungguhnya tafakkur itu pada lima segi) 

قالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: لَا عِبَادَةَ كَالتَّفَكُّرِ. وَقَالَ بَعْضُ العَارِفِيْنَ: اَلْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ لَهُ،

Ali Karromallahu Wajhahu berkata: Tidak ada ibadah sunnah seperti fadilahnya tafakkur. Dan sebagian dari para ahli ma'rifat berkata: Tafakkur adalah lentera hati ketika hilang tafakkur itu maka tidak ada cahaya bagi hati


وَفِي الْخَبَرِ: [تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّيْنَ سَنَةً].

Dan dalam sebuah hadits [Tafakkur satu jam itu lebih bagus daripada ibadah sunnah enam puluh tahun].

قَالَ الشَّيْخُ الْحِفْنِيُّ: أَيْ اَلتَّفَكُّرُ فِى مَصْنُوْعَاتِ اللّٰهِ وَفِي سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَأَهْوَالِ الْقِيامَةِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ مِنَ الْعِبَادَةِ لِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذٰلِكَ الْفِكْرِ مِنَ الْخَيْرِ. اهـ.

Syaikh Al-Hifni berkata: Maksudnya bertafakkur tentang ciptaan-ciptaan Allah dan tentang sakaratul maut dan tentang adzab kubur dan tentang kengerian hari kiamat itu lebih baik dari kebanyakan ibadah sunnah karena keutamaan yang berdampak atas tafakkur itu dari kebaikan.

وَقَالَ خَلِيْلُ الرَّشِيْدِيُّ: وَلَا يَحْصُلُ التَّفَكُّرُ إِلَّا بِمُدَاوَمَةِ ذِكْرِ اللِّسَانِ مَعَ حُضُوْرِ الْقَلْبِ حَتَّى يَتَمَكَّنَ الذِّكْرُ فِي قَلْبِهِ

Kholil Ar-Rasyid berkata: Tidak akan hasil tafakkur kecuali dengan mendawamkan dzikrul lisan serta hadirnya hati sehingga tertanam dzikir di dalam hatinya.

وَحُصُوْلُ هٰذَا الْقَدْرِ مُتَوَقِّفٌ عَلَى مَعْرِفَتِهِ إِذْ مَتَى لَمْ يَعْرِفْهُ كَيْفَ يَتَمَكَّنُ ذِكْرُهُ بِقَلْبِهِ وَلِسَانِهِ،

Dan pencapaian tingkat ini tergantung pada kema'rifatannya, karena selama seseorang tidak ma'rifat kepada Allah, bagaimana ia dapat mengingatnya dengan hatinya dan lisannya

وَالْمَعْرِفَةُ كَمَا قَالَ إِبْرَاهِيْمُ الرَّقِيُّ: هُوَ إِثْبَاتُ الْحَقِّ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ خَارِجًا عَنْ كُلِّ مَوْهُوْمٍ. اهـ.

Dan ma'rifat adalah sebagaimana Ibrahim Ar-Raqi telah berkata: Yaitu menetapkan kebenaran atas perkara apa adanya serta keluar dari setiap bayangan hati.

وَمَجَارِى الْفِكْرِ كَثِيرَةٌ، فَمِنْهَا وَهُوَ - أَشْرَفُهَا - (فِكْرَةٌ فِي آيَاتِ اللّٰهِ) أَيْ اَلتَكْوِيْنِيَّةِ، أَيْ فِي عَجَائِبِ مَصْنُوْعَاتِ اللّٰهِ الْبَاهِرَةِ وَآثَارِ قُدْرَتِهِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ مِمَّا اِنْتَشَرَ فِي مَلَكُوْتِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ.

Dan objek-objek tafakkur itu banyak, sebagian di antaranya yaitu paling mulianya objek tafakkur (Bertafakkur tentang tanda-tanda kebesaran Allah) Maksudnya ayat ayat takwin, maksudnya bertafakkur tentang keajaiban ciptaan-ciptaan Allah yang luar biasa dan bertafakkur tentang pengaruh kekuasaan Allah yang tersembunyi maupun yang terlihat dari sebagian perkara yang tersebar luas pada kerajaan-kerajaan langit dan bumi.

وَمِنْ عَجَائِبِ الْمَصْنُوْعَاتِ نَفْسُكَ. قالَ اللّٰهُ تَعالَى: [قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ] [يونس: الاية ۱۰۱] وَقالَ تَعالَى: [وَفِى الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَ وَفِى أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُوْنَ]. [الذاريات: الايتان ۲۰-۲۱ ]

Dan dari sebagian keajaiban keajaiban ciptaan Allah adalah dirimu. Allah Ta'ala berfirman: [Katakanlah Lihatlah oleh kalian apa apa yang ada di langit dan bumi] [Q.S Yunus: Ayat 101] Dan Allah Taala berfirman: [Dan di dalam bumi ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin dan pada diri kalian apakah kalian tidak memperhatikan]. [Q.S Adz-Dzariyat: Ayat 20-21]

(يَتَوَلَّدُ مِنْها) أَى يَنْشَأُ مِنْ هٰذِهِ الْفِكْرَةِ (اَلتَّوْحِيْدُ وَالْيَقِيْنُ) أَى وَهٰذَا التَّفَكُّرُ يَزِيْدُ فِى مَعْرِفَتِكَ بِذَاتِ اللّٰهِ وَصِفَاتِهِ وَأَسْمَائِهِ. قالَ اللّٰهُ تَعَالَى [سَنُرِيْهِمْ آيَاتِنَا فِى الْأَفَاقِ وَفِى أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ]. [فصّلت: الاية ۵۳]

(Akan terlahir dari memikirkan tanda kekuasaan Allah) Maksudnya akan muncul dari tafakkur ini  (Tauhid dan yakin) Maksudnya Tafakur ini bisa menambah ke dalam kema'rifatanmu dengan dzat Allah dan sifat-sifat Allah dan nama-nama Allah. Allah Ta'ala berfirman: [Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, sehingga menjadi jelas bagi mereka bahwa Allahlah tuhan yang sebenarnya]. [Q.S Fussilat: Ayat 53]

وَمِنْ ثَمَرَاتِ الْيَقِيْنِ السُّكُوْنُ إِلَى وَعْدِ اللّٰهِ وَالثِّقَةُ بِضَمَانِ اللّٰهِ وَالْاِقْبَالُ بِكُنْهِ الْهِمَّةِ عَلَى اللّٰهِ وَتَرْكُ مَا يُشْغِلُ عَنِ اللّٰهِ وَالرُّجُوْعُ فِى كُلِّ حَالٍ إِلَى اللّٰهِ وَاسْتِفْرَاغُ الطَّاقَةِ فِى اِبْتِغَاءِ مَرْضَاتِ اللّٰهِ.

Dan sebagian dari buah-buah keyakinan adalah tenang pada janji Allah dan berpegang teguh pada jaminan dari Allah dan menghadap dengan totalitas fikiran kepada Allah dan meninggalkan perkara yang menyibukkan jauh dari Allah dan kembali dalam setiap keadaan kepada Allah dan mengerahkan seluruh kemampun dalam mencari keridhoan-keridhoan dari Allah.

(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ فِى آلَاءِ اللّٰهِ) أَى فِى نِعَمِهِ الَّتِى أَسْبَغَهَا عَلَيْنَا وَعَطَايَاهُ الَّتِى أَوْصَلَهَا إِلَيْنَا. قالَ اللّٰهُ تَعالَى [فَاذْكُرُوْا آلَاءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ]. [الأعراف: الأية ٦٩] وَقالَ تَعالَى [وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا]. [ابراهيم: الأية ٣٤] وَقالَ تَعالَى [وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ]. [النحل: الأية ٥٣]

(Dan) sebagian dari objek-objek tafkkur (Adalah bertafakkur tentang kenikmatan-kenikmatan dari Allah) Maksudnya bertafakkur tentang kenikmatan-kenikmatan dari Allah yang telah Allah sempurnakan kenikmatan itu kepada kita dan bertafakkur tentang pemberian-pemberian dari Allah yang telah Allah sampaikan pemberian itu kepada kita. Allah Ta'ala berfirman: [Maka ingatlah oleh kalian atas kenikmtan-kenikmatan dari Allah agar kalian beruntung]. [Q.S Al-A'raf: Ayat 69] Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya]. [Q.S Ibrahim ayat 34] Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan apa saja yang ada pada kalian dari suatu kenikmatan maka itu dari Allah]. [Q.S An-Nahl: Ayat 53]

(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا) اَيْ مِنْ هٰذِهِ الْفِكْرَةِ (اَلْمَحَبَّةُ وَالشُّكْرُ) اَيْ وَثَمْرَةُ هٰذَا التَّفَكُّرِ اِمْتِلَاءُ الْقَلْبِ بِمَحَبَّةِ اللّٰهِ وَالْإِشْتِغَالُ بِشُكْرِهِ بَاطِنًا وَظَاهِرًا كَمَا يُحِبُّهُ وَيَرْضَاهُ.  

(Akan lahir darinnya) Maksudnya dari tafakkur ini (Rasa cinta dan syukur) Maksudnya buah dari tafakkur ini adalah penuhnya hati dengan rasa cinta kepada Allah dan dengan mensyukuri kenikmatan dari Allah secara batin dan dzohir sebagaimana Allah cinta kepadanya dan Allah ridho kepadanya.

(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ فِى وَعْدِ اللّٰهِ تَعَالَى) لِلْأَعْمَالِ الَّتِيْ وَصَفَ اللّٰهُ بِهَا أَوْلِيَاءَهُ وَفِيْمَا أَعَدَّ لَهُمْ مِنَ الْخَيْرِ الْعَاجِلِ وَالْآجل.

(Dan) Sebagian dari objek-objek tafakkur (Adalah bertafakkur tentang janji-janji Allah Ta'ala) Pada amal-amal yang telah Allah sifati dengan amal itu pada para kekasih Allah. dan bertafakkur tentang perkara yang telah Allah persiapkan untuk mereka dari kebaikan dunia dan akhirat.

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: [أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُوْنَ]. [السجده: الاية ١٨]. وَقَالَ تَعَالَى: [فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ٥ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ٦ فَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى ٧]. [الليل: الآيات ٥-٧]. وَقَالَ تَعَالَى: [وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ]. [النور: الآية ٥٥]. وَقَالَ تَعَالَى: [إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيْمٍ ١٣]. [الانفطار: الآية ١٣].

Allah Ta'ala berfirman: [Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama] [Q.S As-Sajdah: Ayat 18] Dan Allah Ta'ala berfirman: [Adapun orang yang memberikan sedekah dan bertakwa 5 serta membenarkan adanya surga 6 maka kami akan memudahkan ia menuju jalan yang mudah 7]. [Q.S Al-Lail: Ayat 5-7]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan amal sholih, bahwa Allah sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa]. [Q.S An-Nur: Ayat 55]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang sangat besar]. [Q.S Al-Infithor: Ayat 13].

(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا الرَّغْبَةُ) فِى الْآخِرَةِ, أَيْ وَثَمْرَةُ هٰذَا التَّفَكُرِ مَحَبَّةُ السُّعَدَاءِ وَحَمْلُ النَّفْسِ عَلَى الْعَمَلِ بِأَعْمَالِهِمْ وَتَخَلُّقِ بِأَخْلَاقِهِمْ.

(Akan lahir dari bertafakkur ini suka) Pada Akhirat, Maksudnya buah dari tafakkur ini adalah cinta kepada orang orang yang bahagia dan mendorong diri supaya beramal dengan amal-amal mereka dan berakhlak dengan akhlak-akhlak mereka.

(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ فِى وَعِيْدِ اللّٰهِ تَعَالَى) لِلْأَخْلَاقِ الَّتِيْ وَصَفَ اللّٰهُ بِهَا أَعْدَاءَهُ وَفِيْمَا أَعَدَّ لَهُمْ مِنَ النَّكَالِ وَالْوَبَالِ

(Dan) Dari sebagian objek-objek tafakur (Adalah bertafakkur tentang ancaman dari Allah Ta'ala) karena akhlak-akhlak yang telah Allah sifati dengan akhlak-akhlak itu pada musuh-musuh Allah dan tentang perkara yang telah Allah siapkan untuk musuh-musuh Allah dari siksaan dan bencana.

قَالَ اللّٰه تَعَالَى: [وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِى جَحِيْمٍ ١٤]. [الإنفطار: الآية ١٤]. وَقَالَ تَعَالَى: [فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَّنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ ولٰكِنْ كَانُوْا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ]. [العنكبوت: الآية ٤٠].

Allah Ta'ala berfirman: [Sungguh orang-orang yang durhaka benar benar berada dalam neraka jahim ]. [Q.S Al-Infithor: Ayat 14]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Maka masing-masing Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri]. [Q.S Al-Ankabut: Ayat 40].

(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا الْهَيْبَةُ) أَيْ اَلْحَذَرُ مِنَ الْمَعَاصِى وَالْإِجْلَالُ لِلّٰهِ تَعَالَى.

(Akan lahir darinya rasa takut) Maksudnya waspada dari melakukan maksiat dan mengagungkan kepada Allah Ta'ala.

(وَ) مِنْهَا (فِكْرَةٌ فِى تَقْصِيْرِ نَفْسِهِ عَنِ الطَّاعَةِ) أَيْ عَنْ عِبَادَةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَفِى إِقْبَالِهِ لِسُخْطِهِ تَعَالَى بِإِتْيَانِهِ مَا نَهَاهُ عَنْهُ (مَعَ إِحْسَانِ اللّٰهِ تَعَالَى إِلَيْهِ).

(Dan) Dari sebagian objek-objek tafakkur (Bertafakkur tentang kekurangan diri sendiri dari keta'atan) Maksudnya dari beribadah kepada Allah Ta'ala dan tentang akan menghadapi dirinya pada kemarahan Allah Ta'ala karena dia melakukan sesuatu yang telah Allah larang padanya dari sesuatu itu (Beserta baiknya Allah Ta'ala kepadanya).

قَالَ اللّٰه تَعَالَى: [وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ]. [الذاريات: الآية ٥٦]. وَقَالَ تَعَالَى: [أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ]. [المؤمنون: الآية ١١٥].

Allah Ta'ala berfirman: [Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah]. [Q.S Adz-Dzariyat: Ayat 56]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian hanya main-main, dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?]. [Q.S Al-Mu'minun: Ayat 115].

(يَتَوَلَّدُ مِنْهَا الْحَيَاءُ) أَيْ وَهٰذَا التَّفَكُّرُ يَزِيْدُ فِى خَوْفِكَ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى وَيَحْمِلُكَ عَلَى لَوْمِ نَفْسِكَ وَتَوْبِيْخِهَا وَمُجَانَبَةِ التَّقْصِيْرِ وَمُلَازَمَةِ التَّشْمِيْرِ.

(Akan lahir darinya rasa malu) Maksudnya tafakkur ini akan menambah rasa takutmu kepada Allah dan akan mendorong padamu untuk menyalahkan dirimu dan menegur dirimu dan menghindari kelalaian dan membiasakan bersungguh-sungguh.

وَمِنْهَا: أَنْ تَتَفَكَّرَ فِى إِحَاطَةِ عِلْمِ اللّٰهِ بِكَ وَنَظَرِهِ إِلَيْكَ.

Dan sebagian dari objek-objek tafakkur: Bertafakkur tentang meliputinya ilmu Allah kepadamu dan melihatnya Allah kepadamu.

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: [وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ]. [ق: الآية ١٦]. وَقَالَ تَعَالَى: [وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ واللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ]. [الحديد: الآية ٤]. وَقَالَ تَعَالَى: [أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ]. [المجادلة: الآية ٧]. الآية.

Allah Ta'ala berfirman: [Dan sungguh benar benar telah Kami ciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadi]. [Q.S Qhof: Ayat 16]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan Allah bersama kalian dimanapun kalian berada Dan Allah maha mengetahui pada apa saja yang kalian kerjakan]. [Q.S Al-Hadid: Ayat 4]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Apakah kalian tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya]. [Q.S Al-Mujadalah: Ayat 7].

وَهٰذَا التَّفَكُّرُ ثَمْرَتُهُ أَنْ تَسْتَحِيَ مِنَ اللّٰهِ أَنْ يَرَاكَ حَيْثُ نَهَاكَ أَوْ يَفْقِدُكَ حَيْثُ أَمَرَكَ.

Dan Tafakkur ini buahnya adalah kamu menjadi malu kepada Allah apabila Allah melihat kamu di tempat Allah melarang kamu atau Allah kehilangan kamu di tempat Allah telah memerintah kamu.

وَمِنْهَا: أَنْ تَتَفَكَّرَ فِى هٰذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَكَثْرَةِ أَشْغَالِهَا وَسُرْعَةِ زَوَالِهَا وَفِى الْآخِرَةِ وَنَعِيْمِهَا وَدَوَامِهَا.

Dan sebagian dari objek-objek tafakkur: Bertafakkur tentang kehidupan dunia ini dan banyaknya kesibukan dunia dan begitu cepat sirnanya dunia dan bertafakkur tentang akhirat dan kenikmatan-kenikmatan akhirat dan keabadian akhirat.

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: [كَذٰلِكَ يُبَبِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْأَيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَنَفَكَّرُوْنَ ٢١٩ فِى الدُّنْيَا وَالْأٰخِرَةِ] [الْبَقَرَةُ: الْآيَتَانِ ٢١٩، ٢٢٠]، وَقَالَ تَعَالَى: [بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ١٢ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَّأَبْقٰى] [اَلْأَعْلَى: الْآيَتَانِ ١٧،١٦]، وَقَالَ تَعَالَى: [وَمَا هٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُونَ] [الْعَنْكَبُوتَ: الْآيَةَ ٦٤].

Allah Ta'ala berfirman: [Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat agar kalian berfikir 219 Tentang dunia dan Akhirat]. [Q.S Al-Baqoroh: Ayat 219-220]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Tetapi Kalian memilih kehidupan dunia 16 Sedang kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal]. [Q.S Al-A'la: Ayat 16-17]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.]. [Q.S Al-Ankabut: Ayat 64].

وَهَذَا التَّفَكُّرُ يُثْمِرُ لَكَ الزُّهْدَ فِي الدُّنْيَا وَالرَّغْبَةَ فِي الْآخِرَةِ.

Dan tafakkur ini bisa membuahkan untukmu sifat zuhud di dalam dunia dan senang pada akhirat.

وَمِنْهَا أَنْ تَتَفَكَّرَ فِى نُزُوْلِ الْمَوْتِ وَحُصُوْلِ الْحَسْرَةِ وَالنَّدَامَةِ بَعْدَ الْفَوْتِ.

Dan sebagian dari objek-objek tafakkur: Bertafakkur tentang turunnya kematian dan hasilnya kesedihan dan penyesalan sesudah hilangnya kesempatan.

قَالَ اللّٰه تَعَالَى: [قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ]. [الجمعة: الآية ٨]. وَقَالَ تَعَالَى: [يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذَالِكَ فاُولٰۤئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ]. [المنافقون: الآية ٩]. [وَلَنْ يُئَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا]. [المنافقون: الآية ١١].

Allah Ta'ala berfirman: [Katakanlah (Muhammad) Sesungguhnya kematian yang kalian lari dari padanya, ia pasti menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kaliaan kerjakan]. [Al-Jumu'ah: Ayat 8]. Dan Allah Ta'ala berfirman: [Hai orang-orang beriman, janganlah melalaikan kalian harta-harta kalian dan anak-anak kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi]. [Q.S Al-Munafiqun: Ayat 9]. [Dan Allah tidak akan menunda seseorang apabila telah datang ajalnya]. [Q.S Al-Munafiqun: Ayat 11].

وَفَائِدَةُ هٰذَا التَّفَكُّرِ قَصْرُ الْأَمَلِ وَإِصْلَاحُ الْعَمَلِ وَإِعْدَادُ الزَّادِ لِيَوْمِ الْمَعَادِ.

Faidah tafakkur ini adalah mengurangi angan-angan dan memperbaiki amal dan menyiapkan bekal untuk hari akhirat.

ويَنْبَغِيْ أَنْ تَسْتَحْضِرَ عِنْدَ كُلِّ نَوْعٍ مِنَ التَّفَكُّرِ مَا يُنَاسِبُهُ مِنَ الْآيَاتِ وَالْأَخْبَارِ وَالْآثَارِ وَاجْتَنِبِ التَّفَكُّرَ فِى ذَاتِ اللّٰهِ تَعَالَى وصِفَاتِهِ مِنْ حَيْثُ تَطْلُبُ الْمَاهِيَةَ  وَتَعْقِلُ الْكَيْفِيَّةَ.

Dan seyogianya kamu menghadirkan setiap masing-masing jenis tafakkur ini dalil-dalil yang cocok dari ayat-ayat dan hadits-hadits dan atsar-atsar. Dan jauhi olehmu bertafakkur tentang dzat Allah Ta'ala dan tentang sifat-sifat Allah dari sisi kamu mencari hakikat dan berfikir bagaimana Allah.

وَقَدْ رُوِيَ مَرْفُوْعًا إِلَى رَسُوْلِ اللّٰه ﷺ: [تَفَكَّرُوْا فِى آيَاتِ اللّٰهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى اللّٰهِ فَإِنَّكُمْ لَمْ تَقْدِرُوْهُ حَقَّ قَدْرِهِ]. اه أَيْ لَمْ تَعْرِفُوْهُ حَقَّ مَعْرِفَتِهِ.  

Dan benar-benar telah diriwayatkan dengan hadits marfu sampai Rasulullah  [Bertafakkurlah kalian tentang tanda-tanda kebesaran Allah dan janganlah kalian bertafakkur tentang Allah karena sungguh kalian tidak akan mampu mengukurnya dengan benar-benar mengukurnya]. Maksudnya kalian tidak bisa mengetahuinya dengan benar-benar mengetahui.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 16

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (بَيْنَ يَدَيِ التَّقْوَى) أَيْ أَمَامَ التَّقْوَى (خَمْسُ عَقَبَاتٍ) أَيْ مَصَاعِدَ (مَنْ جَاوَزَهَا) أَيْ تِلْكَ الْخَمْسَ (نَالَ التَّقْوَى) وَهِيَ: تَرْكُ مُرَادَاتِ النَّفْسِ, وَمُجَانَبَةُ نَهْيِ اللّٰهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Rahimahullahu Ta'ala (Di hadapan takwa)  Maksudnya di hadapan takwa (Ada lima rintangan) Maksudnya tanjakan (Barang siapa yang menempuh pada lima rintangan itu) Maksudnya lima tanjakan itu (Maka pasti ia akan memperoleh takwa) Takwa yaitu: Meninggalkan perkara-perkara yang diinginkan oleh nafsu dan menjauhi larangan dari Allah Ta'ala.

(أَوَّلُهَا: اِخْتِيَارُ الشِّدَّةِ) أَيْ الثِّقَلِ (عَلَى النِّعْمَةِ) أَيْ التَّمَتُّعِ.

(Yang pertama dari lima rintangan itu: Adalah memilih kesulitan) Maksudnya beban berat (Di atas kenikmat) Maksudnya kesenangan.

(وَثَانِيْهَا: اِخْتِيَارُ الْجَهْدِ) بِفَتْحِ الْجِيْمِ أَيْ الْمَشَقَّةِ (عَلَى الرَّاحَةِ) أَيْ زَوَالِ التَّعَبِ.

(Dan yang kedua dari lima rintangan itu: Adalah memilih bekerja keras) Lafadz الْجَهْدُ dengan memfathahkan ج Maksudnya bersusah payah (Dari pada bernyaman-nyaman) Maksudnya hilangnya susah payah.

(وَثَالِثُهَا: اِخْتِيَارُ الذِّلِّ) أَيْ الضَّعْفِ (عَلَى الْعِزِّ) أَيْ الْقُوَّةِ وَالْغَلَبَةِ.

(Dan yang ketiga dari lima rintangan itu: Adalah memilih hina) Maksudnya lemah (Di atas kemulyaan) Maksudnya kekuatan dan kemenangan.

(وَرَابِعُهَا: اِخْتِيَارُ السُّكُوْتِ عَلَى الْفُضُوْلِ) وَهُوَ مَا لَا خَيْرَ فِيْهِ مِنَ الْكَلَامِ.

(Dan yang keempat dari lima rintangan itu: Adalah memilih diam dari pada beromong kosong) Beromong kosong adalah sesuatu yang tidak ada kebaikan di dalamnya dari ucapan.

(وَخَامِسُهَا: اِخْتِيَارُ الْمَوْتِ عَلَى الْحَيَاةِ) وَالْمَوْتُ عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى قَمْعُ هَوَى النَّفْسِ, فَمَن مَاتَ عَنْ هَوَاهُ فَقَدْ حَيَّى بِهٰذِهِ.

(Dan yang kelima: Adalah memilih mati di atas kehidupan) Dan mati menurut wali Allah adalah hancurnya kesenangan nafsu, Maka barang siapa yang mati dari hawa nafsunya maka benar benar ia telah hidup dalam pengertian ini.

ثُمَّ الْمَوْتُ يَنْقَسِمُ أَرْبَعَةَ أَقْسَامٍ: مَوْتٌ أَحْمَرُ وَهُوَ مُخَالَفَةُ النَّفْسِ,

Kemudian mati terbagi pada empat bagian: Yang pertama adalah mati merah yaitu menyelisihi nafsu

وَمَوْتٌ أَبْيَضُ وَهُوَ الْجُوْعُ لِأَنَّهُ يُنَوِّرُ الْبَاطِنَ وَيُبَيِّضُ وَجْهَ الْقَلْبِ فَمَنْ مَاتَ شَبْعُهُ حَيِيَتْ فَطَنَتُهُ

Dan yang kedua adalah mati putih yaitu lapar karena sesungguhnya lapar itu dapat menerangi batin dan memutihkan wajah hati. Barang siapa yang mati rasa kenyangnya maka pasti hidup kecerdasannya

وَمَوْتٌ أَخْضَرُ وَهُوَ لُبْسُ الْمُرَقَّعِ مِنَ الْخِرَقِ الْمُلْقَاةِ الَّتِيْ لَا قِيْمَةَ لَهَا لِانْقِطَاعِهِ وَشِدَّتِهِ بِالْقَنَاعَةِ

Dan yang ketiga adalah mati hijau yaitu pakaian bertambal dari serpihan-serpihan yang dibuang yang tidak ada nilai baginya karena sifat zuhudnya dan karena sifat sangatnya pada qona'ah.

وَمَوْتٌ أَسْوَدُ وَهُوَ اِحْتِمَالُ أَذَى الْخَلْقِ وَهُوَ الْفَنَاءُ فِى اللّٰهِ لِشُهُوْدِ الْأَذَى مِنْهُ بِرُؤْيَةِ فَنَاءِ الْأَفْعَالِ فِى فِعْلِ مَحْبُوْبِهِ.

Dan yang keempat adalah mati hitam yaitu menanggung rasa sakit dari makhluk. Makhluk adalah fana menurut Allah karena menyaksikan rasa sakit dari Allah dengan melihat perbuatan-perbuatan fana (makhluk) dalam perbuatan dzat (Allah) yang dicintainya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 17

(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: النَّجْوَى تُحَصِّنُ الْأَسْرَارَ)  أَيْ الْمُسَارَرَةُ تَحْفَظُ الْأُمُوْرَ الْمَكْتُوْمَةِ, فَكِتْمَانُ الْأَسْرَارِ أَقْوَى أَسْبَابِ النَّجَاحِ,

Maqolah yang ke tujuh belas (Dari Nabi : Berbisik-bisik itu dapat membentengi rahasia-rahasia) Maksudnya berbisik-bisik itu dapat menjaga urusan yang disimpan. Maka menyimpan rahasia-rahasia adalah paling kuatnya sebab kesuksesan.

رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اِسْتَعِيْنُوْا عَلَى الْحَاجَاتِ بِالْكِتْمَانِ فَإِنَّ كُلَّ ذِيْ نِعْمَةٍ مَحْسُوْدٌ].

Diriwayatkan dari Nabi sesunngguhnya Nabi bersbda: [Minta tolonglah kalian semua atas kebutuhan dengan cara menyembunyikan karena sesungguhnya setiap yang memiliki nikmat akan dihasud].

(وَالصَّدَقَةُ تُحَصِّنُ الْأَمْوَالِ) رُوِيَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا مِنْ يَوْمٍ غَرَبَتْ فِيْهِ شَمْسُهُ إِلَّا وَمَلكَانِ يُنَادِيَانِ: اَللّٰهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَمُمْسِكًا تَلَفًا وَأُنْزِلَ فِى ذَالِكَ الْقُرْآنُ: فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ ٥ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ ٦ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ ٧]  [الليل: الآية ٥-٧]

(Dan sedekah itu akan menjaga harta-harta) Diriwayatkan dari Abu Darda ia berkata: Rasulullah bersabda: [Tidak ada satu haripun yang mataharinya terbenam di dalamnya melainkan dua malaikat berseru: Ya Allah semoga engkau memberikan kepada orang yang berinfak pengganti dan semoga engkau memberikan kepada orang yang pelit kerusakan. Dan diturunkan Al-Quran dalam makna seperti itu: Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, (5) dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, (6) maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (7) ]. [Q.S Al-Lail: Ayat 5-7]

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عنهُمَا: أَيْ مَنْ أَعْطَى فِيْمَا أُمِرَ وَاتَّقَىٰ فِيْمَا حَضَرَ وَصَدَّقَ بِالْخَلَفِ مِنْ عَطَائِهِ فَسَنُهَيِّئُهُ لِلْخَصْلَةِ الَّتِيْ تُؤَدِّي إِلَى رَاحَةٍ.

Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma berkata: Maksudnya orang yang memberikan hartanya pada perkara yang ia telah diperintah dan ia berhati-hati pada harta yang ada dan ia membenarkan pada balasan dari pemberiannya maka kami akan menjadikan ia berseri-seri karena kebiasaan yang mendorong kebiasaan itu pada ketenangan.

(وَالْإِخْلَاصُ يُحَصِّنُ الْأَعْمَالِ) فَأَعْلَى مَرَاتِبِ الْإِخْلَاصِ تَصْفِيَةُ الْعَمَلِ عَنْ مُلَاحَظَةِ الْخَلْقِ بِأَنْ لَا يُرِيْدَ بِعِبَادَتِهِ إِلَّا إِمْتِثَالَ أَمْرِ اللّٰهِ وَالْقِيَامَ بِحَقِّ الْعُبُوْدِيَّةِ دُوْنَ إِقْبَالِ النَّاسِ عَلَيْهِ بِالْمَحَبَّةِ وَالثَّنَاءِ وَالْمَالِ وَنَحْوِ ذَالِكَ.

(Dan Ikhlas itu dapat menjaga amal-amal) Maka paling tingginya tingkatan-tingkatan ikhalas adalah memurnikan amal dari perhatian manusia dengan tidak mengharapkan atas ibadahnya kecuali menjalankan perintah Allah dan mendirikan kewajiban ibadah bukan karena supaya manusia menghapad padanya dengan cinta dan pujian dan harta dan semisal dari itu semua.

وَالْمَرْتَبَةُ الثَّانِيَةُ: أَنْ يَعْمَلَ لِلّٰهِ لِيُعْطِيَهُ الْحُظُوْظَ الْأُخْرَوِيَةَ كَالْبُعَادِ عَنِ النَّارِ وَإِدْخَالِهِ الْجَنَّةَ وََتَنْعِيْمِهِ بِأَنْوَاعِ مَلَاذِهَا.

Dan tingkatan yang kedua: Adalah beramal karena Allah supaya Allah memberi kepadanya bagian keakhiratan seperti dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan diberikan kenikmatan kenikmatan dengan berbagai warna kenikmatan surga.

وَالْمَرْتَبَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَعْمَلَ لِلّٰهِ لِيُعْطِيَهُ حَظًّا دُنْيَوِيًا كَتَوْسِعَةِ الرِّزْقِ وَدَفْعِ الْمُؤْذِيَاتِ وَمَا عَدَا ذَالِكَ رِيَاءُ مَذْمُوْمٍ.

Dan tingkatan ikhlas yang ketiga: Adalah beramal karena Allah supaya Allah memberi kepadanya bagian duniawi seperti diluaskannya rizki dan dicegah dari hal-hal yang menyakitkan. Dan perkara yang selain itu semua adalah ria yang tercela.

(وَالصِّدْقُ) فِى الْمَقَالِ (يُحَصِّنُ الْأَقْوَالَ) فَالْكَاذِبُ غَيْرُ مَقْبُوْلٍ كَلَامُهُ عِنْدَ اللّٰهِ وَعِنْدَ الْخَلْقِ.

(Dan jujur) Dalam perkataan (Itu dapat membentengi berbagai perkataan) Maka orang yang berbohong itu tidak diterima ucapannya di sisi Allah dan di sisi Makhluk.

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا فِى قَوْلِهِ تَعَالَى: [وَلَا تَلْبِسُوْا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ]. [البقرة: الآية ٤٢]. أَيْ لَا تُخَلِّطُوْا الصِّدْقَ بِالْكَذِبِ.

Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma berkata mengenai firman Allah Ta'ala: [Janganlah kalian saling mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan]. [Q.S Al-Baqoroh: Ayat 42]. Maksudnya janganlah kalian mencampuradukkkan kejujuran dengan kedustaan.

وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: اَلْخَرْسُ خَيْرٌ مِنَ الْكَذِبِ وَصِدْقُ اللِّسَانِ أَوَّلُ السَّعَادَةٍ.

Sebagian orang-orang bijaksana berkata: Bisu itu lebih baik daripada bohong dan jujurnya perkataan adalah awal kebahagiaan.

وَقَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلصَّادِقُ مُصَانٌ خَلِيْلٌ وَالْكَاذِبُ مُهَانٌ ذَلِيْلٌ.

Sebagian ulama ahli balaghoh berkata: Orang yang jujur itu dijaga dikasihi dan orang yang berbohong itu terhina lagi rendah

(وَالْمَشُوْرَةُ) فِى الْأُمُوْرِ (تُحَصِّنُ الْآرَاءَ) أَيْ اَلتَّدْبِيْرَاتِ فَالْمَشُوْرَةُ سَبَبُ نَجَاةٍ مِنْ سِهَامِ الظُّلْمِ.

(Musyawarah) di dalam berbagai perkara (Itu dapat membentengi berbagai pendapat) Maksudnya berbagai pemikiran karena musyawarah adalah sebab keselamatan dari berbagai anak panah kedzoliman

رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلْمَشُوْرَةُ حِصْنٌ مِنَ النَّدَامَةِ وَأَمَانٌ مِنَ الْمَلَامَةِ].

Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnhya Nabi bersabda: [Musyawarah adalah benteng dari penyesalan dan pengaman dari balabencana].

وَقَالَ عَلِيُّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ وَرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: نِعْمَ الْمَوَازِرَةُ الْمُشَاوَرَةُ, وَبِئْسَ الْاِسْتِعْدَادُ الْاِسْتِبْدَادُ.

Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu Waradhiallahu Anhu berkata: sebaik baiknya memberi bantuan itu dengan bermusyawarah dan sejelek jeleknya persiapan adalah semena-mena.

وَالْمَشُوْرَةُ بِسُكُوْنِ الشِّيْنِ وَفَتْحِ الْوَاوِ أَوْ بِضَمِّ الشِّيْنِ وَسُكُوْنِ الْوَاوِ.

Lafadz المشورة itu dengan mensukunkan huruf ش dan memfathahkan huruf و atau dengan mendhommahkan huruf ش dan mensukunkan huruf و.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 18

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّ فِي جَمْعِ المَالِ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَذْمُوْمَةِ

Maqolah yang ke delapan belas (Nabi Alaihis Salam bersabda: Sesungguhnya dalam mengumpulkan harta itu ada lima perkara:) Dari sifat-sifat yang tercela

(اَلْعَنَاءَ) أَيْ اَلذِّلَّةَ وَحُصُوْلَ الْمَشَقَّةِ (فِى جَمْعِهِ) أَيْ اَلْمَالِ

(Susah payah) kehinaan dan hasilnya kesusahan (Dalam mengumpulkannya) Maksudnya harta 

(والشُّغْلَ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى بِإِصْلَاحِهِ) أَيْ اَلْمَالِ

(Dan sibuk jauh dari berdzikir kepada Allah Ta'ala karena mengurusnya) Maksudnya harta 

(وَالخَوْفَ مِنْ سَالِبِهِ) أَيْ آخِذَهُ بِالْقَهْرِ أَوْ بِالْاِخْتِلَاسِ (وَسَارِقِهِ) أَيْ آخِذِهِ خُفْيَةً 

(Dan takut terhadap orang yang mengambilnya) Maksudnya mengambil harta dengan paksaan atau dengan menjambret (Dan terhadap orang yang mencurinya) Maksudnya mengambil harta secara sembunyi-sembunyi

(وَاحْتِمَالَ اسْمِ الْبَخِيْلِ لِنَفْسِهِ وَمُفَارَقَةَ الصَّالِحِينَ مِنْ أَجْلِهِ) أَيْ مِنْ أَجْلِ خِدْمَةِ الْمَالِ

(Dan menanggung julukan orang yang paling pelit untuk dirinnya dan berpisah dengan orang-orang sholeh karena arah arah harta) Maksudnya karena arah-arah berkhidmah pada harta

(وَفِي تَفْرِيْقِهِ) أَيْ اَلْمَالِ بِإِجْرَائِهِ عَلَى سَبِيْلِ الْخَيْرِ (خَمْسَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ

(Dan sesungguhnya dalam membagi-bagikannya) Maksudnya harta dengan membelanjakannya pada jalan kebaikan (Itu ada lima perkara:) Dari sifat-sifat yang terpuji 

(رَاحَةَ النَّفْسِ) أَيْ اَلْبَدَنِ (مِنْ) تَعَبِ (طَلَبِهِ) أَيْ اَلْمَالِ

(Tenangnya diri) Maksudnya badan (Dari) Rasa letih (mencari harta) Maksudnya harta 

(وَالْفَرَاغَ لِذِكْرِ اللّٰهِ) أَيْ اَلتَّبَتُّلَ إِلَى ذِكْرِ اللّٰهِ تَعَالَى وَالْاِنْقِطَاعِ (مِنْ حِفْظِهِ) أَيْ اَلْمَالِ

(Dan waktu luang untuk berdzikir kepada Allah) Maksudnya sungguh-sungguh beribadah dengan berdzikir kepada Allah Ta'ala dan terputus (Dari menjaganya) Maksudnya harta

(وَالْأَمْنَ) أَيْ عَدَمُ الْخَوْفِ (مِنْ سَالِبِهِ وسَارِقِهِ) وَهُوَ الْآخِذُ مِنْ مَحْرُوْزٍ بِحَافِظٍ أَوْ بِمَكَانٍ بِلَا شُبْهَةٍ

(Dan rasa aman) Maksudnya tidakadanya rasa takut (Pada orang yang mengambil harta dan orang yang mencurinya) سَارِقٌ Adalah orang yang mengambil harta dari harta yang dijaga oleh penjaga atau oleh tempat terpercaya

(وَاكْتِسَابَ اسْمِ الْكَرِيْمِ لِنَفْسِهِ ومُصَاحَبَةَ الصَّالِحِيْنَ لِفِرَاقِهِ) قَالَ بَعْضُ الْفُصَحَاءِ: جُوْدُ الرَّجُلِ يُحَبِّبُهُ إِلَى أَضْدَادِهِ وَبُخْلُهُ يُبَغِّضُهُ إِلَى أَوْلَادِهِ.

(Dan memperoleh julukan orang dermawan untuk dirinya dan bersahabat dengan orang-orang sholeh karena berpisah dari harta) Sebagian dari orang-orang fasih berkata: Baik hatinya seseorang itu menjadi sebab ia dicintai oleh musuh-musuhnya dan pelitnya seseorang itu menjadi sebab dibencinya ia oleh anak-anaknya.

 وَقَالَ بَعْضُ الْفُصَحَاءِ: خَيْرُ الْأَمْوَالِ مَا اسْتَرَقَّ حُرًّا وَخَيْرُ الْأَعْمَالِ مَا اسْتَحَقَّ شُكْرًا.

Dan sebagian dari orang-orang fasih berkata: Sebaik-baiknya harta adalah harta yang telah memperbudak orang merdeka dan sebaik-baiknya amal adalah amal yang patut disukuri

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 19

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: لَا يَجْتَمِعُ فِى هٰذَا الزَّمَانِ لِأَحَدٍ مَالٌ إِلَّا وَعِنْدَهُ خَمْسُ خِصَالٍ) أَيْ صِفَاتٍ مَذْمُوْمَةٍ

Maqolah yang ke sembilan belas (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullahu Ta'ala: Tidaklah berkumpul pada masa ini bagi seseorang suatu harta melainkan di sisinya ada lima perkara) Maksudnya sifat-sifat yang tercela 

(طُوْلُ الْأَمَلِ) أَيْ تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُوْلُهُ

(Panjang angan-angan) Maksudnya mengharapkan sesuatu yang mustahil hasilnya perkara itu.

(وَحِرْصٌ غَالِبٌ) فَالرَّاغِبُ فِى الدُّنْيَا مَلُوْمٌ وَطَالِبُ فُضُوْلِهَا مَذْمُوْمٌ وَالرَّغْبَةُ إِنَّمَا تُخْتَصُّ بِمَا جَاوَزَ حَدَّ الْحَاجَةِ، وَالْفُضُوْلُ إِنَّمَا يَنْطَلِقُ عَلَى مَا زَادَ عَلَى قَدْرِ الْكِفَايَةِ .

(Keserakahan yang terlalu kuat) Maka orang yang gila pada dunia itu dicela dan orang yang mencari kelebihan-kelebihan dunia itu dicacat dan kesenangan hanyalah dikhususkan atas perkara yang melewati batas kebutuhan dan berlebih lebihan hanyalah digunakan atas perkara yang melebihi pada ukuran kecukupan

قَالَ ﷺ : [لَيْسَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا لِلْآخِرَةِ وَلَا الْآخِرَةَ لِلدُّنْيَا ولٰكِنْ خَيْرُكُمْ مَنْ أَخَذَ مِنْ هٰذِهِ وَهٰذِهِ].

Rasulullah bersabda: [Bukanlah yang terbaik di antara kalian orang yang meninggalkan dunia untuk akhirat dan bukanlah yang terbaik di antara kalian orang yang meninggalkan akhirat untuk dunia akan tetapi orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mengambil dari dunia dan dari Akhirat].

وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [نِعْمَ الْمَطِيَّةُ الدُّنْيَا فَارْتَحِلُوْهَا تُبَلِّغْكُمُ الْآخِرَةَ].

Dan diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Sebaik-baiknya kendaraan adalah dunia maka berangkatlah kalian dengan dunia yang akan menghantarkan kamu menuju akhirat].

وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ کَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: اَلدُّنْیَا دَارُ صِدْقٍ لِمَنْ صَدَقَهَا وَدَارُ نَجَاةٍ لِمَنْ فَهِمَ عَنْهَا وَدَارُ غِنًى لِمَنْ تَزَوَّدَ مِنْهَا .

Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu berkata: Dunia adalah tempat kebenaran bagi orang yang membenarkannya dan tempat keselamatan bagi orang yang memahami tentang dunia dan tempat kekayaan bagi orang yang menyiapkan bekal darinya.

(وَشُحٌّ شَدِيْدٌ) أَيْ بُخْلٌ مُطَاعٌ (وَقِلَّةُ الْوَرَعِ) أَيْ عَدَمِهِ، فَالْوَرَعُ هُوَ اجْتِنَابُ الشُّبُهَاتِ خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمُحَرَّمَاتِ. وَقِيْلَ: هُوَ مُلَازَمَةُ الْأَعْمَالِ الْجَمِيْلَةِ.

(Dan sifat pelit yang sangat) Maksudnya kekikiran yang diikuti (Dan sedikitnya rasa wara') Maksudnya tidak adanya rasa wara'. Wara' adalah menjauhi syubhat-syubhat karena takut terjatuh pada perkara-perkara yang diharamkan. Dan dikatakan: Wara' adalah senantiasa melakukan amal-amal yang baik.

 (وَنِسْيَانُ الْآخِرَةِ، قَالَ الْقَائِلُ:

(Dan lupa pada akhirat. Seorang penyair berkata:

يَا خَاطِبَ الدُّنْيَا إِلَى نَفْسِهِ $  إِنَّ لَهَا فِى كُلِّ يَوْمٍ خَلِيْلًا

تَسْتَنْكِحُ الْبَعْلَ وَقَدْ وُطِئَتْ  $  فِي مَوْضِعٍ آخَرَ مِنْهُ بَدِيْلًا

مَا أَقْبَلَ الدُّنْيَا لِخُطَابِهَا $   لِقَنْلِهِمْ قَتِيْلًا قَتِيْلًا

إِنِّيْ لَمُغْتَرٌّ وَإنَّ الْبَلَا  $  يَعْمَلُ فِىْ جِسْمِيْ قَلِيْلًا قَلِيْلًا

تَزَوَّدُوْا لِلْمَوْتِ زَادًا فَقَدْ  $ نَادَى الْمُنَادِيْ الرَّحِيْلُ الرَّحِيْلًا)

 

Wahai orang yang melamar dunia untuk dirinya $

Sesungguhnya bagi dunia itu setiap hari ada kekasih baru

 

Dunia meminta dinikahi oleh pria padahal dunia telah dijima $

Di tempat yang lain sebagai ganti dari pria itu

 

Aduhai betapa dunia mudah menerima bagi para pelamarnya $

Untuk membunuh mereka semua satu persatu

 

Sungguh aku benar-benar telah tertipu dan sesungguhnya balai $

Telah menjalar dalam tubuhku sedikit demi sedikit

 

persiapkanlah oleh kalian semua bekal untuk kematian. ،Karena benar-bena $

Telah menyeru sang juru penyeru ayo berangkat ayo berangkat

 
أَيْ اِرْكَبُوْا مَرْكُوْبَكُمْ وَسِيْرُوْا فِى طَرِيْقِ الْآخِرَةِ

Maksudnya naikilah oleh kalian kendaraan kalian dan berjalanlah kalian ke jalan menuju akhirat

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 20

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (عَنْ حَاتِمِ الْأَصَمِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ أَنَّهُ قَالَ: اَلْعَجَلَةُ) أَيْ اَلْإِسْرَاعُ فِى الْأُمُوْرِ (مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا فِى خَمْسِ مَوَاضِعَ فَإِنَّهَا) أَيْ اَلْعَجَلَةَ فِيْهَا (مِنْ سُنَنِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ : إِطْعَامُ الضَّيْفِ) بِمَا لَا يَتَكَلَّفُ عِنْدَ الْمُضِيْفِ (إِذَا نَزَلَ) أَيْ اَلضَّيْفُ فِى مَنْزِلِهِ.

Maqolah yang ke dua puluh (Dari Hatim Al-Ashom Rahimahullah sesungguhnya ia berkata: Terburu-buru) Maksudnya tergesa gesa dalam suatu urusan (Itu dari setan kecuali dalam lilma tempat karena sesungguhnya terburu-buru) Maksudnya terburu-buru dalam lima tempat (Itu termasuk sunah sunah Rasulullah : Memberi makan tamu) Dengan makanan yang tidak memberatkan bagi tuan rumah (Ketika singgah) Maksudnya tamu ke dalam rumahnya tuan rumah. 

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَظْعَمَ أَخَاهُ المُسْلِمَ شَهْوَتَهُ حَرَّمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى عَلَى النَّارِ] أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ.

Dan dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Barang siapa memberi makan kepada saudaranya yang muslim yang menjadi kesenangannya maka Allah mengharamkan padanya masuk neraka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.

وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَطْعَمَ أَخَاهُ مِنَ الْخُبْزِ حَتَّى يُشْبِعَهُ وسَقَاهُ مِنَ الْمَاءِ حَتَّى يُرْوِيَهُ بَعُدَ مِنَ النَّارِ سَبْعَ خَنَادِقَ كُلُّ خَنْدَقٍ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ] أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ وَالطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ وَالْبَيْهَقِيُّ.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu Anhuma sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Barang siapa yang memberi makan saudaranya roti samapi ia mengenyangkannya dan ia memberi minum saudaranya  air sampai ia menyegarkannya maka ia menjadi jauh dari neraka tujuh jurang setiap jurangnya itu perjalanan tujuh ratus tahun]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Nasai dan Imam Thabrani dan Imam Hakim dan Imam Al-Baihaqi

(وَتَجْهِيْزُ الْمَيْتِ) بِالْغُسْلِ وَالتَّكْفِيْنِ وَالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَالدَّفْنِ (إِذَا مَاتَ) يَقِيْنًا.

(Dan mengurus orang mati) Dengan cara memandikan dan mengkafani dan mensholati atasnya dan mengurubkan (Ketika mati) Secara yakin. 

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَوَّلَ مَا يُجَازَى الْمُؤْمِنُ بَعْدَ مَوْتِهِ أَنْ يُغْفَرَ لِجَمِيعِ مَنْ تَبِعَ جَنَازَتَهُ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya perkara yang pertama kali di balas kepada orang mu'min setelah kematiannya adalah diampuni bagi semua orang yang mengikuti jenazahnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا مَاتَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ اسْتَحْيَا اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُعَذِّبَ مَنْ حَمَلَهُ وَمَنْ تَبِعَهُ ومَنْ صَلَّى عَلَيْهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

Diriwayatkan sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Ketika mati seorang lelaki dari Ahli surga maka Allah Azza Wajalla malu untuk mengadzab kepada orang yang membawanya dan kepada orang yang mengikutinya dan kepada orang yang mensholati atasnya].Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi

(وَتَزْوِيْجُ الْبِنْتِ إِذَا بَلَغَتْ) عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ زَوَّجَ بِنْتًا تَوَّجَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَاجَ الْمُلُوكِ] أَخْرَجَهُ ابْنُ شَاهِيْنِ. 

(Dan menikahkan anak perempuan ketika telah baligh) Dari Aisyah Radhiallahu Anha Sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Barang siapa yang menikahkan anak perempuan maka Allah pasti akan memberikan mahkota kepadanya pada hari kiamat dengan mahkota para raja] Telah meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Syahin.

(وَقَضَاءُ الدَّيْنِ إِذَا وَجَبَ) كَأَنْ جَاءَ أَجَلُهُ (وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذَّنْبِ إِذَا فَرَطَ) بِوَزْنِ قَتَلَ أَيْ تَقَدَّمَ، وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا: [إنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ فِى الْمَجْلِسِ يَقُوْلُ: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الغَفُورُ مِائَةَ مَرَّةٍ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَأَبُوْ دَاوُدَ.

(Dan membayar hutang ketika sudah wajib) Seperti telah datang temponya (Dan bertaubat dari dosa ketika telah melakukannya) Lafadz فَرَطَ dengan wazan قَتَلَ Maksudnya telah berlalu. Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma: [Sungguh kami benar-benar menghitung kepada Rasulullah dalam sekali duduk, beliau membaca: Ya Tuhanku, semoga engkau mengampuniku dan semoga engkau menerima taubatku sesungguhnya engkau maha penerima taubat dan maha pengampun, seratus kali.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi dan Imam Abu Daud

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الدَّوْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (شَقِيَ إِبْلِيْسُ بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: لم يُقِرَّ بِالذَّنْبِ) أَيْ لَمْ يَعْتَرِفْ بِهِ عَلَى نَفْسِهِ (وَلَمْ يَنْدَمْ) أَيْ لَمْ يَحْزَنْ عَلَى ذَنْبِهِ (وَلَمْ يَلُمْ نَفْسَهُ) عَلَى فِعْلِهِ (وَلَمْ يَعْزِمْ عَلَى التَّوْبَةِ، وَقَنِطَ) مِنْ بَابِ ضَرَبَ وَتَعِبَ (مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ. وَسَعِدَ آدَمُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ 

Maqolah yang ke dua puluh satu (Muhammad bin Dauri berkata) Rahimahullahu Ta'ala (Iblis telah celaka karena lima perkara: Ia tidak mengakui atas dosanya) Maksudnya ia tidak mengakui dosa itu atas dirinya (Dan ia tidak menyesal) Maksudnya ia tidak bersedih atas dosanya (Dan ia tidak mencela dirinya) Karena perbuatannya (Dan ia tidak niat untuk bertaubat, dan ia berputus asa) lafadz قنط itu dari bab wazan ضَرَبَ dan dari bab wazan تَعِبَ (Dari rahmat Allah. Dan Nabi Adam telah bahagia) Alaihis Salam

(بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: أَقَرَّ بِالذَّنْبِ) وَقَالَ: [رَبَّنَا َظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ] [الأعرَاف: الآية ٢٣]. 

(Karena lima perkara: Ia mengakui atas dosanya) Dan ia berkata: [Tuhan kami kami telah mendzolimi diri kami dan jika engkau tidak memberikan ampunan untuk kami dan jika engkau tidak menyayangi kami sungguh kami benar-benar akan menjadi termasuk dari golongan orang orang yang rugi] [Q.S Al-A'rof: Ayat 23]

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: [إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا اعْتَرَفَ بِذَنْبِهِ ثُمَّ تَابَ تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِ] رَوَاهُ الشَّيْخَانِ

Dan dari Aisyah Radhiallahu Anha: [Sesungguhnya seorang hamba ketika ia mengakui atas dosanya kemudian ia bertaubat maka pasti Allah akan menerima tobat atasnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari dan Imam Muslim

(وَنَدِمَ عَلَيْهِ) أَيْ اَلذَّنْبِ. وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [مَنْ أَخْطَأَ خَطِيْئَةً أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا ثُمَّ نَدِمَ فَهُوَ كَفَّارَتُهُ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. 

(Dan ia menyesal atasnya) Maksudnya dosa. Dan dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhuma berkata. Nabi bersabda: [Barang siapa yang melakukan kesalahan atau melakukan dosa kemudian ia menyesal maka penyesalan itu menjadi penghapus dosanya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi

(وَلَامَ نَفْسَهُ) عَلَى فِعْلِ ذٰلِكَ الْخَطَأِ (وَأَسْرَعَ فِى التَّوْبَةِ) بِتَعَاِطِي أَسْبَابِهَا (وَلَمْ يَقْنَطْ مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ).

(Dan ia mencaci dirinya) karena melakukan kesalahan itu (Dan ia bersegera dalam bertaubat) Dengan cara memenuhi sebab-sebab taubat (Dan ia tidak berputus asa dari mengharapkan rahmat Allah).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ شَقِيْقِ الْبَلْخِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ، وَهُوَ أُسْتَاذُ حَاتِمِ الْأَصَمِّ:

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dari Syaqiq Al-Balkhi) Rahimahullah. Ia adalah guru dari Hatim Al-Ashom 

قِيْلَ كَانَ سَبَبُ تَوْبَتِهِ أَنَّهُ كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ الْأَغْنِيَاءِ خَرَجَ لِلتِّجَارَةِ إِلَى أَرْضِ التُّرْكِ فَدَخَلَ بَيْتًا لِلْأَصْنَامِ فَرَأَى خَادِمًا لِلْأَصْنَامِ فِيْهِ قَدْ حُلِقَ رَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ

Dikatakan yang menjadi sebab taubatnya Syaqiq Al-Balkhi adalah sesungguhnya dia menjadi salah satu dari anak orang kaya, dia pergi berdagang ke tanah Turki, kemudian dia memasuki rumah milik berhala dan melihat seorang pelayan milik berhala. di dalamnya benar benar telah dipangkas rambut dari pelayan itu dan janggut dari pelayan itu. 

فَقَالَ شَقِيْقٌ لِلْخَادِمِ: إِنَّ لَكَ صَانِعًا حَيًّا عَالِمًا قَادِرًا فَاعْبُدْهُ وَلَا تَعْبُدْ هٰذِهِ الْأَصْنَام الَّتِيْ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ، فَقَالَ: إِنْ كَانَ الْأَمْرُ كَمَا تَقُوْلُ فَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَرْزُقَكَ بِبَلَدِكَ فَلِمَ تَحَمَّلْتَ الْمَشَقَّةَ إِلَى هَا هُنَا لِلتِّجَارَةِ؟ فَانْتَبَهَ شَقِيْقٌ وَأَخَذَ فِى طَرِيْقِ الزُّهْدِ.

Maka Shaqiq berkata kepada pelayan: Sesungguhnya kamu mempunyai Pencipta yang maha hidup, Maha Mengetahui, dan Mahakuasa, maka sembahlah Dia dan janganlah kamu menyembah berhala-berhala ini yang tidak dapat memberi madarat dan tidak dapat memberi manfaat. Maka pelayan berkata: Jika terbukti itu seperti yang kamu katakan, Maka dzat yang engkau sebut itu mampu memberi rezeki kepadamu di negaramu, jadi mengapa kamu menanggung kesulitan dengan datang ke sini untuk berdagang? Kemudian Shaqiq sadar dan ia menempuh jalan zuhud.

وَقِيْلَ: كَانَ سَبَبُ زُهْدِهِ أَنَّهُ رَأَى مَمْلُوْكًا يَلْعَبُ فِي زَمَانٍ قَحْطٍ وَكَانَ النَّاسُ مَحْزُوْنِيْنَ بِهِ فَقَالَ شَقِيْقٌ: مَا هَذَا النَّشَاطُ الَّذِيْ فِيْكَ أَمَّا تَرَى مَا فِيْهِ النَّاسُ مِنَ الجَدْبِ؟ فَقَالَ ذٰلِكَ الْمَمْلُوْكُ: وَمَا عَلَيَّ مِنْ ذٰلِكَ وَلِمَوْلَايَ قَرْيَةٌ خَالِصَةٌ يَدْخُلُ لَهُ مِنْهَا مَا نَحْتَاجُ نَحْنُ إِلَيْهِ.

Dikatakan: Yang menjadi sebab zuhudnya adalaha sesungguhnya ia melihat seorang budak yang bermain pada musim kemarau dan manusia menjadi disedihkan karena musim kemarau kemudian Syaqiq berkata: Kenapa kesenangan ini ada pada dirimu tidakkah kamu melihat kesusahan-kesusahan yang ada di dalam kesusahan itu manusia karena kekeringan ? Kemudian budak itu berkata: Dan kesalahan apa yang ada padaku dari bersenang senang sedangkan adalah milik tuanku desa yang murni yang masuk miliknya ke dalam desa apa yang kami butuhkan darinya.

فَانْتَبَهَ شَقِیْقٌ وَقَالَ: إِنْ كَانَ لِمَوْلَاهُ قَرْيَةٌ وَمَوْلَاهُ مَخْلُوْقٌ فَقِيْرٌ ثُمَّ إِنَّهُ لَیْسَ يَهْتَمُّ لِرِزْقِهِ فَكَيْفَ يَلِيْقُ أَنْ يَهْتَمَّ الْمُسْلِمُ لِرِزْقِهِ وَمَوْلَاهُ غَنِيٌّ.

Kemudian Shaqiq sadar dan berkata: Jika tuannya mempunyai desa sementara tuannya adalah makhluk yang fakir kemudian sesungguhnya budak itu tidak gelisah pada rizkinya, maka apakah pantas seorang muslim gelisah pada rizkinya sementara tuannya adalah dzat yang maha kaya.

(أَنَّهُ قَالَ: عَلَيْكُمْ بِخَمْسِ خِصَالٍ) أَيْ اِلْزَمُوْهَا (فَاعْمَلُوْهَا) وَهٰذَا تَرْغِيْبٌ وَتَرْهِيْبٌ (اُعْبُدُوْا اللّٰهَ بِقَدْرِ حَاجَتِكُمْ إِلَيْهِ) وَطَلَبِكُمْ مِنْهُ إِلَى إِحْسَانِهِ وَإِفْضَالِهِ

(Sesungguhnya Syaqiq berkata: Wajib atas kalian lima perkara) Maksudnya lalzimkanlah oleh kalian lima perkara ini (Maka amalkanlah oleh kalian lima perkara ini)  Dan ini adalah mendorong dan memperingati (Beribadahlah kalian kepada Allah dengan batas kebutuhan kalian kepadanya) Dan dengan batas permintaan kalian darinya kepada kebaikannya dan karunianya.

(وَخُذُوْا مِنَ الدُّنْيَا) أَيْ مِنْ مَتَاعِهَا (بِقَدْرِ عُمْرِكُمْ) أَيْ حَيَاتِكُمْ وَبَقَائِكُمْ (فِيْهَا، وَأَذْنِبُوْا اللّٰهَ) أَيْ عَامِلُوْا مَعَ اللّٰهِ بِالذَّنْبِ (بِقَدْرِ طَاقَتِكُمْ عَلَى عَذَابِهِ) فَلَا طَاقَةَ لِأَحَدٍ عَلَى تَحَمُّلِ عَذَابِ اللّٰهِ تَعَالَى فَإِنَّ عَذَابَهُ شَدِيْدٌ

(Dan ambillah oleh kalian dari dunia) Maksudnya dari kesenangan dunia (Dengan sebatas umur kalian) Maksudnya sebatas hidupmu dan sisa hidupmu (Di dunia, Dan berbuat dosalah kalian kepada Allah) Maksudnya beramallah kalian terhadap Allah dengan sebuah dosa (Dengan sebatas kemampuan kalian atas adzabnya Allah) Maka tidak ada yang sanggup bagi seseorang untuk menanggung adzabnya Allah karena sesungguhnya adzab Allah itu sangatlah berat

(وَتَزَوَّدُوْا فِى الدُّنْيَا) أَيْ اِتَّخِذُوْا فِيْهَا زَادًا لِسَفَرِكُمْ إِلَى الْآخِرَةِ (بِقَدْرِ مُكْثِكُمْ فِى الْقَبْرِ) أَيْ وَمَا بَعْدَهُ، وَإِنَّمَا ذُكِرَ الْقَبْرُ لِأَنَّهُ أَوَّلُ أُمُوْرِ الْآخِرَةِ فَإِذَا خُفِّفَ فِيْهِ خُفِّفَ فِيْمَا بَعْدَهُ وَإِذَا شُدِّدَ فِيْهِ شُدِّدَ فِيْمَا بَعْدَهُ

(Dan berbekallah kalian di dunia) Maksudnya ambillah oleh kalian di dunia bekal untuk perjalanan kalian menuju akhirat (Dengan sebatas lamanya kalian tinggal di dalam qubur) Maksudnya dan tempat sesudah qubur, Dan sesungguhnya hanya disebutkan qubur karena qubur merupakan awal dari urusan akhirat maka jika diringankan di dalamnya pasti akan ringan di tempat sesudahnya dan jika diberatkan di dalamnya maka pasti akan diberatkan di tempat sesudahnya.

(وَاعْمَلُوْا لِلْجَنَّةِ) أَيْ اِعْمَلُوْا عَمَلًا يُؤَدِّيْ إِلَى الْجَنَّةِ (بِقَدْرِ مَا تُرِيْدُوْنَ فِيْهَا الْمَقَامَ) بِفَتْحِ الْمِيْمِ: أَيْ اَلْمَنْزِلَةَ وَالْمَرْتَبَةَ، فَإِنَّ مَرَاتِبَ أَهْلِ الْجَنَّةِ مُتَفَاوِتَةٌ بِحَسْبِ أَعْمَالِهِمُ الْحَسَنَةِ إِنْ كَانَتْ أَحْسَنَ فَجَزَاؤُهَا أَلْطَفُ بِفَضْلِ اللّٰهِ تَعَالَى.

(Dan beramallah kalian untuk surga) Maksudnya kerjakanlah oleh kalian amalan yang dapat menghantar menuju surga (Dengan sebatas perkara yang kalian maksud di dalamnya kedudukan) Lafadz الْمَقَامَ dengan memfathahkan mim: Maksudnya kedudukan dan derajat. Karena sesungguhnya tingkatan-tingkatan ahli surga itu berbeda-beda dengan hitungan amalan mereka yang baik jika terbukti amalan itu lebih baik maka balasannya itu lebih lembut dengan keutamaan dari Allah.

وَعَنْ شَقِيْقٍ اَلْبَلْخِيِّ أَنَّهُ قَالَ: طَلَبْنَا خَمْسًا فَوَجَدْنَاهَا فِى خَمْسٍ: طَلَبْنَا تَرْكَ الذُّنُوْبِ فَوَجَدْنَاهُ فِى صَلَاةِ الضُّحَى، وَطَلَبْنَا ضِيَاءَ الْقُبُوْرِ فَوَجَدْنَاهُ فِى صَلَاةِ اللَّيْلِ، وَطَلَبْنَا جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ فَوَجَدْنَا فِى قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

Dan dari Syaqiq Al-Balkhi sesungguhnya ia berkata: Kami mencari lima perkara kemudian kami menemukan lima perkara itu di dalam lima perkara lain: Kami mencari cara meninggalkan dosa kemudian kami menemukannya di dalam sholat dhuha, dan kami mencari cahaya qubur kemudian kami menemukannya di dalam sholat malam dan kami mencari jawaban munkar dan nakir kemudian kami temukan dalam bacaan quran.

وَطَلَبْنَا عُبُوْرَ الصِّرَاطِ فَوَجَدْنَاهُ فِى الصَّوْمِ وَالصَّدَقَةِ، وَطَلَبْنَا ظِلَّ الْعَرْشِ فَوَجَدْنَاهُ فِى الْخَلْوَةِ.

Dan kami mencari kelancaran melewati sirot kemudian kami menemukannya di dalam puasa dan sedekah dan kami mencari naungan arsy kemudian kami menemukannya dalam berkhalwat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: رَأَيْتُ جَمِيْعَ الْأَخِلَّاءِ) أَيْ اَلْأَصْدِقَاءِ (فَلَمْ أَرَ خَلِيْلًا أَفْضَلَ مِنْ حِفْظِ اللِّسَانِ) وَكَمْ بَيْنَ عَبْدٍ سَكَتَ تَصَاوُنًا عَنِ الْكَذِبِ وَالْغِيْبَةِ وَبَيْنَ عَبْدٍ سَكَتَ لِاسْتِيْلَاءِ سُلْطَانِ الْهَيْبَةِ عَلَيْهِ 

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Aku melihat seluruh teman) Maksudnya teman-teman (Maka aku tidak melihat teman yang lebih utama dari pada menjaga lisan) Dan betapa banyak di antara seorang hamba diam untuk menjaga diri dari kebohongan dan gibah dan  betapa banyak di antara seorang hamba diam karena begitu dominannya wibawa pada orang itu.

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ اللِّبَاسِ فَلَمْ أَرَ لِبَاسًا أَفْضَلَ مِنَ الْوَرَعِ) قَالَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَمَ: اَلْوَرَعُ تَرْكُ كُلِّ شُبْهَةٍ أَمَّا تَرْكُ مَا لَا يَنْفَعُكَ فَهُوَ تَرْكُ الْفُضَلَاتِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ]

(Dan aku melihat seluruh pakaian maka aku tidak melihat pakaian yang lebih utama dari pada wara') Telah berkata Ibrahim bin Adham: Wara adalah meninggalkan setiap syubhat adapun meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat untukmu maka itu adalah meninggalkan sampah. Telah bersabda Rasulullah kepada Abu Huroiroh: [Jadilah engkau bersifat wara maka pasti kau akan menjadi manusia yang paling banyak pahala ibadahnya].

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْمَالِ فَلَمْ أَرَ مَالًا أَفْضَلَ مِنَ الْقَنَاعَةِ) وَهِيَ تَرْكُ التَّطَلَُع إِلَى الْمَفْقُوْدِ وَالْاِسْتِغْنَاء بِالْمَوْجُوْدِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَگُنْ قَنِعًا تَگُنْ اَشْگَرَ النَّاسِ، واَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَگُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ].

(Dan aku melihat seluruh jenis harta maka aku tidak melihat harta yang lebih utama dari qona'ah) Qona'ah adalah meninggalkan dari mengharapkan pada sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup pada perkara yang ada. Telah bersabda Rasulullah [Jadilah kamu orang yang wara' maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling banyak pahala ibadahnya dan jadilah kamu orang yang qona'ah maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling bersyukur, dan cintailah olehmu manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri maka pasti kamu akan menjadi orang yang beriman, berbuat baiklah kamu dengan tetangga yang menjadi tetanggamu maka pasti kamu akan menjadi seorang muslim, dan sedikitlah tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati].


(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْبِرِّ فَلَمْ أَرَ بِرًّا أَفْضَلَ مِنَ النَّصِيْحَةِ) هِيَ الصِّدْقُ فِى الْعَمَلِ اهـ. 

(Dan aku melihat seluruh kebaikan maka aku tidak melihat kebaikan yang lebih utama dari ketulusan) Ketulusan adalah jujur dalam beramal.

وَالْبِرُّ نَوْعَانِ: صِلَةٌ وَمَعْرُوْفٌ، فَالصِّلَةُ تَبَرُّعٌ بِبَذْلِ الْمَالِ فِى الْجِهَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ لِغَيْرِ عِوَضٍ مَطْلٌوْبٍ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [جُبِلَتِ الْقُلُوْبُ عَلَى حُبِّ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهَا وَبُغْضِ مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهَا]. فَفِى الْبِرِّ رِضَا النَّاسِ وَفِى التَّقْوَى رِضَا اللّٰهِ تَعَالَى وَمَنْ جَمَعَ بَيْنَهُمَا فَقَدْ تمَّتْ سَعَادَتُهُ وَعَمَّتْ نِعْمَتُهُ. 

Dan kebaikan itu ada dua macam: Silah dan ma'ruf. Silah adalah bersuka rela dengan mengeluarkan harta untuk tujuan yang terpuji tanpa imbalan yang di harapkan. Telah bersabda Rasulullah [Hati diberi sifat untuk mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jahat padanya]. Maka dalam kebaikan ada keridhoan manusia dan dalam ketakwaan ada keridhoan Allah Ta'ala dan barang siapa yang mengumpulkan keduanya maka benar benar menjadi sempurna kebahagiaannya dan menjadi merata kenikmatannya.

وَالْمَعْرُوْفُ نَوْعَانِ: قَوْلٌ وَعَمَلٌ، فَالْقَوْلُ هُوَ طِيْبُ الْكَلَامِ وَحُسْنُ الْبِشْرِ وَالتَّوَدُّدُ بِجَمِيْلِ الْقَوْلِ، وَالْعَمَلُ هُوَ بَذْلُ الْجَاهِ وَالْإِعَانَةُ بِالنَّفْسِ فِى النَّائِبَةِ.

Dan ma'ruf itu ada dua macam: Ucapan dan Amal. Maka kema'rufan yang berupa ucapan adalah baiknya ucapan dan bagusnya keceriaan wajah dan berusaha dicintai orang lain dengan perkataan yang indah. Dan kema'rufan yang berupa amal adalah mengunakan kedudukannhya dan menolong orang lain dengan nyawa sekalipun dalam bencana.

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْأَطْعِمَةِ فَلَمْ أَرَ طَعَامًا أَلَذَّ مِنَ الصَّبْرِ) وَالصَّبْرُ ثَلَاثَةُ أَرْكَانٍ: حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ السُّخْطِ بِالْقَضَاءِ، وَحَبْسُ اللِّسَانِ عَنِ الْقَوْلِ السَّيْئِ، وَحَبْسُ الْجَوَارِحِ عَنْ نَحْوِ لَطْمٍ وَشَقِّ جَيْبٍ وَصِيَاحٍ وَتَسْوِيْدِ وَجْهٍ وَوَضْعِ نَحْوِ تُرَابٍ عَلَى نَحْوِ رَأْسٍ.

(Dan aku melihat seluruh makanan maka aku tidak melihat makanan yang lebih lezat dari kesabaran) Dan sabar itu ada tiga rukun: menjaga nafsu dari marah pada qodho dan menjaga lisan dari berkata buruk dan menjaga anggota badan dari seumpama memukul dan merobek kerah baju dan menjerit dan menghitam-hitamkan wajah dan meyimpan semisal tanah di atas semisal kepala.

فَمَنْ قَامَ بِهٰذِهِ الْأَرْكَانِ جَازَ فَضِيْلَةَ الصَّبْرِ الَّذِيْ هُوَ نِصْفُ الْإِيْمَان وَصَارَتِ الْبَلِيَّةُ مَحْضَ إِحْسَانٍ. 

Maka barang siapa yang mendirikan tiga rukun ini maka dia pasti meraih keutamaan sabar yang keutamaan sabar itu adalah setengah dari keimanan dan pasti sebuah ujian akan menjadi kebaikan yang murni. 

ثُمَّ الصَّبْرُ عَلَى أَقْسَامٍ: صَبْرٌ عَلَى مَا هُوَ كَسْبٌ لِلْعَبْدِ، وَصَبْرٌ عَلَى مَا لَيْسَ بِكَسْبٍ. فَالصَّبْرُ عَلَى الْمُكْتَسَبِ عَلَى قِسْمَيْنِ: صَبْرٌ عَلَى مَا أَمَرَ اللّٰهُ تَعَالَى بِهِ وَصَبْرٌ عَلَى مَا نُهِيَ عَنْهُ 

Dan sabar itu ada beberapa bagian: Sabar atas sesuatu yang sesuatu itu adalah wilayah ikhtiar untuk seorang hamba. Dan sabar atas sesuatu yang bukan termasuk wilayah ikhtiar hamba. Dan sabar atas wilayah ikhtiar manusia itu ada dua bagian: Sabar atas sesuatu yang telah Allah perintahkan dengannya dan sabar atas sesuatu yang telah dilarang darinya

وَأمَّا الصَّبْرُ عَلَى مَا لَيْسَ بِمُكْتَسَبٍ لِلْعَبْدِ فَصَبْرُهُ عَلَى مُقَاسَاةِ مَا يَتَّصِلُ بِهِ مِنْ حُكْمِ اللهِ فِيْمَا يَنَالُهُ فِيْهِ مَشَقَّةٌ.

Dan adapun sabar atas sesuatu yang bukan termasuk wilayah ikhtiar hamba yakni sabarnya hamba atas kerasnya sesuatu yang menimpa kepadanya dari takdir Allah dalam perkara yang ia peroleh di dalamnya ada kesengsaraan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 24

(و) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: اَلزُّهْدُ خَمْسُ خِصَالٍ) مَحْمُوْدَةٍ (اَلثِّقَةُ بِاللّٰهِ) أَيْ مَعَ حُبِّ الْفَقْرِ كَمَا قَالَهُ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ الْمُبَارَكِ وَشَقِيْقُ الْبَلَخِيُّ وَيُوْسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، وَهٰذَا مِنْ أَمَارَاتِ الزُّهْدِ فَإِنَّهُ لَا يَقْوَى الْعَبْدُ عَلَى الزُّهْدِ إِلَّا بِالثِّقَةِ بِاللّٰهِ تَعَالَى

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Zuhud itu ada lima perkara) Yang terpuji (Yakin kepada Allah) Maksudnya disertai sikap mencintai kefakiran sebagaimana telah berkata tentangnya Abdullah bin Mubarok dan Syakik Al-Balkhi dan Yusuf bin Asbat, Dan ini termasuk tanda tanda kezuhudan karena sungguh tidaklah kuat seorang hamba untuk zuhud kecuali dengan yakin kepada Allah Ta'ala.

(وَالتَّبَرِّيْ عَنِ الْخَلْقِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارَانِي: اَلزُّهْدُ تَرْكُ مَا يُشْغِلُ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (وَالْإِخْلَاصُ فِى الْعَمَلِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: لَا يَبْلُغُ أَحَدٌ حَقِيْقَةَ الزُّهْدِ حَتَّى يَكُوْنَ فِيْهِ ثَلَاثُ خِصَالٍ: عَمَلٌ بِلَا عِلَاقَةٍ، وَقَوْلٌ بِلَا طَمَعٍ، وَعِزٌّ بِلَا رِيَاسَةٍ

(Dan berlepas diri dari makhluk) Yaitu sebagaimana telah berkata Abu Sulaiman Ad-Darani: Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang menyibukkannya dari Allah Ta'ala (Dan Ikhlas dalam beramal) Yaitu sebagaimana telah berkata Yahya bin Mu'ad: Tidaklah seseorang mencapai hakikat zuhud hingga ada dalam dirinya tiga sifat: Amal perbuatan tanpa pamrih dan berucap tanpa toma' dan mulia tanpa menjadi pemimpin.

(وَاحْتِمَالُ الظُّلْمِ). عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِتَحْرِيْمِ الْحَلَالِ وَلَا إِضَاعَةِ الْمَالِ وَلٰكِنَّ الزَّهَادَةَ فِي الدُّنْيَا أَنْ لَا تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقَ مِنْكَ بِمَا فِى يَدِ اللّٰهِ وَأَنْ تَكُوْنَ فِى ثَوَابِ الْمُصِيْبَةِ إِذَا أَنْتَ أُصِبْتَ بِهَا أَرْغَبَ مِنْكَ فِيْهَا لَوْ أنَّهَا أُبْقِيَتْ لَكَ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ وَابْنُ مَاجَه عَنْ أَبِى ذَرٍّ.

(Dan menahan kedzoliman) Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Zuhud di dunia itu bukan dengan mengharamkan pada yang halal dan bukan menyia-nyiakan harta akan tetapi zuhud di dunia itu adalah hendaknya kamu tidak terbukti dengan harta yang ada di tanganmu lebih meyakinkan dirimu dari pada harta kekayaan yang ada di tangan Allah dan hendaknya kamu ada dalam meraih pahala musibah ketika kamu tertimpa dengan musibah itu lebih disukai olehmu daripada musibah itu sendiri andai benar-benar musibah itu ditetapkan padamu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dari Abu Dzar.

(وَالْقَنَاعَةُ بِمَا فِى الْيَدِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ الْجُنَيْدُ: اَلزُّهْدُ خُلُوُّ الْقَلْبِ عَمَّا خَلَتْ مِنْهُ الْيَدُ. وَقَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ: اَلزُّهْدُ فِى الدُّنْيَا قَصْرُ الْأَمَلِ لَيْسَ بِأَكْلِ الْغَلِيْظِ وَلَا بِلُبْسِ الْعَبَاءِ وَهٰذَا مِنْ أَمَّارَاتِ الزُّهْدِ وَالْأَسْبَابِ الْبَاعِثَةِ عَلَيْهِ فَالزَّاهِدُ لَا يَفْرَحُ بِمَوْجُوْدٍ مِنَ الدُّنْيَا وَلَا يَتَأَسَّفُ عَلَى مَفْقُوْدٍ مِنْهَا .

(Dan Qona'ah atas harta yang ada di tangan) Yaitu sebagaimana Imam Junaid telah berkata: Zuhud adalah kosongnya hati dari perkara yang kosong darinya oleh tangan. Dan Sufyan Ats-Tsauri berkata: Zuhud di dunia adalah memendekkan lamunan bukan dengan memakan makanan yang kasar-kasar dan bukan dengan memakai jubah dan ini hanyalah sebagin dari tanda tanda zuhud dan ini termasuk sebab-sebab yang mendorong pada zuhud. Orang yang zuhud tidak bergembira pada yang ada di dunia dan tidak sedih atas sesuatu yang hilang darinya. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ بَعْضِ الْعُبَّادِ أَنَّهُ قَالَ فِى الْمُنَاجَاةِ) فِى اللَّيْلِ (إِلٰهِىْ طُوْلُ الْأَمَلِ غَرَّنِيْ) أَىْ خَدَعَنِيْ وَقَدْ ذَمَّ اللّٰهُ الْأَمَلَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى [ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ] 

Maqolah yang ke dua puluh lima (Dari sebagian dari orang-orang yang ahli beribadah mereka berkata di dalam munajat) Di waktu malam (Wahai tuhanku panjangnya angan-angan telah menipuku) Maksudnya menipuku dan sungguh Allah telah mencela pada panjangnya angan-angan dengan firman Allah Ta'ala [Biarkanlah mereka makan dan bersenang-senang dan akan melalaikan mereka panjangnya angan-angan, Sehingga kelak mereka akan mengetahui]

(وَحُبُّ الدُّنْيَا أَهْلَكَنِيْ) أَىْ أَوْقَعَنِيْ فِى الْمَهْلَكَةِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [مَنْ أُشْرِبَ قَلْبُهُ حُبَّ الدُّنْيَا اِلْتَاطَ مِنْهَا بِثَلاَبٍ: شَقَاءٍ لاَ يَنْفَدُ عَنَاهُ وَحِرْصٍ لاَ يَبْلُغُ غِنَاهُ وَأَمَلٍ لاَ يَبْلُغُ مُنْتَهَاهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ 

(Dan cinta dunia telah membinasakanku) Maksudnya telah membawaku ke dalam kebinasaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang telah diberi minum hatinya dengan cinta dunia maka melekat dari dunia itu tiga perkara: Kecelakaan yang tidak akan selesai sulitnya dan keserakahan yang tidak akan sampai kecukupannya dan panjang angan-angan yang tidak akan sampai ujungnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani.

(وَالشَّيْطَانُ أَضَلَّنِىْ) أَىْ أَوْقَعَنِيْ فِى طَرِيْقِ مَعْوَجٍ (وَالنَّفْسُ الْأَمَّارَةُ بِالسُّوْءِ) أَىْ اَلَّتِيْ تَأْمُرُ بِاللَّذَاتِ وَالشَّهَوَاتِ الْحِسِّيَّةِ وَتُجْذِبُ الْقَلْبَ إِلَى مَأْوَى الشُّرُوْرِ وَمَنْبَعِ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيْمَةِ (عَنِ الْحَقِّ) أَىْ اَلطَّرِيْقِ الْحَقِّ (مَنَعَتْنِيْ) 

(Dan setan telah menyesatkanku) Maksudnya ia telah menempatkanku ke dalam jalan yang sesat (Dan nafsu yang memerintah pada keburukan) Maksudnya nafsu yang memerintahkan pada kenikmatan materi dan pada syahwat yang buruk dan menarik pada hati pada tempat buruk dan pada sumber akhlak-akhlak yang tercela (Dari kebenaran) Maksudnya dari jalan kebenaran (Telah menghalangiku)  

قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَخَافُ عَلَيْكُمْ اِثْنَيْنِ اِتِّبَاعَ الْهَوَى وَطُوْلَ الْأَمَلِ فَاِنَّ اتِّبَاعَ الْهَوَى يَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ وَطُوْلَ الْأَمَلِ يُنْسِى الْآخِرَةَ. وَقَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارَانِى: أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ خِلَافُ هَوَى النَّفْسِ 

Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah berkata: Aku mengkhawatirkan kalian pada dua hal: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, karena sesungguhnya mengikuti hawa nafsu membuat seseorang menjauh dari kebenaran, dan panjangnya angan-angan itu dapat membuat seseorang melupakan akhirat. Abu Suleiman Al-Daraani berkata: Sebaik-baik amalan adalah yang bertentangan dengan hawa nafsu.

(وَقَرِيْنُ السُّوْءِ عَلَى الْمَعْصِيَةِ أَعَانَنِيْ) قَالَ عَدِيُ بْنُ زَيْدٍ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:

(Dan teman yang jahat atas kemaksiatan dia mendukung saya) Telah berkata Adi bin Zaid dari Bahar Thowil:

عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ  $  فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِى

إِذَا كُنْتَ فِى قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ  $  وَلَا تَصْحَبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدَّى

Kamu jangan bertanya tentang seseorang tapi tanyakan tentang siapa teman dekatnya $ Karena setiap teman dekat terhadap yang didekati akan meniru

 

Ketika kamu berada di suatu kaum maka bersahabatlah dengan yang paling baik dari mereka $ Dan janganlah kamu bersahabat dengan yang rendah sehingga kamu menjadi rendah bersama orang yang rendah


(فَأَغِثْنِيْ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ فَاِنْ لَمْ تَرْحَمْنِيْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَرْحَمُنِيْ غَيْرَكَ)

(Maka tolonglah aku wahai Allah dzat yang menolong orang-orang yang meminta pertolongan maka jika Engkau tidak berbelas kasih kepadaku maka siapa lagi orang yang mau berbelas kasih kepadaku selain dirimu).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 26

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : سَيَأْتِى عَلَى أُمَّتيْ زَمانٌ يُحِبُّوْنَ الْخَمْسَ) مِنَ الْأَشْيَاءِ (وَيَنْسَوْنَ الْخَمْسَ) مِنَ الْأُمُوْرِ (يُحِبُّوْنَ الدُّنْيَا ويَنْسَوْنَ الْآخِرَةَ، وَيُحِبُّوْنَ الْحَيَاةَ ويَنْسَوْنَ الْمَوْتَ) 

Maqolah yang ke dua puluh enam (Nabi bersabda: Akan datang atas umatku suatu zaman mereka mencintai lima) Dari perkara (Dan mereka melupakan lima) Dari perkara (Mereka mencintai dunia dan mereka melupakan akhirat, dan mereka mencintai hidup dan mereka melupakan kematian).  

وَعَنْ عَائِشَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [مَن قَالَ فِى كُلِّ يَوْمٍ خَمْسًا وعَشِرْينَ مرَّةً: اللّٰهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِى الْمَوْتِ وَفِيْمَا بَعْدَ الْمَوْتِ ثُمَّ مَاتَ عَلَى فِرَّاشِهِ أَعْطَاهُ اللّٰهُ أَجْرَ شَهِيدٍ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.

Dari Aisyah Radhiallahu Anha dari Rasulullah bersabda: [Barang siapa yang berkata setiap hari dua puluh lima kali: Ya Allah semoga Engkau memberkahi untukku dalam kematian dan dalam perkara sesudah kematian kemudian dia mati di atas kasurnya maka Allah pasti akan memberikan ia ganjaran orang mati syahid]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani.

(وَيُحِبُّونَ الْقُصُوْرَ) وَهِيَ دِيَارٌ كَبِيْرَةٌ مُحَصَّنَةٌ بِالْحِيْطَانِ (ويَنْسَوْنَ القُبُورَ) وَأَهْوَالَهَا (ويُحِبُّوْنَ الْمَالَ ويَنْسَوْنَ الْحِسَابَ) 

(Dan mereka akan mencintai gedung-gedung tinggi) Yaitu bangungan-bangunan yang besar yang dibentengi dengan tembok (Dan mereka akan melupakan qubur) dan kengerian kubur (Dan mereka akan mencintai harta dan mereka akan melupakan hisab).

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [الزُّهْدُ أَنْ تُحِبَّ مَا يُحِبُّ خَالِقُكَ وأَنْ تُبْغِضَ مَا يُبْغِضُ خَالِقُكَ وأَنْ تَخْرُجَ مِنْ حَلَالِ الدُّنْيَا كَمَا تَخْرُجُ مِنْ حَرَامِهَا، فَإِنَّ حَلَالَهَا حِسَابٌ وحَرَامَهَا عَذَابٌ، وَأَنْ تَرْحَمَ الْمُسْلِمِيْنَ كَمَا تَرْحَمُ نَفْسَكَ، وأَنْ تَتَحَرَّجَ عَنِ الْكَلَامِ فِيْمَا لَا يَعْنِيْكَ كَمَا تَتَحَرَّجُ مِنَ الْحَرَامِ، 

Diriwayatkeun sesungguhnya Nabi bersabda: [Zuhud adalah hendaknya kamu mencintai sesuatu yang penciptamu cintai dan hendaknya kamu membenci sesuatu yang penciptamu benci dan hendaknya kamu meninggalkan dari halalnya dunia sebagaimana engkau meninggalkan dari haramnya dunia, karena sesungguhnya halalnya dunia itu adalah hisab dan haramnya dunia itu adalah adzab, dan hendaknya kamu berbelas kasih kepada umat islam sebagaimana kamu berbelas kasih pada dirimu sendiri, dan hendaknya kamu menghindari perkataan-perkataan mengenai sesuatu yang tidak berguna untukmu sebagaimana kamu menghindari keharaman

وَأَنْ تَتَحَرَّجَ عَنْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ كَمَا تَتَحَرَّجُ عَنِ الْمَيْتَةِ الَّتِي اشْتَدَّ نَتْنُهَا، وأَنْ تَتَحَرَّجَ مِنْ حُطَامِ الدُّنْيَا وزِيْنَتِهَا كَمَا تَتَحَرَّجُ مِنَ النَّارِ، وأَنْ تُقَصِّرَ أَمَلَكَ فِي الدُنْيَا فَهْذَا هُوَ الزُّهْدُ في الدُّنْيا] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Dan hendaknya kamu menghindar dari banyak makan sebagaimana kamu menghindar dari bangkai yang sangat kuat busuknya, dan hendaknya kamu menghindar dari menumpuk-numpuk dunia dan gemerlapnya dunia sebagaimana kamu menghindar dari neraka, dan hendaknya kamu memendekkan angan-angan kosongmu tentang dunia maka ini adalah zuhud di dunia]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.

(وَيُحِبُّوْنَ الْخَلْقَ ويَنْسَوْنَ الْخَالِقَ) فَالشَّخْصُ إِذَا أَمَلَ نَسِيَ الْمَوْتَ وَأَهْوَالَ الْآخِرَةِ وَرَغِبَ فِى الدُّنْيَا وَعِشْرَةِ الْخَلْقِ فَيَقْسُوْ قَلْبُهُ ضَرُوْرَةً وَيَنْشَأُ عَنْهَا تَرْكُ الطَّاعَةِ وَالْكَسَلُ عَنْ زَادِ الْآخِرَةِ وَالتَّسْوِيْفُ بِالتَّوْبَةِ،

(Dan mereka akan mencintai makhluk dan mereka akan melupakan sang pencipta) Karena seseorang ketika ia berangan-angan maka pasti ia akan lupa pada kematian dan lupa pada kengerian akhirat dan ia akan suka pada dunia dan suka bersama makhluk sehingga akan menjadi keras hatinya karena kebutuhan, dan akan timbul dari sikap yang demikian itu meninggalkan keta'atan dan malas beribadah untuk bekal akhirat dan menunda-nunda pada taubat.

وَمَرَّ ﷺ بِمَجْلِسٍ قَدْ اِسْتَعْلَاهُ الضَّحِكُ، فَقَالَ: [شُوْبُوْا مَجَالِسَكُمْ بِمُكَدِّرِ اللَّذَّاتِ، قَالُوْا: ومَا مُكَّدِّرُ اللَّذَّاتِ؟ قَالَ: الْمَوْتُ].

Telah lewat Nabi pada suatu majlis yang benar-benar telah memenuhi pada majlis itu gelak tawa, lalu Nabi bersabda: [Campurkanlah oleh kalian pada majlis-majlis kalian dengan sesuatu yang dapat mengganggu kenikmatan, mereka berkata: apa yang dapat mengganggu kenikmatan? Nabi bersabda: Mati].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 27

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ اَلرَّازِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ فِى الْمُنَاجَاةِ: إِلٰهِيْ لَا يَطِيْبُ اللَّيْلُ إِلَّا بِمُنَاجَاتِكَ) قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ وَرَضِيَ عَنْهُ فِى مُنَاجَاتِهِ مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ:

Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Telah berkata Yahya bin Muadz Ar-Razi Rahimahullah dalam munajatnya: Wahai tuhanku tidaklah indah suatu malam kecuali dengan bermunajat kepadamu) Telah berkata Ali Karramallahu Wajhahu Wa Radhiallahu Anhu dalam munajatnya dari Bahar Wafir:

أَلَمْ تَسْمَعْ بِفَضْلِكَ يَا مُنَائِيْ   $   دُعَاءَ مَنْ ضَعِيْفٍ مُبْتَلَاءٍ

غَرِيْقٍ فِى بِحَارِ الْهَمِّ حُزْنًا  $  أَسِيْرٍ بِالذُّنُوْبِ وَبِالْخَطَاءِ

أُنَادِيْ بِالتَّضَرُّعِ كُلَّ يَوْمٍ   $ مُجِدًّا بِالتَّبَهُّلِ وَالدُّعَاءِ

لَقَدْ ضَاقَتْ عَلَيَّ الْأَرْضُ طُرًّا $    وَأَهْلُ الْأَرْضِ مَا عَرَفُوْا دَوَائِيْ

فَخُذْ بِيَدِيْ فَإِنِّيْ مُسْتَجِيْرٌ  $  بِعَفْوِكَ يَا عَظِيْمُ وَيَا رَجَائِيْ

أَتَيْتُكَ بَاكِيًا فَارْحَمْ بُكَائِيْ  $   حَيَاءً مِنْكَ أَكْثَرُ مِنْ خَطَائِيْ

وَلِيْ هَمٌّ وَأَنْتَ لِكَشْفِ هَمِّيْ   $  وَلِيْ دَاءٌ وَأَنْتَ دَوَاءُ دَائِيْ

وَأَيْقَظَنِيْ الرَّجَاءُ فَقُلْتُ رَبِّيْ   $  رَجَائِيْ أَنْ تُحَقِّقَ لِيْ رَجَائِيْ

جَزَائِيْ أَنْ تُعَذِّبَنِيْ وَلَكِنْ    $ أَلُوْذُ بِحُسْنٍ مِنْكَ يَا رَجَائِيْ

تَفَضَّلْ سَيِّدِيْ بِالْعَفْوِ$      عَنِّيْ   فَإِنِّيْ فِى بَلَاءٍ مُبْتَلَائِيْ

 

Tidakkah engkau mendengar dengan anugrahmu wahai dzat yang jauh  $   Doa orang yang lemah yang terkena musibah

 

Terpenjara karena dosa-dosanya dan karena kesalahannya $  Yang tenggelam dalam lautan sumpek karena sedih

 

Sambil mengagung-agungkan dengan merendah dan berdoa $  Aku menyeru dengan merendah setiap hari

 

Sedangkan penduduk bumi mereka tidak mengetahui obatku $  Dan benar-benar sempit atasku bumi semuanya

 

Dengan sifat maafmu wahai dzat yang maha agung dan wahai dzat yang menjadi harapanku $  Maka raihlah tanganku sungguh aku memohon perlindungan

 

Karena malu olehmu yang lebih banyak tangisan itu dibandingkan kesalahanku $  Aku datang menghadapmu sambil menangis maka kasihanilah tangisanku

 

Dan bagiku ada penyakit dan engkau adalah obat dari penyakitku $ 

Dan bagiku ada kesumpekan dan Engkau dapat menghilangkan kesumpekanku

 

Harapanku adalah Engkau wujudkan untukku harapanku $ 

Telah membangunkan aku harapan sehingga aku berkata Yaa Rabbii

 

Aku berlindung dengan kebaikan darimu wahai pengharapanku $

Balasan untuk ku adalah Engkau mengadzabku akan tetapi

 

Karena sesungguhnya aku berada dalam musibah yang menimpaku $ 

Silahkan wahai tuanku untuk memaafkan aku



 

 

(وَلَا يَطِيْبُ النَّهَارُ إِلَّا بِطَاعَتِكَ) أَيْ بِمُوَافَقَةِ أَمْرِكَ (وَلَا تَطِيْبُ الدُّنْيَا إِلَّا بِذِكْرِكَ) رُوِيَ أَنَّهُ قَالَ [إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلاَّ ذِكْرَ اللهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمًا وَمُتَعَلِّمًا] رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه 

(Dan tidaklah indah siang hari kecuali dengan ta'at kepadamu) Maksudnya dengan setuju pada perintahmu (Dan tidaklah indah dunia kecuali dengan berdzikir kepadamu).Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya dunia itu terlaknat. Terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali mengingat kepada Allah dan perkara yang berhubungan padanya dan orang yang berilmu dan orang yang mencari ilmu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Majah

(وَلَا تَطِيْبُ الْآخِرَةُ إِلَّا بِعَفْوِكَ وَلَا تَطِيْبُ الْجَنَّةُ إِلَّا بِرُؤْيَتِكَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [لَمَّا اَهْبَطَ اللهُ آدَمَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى اْلأَرْضِ حَزِنَ عَلَيْهِ كُلُّ شَيْئٍ جَاوَرَهُ إِلاَّ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ فَأَوْحَى اللهُ إِلَيْهِمَا: 

(Dan tidaklah indah akhirat kecuali dengan ampunanmu dan tidaklah indah surga kecuali dengan melihatmu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Ketika Allah menurunkan Nabi Adam dari surga ke bumi maka menangis karenanya segala sesuatu yang dekat dengannya kecuali emas dan perak kemudian Allah mewahyukan kepada emas dan perak:

إِنَّيْ جَاوَرْتُكُمَا بِعَبْدٍ مِنْ عَبِيْدِيْ ثُمَّ أَهْبَطْتُّهُ مِنْ جِوَارِكُمَا فَحَزِنَ عَلَيْهِ كُلُّ شَيْئٍ جَاوَرَهُ إِلاَّ أَنْتُمَا 

Sesungguhnya aku telah menjadikan kalian berdua dekat dengan seorang hamba dari hamba-hambaku kemudian aku menurunkan hamba itu dari lingkungan kalian berdua kemudian sedih karenanya setiap perkara yang dekat dengannya kecuali kalian berdua 

فَقَالاَ إِلٰهَنَا وَسَيِّدَنَا أَنْتَ أَعْلَمُ أَنَّكَ جَاوَرْتَنَا بِهِ وَهُوَ لَكَ مُطِيْعٌ فَلَمَّا عَصَاكَ لَمْ نَحْزَنْ عَلَيْهِ 

Kemudian emas dan perak berkata: Wahai tuhan kami dan tuan kami anda adalah yang lebih mengetahui sesungguhnya anda menjadikan kami berdua dekat dengannya dan ia taat kepadamu maka ketika ia bermaksiat kepadamu maka kami tidak sedih karenanya 

فَأَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِمَا وَعِزَّتِيْ وَجَلَالِيْ لَأُعِزَّنَّكُمَا حَتَّى لاَ يُنَالَ كُلُّ شَيٍ إِلاَّ بِكُمَا( رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ

Kemudian Allah mewahyukan kepada emas dan perak: Demi keagunganku dan demi kemuliaan ku sungguh aku akan menjadikan kalian berdua agung sehingga tidak bisa diraih setiap perkara kecuali melalui kalian berdua]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami 


Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6

بَابُ السُّدَاسِيِّ

 

وَفِيْهِ سَبْعَ عَشْرَةَ مَوْعِظَةً، ثِنْتَانِ خَبَرَانِ، وَالْبَاقِي آثَارٌ.

Dalam bab ini ada tujuh belas mau'idhoh, Dua adalah hadits dan sisanya adalah atsar

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 1

اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ) ﷺ (سِتَّةُ أَشْياءَ هُنَّ غَرِيْبَةٌ) أَيْ بَعِيْدَةٌ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ (فِى سِتَّةِ مَوَاضِعَ: اَلْمَسْجِدُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمَسْجِدُ مَبْنِيًّا (فِيْمَا بَيْنَ قَوْمٍ لَا يُصَلُّوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ 

Maqolah yang pertama (Telah bersabda Nabi)  (Ada enam perkara, enam perkara itu adalah asing)  Maksudnya jauh dari kesesuaian (Pada enam tempat: Masjid itu asing) jika terbukti masjid itu  dibangun (Pada tempat di antara kaum yang mereka tidak sholat di dalamnya) Maksudnya di dalam masjid itu. 

(وَالْمُصْحَفُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمُصْحَفُ مَوْضُوْعًا (فِى مَنْزِلِ قَوْمٍ لَا يَقْرَؤُوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ (وَالْقُرْآنُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مَحْفُوْظًا (فِى جَوْفِ الْفَاسِقِ) أَيْ فِى قَلْْبِ مَنْ اِعْتَقَدَهُ وَشَهِدَهُ وَلَمْ يَعْمَلْ بِمَا فِيْهِ 

(Dan mushaf itu asing) Jika terbukti mushaf itu disimpan (Di rumah kaum yang mereka tidak membaca padanya) Maksudnya pada mushaf itu (Dan Al-Qur'an itu asing) Jika terbukti  Al-quran itu dihafal (Di dalam hati orang yang fasik) Maksudnya dalam hati orang yang meyakininya dan bersaksi padanya dan ia tidak mengamalkan pada apa yang ada di dalamnya.   

(وَالْمَرْأَةُ الْمُسْلِمَةُ الصَّالِحَةُ) أَيْ اَلْمُطِيْعَةُ لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ الْمُحْسِنَةُ لِلْأُمُوْرِ (غَرِيْبَةٌ فِى يَدِ رَجُلٍ ظَالِمٍ) أَيْ إِذَا كَانَتْ فِى عِصْمَةِ زَوْجٍ مُجَاوِزٍ عَنِ الْحَقِّ إِلَى الْبَاطِلِ (سَيِّئِ الْخُلُقِ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا اَلْمُوَطِّئُوْنَ أَكْنَافًا الَّذِيْنَ يَأُلَفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ] اه.

(Dan seorang wanita muslimah yang sholihah) Maksudnya yang ta'at kepada Allah dan ta'at kepada Rasul yang bagus dalam berbagai hal (Itu asing di tangan seorang lelaki yang dzolim) Maksudnya Jika terbukti wanita sholihah itu dalam ikatan seorang suami yang melewati batas kebenaran melakukan kebatilan (Yang buruk akhlaknya) Telah bersabda Nabi [Orang yang paling dicintai di antara kalian olehku adalah orang yang paling baik di antara kalian akhlaknya yang menundukkan pundaknya yang mengakrabi dan diakrabi].

وَحُسْنُ الْخُلُقِ أَنْ يَكُوْنَ سَهْلَ الْعَرِيْكَةِ لَيِّنَ الْجَانِبِ طَلِيْقَ الْوَجْهِ قَلِيْلَ الْفَوْرِ طَيِّبَ الْكَلِمَةِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [أَهْلُ الْجَنَّةِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ طَلْقٍ].

Akhlak yang baik adalah akhlak yang terbukti sederhana karakternya, lemah lembut sikapnya, ceria wajahnya, sedikit sifat kerasnya,  bagus perkataannya. Telah bersabda Rasulullah  [Ahli surga adalah setiap orang yang tidak kaku perangainya, yang lemah lembut, yang entengan dan yang ceria].

(وَالرَّجُلُ الْمُسْلِمُ الصَّالِحُ غَرِيْبٌ فِى يَدِ امْرَأَةٍ رَدِيَّةٍ) أَيْ إِذَا كَانَ فِى مُعَاشَرَةِ امْرَأَةٍ وَضِيْعَةٍ فِى الْحَسَبِ حَقِيْرَةٍ فِى النَّسَبِ (سَيِّئَةِ الْخُلُقِ) 

(Dan seorang lelaki muslim yang sholeh itu asing di tangan seorang wanita yang hina) Maksudnya jika terbukti lelaki sholih itu hidup bersama seorang wanita yang hilang garis keturunan leluhurnya dan rendah nasabnya (Yang jelek akhlaknya).

قَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلْحَسَنُ الْخُلُقِ مِنْ نَفْسِهِ فِى رَاحَةٍ وَالنَّاسُ مِنْهُ فِى سَلَامَةٍ، وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ النَّاسِ مِنْهُ فِى بَلَاءٍ وَهُوَ مِنْ نَفْسِهِ فِى عَنَاءٍ (وَالْعَالِمُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مُقِيْمًا (بَيْنَ قَوْمٍ لَا يَسْتَمِعُوْنَ إِلَيْهِ) أَيْ لَا يُلْقُوْنَ السَّمْعَ إِلَى حَدِيْثِهِ.

Sebagian ahli balaghoh berkata: Orang yang berakhlak baik dari dirinya sendiri itu ada dalam ketenangan dan manusia darinya itu dalam keselamatan sedangkan orang yang berakhlak buruk dari manusia karenanya itu dalam bencana dan dia karena dirinya itu dalam kesulitan (Dan orang yang alim itu terasing) Jika terbukti orang alim itu bermukim (Di antara kaum yang mereka tidak mau mendengarkan padanya) Maksudnya mereka tidak menerima untuk mendengar pada nasihatnya.

(ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [إِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ) أَيْ هٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ لَا يُصْغُوْنَ إِلَى كَلَامِ الْعَالِمِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ الرَّحْمَةِ]) 

(Kemudian Nabi  Alaihis Sholatu Wassalam bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat kepada mereka) Maksudnya kepada kaum ini yang mereka tidak mendengarkan pada perkataan orang yang alim (Pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang])

وَيُحْتَمِلُ أَنْ يَرْجِعَ الضَّمِيْرُ إِلَى الْمَذْكُوْرِيْنَ أَوَّلًا وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُصَلُّوْا فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ وَلَمْ يَقْرَؤُوْا فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ، وَالْخَارِجُ عَنْ أَمْرِ اللّٰهِ وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ الرَّجُلِ وَالْمَرْأَةِ وَمَنْ لَمْ يَتَّبِعْ كَلَامَ الْعَالِمِ.

Dan memungkinkan untuk merujuk dhomir pada orang-orang yang disebutkan di awal dan mereka adalah orang-orang yang tidak sholat di masjid itu dan mereka tidak membaca pada mushaf itu, dan mereka keluar dari perintah Allah dan orang yang buruk akhlaknya dari lelaki dan perempuan dan orang yang tidak mengikuti perkataan orang yang alim.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : سِتَّةٌ) مِنَ النَّاسِ (لَعَنْتُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللّٰهُ تَعالَى) دُعَاءٌ مِنْهُ ﷺ عَلَيْهِمْ 

Maqolah yang ke dua (Telah bersabda Nabi : Enam) Dari manusia (Aku melaknat mereka dan Allah ta'ala melaknat mereka) Ini adalah doa dari Nabi kepada mereka.

(وَكُلُّ نَبِيٍّ مُجَابِ الدَّعَوَاتِ) وَفِى الْجَامِعِ الصَّغِيْرِ: مُجَابٌ بِحَذْفِ الْمُضَافِ إِلَيْهِ: أَيْ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى وَمِنَ الْخَلْقِ، وَرُوِيَ بِيَاءِ تَحْتِيَةٍ بَدَلُ الْمِيْمِ. وَالْجُمْلَةُ مِنَ الْمُبْتَدَأِ وَالْخَبَرِ حَالٌ مِنْ فَاعِلِ لَعَنْتُهُمْ. 

(Dan melaknat juga setiap Nabi yang diijabah doa-doanya) Dan dalam kitab Jami'us Shogir: Lafadz مُجَابٌ dengan membuang mudhof ilaih : Maksudnya dari Allah Ta'ala dan dari makhluk. Dan diriwayatkan dengan huruf ي yang bertitik di bawah sebagai badal dari huruf mim. Dan jumlah dari mubtada dan khobar itu menjadi hal dari fa'il yang ada pada lafadz لَعَنْتُهُمْ.  

(الزَّائِدُ فِى كِتَابِ اللّٰهِ تَعَالَى) أَيْ مَنْ يُدْخِلُ فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ وَيُؤَوِّلُهُ بِمَا لَا يَصِحُ 

(Orang yang menambah-nambah pada kitab Allah Ta'ala) Maksudnya orang yang memasukkan ke dalam Al-Quran kalimat-kalimat yang bukan termasuk Al-quran dan mentakwil-takwil Al-Quran dengan takwilan yang tidak benar

(والْمُكَّذِّبُ بِقَدَرِ اللّٰهِ تَعالَى) وَهُوَ تَعَلُّقُ الْإِرَادَةِ الذَّاتِيَّةِ بِالْأَشْيَاءِ فِى أَوْقَاتِهَا الْخَاصَّةِ فَتَعْلِيْقُ كُلِّ حَالٍ مِنْ أَحْوَالِ الْأَعْيَانِ بِزَمَانٍ مُعَيَّنٍ وَسَبَبٍ مُعَيَّنٍ عِبَارَةٌ عَنِ الْقَدَرِ

(Dan orang yang mendustakan takdir Allah Ta'ala) Takdir adalah hubungan kehendak Allah dengan sesuatu pada waktu-waktunya yang telah ditentukan. Maka menggantungkan setiap keadaan dari keadaan keadaan suatu perkara dengan zaman yang telah ditentukan dan dengan sebab yang telah ditentukan itu adalah ibarat dari takdir. 

(وَالْمُتَسَلِّطُ بِالْجَبَرُوْتِ) بِفَتْحِ الْبَاءِ أَيْ بِالْكِبَرِ وَالْقَهْرِ (فَيُعِزُّ) بِذٰلِكَ (مَنْ أَذَلَّهُ اللّٰهُ تعالَى) وَهُمْ أَهْلُ الْبَاطِلِ. (وَيُذِلُّ مَنْ أَعَزَّهُ اللهُ) وَهُمْ أَهْلُ الْحَقِّ، قَوْلُهُ: فَيُعِزُّ بِالْفَاءِ عَطْفُ تَفْسِيْرٍ وَفِى نُسْخَةٍ بِاللَّامِ 

(Dan orang yang berkuasa dengan semana-mena) Dengan membaca fathah pada huruf ba Maksudnya dengan kesombongan dan memaksa (Maka ia memuliakan) Dengan kekuasaannya (Orang yang telah menghinakan kepadanya Allah Ta'ala) Dan mereka adalah orang-orang yang batil. (Dan ia merendahkan orang yang telah memuliakan kepadanya Allah) Dan mereka adalah orang-orang yang benar. Perkataan mushonnif : Lafadz فَيُعِزُّ dengan huruf ف  adalah athof sebagai penjelas dan dalam suatu naskh dengan huruf ل.

(وَالْمُسْتَحِلُّ لِحَرَمِ اللّٰهِ تَعَالَى) بِفَتْحِ الْحَاءِ وَالرَّاءِ: أَيْ حَرَمِ مَكَّةَ وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى الْحَرَمِ مَا يَحْرُمُ فِعْلُهُ 

(Dan orang yang telah menghalalkan pada apa yang telah Allah Ta'ala haramkan) Dengan memfathahkan huruf ح dan ر : Maksudnya tanah suci mekkah dan ia adalah orang yang melakukan di tanah suci segala sesuatu yang haram dikerjakannya. 

(وَالْمُسْتَحِلُّ مِنْ عِتْرَتِيْ) أَيْ ذُرِّيَّتِيْ وَقَرَابَتِيْ (مَا حَرَّمَ اللّٰهُ) وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى ذُرِّيَّةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ مَا يُحْرَمُ فِعْلُهُ مِنَ الْمَعَاصِي وَالْمَظَالِمِ 

(Dan orang yang menghalalkan di antara keturunanku) Maksudnya keturunanku dan kerabat-kerabatku (apa-apa yang telah Allah haramkan) Yaitu orang yang melakukan pada keturunan Rasulullah apa-apa yang haram mengerjakannya dari berbagai macam kemaksiatan dan berbagai macam kedzholiman. 

(وَالتَّارِكُ لِسُنَّتِيْ) بِالْإٍعْرَاضِ عَنْهَا اِسْتِخْفَافًا (فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ الرَّحْمَةِ) رَوَى هٰذَا الْحَدِيْثَ التُّرْمُذِيُّ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَائِشَةَ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَلِيٍ.

(Dan orang yang meninggalkan sunahku) Dengan berpaling dari sunahku karena meremehkan (Karena sesungguhnya Allah tidak memandang enam golongan itu pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang) Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Turmudi dan Imam Hakim dari Aisyah dan Imam hakim dari Ali.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ) رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ (إِنَّ إِبْلِيْسَ قَائِمٌ أَمَامَكَ) يَقُوْدُكَ إِلَى الْبَاطِلِ (وَالنَّفْسَ عَنْ يَمِيْنِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانَ يَمِيْنِكَ فِى الْجُلُوْسِ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ 

Maqolah yang ke tiga (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu) Iblis menuntun kamu pada yang batil  (Dan nafsu itu berdiri di bagian kananmu) Maksudnya melewati tempat sebelah kananmu ketika duduk ke tempat yang lain.

(وَالْهَوَى عَنْ يَسَارِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزٌ مَكَانَ يَسَارِكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ (وَالدُّنْيَا مِنْ خَلْفِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا خَلْفَكَ إِلَى مَكَانٍ آَخَرَ (وَالْأَعْضَاءُ عَنْ حَوْلِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا حَوْلَكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ 

(Dan hawa itu berdiri di bagian kirimu) Maksudnya hawa melewati tempat sebelah kirimu ketika duduk ke tempat yang lain (Dan dunia itu berdiri di bagian belakangmu) Maksudnya melewati tempat belakangmu pada tempat yang lain (Dan anggota tubuh itu berdiri di sekitarmu) Maksudnya melewat pada tempat disekitarmu pada tempat yang lain

(وَالْجَبَّارُ فَوْقَكَ) يَعْنِيْ بِالْقُدْرَةِ لَا بِالْمَكَانِ لِاسْتِحَالَتِهِ عَلَيْهِ تَعَالَى فَاللّٰهُ يُقْهِرُكَ إِلَى مُرَادِهِ تَعَالَى (فَإِبْلِيْسٌ لَعَنَهُ اللّٰهُ يَدْعُوْكَ إِلَى تَرْكِ الدِّيْنِ) أَيْ اَلشَّرِيْعَةُ (وَالنَّفْسُ) أَيْ اَلْأَمَّارَةُ (تَدْعُوْكَ إِلَى الْمَعْصِيَةِ).

(Dan dzat yang maha perkasa berdiri di bagian atasmu) Yakni dengan kekuasaan bukan pada tempat karena mustahilnya sebuah tempat pada Allah Ta'ala maka Allah maha memaksa kamu pada sesuatu yang Allah ta'ala inginkan (Maka Iblis itu semoga Allah melaknatnya mengajak kamu untuk meninggalkan agama) Maksudnya syariat (Dan nafsu itu) Maksudnya nafsu Ammarah (mengajakmu untuk bermaksiat).

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ضَرَبَ اللهُ تَعالَى مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وعَلَى جَنْبَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاةٌ وعَلَى بَابٍ الصِّرَاطِ دَاعِ 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Allah Ta'ala telah membuat satu perumpamaan jalan yang lurus dan di kedua sisi jalan itu ada dua pagar pada kedua pagar itu ada pintu-pintu yag dibuka dan pada pintu-pintu itu ada tabir yang halus dan di pintu sirot ada penyeru

يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوْا الصِّرَاطَ جَمِيعًا ولَا تَتَعَرَّجُوْا، وَدَاعٍ يَدْعُوْ مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئَا مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ 

Wahai umat manusia masuklah kejalan yang lurus semuanya dan janganlah kalian naik dan penyeru di atas sirot maka ketika manusia ingin membuka sesuatu dari pintu pintu itu

قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، فَالصِّرَاطُ الإِسْلَامُ، والسُّورَانِ حُدُوْدُ اللهِ، والْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللّٰهِ، وَذٰلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ، والدَّاعِي مِنْ فَوْقُ وَاعِظُ اللّٰهِ فِى قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ.

Orang yang menyeru berkata: Celakalah kamu, janganlah kamu membukanya karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk ke dalamnya. Jalan yang lurus adalah Islam dan dua pagar adalah batas ketentuan Allah dan pintu-pintu yang dibuka adalah larangan-larangan Allah dan penyeru yang di depan jalan itu adalah kitabullah dan penyeru yang berada di atas adalah nasihat Allah dalam hati setiap muslim]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Muslim.

(وَالْهَوَى يَدْعُوْكَ إِلَى الشَّهْوَاتِ) أَيْ إِلَى مُرَادَاتِهَا (وَالدُّنْيَا تَدْعُوْكَ إِلَى اِخْتِيَارِهَا) وَتَقْدِيْمِهَا (عَلَى الْآخِرَةِ) قَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:

(Dan hawa itu mengajakmu menuju syahwat) Maksudnya menuju keinginan-keinginan hawa (Dan dunia itu mengajakmu untuk memilihnya) dan mendahulukannya (Dari pada akhirat) 

Telah berkata seorang penyair dari bahar basit :

سُبْحَانَ مَنْ أَنْزَلَ الْأَيَّامَ مَنْزِلَهَا  $  وَصَيَّرَ النَّاسَ مَرْفُوْضًا وَمَرْفُوْقًا

Maha suci Allah yang menempatkan hari hari pada tempatnya   $   Dan maha suci Allah yang telah menjadikan manusia ditolak dan dimulyakan

فَعَاقِلٌ فَطِنٌ أَعْيَتْ مَذَاهِبُهُ  $  وَجَاهِلٌ خَرِقٌ تَلْقَاهُ مَرْزُوْقًا

Dan ada orang bodoh yang menuruti hawa nafsu engaku menemukan orang bodoh itu diberi rizki   $   Maka ada orang yang berakal yang cerdas yang merepotkan jalan-jalan kehidupannya

هٰذَا الَّذِيْ تَرَكَ الْأَلْبَابَ حَائِرَةً  $  وَصَيَّرَ الْعَاقِلَ النَّحْرِيْرَ زِنْدِيْقًا

Inilah yang membuat akal fikiran menjadi bingung   $   Dan ini yang menjadikan orang berakal yang pakar menjadi ingkar syariat

وَقَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوْءِ :

Telah berkata seorang penyair dari bahar kamil yang dikurangi satu wazan:

اَلنَّاسُ مِثْلُ زَمَانِهِمْ   $ قَدُّ الْحِدَاءِ عَلَى مِثَالِهِ

Manusia adalah perumpamaan zamannya $  Ukuran sepatu itu seperi  manusia

  وَرِجَالُ دَهْرِكَ مِثْلُ دَهْ  $  رِكَ فِى تَقَلُّبِهِ وَحَالِهِ

Dan seseorang di zamanmu adalah perumpamaan zamanmu  $   Dalam berbulak baliknya zaman itu

وَكَذَا إِذَا فَسَدَ الزَّمَانُ   $ جَرَى الْفَسَادُ عَلَى رِجَالِهِ

Maka berjalan kerusakan itu kepada orang-orang pada zaman itu   $    Dan demikian ketika sudah rusak suatu zaman


(وَالْأَعْضَاءُ تَدْعُوْكَ إِلَى الذُّنُوْبِ، وَالْجَبَّارُ) جَلَّ وَعزَّ (يَدْعُوْكَ إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة: الآية ٢٢١] فَمَنْ أَجَابَ إِبْلِيْسَ) أَيْ دُعَاءَهُ (ذَهَبَ عَنْهُ الدِّيْنُ) أَيْ اَلْمِلَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ 

(Dan anggota badan itu mengajakmu untuk berbuat dosa, dan dzat yang maha perkasa) Jalla Wa Azza (Itu mengajakmu menuju surga dan ampunan Allah Ta'ala berfirman: Mereka mengajak menuju neraka sedangkan Allah mengajak menuju surga dan ampunan dengan izin-Nya ﴿ [Q.S Al-Baqarah: Ayat 221] Maka barang siapa yang memenuhi Iblis) Maksudnya pada ajakan Iblis (Maka hilang darinya agama) Maksudnya agama Nabi Muhammad 

(وَمَنْ أَجَابَ النَّفْسَ ذَهَبَ عَنْهُ الرُّوْحُ) أَيْ اَلْإِنْسَانُ، وَهِيَ لَطِيْفَةٌ عَالِمَةٌ مُدْرِكَةٌ رَاكِبَةٌ عَلَى الرُّوْحِ الْحَيَوَانِيُّ الَّذِيْ هُوَ جِسْمٌ لَطِيْفٌ مَنْبَعُهُ تَجْوِيْفُ الْقَلْبِ الْجِسْمَانِيُّ يَنْتَشِرُ بِوَاسِطَةِ الْعُرُوْقِ إِلَى سَائِرِ أَجْزَاءِ الْبَدَنِ 

(Dan barang siapa yang memenuhi ajakan nafsu maka hilang darinya kerohanian) Maksudnya kemanusiaan. Ruh adalah sesuatu yang lembut yang dapat mengetahui yang dapat menangkap yang naik di atas ruh yang bersifat kehewanan yang ruh itu adalah wujud yang lembut. Sumbernya adalah rongga hati yang bersifat jasmani menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh.

(وَمَنْ أَجَابَ الْهَوَى ذَهَبَ عَنْهُ الْعَقْلُ) وَهُوَ قُوَّةٌ لِلنَّفْسِ النَّاطِقَةُ الَّتِيْ يُشِيْرُ إِلَيْهَا كُلُّ أَحَدٍ بِقَوْلِهِ أَنَا وَهُوَ آلَةٌ لَهَا فِى الْفِعْلِ بِمَنْزِلَةِ السِّكِيْنِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْقَاطِعِ 

(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan nafsu maka hilang darinya akal) Dan akal adalah kekuatan bagi jiwa yang bisa berfikir yang memberi isyarat kepadanya setiap orang dengan perkataan saya dan akal adalah alat untuk jiwa dalam pekerjaan semartabat dengan pisau dengan menisbatkan pada orang yang memotong.

(وَمَنْ أَجَابَ الدُّنْيَا ذَهَبَتْ عَنْهُ الْآخِرَةُ) لِأَنَّهَا ضَرَّتُهَا (وَمَنْ أَجَابَ الْأَعْضَاءَ ذَهَبَتْ عَنْهُ الْجَنَّةُ).

(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan dunia maka hilang darinya akhirat) Karena sesungguhnya dunia itu merusak akhirat (Dan barang siapa yang memenuhi panggilan badan maka hilang darinya surga)

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ عَبْدٍ إِلَّا وَلَهُ بَيْتَانِ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ وبَيْتٌ فِي النَّارِ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ فَيَبْنِي بَيْتَهُ فِى الجَنَّةِ ويَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى النَّارِ، وأَمَّا الْكَافِرُ فَيَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى الْجَنَّةِ ويَبْنِي بَيْتَهُ فِى النَّارِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah dari seorang hamba melainkan baginya ada dua rumah satu rumah di surga dan satu rumah di neraka. Adapun seorang mu'min maka dia membangun rumahnya di surga dan merobohkan rumahnya di neraka. Dan adapun orang kafir dia merobohkan rumahnya di surga dan membangun rumahnya di neraka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

(وَمَنْ أَجَابَ اللّٰهَ تَعَالَى ذَهَبَتْ عَنْهُ السَّيَّئَاتُ ونَالَ جَمِيعَ الْخَيْرَاتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً، وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُوْنَ عَلَيْهِ حَسْرَةً] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

(Dan barang siapa memenuhi panggilan Allah Ta'ala maka hilang darinya keburukan-keburukan dan ia akan memperoleh seluruh kebaikan)  Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Seseorang tidak akan masuk ke dalam surga kecuali ia melihat tempat tinggalnya di neraka andai dia berbuat kemaksiatan supaya bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seseorang masuk neraka melainkan pasti dia melihat tempat tinggalnya di surga andai ia berbuat baik supaya ada pada dirinya rasa penyesalan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhori.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 4

 (وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَجَزَاهُ عَنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ خَيْرًا (إِنَّ اللّٰهَ كَتَمَ سِتَّةً) مِنَ الْخِصَالِ (فِى سِتَّةِ) مِنَ الْأَشْيَاءِ 

Maqolah yang ke empat (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu) Semoga Allah membalas kepada Umar dari Umat Muhammad kebaikan (Sesungguhnya Allah itu menyembunyikan enam) Dari perkara (Dalam enam) Dari perkara 

(كَتَمَ الرِّضَا فِى طَاعَةٍ) مِنَ الطَّاعَاتِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى جَمِيْعِ الطَّاعَاتِ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْهَا فَلَا يَجُوْزُ لَنَا أَنْ نُحْقِرَ طَاعَةً وَلَوْ صَغِيْرَةً جِدًّا لِأَنَّهُ رُبَّمَا كَانَ رِضَاهُ تَعَالَى فِيْهَا 

(Allah Menyembunyikan ridho dalam keta'atan) Dari keta'atan-keta'atan supaya manusia bersungguh sungguh dalam semua jenis keta'atan dengan harapan mereka menemukan ridho itu. Maka tidak boleh bagi kita meremehkan suatu keta'atan meskipun itu sangat kecil karena sesungguhnya kadang-kadang ada ridho Allah Ta'ala di dalamnya

(وَكَتَمَ الْغَضَبَ فِى مَعْصِيَةٍ) مِنَ الْمَعَاصِيْ لِيُجَنِّبَهَا النَّاسُ خَشْيَةَ الْوُقُوْعِ فِيْهِ فَلَا يَجُوْزُ لِشَخْصٍ أَنْ يُحَقِّرَ مَعْصِيَةً وَإِنْ دَقَّتْ جِدًّا لِأَنَّهُ لَا يُعْلَمُ أَنَّهُ قَدْ يَكُوْنُ فِيْهَا غَضَبُهُ تَعَالُى 

(Dan Allah menyembunyikan marah dalam kemaksiatan) Dari kemaksiatan-kemaksiatan supaya manusia menjauhi kemaksiatan kemaksiatan itu karena takut terjatuh dalam kemarahan Allah. Maka tidak boleh bagi seseorang meremehkan kemaksiatan-kemaksiatan meskipun sangat lembut karena seseorang tidak tahu sesungguhnya terkadang ada dalam kemaksiatan kecil itu murkanya Allah Ta'ala.

(وَكَتَمَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ) لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى إِحْيَاءِ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانَ بِالْعِبَادَةِ فَإِنَّ أَجْرَ النَّفْلِ كَأَجْرِ الْفَرْضِ فِى غَيْرِهِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ، بَلْ قَالَ النَّخَعِيُّ: رَكْعَةٌ فِيْهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ رَكْعَةٍ فِى غَيْرِهِ وَتَسْبِيْحَةٌ فِيْهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ تَسْبِيْحَةٍ فِى غَيْرِهِ.

(Dan Allah menyembunyikan malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan) Supaya manusia bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh bulan Ramadhan dengan ibadah karena sesungguhnya pahala amal kesunahan seperti pahala amal fardu di selain bulan Ramadhan sebagai mana dalam hadits. Bahkan telah berkata Imam An-Nakho'i: Satu raka'at di bulan Ramadhan itu lebih utama dari seribu raka'at di selain bulan Ramadhan dan satu bacaan tasbih di bulan Ramadhan itu lebih utama dari seribu bacaan tasbih di selain bulan Ramadhan

وَلِيَجْتَهِدُوْا فِى إِحْيَاءِ لَيَالِيْهِ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْا لَيْلَةَ الْقَدَرِ فَإِنَّهَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ وَهِيَ ثَلَاثُ وَثَمَانُوْنَ سَنَةً وَأَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ .

Dan supaya mereka bersungguh sungguh dalam menghidupkan malam Ramadhan karena mengharapkan agar mereka menemukan Lailatul Qodar karena sesungguhnya Lailatul Qodar itu lebih baik dari seribu bulan seribu bulan itu delapan puluh tiga tahun lebih empat bulan.

وَفِى حَدِيْثِ الطَّبْرَانِى مَرْفُوْعًا إِلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: [إِنَّ مَنْ زَنَا فِيهِ أَوْ شَرَبَ خَمْرًا لَعَنَهُ اللّٰهُ ومَنْ فِى السَّماوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الحَوْلِ الثَّانِيي]، 

Dan dalam hadits riwayat Imam Thobroni marfu kepada Rasulullah :[sungguh orang yang berzina di bulan Ramadhan atau meminum arak maka akan melaknat kepadanya Allah dan orang yang ada di langit sampai datang bulan yang sama dari tahun yang kedua] 

فإنَّ مَنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَ رَمَضَانَ فَلَيْسَتْ لَهُ عِنْدَ اللّٰهِ حَسَنَةٌ يَتَّقِيْ بِهَا النَّارَ فَاتَّقُوْا اللّٰهَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فإنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيْهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيْمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ.

Sungguh orang yang mati sebelum menemukan bulan Ramadhan maka tidak ada baginya di sisi Allah kebaikan yang ia bisa menghindari dengan kebaikan itu pada neraka. Maka takutlah kamu kepada Allah di bulan Ramadhan karena sesungguhnya amal amal kebaikan akan dilipat gandakan di bulan Ramadhan tidak seperti dilipat gandakannya kebaikan itu di bulan-bulan selain Ramadhan dan demikian dilipat gandakan pula amal-amal keburukan.

(وَكَتَمَ أَوْلِيَاءَهُ فِيْمَا بَيْنَ النَّاسِ) كَيْ لَايَحْتَقِرُوْا أَحَدًا مِنْهُمْ وَكَيْ يَطْلُبُوْا الدُّعَاءَ مِنْهُمْ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْا الْوَلِيَّ فَلَا يَجُوْزُ لِشَخْصٍ أَنْ يُحْقِرَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ لِأَنَّهُ لَا يَدْرِيْ رُبَّمَا هُوَ مِنْ أَوْلِيَائِهِ تَعَالَى 

(Dan Allah menyembunyikan wali-walinya di antara manusia) Supaya manusia tidak menghina seseorang di antara mereka dan supaya manusia meminta doa dari kalangan mereka karena berharap supaya mereka menemukan seorang wali maka tidak boleh bagi seseorang meremehkan satu orangpun dari manusia karena sesungguhnya dia tidak tahu barangkali orang itu termasuk dari wali-walinya Allah Ta'ala

(وَكَتَمَ الْمَوْتَ فِى الْعُمُرِ) فَيَنْبَغِي حِيْنَئِذٍ لِكُلِّ أَحَدٍ أَنْ يَسْتَعِدَ لِلْمَوْتِ فِى كُلِّ وَقْتٍ بِالْعِبَادَاتِ فَرُبَّمَا يَفْجَأُهُ الْمَوْتُ 

(Dan Allah menyembunyikan kematian dalam umur) Maka penting pada waktu itu bagi setiap orang untuk bersiap-siap menghadapi kematian di setiap waktu dengan melakukan ibadah-ibadah karena barangkali akan datang kepadanya kematian.

(وَكَتَمَ الصَّلَاةَ الْوُسْطَى) أَيْ اَلْفَضْلَى (فِى الصَّلَوَاتِ) أَيْ الْخَمْسِ لِيَتَحَرِّيَ النَّاسُ جَمِيْعَهَا،

(Dan Allah menyembunyikan Sholat wustho) Maksudnya yang paling utama (Dalam sholat-sholat)  Maksudnya yang lima waktu supaya manusia bersungguh-sungguh pada semua sholat

وَأَخْفَى اللّٰهُ اِسْمَهُ الْأَعْظَمَ فِى جَمِيْعِ أَسْمَائِهِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى الدُّعَاءِ بِجَمِيْعِهَا رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْهُ، 

Dan Allah menyembunyikan nama-namanya yang paling agung di semua nama-namanya supaya manusia bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan semua nama Allah karena berharap supaya mereka menemukan ismul A'dhom

وَأَخْفَى سَاعَةَ الْإِجَابَةِ فِى يَوْمِ الْجُمْعَةِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ بِالدُّعَاءِ فِيْهِ، 

Dan Allah menyembunyikan waktu ijabah di hari Jum'at supaya manusia bersungguh-sungguh dalam berdoa di hari jum'at

وَأَخْفَى السَّبْعَ الْمَثَانِى فِى جُمْلَةِ سُوَرِ الْقُرْآنِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى قِرَاءَةِ جَمِيْعِهَا .

Dan Allah menyembunyikan tujuh ayat yang di ulang-ulang dalam keseluruhan surat Al-Qur'an supaya manusia bersungguh-sunguh dalam membaca keseluruhan Al-Qur'an

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: إِنَّ الْمُؤْمِنَ) يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ مَاشِيًا (فِى سِتَّةِ أَنْوَاعٍ مِنَ الْخَوْفِ)

Maqolah yang kelima (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya orang yang beriman) Penting agar ia berjalan (Dalam enam perkara dari rasa takut)   

(أَحَدُهَا) أَنْ يَّخَافَ (مِنْ قِبَلِ اللّٰهِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُ الْإِيْمَانَ) وَقْتَ النَّزْعِ. رُوِيَ أَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ دَعَا بِهٰذَا الدُّعَاءِ: اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا لَا يَرْتَدُّ وَنَعِيْمًا لَا يَنْفَدُّ وَقُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ فِى أَعْلَى جَنَانِ الْخُلْدِ.

(Yang pertama dari enam perkara itu) Adalah agar ia takut (Dari arah Allah yang dapat mengambil darinya keimanan) Di waktu sekarat. Diriwayatkan sesungguhnya Ibnu Mas'ud berdoa dengan doa ini: Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad keimanan itu dan kenikmatan yang tidak akan habis kenikmatan itu dan kesenangan hati yang tidak akan terputus-putus kesenangan hati itu dan menemani Nabi-Mu Muhammad di paling atasnya surga yang abadi

(وَالثَّانِى) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الْحَفَظَةِ) أَيْ اَلْكَاتِبِيْنَ لِأَعْمَالِ الْعِبَّادِ (أَنْ يَكْتُبُوْا عَلَيْهِ مَا يَفْتَضِحُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: [فُضُوْحُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ فُضُوْحِ الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ عَنِ الْفَضْلِ. 

(Dan yang kedua) Adalah agar ia takut (Dari arah Malaikat hafadzoh) Maksudnya para malaikat yang menuliskan amal-amal para hamba (Yang dapat menulis atas orang yang beriman pada sesuatu yang akan membuka aib baginya di hari kiamat) Dari Nabi bersabda: [Terbukanya aib di dunia itu lebih ringan dibandingkan terbukanya aib di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni dari Fadli

قَالَ الْمَنَاوِيُّ: أَيْ اَلْعَارُ الْحَاصِلُ لِلنَّفْسِ مِنْ كَشْفِ الْعَيْبِ فِى الدُّنْيَا بِقَصْدِ التَّنَصُّلِ مِنْهُ أَهْوَنُ مِنْ كِتْمَانِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَنْتَشِرَ وَيَشْتَهِرَ فِى الْمَوْقِفِ اهـ. 

Imam Al-Manawi berkata: Artuinya rasa malu yang timbul pada diri sendiri karena terbukanya aib di dunia dengan niat melepaskan diri dari aib itu lebih ringan dibandingkan menutupi aib sampai hari kiamat sehingga menyebar dan terkenal aib itu di padang mahsyar.

وَلِذَا لَمَّا وَقَعَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ فِى الزِّنَا وَعَرَفَ هٰذَا الْحَدِيْثَ أَقَرَّ بِذٰلِكَ لَهُ ﷺ لِيَحُدَّهُ وَلَمْ یَرْجِعْ عَنِ الْإِقْرَارِ مَعَ تَعْرِيْضِهِ ﷺ لَهُ بِالرُّجُوْعِ لِعِلْمِهِ بِأَنَّ فَضِيْحَتَهُ فِى الدُّنْيَا بِإِقَامَةِ الْحَدِّ أَهْوَنُ مِنْ فَضِيْحَةِ الْآخِرَةِ.

Oleh karena itu tatkala terjerumus salah seorang sahabat dalam perbuatan zina dan dia mengetahui hadits ini maka dia mengakui atas perbuatan zina itu di hadapan Nabi supaya Nabi mengukumnya dan dia tidak mau mencabut pernyataan dari pengakuannya serta berpalingnya Nabi dari sahabat itu supaya dia menarik kembali pengakuannya. Karena dia tahu sesungguhnya terbukanya aibnya di dunia dengan menegakkan hukuman itu lebih ringan dibandingkan terbukanya aib di akhirat 

(وَالثَّالِثُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الشَّيْطَانِ أَنْ يُبْطِلَ عَمَلَهُ) الصَّالِحَ.

(Dan yang ketiga) Adalah agar ia takut (Dari arah setan yang dapat membatalkan amalnya) Yang sholeh  

(وَالرَّابِعُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ مَلَكِ الْمَوْتِ أَنْ يَأْخُذَهُ) أَيْ يُقْبِضُ رُوْحَهُ حَالَ كَوْنِهِ (فِى غَفْلَةٍ) عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (بَغْتَةً) أَيْ فَجْأَةً مِنْ غَيْرِ تَقَدُّمِ سَبَبِ الْمَوْتِ. 

(Dan yang keempat) Adalah agar ia takut (Dari arah malakal maut yang dapat mengambilnya) Maksudnya yang dapat mencabut ruhnya dalam keadaan ia (Dalam kelalaian) Jauh dari Allah (Secara tiba-tiba) Maksudnya tiba-tiba tanpa didahului sebab kematian 

(وَالْخَامِسُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعِهَا وَزِيْنَتِهَا (أَنْ يَغْتَرَّ) أَيْ يَطْمَئِنَّ (بِهَا وَتُشْغِلُهُ عَنِ الْآخِرَةِ) وَيَنْسَى أَهْوَالَهَا. 

(Dan yang kelima) Adalah agar ia takut (Dari arah dunia) Maksudnya dari kenikamatan dunia dan dari hiasan dunia (Yang ia tertipu) Maksudnya ia merasa tenang (Karena dunia dan dunia menyibukkannya jauh dari akhirat) Dan ia lupa pada keributan akhirat   

(وَالسَّادِسُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الْأَهْلِ وَالْعِيَالِ) وَهُمْ مِنْ يَمُوْنِهِمْ (أَنْ يَشْتَغِلَ بِهِمْ فَیُشْغِلُوْنَهُ عَنْ ذِکْرِ اللّٰهِ تَعَالَی) وَعَنْ طَاعَتِهِ .

(Dan yang keenam) Adalah agar ia takut (Dari arah keluarga dan orang yang menjadi tanggungan) Dan mereka dari orang terdekatnya (Ia menjadi sibuk karena keluarga sehingga keluarganya menyibukkan dia jauh dari mengingat Allah Ta'ala) Dan jauh dari keta'atan kepada Allah. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ وَكَرَّمَ وَجْهَهُ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ جَمَعَ سِتَّةَ خِصَالٍ لَمْ يَدَعْ) أَيْ لَمْ يَتْرُكْ (لِلْجَنَّةِ مَطْلَبًا وَلَا عَنِ النَّارِ مَهْرَبًا) أَيْ هٰذِهِ السِّتَّةُ مَفَاتِيْحُ الْجَنَّةِ وَمَغَالِيْقُ النَّارِ 

Maqolah yang keenam (Dari Ali Radhiallahu Anhu Wakarrama Wajhahu sesungguhnya ia berkata: Barang siapa yang mengumpulkan enam perkara maka ia tidak akan meninggalkan) Maksudnya ia tidak akan meninggalkan (Dari Surga sebagai tempat pencarian dan ia tidak akan meninggalkan dari neraka sebagai tempat kabur) Maksudnya enam perkara ini adalah kunci pembuka surga dan gembok neraka

(أَوَّلُهَا: عَرَفَ اللّٰهَ تَعَالَى) بِأَنَّهُ خَالِقُهُ وَرَازِقُهُ وَمُحْيِيْهِ وَمُمِيْتُهُ (فَأَطَاعَهُ) أَيْ فَوَافَقَهُ فِى أَوَامِرِهِ 

(Yang pertama dari enam perkara itu: Adalah ia mengetahui Allah Ta'ala) Bahwa sesungguhnya Allah adalah dzat yang telah menciptakannya dan dzaat yang memberikan rizki padanhya dan dzat yang menghidupkannya dan dzat yang mematikannya (Kemudian ia taat kepada Allah) Maksudnya Ia setuju kepada Allah dalam perintah-perintah-Nya 

(وَعَرَفَ الشَّيْطَانَ) بِأَنَّهُ عَدُوُّهُ (فَعَصَاهُ) أَيْ خَالَفَ أَمْرَهُ 

(Dan ia mengetahui setan) Bahwa sesungguhnya ia adalah musuhnya (Kemudian ia menentang kepadanya) Maksudnya ia menyelisihi perintah setan 

(وَعَرَفَ الْآخِرَةَ) بِأَنَّهَا دَارُ الْبَقَاءِ (فَطَلَبَهَا) بِاسْتِعْدَادِ الزَّادِ لَهَا 

(Dan ia mengetahui akhirat) Bahwa sesungguhnya akhirat adalah tempat yang kekal (Kemudian ia mencarinya) Dengan cara menyiapkan bekal untuk akhirat 

(وَعَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا فَانِيَةٌ وَأَنَّهَا دَارُ الْمَمَرِّ (فَرَفَضَهَا) أَيْ تَرَكَهَا وَلَمْ يَأْخُذْ مِنْهَا إِلَّا بِقَدْرِ زَادِهِ لِلْآخِرَةِ 

(Dan ia mengetahui dunia) Bahwwa sesungguhnya dunia itu akan sirna dan sesungguhnya dunia itu adalah tempat melewat (Kemudian ia menolak dunia) Maksudnya ia meninggalkan dunia dan ia tidak mengambil darinya kecuali hanya sebatas bekalnya untuk akhirat 

(وَعَرَفَ الْحَقَّ) أَيْ اَلصَّوَابَ مِنَ الْأَحْكَامِ (فَاَتْبَعَهُ) وَعَمِلَهُ 

(Dan ia mengetahui kebenaran) Maksudnya kebenaran dari hukum-hukum (Kemudian ia mengikuti kebenaran itu) Dan ia mengamalkannya 

(وَعَرَفَ الْبَاطِلَ) أَيْ غَيْرَ الصَّحِيْحِ (فَاجْتَنَبَهُ) وَلَمْ يَعْمَلْهُ. 

(Dan ia mengetahui kebatilan) Maksudnya  yang tidak benar (Kemudian ia menjauhi kebatilan itu) Dan ia tidak mengamalkannya

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ) وَفِى نُسْخَةٍ: وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ 

Maqolah yang ketujuh (Telah berkata Ali Karramallahu Wajhahu) Dan pada sebagian catatan: Dan telah berkata Umar Radhiallahu Anhu 

(الَنِّعَمُ) أَيْ أَعْظَمُهَا (سِتَّةُ أَشْيَاءَ: اَلْإِسْلَامُ وَالْقُرْآنُ وَمُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ) وَيَنْبَغِيْ لَنَا أَنْ نَقُوْلَ كُلَّ يَوْمٍ: رَضِيْتُ بِاللّٰهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ رَسُوْلًا وَنَبِيًّا وَبِالْقُرْآنِ حُكْمًا وَإِمَامًا 

(Nikmat-nikmat) Maksudnya paling agungnya nikmat (Itu enam perkata: Islam dan Al-Qur'an dan Rasulullah) Dan patut bagi kita semua untuk membaca dalam setiap hari: Aku ridho kepada Allah sebagai dzat yang mengurus dan mengatur dan aku ridho kepada Islam sebagai Agama dan aku ridho kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul dan sebagai Nabi dan aku ridho kepada Al-Quran sebagai hukum dan imam

(وَالْعَافِيَةُ) أَيْ دِفَاعُ الْمَكَارِهِ (وَالسَّتْرُ) أَيْ سَتْرُ الْعُيُوْبِ (وَالْغِنَى عَنِ النَّاسِ) فِى أُمُوْرِ الدُّنْيَا. 

(Dan selamat) Maksudnya terhindarnya perkara-perkara yang tidak diinginkan (Dan ditutup) Maksudnya ditutupi aib-aibnya (Dan mandiri dari manusia) Dalam urusan dunia   

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيًّ ﷺ قَالَ: [يَقُوْلُ رَبُّكُمْ فِى الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأْ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأْ يَدَيْكَ رِزْقًا، يَا ابْنَ آدَمَ لَا تَبَاعَدْ عَنِّيْ أَمْلَأْ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأْ يَدَيْكَ شُغْلًا] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ.

Dari Anas sesungguhnya Nabi bersabda: [Tuhan kalian telah berfirman dalam hadist Qudsi: Wahai anak Adam luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaku maka aku akan memenuhi hatimu dengan kecukupan dan aku akan memenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam janganlah kalian saling menjauhkan diri dariku Maka pasti aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan aku pasti akan memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukkan] Telah meriwayatkan pada hadits Ini Imam Thobroni dan Imam Hakim.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ يَحْيٰى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: اَلْعِلْمُ دَلِيْلُ الْعَمَلِ) أَيْ مُرْشِدُهُ وَكاَشِفُهُ فَلَا يُوْجَدُ الْعَمَلُ بِدُوْنِ الْعِلْمِ 

Maqolah yang ke delapan (Dari Yahya Bin Mu'adz Ar-Razi Rahimahullah: Ilmu adalah petunjuk amal) Maksudnya penunjuk amal dan pembuka amal maka tidak akan ditemukan suatu amal tanpa ilmu

(وَالْفَهْمُ وِعَاءُ الْعِلْمِ) فَلَا يُوْجَدُ الْعِلْمُ بِدُوْنِ تَصَوُّرِ مَعْنَى اللَّفْظِ 

(Dan pemahaman adalah penampung ilmu) Maka tidak akan dapat ditemukan suatu ilmu tanpa menggambarkan makna lafadz

(وَالْعَقْلُ قَائِدٌ لِلْخَيْرِ) أَيْ حَامِلٌ لَهُ فَلَا يُوْجَدُ الْخَيْرُ إِلَّا بِالْعَقْلِ الدَّاعِى إِلَيْهِ 

(Dan akal adalah pemimpin bagi kebaiakan) Maksudnya yang membawa pada kebaikan maka tidak akan dapat ditemukan suatu kebaikan kecuali dengan akal yang mengajak padanya

(وَالْهَوَى مَرْكَبٌ لِلذُّنُوْبِ) أَيْ مِثْلُ سَفِيْنَةٍ لَهَا فَلَا تُوْجَدُ الذُّنُوْبُ إِلَّا عَلَى الْهَوَى 

(Dan hawa nafsu adalah kendaraan bagi dosa-dosa) Maksudnya seperti perahu bagi dosa-dosa maka tidak akan dapat ditemukan dosa-dosa kecuali menaiki hawa nafsu

(وَالْمَالُ رِدَاءُ الْمُتَكَبِّرِيْنَ) أَيْ مِثْلُ الرِّدَاءِ لَهُمْ 

(Dan harta adalah selendangnya orang-orang yang sombong) Maksudnya seperti selendang bagi orang-orang sombong

(وَالدُّنْيَا سُوْقُ الْآخِرَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَخَذَ مِنَ الدُّنْيَا مِنَ الْحَلَالِ حَاسَبَهُ اللّٰهُ، وَمَنْ أَخَذَ مِنَ الدُّنُيَا مِنَ الحَرَامِ عَذَّبَهُ اللّٰهُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ. 

(Dan dunia adalah pasarnya akhirat) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang mengambil dari dunia dari yang halal maka Allah akan menghisab padanya dan barang siapa yang mengambil dari dunia dari yang haram maka Allah akan mengadzab padanya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هٰذِهِ الدُّنْيَا دَارُ التِّوَاءِ لَا دَارُ اسْتِوَاءِ مَنْزِلُ تَرَحٍ لَا مَنْزِلُ فَرَحِ فَمَنْ عَرَفَهَا لَمْ يَفْرَحْ لِرَخَاءٍ وَلَمْ يَحْزَنْ لِشِدَّةٍ 

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi Bersabda: [Wahai manusia ingatlah sesungguhnya dunia ini adalah tempat yang terjal bukan tempat yang rata tempat susah bukan tempat bersenang-senang. Barang siapa yang mengenal pada dunia maka dia tidak akan bersenang-senang karena kemakmuran dan tidak akan bersedih karena kemelaratan.

أَلَا وَإِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ الدُّنْيَا دَارَ بَلْوَى وَالْآخِرَةَ دَارَ عُقْبَى فَجَعَلَ بَلْوَى الدُّنْيَا لِثَوَابِ الْآخِرَةِ وثَوَابَ الْآخِرَةِ مِنْ بَلْوَى الدُّنْيَا عِوَضًا فَيَأْخُذُ لِيُعْطِى ويَبْتَلِى لِيَجْزِيَ فَاحْذَرُوْا حَلَاوَةَ رِضَاعِهَا لِمَرَارَةِ فِطَامِهَا 

Dan ingatlah sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai tempat ujian dan Allah menciptakan akhirat sebagai tempat pembalasan maka Allah menjadikan ujian dunia sebagai pahala akhirat dan Allah menjadikan pahala akhirat sebagai kompensasi dari ujian dunia karena Allah mengambil untuk memberi dan Allah menguji untuk memberi balasan maka waspadalah kalian semua terhadap manisnya menyusu pada dunia karena betapa pahitnya disapih dari dunia

وَاهْجُرُوْا لَذِيْذَ عَاجِلِهَا لِكَرِيْهِ اَجِلِهَا وَلَا تَسْعَوْا فِى عُمْرَانِ دَارٍ قَدْ قَضَى اللّٰهُ خَرَابَهَا وَلَا تُوَاصِلُوْهَا وَقَدْ أَرَادَ مِنْكُمْ اِجْتِنَابَهَا فَتَكُوْنُوْا لِسُخْطِهِ مُتَعَرِّضِيْنَ وَلِعُقُوْبَتِهِ مُسْتَحِقِّيْنَ] رَوَاهُ الدَّيْلِمِيُّ.

Dan tinggalkanlah kenikmatan-kenikmatan dunia karena pahitnya akhirat dan janganlah kalian berusaha untuk membangun kembali sebuah rumah yang telah Allah tetapkan kehancurannya, dan janganlah kamu melanjutkannya padahal Allah telah menghendaki dari kalian agar menjauhi dunia, Maka jadilah kalian semua terhadap murkanya Allah sebagai orang-orang yang menantang dan terhadap hukuman Allah sebagai orang-orang yang pantas mendapatkannya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ بَزَرْجَمْهَرُ: سِتُّ خِصَالٍ تَعْدِلُ) أَيْ تُسَاوِى (جَمِیْعَ الدُّنْيَا) أَيْ أَمْتِعَتَهَا وَأَمْوَالَهَا 

Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata Imam Bazar Jamhar: Ada enam perkara yang dapat membandingi) Maksudnya menyamai (Seluruh dunia) Maksudnya kesenangan-kesenangan dunia dan harta-harta dunia

(اَلطَّعَامُ الْمَرِيْءُ) أَيْ اَللَّذِيْذُ (وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ) الْبَارُّ بِوَالِدَيْهِ (وَالزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ الْمُوَافِقَةُ) أَيْ اَلَّتِيْ تُطِيْعُ اللّٰهَ وَزَوْجَهَا (وَالْكَلَامُ الْمُحْكِمُ) أَيْ اَلْمُتْقَنُ الَّذِيْ لَا يَتَغَيَّرُ 

(Makanan yang mudah ditelan) Maksudnya makanan yang enak (Dan anak yang sholih) Yang berbakti kepada kedua orang tuanya (Dan istri yang sholihah yang taat) Maksudnya yang taat kepada Allah dan suaminya (Dan perkataan yang pasti) Maksudnya yang sempurna yang tidak berubah-ubah

(وَكَمَالُ الْعَقْلِ). رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [لِكُلِّ عَمَلٍ دِعَامَةٌ وَدِعَامَةُ عَمَلِ الْمَرْءِ عَقْلُهُ] فَبِقَدْرِ عَقْلِهِ تَكُوْنُ عِبَادَتُهُ لِرَبِّهِ.

 (Dan sempurnanya akal)  Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda [Bagi setiap amalan ada penopangnya dan penopang amal seseorang adalah akalnya]. Maka sesuai dengan batas kecerdasan akalnya akan ada ibadah seseorang kepada Rabb-Nya

وَقَالَ عُمَرُ بْن الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَصْلُ الرَّجُلِ عَقْلُهُ وَحَسَبُهُ دِيْنُهُ وَمُرُوْءَتُهُ خَلْقُهُ (وَصِحَّةُ الْبَدَنِ).

Dan telah berkata Umar Bin Khottob Radhiallahu Anhu: Asal seseorang adalah akalnya sedangkan derajat seseorang adalah agamanya dan martabat seseorang adalah akhlaknya (Dan sehatnya badan).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: لَوْلَا الْأَبْدَالُ لَخَسَفَتِ الْأَرْضُ وَمَا فِيْهَا) 

Maqolah yang ke sepuluh (Dari Hasan Al-Basri Rahimahullah: Andai tidak ada wali Abdal maka pasti bumi akan lenyap dan apa yang ada di dalamnya) 

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْأَبْدَالُ أَرْبَعُوْنَ رجُلاً اِثْنَانِ وَعِشْرُوْنَ بِالشَّامِ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ بِالْعِرَاقِ كُلَّمَا مَاتَ مِنْهُمْ وَاحِدٌ أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ فَإِذَا جَاءَ الْأَمْرُ قُبِضُوْا كُلُّهُمْ فَعِنْدَ ذٰلِكَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ. 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Wali abdal itu ada empat puluh lelaki dua puluh dua di Syam dan delapan belas di Irak setiap kali mati salah seorang dari mereka maka Allah mengganti tempat orang itu dan ketika telah datang hari kiamat maka nyawa mereka dicabut semuanya dan ketika nyawa mereka telah dicabut maka akan datang hari kiamat] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَخْلُوَ الْأَرْضُ عَنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلًا مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمٰنِ فَبِهِمْ يُسْقَوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ آخَرَ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ. 

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah bumi kosong dari empat puluh lelaki yang seperti kekasih Ar-Rahman. Maka sebab mereka di beri riziki makhluk di dunia dan sebab mereka ditolong makhluk di dunia tidaklah mati salah seorang dari mereka melainkan Allah akan mengganti tempat orang itu dengan yang lain]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الْأَبْدَالِ: اَلرِّضَا بالقَضَاءِ وَالصَّبْرُ عَنْ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَالْغَضَبُ فِى ذَاتِ اللّٰهِ] رَوَاهُ اِبْنُ عَدِيُّ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tiga perkara barang siapa yang ada pada tiga perkara ini maka ia termasuk wali Abdal: Ridho atas ketentuan Allah dan sabar menjauhi larangan-larangan Allah dan marah karna Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Adi

(وَلَوْلَا الصَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْقَائِمُوْنَ بِمَا عَلَيْهِمْ مِنْ حُقُوْقِ اللّٰهِ وَحُقُوْقِ الْعِبَادِ (لَهَلَكَ الطَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْفَاسِدُوْنَ بِإِتْيَانِ الْمَعَاصِى 

(Dan andai tidak ada orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang senantiasa melaksanakan apa saja yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak kepada Allah dan hak-hak kepada sesama hamba (Maka pasti hancur orang-orang yang tidak sholeh) Maksudnya orang-orang yang rusak dengan melakukan berbagai kemaksiatan

(وَلَوْلَا الْعُلَمَاءُ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ كَالْبَهَائِمِ). قَالَ أَبُوْ اللَّيْثِ: مَنْ جَلَسَ عِنْدَ عَالِمٍ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى حِفْظِ شَيْءٍ مِنَ الْعِلْمِ نَالَ سَبْعَ كَرَامَاتٍ: 

(Dan andai tidak ada ulama pasti manusia semuanya akan menjadi seperti binatang) Telah berkata Imam Abu Laits: Barang siapa yang duduk disamping ulama dan ia tidak mampu menghafal sedikitpun dari ilmu maka dia tetap akan memperoleh tujuh kemuliaan:

فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِيْنَ وَحَبْسَهُ عَنِ الذُّنُوْبِ وَنُزُوْلَ الرَّحْمَةِ عَلَيْهِ حَالَ خُرُوْجِهِ مِنْ بَيْتِهِ وَإِذَا نَزَلَتِ الرَّحْمَةُ عَلَى أَهْلِ الْحَلَقَةِ حَصَلَ لَهُ نَصِيْبٌ وَيُكْتَبُ لَهُ طَاعَةً مَا دَامَ مُسْتَمِعًا 

Mendapat keutamaan orang-orang yang mengaji dan ditahannya orang itu dari berbuat dosa dan turun rahmat kepadanya ketika dia keluar dari rumah orang alim dan ketika rahmat turun kepada jamaah pengajian pasti hasil baginya pahala dan dicatat baginya sebagai ketaatan selama dia mendengarkan 

وَإِذَا ضَاقَ قَلْبُهُ لِعَدَمِ الْفَهْمِ صَارَ غَمُّهُ وَسِيْلَةً إِلَى حَضْرَةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَيَرَى عِزَّ الْعَالِمِ وَذِلَّ الْفَاسِقِ فَيَمِيْلُ طَبْعُهُ إِلَى الْعِلْمِ وَيَرُدَّ قَلْبَهُ عَنِ الْفِسْقِ. 

Dan ketika terasa sesak hatinya karena tidak paham maka jadilah kesusahannya sebagai wasilah menuju kehadirat Allah dan ia melihat kemuliaan ulama dan hinanya orang fasik sehingga condong tabiatnya kepada ilmu dan ia dapat menolak hatinya dari kefasikkan.

(وَلَوْلَا السُّلْطَانُ لَأَهْلَكَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا) بِالْقَتْلِ وَالْغَصْبِ وَغَيْرِ ذٰلِكَ 

(Dan andai tidak ada Sultan maka akan saling membinasakan sebagian orang dengan sebagian yang lain) Dengan cara membunuh dan dengan cara merampas harta dan dengan cara yang selain itu.

(وَلَوْلَا الْحَمْقَى) أَيْ اَلَّذِيْنَ فَسَدَتْ عُقُوْلُهُمْ (لَخَرَبَتِ الدُّنْيَا) أَيْ لَفَسَدَتِ الْبِلَادُ وَالْمَنَازِلُ 

(Dan andai tidak ada orang-orang bodoh) Maksudnya orang-orang yang rusak akalnya (Maka pasti akan menjadi rusak alam dunia) Maksudnya pasti akan rusak suatu negara dan rumh-rumah.

(وَلَوْلَا الرِّيْحُ لَأَنْتَنَّ كُلُّ شَيْءٍ) بِسَبَبِ الْجِيْفِ.

(Andai tidak ada angin pasti akan busuk segala sesuatu) Dengan sebab bangkai-bangkai

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ لَمْ يَخْشَ اللّٰهَ لَمْ يَنْجُ مِنْ زَلَّةِ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [طُوْبَى لِمَنْ مَلَكَ لِسَانَهُ وَوَسِعَهُ بَيْتُهُ وبَكَى عَلَى خَطِيْئَتِهِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ 

Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Barang siapa tidak takut kepada Allah maka dia tidak akan bisa selamat dari terpelesetnya lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Keberuntungan bagi orang yang mampu mengendalikan lisannya dan terasa luas baginya rumahnya dan dia menangis atas kesalahannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani 

(وَمَنْ لَمْ يَخْشَ قُدُوْمَهُ عَلَى اللّٰهِ) أَيْ مَنْ لَمْ يَخْشَ لِقَاءَ اللّٰهِ بِالْمَوْتِ (لَمْ يَنْجُ قَلْبُهُ مِنَ الْحَرَامِ وَالشُّبْهَةِ) 

(Dan barang siapa yang tidak takut akan kedatangannya kepada Allah) Maksudnya barang siapa yang tidak takut bertemu dengan Allah sebab kematian (Maka hatinya tidak akan bisa selamat dari perkara haram dan syubhat) 

فَالْمُحَرَّمَاتُ قِسْمَانِ أَحَدُهُمَا شَيْءٌ مُحَرَّمٌ لِذَاتِهِ كَالْمَيِّتَةِ وَالدَّمِ وَنَحْوِ ذٰلِكَ فَهٰذَا لَا يَحِلُّ إِلَّا لِسَدِّ بَقَاءِ رُوْحِهِ. وَالثَّانِى حَلَالٌ فِى نَفْسِهِ كَالْمَاءِ الطَّاهِرِ وَالْأَرُزِ لَكِنَّهُ مَمْلُوْكٌ لِلْغَيْرِ فَيَحْرُمُ عَلَيْكَ حَتَّى يَصِيْرَ مِلْكَكَ بِوَجْهٍ جَائِزٍ فِى الشَّرْعِ.

Maka perkara yang diharamkan itu ada dua bagian salah satu dari keduanya adalah sesuatu yang diharamkan karena dzatnya seperti bangkai dan darah dan yang semisal itu dan ini tidak halal kecuali untuk mempertahankan nyawanya. Dan yang kedua adalah sesuatu yang halal pada dzatnya seperti air yang suci dan beras akan tetapi barang itu dimiliki orang lain maka haram atasmu sampai barang itu menjadi milikmu dengan cara yang sah dalam hukum Syariat.

وَالشُّبْهَاتُ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: مَا تُيُقِّنَ تَحْرِيْمُهُ وَشَكَّ فِى حِلِّهِ، وَفِى هٰذَا حُكْمُ الْحَرَامِ. وَمَا تُيُقِّنَ حِلُّهُ وَشُكَّ فِى تَحْرِيْمِهِ، وَهٰذِهِ الشُّبْهَةُ تَرْكُهَا مِنَ الْوَرَعِ، وَمَا يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُوْنَ حَلَالًا وَحَرَامًا فَيَنْبَغِى تَرْكُهُ. 

Dan perkara syubhat itu ada tiga tingkatan: Yang pertama adalah perkara syubhat yang diyakini keharamannya dan diragukan kehalalannya dan dalam hal ini adalah hukumnya haram dan yang kedua adalah perkara syubhat yang diyakini kehalalannya dan diragukan keharamannya dan perkara syubhat ini meninggalkannya termasuk dari wara' dan yang ketiga adalah perkara yang dimungkinkan kehalalannya dan dimungkinkan keharamannya maka sepatutnya meninggalkan itu

قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [دَعْ مَا يُرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يُرِيْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ والْكِذْبَ رَيْبَةٌ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ. وَيُرِيْبُكَ بِفَتْحِ الْيَاءِ وَضَمِّهَا. 

Telah bersabda Rasulullah [Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu karena sesungguhnya benar itu menenangkan dan bohong itu meragukan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi. Dan lafadz يُرِيْبُكَ dengan memfathahkan huruf ي atau mendzommahkannhya

وَمَعْنَى هٰذَا الْحَدِيْثِ: اُتْرُكْ مَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ وَاعْدِلْ إِلَى مَا لَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ، كَذَا أَفَادَ الشَّيْخُ حَسَنٌ اَلْحَمْزَاوِيُّ، وَمَعْنَى الرَّيْبَةُ اِضْطِرَابُ الْقَلْبِ. اهـ.

Dan ma'na hadits ini: adalah tinggalkan olehmu sesuatu yang kamu ragu tentang kehalalannya dan berpindahlah kepada sesuatu yang kamu tidak ragu tentang kehalalannya. Demikian telah menjelaskan Syekh Hasan Al-Hamzawi dan ma'na رَيْبَةٌ adalah kebingungan hati.

(وَمَنْ لَمْ يَكُنْ آيِسًا) أَيْ قاَطِعَ الرَّجَاءِ (عَنِ الْخَلْقِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الطَّمَعِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اِسْتَعِيْذُوْا بِاللّٰهِ مِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى طَبْعٍ - أَيْ دَنَسٍ - وَمِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى غَيْرِ مَظْمَعٍ، وَمِنْ طَمَعٍ حَيْثُ لَا مَظْمَعَ] رَوَاهُ الْإٍمَامُ أَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ. 

(Dan barang siapa tidak memutus harapan) Maksudnya memutus harapan (Dari sesama makhluk maka ia tidak akan bisa selamat dari sifat toma') Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Berlindunglah kalian kepada Allah dari sifat toma' yang mengajak kepada watak yang tidak baik maksudnya kotor dan dari sifat toma' yang mengajak kepada sesuatu yang tidak dapat diharapkan dan dari sifat toma' sekiranya tidak ada harapan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Thobroni dan Imam Hakim

(ومَنْ لَمْ يَكُنْ حَافِظًا عَلَى عَمَلِهِ) مِمَّا يُفْسِدُهُ (لَمْ يَنْجُ مِنَ الرِّيَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِيَّاكُمْ أَنْ تَخْلِطُوْا طَاعَةَ اللّٰهِ بِحُبِّ ثَنَاءِ الْعِبَادِ فَتَحْبِطَ أَعْمَالُكُمْ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

(Dan barang siapa yang tidak menjaga amalnya) Dari perkara yang dapat merusaknya (Maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat riya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Berhati hatilah kalian dalam mencampur adukkan ketaatan kepada Allah dengan sifat senang terhadap pujian dari hamba-hamba sehingga menjadi sia-sia amal-amal kalian]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

(وَمَنْ لَمْ يَسْتَعِنْ بِاللّٰهِ عَلَى اخْتِرَاسِ قَلْبِهِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الْحَسَدِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْحَسَدُ يُفْسِدُ الْإِيْمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصِّبْرُ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

(Dan barang siapa yang tidak meminta pertolongan kepada Allah untuk menjaga hatinya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat iri dengki) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Iri dengki itu dapat merusak keimanan sebagaimana bisa merusaknya buah mahoni pada manisnya madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami. 

(وَمَنْ لَمْ يَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْضَلُ مِنْهُ عِلْمًا وَعَمَلًا لَمْ يَنْجُ مِنَ الْعُجْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ حَمِدَ نَفْسَهُ عَلَى عَمَلٍ صَالِحٍ فَقَدْ ضَلَّ شُكْرُهُ وحَبِطَ عَمَلُهُ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ، 

(Dan barang siapa yang tidak melihat kepada orang yang dia lebih hebat dari pada dirinnya keilmuannya dan amalnya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat ujub) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang memuji-muji pada dirinya sendiri atas amalnya yang sholih maka benar benar telah sia-sia syukurnya dan terhapus pahala amalnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim 

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَيْسَ بِالْخَيْرِ أَنْ يُظْهِرَ الْقَوْلَ بِلِسَانِهِ وَالْعُجْبُ فِى قَلْبِهِ] رَوَاهُ الدَّارُقُطْنِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ الْعُجْبَ لَيُحْبِطُ عَمَلَ سَبْعِينَ سَنَةً] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah baik apabila orang menampakkan ucapan dengan lisannya sementara ujub masih ada dalam hatinya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya sifat ujub itu benar-benar dapat menghpus amal selama tujuh puluh tahun] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 12

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى، وَهُوَ مِنْ أَكْبَرِ التَّابِعِيْنَ (أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ فَسَادَ الْقُلُوْبِ عَنْ سِتَّةِ أَشْيَاءَ أَوَّلُهَا: يُذْنِبُوْنَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ) وَفِى نُسْخَةٍ بِرَجَاءِ الرَّحْمَةِ وَذٰلِكَ تَمَنٍّ 

Maqolah yang ke dua belas (Dari Hasan Al-Basri) Rahimahullahu Ta'ala. Dia adalah sebagian dari pembesar tabiin (Sesungguhnya dia berkata: Sesungguhnya kerusakan hati itu sebab enam perkara yang pertama dari enam perkara itu: Adalah manusia sengaja berbuat dosa dengan mengharapkan taubat)  Dan dalam suatu naskh dengan mengharapkan rahmat dari Allah dan itu adalah harapan kosong

(وَيَعْلَمُوْنَ الْعِلْمَ وَلَا يَعْمَلُوْنَ) فَلَا فَائِدَةَ فِى الْعِلْمِ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِهِ وَإِنَّمَا ثَمْرَةُ الْعِلْمِ الْعَمَلُ بِهِ (وَإِذَا عَمِلُوْا لَا يُخْلِصُوْنَ) وَإِذَا لَمْ يُخْلِصِ الْمَرْءُ فِى الْعِبَادَةِ لَمْ يَصْدُقْ فِيْهَا فَالصِّدْقُ أَصْلٌ وَالْإِخْلَاصُ فَرْعٌ، 

(Dan mereka mengerti ilmu dan tidak mengamalkannya) Maka tidak ada manfaatnya suatu ilmu jika tidak mengamalkannya sungguh buahnya ilmu itu hanya mengamalkannya (Dan ketika mereka mengamalkan mereka tidak ikhlas) Dan ketika seseorang tidak ikhlas dalam beribadah maka tidak ada kejujuran di dalamnya maka jujur itu adalah pokok dan keikhlasan adalah cabangnya

وَمِنْ دُعَاءِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: يَا دَلِيْلَ الْحَيَارِى دُلَّنِيْ عَلَى طَرِيْقِ الصَّادِقِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الْمُخْلِصِيْنَ 

Dan dari sebgaian doa Imam Ahmad Bin Hambal Radhiallahu Anhu : Wahai dzat yang membimbing  orang orang yang  kebingungan tunjukkan aku pada jalan orang orang yang jujur dan jadikanlah aku termasuk di antara hamba hambamu yang ikhlas

(وَيَأْكُلُوْنَ رِزْقَ اللّٰهِ وَلَا يَشْكُرُوْنَ) فَالشُّكْرُ إِجْرَاءُ الْأَعْضَاءِ فِى مَرْضَاةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَإِجْرَاءُ الْأَمْوَالِ فِيْهَا 

(Dan mereka memakan rizki dari Allah dan mereka tidak bersyukur) Syukur adalah menggunakan anggota badan untuk hal-hal yang diridhoi Allah Ta'ala dan menggunakan harta-harta untuk hal-hal yang diridhoi Allah 

(وَمَا يَرْضَوْنَ بِقِسْمَةِ اللّٰهِ) فِى حَالَاتِهِ. قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: اِرْضَ بِالدُّوْنِ وَالْزَمْهُ جِدًّا فَتُنْقَلُ إِلَى الْأَعْلَى وَالْأَنْفَسِ وَبِهِ تَهْنَأُ وَفِيْهِ تَبْقَى وَتُحْفَظُ بِلَا عَنَاءِ دُنْيَا وَأُخْرَى ثُمَّ تَتَرَقَّى مِنْ ذٰلِكَ إِلَى مَا هُوَ أَقَرُّ عَيْنًا مِنْهُ وَأَهْنَأُ. 

(Dan mereka tidak ridho dengan ketentuan dari Allah) Dalam berbagai keadaannya. Telah berkata: Tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasa Sirrohu:  Ridholah kamu dengan yang rendah dan peganglah ia dengan sungguh-sungguh sehingga kamu dipindahkan pada maqom yang lebih tinggi dan lebih berharga. Dan sebab ridho itulah kamu akan nyaman dan sebab ridho itu kamu akan kekal dan kamu akan dijaga tanpa bersusah payah di dunia dan akhirat kemudian kamu akan terus naik dari hal itu kepada maqom yang mana maqom itu lebih menyenangkan mata dari pada yang rendah dan lebih nikmat.

(وَيُدْفِنُوْنَ مَوْتَاهُمْ وَلَا يَعْتَبِرُوْنَ) أَيْ لَا يَتَذَكَّرُوْنَ لِلْمَوْتِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ وَابْنُ مَاجَه وَالْحَاكِمُ.

(Dan mereka mengubur mayit-mayit mereka namu mereka tidak mengambil pelajaran) Maksudnya mereka tidak mengingat pada kematian. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sungguh kuburan itu adalah yang pertama dari tahapan-tahapan akhirat jika seseorang selamat dari alam kubur maka tahapan-tahapan setelah alam kubur lebih mudah dari pada alam kubur dan jika seseorang tidak selamat dari alam kubur maka tahapan-tahapan setelah alam kubur akan lebih sulit dari pada alam kubur]. 

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ للمَوْتِ فَزْعًا فَإِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ وَفَاةُ أَخِيْهِ فَلْيَقُلْ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِليْهِ رَاجِعُوْنَ وَإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ اَللَٰهُمَّ اكْتُبْهُ عِنْدَكَ فِى المُحْسِنِيْنَ واجْعَلْ كِتَابَهُ فِى عِلِّيِّيْنَ واخْلُفْ عَقِبَهُ فِى الْآخِرِيْنَ، اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya kematian itu mengejutkan. Ketika datang kepada salah seorang dari kalian kematian saudaranya maka hendaklah ia berkata: Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan sesungguhnya kita semua kepada Allah akan kembali dan sesungguhnya kita semua hanya kepada Allah pasti akan kembali Ya Allah semoga Engkau mencatatnya di sisimu dalam golongan orang-orang yang baik dan semoga Engkau menjadikan kitabnya dalam Iliyyin dan semoga Engkau mengganti anak keturunannya  di antara orang orang yang terakhir Ya Allah semoga Engkau tidak mengharamkan kami pada pahalanya dan semoga engkau tidak menguji kami setelahnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ سَمِعَ بِمَوْتِ مُسْلِمٍ فَدَعَا لَهُ بِخَيْرٍ كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ أَجْرَ مَنْ عَادَهُ حَيًّا وَشَيَّعَهُ مَيِّنًا] رَوَاهُ الدَّارُ قُطْنِى

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang mendengar tentang kematian seorang muslim kemudia ia berdoa untuknya dengan kebaikan maka pasti Allah akan menulis baginya dengan pahala orang yang menjenguknya ketika masih hidup dan yang mengantarnya ketika sudah mati]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Daruqutni

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 13

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَيْضًا: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا وَاخْتَارَهَا عَلَى الْآخِرَةِ عَاقَبَهُ اللّٰهُ بِسِتِّ عُقُوْبَاتٍ ثَلَاثٌ فِى الدُّنْيَا وَثَلَاثٌ فِى الْآخِرَةِ، أَمَّا الثَّلَاثُ الَّتِيْ هِيَ فِى الدُّنْيَا: فَأَمَلٌ لَيْسَ لَهُ مُنْتَهَى) 

Maqolah yang ke tiga belas (Imam Hasan Basri telah berkata juga: Barang siapa yang mengharapkan dunia dan lebih memilihnya diatas akhirat maka Allah akan memberikan sangsi padanya dengan enam sangsi. Tiga sangsi itu di dunia dan tiga sangsi itu di akhirat. Adapun tiga sangsi yang di dunia: Adalah lamunan-lamunan kosong yang tidak ada habisnya)

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ [مَثَّلَ الْإِنْسَانَ وَالْأَمَلَ وَالْأَجَلَ فَمَثَّلَ الْأَجَلَ إِلَى جَانِبِهِ وَالْأَمَلَ أَمَامَهُ فَبَيْنَمَا هُوَ يَطْلُبُ الْأَمَلَ أَمَامَهُ إِذْ أَتَاهُ الْأَجَلُ فَاخْتَلَجَهُ] أَيْ اِنْتَزَعَهُ، رَوَاهُ ابْنُ أَبِى الدُّنْيَا.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi  [Membuat perumpamaan terhadap manusia dan lamunan-lamunan kosong dan ajal Maka Nabi membuat perumpamaan terhadap ajal berada di sampingnya dan lamunan-lamunan kosong berada di depannya ketika manusia mengejar lamunan kosong di depannya tiba-tiba datang kepadanya ajal kemudian ajal mencabut nyawanya ]. Maksudnya mencabut nyawanya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Dunia

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كَمْ مِنْ مُسْتَفْبِلٍ يَوْمًا لَا يَسْتَكْمِلُهُ وَمُنْتَظِرٍ غَدًا لَا يَبْلُغُهُ لَوْ نَظَرْتُمْ إِلَى الْأَجَلِ وَمَسِيْرِهِ لَأَبْغَضْتُمُ الْأَمَلَ وَغُرُوْرَهُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ .

Dan diriwaayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Berapa banyak orang yang menghadapi suatu hari namun dia tidak dapat menyempurnakannya, dan berapa banyak orang yang menantikan hari esok namun dia tidak sampai padanya. Jika kalian melihat ajal dan tempat perjalanannya maka pasti kalian akan membenci pada lamunan-lamunan kosong dan tipu dayanya.]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

(وَحِرْصٌ غَالِبٌ لَيْسَ لَهُ قَنَاعَةٌ) فَالْحِرْصُ يَسْلُبُ فَضَائِلَ النَّفْسِ وَيَمْنَعُ مِنَ التَّوَفُّرِ عَلَى الْعِبَادَةِ وَيَبْعَثُ عَلَى التَّوَرُطِ فِى الشُّبُهَاتِ،  

(Dan keserakahan yang mendominasi tidak ada baginya kepuasan) Maka sifat rakus itu mencabut keutamaan-keutamaan diri dan menghalangi dari menyempurnakan ibadah dan mendorong agar terjerumus ke dalam perkara-perkara syubhat

وَلَيْسَ لِلْحَرِيْصِ غَايَةٌ مَقْصُوْدَةٌ يَقِفُ عِنْدَهَا وَلَا نِهَايَةٌ مَحْدُوْدَةٌ يَقْنَعُ بِهَا لِأَنَّهُ إِذَا وَصَلَ بِالْحِرْصِ إِلَى مَا أَمَّلَ أَغْرَاهُ ذٰلِكَ بِزِيَادَةِ الْحِرْصِ وَالْأَمَلِ وَإِنْ لَمْ يَصِلْ رَأَى إِضَاعَةَ الْغِنَى لَوْمًا وَصَارَ بِمَا سَلَفَ مِنْ رَجَائِهِ أَبْسَطَ أَمَلًا

Dan tidak ada bagi orang yang serakah batas akhir yang dituju yang dia akan berhenti pada tujuan akhir itu dan tidak ada batas akhir yang dibatasi yang ia akan menerima pada batas akhir itu. Karena sesungguhnya ketika dia bisa mencapai dengan sifat serakahnya pada perkara yang ia angan-angankan maka akan menggoda kepadanya keberhasilan itu dengan bertambahnya keserakahan dan bertambahnya angan-angan dan jika ia tidak bisa mencapai maka ia melihat pada sia-sianya kekayaan dengan celaan dan jadilah dia dengan harta yang telah lalu dari harapannya menjadi lebih luas angan-angannya

(وَأُخِذَ مِنْهُ حَلَاوَةُ الْعِبَادَةِ) بِتَشَاغُلِهِ عَنْهَا 

(Dan diambil darinya kenikmatan ibadah) Karena kesibukkannya menjauhi ibadah

(وَأَمَّا الثَّلَاثُ الَّتِي هِيَ فِى الْآخِرَةِ: فَهَوْلٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) أَيْ فَهِيَ أُمُوْرٌ مُخَوِّفَةٌ وَمُفْزِعَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (وَالْحِسَابُ الشَّدِيْدُ) وَهُوَ حِسَابُ الْمُنَاقِشَةِ (وَالْحَسْرَةُ الطَّوِيْلَةُ) أَيْ اَلْحُزْنُ الْمَدِيْدُ بِسَبَبِ التَّعَبِ الشَّدِيْدِ.

(Dan adapun tiga sangsi yang di akhirat: Adalah keributan pada hari kiamat) Maksudnya akhirat adalah perkara-perkara yang menakutkan dan mengagetkan pada hari kiamat (Dan hisab yang sangat berat) Dan hisab yang sangat berat adalah hisab didebat (Dan penyesalan yang panjang) Maksudnya kesedihan yang panjang karena rasa lelah yang sangat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: لَا رَاحَةَ لِلْحَسُوْدِ) قَالَ عَبْدُ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيُّ نَقْلًا عَنْ شَيْخِهِ الْبَدْرِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى : يُبْلَى الْحَسُوْدُ بِخَمْسَةٍ : حُصُوْلُ الذَّمِّ لَهُ وَحُزْنٌ دَاءِمٌ وَغَلْقُ بَابِ التَّوْفِيقِ عَلَيْهِ وَمُصِيبَةٌ دَاءِمَةٌ لَا أَجْرَ فِيهَا. وَالْغَضَبُ الشَّدِيْدُ عَلَيْهِ مِنْ اللّٰهِ تَعَالِيَ.

Maqolah yang ke empat belas (Telah berkata Ahnaf Bin Qois Radhiallahu Anhu: Tidak ada ketenangan bagi orang yang iri dengki) Telah berkata Abdul Mu'ti As-Samlawi dengan menukil dari gurunya Al-Badr Rahimahullah Ta'ala: Akan diberi ujian orang yang iri dengki dengan lima musibah: Hasilnya cacian bagi dirinya dan kesedihan yang terus menerus dan dikunci pintu taufiq atas dirinya dan musibah yang terus menerus tidak ada pahala di dalamnya. Dan murka yang sangat besar kepada dirinya dari Allah Ta'ala.

قَالَ عَلِيٌّ الْمَاوَرْدِيُّ: وَحَقِيْقَةُ الْحَسَدِ شِدَّةُ الْحُزْنِ عَلَى الْخَيْرَاتِ الَّتِي تَكُوْنُ لِلنَّاسِ الْأَفَاضِلِ. أَمَّا الْمُنَافَسَةُ فَهِيَ طَلَبُ التَّشَبُّهِ بِالْأَفَاضِلِ مِنْ غَيْرِ إِدْخَالِ ضَرَرٍ عَلَيْهِمْ. وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الْمُؤْمِنُ يَغْبِطُ وَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ].

Telah berkata Ali Al-Mawardi: Hakikat dari sifat iri dengki adalah sangat bersedih atas kebaikan-kebaikan yang ada pada manusia yang lebih utama. Adapun bersaing maka itu adalah mengejar kesamaan dengan orang-orang yang lebih utama dengan tanpa memasukkan kemadaratan kepada orang yang lebih utama. Dan benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi bersabda: [Orang mu'min itu cemburu dan orang munafik itu iri dengki].

(وَلَا مُرُوْءَةَ لِلْكَذُوْبِ) فَالْمُرُوْءَةُ مُرَاعَاةُ الْأَحْوَالِ الَّتِي تَكُوْنُ عَلَى أَفْضَلِهَا حَتَّي لَا يَظْهَرَ مِنْهَا قَبِيْحٌ عَنْ قَصِّهِ وَلَا يَتَوَجَّهُ إِلَيْهَا ذَمٌّ بِاسْتِحْقَاقٍ.

(Tidak ada martabat bagi pembohong) Muru'ah adalah menjaga kehormatan dari keadaan-keadaan yang ada pada keadaan yang lebih utama hingga tidak tampak dari keadaan-keadaan itu prilaku yang buruk dari kisahnya dan tidak menghadap pada keadaan-keadaan itu sebuah celaam dengan sebenarnya

رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ عَامَلَ النَّاسَ فَلَمْ يَظْلِمْهُمْ وَحَدَّثَهُمْ فَلَمْ يَكْذِبْهُمْ وَوَعَدَهُمْ فَلَمْ يُخْلِفْهُمْ فَهُوَ مِمَّنْ كَمُلَتْ مُرُوْءَتُهُ وَظَهَرَتْ عَدَالَتُهُ وَوَجَبَتْ أُخُوَّتُهُ ].

Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang bermuamalah dengan manusia kemudian dia tidak berbuat dzolim kepada mereka dan dia berkata pada mereka kemudian dia tidak berbohong pada mereka dan dia berjanji pada mereka kemudian dia tidak ingkar pada mereka maka dia adalah termasuk dari sebagian orang yang telah sempurna kehormatannya dan nampak keadilannya dan wajib berukhuwah dengannya].

(وَلَا حِيْلَةَ لِلْبَخِيْلِ) وَحَدُّ السَّخَاءِ بَذْلُ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ عِنْدَ الْحَاجَةِ وَأَنْ يُوْصِلَهُ إلَى مُسْتَحِقِّهِ بِقَدْرِ الطَّاعَةِ،

(Dan tidak ada jalan keluar bagi orang yang pelit) Definisi dermawan adalah memberikan sesuatu yang ia butuh padanya ketika butuh dan menyalurkan sesuatu itu kepada orang yang berhak dengan ukuran keta'atan

وَإِذَا كَانَ السَّخَاءُ مَحْدُودًا، فَمَنْ وَقَفَ عَلَى حَدِّهِ سُمِيَ كَرِيمًا وَكَانَ لِلْحَمْدِ مُسْتَحِقًّا،وَمَنْ قَصَرَ عَنْهُ كَانَ بَخِيلًا وَكَانَ لِلذَّمِّ مُسْتَوْجِبًا.

Dan jika ada sifat dermawan itu terbatas maka barang siapa yang berhenti pada batas kedermawanan maka dia dinamakan sebagai orang yang mulia dan ada baginya atas pujian sebagai orang yang berhak. Dan barang siapa yang mengurangi dari batasan kedermawanan maka ia ada sebagai orang yang pelit dan ada baginya atas hinaan sebagai orang yang berhak

رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [طَعَامُ الْجَوَادِ دَوَاءٌ وَطَعَامُ الْبَخِيلِ دَاءٌ]،وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: اَلْبَخِيْلُ لَيْسَ لَهُ خَلِيْلٌ.

Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Makanan dari orang dermawan itu jadi obat dan makanan dari orang pelit itu jadi penyakit]. Dan telah berkata sebagian dari orang-orang yang beradab: Orang yang pelit itu tidak ada baginya kekasih.

وَقَالَ صَالِحُ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوْسِ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:

Telah berkata Sholeh Bin Abdul Quddus dari bahar towil:


وَيُظْهِرُ عَيْبَ الْمَرْءِ فِى النَّاسِ بُخْلُهُ   $  وَيَسْتُرُهُ عَنْهُمْ جَمِيْعًا سَخَاؤُهُ

Akan menampakan aib seseorang di antara manusia sifat pelitnya  $   

Dan akan menutupi aib dari semua manusia sifat dermawannya

 

تَغَطَّ بِأَثْوَابِ السَّخَاءِ فَإِنَّنِيْ  $   أَرَى كُلَّ عَيْبٍ فَالسَّخَاءُ غِطَاؤُهُ

Maka tutupilah oleh kalian dengan baju-baju kedermawanan karena sesungguhnya $   Aku telah melihat setiap aib maka sifat dermawanlah yang menjadi penutupnya

 

(وَلَا وَفَاءَ لِلْمُلُوْكِ) لِأَنَّهُ لَا يَسْتَحْيِ وَلَا يَخَافُ مِنْ آحَادِ الرَّعِيَّةِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِيْ إِنْ صَلَحُوْا صَلَحَتِ الْأُمَّةُ: اَلْأُمَرَاءُ وَالْفُقَهَاءُ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.

(Dan tidak ada kesetiaan bagi raja-raja) karena sesungguhnya raja-raja tidak akan malu dan takut kepada salah seorang dari rakyat. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Ada dua golongan dari umatku jika keadaan mereka baik maka pasti akan baik keadaan suatu umat: Yaitu para pemimpin dan para fuqoha].

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَهْلِكَ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً إِذَا كَانَتِ الْوُلَاةُ هَادِيَةً مَهْدِيَّةً وَلٰكِنْ تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ هَادِيَةٌ مَهْدِيَّةً إِذَا كَانَتِ الوُلَاةُ ظَالِمَةً مُسِيْئةً] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ. 

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Rakyat tidak akan binasa meskipun terbukti mereka dzolim dan buruk ketika ada para penguasa yang memberi petunjuk dan diberi hidayah akan tetapi rakyat akan binasa meskipun terbukti mereka memberi petunjuk dan diberi hidayah ketika ada para penguasa yang dzolim dan buruk]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Abu Nu'aim

وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ أَنْشَدَ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ :

Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Abu Bakar telah melantunkan sya'ir dari bahar basith:

إذَا أَرَدْتَ شَرِيْفَ النَّاسِ كُلِّهِمِ $   فَانْظُرْ إِلَى مَلِكٍ فِي زِيِّ مِسْكِيْنِ

Jika kamu ingin menjadi manusia mulia di antara manusia seluruhnya  $   

Maka lihatlah raja yang menggunakan pakaian orang miskin

 

ذَاكَ الَّذِيْ حَسُنَتْ فِى النَّاسِ سِيْرَتُهُ  $  وَذَاكَ يَصْلُحُ لِلدُّنْيَا وَلِلدِّيْنِ

Itulah orang yang bagus akhlaknya di antara manusia  $  

Dan itulah orang yang layak untuk memimpin dunia dan agama

 

(وَلَا سُؤْدَدَ لِسَيِّئِ الْخُلُقِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سُوْءُ الْخُلُقِ شُؤْمٌ وشِرَارُكُمْ أَسْوَأُكُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ الْخَطِيْبُ، وَرُوِيَ أَنَّهُ َﷺ قَالَ: [إِنَّ الْخُلُقَ السَّيِّئَ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الْعَسْكَرِيُّ، 

(Tidak ada kemuliaan bagi orang yang buruk akhlaknya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Akhlak yang buruk itu adalah kesialan dan yang paling buruk di antara kalian adalah yang paling buruk di antara kalian akhlaknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Khotib. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya akhlak yang buruk itu dapat merusak amal sebagaimana merusaknya cuka pada madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Askari 

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ عِبَادِ اللّٰهِ تَعَالَى إِلَى اللّٰهِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَكَارِمُ الْأَخْلَاقِ مِنْ أَعْمَالِ الجَنَّةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ. 

Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Yang paling dicintai dari hamba-hamba Allah oleh Allah adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Akhlak-akhlak yang mulia itu termasuk dari amalan-amalan ahli surga]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni.

وَأَنْشَدَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ :

Dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah melantunkan sya'ir dari bahar basit :

إنَّ الْمَكَارِمَ أَخْلَاقٌ مُطَهِّرَةٌ  $  فَالْعَقْلُ أَوَّلُهَا وَالدِّيْنُ ثَانِيْهَا

Sesungguhnya kemuliaan itu adalah akhlak yang disucikan $   Maka akal adalah yang pertama dari akhlak yang disucikan dan agama adalah yang kedua

 

وَالْعِلْمُ ثَالِثُهَا وَالْحِلْمُ رَابِعُهَا  $   وَالْجُوْدُ خَامِسُهَا وَالْعُرْفُ سَادِسُهَا

Dan ilmu adalah yang ketiganya dan rendah hati adalah yang keempatnya $   Dan dermawan adalah yang kelimanya dan adat adalah yang keenamnya

 

وَالْبِرُّ سَابِعُهَا وَالصَّبْرُ ثَامِنُهَا    $    وَالشُّكْرُ تَاسِعُهَا وَاللَّيِنُ عَاشِرُهَا

Dan berbakti pada kedua orang tua adalah yang ketujuhnya dan sabar adalah yang ke delapannya  $   

Dan syukur adalah yang kesembilannya dan lemah lembut adalah yang kesepuluhnya

 

وَالْمُرَادُ بِالْعَقْلِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ اِجْتِنَابُ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَأَدَاءُ فَرَائِضِ اللّٰهِ

Dan yang dimaksud dengan akal sebagimana dalam hadits adalah menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah dan menunaikan perintah-perintah dari Allah.

(وَلَا رَادَّ لِقَضَاءِ اللّٰهِ) أَيْ لِتَقْدِيْرِهِ الْأَشْيَاءَ وَإِرَادَتِهِ لَهَا كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ الْحِفْنِيُ.

(Dan tidak ada penangkal terhadap qodho Allah) Maksudnya terhadap takdirnya pada segala sesuatu dan kehendak Allah pada segala sesuatu sebagaimana telah berkata tentang keterangan itu Syeikh Al-Hifni.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 15

Akan datang ....

(وَ)الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (سُئِلَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِيْنَ جَرَّبُوْا الْأُمُوْرَ(هَلْ يَعْرِفُ الْعَبْدُ إِذَا تَابَ أَنَّ تَوْبَتَهُ قُبِلَتْ أَمْ رُدَّتْ، قَالَ: لَا أَحْكُمُ فِى ذٰلِكَ) أَيْ فِى كَوْنِ تَوْبَةِ الْعَبْدِ مَقْبُوْلَةً أَوْ مَرْدُودَةً (وَلٰكِنْ لِذٰلِكَ) أَيْ لِقَبُوْلِ التَّوْبَةِ (عَلَامَاتٌ) سِتَّةٌ 

Maqolah yang ke lima belas (Telah ditanya sebagian dari orang-orang yang bijaksana) Maksudnya orang-orang yang telah membuktikan berbagai hal (Apakah seorang hamba dapat mengetahui ketika bertaubat bahwa sesungguhnya taubatnya telah diterima atau ditolak? Maka sebagian dari orang-orang bijak itu berkata: Saya tidak bisa memastikan tentang hal itu) Maksudnya tentang keadaan taubatnya seorang hamba diterima atau ditolak (Akan tetapi bagi hal itu) Maksudnya bagi diterimanya taubat (Ada tanda-tanda) yang enam

إِحْدَاهَا (أَنْ يَرَى) أَنْ يَعْرِفَ (نَفْسَهُ غَيْرَ مَعْصُوْمَةٍ مِنَ الْمَعْصِيَةِ) فَيُجَوِّزُ وُقُوْعُهَا فِيهَا. (وَ) الثَّانِيَةُ (يَرَى فِى قَلْبِهِ الْفَرَحَ غَائِبًا) أَيْ بَعِيدًا عَنْهُ (وَالْحُزْنَ شَاهِدًا) أَيْ حَاضِرًا عِنْدَهُ.

Salah satu dari yang enam itu (Hendaknya ia mengetahui) Hendaknya ia mengetahui (Pada dirinya sendiri tidak dima'sum dari kemaksiatan) Sehingga memperkenankan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang kedua (Dia melihat dalam dirinya terhadap rasa bahagia tidak ada) Maksudnya jauh dari kebahagiaan (Dan terhadap rasa sedih hadir) Maksudnya hadir di dalam hatinya.  

(وَ)الثَّالِثَةُ (يَقْرُبُ أَهْلَ الْخَيْرِ وَيُبَاعِدُ أَهْلَ الشَّرِّ) خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمَعْصِيَةِ. (وَ) الرَّابِعَةُ (يَرَى الْقَلِيْلَ مِنَ الدُّنْيَا كَثِيرًا) فَيَأْخُذُ مِنْهَا بِقَدْرِ ضَرُوْرَتِهِ (وَيَرَى الْكَثِيْرَ مِنْ عَمَلِ الْآخِرَةِ قَلِيلًا) فَيَطْلُبُ الزِّيَادَةَ عَلَيْهِ

(Dan) Yang ke tiga (Dia mendekati orang yang baik dan menjauhi orang yang buruk) Karena takut terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang ke empat (Dia melihat sedikit dari dunia sebagai banyak) Sehingga dia mengambil dari dunia itu dengan ukuran kebutuhannya (Dan dia melihat banyak dari amal akhirat sebagai sedikit) Sehingga ia mencari tambahan atas amalnya.

(وَ) الْخَامِسَةُ (يَرَى قَلْبَهُ مُشْتَغِلًا بِمَا ضُمِنَ) أَيْ اُلْتُزِمَ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالِيَ) مِنْ أَنْوَاعِ التَّكَالِيْفِ (فَارِغًا) أَيْ خَالِيًا (عَمَّا ضَمِنَ) أَيْ كَفَلَ (اللّٰهُ) تَعَالَى (مِنْهُ) أَيْ لَهُ بِهِ مِنَ الرِّزْقِ.

(Dan) Yang ke lima (Dia melihat hatinya sibuk dengan sesuatu yang diwajibkan) Maksudnya di wajibkan (Dari Allah Ta'ala) Dari segala macam kewajiban-kewajiban. (Hatinya kosong) Maksudnya kosong (Dari sesuatu yang telah menjamin) Maksudnya memastikan (Allah) Ta'ala (Padanya) Maksudnya menjamin padanya dengan sesuatu itu dari rizki.   

(وَ) السَّادِسَةُ (يَكُوْنُ حَافِظَ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللّٰهِ حِفْظُ اللِّسَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ

(Dan) Yang keenam (Terbukti dia menjaga lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Amalan-amalan yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah yang paling banyak diantara mereka berbicara dalam perkara yang tidak bermanfaat untuknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr

(دَاءِمَ الْفِكْرَةِ)فِي عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلتَّفَكُّرُ فِى عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللّٰهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى اللّٰهِ فَتَهْلَكُوْا]، (لَازِمَ الْغَمِّ وَالنَّدَامَةِ) عَلَى مَا فَعَلَ مِنَ الْمَعَاصِيْ.

(Kekalnya pemikiran) Dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya Allah dan nerakanya Allah. Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tafakur dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya dan nerakanya satu waktu itu lebih baik daripada mendirikan sholat malam]. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Bertafakurlah kalian semua dalam memikirkan ciptaan Allah dan janganlah bertafakur kalian semua dalam memikirkan dzatnya Allah sehingga kalian binasa]. (Senantiasa bingung dan sedih) Atas perkara yang telah dia lakukan dari kemaksiatan.

 

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 16

(و) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ رَحِمَهُ اللّٰهُ: مِنْ أَعْظَمِ الْاِغْتِرَارِ) أَيْ اَلْاِجْتِرَاءِ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى (عِنْدِيْ اَلتَّمَادِي) أَيْ اَلْمُلَازَمَةُ (فِى الذُّنُوْبِ عَلَى رَجَاءِ الْعَفْوِ) أَيْ مَعَ رَجَاءِ مَحْوِ ذُنُوبِهِ (مِنْ غَيْرِ نَدَامَةٍ) أَيْ تَوْبَةٍ مِنْهَا 

Maqolah yang ke enam belas (Telah berkata Yahya Bin Mu'adz Rahimahullah: Dari sebagian penipuan terbesar) Maksudnya lancang kepada Allah Ta'ala (Menurut saya adalah terus menerus) Maksudnya terus menerus (Dalam dosa-dosa dengan harapan dima'afkan) Maksudnya dengan harapan dihapus dosa-dosanya (Tanpa menyesal) Maksudnya tanpa taubat dari dosa-dosa

(وَتَوَقُّعُ الْقُرْبِ) أَيْ اِنْتِظَارُ حُصُوْلِ الْمَرْتَبَةِ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالى بِغَيْرِ طَاعَةٍ) بَلْ بِالتَّعْطِيْلِ (وَانْتِظَارُ زَرْعِ الْجَنَّةِ بِبَذْرِ النَّارِ) أَيْ اِنْتِظَارُ نَعِيْمِ الْجَنَّةِ بِفِعْلِ الْمَعَاصِي 

(Dan mengharapkan kedekatan) Maksudnya menunggu hasilnya martabat (Dari Allah Ta'ala tanpa melakukan keta'atan) Bahkan dengan menganggur (Dan menunggu tanaman surga dengan menabur benih neraka) Maksudnya menunggu kenikmatan-kenikmatan surga dengan melakukan kemaksiatan. 

(وَطَلَبُ دَارِ الْمُطِيْعِيْنَ بِالْمَعَاصِي) أَيْ طَلَبُ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ مِنْ غَيْرِ طَرِيقِهَا بَلْ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللّٰهِ تَعَالَى قَالَ تَعَالَى [اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ] 

(Dan mencari tempat orang-orang yang ta'at dengan kemaksiatan) Maksudnya menuntut masuk surga tanpa menempuh jalan menuju surga bahkan dengan menyelisihi perintah dari Allah Ta'ala. Allah ta'ala berfirman: [Sesungguhnya kalian hanya dibalas dengan sesuatu yang telah kalian kerjakan].

(وَانْتِظَارُ الْجَزَاءِ) بِالْخِصَالِ الَّتِي تُؤَدِّي إلَى الرَّاحَةِ (بِغَيْرِ عَمَلٍ) صَالِحٍ يُوْصِلُ إِلَى ذٰلِكَ 

(Dan menunggu balasan) dengan perkara-perkara yang mendatangkan ketenangan (Tanpa beramal) Sholih yang bisa menyampaikan dia pada perkara itu  

(وَالتَّمَنِّى عَلَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ مَعَ الِافْرَاطِ) أَيْ مُجَاوَزَةِ حَدِّ الِاعْتِدَالِ (قَالَ الشَّاعِرُ) مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:

(Dan berangan-angan kepada Allah Azza Wajalla serta melewati batas) Maksudnya melewati batas kewajaran (Telah berkata seorang penya'ir) Dari Bahar Basit :

(يَرْجُو النَّجَاةَ وَلَا يَسْلُكْ مَسَالِكَهَا $  اِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِى عَلَى الْيَبِسِ)

(Dia mengharapkan keselamatan sedangkan dia tidak mau menempuh jalan-jalan menuju keselamatan   $ 

 Sesungguhnya perahu itu tidak akan melewat di atas daratan yang kering)

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 17

(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ ( قَالَ أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (حِيْنَ سُئِلَ مَا خَيْرُ مَا يُعْطَى الْعَبْدُ) قَالَ هُو(عَقْلٌ غَرِيْزِيٌ) أَى طَبِيْعِيٌ. 

Maqolah yang ke tujuh belas: (Telah berkata Ahnaf Bin Qois) Rahimahullhahu Ta'ala (Ketika dia ditanya: Apa sebaik-baiknya anugrah yang diberikan kepada seorang hamba?) Ahnaf menjawab (Akal Ghorizi) Maksudnya watak.

رُوِيَ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَال: [مَا اكْتَسَبَ الْمَرْءُ مِثْلَ عَقْلٍ يَهْدِى صَاحِبَهُ إلَى هُدًى أَوْ يَرَدُّهُ عَنْ رَدًى] 

Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seseorang dapat berusaha seperti akal yang akan memnunjukkan kepada pemiliknnya petunjuk atau  akan menolak kepada pemiliknya dari perkara yang buruk]

(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)أَى لَمْ يُوجَدِ الْعَقْلُ (قَالَ أَدَبٌ صَالِحٌ) وَهُوَ مَعْرِفَةُ مَا يَحْتَرِزُ بِهِ عَنْ جَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ

(Dikatakan maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan akal (Maka Ahnaf menjawab: Adab yang sholih) Yaitu mengetahui sesuatu yang dapat menjaganya sebab perkara itu dari berbagai macam kesalahan.

(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الْأَدَبُ (قَالَ صَاحِبٌ مُوَفِّقٌ) 

(Dikatakan maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan adzab yang sholih itu (Maka Ahnaf menjawab: Sahabat yang setia) 

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيْمَانِ التَّوَدُّدُ إلَى النَّاسِ وَمَا يَسْتَغْنِى رَجُلٌ عَنْ مَشُوْرَةٍ وَإِنَّ أَهْلَ الْمَعْرُوْفِ فَى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِى الْآخِرَةِ وَأَهْلَ الْمُنْكَرِ فِى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمُنْكَرِ فِى الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُ

Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Pangkalnya akal sesudah iman adalah sayang kepada manusia. Dan tidaklah seseorang kaya dari pepatah dan sesungguhnya orang yang ahli dalam kebaikan di dunia mereka adalah orang yang ahli dalam kebaikan di akhirat dan orang yang ahli munkar di dunia mereka adalah orang yang ahli munkar di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi

(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الصَّاحِبُ (قَالَ قَلْبٌ مُرَابِطٌ) أَى صَابِرٌ عَلَى أَذِيَّةِ الْخَلْقِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ كَانَ الْمُؤْمِنُ عَلَى قَصَبَةٍ فِى الْبَحْرِ لَقَيَّضَى اللّٰهُ لَهُ مَنْ يُؤْذِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ

(Dikatakan maka jika tidak ada)Maksudnya jika tidak ditemukan sahabat yang setia itu (Maka Ahnaf menjawab: Hati yang teguh) Maksudnya sabar terhadap gangguan makhluk. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Seandainya seorang mukmin berada di atas rakit bambu di lautan, niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan mengganggunya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Syaibah

Catatan! 

Maksud dari kalimat "Niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan mengganggunya" adalah Untuk melipat gandakan pahalanya dan menaikan derajatnya

(فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّبْرِ (قَالَ طُوْلُ الصُّمْتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيْقَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَخْزُنَ لِسَانَهُ]  رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ، 

(Maka jika tidak ada) Karena tidak mampu untuk bersabar (Maka Ahnaf menjawab: Panjangnya diam) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidak akan sampai seorang hamba pada hakikat keimanan sampai dia menjaga lisannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni 

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَال: [رَحِمَ اللّٰهُ مَنْ حَفِظَ لِسَانَهُ وَعَرَفَ زَمَانَهُ وَاسْتَقَامَتْ طَرِيقَتُهُ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ

Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Allah merahmati orang yang menjaga lisannya dan mengetahui zamannya dan lurus jalannya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim

(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّمْتِ وَلَمْ يُوجَدْ مِنْهُ وَاحِدٌ مِنْ تِلْكَ الْخَمْسَةِ (قَالَ مَوْتٌ حَاضِرٌ) أَى مَوْتًا خَيْرٌ مِنْ حَيَاتِهِ.

(Dikatakan maka jika tidak ada) Karena dia tidak mampu untuk diam dan tidak ditemukan dalam dirinya satupun dari kelima perkara itu (Maka Ahnaf menjawab: Mati yang hadir) Maksudnya kematian itu lebih baik dibandingkan hidupnya. 

Catatan! 

Maksud dari pernyataan "kematian lebih baik dibandingkan hidupnya" adalah untuk menegaskan bahwa nilai kehidupan seseorang yang tidak menemukan satupun dari lima perkara tersebut dianggap kurang berharga dibandingkan kematian, namun bukan berarti dianjurkan untuk mengambil tindakan bunuh diri ketika tidak menemukan satupun dari lima perkara itu karena bunuh diri merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.


Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7

بَابُ السُّبَاعِيِّ

وَفِيْهِ عَشَرَةُ مَوَاعِظِ، خَمْسَةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِي آثَارٌ.

Dalam bab ini ada sepuluh nasihat, lima Akhbar dan sisanya atsar.

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 1

اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: سَبْعَةُ نَفَرٍ يُظِلُّهُمُ اللّٰهُ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ) أَيْ يَحْمِيْهِمُ اللّٰهُ فِى الْمَوْقِفِ مِنَ الْمَكَارِهِ

Maqolah yang pertama (Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu dari Nabi : Ada tujuh golongan yang mereka akan diberi naungan oleh Allah di bawah naungan 'Arsy-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya) Maksudnnya Allah akan melindungi mereka di padang mahsyar dari kesulitan-kesulitan.

(إِمَامٌ عَادِلٌ) وَهُوَ كُلُّ مَنْ نَظَرَ فِى شَيْءٍ مِنْ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنَ الْوُلَاةِ وَالْحُكَّامِ

(Imam yang adil) Imam yang adil adalah setiap orang yang mempertimbangkan sesuatu dari urusan orang-orang Islam dari kalangan penguasa dan pemerintah.

(وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ اللّٰهِ تَعَالَى) أَيْ اِبْتَدَأَ عُمُرَهُ فِيهَا وَمُتَلَبِّسًا بِهَا وَخُصَّ الشَّابُّ لِأَنَّهُ مَحَلُّ الشَّهْوَةِ

(Dan pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah) Maksudnya dia mengawali umurnya dalam beribadah kepada Allah dan terlibat dengan ibadah dan dikhusukan menyebut pemuda karena sesungguhnya pemuda adalah tempatnya syahwat.

(وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللّٰهَ) بِلِسَانِهِ أَوْ قَلْبِه (خَالِيًا) مِنَ النَّاسِ أَوْ مِنَ الْاِلْتِفَاتِ لِمَا سِوَى اللّٰهِ ( فَفَاضَتْ) أَيْ سَالَتْ (عَيْنَاهُ دَمْعًا مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ تَعَالَى، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُتَعَلِّقٌ بِالْمَسْجِدِ إذَا خَرَجَ) مِنْهُ (حَتَّى يَعُوْدَ إلَيْهِ) أَيْ قَلْبُهُ شَدِيْدُ الْحُبِّ لَهُ وَلِمُلَازَمَةِ الْجَمَاعَةِ فِيْهِ

(Dan lelaki yang yang berdzikir kepada Allah) Dengan lisannya atau dengan hatinya (Dalam keadaan sepi) Dari manusia atau dari berpaling kepada selain Allah (Sehingga berlinanglah) Maksudnya mengalir (Kedua matanya dengan air mata karena takut kepada Allah Ta'ala. Dan seorang laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid ketika dia keluar) Dari masjid (Hingga dia kembali ke masjid) Maksudnya hatinya sangat cinta pada masjid dan cinta untuk berjamaah di dalam masjid.

(وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ) أَيْ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ (فَأَخْفَاهَا) أَيْ كَتَمَهَا عَنِ النَّاسِ (فَلَمْ تَعْلَمْ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِيْنُهُ) أَيْ لَوْ قُدِّرَتِ الشِّمَالُ رَجُلًا مُسْتَيْقِظًا مَا عَلِمَ صَدَقَةَ الْيَمِيْنِ لِلْإِخْفَاءِ، وَقِيْلَ الْمُرَادُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ مِنَ النَّاسِ

(Dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan suatu sedekah) Maksudnya sedekah sunnah (Kemudian dia menyembunyikannya) Maksudnya merahasiakannya dari manusia (Sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya) Maksudnya andai tangan kiri dianggap sebagai seseorang yang terjaga maka ia tidak akan mengetahui sedekahnya tangan kanan karena kerahasiaannya. Dan dikatakan yang dimaksud dari tangan kanannya dan tangan kirinya adalah manusia

(وَرَجُلَانِ تَحَابَّا) أَيْ أَحَبَّ كُلٌّ مِنْهُمَا صَاحِبَهُ (فِي اللّٰهِ) أَيْ لِطَلَبِ رِضَا اللّٰهِ لَا لِغَرَضٍ دُنْيَوِيٍّ (فَاجْتَمَعَا عَلَى ذٰلِكَ) الْحُبِّ (وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ) أَيْ اِسْتَمَرَّا عَلَى مَحَبَّتِهِمَا حَتَّى فَرَّقَ بَيْنَهُمَا الْمَوْتُ

(Dua orang yang saling mencintai) Maksudnya mencintai masing-masing dari keduanya pada pasangannya (Karena Allah) Maksudnya karena mengharapkan ridho Allah bukan karena tujuan duniawi (Kemudian mereka berkumpul karena itu) Cinta (Dan mereka berpisah karena cinta tersebut) Maksudnya mereka tetap dalam cinta mereka sampai kematian memisahkan keduanya 

(وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ جَمَالٍ إلَى نَفْسِهَا فَأَبَى) أَيْ اِمْتَنَعَ (وَقَالَ) بِلِسَانِهِ أَوْ بِقَلْبِهِ زَاجِرًا لَهَا عَنِ الْفَاحِشَةِ (إنِّيْ أَخَافُ اللّٰهَ تَعَالَى) وَقَدْ نَظَمَ هٰذِهِ السَّبْعَةَ أَبُو شَامَةٍ مِنْ الْبَحْرِ الطَّوِيلِ فَقَالَ:

(Dan seorang lelaki yang mengajak kepadanya seorang wanita yang memiliki paras cantik kepada diri wanita itu kemudian dia menolak) Maksudnya menolak (Dan dia berkata) Dengan lisannya atau dengan hatinya sambil mencegah wanita itu dari perbuatan zinah (Sesungguhnya aku takut kepada Allah Ta'ala) Dan benar-benar telah menadzomkan tujuh golongan ini oleh Abu Syamah dari bahar towil: 

وَقَالَ النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى إِنَّ سَبْعَةً      $ يُظِلُّهُمُ اللّٰهُ الْعَظِيْمُ بِظِلِّهِ

Dan telah bersabda Nabi Musthofa sesungguhnya ada tujuh golongan  $   Yang mereka akan diberi naungan oleh Allah yang maha agung dengan naungannya

 

مُحِبٌّ عَفِیْفٌ نَاشِیءٌ مُتَصَدِّقٌ $  وَبَاكٍ مُصَلٍّ وَالْإِمَامُ بِعَدْلِهِ

Orang yang cinta karena Allah, Orang yang menjaga dirinya dari perbuatan zinah, Orang yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, Orang yang bersedekah  $  Orang yang menangis ketika berdzikir kepada Allah, Orang yang sholat dan imam karena sifat adilnya

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: اَلْبَخِيْلُ) وَهُوَ الْمَانِعُ مِنْ مَالِ نَفْسِهِ (لَا يَخْلُوْ مِنْ إِحْدَى السَّبْعِ) اَلْمُهْلِكَاتِ 

Maqolah yang ke dua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu : Orang yang pelit) Yaitu orang yang menahan dari hartanya sendiri (Tidak akan lepas dari salah satu yang tujuh) yang membinasakan 

(إِمَّا أَنْ يَمُوْتَ فَيَرِثُهُ مَنْ يَبذُلُ) أَىْ يُفْنِى وَفِى نٌسْخَةٍ يَبْذُرُ أَىْ يُفَرِّقُ (مَالَهُ وَيُنْفِقُهُ) أَىْ يُخْرِجُهُ (لِغَيْرِ مَا أَمَرَ اللّٰهُ تَعَالَى أَوْ يُسَلِّطُ اللّٰهُ عَلَيْهِ سُلْطَانًا جَائِرًا فَيَأْخُذُهُ) أَىْ مَالَهُ مِنْهُ (بَعْدَ تَذْلِيْلِ نَفْسِهِ) بِالتَّعْذِيْبِ 

(Mungkin dia akan mati kemudian mewarisi darinya orang yang akan menghabiskan) Yaitu merusak dan dalam sebuah naskah, akan memubadzirkan, Maksudnya menghamburkan (Hartanya dan membelanjakannya) Maksudnya mengeluarkan hartanya (Untuk selain perkara yang telah Allah Ta'ala perintahkan atau Allah akan mengutus kepadanya Sultan yang dzolim kemudian Sultan itu mengambil hartanya) Maksudnya hartanya dari dirinya (Sesudah menghinakan dirinya) Dengan siksaan. 

(أَوْ يُهِيْجُ) أَىْ يُحَرِّكُ اللّٰهُ لَهُ (شَهْوََةً تُفْسِدُ عَلَيْهِ مَالَهُ) فِى تِلْكَ الشَّهْوَةِ 

(Atau Allah akan membangkitkan) Maksudnya Allah akan menggerakkan bagi orang pelit itu (Syahwat yang akan merusak padanya pada hartanya) Karena syahwat tersebut.

(أَوْ يَبْدُوْلَهُ رَأْيٌ) أَيْ يَظْهَرُ مِنْهُ فِكْرَةٌ (فِى بِنَاءٍ أَوْ عِمَارَةٍ) بِبِنَاءٍ أَوْ نَحْوِهِ (فِى أَرْضٍ خَرَابٍ) أَيْ فَاسِدَةٍ (فَيَذْهَبُ فِيْهِ مَالُهُ أَوْ يُصِيْبُ لَهُ) أَيْ لِذٰلِكَ الْمَالِ (نَكْبَةٌ) بِفَتْحِ النُّوْنِ أَىْ مُصِيْبَةٌ (مِنْ نَكَبَاتِ الدُّنْيَا مِنْ غَرْقٍ) فِى الْمَاءِ 

(Atau akan nampak baginya suatu ide) Maksudnya nampak dari dirinyanya sebuah pemikiran (Tentang pembangunan atau arsitektur) Dengan pembangunan atau semacamnya (Di tanah yang rusak)  Maksudnya yang rusak (Sehingga habis di tempat itu hartanya atau akan menimpa pada harta itu) Maksudnya pada harta itu (Musibah) Dengan memfathahkan huruf nun Maksudnya musibah (Dari musibah-musibah dunia karena tenggelam) Ke dalam air  

(أَوْ حَرْقٍ) بِالنَّارِ (أَوْ سَرِقَةٍ وَمَا أَشْبَهَ ذٰاِلكَ) مِنْ إِصَابَةِ الْمَطَرِ أَوِ الدُّوْدِ أَوِ الْفِعْرَانِ 

(Atau terbakar) Dengan api (Atau tercuri dan yang serupa dengan itu) Karena terkena hujan atau serangga atau tikus-tikus.  

(أَوْ يُصِيْبُهُ) أَيْ بَدَنَهُ (عِلَّةٌ دَائِمَةٌ فَيُنْفِقُ مَالَهُ فِى مُدَاوَاتِهَا أَوْ يُدْفِنُهُ) أَىْ مَالَهُ (فِى مَوْضِعٍ مِنَ الْمَوَاضِعِ فَيَنْسَاهُ فَلَا يَجِدُهُ) أَوْ يَمُوْتُ هُوَ قَبْلَ أَنْ يَأْخُذَ مَالَهُ فِى ذٰلِكَ الْمَوْضِعِ وَلَا يَعْرِفُ أَحَدٌ مَوْضِعَ ذٰلِكَ الْمَالِ فَهٰذِهِ كُلُّهَا مُشَاهَدَةٌ بَيْنَ النَّاسِ أَعُوَْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الْبُخْلِ.

(Atau akan menimpa kepadanya) Maksudnya kepada badannya (Penyakit yang berkepanjangan sehingga dia membelanjakan hartanya untuk mengobati penyakitnya atau dia mengubur harta itu) Maksunya hartanya (Di satu tempat dari berbagai tempat kemudian dia melupakannya sehingga dia tidak dapat menemukannya) Atau dia mati sebelum mengambil hartanya di tempat tersebut dan tidak ada yang tahu seorangpun pada tempat harta tersebut. Maka semua ini adalah hal yang sering terjadi di antara manusia. Aku berlindung kepada Allah dari sifat kikir. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ كَثُرَ ضَحْكُهُ قَلَّتْ هَيْبَتُهُ) فَلَا يَهَا بُهُ النَّاسُ وَلَا يُعَظِّمُهُ. عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ الْغِفَارِي قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [إيَّاكَ وَكَثْرَةَ الضَّحِكِ فإِنَّهُ يُمِيْتُ الْقَلْبَ وَيَذْهَبُ بِنُوْرِ الْوَجْهِ] 

Maqolah yang ke tiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Barang siapa banyak tertawanya maka berkuranglah wibawanya) Sehingga tidak akan memuliakan kepadanya manusia dan mengagungkannya. Dari Abu Dzar Al-Ghifari Radhiallhuanhu berkata: Telah bersabda Rasulullah [Jauhilah olehmu banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah].

(وَمَنْ اِسْتَخَفَّ بِالنَّاسِ اُسْتُخِفَّ بِهِ) وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلْمُزَاحُ اِسْتِدْرَاجٌ مِنَ الشَّيْطَانِ واخْتِدَاعٌ مِنَ الْهَوَى] وَقَالَ عُمَرُ ابْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: اِتَّقُوْا الْمِزَاحَ فَإِنَّهُ حَمَقَةٌ تُوْرِثُ ضَغِيْنَةً. وَقَالَ الْمَاوَرْدِيُّ:

(Dan barang siapa yang meremehkan manusia maka ia akan diremehkan oleh manusia) Dan benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi bersabda: [Bercanda adalah tipu daya dari setan dan tipuan dari hawa nafsu]. Dan telah berkata Umar bin Abdul Aziz Rahimahullahu Ta'ala: Hindari olehmu bercanda karena sesungguhnya bercanda itu adalah kebodohan yang menimbulkan dendam. Dan Imam Al-Mawardi berkata:   

إِنَّ الْمِزَاحَ بَدْؤُهُ حَلَاوَةٌ  $  لَكِنَّمَا آخِرُهُ عَدَاوَةٌ

Sungguh guyonan itu awalnya manis   Akan tetapi akhirnya adalah permusuhan

 

يَحْتَدُّ مِنْهُ الرَّجُلُ الشَّرِيْفُ $  وَيَجْتَرِي بَِسخْفِهِ السَّخِيْفُ

Menjadi marah karena guyonan itu orang yang mulia $  Dan lancang merendahkan kepada orang mulia itu rakyat jelata

 

قَوْلُهُ: يَحْتَدُّ أَيْ يَغْضَبُ وَالسَّخِيْفُ نَاقِصُ الْعَقْلِ 

Ucapan penyair: Lafadz يَحْتَدُّ maksudnya adalah marah dan lafadz اَلسَّخِيْفُ adalah orang yang kurang akalnya

(ومَنْ أَكْثَرَ مِنْ شَيْءٍ عُرِفَ بِهِ) أَيْ اِشْتَهَرَ بَيْنَ النَّاسِ بِذٰلِكَ الشَّيْءِ كَمَا قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: قِيْمَةُ الْمَرْءِ مَا كَانَ يُحْسِنُهُ. (وَمَنْ كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ) بِفَتْحَتَيْنِ أَيْ خَطَؤُهُ مِنَ الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ.

(Dan barangsiapa banyak melakukan sesuatu maka ia pasti dikenal karena sesuatu itu) Maksudnya ia terkenal di antara manusia karena sesuatu itu sebagaimana telah berkata Ali Karramallahu Wajhah: Nilai seseorang adalah sesuatu yang dia bisa mengerjakan sebaik-baiknya (Dan barang siapa banyak omongannya maka banyak pula salahnya) Lafadz سقط dengan dua fathah maksudnya adalah kesalahannya dari ucapan dan perbuatan. 

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِیْهِ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sungguh manusia yang paling banyak dosa-dosanya pada hari kiamat adalah yang paling banyak di antara mereka ucapannya dalam hal yang tidak bermanfaat baginya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr

 وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يُعَذَّبُ اللِّسَانُ بِعَذَابِ لَا يُعَذّبُ بِهِ شَيءٌ مِنَ الْجَوَارِحِ فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ لِمَ عَذَّبْتَنِيْ بِعَذَابٍ لَمْ تُعَذِّبْ بِهِ شَيْئًا مِنَ الْجَوَارِحِ

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Akan diadzab lisan dengan suatu adzab yang tidak akan diadzab dengan adzab tersebut sesuatu apapun dari anggota-anggota badan yang lain kemudian lisan berkata: Ya Rabb kenapa engkau mengadzabku dengan suatu adzab yang tidak akan diadzab dengan adzab tersebut sesuatu apapun dari anggota-anggota badan yang lain ?

فَيُقَالُ لَهُ: خَرَجَتْ مِنْكَ كَلِمَةٌ بَلَغَتْ مَشَارِقَ الْأَرْضِ ومَغَارِبَهَا فَسُفِكَ بِهَا الدَّمُ الْحَرَامُ وأُخِذَ بِهَا الْمَالُ الْحَرَامُ وَانْتُهِكَ بِهَا الْفَرْجُ الحَرَامُ فَوَعِزَّتِيْ لِأُعَذِّبَنَّكَ بِعَذَابٍ لَا أُعَذِّبُ بِهِ شَيْئًا مِنَ الْجوَارِحِ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَیْمٍ.

Maka dikatakan kepada lisan: Telah keluar darimu perkataan yang sampai ke belahan timur dan barat sehingga ditumpahkan sebab perkataanmu itu darah yang haram dan dirampas karena perkataanmu itu harta yang haram dan dilanggar sebab perkataanmu itu farji wanita yang haram. Demi kemuliaanku benar-benar aku akan mengadzabmu dengan suatu adza yang aku tidak akan mengadzab dengannya suatu apapun dari anggota badan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aimin.

(وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ قَلَّ حَيَاؤُهُ) قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: مَنْ كَسَاهُ الْحَيَاءُ ثَوْبُهُ لَمْ يَرَ النَّاسُ عَيْبَهُ. وَقَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: حَيَاةُ الْوَجْهِ بِحَيَائِهِ كَمَا أَنَّ حَيَاةَ الْغَرْسِ بِمَائِهِ. قَالَ صَالِحُ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوْسِ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ :

(Dan barang siapa yang banyak kesalahan ucapannya maka sedikitlah rasa malunya) Telah berkata sebagian dari para hukama: Barang siapa yang menutup rasa malu sebagai bajunya maka manusia tidak akan melihat aibnya. Dan telah berkata sebagian ahli bahasa: hidupnya wajah itu bergantung sifat malunya sebagaimana sesungguhnya hidupnya tanaman itu bergantung airnya. Telah berkata Sholih Bin Abdul Quddus dari bahar towil


إِذَا قَلَّ مَاءُ الْوَجْهِ قَلَّ حَيَاؤُهُ  $ وَلَا خَيْرَ فِى وَجْهٍ إِذَا قَلَّ مَاؤُهُ

Jika sedikit air wajah maka sedikit rasa malunya   Dan tidak ada kebaikan pada wajah jika sedikit airnya

 

حَيَاءُكَ فَاحْفَظْهُ عَلَيْكَ وَإِنَّمَا  $ يَدُلُّ عَلَى فِعْلِ الْكَرِيْمِ حَيَاؤُهُ

Rasa malumu jagalah dia olehmu karena sesungguhnya  $ Akan menunjukkan pada perbuatan orang yang mulia rasa malunya

 

(وَمَنْ قَلَّ حَيَاؤُهُ قَلَّ وَرَعُهُ) وَهُوَ اجْتِنَابُ الشُّبُهَاتِ خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمُحَرَّمَاتِ (وَمَنْ قَلَّ وَرَعُهُ مَاتَ قَلْبُهُ) فَلَمْ يَقْبَلِ الْمَوَاعِظَ فَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى قَلْْبٌ قَاسٍ.

(Dan barang siapa yang sedikit rasa malunya maka sedikitlah sifat wara'nya) Wara' adalah menjauhi perkara-perkara syubhat karena takut terjerumus dalam perkara-perkara yang diharamkan (Dan barang siapa yang sedikit sifat wara'nya maka matilah hatinya) Sehingga tidak menerima pada nasihat. Sungguh manusia yang paling jauh dari Allah Adalah hati yang keras.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ فِى) تَفْسِيْرِ (قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَّهُمَا﴾ [الكهف: الآية ٨٢]) أَيْ يَتِيْمَيْنِ هُمَا أَصْرَمُ وَصَرِيْمُ 

Maqolah yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu Sesungguhnya dia berkata mengenai) Tafsir (Firman Allah Ta'ala: Dan ada di bawahnya harta simpanan milik kedua anak yatim itu﴿ [Q.S Al-Kahfi: Ayat 82]) Maksudnya kedua anak yatim mereka adalah ashrom dan shorim

(﴿وَكَانَ أَبُوْهُمَا صَلِحًا﴾ [الكهف: الآية ٨٢]) اِسْمُهُ كَاشِحٌ (اَلْكَنْزُ لَوْحٌ مِنْ ذَهَبٍ وَعَلَيْهِ، أَيْ اللَّوْحِ، سَبْعَةُ أَسْطُرٍ مَكْتُوْبٌ فِى إِحْدَاهَا) أَيْ السَّبْعَةِ 

(Dan bapak dari kedua anak yatim itu adalah orang yang sholeh﴿ [Q.S Al-Kahfi: Ayat 82]) Namanya adalah Kasyih (Harta simpanan itu berupa papan dari emas dan di atasnya maksudnya di atas papan emas ada tujuh baris tulisan ditulis pada salah satunya) Maksudnya dari yang tujuh

(عَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الْمَوْتَ) أَنَّهُ وَاقِعٌ يَقِيْنًا (وَهُوَ يَضْحَكُ) فِى السِّخْرِى بِكَسْرِ السِّيْنِ 

(Aku heran kepada orang yang tau kematian) Sesungguhnya kematian itu akan terjadi dengan yakin (Sedangkan dia tertawa) Dalam mengejek. lafadz اَلسِّخْرِ divaca dengan kasroh pada huruf س.

(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا فَانِيَةً وَهُوَ يَرْغَبُ فِيْهَا) وَيَتَوَجَّهُ إِلَى اِشْتِغَالِهَا  

(Dan aku heran kepada orang yang mengerti dunia akan rusak sedangkan dia berhasrat pada dunia) dan dia menghadap pada kesibukan dunia 

(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ أَنَّ الْْأُمُوْرَ بِأَقْدَارٍ) أَيْ بِتَقْدِيْرِ اللّٰهِ إِيَّاهَا (وَهُوَ يَغْتَمُّ) أَيْ يَحْزَنُ (لِلْفَوَاتِ) أَيْ لِفَوَاتِ تِلْكَ الْأُمُوْرِ

(Dan saya heran kepada orang yang mengetahui bahwa segala urusan itu dengan batas takdir) Maksudnya dengan takdir Allah kepada semua perkara (Sedangkan dia bersedih) Maksudnya bersedih (karena kehilangan) Maksudnya karena kehilangan perkara-perkara itu 

(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الْحِسَابَ) بِالْمُنَاقَشَةِ (وَهُوَ يَجْمَعُ مَالًا، وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ النَّارَ) أَيْ دَارَ الْعِقَابِ (وَهُوَ يَذْنَبُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْعَلُ الْإِثْمَ 

(Dan aku heran kepada orang yang mengetahui hisab) Dengan perdebatan (Sedangkan dia mengumpulkan harta, dan aku heran kepada orang yang mengetahui neraka) Maksudnya tempat siksa (Sedangkan dia berbuat dosa) Maksudnya keadaan sesungguhnya orang itu berbuat dosa.

(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرَفَ الْجَنَّةَ) أَيْ دَارَ الثَّوَابِ (يَقِيْنًا وَهُوَ يَسْتَرِيْحُ بِالدُّنْيَا) أَيْ يُقْبِلُ الرَّاحَةَ بِالدُّنْيَا 

(Dan aku heran kepada orang yang mengetahui surga) Maksudnya tempat pahala (Dengan yakin sedangkan dia bersantai dengan dunia) Maksudnya ia menghadapi kenyamanan dengan dunia 

(وَعَجِبْتُ لِمَنْ عَرْفَ الشَّيْطَانَ عَدُوًّا) لَهُ (فَأَطَاعَهُ) فِى دُعَائِهِ إِلَى الْمَعَاصِى.

(Dan aku heran kepada orang yang mengetahui setan sebagai musuh) Baginya (Kemudian dia menta'ati setan) Dalam ajakannya menuju kemaksiatan

 

 

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (سُئِلَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَا أَثْقَلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا أَوْسَعُ مِنَ الْأَرْضِ وَمَا أَغْنَى مِنَ الْبَحْرِ وَمَا أَشَدُّ مِنَ الْحَجَرِ وَمَا أَحَرُّ مِنَ النَّارِ وَمَا أَبْرَدُ مِنَ الزَّمْهَرِيْرِ وَمَا أَمَرُّ مِنَ السُّمِّ؟

Maqolah yang ke lima (Ditanya Ali Radhiallahu Anhu) Wa Karroma Wajhahu (Apa yang lebih berat daripada langit dan apa yang lebih luas daripada bumi dan apa yang lebih kaya daripada lautan dan apa yang lebih keras daripada batu dan apa yang lebih panas daripada api dan apa yang lebih dingin daripada air embun dan apa yang lebih pait daripada racun?

فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: اَلْبُهْتَانُ) أَيْ اِفْتِرَاءُ الْكَذِبِ وَالْقَذْفُ بِالْبَاطِلِ (عَلَى الْبَرَايَا) أَيْ الْخَلَائِقِ (أَثْقَلُ مِنَ السَّمَاءِ. وَالْحَقُّ) أَيْ اَلْحُكْمُ الْمُطَابِقُ لِلْوَاقِعِ (أَوْسَعُ مِنَ الْأَرْضِ) مِنْ مَشْرِقِهَا إِلَى مَغْرِبِهَا

Berkata Ali Radhiallahu Anhu: Berdusta) Maksudnya berbuat kebohongan dan menuduh dengan batil (Kepada manusia) Maksudnya para makhluk (Itu lebih berat daripada langit. Dan kebenaran) Maksudnya hukum yang cocok dengan realitas (Itu lebih luas daripada bumi) Dari awal arah timurnya sampai arah baratnya   

(وَقَلْبُ الْقَانِعِ) أي الرَّاضِى بِالْقِسْمَةِ (أَغْنَى مِنَ الْبَحْرِ وَقَلْبُ الْمُنَافِقِ أَشَدُّ) قَسْوَةً (مِنَ الْحَجَرِ) فَإِنَّ الْحَجَرَ يَتَأَثَّرُ بِالْحَدِيْدِ وَبِمُرُوْرِ الْحَبْلِ وَالْمَطَرِ مَعَ طُوْلِ الزَّمَنِ بِخِلَافِ قَلْبِ الْمُنَافِقِ فَإِنَّهُ لَا يَتَأَثَّرُ بِأَنْوَاعِ الْمَوَاعِظِ 

(Dan hati orang yang qona'ah) Maksudnya ridho dengan bagian dari Allah (Itu lebih kaya daripada lautan dan hati orang munafik itu lebih berat) kerasnya (daripada batu) Karena sesungguhnya batu itu dapat membekas oleh besi dan oleh gesekan tali dan oleh hujan dengan lamanya waktu berbeda dengan orang munafik karena sesungguhnya hati orang munafik itu tidak akan membekas dengan berbagai macam nasihat.

(وَالسُّلْطَانُ الْجَائِرُ أَحَرُّ) أَيْ أَشَدُّ حَرًّا (مِنَ النَّارِ وَالْحَاجَةُ إِلَى اللَّئِيْمِ) أَيْ طَلَبُ الْحَاجَةِ مِنَ الشَّحِيْحِ النَّفْسِ وَالدَنِيْءِ الْأَصْلِ (أَبْرَدُ مِنَ الزَّمْهَرِيْرِ) أَيْ شِدَّةِ الْبَرْدِ 

(Dan penguasa yang dzolim itu lebih panas) Maksudnya sangat panas (Daripada api dan butuh kepada orang yang tercela) Maksudnya meminta kebutuhan dari orang yang pelit sifatnya dan dari orang yang hina asalnya (Itu lebih dingin daripada zamharir) Maksudnya sesuatu yang sangat dingin 

(وَالصَّبْرُ أَمَرُّ) أَيْ أَشَدُّ مُرًّا (مِنَ السُّمِّ، وَقِيْلَ: اَلنَّمِيْمَةُ أََمَرُّ مِنَ السُّمِّ) رُوِيَ أَنَّهُ قَالَ: [لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَهُوَ بِفَتْحِ الْقَافِ وَتَشْدِيْدِ التَّاءِ: أَيْ نَمَّامٌ كَمَا فِى رِوَايَةٍ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَيْسَ مِنِّي ذُو حَسَدٍ وَلَا نَمِيْمَةٍ وَلَا كَهَانَةٍ وَلَا أَنَا مِنْهُ].

(Dan sabar itu lebih pahit) Maksudnya sangat pahit (Daripada racun, dan dikatakan: Namimah itu lebih pahit daripada racun) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidak akan masuk surga orang yang suka adu domba] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari dan Imam Muslim Dan Imam Abu Daud. Lafadz قتات dengan memfathahkan huruf ق dan tasydid pada huruf ت: Maksudnya adalah orang yang suka adu domba. Sebagaimana dalam riwayat sesungguhnya Nabi bersabda: [Bukan termasuk golongan umatku orang yang dengki dan bukan termasuk golongan umatku orang yang suka adu domba dan bukan termasuk golongan umatku seorang dukun dan aku tidaklah termasuk dari golongan itu].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: اَلدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ) لِزَوَالِهَا (وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ) كَذٰلِكَ (وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ) كَامِلَ 

Maqolah yang ke enam (Telah bersabda Nabi : Dunia adalah tempat orang yang tidak ada tempat baginya) Karena kefanaan dunia (Dan dunia adalah harta orang yang tidak ada harta baginya) Juga karena kefanaannya (Dan untuk dunia menumpuk-numpuk harta orang yang tidak ada akal sehat baginya) Akal yang sempurna

(وَيَشْتَغِلُ بِشَهَوَاتِهَا مَنْ لَا فَهْمَ لَهُ وَعَلَيْهَا يَحْزَنُ مَنْ لَا عِلْمَ لَهُ، وَلَهَا يَحْسُدُ مَنْ لَا لُبَّ لَهُ) وَاللُّبُّ هُوَ الْعَقْلُ الْمُنَوِّرُ بِنُوْرِ الْقُدْسِ الصَّافِيِّ عَنْ قُشُوْرِ الْأَوْهَامِ (وإلَيْهَا يَسْعَى) أَيْ يَذْهَبُ (مَنْ لَا يَقِيْنَ لَهُ) أَيْ مَنْ لَا طُمَأْنِيْنَةَ لِقَلْبِهِ.

(Dan sibuk dengan syahwat dunia orang yang tidak ada pemahaman baginya dan karena dunia bersedih orang yang tidak ada ilmu baginya, dan untuk dunia iri orang yang tidak ada fikiran baginya) Dan lafadz لُبُّ maknanya yaitu aqal yang bisa menerangi dengan cahaya dari Allah yang murni dari kulit-kulit pemahaman yang salah (Dan kepada dunia akan berjalan) Maksudnya pergi (Orang yang tidak ada keyakinan baginya) Maksudnya orang yang tidak ada kepercayaan pada hatinya

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللّٰهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِى سَبِيْلِ الشَّيْطَانِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Jika ada orang yang keluar rumah dia berusaha untuk anaknya yang kecil maka dia berada di jalan Allah dan jika ada orang yang keluar rumah dia berusaha untuk kedua orang tua yang sudah tua keduanya dan renta keduanya maka dia berada di jalan Allah dan jika ada orang yang keluar rumah dia berusaha untuk dirinya menjaga dirinya dari meminta maka dia berada di jalan Allah dan jika ada orang yang keluar rumah dia berusaha karena ria dan berbangga-bangga maka dia berada di jalan setan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thabrani

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللّٰهِ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَا زَالَ چِبْرِیْلُ یُوصِیْنِيْ بِالْجَارِ) أَيْ جَارِ الدَّارِ لَا جَارِ الْمَسْجِدِ أَوِ الرِّبَاطِ أَوِ الْمَدْرَسَةِ 

Maqolah yang ke tujuh (Dari Jabir Bin Abdillah Al-Anshori Radhiallahu Anhu dari Nabi [Tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku berbuat baik pada tetangga) Maksudnya tetangga rumah bukan tetangga masjid dan bukan tetangga pondok dan bukan tetangga madrasah

(حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يَجْعَلُهُ وَارِثًا) مِنْ جَارِهِ بِأَنْ يَأْمُرَنِيْ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى بِجَعْلِ سَهْمٍ لَهُ فِى مَالِ جَارِهِ فَيُطْلَبُ مُرَاعَاةُ الْجَارِ وَالْقَرِيْبُ أَشَدُّ مِنَ الْبَعِيْدِ بِأَنْ يَنْصَحَهُ فِى دِيْنِهِ وَيُوَاسِيَهُ فِى دُنْيَاهُ 

Beli buku terlaris online

(Hingga aku menyangka bahwasannya Jibril akan menjadikan tetangga sebagai ahli waris) Dari tetangganya dengan cara Jibril memerintahkan kepadaku dari Allah Ta'ala dengan memberikan bagian kepada tetangga dari harta warisan tetangganya. Maka diperintah memperhatikan tetangga dan tetangga yang dekat itu lebih utama daripada tetangga yang jauh dengan cara memberi nasihat kepada tetangga tentang agamanya dan membantu tetangga dalam urusan dunianya

(وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِالنِّسَاءِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُحَرِّمُ طَلَاقَهُنَّ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِالْمَمْلُوْكِيْنَ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيَجْعَلُ لَهُمْ وَقْتًا) إِذَا بَلَغَهُمْ (يَعْتِقُوْنَ فِیْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْوَقْتِ مِنْ غَیْرِ إِعْتَاقٍ 

(Dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku berbuat baik dengan perempuan hingga aku menyangka bahwasannya Jibril akan mengharamkan menceraikan perempuan. Dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku berbuat baik dengan para budak hingga aku menyangka bahwasannya Jibril akan menjadikan untuk para budak batas waktu) Jika telah tiba waktu itu kepada mereka (Mereka bisa merdeka dalam waktu itu) Maksudnya pada waktu itu tanpa harus dimerdekakan

(وَما زَالَ یُوْصِیْنِيْ بالسِّوَاكِ حَتَی ظَنَنْتُ أَنَّهُ فَرِيْضَةٌ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِالصَّلَاةِ فِى الْجَمَاعَةِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَا يَقْبَلُ اللّٰهُ تَعَالَى صَلَاةً إِلَّا فى الْجَمَاعَةِ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ) أَيْ بِصَلَاةِ التَّهَجُّدِ بَعْدَ النَّوْمِ 

(Dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku tentang siwak hingga aku menyangka bahwasannya siwak itu wajib dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku tentang sholat berjamaah hingga aku menyangka sesungguhnya Allah tidak akan menerima sholat kecuali dengan berjamaah dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku tentang qiyamul lail) Maksudnya dengan sholat tahajud sesudah tidur

(حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَا نَوْمَ بِاللَّيْلِ وَمَا زَالَ يُوْصِيْنِيْ بِذِكْرِ اللّٰهِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَا يَنْفَعُ قَوْلٌ إِلَّا بِهِ) أَيْ بِذِكْرِ اللّٰهِ.

(Hingga aku menyangka sesungguhnya tidak boleh tidur pada waktu malam dan tiada henti Malaikat Jibril berwasiat kepadaku tentang berdzikir kepad Allah hingga aku menyangka sesungguhnya tidak akan bermanfaat suatu ucapan kecuali dengannya]) Maksudnya dengan berdzikir kepada Allah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 8

 (وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: سَبْعَةٌ لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمُ الْخَالِقُ) بِنَظَرِ الرَّحْمَةِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ) أَيْ لَا يَنْسِبُهُمْ إِلَى الصَّلَاحِ (وَيُدْخِلُهُمُ النَّارَ: اَلْفَاعِلُ وَالْمَفْعُوْلُ بِهِ)

Maqolah yang ke delapan (Telah bersabda Nabi : Tuju golongan tidak akan melihat kepada mereka sang pencipta) Dengan pandangan kasih sayang (Pada hari kiamat dan Allah tidak akan membersihkan dosa-dosa mereka) Maksudnya Allah tidak akan menisbatkan mereka pada kesholehan (Dan Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka: Pelaku homo sex dan yang diperlakukan)  

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا أَتَى الرَّجُلُ الرَّجُلَ فَهُمَا زَانِيَانِ وَإِذَا أَتَتِ الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَهُمَا زَانِيَتَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Apabila seorang laki-laki mendatangi laki-laki maka mereka berdua adalah pezina dan apabila seorang perempuan mendatangi perempuan maka mereka berdua adalah pezina]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.

(وَالنَّاكِحُ بِيَدِهِ) وَهُوَ الْمُسْتَمْنِى (وَنَاكِحُ الْبَهِيْمَةِ) كَالْفَرَسِ وَالْأَتَانِ 

(Dan orang yang menikahi diri sendiri) yaitu orang yang melakukan onani (Dan orang yang menikahi binatang) Seperti kuda dan keledai. 

(وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ مِنْ دُبُرِهَا وَالْجَامِعُ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَبِنْتِهَا) فِى الْوَطْءِ بِالْمِلْكِ أَوْْ بِغَيْْرِهِ 

(Dan orang yang menikahi wanita dari dzuburnya dan orang yang mengumpulkan antara seorang wanita dan putrinya) Dalam hubungan seksual Karena kepemilikan budak atau karena hal lain

(وَالزَّانِى بِحَلِيْلَةِ جَارِهِ وَالْمُؤْذِى جَارَهُ) بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ (حَتَّى يَلْعَنَهُ) أَيْ يَسُبُّهُ وَيَدْعُوْ عَلَيْهِ بِإِبْعَادِ اللّٰهِ لَهُ عَنْ رَحْمَتِهِ.

(Dan orang yang berzina dengan istri tetangganya dan orang yang menyakiti tetangganya) Dengan ucapan dan perbuatan (Hingga tetangganya melaknat padanya) Maksudnya mencacinya dan berdoa agar Allah menjauhkan dia dari rahmatnya

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [اَلشُّهَدَاءُ سَبْعَةٌ سِوَى الْمَقْتُوْلِ فِى سَبِيلِ اللّٰهِ) أَيْ لِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللّٰهِ (اَلْمَبْطُوْنُ) أَيْ اَلَّذِيْ يَمُوْتُ بِدَاءِ الْبَطَنِ كَاسْتِسْقَاءٍ وَقَوْلَنْجٍ (شَهيْدٌ، 

Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata Nabi : [ Orang-orang yang mati syahid itu ada tujuh selain orang yang terbunuh di jalan Allah) Maksudnya karena meninggikan kalimat Allah (Orang yang mati karena sakit perut) Maksudnya orang yang mati karena penyakit perut seperti penyakit busung air dan penyakit usus (Adalah syahid

والغَرِيْقُ) وَهُوَ الَّذِيْ يَمُوْتُ فِى الْمَاءِ بِسَبَبِهِ (شَهِيْدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ) وَهُوَ وَرَمُ حَارٍّ يَعْرُضُ فِى الْغِشَاءِ الْمُسْتَبْطِنِ لِلْأَضْلَاعِ (شَهِيْدٌ،

Dan orang yang tenggelam) Yaitu orang yang mati di dalam air dengan sebab tenggelam (Adalah syahid, dan orang yang mempunyai penyakit radang selaput dada) Yaitu radang panas yang menyebar pada selaput bagian dalam yang melapisi tulang rusuk (Adalah syahid 

والمَطْعُوْنُ) أَيْ اَلَّذِيْ يَمُوْتُ فى الطَّاعُوْنِ (شَهِيْدٌ، وَالْحَرِيْقُ) وَهُوَ الَّذِيْ يَحْتَرِقُ فِى النَّارِ فَيَمُوْتُ (شَهِيْدٌ، 

Dan orang yang terkena wabah) Maksudnya orang yang mati karena wabah (Adalah syahid, dan orang yang terbakar) Yaitu orang yang terbakar api kemudian dia mati (Adalah syahid

وَالْمَيِّتُ تَحْتَ الْهَدْمِ) بِفَتْحِ الْهَاءِ وَسُكُوْنِ الدَّالِ (شَهِيْدٌ) هٰذَا وَالْغَرِيْقُ إِذَا لَمْ يَفِرَّا بِأَنْفُسِهِمَا وَلَمْ يَهْمِلَا التَّحَذُّرَ فَإِنْ فَرَّطَا فِى التَّحَذُّرِ حَتَّى أَصَابَهُمَا ذٰلِكَ فَهُمَا عَاصِيَانِ 

(Dan orang yang mati di bawah reruntuhan) Lafadz اَلْهَدْمُ dengan memfathahkan huruf ه dan mensukunkan huruf د (Adalah syahid) Orang yang mati tertimpa reruntuhan ini dan orang yang tenggelam jika mereka berdua tidak melarikan diri untuk menyelamatkan diri mereka dan mereka tidak mengabaikan kewaspadaan. Jika mereka berdua lalai dalam kewaspadaan sampai menimpa kepada mereka berdua musibah tersebut, maka mereka berdua termasuk orang yang berdosa.

(وَالْمَرْأَةُ الَّتِّيْ مَاتَتْ عَنِ الْوِلَادَةِ) سَوَاءٌ أَلْقَتْ وَلَدُهَا أَمْ لَا (شَهِيْدٌ) 

(Dan wanita yang mati karena melahirkan) Sama saja keluat anaknya ataupun tidak (Adalah syahid) 

بَقِيَ مِنَ الشُّهَدَاءِ: صَاحِبُ السَّلِّ وَالْغَرِيْبُ وَصَاحِبُ الْحُمَى وََاللَّدِيْغُ وَالشَّرِيْقُ وَالَّذِيْ يَفْتَرِسُهُ السَّبْعُ وَالْمُتَرَدِّى وَالْمَيِّتُ عَلَى فِرَاشِهِ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ 

Tersisa dari orang-orang yang mati syahid: Orang yang kena TBC dan orang yang terasing dan orang yang demam dan orang yang tersengat dan orang yang dicekik dan orang yang menerkam kepadanya hewan buas dan orang yang jatuh dan orang yang mati di atas tempat tidurnya di jalan Allah

وَالْمَقْتُوْلُ دُوْنَ مَالِهِ أَوْ دِيْنِهِ أَوْ دَمِّهِ أَوْ أَهْلِهِ وَالْمَيِّتُ فِى السِّجْنِ وَقَدْ حُبِسَ ظُلْمًا وَالْمَيِّتُ عِشْقًا وَالْمَيِّتُ وَهُوَ طَالِبٌ لِلْعِلْمِ.

Dan orang yang dibunuh karena mempertahankan hartanya atau agamanya atau nyawanya atau keluarganya dan orang yang mati di penjara dan benar-benar dia dikurung secara dzolim dan orang yang mati karena rindu dan orang yang mati sedangkan dia adalah orang yang mencari ilmu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 7 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا: حَقٌّ عَلَى الْعَاقِلِ أَنْ يَخْتَارَ سَبْعًا) مِنَ الصِّفَاتِ (عَلَى سَبْعٍ) مِنَ الصِّفَاتِ الَّتِيْ تُقَابِلُ تِلْكَ الصِّفَاتِ 

Maqolah yang ke sepuluh (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma: Wajib atas orang yang berakal untuk memilih tujuh) Dari sifat-sifat (Di atas tujuh sifat) Dari sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat tersebut

(اَلْفَقْرَ عَلَى الْغِنَى) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلفَقْرُ شَيْنٌ عِنْدَ النَّاسِ وَزَيْنٌ عِنْدَ اللّٰهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يَا مَعْشَرَ الْفُقَرَاءِ أَعْطُوْا اللّٰهَ الرِّضَا مِنْ قُلُوْبِكُمْ تَظْفَرُوْا بِثَوَابِ فَقْرِكُمْ وَإِلَّا فَلَا]

(Memilih fakir daripada kaya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Kefakiran adalah aib di sisi manusia dan hiasan di sisi Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Wahai sekalian kaum fakir berikanlah oleh kalian kepada Allah kerelaan dari hati kalian maka kalian akan bisa meraih pahala kefakiran kalian dan jika kalian tidak rela maka kalian tidak akan bisa meraihnya]

(وَالذُّلَّ عَلَى الْعِزِّ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ ويَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ.

(Dan memilih kehinaan daripada kemuliaan) Di riwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Orang mu'min yang berbaur dengan manusia dan dia sabar atas gangguan dari mereka itu lebih utama daripada seorang mu'min yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Bukhari

(وَالتَّوَاضُعَ عَلَى الْكِبْرِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ تَوَاضَعَ تَخَشُّعًا لِلّٰهِ رَفَعَهُ اللّٰهُ وَمَنْ تَطَاوَلَ تَعَاظُمًا وَضَعَهُ اللّٰهُ] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ رَجُلٍ يَتَعَاظُمُ فِى نَفْسِهِ وَيَخْتَالُ فِى مِشْيَتِهِ إِلَّا لَقِيَ اللّٰهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ وَالْحَاكِمُ.

(Dan memilih tawadu' daripada kesombongan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa tawadu' karena tunduk kepada Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya dan barang siapa bersombong sombong karena merasa agung maka Allah akan merendahkannya]. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tiada seorangpun yang merasa agung dalam dirinya dan angkuh dalam cara berjalannya melainkan dia pasti akan bertemu Allah sementara Allah kepadanya murka]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Bukhari dan Imam Hakim

(وَالْجُوْعَ عَلَى الشِّبْعِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا أَقَلَّ الرَّجُلُ الطُّعْمَ مَلَأَ اللّٰهُ جَوْفَهُ نُوْرًا] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّكُمْ إِلَى اللّٰه أَقَلُّكُمْ طُعْمًا وَأَخَفُّكُمْ بَدَنًا] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ مِنَ السَّرَفِ أَنْ تَأْكُلَ كُلَّ مَا اشْتَهَيْتَ] رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه. 

(Dan memilih lapar daripada kenyang) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Ketika seseorang mensedikitkan makan maka Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda [Orang yang paling dicintai di antara kalian oleh Allah adalah orang yang paling sedikit di antara kalian makannya dan paling ringan di antara kalian badannya]. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya diantara berlebih-lebihan adalah anda memakan setiap perkara yang engkau senangi]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah 

(وَالْغَمَّ عَلَى السُّرُوْرِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [عَلَيْكُم بِالْحُزْنِ فَإِنَّهُ مِفْتَاحُ الْقَلْبِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَكَيْفَ الْحُزْنُ؟ قَالَ: أَجِيْعُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَظْمِنُوْهًا]

(Dan memilih sedih daripada bahagia) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Wajib atas kalian semua bersedih karena sesungguhnya sedih adalah kunci hati. para sahabat berkata: Wahai rasulallah bagaimana cara bersedih? Laparkanlah diri kalian dan hauskanlah diri kalian]

(وَالدُّوْنَ عَلَى الْمُرْتَفِعِ) رُوِيَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [إِنَّ التَّوَاضُعَ بِالدُّونِ مِنْ شَرَفِ الْمَجَالِسِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ. 

(Dan memilih posisi yang rendah daripada yang tinggi) Diriwayatkan dari Rasulullah bersabda: [Sesungguhnya tawadu' dengan perkara rendah adalah sebagian dari kemuliaan-kemuliaan majelis]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani dan Imam Ibnu Majah

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ رَفَعَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا قَمَعَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ تَوَاضَعَ لِلّٰهِ فِى الدُّنْيَا يَبْعَثُ اللّٰهُ إِلَيْهِ مَلَكًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَنْشَطَهُ مِنْ بَيْنَ الْجَمْعِ فَقَال: أَيُّهَا الْعَبْدُ الصَّالِحُ يَقُوْلُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَيَّ إِلَيَّ فَإِنَّكَ مِمَّنْ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ] رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa meninggikan dirinya di dunia maka Allah akan merendahkannya pada hari kiamat. Dan barang siapa tawadhu' karena Allah di dunia maka Allah akan mengutus kepadanya seorang malaikat pada hari kiamat kemudian malaikat itu akan memberikan semangat kepadanya di antara kerumunan dan berkata: Wahai hamba yang sholeh, Allah Azza Wajalla berfirman: Kemarilah, kemarilah, karena sesungguhnya engkau termasuk dari golongan orang-orang yang tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati]. Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Asakir

(وَالْمَوْتَ عَلَى الْحَيَاةِ) بِأَنْ يَصْرِفَ أَمْوَالَهُ فِى طَاعَةِ اللّٰهِ تَعَالَى فَإِنْ قَدَّمَ أَمْوَالَهُ قَبْلَ أَنْ يَمُوْتَ أَحَبَّ أَنْ يَلْحَقَهَا وَإِنْ أَخَرَهَا أَحَبَّ أَنْ يَتَأَخَّرَ عَنْهَا.

(Dan memilih mati daripada hidup) Dengan cara mentashorufkan harta kekayaannya dalam rangka taat kepada Allah. Jika dia lebih dulu mendermakan hartanya sebelum dia mati maka dia lebih suka untuk mendapatkan hartanya dan jika dia menunda hartanya maka dia lebih suka untuk tertinggal darinya


Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8

بَابُ الثُّمَانِيِّ

وَفِيْهِ خَمْسُ مَوَاعِظَ، وَاحِدٌ خَبَرٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ.

Dalam bab ini ada lima nasihat, satu hadits dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 1

اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [ثَمَانِيةُ أَشْيَاءَ لَا تَشْبَعُ مِنْ ثَمَانِيَةٍ: اَلْعَيْنُ مِنَ النَّظَرِ، وَالْأَرْضُ مِنَ الْمَطَرِ، وَالْأُنْثَى مِنَ الذَّكَرِ، وَالْعَالِمُ مِنَ الْعِلْمِ) 

Maqolah yang pertama (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: [Delapan perkara tidak akan merasa puas delapan perkara itu dari delapan perkara: Mata dari melihat dan bumi dari hujan dan wanita dari lelaki dan orang yang alim dari ilmu)

فَالشُّرُوْطُ الَّتِيْ يَتَوَفَّرُ بِهَا عِلْمُ الطَّالِبِ تِسْعَةٌ: 

Maka syarat-syarat yang akan memenuhi dengannya ilmu seorang pelajar ada sembilan 

أَحَدُهَا: اَلْعَقْلُ الَّذِيْ يُدْرِكُ بِهِ حَقَائِقَ الْأَشْيَاءِ. وَالثَّانِى: اَلْفَطَنَةُ الَّتِيْ يَتَصَوَّرُ بِهَا غَوَامِضَ الْعُلُوْمِ. 

Yang pertama dari sembilan itu: Adalah akal yang bisa menangkap dengan akal itu hakikat segala sesuatu. Dan yang kedua: Adalah kecerdasan yang bisa menggambarkan dengan kecerdasan itu hal-hal yang tertutup dari ilmu pengetahuan 

وَالثَّالِثُ: اَلذَّكَاءُ الَّذِيْ يَسْتَقِرُّ بِهِ حِفْظُ مَا يَتَصَوَّرُ وَفَهْمُ مَا عَلِمَهُ. وَالرَّابِعُ: اَلشَّهْوَةُ الَّتِيْ يَدُوْمُ بِهَا الطَّلَبُ وَلَا يَسْرَعُ إِلَيْهَا الْمَلَلُ. 

Dan yang ketiga: Adalah kecerdasan yang dapat menetapkan dengannya perkara yang dia gambarkan dan memahami perkara yang telah ia ketahui. Dan yang keempat: Adalah keinginan kuat yang terus menerus dengan keinginan itu mencari ilmu dan tidak akan cepat karena keinginan itu merasa bosan.

وَالْخَامِسُ: اَلْاِكْتِفَاءُ بِمَادَّةٍ تُغْنِيْهِ عَنْ كُلَفِ الطَّلَبِ. وَالسَّادِسُ: اَلْفَرَاغُ الَّذِيْ يَكُوْنُ مَعَهُ التَّوَفُّرُ وَيَحْصُلُ بِهِ الْاِسْتِكْثَارُ. 

Dan yang kelima: Adalah cukup dengan materi yang dapat mencukupi dia dari beban-beban mencari ilmu. Dan yang keenam: Adalah waktu luang yang ada serta waktu luang tersebut terpenuhinya ilmu dan akan bisa hasil dengan waktu luang tersebut banyak-banyak mencari ilmu

وَالسَّابِعُ: عَدَمُ الْقَوَاطِعِ الْمُذْهِلَةِ مِنْ هُمُوْمٍ وَأَمْرَاضٍ. وَالثَّامِنُ: طُوْلُ الْعُمُرِ وَاتِّسَاعُ الْمُدَّةِ لِيَنْتَهِى بِالْاِسْتِكْثَارِ إِلَى مَرَاتِبِ الْكَمَالِ. 

Dan yang ketujuh: Adalah tidak ada penghalang-penghalang yang mengejutkan dari berbagai kesedihan dan berbagai penyakit. Dan yang kedelapan: Adalah panjang umur dan luasnya waktu agar dia bisa sampai dengan banyak mencari ilmu menuju berbagai tingkat kesempurnaan. 

وَالتَّاسِعُ: اَلظَّفَرُ بِعَالِمٍ سَمَحَ بِعِلْمِهِ مُتَأَنٍّ فِى تَعْلِيْمِهِ. فَإِذَا اسْتَكْمَلَ هٰذِهِ الشُّرُوْطَ التِّسْعَةَ فَهُوَ أَسْعَدُ طَالِبٍ وَأَنْجَحُ مُتَعَلِّمٍ. 

Dan yang kesembilan: Adalah mendapatkan orang berilmu yang dermawan dengan ilmunya dan pelan-pelan dalam mengajar. Maka apabila seseorang telah menyempurnakan sembilan syarat ini, dia adalah pelajar yang paling beruntung dan murid yang paling sukses.

وَقَدْ قَالَ الْإِسْكَنْْدَرُ: يَحْتَاجُ طَالِبُ الْعِلْمِ إِلَى أَرْبَعٍ: مُدَّةٍ وَجَدَّةٍ وَقَرِيْحَةٍ وَشَهْوَةٍ وَتَمَامُهَا فِى الْخَامِسَةِ مُعَلِّمٌ نَاصِحٌ.

Dan sungguh Iskandar telah berkata: Seorang penuntut ilmu membutuhkan empat perkara: Waktu, dan bekal dan kecerdasan dan keinginan dan kesempurnaan empat perkara itu ada pada yang kelima yaitu guru yang memberi nasihat.

(وَالسَّائِلُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ فَتَحَ بَابَ مَسْأَلَةٍ فَتَحَ اللّٰهُ لَهُ  بَابَ فَقْرٍ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ فَتَحَ بَابَ عَطِيَّةٍ اِبْتِغَاءً لِوَجْهِ اللّٰهِ تَعَالَى أَعْطَاهُ اللّٰهُ خَيْرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ]. رَوَاهُ ابْنُ جَرِیْرِ. 

(Dan seorang pengemis dari mengemis) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang membuka pintu pengemisan maka pasti Allah akan membuka baginya pintu kemiskinan di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang membuka pintu pemberian karena mengharap ridho Allah maka pasti Allah akan memberi kepadanya kebaikan di dunia dan di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Jarir.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قال: [مَا فَتَحَ رَجُلٌ عَلَى نَفْسِهِ بَابَ مَسْأَلَةٍ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيهِ بَابَ فَقْرٍ لِأَنَّ العِفَّةَ خَيْرٌ]. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيْرِ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seseorang membuka atas dirinya sendiri pada pintu mengemis yang dia meminta kepada manusia melainkan Allah akan membukakan atas orang tersebut pintu kefakiran karena sesungguhnya pantang itu lebih baik]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Jarir

(وَالْحَرِيْصُ) عَلَى الدُّنْيَا أَيْ اَلْمُجْتَهِدُ فِى طَلَبِهَا فَإِنَّهُ لَا يَشْبَعُ (مِنَ الْجَمْعِ) لَهَا. وَالدُّنْيَا عَلَى ثَلَاثِ طَبَقَاتٍ: فَدُنْيَا فِيْهَا الثَّوَابُ وَأُخْرَى فِيْهَا الْحِسَابُ وَثَالِثَةٌ فِيْهَا الْعَذَابُ، 

(Dan orang yang rakus) Terhadap dunia maksudnya orang yang berusaha keras dalam mencari dunia karena sesungguhnya orang yang rakus tidak akan merasa kenyang (Dari mengumpulkan) Dunia. Dunia itu terdiri dari tiga tingkatan: Dunia yang di dalamnya pahala dan dunia yang lain yang di dalamnya hisab dan yang ketiga dunia yang di dalamnya adab

فَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الثَّوَابُ فَهِيَ الَّتِيْ تَصِلُ بِوَاسِطَتِهَا إِلَى الْخَيْرِ وَتَنْجُوْ بِهَا مِنَ الشَّرِّ وَهِيَ عَطِيَّةُ الْمُؤْمِنِ وَمَزْرَعَةُ الْآخِرَةِ وَهِيَ اَلْكَفَافُ مِنَ الْحَلَالِ، 

Adapun dunia yang di dalamnya pahala merupakan dunia yang engkau akan sampai dengan perantaranya pada kebaikan dan engkau akan selamat dengan perantaranya dari keburukan. Dunia yang di dalamnya pahala adalah karunia bagi orang mu'min dan merupakan ladang akhirat dan dunia tersebut adalah kecukupan dari yang halal.

وَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الْحِسَابُ الطَّوِيْلُ فَهِيَ الَّتِيْ لَا تَشْتَغِلُ بِسَبَبِهَا عَنْ أَدَاءِ مَأْمُوْرٍ وَلَا تَرْتَكِبُ فِى طَلَبِهَا أَمْرًا مَحْظُوْرًا، 

Dan adapun dunia yang di dalamnya hisab yang panjang adalah dunia yang engkau tidak sibuk dengan sebab dunia tersebut dari menunaikan perintah dan engkau tidak melakukan dalam mencari dunia pada perkara yang dilarang

وَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الْعَذَابُ فَهِيَ الَّتِيْ تَقْطَعُ عَنْ أَدَاءِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَتُوْقِعُ فِى ارْتِكَابِ الْمَحْظُوْرَاتِ.

Dan adapun dunia yang di dalamnya siksa adalah dunia yang membuatmu terputus dari menunaikan perintah-perintah agama dan menjerumuskanmu dalam melakukan perkara-perkara yang dilarang

وَاعْلَمْ أَنَّ طُلَّابَ الدُّنْيَا عَلَى أَنْوَاعٍ: فَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا عَلَى نِيَّةِ صِلَةِ الْأَقْْرَبِيْنَ وَمُوَاسَاةِ الْمُقِلِّيْنَ وَهٰذَا يُعَدُّ مِنَ الْأَسْخِيَاءِ وَلَهُ ثَوَابٌ إِنْ وَافَقَ عَمَلُهُ نِيَّتَهُ وَلٰكِنَّهُ لَا حِكْمَةَ عِنْدَهُ لِأَنَّ الْحَكِيْمَ لَا يَطْلُبُ أَمْرًا لَا يَدْرِى مَاذَا يَكُوْنُ الْحَالُ عِنْدَ حُصُوْلِهِ، 

Dan ketahuilah olehmu sesungguhnya orang-orang yang mengejar dunia itu bermacam-macam: Sebagian dari mereka adalah orang yang mengejar dunia atas niat berhubungan dengan para kerabat dan atas niat menolong orang-orang miskin. Ini dianggap dari golongan orang-orang yang dermawan dan baginya pahala jika sesuai amalnya dengan niatnya. Akan tetapi tidak ada kebijaksanaan di sisi orang itu karena sesungguhnya orang yang bijak sana tidak akan mencari sesuatu yang dia tidak tahu akan bagaimana jadinya keadaan ketika hasil sesuatu itu

وَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا بِنِيَّةِ نَيْلِ الشَّهَوَاتِ وَنِيَّةِ التَّمَتُّعِ بِاللَّذَّاتِ وَهٰذَا يُعَدُّ فِى جُمْلَةِ الْبَهَائِمِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا لِيُفَاخِرَ بِهَا وَيُكَاثِرَ بِهَا وَيُبَاهِيَ بِهَا وَهٰذَا مَعْدُوْدٌ مِنَ الْحَمْقَى الْمَغْرُوْرِيْنَ بَلْ مِنَ الْهَالِكِيْنَ. (وَالْبَحْرُ مِنْ الْمَاءِ، وَالنَّارُ مِنْ الْحَطَبِ].).

Dan sebagian dari mereka adalah orang yang mencari dunia dengan niat memperoleh syahwat dan dengan niat bersenang-senang dengan berbagai kenikmatan dan ini dianggap dalam golongan hewan. Dan sebagian dari mereka adalah orang yang mengejar dunia untuk berbangga-bangga dengan dunia dan untuk memperbanyak harta dengan dunia dan untuk pamer dengan dunia dan ini dianggap dari golongan orang-orang bodoh yang tertipu bahkan dari golongan orang-orang yang celaka. (Dan lautan dari air. Dan api dari kayu bakar])

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ هُنَّ زِينَةٌ لِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ: اَلْعَفَافُ) بِفَتْحِ الْعَيْنِ أَيْ اَلْاِمْتِنَاعُ عَنِ الْمَسْأَلَةِ (زِيْنَةُ الْفَقْرِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[تُحْفَةُ الْمُؤْمِنِ فِى الدُّنْيَا الْفَقْرُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Maqolah yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu: Delapan perkara ini adalah perhiasan untuk delapan perkara: Menjaga diri dari mengemis) Lafadz العفاف dengan memfathahkan huru ع maksudnya menahan diri dari meminta (Adalah perhiasan bagi kemiskinan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Hadiah orang mukmin di dunia adalah kemiskinan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

(وَالشُّكْرُ زِيْنَةُ النِّعْمَةِ) وَهُوَ سَبَبٌ لِإِبْقَاءِ النِّعَمِ الْمَوْجُوْدَةِ وَوَسِيلَةٌ إِلَى حُصُولِ النِّعَمِ الْمَفْقُوْدَةِ 

 (Dan rasa syukur adalah perhiasan bagi kenikmatan) Syukur adalah sebab untuk mempertahankan berbagai kenikmatan yang ada dan syukur menjadi perantara menuju hasilnya berbagai kenikmatan yang hilang.

(وَالصَّبْرُ زِينَةُ الْبَلَاءِ) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ:[اَلصَّبْرُ سَتْرٌ مِنَ الْكُرُوْبِ وَعَوْنٌ عَلَى الْخُطُوْبِ] وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: الصَّبْرُ مَطِيَّةٌ لَا تَكْبُوْ وَالْقَنَاعَةُ سَيْفٌ لَا يَنْبُوْ.

(Dan sabar adalah perhiasan bagi hasab) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sabar adalah penutup dari kesusahan dan pertolongan dalam menghadapi kesulitan]. Dan Telah berkata Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah: Sabar adalah tunggangan yang tidak pernah tersandung dan qona'ah adalah pedang yang tidak pernah tumpul

(وَالتَّوَاضُعُ زِيْنَةُ الْحَسَبِ) وَهُوَ مَا يَعُدُّهُ الْإِنْسَانُ مِنْ مَفَاخِرِ آبَائِهِ أَوْ مِنْ مَنَاقِبِ نَفْسِهِ مِنْ دِيْنِهِ وَمَالِهِ وَجُوْدِهِ وَشَجَاعَتِهِ، فَمِنْ أَمَارَاتِ التَّوَاضُعِ حُبُّ الْخُمُوْلِ وَقَبُوْلُ الْحَقِّ مِمَّنْ جَاءَ بِهِ مِنْ شَرِيْفٍ أَوْ وَضِيْعٍ 

(Dan tawadu adalah perhiasan bagi hasab) Hasab adalah sesuatu yang manusia menganggapnya sebagai kebanggaan dari leluhurnya atau dari prestasi dirinya sendiri dari agamanya dan dari hartanya dan dari kemurahan hatinya dan dari keberaniannya. Dari sebagian tanda-tanda tawadu adalah cinta terhadap tidak terkenal dan menerima kebenaran dari orang yang datang dengannya dari orang yang mulia maupun orang yang rendah.

(وَالْحِلْمُ زِينَةُ الْعِلْمِ) رُوِيَ [أَنَّهُ كَلَمَتْ رَسُوْلَ اللّٰهِ جَارِيَةٌ مِنَ السَّبْيِ فَقَالَ لَهَا: مَنْ أَنْتِ ؟ فَقَالَتْ: بِنْتُ الرَّجُلِ الْجَوَادِ حَاتِمٍ، فَقَالَ ﷺ: اِرْحَمُوْا عَزِيْزَ قَوْمٍ ذَلَّ ارْحَمُوْا غَنِيًّا اِفْتَقَرَ، اِرْحَمُوْا عَالِمًا ضَاعَ بَيْنَ الْجُهَّالِ].

(Dan kemurahan hati adalah perhiasan bagi ilmu) Diriwayatkan [Sesungguhnya telah berbicara kepada Rasulullah seorang budak perempuan dari sebagian tawanan perang kemudian Rasulullah bersabda kepadanya: Siapa kamu ? Kemudian budak itu berkata: Saya adalah putri dari seorang lelaki yang sangat dermawan, Hatim. Kemudian Rasulullah bersabda: Sayangilah oleh kalian orang yang mulia dari suatu kaum yang menjadi rendah. Sayangilah oleh kalian orang kaya yang jatuh miskin. Sayangilah oleh kalian orang alim yang tersesat di antara orang-orang bodoh].

(وَالتَّذَلُّلُ زِيْنَةُ الْمُتَعَلِّمِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ خَرَجَ يُرِيْدُ عِلْمًا يَتَعَلَّمُهُ فَتَحَ اللّٰهُ لَهُ بَابًا إلَى الْجَنَّةِ وَفَرَشَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَكْنَافَهَا وَصَلَّتْ عَلَيْهِ مَلَائِكَةُ السَّمَاوَاتِ وَحِيْتَانُ الْبَحْرِ] رَوَاهُ أَبُوْ يَعْلَى.

(Dan kerendahan hati adalah perhiasan bagi penuntut ilmu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang keluar mencari ilmu yang dia ingin mempelajarinya, Maka pasti Allah akan membukakan baginya pintu menuju surga, dan akan menghamparkan untuknya para malaikat dengan sayap-sayapnya, dan pasti akan mendoakan kepadanya para malaikat langit dan hewan-hewan lautan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Ya'la

(وَتَرْكُ الْمِنَّةِ) أَيْ تَرْكُ تِعْدَادِ الصَّنَائِعِ (زِيْنَةُ الْإِحْسَانِ) أَيْ فِعْلُ الْحَسَنِ 

(Dan meninggalkan sikap merasa berjasa) Maksudnya meninggalkan kebiasaan menghitung-hitung perbuatan baik (Adalah perhiasan bagi kebaikan) Maksudnya perbuatan baik. 

(وَالْخُشُوْعُ) وَهُوَ الْخَوْفُ الدَّائِمُ فِى الْقَلْبِ (زِيْنَةُ الصَّلَاةِ).

(Dan khusyu) Yaitu rasa takut yang terus-menerus dalam hati (Adalah perhiasan bagi sholat).

 

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 3

(و) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الْكَلَامِ مُنِحَ الْحِكْمَةَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا تَدْخُلُ حَلَاوَةُ الْإِيمَانِ قَلْبَ امْرِئٍ حَتَّى يَتْرُكَ بَعْضَ الْحَدِيثِ خَوْفَ الْكَذِبِ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا، وَيَتْرُكَ بَعْضَ الْمِرَاءِ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا] رَوَاهُ الدَّيْلِمِيُّ.

Maqolah yang ketiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Barang siapa meninggalkan perkataan yang tidak berguna maka pasti diberi kebijaksanaan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidak akan masuk kenikmatan iman pada hati seseorang hingga dia meninggalkan sebagian pembicaraan karena takut berbohong walaupun adanya pembicaraan itu adalah benar dan meninggalkan sebagian debat meskipun adanya dia adalah sebagai orang yang benar]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ النَّظَرِ مُنِحَ خُشُوْعَ الْقَلْبِ) وَمِنْ عَلَامَاتِ الْخُشُوْعِ أَنَّ الْعَبْدَ إذَا غَضِبَ أَوْ خُوْلِفَ أَوْ رُدَّ عَلَيْهِ اِسْتَقْبَلَ ذٰلِكَ بِالْقَبُوْلِ 

(Dan barang siapa yang meninggalkan pandangan yang tidak berguna maka pasti diberi kekhusyuan hati) Dan sebagian dari tanda-tanda kekhusyuan sesungguhnya seorang hamba ketika dia marah atau ditentang atau ditolak atas dirinya maka dia menyambut hal itu dengan penerimaan.

(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الطَّعَامِ مُنِحَ لَذَّةَ الْعِبَادَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ صَبَرَ عَلَى الْقُوْتِ الشَّدِيْدِ صَبْرًا جَمِيلًا أَسْكَنَهُ اللّٰهُ مِنَ الْفِرْدَوْسِ حَيْثُ شَاءَ] رَوَاهُ أَبُو الشَّيْخِ.

(Dan barang siapa meninggalkan makanan-makanan yang lebih dari keperluan maka dia akan diberi kelezatan ibadah) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang sabar atas makanan yang keras dengan kesabaran yang indah maka pasti Allah akan menempatkannya di surga Firdaus sesuai kehendaknya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Syeikh

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَيُّمَا امْرِئٍ اِشْتَهَى شَهْوَةً فَرَدَّ شَهْوَتَهُ وَآثَرَ عَلَى نَفْسِهِ غُفِرَ لَهُ]. رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Siapa saja orang yang menginginkan suatu keinginan kemudian dia meolak keinginannya dan mengalah pada dirinya maka pasti dia akan diampuni]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Daruqutni

(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الضَّحِكِ مُنِحَ الْهَيْبَةَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ الْعَبْدَ لَيَقُوْلُ الْكَلِمَةَ لَا يَقُوْلُهَا إِلَّا لِيُضْحِكَ بِهَا النَّاسَ يَهْوِى أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَيَزِلَّ عَنْ لِسَانِهِ أَشَدَّ مِمًّا يَزِلُّ عَنْ قَدَمَيْهِ] رَوَاهُ الْخَرَائِطِىُّ.

(Dan barang siapa yang meninggalkan berlebihan dalam tertawa maka pasti dia akan diberikan wibawa) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sebuah kata yang dia tidak mengucapkannya kecuali untuk menjadikan manusia tertawa dengan kalimat itu dengan keinginannya maka dia jauh dari jarak antara langit dan bumi dan sungguh, tergelincir karena lisannya itu lebih berbahaya dari pada tergelincir karena kakinya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Kharaithi

(وَمَنْ تَرَكَ الْمِزَاحَ مُنِحَ الْبَهَاءَ) أَيْ حَسُنَ الْهَيْبَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ مَنْ مَزِحَ اُسْتُخِفَّ بِهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

(Dan barang siapa yang meninggalkan bercanda maka pasti dia akan diberikan keanggunan) Maksudnya keindahan wibawa. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Diama adalah pemimpin akhlak barang siapa yang suka bercanda maka dia akan diremehkan karenanya]. Telah meriwayatkan pada hadit ini Imam Ad-Dailami

فَالْعَاقِلُ يَتَوَخَّى بِمِزَاحِهِ إحْدَى حَالَتَيْنِ: إحْدَاهُمَا إيْنَاسُ الْمُصَاحِبِيْنَ وَالتَّوَدُّدُ إلَى الْمُخَالِطِيْنَ. وَالثَّانِيَةُ: أَنْ يُنْفَى بِالْمِزَاحِ مَا طَرَأَ عَلَيْهِ مِنْ سَأْمٍ وَمَا حَدَثَ بِهِ مِنْ هَمٍّ.

Orang yang berakal akan menyengaja dengan candaannya pada salah satu dari dua keadaan: Salah satu dari keduanya adalah menghibur para sahabat dan menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang yang digauli. Yang kedua adalah dihilangkannya dengan sebab candaan perkara yang muncul kepadanya dari kebosanan dan perkara yang muncul padanya dari kesedihan.

(وَمَنْ تَرَكَ حُبَّ الدُّنْيَا مُنِحَ حُبَّ الْآخِرَةِ) فَإِنَّ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ طَالِبَتَانِ وَمَطْلُوبَتَانِ فَطَالِبُ الْآخِرَةِ تَطْلُبُهُ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَوْفِيَ رِزْقًهُ وَطَالِبُ الدُّنْيَا تَطْلُبُهُ الْآخِرَةُ حَتَّى يَأْخُذَ الْمَوْتُ بِعُنُقِهِ 

(Dan barang siapa meninggalkan cinta dunia maka pasti dia akan diberikan cinta akhirat) Karena sesungguhnya dunia dan akhirat keduanya pencari dan keduanya dicari. Orang yang mencari akhirat akan mencari kepadanya dunia hingga tercukupi rizkinya dan orang yang mencari dunia akan mencari kepadanya akhirat hingga kematian mengambil lehernya.

(وَمَنْ تَرَكَ الْاِشْتِغَالَ بِعُيُوْبِ غَيْرِهِ مُنِحَ الْإِصْلَاحَ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سِتَّةُ أَشْيَاءَ تُحْبِطُ الْأَعْمَالَ: الْإِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الْخَلْقِ وَقَسْوَةُ الْقَلْبِ وَحُبُّ الدُّنْيَا وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ وَطُوْلُ الْأَمَلِ وَظُلْمٌ لَا يَنْتَهِى] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

(Dan barang siapa yang meninggalkan kesibukan dengan aib-aib orang lain maka pasti dia akan diberi kemampuan memperbaiki aib dirinya sendiri) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Enam perkara yang dapat menggugurkan berbagai amal: Sibuk dengan aib-aib makhluk dan keras hati dan cinta dunia dan sedikit rasa malu dan panjang angan-angan dan kedzoliman yang tiada henti]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami 

(وَمَنْ تَرَكَ التَّجَسُّسَ فِى كَيْفِيَّةِ اللّٰهِ تَعَالَى مُنِحَ الْبَرَاءَةَ مِنَ النِّفَاقِ) أَيْ نِفَاقِ الْاِعْتِقَادِ، قَوْلُهُ: مُنِحَ بِالْبِنَاءِ لِلْمَجْهُوْلِ بِمَعْنَى أُعْطِيَ وَنَائِبُ فَاعِلِهِ هُوَ الْمَفْعُوْلُ الْأَوَّلُ وَمَا بَعْدَهُ هُوَ الْمَفْعُوْلُ الثَّانِى.

(Dan barang siapa meninggalkan mencari kesalahan dalam kaifiyah Allah maka pasti dia akan diberi kebebasan dari sifat munafik) Maksudnya munafik dalam keyakinan. Perkataan Umar Radhiallahu Anhu: Lafadz مُنِحَ dengan bina majhul dengan ma'na أُعْطِيَ dan naibul pailnya yaitu maf'ul pertama dan lafadz sesudahnya yaitu maf'ul kedua.

 

 

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: عَلَامَةُ الْعَارِفِيْنَ ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: قَلْبُهُ) أَيْ الْعَارِفُ (مَعَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ) 

Maqolah yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu sesungguhnya dia berkata: Tanda-tanda orang-orang yang ma'rifat itu ada delapan perkara: Hatinya) Maksudnya hati orang ma'rifat (Itu disertai rasa khouf dan roja)  

وَأَصْلُ الْخَوْفِ مَعْرِفَةُ الْقَلْبِ بِجَلَالِ اللّٰهِ تَعَالَى وَقَهْرِهِ وَغِنَاهُ عَنْ جَمَيْعِ خَلْقِهِ وَشَدِيْدِ عِقَابِهِ لِمَنْ عَصَاهُ فَنَشَأَ مِنْ هٰذِهِ الْمَعْرِفَةِ حَالَةُ وَجَلٍ تُسَمَّى الْخَوْفَ وَثَمْرَتُهُ الْمَقْصُودَةُ مِنْهُ تَرْكُ الْمَعَاصِى، 

Dan asal dari rasa khouf adalah mengertinya hati tentang keagungan Allah Ta'ala dan mengertinya hati tentang kekuasaan Allah dan mengertinya hati tentang tidak butuhnya Allah dari semua makhluknya dan mengertinya hati tentang kerasnya siksaan dari Allah kepada orang yang durhaka kepadanya sehingga muncul dari pengetahuan ini suatu keadaan takut yang diberi nama khouf dan buahnya khouf yang diharapkan darinya adalah meninggalkan kemaksiatan 

وَأَصْلُ الرَّجَاءِ مَعْرِفَةُ الْقَلْبِ سَعَةَ رَحْمَةِ اللّٰهِ وَعَظِيْمَ فَضْلِهِ وَجَمِيْلَ وَعْدِهِ لِمَنْ أَطَاعَهُ فَيَنْشَأُ مِنْ هٰذِهِ الْمَعْرِفَةِ حَالَةُ فَرَحٍ تُسَمَّى الرَّجَاءَ وَثَمْرَتُهُ الْمَقْصُودَةُ مِنْهُ الْمُسَارَعَةُ فِى الْخَيْرَاتِ. 

Dan asal dari rasa roja adalah mengertinya hati tentang luasnya rahmat Allah dan mengertinya hati tentang agungnya anugrah dari Allah dan mengertinya hati tentang indahnya janji Allah untuk orang-orang yang taat kepadanya sehingga muncul dari pengetahuan ini suatu keadaan bahagia yang diberi nama raja dan buahnya raja yang diharapkan darinya adalah bersegera dalam berbagai kebaikan.

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا اجْتَمَعَ الرَّجَاءُ وَالْخَوْفُ فِى قَلْبِ مُؤْمِنٍ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ الرَّجَاءَ وَأَمَّنَهُ مِنَ الْخَوْفِ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ. 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah berkumpul sifat raja dan khouf di dalam hati seorang mu'min melainkan Allah Azza Wajalla pasti akan memberikan kepadanya harapan dan memberikan rasa aman kepadanya dari rasa takut]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni

(وَلِسَانُهُ مَعَ الْحَمْدِ وَالثَّنَاءِ) عَلَى اللَّهِ تَعَالَى (وَعَيْنَاهُ مَعَ الْحَيَاءِ وَالْبُكَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ أَنَّ بُكَاءَ دَاوُدَ وَبُكَاءَ أَهْلِ الْأَرْضِ يَعْدِلُ بُكَاءَ آدَمَ مَا عَدَلَهُ] رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ. 

(Dan lisan orang ma'rifat itu disertai memuji dan menyanjung) Kepada Allah Ta'ala (Dan kedua mata orang ma'rifat itu disertai rasa malu dan tangisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Andai sesungguhnya tangisan Nabi Daud dan tangisan penduduk bumi membandingi keduanya pada tangisan Nabi Adam maka tidak akan bisa membandingi tangisan keduanya pada tangisan Nabi Adam] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Asakir

(وَإِرَادَتُهُ) أَيْ الْعَارِفُ (مَعَ التَّرْكِ وَالرِّضَا) أَيْ مَعَ تَرْكِ إرَادَةِ نَفْسِهِ وَمَعَ الرِّضَا لِإِرَادَتِهِ تَعَالَى لِنَفْسِ الْعَارِفِ فَالْعَارِفُ مُرَادٌ لَا مُرِيْدٌ (يَعْنِى) بِذٰلِكَ (تَرْكَ الدُّنْيَا وَطَلَبَ رِضَا مَوْلَاهُ).

(Dan kehendaknya) Maksudnya orang ma'rifat (Itu disertai meninggalkan dan ridho) Maksudnya disertai meninggalkan keinginan dirinya sendiri dan disertai ridho pada kehendak Allah Ta'ala untuk diri orang yang ma'rifat. Maka orang yang ma'rifat itu dikehendaki bukan menghendaki (Utsman Radhiallahu Anhu bermaksud) Dengan ucapan itu (Meninggalkan dunia dan mencari ridho tuhannya) 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ (لَا خَيْرَ فِى صَلَاةٍ لَا خُشُوْعَ فِيْهَا) فَالْخُشُوْعُ فِى جُزْءٍ مِنَ الصَّلَاةِ وَاجِبٍ لَيْسَ بِشَرْطٍ كَمَا قَالَهُ شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّحْرَاوِيُّ.

Maqolah yang kelima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Tidak ada kebaikan dalam sholat yang tidak ada khusyu di dalamnya) Khusyu pada bagian dari sholat wajib bukan termasuk syarat sebagaimana telah berkata pada ucapan itu Syekh Ahmad An-Nahrawi.

 أَوْحَى اللّٰهُ إلَى بَعْضِ أَنْبِيَائِهِ: [عَبْدِيْ هَبْ لِيْ مِنْ عَيْنِكَ الدُّمُوْعَ وَمِنْ قَلْبِكَ الْخُشُوْعَ ثُمَّ ادْعُ فَإِنِّيْ أَسْتَجِيْبُ لَكَ وَأَنَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ.]

Allah telah mewahyukan kepada sebagian dari Nabi-Nabinya: [Hambaku berikanlah kepadaku dari kedua matamu air mata dan dari hatimu khusyu kemudian berdoalah karena sesungguhnya aku akan mengabulkan untuk mu dan aku adalah yang maha dekat, maha mengabulkan].

(وَلَا خَيْرَ فِى صَوْمٍ لَا امْتِنَاعَ فِيْهِ عَنِ اللَّغْوِ) أَيْ الْكَلَامِ الَّذِيْ لَا فَائِدَةَ فِيْهِ 

(Dan tidak ada kebaikan dalam puasa yang tidak mencegah di dalamnya dari perbuatan yang sia-sia) Maksudnya perkataan yang tidak ada manfaat di dalamnya

(وَلَا خَيْرَ فِى قِرَاءَةٍ) لِلْقُرْآنِ (لَا تَدَبُّرَ فِيْهَا) أَيْ لَا نَظَرَ فِى أَحْكَامِهَا 

(Dan tidak ada kebaikan di dalam membaca) Al-Qur'an (Yang tidak ada tadabbur di dalamnya) Maksudnya tidak memperhatikan pada hukum-hukumnya

(وَلَا خَيْرَ فِى عِلْمٍ لَا وَرَعَ) عَنِ الشُّبُهَاتِ وَالْمُحَرَّمَاتِ (فِيْهِ) أَيْ مَعَ الْعِلْمِ.

(Tidak ada kebaikan dalam ilmu yang tidak ada wara') Dari perkara-perkara syubhat dan perkara-perkara yang diharamkan (Di dalamnya) Maksudnya disertai ilmu 

قَالَ النَّبِيُّ  ﷺ: [مَنِ اتَّقٰى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبَرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ] 

Telah bersabda Nabi : [Barang siapa menghindari perkara-perkara syubhat maka benar-benar dia telah membersihkan agamanya dan kehormatannya dan barang siapa terjerumus dalam perkara-perkara syubhat maka dia terjerumus dalam perkara-perkara haram].

(وَلَا خَيْرَ فِى مَالٍ لَا سَخَاوَةَ فِيْهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ عَطِيَّةٍ بِصَدَقَةٍ أَوْ صِلَةٍ إلَّا زَادَهُ اللّٰهُ بِهَا كَثْرَةً، وَمَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ يُرِيْدُ بِهَا كَثْرَةً إلَّا زَادَهُ اللّٰهُ بِهَا قِلَّةً] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. 

(Dan tidak ada kebaikan dalam harta yang tidak ada kedermawanan di dalamnya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah membuka seseorang pada pintu memberi dengan bersedekah atau dengan bersilatur rahmi melainkan Allah akan menambah kepadanya dengan sebab sedekah atau silaturahmi itu kemakmuran dan tidaklah membuka seseorang pada pintu mengemis yang dia ingin dengan sebab mengemis itu menjadi makmur melainkan Allah akan menambah kepadanya dengan sebab mengemis itu ketidak cukupan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi

(وَلَا خَيْرَ فِى أُخُوَّةٍ لَا حِفْظَ فِيْهَا) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَيْكُمْ بِإِخْوَانِ الصَّفَا فَإِنَّهُمْ زِيْنَةٌ فِى الرَّخَاءِ وَعَضْمَةٌ فِى الْبَلَاءِ].

(Dan tidak ada kebaikan dalam persaudaraan yang tidak menjaga di dalamnya) Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Wajib atas kalian menjalin persaudaraan yang tulus karena sesungguhnya persaudaraan yang tulus itu adalah perhiasan di saat lapang dan penjaga di saat ada musibah ]. 

وَرَوَى أَبُوْ الزُّبَيْرِ عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: [اَلْمَرْءُ كَثِيْرٌ بِأَخِيْهِ وَلَا خَيْرَ فِى صُحْبَةِ مَنْ لَا يَرَى لَكَ مِنَ الْحَقِّ مِثْلَ مَا تَرَى لَهُ].

Abu Zubair telah meriwayatkan dari Sahl bin Sa'd sesungguhnya Nabi bersabda: [Seseorang itu makmur karena saudaranya dan tidak ada kebaikan dalam menemani orang yang tidak melihat pada mu dari hak-hak sebagaimana engkau melihat pada haknya].

(وَلَا خَيْرَ فِي نِعْمَةٍ لَا بَقَاءَ فِيْهَا) وَكَانَ بَعْضُهُمْ دَعَا بِهٰذَا الدُّعَاءِ: اَللّٰهُمَّ لَا تَسْلِبْ مِنِّيْ نِعْمَةً أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ 

(Dan tidak ada kebaikan dalam nikmat yang tidak kekal di dalamnya) Dan ada sebagian ulama berdoa dengan doa ini: Ya Allah semoga engkau tidak mencabut dariku kenikmatan yang telah engkau berikan kenikmatan itu kepadaku 

(وَلَا خَيْرَ فِى دُعَاءٍ لَا إخْلَاصَ فِيْهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ هٰذِهِ الْقُلُوْبَ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا فَإِذَا سَأَلْتُمْ اللّٰهَ فَاسْأَلُوْهُ وَأَنْتُمْ وَاثِقُوْنَ بِالْإِجَابَةِ فَإِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءَ مَنْ دَعَا مِنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.

(Dan tidak ada kebaikan dalam doa yang tidak ada keikhlasan di dalamnya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya berbagai hati ini adalah wadah maka yang paling baik darinya adalah yang paling banyak menampung. Maka ketika kalian meminta kepada Allah mintalah kepadanya dan kalian yakin akan dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa orang yang berdoa dari luar hati yang lalai] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9

بَابُ التُّسَاعِيِّ

وَفِيْهِ خَمْسُ مَوَاعِظَ، وَاحِدَةٌ خَبَرٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ.

Dalam bab ini ada lima nasihat, satu hadits dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 1

اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [أَوْحَى اللّٰهُ تَعَالَى إلَى مُوْسَى بْنِ عِمْرَانَ فِى التَّوْرَاةِ: إنَّ أُمَّهَاتِ الْخَطَايَا ثَلَاثٌ: 

Maqolah yang kesatu (Telah bersabda Nabi : [Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa Bin Imran dalam kitab Taurat: Sesungguhnya induk dari dosa-dosa itu ada tiga:

الْكِبْرُ) قَالَ ﷺ: [اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ] أَيْ رَدُّ الْحَقِّ وَاحْتِقَارُ النَّاسِ وَمَنْ نَظَرَ إلَى نَفْسِهِ بِعَيْنِ التَّعْظِيْمِ وَإِلَى غَيْرِهِ بِعَيْنِ الْاِسْتِصْغَارِ فَهُوَ مِنَ الْمُتَكَبِّرِيْنَ 

Sombong) Telah bersabda Nabi [Sombong adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain] Maksudnya menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Barang siapa melihat pada dirinya dengan pandangan mengagung-agungkan dan melihat kepada orang lain dengan pandangan mengecilkan maka dia itu termasuk dari golongan orang-orang yang sombong

(وَالْحَسَدُ) قَالَ مُعَاوِيَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: لَيْسَ فِى خِصَالِ الشَّرِّ أَعْدَلُ مِنَ الْحَسَدِ يَقْتُلُ الْحَاسِدَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إلَى الْمَحْسُوْدِ 

(Dan dengki) Telah berkata Mu'awiyah Radhiallahu Anhu: Tidak ada dalam tabiat keburukan yang lebih setimpal dari dengki orang yang dengki dapat membunuh sebelum dia sampai pada orang yang didengki

(وَالْحِرْصُ) عَلَى الدُّنْيَا، قَالَ مَالِكُ بْنُ دِيْنَارٍ رَحِمَهُ اللّٰهُ: إذَا سَقِمَ الْبَدَنُ لَمْ يَنْجَعْ فِيْهِ طَعَامٌ وَلَا شَرَابٌ وَلَا نَوْمٌ وَلَا رَاحَةٌ كَذٰلِكَ الْقَلْبُ إذَا غَلَبَ عَلَيْهِ حُبُّ الدُّنْيَا لَمْ تَنْفَعْهُ الْمَوْعِظَةُ 

(Dan serakah) Pada dunia. Telah berkata Malik Bin Dinar Rahimahullah: Apabila badan sakit maka tidak akan memberi manfaat padanya makanan dan tidak akan memberi manfaat padanya minuman dan tidak akan memberi manfaat padanya tidur dan tidak akan memberi manfaat padanya istirahat demikian pula hati apabila menguasai padanya cinta dunia tidak akan bermanfaat baginya nasihat-nasihat.

(فَنَشَأَ مِنْهَا) أَيْ الثَّلَاثَةِ (سِتَّةٌ فَصِرْنَ) أَيْ الثَّلَاثَةُ مَعَ السِّتَّةِ (تِسْعَةً: اَلْأُوْلَى مِنَ السِّتَّةِ: الشِّبَعُ وَالنَّوْمُ وَالرَّاحَةُ) أَيْ زَوَالُ الْمَشَقَّةِ 

(Maka timbul darinya) Maksudnya dari tiga sifat (Enam sifat sehingga jadilah itu) Maksudnya tiga serta enam (Sembilan sifat: Yang pertama dari enam sifat: Adalah kenyang dan tidur dan istirahat) Maksudnya hilangnya kesulitan

(وَحُبُّ الْأَمْوَالِ) قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ اللّٰهِ الْحَدَّادُ قَدَّسَ سِرَّهُ: وَعَلَيْكَ بِإِخْرَاجِ حُبِّ الدِّيْنَارِ وَالدِّرْهَمِ مِنْ قَلْبِكَ حَتَّى يَصِيْرَانِ عِنْدَكَ بِمَنْزِلَةِ الْحَجَرِ وَالْمَدَرِ 

(Dan cinta harta) Telah berkata tuanku Abdullah Al-Haddad Qoddasa Sirroh: Dan wajib atasmu mengeluarkan cinta terhadap dinar dan dirham dari hatimu hingga menjadi keduanya bagimu satu martabat dengan batu dan tanah

(وَحُبُّ الثَّنَاءِ وَالْمَحْمَدَةِ) وَعَلَيْك بِإِخْرَاجِ حُبِّ الْمَنْزِلَةِ عِنْدَ النَّاسِ مِنْ قَلْبِكَ حَتَّى يَسْتَوِيَ عِنْدَكَ مَدْحُهُمْ وَذَمُّهُمْ 

(Dan cinta sanjungan dan pujian) Dan wajib atas kalian mengeluarkan cinta terhadap kedudukan di sisi manusia dari hatimu hingga sama saja bagimu pujian mereka dan celaan mereka 

(وَحُبُّ الرِّيَاسَةِ) وَعَلَيْكَ بِإِخْرَاجِ حُبِّ الْجَاهِ عِنْدَ النَّاسِ مِنْ قَلْبِكَ حَتَّى يَسْتَوِيَ عِنْدَكَ إقْبَالُهُمْ عَلَيْكَ وَإِدْبَارُهُمْ عَنْكَ فَإِنَّ حُبَّ الْجَاهِ أَضَرُّ عَلَى صَاحِبِهِ مِنْ حُبِّ الْمَالِ وَكِلَاهُمَا دَالَّانِ عَلَى الرَّغْبَةِ فِى الدُّنْيَا، 

(Dan cinta jabatan) Dan wajib atas kalian mengeluarkan cinta terhadap jabatan di sisi manusia dari hatimu hingga sama saja bagimu menghadapnya mereka kepadamu dan membelakanginya mereka darimu karena sesungguhnya cinta jabatan itu lebih berbahaya bagi pemiliknya daripada cinta harta dan keduanya menunjukkan pada keinginan terhadap dunia

وَأَصْلُ حُبِّ الْجَاهِ حُبُّ التَّعْظِيْمِ فَالْعَظَمَةُ مِنْ صِفَاتِ اللّٰهِ تَعَالَى. أَمَّا حُبُّ الْمَالِ فَأَصْلُهُ حُبُّ التَّمَتُّعِ بِالشَّهَوَاتِ وَذٰلِكَ مِنْ صِفَاتِ الْبَهَائِمِ.

Dan asal dari cinta jabatan adalah cinta diagungkan. Karena keagungan adalah sebagian dari sifat-sifat Allah Ta'ala. Adapun asal dari cinta harta maka asalnya adalah cinta bersenang-senang dengan syahwat dan cinta bersenang senang dengan syahwat itu adalah sebagian dari sifat-sifat hewan.


Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: اَلْعِبَادُ ثَلَاثَةُ أَصْنَافٍ) أَيْ أَنْوَاعٍ 

Maqolah yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu: Para hamba itu ada tiga golongan) Maksudnya macam.

(لِكُلِّ صِنْفٍ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ يُعْرَفُوْنَ بِهَا) أَيْ بِتِلْكَ الْعَلَامَاتِ (صِنْفٌ يَعْبُدُوْنَ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ الْخَوْفِ) مِنْ عَذَابِ اللّٰهِ تَعَالَى 

(Bagi setiap golongan itu ada tiga tanda yang mereka bisa diketahui dengan tiga tanda) Maksudnya dengan tanda-tanda tersebut (Satu golongan mereka menyembah kepada Allah di atas jalan rasa takut) Dari Adzab Allah Ta'ala.

(وَصِنْفٌ يَعْبُدُوْنَ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ الرَّجَاءِ) لِرَحْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى 

(Dan satu golongan mereka menyembah kepada Allah di atas jalan harapan) Pada rahmat Allah Ta'ala 

(وَصِنْفٌ يَعْبُدُوْنَ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ الْحُبِّ) فِى اللّٰهِ حَتَّى يَصِيْرَ اللّٰهُ أَحَبَّ إلَيْهِمْ مِمَّا سِوَاهُ بَلْ حَتَّى لَا يَكُوْنَ لَهُمْ مَحْبُوْبٌ إلَّا اللّٰهُ تَعَالَى، 

(Dan ada satu golongan mereka menyembah kepada Allah di atas jalan cinta) Karena Allah. Hingga Allah menjadi yang paling dicintai oleh mereka daripada apapun selain Allah bahkan hingga tidak ada bagi mereka yang dicintai kecuali Allah Ta'ala

وَسَبَبُ وُجُوْدِ الْحُبِّ مِنْ جِهَةِ الْمَحْبُوْبِ إمَّا وُجُوْدُ كَمَالٍ فِيْهِ أَوْ حُصُوْلُ نَوَالٍ مِنْهُ، 

Dan sebab adanya rasa cinta kepada pihak yang dicintai ada kalanya adanya kesempurnaan pada yang dicintai atau hasilnya pemberian dari yang dicintai

فَإِنْ كُنْتَ مِمَّنْ يُحِبُّ لِأَجْلِ الْجَمَالِ فَهُوَ لِلّٰهِ وَحْدَهُ وَمَا يَلُوْحُ عَلَى الْمَوْجُوْدَاتِ مِنْ مَعْنَى كَمَالٍ وَمَا يَبْدُوْ عَلَيْهَا مِنْ رَوْنَقِ جَمَالٍ فَهُوَ تَعَالَى الْمُكَمِّلُ لَهَا وَالْمُجَمِّلُ لِأَنَّهُ الْمُوْجِدُ لَهَا، 

Maka jika kamu terbukti termasuk orang yang cinta karena keindahan maka keindahan itu hanya milik Allah dan sesuatu yang tampak pada makhluk dari makna kesempurnaan dan sesuatu yang nampak pada makhluk dari pesona keindahan maka Allah ta'ala adalah yang menyempurnakannya dan yang memperindahnya karena sesungguhnya Allah adalah dzat yang mengadakannya.

وَإِنْ كُنْتَ مِمَّنْ يُحِبُّ الْمَحْبُوْبَ لِأَجْلِ النَّوَالِ فَلَسْتَ تَرَى إحْسَانًا وَلَا إكْرَامًا وَلَا تُبْصِرُ إنْعَامًا عَلَيْكَ وَعَلَى سَائِرِ الْخَلْقِ إلَّا وَاللّٰهُ تَعَالَى هُوَ الْمُتَفَضِّلُ بِجَمِيْعِ ذٰلِكَ بِمَحْضِ الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ.

Dan jika kamu terbukti termasuk orang yang cinta pada yang dicintai karena pemberian maka engkau tidak akan melihat kebaikan dan kemuliaan dan engkau tidak akan melihat kenikmatan kepadamu dan kepada seluruh makhluk kecuali hanya Allah Ta'ala dzat yang memberikan anugerah atas semua itu dengan murninya kemurahan dan kedermawanan.

وَاعْلَمْ أَنَّ النَّاسَ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ: عَبْدٌ قَدْ غَلَبَ عَلَيْهِ التَّخْلِيْطُ وَالتَّفْرِيْطُ فَاللَّائِقُ بِهِ غَلَبَةُ الْخَوْفِ عَلَيْهِ لِيَنْزَجِرَ عَنِ الْمَعَاصِى إلَّا عِنْدَ الْمَوْتِ فَيَنْيَغِى أَنْ يَكُوْنَ رَجَاؤُهُ غَالِبًا عَلَى خَوْفِهِ، وَقَدْ قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [لَا يَمُوْتُ أَحَدُكُمْ إلَّا وَهُوَ حَسَنُ الظَّنِّ بِاللّٰهِ]

Dan ketahuilah olehmu sesungguhnya manusia itu ada tiga jenis: Seorang hamba yang benar-benar telah mendominasi padanya keburukan dan kelalaian, maka yang layak baginya adalah mendominasinya rasa takut kepada Allah agar dia berhenti dari berbagai kemaksiatan, kecuali ketika hendak meninggal, maka seharusnya ada harapannya lebih besar dari rasa takutnya. Dan benar-benar telah bersabda Nabi [Janganlah mati salah seorang di antara kalian kecuali dia itu berbaik sangka kepada Allah].

وَعَبْدٌ لَا يَأْمَنُ عَلَى نَفْسِهِ مِنَ التَّرْكِ لِلْمَأْمُوْرَاتِ وَالسُّكُوْنِ إلَى الْمَحْظُوْرَاتِ فَيَنْبَغِى لِهٰذَا الْعَبْدِ اسْتِوَاءُ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ حَتَّى يَكُوْنَا كَجَنَاحَيْ الطَّائِرِ. قَالَ ﷺ: [لَوْ وُزِنَ خَوْفُ الْمُؤْمِنِ وَرَجَاؤُهُ لَاعْتَدَلَا] وَهٰذَا حَالُ أَكْثَرِ الْمُؤْمِنِيْنَ. 

Dan seorang hamba yang tidak merasa aman terhadap dirinya dari meninggalkan perintah-perintah dan cenderung kepada larangan-larangan, maka patut bagi hamba ini seimbang antara rasa takut dan harapan, sehingga ada keduanya seperti dua sayap burung. Telah bersabda Nabi [Sekiranya ditimbang rasa takut seorang mukmin dan harapannya, maka keduanya pasti akan seimbang]. Dan ini adalah keadaan kebanyakan mukminin.

وَعَبْدٌ قَدْ أَنَابَ إلَى رَبِّهِ وَاطْمَأَنَّتْ نَفْسُهُ بِهِ وَانْقَشَعَتْ ظُلُمَاتُ شَهْوَتِهِ بِإِشْرَاقِ أَنْوَارِ قُرْبِهِ فَلَمْ تَبْقَ لَهُ لَذَّةٌ إلَّا فِى مُنَاجَاتِهِ وَلَا رَاحَةٌ إلَّا فِى عِبَادَتِهِ فَصَارَ رَجَاؤُهُ شَوْقًا وَمَحَبَّةً وَخَوْفُهُ تَعْظِيْمًا وَهَيْبَةً، أَفَادَ ذٰلِكَ سَيِّدِيْ الشَّيْخُ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ عَلَوِيٍّ الْحَدَّادُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى.

Dan seorang hamba yang telah kembali kepada Tuhannya dan benar-benar telah tenang dirinya karena tuhannya, serta benar-benar telah lenyap kegelapan-kegelapan syahwatnya karena terang-benderangnya cahaya-cahaya kedekatannya kepada tuhan. Maka tidak tersisa baginya kenikmatan kecuali dalam munajat kepada tuhan, dan tidak tersisa baginya ketenangan kecuali dalam beribadah kepada tuhan. Sehingga berubahlah harapannya menjadi kerinduan dan cinta, dan rasa takutnya berubah menjadi mengagungkan tuhan dan kewibawaan tuhan. Telah memberikan keterangan pada hal ini tuanku, Asy-Syaikh Abdullah bin Alawi Al-Haddad, Rahimahullahu Ta'ala.

(فَلِلْأَوَّلِ) وَهُوَ الَّذِيْ يَعْبُدُ اللّٰهَ تَعَالَى عَلَى سَبِيْلِ الْخَوْفِ (ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: يَسْتَحْقِرُ نَفْسَهُ) أَيْ يَرَى أَنَّ نَفْسَهُ لَا مِقْدَارَ لَهَا (وَيَسْتَقِلُّ حَسَنَاتِهِ) أَيْ يَرَى أَنَّ حَسَنَاتِهِ قَلِيْلَةٌ (وَيَسْتَكْثِرُ سَيِّئَاتِهِ) أَيْ يَرَى أَنَّ سَيِّئَاتِهِ كَثِيْرَةٌ. 

(Maka bagi golongan yang pertama) Yaitu orang yang beribadah kepada Allah Ta’ala di atas jalan takut (Terdapat tiga tanda: dia menganggap rendah dirinya sendiri) Maksudnya dia memandang bahwa dirinya tidak memiliki nilai apa-apa baginya (Dia menganggap sedikit amal-amal baiknya) Maksudnya dia melihat bahwa kebaikannya itu sedikit (Dan dia menganggap banyak dosa-dosanya) Maksudnya dia memandang bahwa dosa-dosanya sangat banyak.

(وَلِلثَّانِى) وَهُوَ الَّذِي يَعْبُدُ اللّٰهَ تَعَالَى عَلَى سَبِيْلِ الرَّجَاءِ (ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: يَكُوْنُ قُدْوَةَ النَّاسِ فِى جَمِيْعِ الْحَالَاتِ) أَيْ أَنَّ النَّاسَ يَقْتَدُوْنَ بِهِ فِى جَمِيْعِ حَالَاتِهِ (وَيَكُونُ أَسْخَى النَّاسِ كُلِّهِمْ بِالْمَالِ زُهْدًا فِى الدُّنْيَا وَيَكُوْنُ حَسَنَ الظَّنِّ بِاللّٰهِ فِى الْخَلْقِ كُلِّهِمْ).

(Dan bagi golongan yang kedua) Yaitu orang yang beribadah kepada Allah Ta’ala di atas jalan harapan (Terdapat tiga tanda: dia menjadi teladan bagi manusia dalam segala keadaan) Maksudnya sesungguhnya manusia mencontoh dirinya dalam semua keadaannya (Dan dia menjadi orang yang paling dermawan kepada seluruh manusia dengan hartanya karena zuhud terhadap dunia dan dia memiliki prasangka baik kepada Allah terhadap makhluk seluruhnya).

(وَلِلثَّالِثِ) وَهُوَ مَنْ يَعْبُدُ اللّٰهَ عَلَى سَبِيْلِ الْحُبِّ (ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ) أَوَّلُهَا (يُعْطِى مَا يُحِبُّهُ) وَمَا يُعِزُّ عَلَيهِ لِيَنَالَ الْبِرَّ (وَلَا يُبَالِى بَعْدَ أَنْ يَرْضَى رَبُّهُ) كَمَا قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى ﴿لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ﴾ 

(Dan bagi golongan yang ketiga) Yaitu orang yang beribadah kepada Allah di atas jalan cinta (Terdapat tiga tanda) Yang pertama dari tiga tanda itu (Adalah dia memberikan sesuatu yang dia cinta pada sesuatu itu) Dan memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya agar dia dapat memperoleh kebajikan (Dan dia tidak peduli setelah Tuhannya meridhai) Sebagaimana firman Allah Ta’ala: Kalian tidak akan memperoleh kebajikan hingga kalian menginfaqkan sebagian harta yang kalian cintai﴿

(وَ) ثَانِيْهَا (يَعْمَلُ بِسُخْطِ نَفْسِهِ) كَأَعْمَالِ الْبِرِّ (وَلَا يَحْتِمُّ بِهِ بَعْدَ أَنْ يَرْضَى رَبَّهُ) فَالْبِرُّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ وَمَسْخَطَةٌ لِلشَّيْطَانِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ [ أَعُوْذُ باللّٰهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ إِلَّا بَلَاءٌ فِيْهِ عَلَاءٌ] أَىْ عُلُوُّ مَنْزِلَةٍ عِنْدَ اللّٰهِ

(Dan) yang kedua dari tiga tanda (Adalah dia beramal dengan sesuatu yang tidak disukai nafsunya), Seperti amal-amal kebaikan (Dan dia tidak merasa keberatan setelah Tuhannya ridha kepadanya). Karena kebaikan itu adalah keridhaan milik Tuhan dan kebencian bagi setan, sebagaimana yang terdapat dalam hadis: [Aku berlindung kepada Allah dari bala, kecuali bala yang di dalamnya mengandung ketinggian derajat] Maksudnya tingginya kedudukan di sisi Allah.

(وَ) ثَالِثُهَا (يَكُوْنُ فِى جَمِيْعِ الْحَالَاتِ مَعَ سَيِّدِهِ) وَهُوَ اللّٰهُ تَعَالَى (فِى أَمْرِهِ وَنَهْيِهِ) فَلَا يَكُوْنُ مُخَالِفًا لِذٰلِكَ.

(Dan) Yang ketiga dari tiga tanda (Adalah dia selalu berada dalam segala keadaan bersama Tuannya), Yaitu Allah Ta’ala (Dalam mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya), Sehingga dia tidak terbukti menyelisihi hal tersebut.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ: (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: إنَّ ذُرِّيَّةَ الشَّيْطَانِ) أَيْ أَوْلَادَ إبْلِيْسَ اِسْمُهُ عَزَازِيْلُ (تِسْعَةٌ: زَلِيْتُوْنَ، وَوَثِيْنٌ، وَلَقُوْسٌ) وَيُقَالُ: لَاقِسٌ (وَأَعْوَانُ، وَهَفَافٌ، وَمُرَّةٌ) بِضَمِّ الْمِيْمِ وَتَشْدِيْدِ الرَّاءِ، وَكُنْيَةُ إبْلِيْسَ أَبُوْمُرَّةَ. (وَمَسُوْطٌ، وَدَاسِمٌ، وَوَلْهَانُ

Maqolah yang ke tiga: (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya keturunan setan) Maksudnya anak-anak Iblis. Nama iblis adalah Azazil (Ada sembilan: Zalitun dan Watsin dan Laqus) Dan dikatakan: Laqis (Dan A'wan dan Happap dan Murrah) Lafadz مرة dengan mendhommahkan huruf م dan mentasydid huruf ر. Dan kunyah dari Iblis adalah Abu Murrah (Dab Masut dan Dasim dan Walhan)

فَأَمَّا زَلِيْتُوْنَ فَهُوَ صَاحِبُ الْأَسْوَاقِ فَيَنْصِبُ فِيْهَا رَايَتَهُ) أَيْ لِوَاءَهُ، وَعِنْدَ بَعْضِهِمْ أَنَّ هٰذَا يُقَالُ لَهُ: زَلَّنْبُوْرٌ بِزَايٍ مَفْتُوْحَةٍ وَلَامٍ مُشَدَّدَةٍ بَعْدَهَا نُوْنٌ فَمُوَحَّدَةٌ آخِرُهُ رَاءٌ.

Adapun setan Zalitun, maka dia adalah setan yang menyertai pasar. Dia menancapkan di dalam pasar benderanya) Maksudnya, panjinya. Dan menurut sebagian ulama, sesungguhnya dia ini disebut dengan nama: Zalanbur, dengan huruf ز yang difathahkan, dan huruf ل yang ditasydid, setelah hruf ل adalah huruf ن, kemudian huruf ب dengan satu titik, dan akhir lafadz زلنبور adalah huruf ر.

وَهُوَ فِى كُلِّ سُوْقٍ يُزَيَّنُ لِلْبَائِعِيْنَ اللَّغْوَ وَالْحَلْفَ الْكَاذِبَ وَمَدْحَ السِّلْعَةِ وَتَطْفِيْفَ الْكَيْلِ وَالْمِيْزَانِ. وَفِى الْقَامُوْسِ: عَمَلُ زَلَنْبُوْرٍ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ الرَّجُلِ وَأَهْلِهِ وَيُبَصِّرَ الرَّجُلَ عُيُوْبَ أَهْلِهِ.

Dan dia ada di setiap pasar, dia menghiasi para penjual dengan perbuatan sia-sia, sumpah palsu, memuji barang dagangan, serta mengurangi takaran dan timbangan. Dan dalam kitab Al-Qāmūs disebutkan: Pekerjaan Zalanbur adalah memecah belah antara seorang laki-laki dengan keluarganya dan dia memperlihatkan kepada laki-laki itu aib-aib keluarganya.

(وَأَمَّا وَثِيْنٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمُصِيْبَاتِ) وَقِيْلَ: اِسْمُ شَيْطَانِ الْمُصِيْبَةِ تَبْرٌ بِفَوْقِيَّةٍ فَمُوَحَّدَةٍ فَرَاءٍ. فَهُوَ يُزَيِّنُ الصِّيَاحَ وَلَطْمَ الْخُدُوْدِ وَنَحْوَهُ. 

(Dan adapun setan Watsin maka dia adalah setan yang menyertai musibah) Dan dikatakan : Nama setan musibah adalah Tabr dengan huruf ت titik dua di atasnya kemudian huruf ب titik satu di bawahnya dan huruf ر. Dialah yang menghiasi perbuatan berteriak-teriak, menampar pipi, dan sejenisnya.

(وَأَمَّا أَعْوَانُ فَهُوَ صَاحِبُ السُّلْطَانِ) فَيُزَيِّنُهُ بِالْمَظَالِمِ. 

(Dan adapun setan A'wan dia adalah setan yang menyertai penguasa) Maka dia menghiasi penguasa dengan perbuatan perbuatan dzolim

 (وَأَمَّا هَفَافٌ فَهُوَ صَاحِبُ الشَّرَابِ) أَيْ الْمُسْكِرَاتِ.

(Dan adapun setan Haffaf maka dia adalah setan yang menyertai minuman) Maksudnya minuman-minuman yang memabukkan.

(وَأَمَّا مُرَّةٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمَزَامِيْرِ) فَيُزَيِّنُ فِيْهِ مَنْ يَنْفُخُ فِى الْمِزْمَارِ بِكَسْرِ الْمِيْمِ.

(Dan adapun setan Murrah maka dia adalah setan yang menyertai seruling-seruling) Maka dia menghiasi ke dalamnya pada orang yang meniup seruling. Lafadz مُرَّةٌ dengan mengkasrahkan huruf م.

(وَأَمَّا لَقُوْسٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمَجُوْسِ) وَقِيْلَ: أَنَّ لَاقِسَ وَوَلْهَانَ صَاحِبَا الطَّهَارَةِ وَالصَّلَاةِ وَهُمَا اللَّذَانِ يُوَسْوِسَانِ فِيهِمَا. وَذَكَرَ بَعْضُهُمْ بَدَلَ هٰؤُلَاءِ الثَّلَاثَةِ ثَلَاثَةً:

(Dan adapun setan Laqus maka dia adalah setan yang menyertai para pemeluk Majusi) Dan dikatakan bahwa Laqis dan Walhan keduanya adalah setan yang menyertai dalam hal bersuci dan salat, dan mereka berdua yang membisikkan waswas dalam keduanya. Dan telah menyebut sebagian dari ulama sebagai pengganti tiga setan laqis laqus dan walhan dengan tiga setan yang lain:

الْأَعْوَرُ وَهُوَ شَيْطَانُ الزِّنَا يَنْفُخُ فِى إِحْلِيْلِ الرَّجُلِ وَعَجُزِ الْمَرْأَةِ.

Setan A'war. Dia adalah setan zina dia meniup pada kemaluan laki-laki dan pantat perempuan.

وَالْوَسْنَانُ بِوَاوٍ مَفْتُوْحَةٍ وَسِيْنٍ مُهْمَلَةٍ سَاكِنَةٍ وَنُوْنَيْنِ بَيْنَهُمَا أَلِفٌ وَهُوَ شَيْطَانُ النَّوْمِ يُثْقِلُ الرَّأْسَ وَالْأَجْفَانَ عَنْ الْقِيَامِ إلَى الصَّلَاةِ وَنَحْوِهَا وَيُوْقِظُ إلَى الْقَبِيْحِ مِنْ زِنًا وَنَحْوِهِ.

Dan setan Wasnan, dengan huruf و yang difatḥahkan, huruf س yang tidak bertitik dan berharakat sukun, serta dua huruf nun yang di antaranya terdapat alif. Dia adalah setan tidur. Dia memberatkan kepala dan kelopak mata dari berdiri menuju shalat dan semisalnya, serta membangunkan kepada keburukan seperti zina dan yang semisalnya).

وَالْأَبْيَضُ بِمُوَحَّدَةٍ فَتَحْتِيَةٍ فَضَادٍ مُعْجَمَةٍ وَهُوَ مُوَكَّلٌ بِالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ. أَمَّا الْأَنْبِيَاءُ فَسَلِمُوْا مِنْهُ وَأَمَّا الْأَوْلِيَاءُ فَهُمْ مُجَاهِدُوْنَ لَهُ، فَمَنْ سَلَّمَهُ اللّٰهُ سَلِمَ، وَمَنْ أَغْوَاهُ غَوَى.

Dan setan Abyad dengan huruf ب dengan titik satu kemudian huruf ي dengan titik dua kemudian huruf ض dengan titik satu dia adalah setan yang dipercayakan pada para Nabi dan para wali. Adapun para Nabi maka mereka selamat darinya dan adapun para wali maka mereka berjihad melawannya. Barang siapa yang telah Allah selamatkan dirinya maka dia pasti selamat dan barang siapa yang Allah sesatkan dirinya maka dia pasti tersesat.

(وَأَمَّا مَسُوْطٌ) بِسِيْنٍ مُهْمَلَةٍ مَضْمُوْمَةٍ آخِرُهُ طَاءٌ مُهْمَلَةٌ، وَيُقَالُ: مَطُوْنٌ بِمِيْمٍ مَفْتُوْحَةٍ فَطَاءٍ مُهْمَلَةٍ آخِرُهُ نُوْنٌ. (فَهُوَ صَاحِبُ الْأَخْبَارِ) الْكَاذِبَةِ (يُلْقِيْهَا فِى أَفْوَاهِ النَّاسِ) أَيْ عَلَى أَلْسِنَتِهِمْ (وَلَا يَجِدُوْنَ لَهَا) أَيْ الْأَخْبَارِ (أَصْلًا) يُسْتَنَدُ إلَيْهِ.

(Dan adapun setan Masut) Dengan huruf س yang tidak bertitik yang di dhommahkan, akhir lafadz مسوط adalah huruf ط yang tidak bertitik dan dikatakan: Matun dengan huruf mim yang difathahkan kemudian huruf ط, akhir dari lafadz مطون adalah huruf ن(Dia adalah setan yang menyertai berita-berita) Yang dusta (Dia mengajarkan berita-berita bohong pada mulut-mulut manusia) Maksudnya pada lidah mereka (dan mereka tidak menemukan darinya) Maksudnya dari berita-berita itu (dasar) Yang bisa dijadikan sandaran padanya.  

(وَأَمَّا الدَّاسِمُ) بِدَالٍ وَسِينٍ مُهْمَلَتَيْنِ بَيْنَهُمَا أَلِفٌ (فَهُوَ صَاحِبُ الْبُيُوْتِ إذَا دَخَلَ الرَّجُلُ الْمَنْزِلَ وَلَمْ يُسَلِّمْ) عَلَى أَهْلِهِ

(Dan adapun setan Dasim) Dengan huruf د dan س yang tidak bertitik di antara keduanya terdapat huruf ا (Maka dia adalah setan yang menyertai rumah-rumah apabila masuk seorang lelaki pada tempat tinggalnya dan dia tidak mengucapkan salam) Kepada keluarganya

(وَلَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللّٰهِ تَعَالَى أَوْقَعَ فِيْمَا بَيْنَهُمُ الْمُنَازَعَةَ) أَيْ الْمُخَاصَمَةَ وَالْمُخَالَفَةَ (حَتَّى يَقَعَ الطَّلَاقُ وَالْخَلْعُ وَالضَّرْبُ) أَيْ إنَّ الدَّاسِمَ يَسْعَى فِى إثَارَةِ الْخِصَامِ بَيْنَ الزَّوْجَيْنِ لِيُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا، 

(Dan tidak menyebut nama Allah Ta'ala. Dia menyebabkan di antara mereka pertengkaran) Maksudnya perselisihan dan perdebatan (hingga terjadi perceraian dan khulu dan pemukulan) Maksudnya sesungguhnya setan Dasim berusaha menimbulkan perselisihan antara suami istri agar dia dapat memisahkan antara keduanya  

وَقِيْلَ: إِنَّهُ اسْمُ شَيْطَانِ الطَّعَامِ يَأْكُلُ مَعَ الْإِنْسَانِ وَيَدْخُلُ الْمَنْزِلَ إِنْ لَمْ يَسُمَّ عِنْدَ طَعَامِهِ وَدُخُوْلِهِ، وَيُدَامُ عَلَى الْفِرَاشِ وَيَلْبَسُ الْثِيَابَ إِنْ لَمْ تَكُنْ مَطْوِيَّةً وَلَمْ يَذْكُرِاسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا.

Dan dikatakan: Sesungguhnya Dasim adalah nama setan makan dia makan bersama manusia dan dia masuk pada rumah manusia jika manusia tidak membaca saat dia makan dan saat dia masuk. Dia terus menerus berada di atas tempat tidur dan memakai pakaian yang tidak dilipat serta tidak menyebut nama Allah atasnya

(وَأَمَّا وَلْهَانُ فَهُوَ يُوَسْوِسُ فِى الْوُضُوْءِ وَالصَّلَاةِ وَالْعِبَادَاتِ) وَقِيْلَ: وَلْهَانُ هُوَ الْمُوَسْوِسُ فَى الطَّهَارَةِ وَهُوَ يُوَلِّهُ النَّاسَ بِكَثْرَةِ اسْتِعْمَالِ الْمَاءِ.

(Dan adapun setan walhan maka dia adalah setan yang berbisik-bisik di dalam wudhu dan sholat dan ibadah-ibadah) Dan dikatakan: Walhan adalah setan yang berbisik-bisik dalam bersuci dan dia membingungkan manusia dengan memperbanyak penggunaan air.

 وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [لِلْوُضُوْءِ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ الْوَلْهَانُ فَاتَّقُوْهُ] أَوْ قَالَ: [فَاحْذَرُوْهُ].

Dari Ali Radhiallahu anhu dari Rasulullah bersabda: [Dalam wudhu ada setan yang disebut Walhan, maka berhati-hatilah kalian darinya] Atau Rasulullah bersabda: [Waspadalah terhadapnya].

أَمَّا الْمُوَسْوِسُ فِى الصَّلَاةِ فَاسْمُهُ خَنْزَبٌ بِفَتْحِ الْخَاءِ الْمُعْجَمَةِ وَسُكُوْنِ النُّوْنِ كَمَا فِى الْقَامُوْسِ.

Adapun setan yang berbisik-bisik dalam sholat maka namanya adalah khonzab dengan memfathahkan huruf خ yang diberi titik atasnya dan mensukunkan huruf ن sebagaimana di dalam kamus.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ حَفِظَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ لِوَقْتِهَا وَدَاوَمَ عَلَيْهَا) أَيْ عَلَى مُحَافَظَةِ الصَّلَوَاتِ (أَكْرَمَهُ اللّٰهُ بِتِسْعِ كَرَامَاتٍ: 

Maqolah yang keempat (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Barang siapa yang menjaga sholat yang lima pada waktunya dan langgeng didalamnya) Maksudnya dalam menjaga sholat lima waktu (Maka Allah akan memuliakan dia dengan sembilan kemuliaan

أَوَّلُهَا: يُحِبُّهُ اللّٰهُ) أَيْ يَخُصُّهُ بِالْقُرْبَةِ وَالْأَحْوَالِ الْعَلِيَّةِ 

Yang pertama dari sembilan kemuliaan: Adalah Allah akan cinta kepadanya) Maksudnya Allah akan mengistimewakan orang tersebut dengan kedekatan dan dengan keadaan-keadaan yang mulia

(وَيَكُوْنُ بَدَنُهُ صَحِيْحًا) أَيْ بِلَا عُيُوْبٍ 

(Dan badannya menjadi sehat) Maksudnya dengan tanpa cacad

(وَتَحْرُسُهُ الْمَلَائِكَةُ) مِنَ الْبَلَايَا الَّتِيْ لَمْ تُبْرَمْ 

(Dan akan menjaga kepadanya para malaikat) Dari bencana-bencana yang belum ditetapkan

(وَتَنْزِلُ الْبَرَكَةُ) أَيْ الْخَيْرُ الْكَثِيْرُ (فِى دَارِهِ 

(Dan turun keberkahan) Maksudnya kebaikan yang sangat banyak (Pada tempatnya 

وَيَظْهَرُ عَلَى وَجْهِهِ سِيْمَا الصَّالِحِيْنَ) أَيْ عَلَامَاتُهُمْ 

Dan nampak pada wajahnya tanda dari orang-orang sholeh) Maksudnya tanda-tanda dari orang-orang sholeh

(وَيُلَيِّنُ اللّٰهُ قَلْبَهُ) فَيَقْبَلُ الْمَوَاعِظَ 

(Dan Allah akan melembutkan hati orang tersebut) Sehingga dia dapat menerima nasihat-nasihat 

(وَيَمُرُّ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ اللَّامِعِ) أَيْ الْمُضِيْءِ 

(Dan dia akan melewati shirath seperti kilat yang bersinar) Maksudnya bercahaya

(وَيُنْجِيْهِ اللّٰهُ مِنَ النَّارِ) أَيْ نَارِ جَهَنَّمَ 

(Dan Allah akan menyelamatkan dia dari neraka) Maksudnya neraka Jahannam

(وَيُنْزِلُهُ اللّٰهُ) فِي الْجَنَّةِ (فِى جِوَارِ الَّذِيْنَ ﴿لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ﴾ [يونس : الْآيَةُ ٦٢]) أَيْ فِى قُرْبِ الْأَوْلِيَاءِ الْكِبَارِ.

(Dan Allah akan menempatkan dia) Di dalam surga (Di sisi orang-orang yang Tidak ada kehawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih﴿ [Q.S Yunus: Ayat 62]) Sebab kedekatan para wali yang agung

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [خَمْسُ صَلَوَاتٍ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهِنَّ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَلَا بُرْهَانًا وَلَا نَجَاةً وكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ فِرْعَوْنَ وقَارُوْنَ وهَامَانَ وأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Lima sholat, barang siapa yang menjaganya, maka lima sholat tersebut akan menjadi cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang tidak menjaganya, maka lima sholat tersebut tidak akan menjadi baginya cahaya, petunjuk, maupun keselamatan, dan pada hari kiamat dia akan bersama Fir'aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 9 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (اَلْبُكَاءُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَوْجُهٍ: 

Maqolah yang kelima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Tangisan itu ada pada tiga bagian:

أَحَدُهَا: مِنْ خَوْفِ عَذَابِ اللّٰهِ تَعَالَى،  وَالثَّانِى: مِنْ رَهْبَةِ السُّخْطِ) أَيْ مِنْ خَوْفِ غَضَبِ اللّٰهِ تَعَالَى 

Yang pertama dari tiga bagian itu: Adalah karena takut  dari adzab Allah Ta'ala. Dan yang kedua: Adalah karena takut murkanya Allah) Maksudnya karena takut kemarahan Allah Ta'ala

(وَالثَّالِثُ: مِنْ خَشْيَةِ الْقَطِيْعَةِ) أَيْ مِنْ خَوْفِ الْبُعْدِ عَنِ اللّٰهِ وَإِعْرَاضِهِ تَعَالَى عَنْهُ 

(Yang ketiga: Adalah karena takut terputus) Maksudnya karena takut jauh dari Allah dan karena takut berpalingnya Allah Ta'ala dari orang tersebut

(فَأَمَّا الْأَوَّلُ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لِلذُّنُوْبِ، وَأَمَّا الثَّانِى فَهُوَ طَهَارَةٌ لِلْعُيُوْبِ) وَهِيَ مَا تَنْقُصُ مَرْتَبَةً 

(Adapun yang pertama maka tangisan yang pertama itu adalah penghapus bagi dosa-dosa dan adapun yang kedua maka tangisan yang kedua itu adalah penyucian bagi aib-aib) Aib adalah sesuatu yang dapat mengurangi martabat.

(وَأَمَّا الثَّالِثُ فَهُوَ الْوِلَايَةُ) أَيْ فَنَاءُ الْبَاكِى عَنْ نَفْسِهِ لِقِيَامِهِ عِنْدَ رَبِّهِ (مَعَ رِضَا الْمَحْبُوبِ) وَهُوَ اللَّهُ تَعَالَى  

(Dan adapun yang ketiga maka tangisan yang ketiga itu adalah tangis kewalian) Maksudnya lenyapnya tangisan dari dirinya karena berdiri di hadapan tuhannya (Serta keridhoan sang kekasih) Yaitu Allah Ta'ala.

(فَثَمْرَةُ كَفَّارَةِ الذُّنُوْبِ النَّجَاةُ مِنَ الْعُقُوْبَاتِ) فِي الْآخِرَةِ

(Maka buah dari terhapusnya dosa-dosa adalah selamat dari berbagai siksa) Di akhirat

(وَثَمْرَةُ طَهَارَةِ الْعُيُوْبِ النَّعِيْمُ الْمُقِيْمُ) أَيْ الدَّائِمُ (وَالدَّرَجَاتُ الْعُلَى) فِى الْجَنَّةِ 

(Dan buah dari penyusian aib-aib adalah kenikmatan yang abadi) Maksudnya yang terus-menerus (Dan derajat yang tinggi) Di surga

(وَثَمْرَةُ الْوِلَايَةِ مَعَ رِضَا الْمَحْبُوْبِ حُسْنُ الْبِشَارَةِ) أَيْ الْخَبَرِ الَّذِى يَتَغَيَّرُ بِهِ بِشْرُ الْوَجْهِ مِنْ أَجْلِ الْفَرَحِ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى بِالرِّضَا) أَيْ بِحُصُوْلِ رِضَاهُ تَعَالَى عَنْهُ (وَبِالرُّؤْيَةِ) لِذَاتِهِ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ مُقَابَلَةٍ (وَزِيَارَةِ الْمَلَائِكَةِ) إيَّاهُ (وَزِيَادَةِ الْفَضِيلَةِ) أَيْ الْخَيْرِ.

(Dan buah dari kewalian serta keridhoan sang kekasih adalah bagusnya kabar kebaikan) Maksudnya sebuah kabar yang menjadi berubah sebab kabar tersebut kegembiraan wajah karena bahagia (Dari Allah Ta'ala dan dengan ridho) Maksudnya dengan sampainya ridho Allah Ta'ala kepadanya (Dan dengan penglihatan) Terhadap Dzat Allah Ta'ala tanpa saling berhadapan (Dan berkunjungnya para malaikat) kepada orang tersebut (Dan bertambahnya karunia) Maksudnya kebaikan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10

بَابُ العُشَارِيِّ

وَفِيْهِ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ مَوْعِظَةً، إِحْدَى عَشْرَةَ أَخْبَارٌ وَالْبَاقِيَةُ آثَارٌ.

Dalam bab ini ada dua puluh sembilan nasihat, sebelas hadits dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى (قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: عَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ) أَيْ الْزَمُوْهُ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَفِى كُلِّ حَالٍ (فَإِنَّ فِيهِ عَشْرَ خِصَالٍ) مَحْمُودَةٍ 

Maqolah yang pertama (Telah bersabda Rasulullah : Hendaklah kalian bersiwak) Maksudnya biasakanlah  bersiwak pada setiap waktu dan pada setiap keadaan (Karena sesungguhnya dalam bersiwak itu ada sepuluh sifat) Yang terpuji 

(يُطَهِّرُ الْفَمَ) بِزَوَالِ الرَّائِحَةِ الْكَرِيْهَةِ (وَيُرْضِى الرَّبَّ) أَيْ يُثِيْبُ عَلَيْهِ 

(Dapat membersihkan mulut) Dengan menghilangkan bau-bau yang tidak sedap (Dan mendatangkan keridhaan Allah) Maksudnya Allah memberikan pahala atasnya.

(وَيُسْخِطُ الشَّيْطَانَ وَيُحِبُّهُ الرَّحْمٰنُ وَالْحَفَظَةُ) أَيْ الْمَلَائِكَةُ الَّذِيْنَ يَحْفَظُوْنَ الْعَبْدَ بِكِتَابَةِ أَعْمَالِهِ وَغَيْرِهِ 

(Dan membuat marah setan, dan Allah akan mencintainya serta para malaikat hafadzoh) Yaitu malaikat-malaikat yang menjaga hamba dengan mencatat amal-amalnya dan lainnya.

(وَيَشُدُّ اللِّثَةَ) بِكَسْرِ اللَّامِ وَهُوَ لَحْمُ الْأَسْنَانِ (وَيَقْطَعُ الْبَلْغَمَ) أَيْ يَنْزِعُهُ (وَيُطَيِّبُ النَّكْهَةَ) أَيْ النَّفَسَ مِنَ الْأَنْفِ 

(Dan dapat menguatkan gusi) Lafadz اللثة dengan mengkasrahkan huruf ل, Yaitu daging pada gigi (Dan dapat memutus dahak) Maksudnya menghilangkannya (Dan memperbaiki aroma) Yaitu napas dari hidung.

(وَيُطْفِئُ الْمِرَّةَ) بِكَسْرِ الْمِيْمِ، وَهُوَ خَلَطٌ مِنْ أَخْلَاطِ الْبَدَنِ كَالصُّفَرَاءِ وَالسَّوْدَاءِ وَالدَّمِ وَالْبَلْغَمِ وَفِى رِوَايَةٍ وَيُصْلِحُ الْمَعِدَةَ 

(Dan memadamkan al-mirrah) Dengan mengkasrahkan huruf م, yaitu cairan dari cairan-cairan tubuh  seperti empedu kuning, empedu hitam, darah, dan dahak. Dan dalam satu riwayat:  Dan memperbaiki lambung.

(وَيُجْلِى الْبَصَرَ) أَيْ يَكْشِفُ ظُلْمَتَهُ (وَيُذْهِبُ الْبَخْرَ) أَيْ نَتْنَ رَائِحَةِ الْفَمِ (وَهُوَ) أَيْ السِّوَاكُ (مِنَ السُّنَّةِ) أَيْ الطَّرِيْقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ كَانَ ﷺ يُدَاوِمُ عَلَيْهَا.

(Dan mencerahkan penglihatan) Maksudnya menghilangkan kegelapannya. (Dan menghilangkan bau mulut) Busuknya aroma mulut. (Dan ia) Maksudnya siwak (Itu termasuk sunnah) Yaitu metode yang terpuji, terbukti Nabi itu mendawamkan bersiwak.

(ثَمَّ قَالَ ﷺ: [اَلصَّلَاةُ بِالسِّوَاكِ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ صَلَاةً بِغَيْرِ سِوَاكٍ]) وَهٰذَا لَايَدُلُّ عَلَى أَفْضَلِيَّةِ السِّوَاكِ عَلَى الْجَمَاعَةِ الَّتِي هِيَ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ. لِأَنَّ دَرَجَةً مِنْ هٰذِهِ قَدْ تَعْدِلُ كَثِيرًا مِنْ تِلْكَ السَّبْعِينَ.

(Kemudian Nabi bersabda: [Shalat dengan siwak itu lebih utama dari pada tujuh puluh sholat tanpa siwak]). Dan hal ini tidak menunjukkan keutamaan siwak atas shalat berjamaah, yang pahalanya adalah dua puluh tujuh derajat, karena satu derajat dari sholat berjamaah terkadang dapat menyamai lebih banyak dari tujuh puluh shalat tersebut.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّٰهُ عَنْهُ: مَا مِنْ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللّٰهُ عَشْرَ خِصَالٍ إلَّا وَقَدْ نَجَا مِنَ الْآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ كُلِّهَا) وَالْعَاهَاتُ عَطْفُ مُرَادِفٍ، وَهِيَ فِي الْأَصْلِ مَا يُفْسِدُ الزَّرْعَ 

Maqolah yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu: Tidaklah dari seorang hamba yang telah Allah berikan rizki kepadanya sepuluh sifat melainkan dia benar-benar selamat dari segala penyakit dan bencana seluruhnya) Lafadz العاهات adalah atof dari lafadz sinonim, Lafadz العاهات pada asal maknanya adalah sesuatu yang dapat merusak tanaman

(وَصَارَ فِى دَرَجَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ) مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (وَنَالَ دَرَجَةَ الْمُتَّقِيْنَ) أَيْ الَّذِيْنَ تَرَكُوْا شَهَوَاتِ النَّفْسِ وَاجْتَنَبُوْا الْمَنْهِيَّاتِ.

(Dan dia benar-benar menempati derajat orang-orang yang dekat) dengan Allah Ta'ala (Dan dia benar-benar meraih derajat orang-orang yang bertakwa) Yaitu orang-orang yang meninggalkan kesenangan-kesenangan nafsu dan orang-orang yang menjauhi perkara-perkara yang dilarang.

(أَوَّلُهَا: صِدْقٌ دَائِمٌ مَعَهُ قَلْبٌ قَانِعٌ) أَيْ رَاضٍ بِالْقِسْمَةِ، فَصِدْقُ اللِّسَانِ أَوَّلُ السَّعَادَةِ مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ.

(Yang pertama dari sepuluh sifat itu: Adalah kejujuran yang terus menerus bersama dengan kejujuran tersebut hati yang qana'ah) Maksudnya ridha dengan takdir. Maka, kejujuran lisan adalah awal dari kebahagiaan. Barang siapa yang sedikit kejujurannya, sedikit pula temannya.

(وَالثَّانِى: صَبْرٌ كَامِلٌ مَعَهُ شُكْرٌ دَائِمٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ الْإِيْمَانِ الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [نِعَمَ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ الصَّبْرُ وَالدُّعَاءُ].

(Dan yang kedua: Adalah kesabaran yang sempurna bersama dengan kesabaran tersebut rasa syukur yang terus-menerus) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Paling utamanya keimanan adalah kesabaran dan kemurahan hati]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami. Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sebaik-baik senjata orang mumin adalah kesabaran dan doa].

وَقَالَ سَيِّدِيْ الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: كَيْفَ يَحْسُنُ مِنْكَ الْعُجْبُ فِى أَعْمَالِكَ وَرُؤْيَةُ نَفْسِكَ فِيْهَا وَطَلَبُ الْأَعْوَاضِ عَلَيْهَا وَجَمِيْعُ ذٰلِكَ بِتَوْفِيْقِ اللّٰهِ تَعَالَى وَفَضْلِهِ وَإِنْ كُنْتَ تَرَكْتَ الْمَعْصِيَةَ فَبِحِفْظِهِ، 

Dan telah berkata tuanku Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Qoddasa Sirroh: Bagaimana bisa bagus darimu sifat ujub atas amal-amalmu dan memandangnya dirimu dalam amal tersebut serta meminta balasan-balasan atas amal tersebut, sedangkan semua itu adalah karena taufik Allah Ta'ala dan karunia-Nya. Dan Jika engkau terbukti meninggalkan maksiat maka itu pun karena penjagaan-Nya."

أَيْنَ أَنْتَ مِنَ الشُّكْرِ عَلَى ذٰلِكَ وَالِاعْتِرَافِ بِهٰذِهِ النِّعَمِ الَّتِيْ أَعْطَاكَهَا فَاللَّهُ خَالِقُكَ وَخَالِقُ أَفْعَالِكَ مَعَ كَسْبِكَ أَنْتَ الْكَاسِبُ وَهُوَ تَعَالَى الْخَالِقُ.

Di manakah engkau dari rasa syukur atas hal itu dan pengakuan terhadap nikmat-nikmat ini yang telah Dia berikan kepadamu kenikmatan itu? Allah adalah Penciptamu dan Pencipta segala amal perbuatanmu, bersamaan dengan usahamu. Engkaulah yang berusaha, dan Allah Ta'ala yang menciptakan.

(وَالثَّالِثُ: فَقْرٌ دَائِمٌ مَعَهُ زُهْدٌ حَاضِرٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يَا مَعْشَرَ الْفُقَرَاءِ أَعْطُوْا اللّٰهَ الرِّضَا مِنْ قُلُوْبِكُمْ تَظْفَرُوا بِثَوَابِ فَقْرِكُمْ وَإِلَّا فَلَا]. قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: اِسْتِغْنَاؤُكَ عَنِ الشَّيْءِ خَيْرٌ مِنْ اِسْتِغْنَائِكَ بِهِ.

(Dan yang ketiga: Adalah Kefaqiran yang terus-menerus bersama dengan kefakiran tersebut sikap zuhud yang hadir) Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: [Wahai golongan orang-orang fakir, berikanlah kepada Allah keridhoan dari hati kalian, maka kalian akan memperoleh pahala dari kemiskinan kalian, dan jika tidak, maka tidak]. Telah berkata sebagian dari orang-orang yang bijaksana: Ketidakbutuhanmu terhadap sesuatu lebih baik daripada ketergantunganmu padanya.

(وَالرَّابِعُ: فِكْرٌ دَائِمٌ مَعَهُ بَطْنٌ جَائِعٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَفَكَّرُوْا فِى كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى ذَاتِ اللّٰهِ، فَإِنَّ بَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ إلَى كُرْسِيِّهِ سَبْعَةَ آلَافِ نُوْرٍ وَهُوَ فَوْقَ ذٰلِكَ] رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [رَحِمَ اللّٰهُ قَوْمًا يَحْسُبُهُمُ النَّاسُ مَرْضَى وَمَا هُمْ بِمَرْضَى] رَوَاهُ ابْنُ الْمُبَارَكِ.

(Keempat: Adalah tafakkur yang terus menerus bersama dengan tafakkur tersebut perut yang lapar) Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: [Bertafakkurlah kalian pada segala sesuatu, namun janganlah kalian bertafakkur tentang Dzat Allah, karena sesungguhnya antara langit ketujuh sampai kursi-Nya terdapat tujuh ribu cahaya, sedangkan kursi-Nya Allah di atas itu semua]. Diriwayatkan sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Allah merahmati suatu kaum yang manusia mengira kaum tersebut sakit sedangkan tidaklah mereka itu sakit]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Mubarok

(وَالْخَامِسُ: حُزْنٌ دَائِمٌ مَعَهُ خَوْفٌ مُتَّصِلٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا لَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ لَأَحْبَبْتُمْ أَنْ تَزْدَادُوْا فَاقَةً وَحَاجَةً] رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ.

(Kelima: Adalah kesedihan yang terus-menerus bersama dengan kesedihan tersebut rasa takut yang berkelanjutan). Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: [Seandainya kalian mengetahui ganjaran untuk kalian di sisi Allah , niscaya kalian akan mencintai bertambahnya kefakiran dan kebutuhan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كَفَى بِالْمَرْءِ عِلْمًا أَنْ يَخْشَى اللّٰهَ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلًا أَنْ يَعْجَبَ بِنَفْسِهِ]. رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Cukuplah bagi seorang hamba dikatakan berilmu jika ia takut kepada Allah, dan cukuplah bagi seorang hamba dikatakan bodoh jika ia mengagumi dirinya sendiri]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi

وَرُوِيَ أَنَّهَ ﷺ قَالَ: [إنَّمَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ يَرْجُوْهَا وَإِنَّمَا يَجْتَنِبُ النَّارَ مَنْ يَخَافُهَا، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللّٰهُ مَنْ يَرْحَمُ].

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya yang akan masuk surga hanyalah orang yang mengharapkannya, dan sesungguhnya yang akan menjauhi neraka hanyalah orang yang takut kepadanya, dan sesungguhnya Allah akan mengasihi hanya kepada orang yang mengasihi]. 

(وَالسَّادِسُ: جُهْدٌ) أَيْ مَشَقَّةٌ (دَائِمٌ مَعَهُ بَدَنٌ مُتَوَاضِعٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَوَاضَعُوْا وَجَالِسُوْا الْمَسَاكِيْنَ تَكُونُوْا مِنْ كِبَارِ أَهْلِ اللّٰهِ وَتَخْرُجُوْا مِنَ الْكِبْرِ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.

(Dan yang keenam: Adalah usaha) Maksudnya kesulitan (Yang terus-menerus bersama dengan usaha tersebut badan yang tawadhu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Bersikap sederhanalah kalian dan duduklah kalian bersama orang-orang miskin niscaya kalian akan menjadi bagian dari kalangan pembesar wali-wali Allah dan kalian akan terlepas dari kesombongan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim

وَقَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: كُلَّمَا جَاهَدْتَ نَفْسَكَ وَقَتَلْتَهَا بِسَيْفِ الْمُخَالَفَةِ أَحْيَاهَا اللّٰهُ وَنَازَعَتْكَ وَطَلَبَتْ مِنْكَ الشَّهَوَاتِ وَاللَّذَّاتِ لِتَعُوْدَ إِلَى الْمُجَاهَدَةِ لِيَكْتُبَ لَكَ ثَوَابًا دَائِمًا

Telah berkata tuanku Abdul Qodir Al Jailani Qoddasa Sirroh: Setiap kali engkau melawan nafsumu dan engkau membunuh nafsumu dengan pedang pertentangan maka Allah akan menghidupkannya dan nafsumu akan melawanmu dan meminta darimu syahwat-syahwat kenikmatan agar engkau kembali berjidah melawannya sehingga Allah akan mencatat bagimu pahala yang terus menerus

وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ﴾ [الْحِجْرِ: الْآيَةُ ٩٩] أَيْ وَخَالِفْ نَفْسَكَ يَا أَشْرَفَ الْخَلْقِ إِلَى أَنْ يَأْتِيَكَ الْمَوْتُ. وَسُمِّيَتْ مُخَالَفَةُ النَّفْسِ بِالْعِبَادَةِ لِأَنَّ النَّفْسَ تَأْبَاهَا وَتُرِيْدُ ضِدَّهَا.

Dan ini adalah makna dari firman Allah Ta'ala: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu  kematian﴿ [Q.S Al-Hijr: Ayat 99]. Maksudnya lawanlah nafsumu wahai makhluk yang paling mulia sampai datang kepadamu kematian. Dan dinamakan menolak nafsu dengan ibadah karena sesungguhnya nafsu menolak ibadah dan dia menginginkan kebalikannya.

(وَالسَّابِعُ: رِفْقٌ دَائِمٌ) أَيْ فِى جَمِيْعِ الْأَفْعَالِ (مَعَهُ رَحِمٌ حَاضِرٌ) وَفِى الْحَدِيْثِ: [إنَّمَا يَرْحَمُ اللّٰهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءُ] إِنْتَهَى، يُرْوَى بِالنَّصْبِ عَلَى أَنَّهُ مَفْعُوْلُ يَرْحَمُ وَبِالرَّفْعِ عَلَى أَنَّهُ خَبَرُ إنَّ وَمَا بِمَعْنَى الَّذِيْ.

(Dan yang ketujuh: Adalah sifat lemah lembut yang terus-menerus) Maksudnya kelembutan dalam semua tindakan (Bersama dengan sifat lemah lembut tersebut kasih sayang yang selalu hadir) Dan dalam suatu hadits: [Sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penuh kasih sayang]. Sampai sinilah hadits berakhir. Lafadz رُحَمَاءُ diriwayatkan dengan dua bacaan: dibaca naṣab  karena sesungguhnya lafadz رُحَمَاءُ berfungsi sebagai maf‘ūl dari kata يَرْحَمُ. Atau dengan dibaca rafa‘ karena sesungguhnya lafadz رُحَمَاءُ adalah khabar dari harap إِنَّ sedangkan lafadz ما dengan bermakna isim mausul الَّذِيْ.

(وَالثَّامِنُ: حُبٌّ دَائِمٌ) فِى اللّٰهِ تَعَالَى (مَعَهُ حَيَاءٌ حَاضِرٌ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كُلُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قَالُوْا: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ

(Dan yang kedelapan: Adalah cinta yang terus-menerus) Kepada Allah Ta'ala (Bersama dengan rasa cinta tersebut rasa malu yang hadir) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Masing masing dari kalian semua ingin masuk surga? Para sahabat berkata: Iya wahai Rasulallah

قَالَ: أَقْصِرُوْا مِنَ الْأَمَلِ وَأَثْبِتُوْا آجَالَكُمْ بَيْنَ أَبْصَارِكُمْ وَاسْتَحْيُوْا مِنَ اللّٰهِ حَقَّ الْحَيَاءِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ كُلُّنَا نَسْتَحِيِ مِنَ اللّٰهِ،

Nabi bersabda: Pendekkanlah oleh kalian lamunan-lamunan kosong dan tetapkanlah oleh kalian ajal kalian di depan mata kalian dan malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya rasa malu. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah masing-masing dari kami malu kepada Allah

قَالَ: لَيْسَ كَذٰلِكَ الْحَيَاءُ مِنَ اللّٰهِ وَلٰكِنِ الْحَيَاءُ مِنَ اللّٰهِ أَنْ لَّا تَنْسَوْا الْمَقَابِرَ وَالْبِلَى وأَنْ لَا تَنْسَوْا الْجَوْفَ وَمَا وَعَى وأَنْ لَا تَنْسَوْا الرَّأْسَ وَمَا حَوَى.

Nabi bersabda: Bukan seperti itu rasa malu kepada Allah. Akan tetapi, rasa malu kepada Allah adalah kalian tidak melupakan kuburan-kuburan dan kerusakan jasad dan kalian tidak melupakan perut dan sesuatu yang ia kandung dan kalian tidak melupakan kepala dan sesuatu yang ia muat 

وَمَنِ اشْتَهَى كَرَامَةَ الْآخِرَةِ يَدَعْ زِيْنَةَ الدُّنْيَا هُنَالِكَ اسْتَحْيَا الْعَبْدُ مِنَ اللّٰهِ وهُنَالِكَ أَصَابَ وِلَایَةَ اللّٰهِ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَیْمٍ

Dan barang siapa yang menginginkan kemuliaan akhirat maka hendaknya dia meninggalkan perhiasan dunia disitulah rasa malu seorang hamba kepada Allah dan disanalah dia akan mendapatkan kewalian dari Allah]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim.

(وَالتَّاسِعُ: عِلْمٌ نَافِعٌ مَعَهُ عَمَلٌ دَائِمٌ) وَفِى نُسْخَةٍ مَعَهُ حِلْمٌ دَائِمٌ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَعَلَّمُوْا مِنَ الْعِلْمِ مَا شِئْتُمْ أَنْ تَعْلَمُوْا فَلَنْ يَنْفَعَكُمْ اللّٰهُ بِالْعِلْمِ حَتَّى تَعْمَلُوْا بِمَا تَعْلَمُوْنَ] رَوَاهُ ابْنُ عَدِيٍّ،

(Dan yang kesembilan: Adalah ilmu yang bermanfaat bersama ilmu tersebut amal yang terus-menerus) Dalam suatu naskh bersama ilmu tersebut sabar yang terus-menerus. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Pelajarilah oleh kalian ilmu sebanyak yang kalian inginkan untuk dipelajari namu Allah tidak akan memberi manfaat kepada kalian dengan ilmu hingga kalian mengamalkan atas apa yang kalian ketahui] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Adiy

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [آفَةُ الظَّرْفِ الصَّلْفُ، وَآفَةُ الشَّجَاعَةِ الْبَغْيُ، وَآفَةُ السَّمَاحَةِ الْمَنُّ، وَآفَةُ الْجَمَالِ الْخُيَلَاءُ، وَآفَةُ الْعِبَادَةِ الْفِتْرَةُ، وَآفَةُ الْحَدِيْثِ الْكَذِبُ، وَآفَةُ الْعِلْمِ النِّسْيَانُ، وَآفَةُ الْحِلْمِ السَّفَهُ، وَآفَةُ الْحَسَبِ الْفَخْرُ، وَآفَةُ الْجُوْدِ السَّرَفُ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Penyakit cerdas adalah kesombongan dan penyakit berani adalah semena-mena dan penyakit dermawan adalah mengungkit pemberian dan penyakit tampan adalah kesombongan dan penyakit ibadah adalah kelalaian dan penyakit ucapan adalah kebohongan penyakit ilmu adalah lupa dan penyakit sabar adalah kebodohan penyakit turunan mulia adalah berbangga diri dan penyakit murah hati adalah pemborosan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam al-Baihaqi

(وَالْعَاشِرُ: إِيْمَانٌ دَائِمٌ مَعَهُ عَقْلٌ ثَابِتٌ) فَالْعَقْلُ يَنْبُوْعُ الْأَدَبِ. قَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: خَيْرُ الْمَوَاهِبِ الْعَقْلُ وَشَرُّ الْمَصَائِبِ الْجَهْلُ. وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: صَدِيْقُ كُلِّ امْرِىءٍ عَقْلُهُ وَعَدُوُّهُ جَهْلُهُ وَقَدْ جَعَلَ اللّٰهُ الْعَقْلَ أَصْلًا لِلدِّيْنِ وَعِمَادًا لَهُ.

(Dan yang kesepuluh adalah iman yang terus-menerus bersama dengan iman tersebut akal yang kokoh) Maka akal itu menjadi sumber adab. Sebagian ahli balaghah berkata: Sebaik-baik anugerah adalah akal, dan seburuk-buruk musibah adalah kebodohan. Dan sebagian ahli adab berkata: Sahabat setiap orang adalah akalnya, dan musuh setiap orang adalah kebodohannya. Dan benar-benar Allah telah menjadikan akal sebagai dasar agama dan penopang baginya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 3

(و) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: عَشَرَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (لَا تَصْلُحُ بِغَيْرِ عَشَرَةٍ) تُقَارِنُهَا (لَا يَصْلُحُ الْعَقْلُ بِغَيْرِ وَرَعٍ) أَيْ اِجْتِنَابِ الْمَحْظُوْرَاتِ. 

Maqolah yang ketiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Sepuluh) Dari sifat-sifat (Tidak akan menjadi baik tanpa sepuluh) Yang menyertainya (Tidak akan menjadi baik akal tanpa sifat wara') Maksudnya meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan.

قَالَ عَامِرُ بْنُ قَيْسٍ: إِذَا عَقَلَكَ عَقْلُكَ عَمَّا لَا يَنْبَغِي فَأَنْتَ عَاقِلٌ، وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلْعَقْلُ نُوْرٌ فِى الْقَلْبِ يُفَرِّقُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ].

Telah berkata Amir bin Qois: Jika akalmu dapat mencegah dirimu dari perkara-perkara yang tidak pantas maka kamu adalah orang yang berakal. Dan diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Akal adalah cahaya dalam hati yang bisa membedakan antara hak dan batil].

(وَلَا الْعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ) رُوِيَ عَنْهُ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ الْعِلْمُ بِاللّٰهِ إنَّ الْعِلْمَ يَنْفَعُكَ مَعَهُ قَلِيْلُ الْعَمَلِ وَكَثِيرُهُ وَإِنَّ الْجَهْلَ لَا يَنْفَعُكَ مَعَهُ قَلِيْلُ الْعَمَلِ وَلَا كَثِيْرُهُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ.

(Dan tidak akan menjadi baik amal tanpa ilmu) Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Paling utamanya amal adalah pengetahuan tentang Allah. Sesungguhnya ilmu akan bermanfaat bagimu bersamanya, baik sedikitnya amal maupun banyaknya amal. Dan sesungguhnya kebodohan tidak akan bermanfaat bagimu bersamanya, baik sedikitnya amal maupun banyaknya amal]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim

(وَلَا الْفَوْزُ بِغَيْرِ خَشْيَةٍ) أَيْ لَا يَصْلُحُ الظَّفَرُ بِالْمَطْلُوْبِ وَلَا النَّجَاةُ مِنَ الْهَلَاكِ بِغَيْرِ خَشْيَةِ اللّٰهِ تَعَالَى.

(Tidak akan menjadi baik keberuntungan tanpa rasa takut) Maksudnya Tidak akan menjadi baik mendapatkan sesuatu yang dicari dan tidak akan menjadi baik selamat dari kebinasaan tanpa rasa takut kepada Allah Ta'ala

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [لَا يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ حَتَّى يَلِجَ اللَّبَنُ فِى الضَّرْعِ]

Dari Abu Huroiroh berkata: Telah bersabda Rasulullah [Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hinga masuk susu ke dalam payaudara].

(وَلَا السُّلْطَانُ بِغَيْرِ عَدْلٍ) رُوِيَ أَنْهَ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ النَّاسِ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى يَوَْمَ الْقِيَامَةِ وَأَذْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إمَامٌ عَادِلٌ، وَأَبْغَضُ النَّاسِ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَبْعَدُهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إمَامٌ جَائِرٌ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ.

(Dan tidak akan menjadi baik seorang raja tanpa sifat adil) Diriwayatkan sesungguhnya nabi bersabda: [Manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan manusia yang paling dekat dari Allah tempat duduknya adalah imam yang adil. Dan manusia yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan manusia yang paling jauh dari Allah tempat duduknya adalah imam yang dzolim] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam at-Turmudzi

(وَلَا الْحَسَبُ) أَيْ اَلْمَنَاقِبُ كَالْعِلْمِ وَالشَّجَاعَةِ (بِغَيْرِ أَدَبٍ) قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: اَلْعِلْمُ شَرَفٌ لَا قِيْمَةَ لَهُ وَالْأَدَبُ مَالٌ لَا خَوْفَ عَلَيْهِ.

(Dan tidak akan menjadi baik derajat sosial) Maksudnya riwayat hidup seperti ilmu dan keberanian (Tanpa adab) Telah berkata sebagian dari orang-orang yang bijaksana: Ilmu itu adalah kemuliaan yang tidak ternilai harganya dan adab adalah harta yang tidak ada ketakutan atasnya.

(وَلَا السُّرُوْرُ بِغَيْرِ أَمْنٍ) أَيْ لَا تَصْلُحُ الْمَسَرَّةُ بِغَيْرِ سُكُوْنِ الْقَلْبِ

(Dan tidak akan menjadi baik kegembiraan tanpa ada keamanan) Maksudnya tidak akan menjadi baik kegembiraan tanpa ketenangan hati 

(وَلَا الْغِنَى) بِالْمَالِ (بِغَيْرِ جُوْدٍ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [اَلسَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّارِ، وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيْدٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ، وَالْجَاهِلُ السَّخِيُّ أَحَبُّ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى مِنَ الْعَابِدِ الْبَخِيْلِ].

(Dan tidak akan menjadi baik kaya) Dengan harta (Tanpa kedermawanan) Telah bersabda Rassulullah [Orang yang dermawan itu dekat Allah dekat manusia dekat dekat surga jauh dari neraka sedangkan orang pelit itu jauh dari Allah jauh dari manusia jauh dari surga dekat dari neraka dan orang bodoh yang dermawan itu lebih disukai oleh Allah Ta'ala daripada seorang ahli ibadah yang pelit]

(وَلَا الْفَقْرَ بِغَيْرِ قَنَاعَةٍ) قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَك تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ].

(Dan tidak akan menjadi baik kefakiran tanpa qona'ah) Telah bersabda Rasulullah [Jadilah kamu orang yang wara' maka kamu akan menjadi manusia yang paling beribadah, dan jadilah kamu orang yang qona'ah maka kamu akan menjadi manusia paling bersyukur, dan cintailah manusia dengan sesuatu yang engkau cintai sesuatu itu untuk dirimu sendiri maka kamu akan menjadi orang yang beriman, dan berbaik-baiklah kamu bertetangga dengan orang yang menjadi tetanggamu maka kamu akan menjadi orang muslim, dan sedikitkanlah olehmu tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu bisa mematikan hati]. 

قَالَ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ الْمُبَارَكِ: إظْهَارُ الْغِنَى فِي الْفَقْرِ أَحْسَنُ مِنَ الْفَقْرِ.

Telah berkata Abdullah bin Mubarok: Menampakkan seakan-akan kaya dalam kefakiran itu lebih baik daripada kefakiran.

(وَلَا الرِّفْعَةُ) أَيْ فِى النَّسَبِ وَالْحَسَبِ (بِغَيْرِ تَوَاضُعٍ) وَهُوَ الْاِسْتِسْلَامُ لِلْحَقِّ وَتَرْكُ الْاِعْتِرَاضِ عَلَى الْحُكْمِ

(Dan tidak akan menjadi baik kemuliaan) Maksudnya kemuliaan dalam nasab dan status sosial (Tanpa kerendahan hati) Rendah hati adalah menyerahkan diri pada kebenaran dan meninggalkan penolakan terhadap hukum.

(وَلَا الْجِهَادُ) أَيْ اَلدُّعَاءُ إلَى الدِّيْنِ الْحَقِّ (بِغَيْرِ تَوْفِيْقٍ) وَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ فِعْلُ الْعَبْدِ مُوَافِقًا لِمَا يُحِبُّهُ اللّٰهُ تَعَالَى وَيَرْضَاهُ.

(Dan tidak akan menjadi baik jihad) Maksudnya menyeru pada agama yang benar (Tanpa taufik) Taufik adalah terbuktinya perbuatan seorang hamba sesuai dengan perkara yang Allah Ta'ala cinta pada perkara tersebut dan ridho pada perkara tersebut.

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِى ذَاتِ اللّٰهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Paling utamanya jihad adalah kamu memerangi nafsumu dan keinginanmu karena Allah]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَضْيَعُ الْأَشْيَاءِ) أَيْ أَشَدُّ الْأَشْيَاءِ هَلَاكًا (عَشَرَةٌ: عَالِمٌ لَا يُسْأَلُ عَنْهُ، وَعِلْمٌ لَا يُعْمَلُ بِهِ) قَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: اَلْعِلْمُ أَفْضَلُ خَلَفٍ وَالْعَمَلُ بِهِ أَكْمَلُ شَرَفٍ 

Maqolah yang keempat (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Paling sia-sianya perkara) Maksudnya perkara yang paling rusak (Itu ada sepuluh: Seorang alim yang tidak ditanya kepadanya, dan ilmu yang tidak diamalkan dengannya) Sebagian ahli sastra berkata: Ilmu adalah paling baiknya peninggalan, dan mengamalkan ilmu adalah paling sempurnanya kemuliaan  

(وَرَأْيٌ) أَيْ تَدْبِيْرٌ (صَوَابٌ لَا يُقْبَلُ، وَسِلَاحٌ لَا يُسْتَعْمَلُ، وَمَسْجِدٌ لَا يُصَلَّى فِيْهِ، وَمُصْحَفٌ لَا يُقْرَأُ فِيْهِ، وَمَالٌ لَا يُنْفَقُ مِنْهُ، وَخَيْلٌ لَا تُرْكَبُ، وَعِلْمُ الزُّهْدِ فِى بَطْنِ مَنْ يُرِيْدُ الدُّنْيَا) 

(Dan pendapat) Maksudnya perencanaan (Yang benar namun tidak diterima dan senjata yang tidak digunakan dan masjid yang tidak didirikan salat di dalamnya dan mushaf yang tidak dibaca dan harta yang tidak dinafkahkan darinya dan kuda yang tidak ditunggangi, dan ilmu zuhud yang ada di dalam hati orang yang menginginkan dunia)

وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنِ ازْدَادَ فِى الْعِلْمِ رُشْدًا فَلَمْ يَزْدَدْ فِى الدُّنْيَا زُهْدًا، لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللّٰهِ إلَّا بُعْدًا].

Dan benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang bertambah cerdas dalam ilmu tetapi tidak bertambah zuhud di dunia maka dia tidak akan bertambah dari Allah melainkan semakin jauh].

(وَعُمْرٌ طَوِيْلٌ لَا يَتَزَوَّدُ فِيْهِ لِسَفَرِهِ) إلَى الدَّارِ الْآخِرَةِ.

(Dan umur yang panjang tetapi tidak mempersiapkan bekal untuk perjalanannya) Menuju negeri akhirat

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (اَلْعِلْمُ خَيْرُ مِيْرَاثٍ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَكْرِمُوْا الْعُلَمَاءَ فَإِنَّهُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ فَمَنْ أَكْرَمَهُمْ فَقَدْ أَكْرَمَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.

Maqolah yang kelima (Telah berkata Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhahu (Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Muliakanlah oleh kalian ulama karena sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Barang siapa memuliakan ulama maka dia benar-benar telah memuliakan Allah dan Rasulnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam at-Thobroni.

(وَالْأَدَبُ خَيْرُ حِرْفَةٍ) أَيْ مَكْسَبٍ 

(Dan adab adalah sebaik-baiknya pekerjaan) Maksudnya pekerjaan 

(وَالتَّقْوَى خَيْرُ زَادٍ) لِلْآخِرَةِ. وَأَصْلُ التَّقْوَى اتِّقَاءُ الشِّرْكِ ثُمَّ بَعْدَهُ اتِّقَاءُ الْمَعَاصِي وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَعْدَهُ اتِّقَاءُ الشُّبُهَاتِ ثُمَّ تَدَعُ بَعْدَهُ الْفُضُلَاتِ كَذَا مِنْ أَبِي عَلِيٍّ الدَّقَّاقِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى 

(Dan takwa adalah sebaik-baiknya bekal) Untuk akhirat. Asal dari takwa adalah mengindari kemusyrikan kemudian setelah itu menghindari kemaksiatan dan berbagai keburukan kemudian setelah itu menghindari perkara-perkara syubhat kemudian hendaknya kamu meninggalkan setelah itu hal-hal yang tidak berguna. Penjelasan demikian ini dari Abu Ali ad-Daqoqi Rahimahullah.

(وَالْعِبَادَةُ) وَهِيَ نِهَايَةُ تَعْظِيْمِ اللّٰهِ تَعَالَى (خَيْرُ بِضَاعَةٍ) وَهِيَ مَا تُعَدُّ لِلتِّجَارَةِ مِنَ الْمَالِ

(Dan Ibadah) Ibadah adalah puncak pengagungan kepada Allah Ta'ala (Adalah sebaik-baiknya modal) Modal adalah sesuatu yang dipersiapkan untuk diperdagangkan dari harta benda. 

(وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ خَيْرُ قَائِدٍ) إلَى الْجَنَّةِ (وَحُسْنُ الْخُلُقِ خَيْرُ قَرِيْنٍ) لِصَاحِبِهِ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ 

(Dan amal sholeh adalah sebaik-baiknya penuntun) Menuju surga (Dan akhlak yang baik adalah sebaik-baiknya teman) bagi pemiliknya di dunia dan akhirat 

(وَالْحِلْمُ) وَهُوَ التَّأَنِّي فِى الْأُمُوْرِ وَحُسْنُ الْهَيْئَةِ (خَيْرُ وَزِيْرٍ) أَيْ مُعِيْنٍ فِى تَدْبِيْرِ الْأُمُوْرِ 

(Dan berlapang dada) Yaitu bersikap tenang dalam berbagai perkara dan baiknya tingkah laku (Adalah sebaik-baiknya penolong) Maksudnya pembantu dalam menata berbagai perkara

(وَالْقَنَاعَةُ) أَيْ الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ (خَيْرُ غِنًى) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ﴾ [النحل: الآية ٩٧] ، قَالَ كَثِيْرٌ مِنْ أَهْلِ التَّفْسِيْرِ: الْحَيَاةُ الطَّيِّبَةُ فِى الدُّنْيَا الْقَنَاعَةُ 

(Dan qonaah) Maksudnya ridho terhadap bagian (Adalah sebaik-baiknya kekayaan) Telah berfirman Allah Ta'ala: Barang siapa mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia adalah orang yang beriman Maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik﴿ [An-Nahl: Ayat 97]. Telah berkata kebanyakan dari ahli tafsir: Kehidupan yang baik di dunia adalah qona'ah

(وَالتَّوْفِيْقُ) لِلطَّاعَةِ وَفِى الطَّاعَةِ (خَيْرُ عَوْنٍ) لِلْأُمُوْرِ (وَالْمَوْتُ خَيْرُ مُؤَدِّبٍ) أَيْ مُعَلِّمٍ لِمَحَاسِنِ الْأَخْلَاقِ.

(Dan pertolongan dari Allah) Untuk melakukan keta'atan dan dalam melakukan keta'atan (Adalah sebaik-baiknya penolong) Untuk berbagai perkara (Dan mati adalah sebaik-baik guru) Maksudnya pengajar untuk memperbaiki akhlak.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةِ (قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [عَشَرَةٌ مِنْ هٰذِهِ الْأُمَّةِ) الْمُحَمَّدِيَّةِ (هُمْ كُفَّارٌ بِاللّٰهِ الْعَظِيْمِ ويَظُنُّوْنَ أَنَّهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ: 

Maqolah yang keenam (Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu Was-salam: [Ada sepuluh dari umat ini) Umat Muhammad (Mereka kafir kepada Allah yang maha agung dan mereka menyangka bahwa mereka adalah orang-orang beriman:

القَاتِلُ لِمُسْلِمٍ أَوْ ذَمِيٍّ بِغَيْرِ حَقٍّ، والسَّاحِرُ والدَّيُّوْثُ الَّذِيْ لَا يُغَارُ علَى أَهْلِهِ) أَيْ حُرَمِهِ مِنَ الزَّوْجَةِ وَالْبِنْتِ وَالْأُخْتِ.

Orang yang membunuh kepada orang muslim atau membunuh kepada kafir dzimmi tanpa hak, dan tukang sihir dan dayuts yang tidak cemburu terhadap keluarganya) Maksudnya orang-orang yang menjadi kehormatannya dari istri, anak perempuan dan saudara perempuan

1. Kafir Dzimmi adalah orang-orang yang tertutup hatinya dari agama islam tapi mereka hidup rukun dan damai bersama orang-orang islam.

2. Dayuts adalah seorang kepala rumah tangga yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap keluarganya. Dia membiarkan istri atau anak perempuannya atau saudara perempuannya bermaksiat dengan lelaki lain.

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ مِنَ الْغِيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللّٰهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللّٰهُ، وَإنَّ مِنَ الْخُيَلَاءِ مَا يُحِبُّ اللهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللّٰهُ، 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya di antara rasa cemburu ada rasa cemburu yang Allah sukai dan di antara rasa cemburu ada rasa cemburu yang Allah benci. Dan sesungguhnya di antara kesombongan ada kesombongan yang Allah sukai dan di antara kesombongan ada kesombongan yang Allah benci.

فَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِيْ يُحِبُّهَا اللّٰهُ فَالْغَيْرَةُ فِى الرِّيْبَةِ، وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِيْ يُبْغِضُهَا اللّٰهُ فَالْغَيْرَةُ فِى غَيْرِ الرِّيْبَةِ، 

Adapun rasa cemburu yang Allah menyukainya adalah rasa cemburu dalam hal yang mencurigakan. Dan adapun rasa cemburu yang Allah membencinya adalah rasa cemburu dalam selain hal yang mencurigakan

وَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِيْ يُحبُّهَا اللهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ فِى الْقِتَالِ وَاخْتِيَالُهُ عِنْدَ الصَّدَقَةِ، وَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِيْ يُبْغِضُهَا اللّٰهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ فِى الْبَغْيِ والْفَخْرِ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ.

Dan adapun kesombongan yang Allah menyukainya adalah sombongnya seseorang dalam peperangan dan sombongnya seseorang ketika bersedekah. Dan adapun kesombongan yang Allah membencinya adalah sombongnya seseorang dalam kedzoliman dan kebanggaan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Abu Daud dan Imam an-Nasai dan Imam Ibnu Hibban

1.

Yang dimaksud Allah menyukai orang yang sombong saat bersedekah adalah orang yang tidak ingin kalah dari orang lain ketika bersedekah. Ketika ada orang lain yang bersedekah lebih banyak dari yang dia sedekahkan maka dia berusaha untuk bersedekah lebih banyak lagi.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ اللّٰهَ تَعالَى لَا يَقْبَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الصَّقُوْرِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا، قِيْلَ: وَمَا الصَّقُوْرُ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ؟ قالَ: اَلَّذِيْ يُدْخِلُ عَلَى أَهْلِهِ الرِّجَالَ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak akan menerima pada hari kiamat dari seorang shoqur amalan sunnah dan amalan wajib. Ditanya: Apa shoqur itu wahai rasulallah? Nabi bersabda: Shoqur adalah orang yang memasukkan kepada keluarganya laki-laki lain] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari

1.

Di indonesia shoqur juga bisa dikatakan sebagai germo atau muncikari yaitu orang-orang yang menyediakan, menyalurkan dan memberikan akses pada sesuatu yang berkaitan dengan pelacuran. Hanya saja shoqur lebih dikhususkan ma'nanya pada seorang kepala keluarga yang menyewakan istrinya sendiri atau keluarganya untuk disetubuhi laki-laki lain.

(وَمَانِعُ الزَّكَاةِ) عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ 

(Dan orang yang menolak zakat) Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu berkata: Telah bersabda Rasulullah [Tidaklah dari orang yang mempunyai emas atau perak yang tidak menunaikan dari emas dan perak tersebut pada hak-hak kewajibannya melainkan ketika terjadi hari kiamat maka dibuatkan lempengan-lempengan bagi orang tersebut lempengan-lempengan besi dari api neraka kemudian dipanaskan lempengan-lempengan tersebut di neraka jahannam kemudian disetrika dengan lempengan tersebut lambungnya dan pelipisnya dan punggungnya 

كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ].

Setiap kali lempengan tersebut menjadi dingin maka di ulangi lagi untuknya dalam sehari. Ada kira-kiranya sehari itu adalah lima puluh ribu tahun hingga diselesaikan pengadilan antar hamba kemudian dia melihat jalannya bisa jadi ke surga dan bisa jadi ke neraka].

(وَشَارِبُ الْخَمْرِ) فِى الْحَدِيْثِ: [شَارِبُ الْخَمْرِ يُحْشَرُ والْكُوْزُ مُعَلَّقٌ فِى عُنقِهِ والْقَدَحُ فِى يَدِهِ وَهُوَ أَنْتَنُ مِنْ كُلِّ جِيْفَةٍ عَلَى الْأَرْضِ يَلْعَنُهُ كُلُّ مَنْ يَمُرُّ عَلَيْهِ مِنَ الْخَلْقِ]. 

(Dan orang yang meminum arak) Dalam sebuah hadits: [Orang yang meminum arak akan dikumpulkan dan bejana digantungkan pada lehernya dan gelas pada tangannya dan dia lebih busuk daripada setiap bangkai di bumi. Melaknat kepadanya setiap orang yang lewat padanya dari golongan manusia].

(وَمَنْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْحَجُّ فَلَمْ يَحُجَّ) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ﴾ [آل عمرَان: الآية ٩٧] أَيْ وَمَنْ تَرَكَ اِعْتِقَادَ وُجُوْبِ الْحَجِّ فَإِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنْهُ. 

(Dan orang yang telah wajib kepadanya haji kemudian dia tidak berhaji) Telah berfirman Allah Ta'ala: Barang siapa kufur maka sesungguhnya Allah maha tidak membutuhkan sesuatupun dari seluruh alam﴿ [Q.S Ali Imran: Ayat 97]. Maksudnya dan barang siapa yang meninggalkan keyakinan wajibnya haji maka sesungguhnya Allah maha tidak membutuhkan sesuatupun darinya 

رُوِيَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: [أَنَّهُ دَعَا لِأَمَّتِهِ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ، فَأَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِ: إِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُم مَا بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ، وَلَمْ أَغْفِرْ لَهُمْ ظُلْمَهُمْ بَعْضَهُمْ لِبَعْضٍ

Diriwayatkan dari Rasulullah [Sesungguhnya Rasul mendoakan untuk umatnya di sore hari di padang arofah dan nabi memintakan ampunan untuk umatnya kemudian Allah memberi wahyu kepada Rasul: Sungguh aku benar-benar telah memberikan ampunan bagi umatmu dosa antara aku dan umatmu dan aku tidak memberikan ampunan bagi umat kedzoliman mereka sebagian dari mereka dzolim kepada yang lain.

فَزَادَ فِى الْاِسْتِغْفَارِ وَقَالَ: إنَّكَ قَادِرٌ أَنْ تُرْضِيَ خُصُوْمَهُمْ، فَلَمْ يُجِبْهُ تِلْكَ اللَّیْلَةَ، فَلَمَّا كَانَ غَدَاةُ الْمُزْدَلِفَةِ أَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِ بِالْإِجَابَةِ فَتَبَسَّمَهُ وَقَالَ: عَجِبْتُ مِنْ عَدُوِّ اللّٰهِ إِبْلِيْسَ لَمَّا أَجَابَ اللّٰهُ لِيْ دُعَائِيْ صَاحَ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُوْرِ وَوَضَعَ التُّرَابَ عَلَى ڕَأْسِهِ].

Kemudian Rasul menambah dalam beristigfar dan berdoa: Sesungguhnya engkau dzat yang mampu untuk membuat ridho orang yang menuntut mereka. kemudian Allah tidak menjawab Rasul pada malam itu. Kemudian ketika terjadi pagi hari di muzdalifah Allah memberi wahyu kepada Rasul dengan pengkabualn doa kemudian Rasul tersenyum dan bersabda: Aku heran kepada musuh Allah yakni Iblis ketika Allah mengabulkan doaku dia berteriak celaka dan binasa dan menaruh tanah di atas kepalanya].

(وَالسَّاعِي فِى الْفِتَنِ) أَيْ اَلْعَامِلُ فِى أَسْبَابِ الْفِتَنِ (وَبَائِعُ السِّلَاحِ) وَهِيَ كُلُّ عِدَّةٍ لِلْحَرْبِ (مِنْ أَهْلِ الْحَرْبِ) وَمِنْ بِمَعْنَى اللَّامِ

(Dan orang yang kesana kemari menyebar fitnah) Maksudnya orang yang membuat-buat sebab-sebab terjadinya fitnah (Dan orang yang menjual senjata) Yaitu segala persiapan untuk perang (Untuk kafir harbi)  Dan huruf مِنْ bermakna ل

(وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ) أَيْ اَلزَّوْجَةِ (فِى دُبُرِهَا، وَنَاكِحُ ذَاتِ رَحِمٍ مَحْرَمٍ) أَيْ وَاطِىءُ ذِيْ قَرَابَةٍ مَحْرَمٍ بِمِلْكٍ أَوْ غَيْرِهِ (إِنْ عَلِمَ) أَيْ ظَنَّ (هٰذِهِ الْأَفْعَالَ حَلَالًا كَفَرَ) أَمَّا إِذَا اعْتَقَدَ أَنَّهَا حَرَامٌ فَلَا يَكْفُرُ.

(Dan orang yang menikahi wanita) Maksudnya istrinya (Pada dzuburnya, dan orang yang menikahi saudara mahramnya) Maksudnya orang yang menjimak kerabatnya yang menjadi mahrom karena hubungan budak atau yang lain (Jika ia mengetahui) Maksudnya menduga kuat (Perbuatan-perbuatan ini halal maka dia kafir) Adapun jika ia meyakini sesungguhnya perbuatan-perbuatan ini haram maka dia tidak kafir.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [لَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ فِى السَّمَاءِ وَلَا فِى الْأَرْضِ مُؤْمِنًا حَتَّى يَكُوْنَ وَصُوْلًا) أَيْ مُتَلَطِّفًا لِلنَّاسِ

Maqolah yang ketujuh (Telah bersabda Nabi : [Tidaklah menjadi seorang hamba baik di langit maupun di bumi benar-benar menjadi orang yang beriman hingga hamba tersebut benar-benar menyambung tali silaturrahmi) Maksudnya lemah lembut kepada manusia

(وَلَا يَكُوْنُ وَصُوْلًا حَتَّى يَكُوْنَ مُسْلِمًا) أَيْ مُنْقَادًا

(Dan tidaklah benar-benar menyambung tali silatur rahmi hingga dia benar benar menjadi muslim) Maksudnya patuh

(وَلَا يَكُوْنُ مُسْلِمًا حَتَّى يَسْلَمَ النَّاسُ مِنْ يَدِهِ وَلِسَانِهِ) أَيْ فَلَا يُؤْذِي النَّاسَ بِلِسَانِهِ وَلَا بِيَدِهِ

(Dan tidaklah benar-benar menjadi muslim hingga selamat manusia dari tangannya dan lidahnya) Makusdnya tidak menyakiti manusia dengan lidahnya dan tidak menyakiti manusia dengan tangannya

(وَلَا يَكُوْنُ مُسْلِمًا حَتَّى يَكُوْنَ عَالِمًا، وَلَا يَكُوْنُ عَالِمًا حَتَّى يَكُوْنَ بِالْعِلْمِ عَامِلًا، وَلَا يَكُوْنُ بِالْعِلْمِ عَامِلًا حَتَّى يَكُوْنَ زَاهِدًا) وَالزُّهْدُ تَرْكُ رَاحَةِ الدُّنْيَا طَلَبًا لِرَاحَةِ الْآخِرَةِ

(Dan tidaklah benar-benar menjadi muslim hinga dia benar-benar menjadi orang yang berilmu, dan tidaklah benar-benar menjadi orang yang berilmu hinga dia benar-benar mengamalkan, dan tidaklah benar-benar menjadi orang yang mengamalkan ilmu hingga dia benar-benar menjadi zuhud) Zuhud adalah meninggalkan kenyamanan-kenyamanan dunia karena mencari kenyamanan akhirat.

(وَلَا يَكُوْنُ زَاهِدًا حَتَّى يَكُوْنَ وَرِعًا) وَالْوَرَعُ مُلَازَمَةُ الْأَعْمَالِ الْجَمِيْلَةِ. قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ الرَّازِيّ: كَيْفَ يَكُوْنُ زَاهِدًا مَنْ لَا وَرَعَ لَهُ، تَوَرَّعْ عَمَّا لَيْسَ لَكَ ثُمَّ ازْهَدْ فِيْمَا لَكَ. اهُ.

(Dan tidaklah benar-benar menjadi zuhud hingga dia benar-benar menjadi wara') Wara' adalah senantiasa melakukan amal-amal yang baik. Telah berkata Yahya bin Mu'ad Ar-Razi: Bagaimana mungkin menjadi zuhud orang yang tidak ada sifat wara' padanya. Berwira'ilah kamu dari apa-apa yang bukan milikmu kemudian zuhudlah kamu dalam harta yang menjadi milikmu.

(وَلَا يَكُوْنُ وَرِعًا حَتَّى يَكُوْنَ مُتَوَاضِعًا) عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ يَعُوْدُ الْمَرِيْضَ، وَيُشَيِّعُ الْجَنَائِزَ، وَيَرْكَبُ الْحِمَارَ، وَيُجِيْبُ دَعْوَةَ الْعَبْدِ.

(Dan tidaklah benar-benar menjadi wara' hingga dia benar-benar menjadi orang yang tawadhu') Dari Anas bin Malik berkata: Adalah Rasulullah beliau menjenguk orang sakit,  mengantarkan jenazah, menunggangi himar, dan memenuhi undangan dari seorang budak.

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَانَ حَسَنَ الصُّوْرَةِ فِى حَسَبٍ لَا يَشِيْنُهُ مُتَوَاضِعًا كَانَ مِنْ خَالِصِ أَهْلِ اللّٰهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang bagus rupanya dalam derajat sosial, dia tidak menjatuhkan kehormatannya dan ia tetap rendah hati, maka jadilah ia termasuk yang khusus di antara wali-wali Allah pada hari kiamat] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim

(وَلَا يَكُوْنُ مُتَوَاضِعًا حَتَّى يَكُوْنَ عَارِفًا بِنَفْسِهِ) قَالَ الشَّاعِرُ:

(Dan tidaklah benar-benar menjadi tawadhu' hingga dia benar-benar menjadi orang yang mengerti tentang dirinya sendiri)  Telah berkata seorang penya'ir:

يَا ابْنَ آدَمَ لَا تَغْرُرْكَ عَافِيَةٌ   $   عَلَيْكَ شَامِلَةٌ فَالْعُمْرُ مَعْدُوْدٌ

Wahai anak adam jangan sampai menipu kepadamu keadaan sehat   $ atas dirimu yang menyeluruh karena umur itu terhitung

 

مَا أَنْتَ إلَّا كَزَرْعٍ عِنْدَ خُضْرَتِهِ  $  لِكُلِّ شَيْءٍ مِنَ الْآفَاتِ مَقْصُوْدٌ

Tidaklah kamu melainkan seperti tanaman ketika hijaunya tanaman tersebut  $  bagi segala sesuatu dari berbagai penyakit dijadikan sasaran

 

فَإِنْ سَلِمْتَ مِنَ الْآفَاتِ أَجْمَعِهَا  $  فَأَنْتَ عِنْدَ كَمَالِ الْأَمْرِ مَحْصُوْدٌ

Jika kamu selamat dari berbagai penyakit seluruhnya $  Maka kamu ketika sudah sempurna akan dipanen

 

(وَلَا يَكُوْنُ عَارِفًا بِنَفْسِهِ حَتَّى يَكُوْنَ عَاقِلًا فِى الْكَلَامِ]). قَالَ بِشْرُ بْنُ الْحَارِثِ: إِذَا أَعْجَبَكَ الْكَلَامُ فَاصْمُتْ، وَإِذَا أَعْجَبَكَ الصَّمْتُ فَتَكَلَّمْ.

(Dan tidaklah benar benar bisa menjadi orang yang mengerti tentang diri sendiri hingga dia benar-benar menjadi orang yang berakal dalam ucapannya) Telah berkata Bisyr bin Harits: Jika kamu merasa takjub untuk berbicara maka diamlah dan jika kamu merasa takjub untuk diam maka berbicaralah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (قِيْلَ: رَأَى يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ الرَّازِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ فَقِيْهًا) أَيْ عَالِمًا بِالْفِقْهِ (رَاغِبًا فِى الدُّنْيَا) أَيْ مُتَوَجِّهًا إلَيْهَا 

Maqolah yang ke delapan (Dikatakan: Telah melihat Yahya bin Mu'ad ar-Razi Rahimahullah kepada seorang ulama fikih) Maksudnya seorang yang berilmu dalam bidang fikih (Yang cinta pada dunia) Yaitu yang menghadap kepada dunia

(فَقَالَ:) أَيْ يَحْيَى (يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ وَالسُّنَّةِ) أَيْ عِلْمِ حَدِيْثِ النَّبِيِّ ﷺ (قُصُوْرُكُمْ) أَيْ دِيَارُكُمُ الْكَبِيْرَةُ (قَيْصَرِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى قَيْصَرَ وَهُوَ مَلِكُ الرُّوْمِ 

(Kemudian dia berkata:) Maksudnya Yahya (Wahai pemilik ilmu dan sunnah) Maksudnya ilmu tentang hadits Nabi  (Istana-istana kalian) Maksudnya rumah-rumah kalian yang besar (Itu seperti rumah para kaisar) Dinisbatkan pada kaisar yaitu raja romawi

(وَبُيُوْتُكُمْ كِسْرَوِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى كِسْرَى وَهُوَ مَلِكُ الْفُرْسِ 

(Dan ruma-rumah kalian itu seperti rumah para raja persi) Dinisbatkan pada lafadz kisro yaitu raja persi

(وَمَسَاكِنُكُمْ قَارُوْنِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى قَارُوْنَ مِنْ قَوْمِ سَيِّدِنَا مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ 

(Dan tempat tinggal kalian itu seperti tempat tinggal Qorun) Dinisbatkan kepada Qorun dari kaum tuan kita musa Alaihissalam

(وَأَبْوَابُكُمْ طَالُوْتِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى قَوْمِ طَالُوْتَ كَانَ مِنَ الْمُلُوْكِ وَأَبْوَابُ بُيُوْتِهِمْ عَالِيَةٌ 

(Dan pintu-pintu kalian itu seperti pintu-pintu bangsa Tholut) Dinisbatkan kepada kaum Tolut. Tolut adalah termasuk seorang raja dan pintu-pintu rumah mereka itu tinggi tinggi.

(وَثِيَابُكُمْ جَالُوْتِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى جَالُوْتَ الَّذِي قَتَلَهُ سَيِّدُنَا دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ 

(Dan baju-baju kalian itu seperti baju Jalut) Dinisbatkan kepada Jalut yang telah membunuh padanya oleh tuan kita Daud Alaihis Salam

(وَمَذَاهِبُكُمْ) أَيْ طُرُقُكُمْ فِى الدِّيْنِ (شَيْطَانِيَّةٌ، وَضِيَاعُكُمْ) أَيْ عَقَارَاتُكُمْ أَوْ صَنَاعَاتُكُمْ (مَرْوَانِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى مَرْوَانَ بْنِ الْحَكَمِ كَانَ مُلُوْكُ الشَّامِ مِنْ أَوْلَادِهِ 

(Dan madzhab-madzhab kalian) Maksudnya toriqoh-toriqoh kalian di dalam beragama (Itu seperti madzhab setan, dan aset-aset kalian) Maksudnya pekarangan-pekarangan kalian atau pabrik-pabrik kalian (Itu Seperti aset-aset bangsa marwan) Dinisbatkan kepada Marwan bin Hakam dia itu termasuk dari para raja negri Syam dari anak cucu Hakam

(وَوِلَايَتُكُمْ) عَلَى الْبِلَادِ (فِرْعَوْنِيَّةٌ) نِسْبَةٌ إلَى فِرْعَوْنَ 

(Dan wilayah-wilayah kalian) Di atas negara-negara (Itu seperti wilayah-wilayah Fir'aun) Dinisbatkan kepada Fir'aun

(وَقُضَاتُكُمْ عَاجِلِيَّةٌ) أَيْ مُسْتَعْجِلُوْنَ فِى الْأَحْكَامِ مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ (أَصْحَابُ رِشْوَةٍ) وَهُوَ مَا يُعْطِي الشَّخْصُ لِلْحَاكِمِ لِيَحْكُمَ لَهُ أَوْ يُحَمِّلُهُ عَلَى مَا يُرِيْدُ (غَشَّاشَةٌ) أَيْ أَيْدِيهِمْ بِالْخِيَانَةِ رَشَّاشَةٌ كَمَا فِي الْأَسَاسِ 

(Dan hakim-hakim kalian itu tergesa-gesa,) Maksudnya mereka semua tergesa-gesa dalam memutuskan hukum tanpa berfikir (Penerima suap,) Yaitu sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim agar hakim memutuskan hukum untuknya atau agar dia dapat mempengaruhi hakim pada sesuatu yang dia inginkan (Penipu) Maksudnya tangan-tangan mereka memercikkan pengkhianatan sebagaimana dalam kitab al-Asas

(وَأَئِمَّتُكُمْ جَاهِلِيَّةٌ فَأَيْنَ الْمُحَمَّدِيَّةُ) أَيْ فَأَيْنَ السِّيَرُ الْمُحَمَّدِيَّةُ.

(Dan pemimpin-pemimpin kalian adalah bangsa jahiliyah. Maka dimanaka ajaran Nabi Muhammad ?) Maksudnya maka dimanakah jalan hidup yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad ?

وَقَالَ الشَّاعِرُ:

Telah berkata seorang penyair:

(أَيُّهَا الْمُنَاجِي رَبَّهُ بِأَنْوَاعِ الْكَلَامِ   $  وَالطَّالِبُ مَسْكَنُهُ فِى دَارِ السَّلَامِ


Wahai orang yang bermunajat kepada tuhannya dengan berbagai bahasa  $ Dan wahawi orang yang sedang mencari tempat tinggalnya di surga

 

 

وَالْمُسَوِّفُ لِلتَّوْبَةِ عَامًا بَعْدَ عَامٍ   $  وَمَا أَرَاكَ مُنْصِفًا لِنَفْسِكَ بَيْنَ الْأَنَامِ

Wahai orang yang menunda taubatnya tahun demi tahun $  Kenapa aku tidak melihat dirimu sebagai orang yang benar-benar insyaf

untuk dirimu sendiri di antara umat manusia

 

إِنَّكَ لَوْ رَافَقْتَ يَوْمَكَ يَا غَافِلٌ بِالصِّيَامِ  $   وَأَحْيَيْتَ طُوْلَ لَيْلِكَ بِالْقِيَامِ

Sungguhlah engkau hei orang-orang yang lalai. Andai engkau menemani harimu dengan puasa  $  Dan engkau menghidupkan sepanjang malammu dengan bangun malam

 

وَاقْتَصَرْتَ بِالْقَلِيْلِ مِنَ الْمَاءِ وَالطَّعَامِ  $   لَكُنْتَ أَحْرَى أَنْ تَنَالَ شَرَفَ الْمَقَامِ

Dan kamu membatasi sedikit saja dari air dan makanan   $  Niscaya engkau menjadi lebih pantas untuk bisa memperoleh kedudukan yang mulia

 

وَالْكَرَامَةَ الْعَظِيْمَةَ مِنْ رَبِّ الْأَنَامِ  $   وَالرِّضْوَانَ الْأَكْبَرَ مِنْ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ)

Dan kemuliaan yang agung dari dzat yang mengurus dan mengatur manusia  $  Dan keridhoan yang paling agung dari Allah yang mempunyai sifa maha agung dan maha mulia


وَقَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:

Telah berkata seorang penyair dari bahar thowil:

 

تَخَيَّرْ خَلِيْلًا مِنْ فِعَالِكَ إِنَّهُ $  قَرِيْنُ الْفَتَى فِى الْقَبْرِ مَا كَانَ يَفْعَلُ

Pilihlah olehmu seorang teman dari perbuatanmu sendiri. Sesungguhnya  $  Akan menjadi teman seorang pemuda di alam kuburnya apa apa yang telah dia kerjakan

فَإِنْ كُنْتَ مَشْغُوْلًا بِشَيْءٍ فَلَا تَكُنْ  $   بِغَيْرِ الَّذِيْ يَرْضَى بِهِ اللّٰهُ تُشْغَلُ

Jika kamu sibuk dengan melakukan sesuatu maka janganlah kamu  $   Disibukkan dengan selain perkara yang Allah ridhoi

فَلَنْ يَصْحَبَ الْإِنْسَانَ مِن بَعْدِ مَوْتِهِ  $   إِلَى قَبْرِهِ إلَّا الَّذِيْ كَانَ يَعْمَلُ

Karena tidak akan menyertai manusia setelah dia mati  $   Ke alam kuburnya kecuali sesuatu yang telah dia kerjakan

أَلَا إِنَّمَا الْإِنْسَانَ ضَيْفٌ لِأَهْلِهِ  $   يُقِيْمُ قَلِيْلًا عِنْدَهُمْ ثُمَّ يَرْحَلُ

Ingatla sesungguhnya manusia itu hanya ibarat tamu bagi keluarganya  $   Dia bermukim sejenak disisi keluarganya kemudian dia pergi

وَقَالَ الشَّاعِرُ:

Dan telah berkata seorang penyair:


سَأَلْتُ الدَّارَ تُخْبِرُنِيْ عَنِ الْأَحْبَابِ مَا فَعَلُوْا  $   فَقَالَتِ الدَّارُ لِيْ قَامُوْا قَلِيْلًا وَقَدْ رَحِلُوْا

Aku bertanya kepada rumah agar dia mengabarkan kepadaku tentang orang-orang terkasih apa saja yang mereka lakukan  $   Lalu berkatalah rumah tersebut kepadaku mereka bermukim sejenak dan mereka benar-benar telah pergi

فَقُلْتُ: يَا دَارُ أَيْنَ رَاحُوْا فَأَطْلُبُهُمْ  $   وَأَيُّ مَنْزِلٍ تَرَى يَا دَارُ فِيْهِ نَزَلُوْا

Kemudian aku berkata: Wahai rumah kemana mereka pergi maka aku akan mencari merka $   Dan tempat tinggal mana yang engkau lihat wahai rumah yang di dalamnya mereka tinggal

فَقَالَتِ الدَّارُ: قَدْ سَكَنُوا الْقُبُوْرَ  $   وَقَدْ لَقُوْا قَرِيْنَهُمْ وَاللّٰهِ مَا عَمِلُوْا

Maka rumah berkata: Mereka benar-benar telah tinggal di kuburan  $  Dan mereka benar-benar telah bertemu teman mereka demi Allah teman mereka adalah sesuatu yang telah mereka amalkan

يَا بِئْسَ غَرَّتْهُمْ آمَالُهُمْ وَغَدَرٌ   $   يَا سَائِلِيْ بِهِمْ مُنْيَةُ الْأَجَلُ

Hai orang yang bertanya kepadaku tentang mereka! kematian itu pasti $  Aduhai betapa celakanya, telah menipu kepada mereka semua lamunan-lamunan kosong mereka dan pengkhianatan

وَفِى الصَّحَائِفِ كُلٌّ كَائِنَةٌ مِنْ قَبِيْحٍ  $   مَا كَانَتِ الْقَوْمُ تَفْعَلُ بِهِ زَلَلٌ

Dan di dalam lembaran-lembaran amal mereka semua ada perbuatan-perbuatan buruk  $   Apa saja yang suatu kaum lakukan dengan perbuatan buruk menjadikan mereka tergelincir

إِنْ يَسْتَغِيْثُوْا فَلَا أَحَدٌ يُغِيْثُهُمْ  $  وَلَا لَهُمْ مَلْجَأٌ فِيْهَا وَلَا حِيَلٌ

Jika mereka meminta pertolongan maka tiada seorangpun yang bisa menolong mereka   $  Tidak pula ada bagi mereka tempat berlindung dan juga tidak ada daya

إِلَّا حَزَانَى نَدَامَى فِى قُبُوْرِهِمْ   $  وَلَيْسَ يُغْنِي نَدَمٌ لِلْقَوْمِ وَقَدْ حُصِّلُوْا

Dan sudah tidak berguna penyesalan bagi suatu kaum sedang mereka telah dihisab   $   Melainkan orang-orang yang berduka dan orang-orang yang penuh penyesalan di alam kubur mereka

 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: عَشَرَةُ خِصَالٍ يُبْغِضُهَا اللّٰهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنْ عَشَرَةِ أَنْفُسٍ) أَيْ أَكْثَرُ بُغْضًا مِنْ غَيْرِهِمْ 

Maqolah yang kesembilan (Telah berkata sebagian dari para hukama: Ada sepuluh perkara yang Allah Subanahu Wata'ala membencinya dari sepuluh orang) Maksudnya yang paling dibenci dari pada selain sepuluh orang tersebut

1.

Sepuluh perkara ini adalah sifat-sifat tercela yang dibenci oleh Allah, dan jika dilakukan oleh sepuluh jenis orang berikut ini, maka hal itu lebih dibenci oleh Allah. 

(الْبُخْلُ مِنْ الْأَغْنِيَاءِ) قَالَ حَكِيْمٌ: اَلْبُخْلُ مَحْوُ صِفَاتِ الْإِنْسَانِيَّةِ وَإِثْبَاتُ عَادَاتِ الْحَيَوَانِيَّةِ 

(Kikir dari kalangan orang-orang kaya) Telah berkata Hakim: Pelit itu menghapus sifat-sifat kemanusiaan dan pelit itu menetapkan kebiasaan-kebiasaan kebinatangan.

(وَالْكِبْرُ مِنَ الْفُقَرَاءِ) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [إذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ. وَالرِّوَايَةُ الْمَشْهُورَةُ بِرَفْعِ كَافِ أَهْلَكُهُمْ وَرُوِيَ بِنَصْبِهَا، 

(Dan sombong dari kalangan orang-orang fakir) Dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu Sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Jika seseorang berkata manusia telah binasa maka dialah orang yang paling binasa di anatar mereka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Muslim. Dan riwayat yang paling masyhur adalah dengan merofakan huruf ك pada lafadz أهلكهم dan diriwayatkan pula dengan menashobkannya

وَهٰذَا النَّهْيُ لِمَنْ قَالَ ذٰلِكَ عَجَبًا بِنَفْسِهِ وَتَصَاغُرًا لِلنَّاسِ وَارْتِفَاعًا عَلَيْهِمْ فَهٰذَا هُوَ الْحَرَامُ ، وَأَمَّا مَنْ قَالَهُ لِمَا يَرَى فِى النَّاسِ مِنْ نَقْصٍ فِى أَمْرِ دِينِهِمْ وَقَالَهُ تَحَزُّنًا عَلَيْهِمْ وَعَلَى الدِّينِ فَلَا بَأْسَ بِهِ، هَكَذَا فَسَّرَهُ الْعُلَمَاءُ. 

Dan larangan ini bagi orang yang mengatakan hal itu karena ujub pada dirinya dan karena merendahkan manusia dan karena merasa lebih tinggi atas mereka maka ini adalah haram. Adapun orang yang mengatakan hal itu karena apa yang dia lihat di kalangan manusia karena kekurangan dalam urusan agama mereka dan dia mengucapkannya karena prihatin kepada mereka dan atas agama maka tidak apa apa mengucapkannya. Demikian ini telah menafsirkannya para ulama

(وَالطَّمَعُ مِنَ الْعُلَمَاءِ) قِيْلَ لَمَّا نَطَقَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ بِذِكْرِ الطَّمَعِ فَقَالَ: ﴿لَوْ شِئْتَ لَنَخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا﴾ [الْكَهْفِ: الْآيَةُ ٧٧] قَالَ الْخَضِرُ لَهُ: ﴿هَذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَ﴾ [الكَهْفِ: الْآيَةُ ٧٨] 

(Dan serakah dari kalangan ulama) Dikatakan ketika berucap Nabi Musa Alaihis Salam dengan mengungkapkan rasaa tamak dengan berkata Seandainya engkau hendaki niscaya engkau mengambil atas hal itu upah﴿ [Q.S Al-Kahfi: Ayat 77] Berkata Nabi Khidir kepada Nabi Musa Ini adalah perpisahan antara diriku dan dirimu﴿ [Q.S Al-Kahfi: Ayat 78]

وَقِيْلَ لَمَّا قَالَ ذٰلِكَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَفَ بَيْنَ يَدَيْهِمَا ظَبْيٌ وَكَانَا جَائِعَيْنِ، الْجَانِبُ الَّذِي يَلِي مُوسَى غَيْرُ مَشْوِيٍّ وَالْجَانِبُ الَّذِي يَلِي الْخَضِرَ مَشْوِيٌّ. 

Dan dikatakan ketika Nabi Khidir mengatakan itu kepada Nabi Musa Alaihis Salam maka berdiri di hadapan keduanya seekor kijang dan keduanya sedang lapar. Bagian yang didekat Nabi Musa tidak dipanggang sedangkan bagian yang didekat Nabi Khidir sudah dipanggang.

(وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ مِنَ النِّسَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَيَاءٌ فَلَا دِيْنَ لَهُ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَيَاءٌ فِى الدُّنْيَا لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

(Dan sedikitnya rasa malu dari kalangan wanita) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang tidak ada padanya sifat malu maka tidak ada agama baginya, Dan barang siapa yang tidak ada padanya sifat malu di dunia maka dia tidak akan masuk surga] Tela meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami

(وَحُبُّ الدُّنْيَا مِنَ الشُّيُوْخِ) قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْمَرَاغِيُّ: اَلْعَاقِلُ مَنْ دَبَّرَ أَمْرَ الدُّنْيَا بِالْقَنَاعَةِ وَالتَّسْوِيْفِ وَأَمْرَ الْآخِرَةِ بِالْحِرْصِ وَالتَّعْجِيْلِ وَأَمْرَ الدِّينِ بِالْعِلْمِ وَالْاِجْتِهَادِ. 

(Dan cinta dunia dari kalangan orang yang sudah tua) Telah berkata Abu Bakar al-Marogi: Orang yang berakal adalah orang yang mengatur urusan dunia dengan qona'ah dan penundaan dan mengatur urusan akhirat dengan semangat dan bersegera dan mengatur urusan agama dengan ilmu dan bersungguh sungguh.

(وَالْكَسَلُ) فِى الْأَعْمَالِ (مِنَ الشُّبَّانِ وَالْجَوْرِ مِنَ السُّلْطَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَرْضَى سُلْطَانًا بِمَا يُسْخِطُ رَبَّهُ خَرَجَ مِنْ دِيْنِ اللّٰهِ تَعَالَى] رَوَاهُ الْحَاكِمُ . 

(Dan malas) Dalam beramal (Dari kalangan pemuda dan ketidak adilan dari kalangan raja) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang membuat ridho hati seorang raja dengan cara yang membuat tuhannya murka maka dia keluar dari agam Allah Ta'ala]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim

(وَالْجُبْنُ مِنَ الْغُزَاةِ) وَهُوَ ضَعْفُ الْقَلْبِ يُحْجِمُ بِهِ عَنْ لِقَاءِ الْعَدُوِّ 

(Dan sifat penakut dari kalangan pejuang) Yaitu kelemahan hati yang membuat dia mundur sebab takut dari bertemu musuh 

(وَالْعُجْبُ مِنَ الزُّهَّادِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ حَمِدَ نَفْسَهُ عَلَى عَمَلٍ صَالِحٍ فَقَدْ ضَلَّ شُكْرُهُ وَحَبِطَ عَمَلُهُ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ. 

(Dan ujub dari kalangan ahli zuhud) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang memuji pada dirinya atas amal sholeh maka benar-benar telah hilang syukurnya dan terhapus pahala amalnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nuaim

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ أَحَدٍ يَلْبَسُ ثَوْبًا لِيُبَاهِيَ بِهِ فَيَنْظُرُ النَّاسُ إلَيْهِ إلَّا لَمْ يَنْظُرِ اللّٰهُ إلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَنْزِعَهُ مَتَى مَا نَزَعَهُ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seorangpun yang mengenakan pakaian untuk berbangga-bangga dengan pakaian itu sehingga manusia melihat kepadanya melainkan Allah tidak akan mlihat kepadanya pada hari kiamat sehingga dia melepas pakaian itu kapanpun dia melepasnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam at-Thobroni

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [وَيْحَ ابْنِ آدَمَ كَيْفَ يَزْهُو وَإِنَّمَا هُوَ جِيْفَةٌ يُؤْذِي مَنْ مَرَّ بِهِ ابْنُ آدَمَ مِنَ التُّرَابِ خُلِقَ وَإِلَيْهِ يَصِيْرُ] رواه الديلمي.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Celakalah anak adam. Bagaimana dia bisa menyombongkan diri padahal sesungguhnya dia hanyalah bangkai yang mengganggu orang-orang yang melewatinya. Anak adam itu dari tanah dia diciptakan dan kepada tanah dia akan kembali] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami

(وَالرِّيَاءُ مِنَ الْعِبَادِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إيَّاكُمْ أَنْ تَخْلِطُوْا طَاعَةَ اللّٰهِ بِحُبِّ ثَنَاءِ الْعِبَادِ فَتُحْبِطَ أَعْمَالُكُمْ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

(Dan sifat riya dari kalangan para hamba) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Waspadalah kalian agar tidak mencampur aduk ketaatan kepada Allah dengan cinta pujian dari para hamba sehingga dihapus pahala amalan-amalan kalian] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Dailami

وَأَمَّا وُجُوْدُ الْحَمْدِ مِنَ النَّاسِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُحِبَّهُ فَلَا بَأْسَ بِهِ لِأَنَّهُ لَيْسَ رِيَاءً 

Adapun adanya pujian dari manusia tanpa dia suka dipuji manusia maka tidak apa apa atas pujian tersebut karena itu bukan riya

كَمَا رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: [أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Sebagaimana telah diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiallahu Anhu berkata: Ditanyakan kepada Rasulullah [Bagaimana pendapat anda tentang seseorang yang mengerjakan suatu amal dari amal baik kemudian memuji kepadanya manusia karena amalan tersebut? Maka Rasulullah bersabda: Itu adalah berita gembira yang didahulukan untuk orang yang beriman] Telah meriwayatkan kepada hadits ini Imam Muslim

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [اَلْعَافِيَةُ عَلَى عَشَرَةِ أَوْجُهٍ، خَمْسَةٌ فِى الدُّنْيَا وَخَمْسَةٌ فِى الْآخِرَةِ. فَأَمَّا الَّتِي فِى الدُّنْيَا) فَهِيَ (اَلْعِلْمُ وَالْعِبَادَةُ وَالرِّزْقُ مِنَ الْحَلَالِ) فِى الْمَطَاعِمِ وَالْمَلَابِسِ 

Maqolah yang kesepuluh (Telah bersabda Rasulullah : [Kesejahteraan itu ada sepuluh macam. Lima di dunia dan lima di akhirat. Adapun yang di dunia) Yaitu (Ilmu, ibadah, rizki dari yang halal,) Pada makanan dan pakaian

(وَالصَّبْرُ عَلَى الشِّدَّةِ). سُئِلَ الْجُنَيْدُ قَدَّسَ سِرَّهُ عَنِ الصَّبْرِ فَقَالَ: تَجَرُّعُ الْمِرَارَةَ مِنْ غَيْرِ تَعْبِيْسٍ، وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: الصَّبْرُ مِنَ الْإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ. 

(Sabar atas musibah) Ditanya Imam Junaid Qoddasa Sirrohu tentang sabar. Maka dia berkata: Sabar adalah menelan kepahitan tanpa menunjukkan wajah yang masam. Dan berkata Ali bin Abi Tholib Karromallahu Wajhah: Sabar dalam iman itu seperti kedudukan kepala pada jasad

(وَالشُّكْرُ عَلَى النِّعْمَةِ) وَشُكْرُ الْعَبْدِ عَلَى الْحَقِيْقَةِ إنَّمَا هُوَ نُطْقُ اللِّسَانِ وَإِقْرَارُ الْقَلْبِ بِإِنْعَامِ اللّٰهِ تَعَالَى

(Dan bersyukur atas kenikmatan) Syukur seorang hamba pada hakikatnya hanyalah merupakan ucapan lisan dan pengakuan hati atas nikmat-nikmat dari Allah Ta'ala.

(وَأَمَّا الَّتِيْ فِى الْآخِرَةِ فَإِنَّهُ يَأْتِيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ بِالرَّحْمَةِ وَاللُّطْفِ) أَيْ الرِّفْقِ عِنْدَ نَزْعِ رُوْحِهِ، 

(Dan adapun yang di akhirat maka sesungguhnya lima kesejahtraan itu adalah datang kepadanya malaikat maut dengan kasih sayang dan kelembutan,) Maksudnya dengan kelembutan saat mencabut ruhnya.

وَالثَّانِي (لَا يُرَوِّعُهُ) أَيْ لَا يُفْزِعُهُ (مُنْكَرٌ) بِفَتْحِ الْكَافِ (وَنَكِيْرٌ فِى الْقَبْرِ) بَلْ يُؤْنِسُهُ ،

Dan yang kedua adalah (Tidak membuatnya takut) Maksudnya tidak membuatnya kaget (Malaikat Munkar) Lafadz منكر Dengan memfathahkan huruf ك (Dan Malaikat Nakir di dalam kubur,) Tetapi justru menhiburnya

وَمَجِيْءُ مَلِكٍ عِنْدَ الْقَبْضِ لَيْسَ مِنَ الْآخِرَةِ بَلْ مِنَ الدُّنْيَا وَكَذَا الْمَيِّتُ فِى الْقَبْرِ فإِنَّ الْقَبْرَ يُقَالُ لَهُ بَرْزَخٌ لَكِنْ لَمَّا كَانَ وَقْتُ الْمَوْتِ يَقْرُبُ مِنْ أَحْوَالِ الْآخِرَةِ يُقَالُ لَهُ الْآخِرَةُ فَكُلُّ مَا قَارَبَ شَيْئًا يُعْطَى حُكْمُهُ.

Dan datangnya malaikat saat pencabutan nyawa itu bukan termasuk akhirat, melainkan masih bagian dari dunia dan begitu juga orang yang mati di dalam kubur karena sesungguhnya kubur disebut baginya sebagai alam barzakh namun karena waktu kematian dekat dari keadaan akhirat maka dikatakan namanya akhirat. Segala sesuatu yang mendekati sesuatu diberi hukum yang serupa dengannya

وَالثَّالِثُ (يَكُوْنُ آمِنًا) أَيْ غَيْرَ خَائِفٍ (فِى) وَقْتِ (الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ) وَهُوَ حِيْنَ يُؤْمَرُ بِالْكَافِرِ بِالذَّهَابِ إلَى النَّارِ وَحِيْنَ تُغْلَقُ النَّارُ عَلَى أَهْلِهَا وَيَيْأَسُوْنَ مِنَ الْخُرُوْجِ مِنْهَا وَحِيْنَ يُذْبَحُ الْمَوْتُ فِى صُوْرَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهْلَ النَّارِ خُلُوْدٌ بِلَا مَوْتٍ فَيَيْأَسُ أَهْلُ النَّارِ مِنَ الْخُرُوْجِ مِنْهَا.

Dan yang ketiga adalah (Dia dalam keadaan aman) Maksudnya tidak takut (Pada) Waktu (Ketakutan terbesar,)  Yaitu ketika diperintah kepada orang-orang kafir untuk pergi ke neraka dan ketika dikunci neraka pada penghuninya dan mereka putus asa untuk bisa keluar dari neraka dan ketika kematian disembelih dalam bentuk domba berwarna putih di antara surga dan neraka dan menyeru malaikat yang menjadi juru penyeru: Wahai ahli neraka kekekalan tanpa kematian sehingga berputus asa para penduduk neraka untuk keluar dari neraka.

وَالرَّابِعُ (تُمْحَى سَيِّئَآتُهُ وَتُقْبَلُ حَسَنَاتُهُ) . 

Dan yang keempat adalah (Dihapus dosa-dosanya dan diterima kebaikan-kebaikannya) 

وَالْخَامِسُ (يَمُرُّ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ اللَّامِعِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ فِى السَّلَامَةِ) مِنْ كَلَالِيْبِ الصِّرَاطِ وَغَيْرِهَا مِنْ أَهْوَالِ ذٰلِكَ الْيَوْمِ.

Dan yang kelima adalah (Dia melewat di atas jembatan shirot seperti petir yang menyambar sehingga dia masuk surga dalam keadaan selamat) Dari besi-besi pengait shirot dan selainnya dari ancaman-ancaman pada hari itu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَبُو الْفَضْلِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: سَمَّى اللّٰهُ كِتَابَهُ بِعَشَرَةِ أَسْمَاءٍ: قُرْآنًا وَفُرْقَانًا وَكِتَابًا وَتَنْزِيْلًا وَهُدًى وَنُوْرًا وَرَحْمَةً وَشِفَاءً وَرُوْحًا وَذِكْرًا)

Maqolah yang kesebelas (Telah berkata Abu Fadl Rahimahullahu Ta'ala: Allah telah memberi nama kitab-Nya dengan sepuluh nama: Al-Qur'an, Al-Furqon, Al-Kitab, At-Tanzil, Al-Huda, An-Nur, Ar-Rahmah, Asy-Syifa, Ar-Ruh dan Adz-Dzikr)

فَقَوْلُهُ قُرْآنًا بِالنَّصْبِ بَدَلٌ مِنْ قَوْلِهِ بِعَشَرَةٍ فَإِنَّهُ مَفْعُوْلٌ ثَانٍ بِسَمَّى لِأَنَّهُ يَتَعَدَّى لِمَفْعُولَيْنِ الثَّانِي بِالْبَاءِ أَوْ بِدُوْنِهِ وَالتَّابِعُ تَابِعٌ لِمَتْبُوْعِهِ فِى اللَّفْظِ أَوْ فِى الْمَحَلِّ

Perkataan Abu Fadl pada lafadz قُرْآنًا itu dengan dibaca nashob sebagai badal dari perkataannya pada lafadz بِعَشَرَةٍ karena lafadz بِعَشَرَةٍ adalah maf'ul kedua dari lafadz fi'il سَمَّى karena sesungguhnya lafadz سَمَّى itu muta'adi pada dua maf'ul. Maf'ul yang kedua boleh dengan huruf ب atau tanpa huruf ب. Badal yang mengikuti itu harus mengikuti pada yang diikutinya dalam lafadz ataupun kedudukan i'rabnya.

(أَمَّا الْقُرْآنُ وَالْفُرْقَانُ وَالْكِتَابُ وَالتَّنْزِيْلُ فَمَشْهُوْرٌ) أَيْ مَعْرُوْفٌ بَيْنَ النَّاسِ 

(Adapun Al-Qur'an, Al-Furqon, Al-Kitab Dan At-Tanzil itu masyhur) Maksudnya dikenal di antara manusia

(وَأَمَّا الْهُدَى وَالنُّوْرُ وَالرَّحْمَةُ وَالشِّفَاءُ فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ﴾ [يونس: الآية ٥٧]،

(Adapun Al-Huda, An-Nur, Ar-Rohmah, Asy-Syifa maka sungguh telah berfirman Allah Ta'ala: Wahai manusia, benar-benar telah datang kepada kalian nasihat dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit hati, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.﴿ [Q.S Yunus: Ayat 57]

وَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿قَدْ جَآءَكُمْ مِنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَكِتٰبٌ مُّبِيْنٌ﴾ [الْمَائِدَةِ: الْآيَةُ ١٥].

Dan benar-benar telah berfirman Allah Ta'ala Benar-benar telah datang kepada kalian dari Allah An-Nur dan Al-Kitab yang nyata﴿ [Q.S Al-Maidah: Ayat 15]

وَأَمَّا الرُّوْحُ فَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَكَذٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوْحًا مِنْ أَمْرِنَا﴾ [الشورى: الآية ٥٢].

Dan adapaun Ar-Ruh maka benar-benar telah berfirman Allah Ta'ala: Demikianlah kami wahyukan kepadamu Ar-Ruh dari keputusan kami﴿ [Q.S Asy-Syura: Ayat 52]

وَأَمَّا الذِّكْرُ فَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ﴾ [النحل: الْآيَةُ ٤٤].

Dan adapaun Adz-Dzikr maka benar-benar telah berfirman Allah Ta'ala: Dan kami telah turunkan kepadamu Adz-Dzikr agar kamu memberi penjelasan kepada manusia﴿ [Q.S An-Nahl: Ayat 44]

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 12

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ) ثَارَّانِ (يَا بُنَيَّ) تَصْغِيْرُ مَحَبَّةٍ (إنَّ الْحِكْمَةَ أَنْ تَعْمَلَ عَشْرَ خِصَالٍ: تُحْيِي الْقَلْبَ الْمَيِّتَ، وَتُجَالِسُ الْمَسَاكِينَ، وَتَتَّقِي) أَيْ تَتَجَنَّبُ 

Maqolah yang ke dua belas (Telah berkata Luqmanul Hakim kepada anaknya) Tsarron (Wahai anakku sayang) Lafadz بُنَيَّ yang asalnya اِبْنٌ ditashgir karena cinta (Sesungguhnya kebijaksanaan itu hendaknya kamu mengamalkan sepuluh perkara: Kamu menghidupkan hati yang mati, duduk bersama orang-orang miskin, menghindari) Maksudnya menjauhi

(مَجَالِسَ الْمُلُوْكِ، وَتُشَرِّفُ الْوَضِيْعَ) أَيْ تَرْفَعُ السَّاقِطَ الَّذِي لَا قِيمَةَ لَهُ (وَتُحَرِّرُ الْعَبِيْدَ، وَتُؤْوِي الْغَرِيْبَ) أَيْ تُنَزِّلُ مَنْ بَعُدَ مِنْ بَلَدِهِ فِى مَنْزِلِكَ 

(Majelis para raja, Memuliakan orang yang rendah,) Maksudnya kamu mengangkat derajat orang yang jatuh yang tidak memiliki nilai (Memerdekakan para budak, Melindungi orang asing) Maksudnya kamu memberi tempat pada orang yang jauh dari negaranya ke dalam rumahmu

(وَتُعِيْنُ الْفَقِيْرَ) أَيْ بِمَالِكَ (وَتَزِيْدُ لِأَهْلِ الشَّرَفِ شَرَفًا) بِأَنْ تَأْلَفَهُمْ (وَلِلسَّيِّدِ سُؤْدَدًا) بِأَنْ تُكْرِمَهُ.

(Menolong orang fakir,) Maksudnya dengan hartamu (Menambah kepada orang yang mulia dengan kemuliaan,) Dengan mengakrabi mereka (Kepada pemimpin menghomati) Dengan cara memuliakannya

حُكِيَ أَنَّهُ اجْتَمَعَ الْكِسَائِيُّ وَالزَّيْدِيُّ عِنْدَ الرَّشِيْدِ فَصَلَّى الْكِسَائِيُّ الْمَغْرِبَ فَارْتَجَّ عَلَيْهِ فِى ﴿قُلْ يَآأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ﴾ [الكافرون: الآية ١] ، فَقَالَ الزَّيْدِيُّ بَعْدَ السَّلَامِ: قَارِئُ أَهْلِ الْكُوْفَةِ يَرْتَجُّ عَلَيْهِ فِى الْكَافِرُوْنَ.

Dihikayatkan sesungguhnya pernah berkumpul imam Al-Kisai dan Imam Az-Zaidi di hadapan kholifah Harun Ar-Rasyid lalu imam Al-Kisai shalat maghrib kemudian mendapati kesulitan atasnya dalam membaca surat ﴾قُلْ يَآأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ﴿ [Q.S Al-Kafirun: Ayat 1]. Kemudian berkatalah Imam Az-Zaidi setelah salam: Seorang ahli qiroat kufah mengalami kesulitan dalam surat Al-Kafirun.

ثُمَّ صَلَّى الزَّيْدِيُّ الْعِشَاءَ فَارْتَجَّ عَلَيْهِ فِى سُوْرَةِ الْحَمْدِ فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ الْكِسَائِيُّ  مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ:

Kemudian Imam Az-Zaidi shalat Isya kemudian mendapati kesulitan atasnya dalam membaca surat Al-Fatihah maka ketika salam berkatalah Imam Al-Kisai dari bahar kamil:

اِحْفَظْ لِسَانَكَ أَنْ تَقُوْلَ فَتُبْتَلَى  $   إِنَّ الْبَلَاءَ مُوَكَّلٌ بِالْمَنْطِقِ

Jagalah lisanmu saat berucap sebab kamu akan terkena musibah $  Sesungguhnya musibah itu bergantung pada ucapan

(وَهِيَ) أَيْ اَلْعَشَرَةُ خِصَالٍ (أَفْضَلُ مِنَ الْمَالِ وَحِرْزٌ) أَيْ حِصْنٌ (مِنَ الْخَوْفِ وَعُدَّةٌ) بِضَمِّ الْعَيْنِ أَيْ أُهْبَةٌ (فِى الْحَرْبِ) أَيْ اَلْمُقَاتَلَةِ 

(Yaitu) Maksudnya sepuluh perkara (Itu lebih utama daripada harta, benteng) Maksudnya benteng (Dari ketakutan, persiapan) Lafadz عدة dengan mendhommahkan huruf ع maksudnya perlengkapan (Untuk pertempuran) Maksudnya perang  

Pada maqolah ke dua belas ini, Sayyidina Luqmanul Hakim memberikan sepuluh nasihat kebijaksanaan kepada anaknya tercinta, yaitu Tsarron. Namun, setelah saya menghitungnya dalam kitab yang saya miliki, ternyata hanya ada sembilan nasihat. Saya menduga ini mungkin akibat kesalahan cetak dalam kitab yang saya gunakan. Jika ada di antara pembaca yang memiliki versi cetakan lain dengan sepuluh nasihat dalam maqolah ini, mohon kiranya dapat berbagi informasi di kolom komentar agar tulisan ini dapat saya sempurnakan.

(وَبِضَاعَةٌ حِيْنَ يَرْبَحُ، وَهِيَ) أَيْ تِلْكَ الْعَشَرَةُ (شَفِيْعَةٌ حِيْنَ يَعْتَرِيْهِ الْهَوْلُ) أَيْ نَافِعَةٌ حِيْنَ تُصِيْبُهُ الْأُمُوْرُ الْمُفْزِعَةُ (وَهِيَ دَلِيْلَةٌ حِيْنَ يَنْتَهِي بِهِ الْيَقِيْنُ) أَيْ اَلْمَوْتُ (إِلَى النَّفْسِ ، وَهِيَ سُتْرَةٌ حِيْنَ لَا يَسْتُرُهُ ثَوْبٌ) وَذٰلِكَ فِى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

(Dan modal ketika mengharapkan keuntungan. Dan itu) Maksudnya sepuluh perkara itu (Menjadi pertolongan ketika menimpa kepadanya kengerian) Maksudnya berguna ketika menimpa kepadanya perkara-perkara yang menakutkan (Dan sepuluh perkara itu menjadi petunjuk ketika telah sampai kepadanya kepastian) Maksudnya kematian (Sampai kepada dirinya, dan sepuluh perkara itu akan menjadi penutup ketika sudah tidak dapat menutup kepadanya baju) Dan itu pada hari kiamat

قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [تُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً عِطَاشًا سُكَارَى حَيَارَى مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَعْلَمُ الرَّجُلُ بِالْمَرْأَةِ وَلَا تَعْلَمُ الْمَرْأَةُ بِالرَّجُلِ].

Telah bersabda Rasulullah [Akan dikumpulkan manusia pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, haus, mabuk, bingung karena kengerian-kengerian hari kiamat. Tidaklah tau seorang laki-laki kepada seorang perempuan dan tidak tahu seorang perempuan kepada seorang laki-laki].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 13

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: يَنْبَغِي لِلْعَاقِلِ إذَا تَابَ) أَيْ إذَا أَرَادَ التَّوْبَةَ (أَنْ يَفْعَلَ عَشْرَ خِصَالٍ: إحْدَاهَا اِسْتِغْفَارٌ بِاللِّسَانِ) كَأَنْ يَقُوْلَ: أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ مِنْ جَمِيْعِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ 

Maqolah yang tiga belas (Telah berkata sebagian dari orang-orang yang bijaksana: Seyogianya bagi orang yang berakal ketika dia bertaubat) Maksudnya ketika dia ingin bertaubat (Hendaknya dia melakukan sepuluh perkara: Salah satunya adalah beristigfar dengan lisan,) Seperti dia berkata: Aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan dari semua dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.

(وَنَدَمٌ بِالْقَلْبِ) عَلَى مَا مَضَى مِنَ الذُّنُوْبِ (وَإِقْلَاعٌ) مِنَ الذُّنُوْبِ فِى الْحَالِ (بِالْبَدَنِ) كَالسَّعْيِ فِى أَدَاءِ الْمَظَالِمِ 

(Menyesal dengan hati,) Atas apa saja yang telah lewat dari dosa-dosa (Berhenti) Dari dosa-dosa seketika (Secara fisik) Seperti berusaha mendatangi orang yang dzolim

(وَالْعَزْمُ عَلَى أَنْ لَا يَعُوْدَ) إلَى مَا نَهَى اللّٰهُ عَنْهُ (أَبَدًا) أَيْ إلَى آخِرِ الْعُمُرِ (وَحُبُّ الْآخِرَةِ) بِالْإِقْبَالِ عَلَى أُمُوْرِ الْآخِرَةِ (وَبُغْضُ الدُّنْيَا) أَيْ بِالْإِدْبَارِ عَنْ أُمُوْرِ الدُّنَيَا 

(Bertekad untuk tidak mengulangi) Sesuatu yang telah Allah larang darinya (Selamanya,) Sampai akhir hayat (Cinta pada akhirat) dengan cara menghadapkan diri pada urusan-urusan akhirat (Membenci keduniaan,) Maksudnya dengan cara berpaling dari urusan-urusan dunia

(وَقِلَّةُ الْكَلَامِ) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوْبُهُ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ] .

(Sedikit bicara,) Diriwayatkan dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang banyak bicaranya maka banyak kesalahannya dan barang siapa yang banyak kesalahannya maka banyak dosa-dosanya dan barang siapa yang banyak dosa-dosanya maka neraka itu lebih pantas baginya].

(وَقِلَّةُ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ) رُوِيَ أَنْهَ ﷺ قَالَ: [أَوْلِيَاءُ اللّٰهِ مِنْ خَلْقِهِ أَهْلُ الْجُوْعِ وَالْعَطَشِ فَمَنْ آذَاهُمْ اِنْتَقَمَ اللّٰهُ مِنْهُ وَهَتَكَ سِتْرَهُ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ عَيْشَهُ مِنْ جَنَّتِهِ] رَوَاهُ ابْنُ النَّجَّارِ (حَتَّى يَتَفَرَّغَ لِلْعِلْمِ وَالْعِبَادَةِ). قَالَ الشَّاعِرُ:

(Sedikit makan dan minum) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Para wali-wali Allah dari umat manusia adalah orang-orang yang terbiasa lapar dan haus. Barang siapa menyakiti wali-wali Allah maka Allah akan membalas kepadanya dan Allah akan merusak tutup aibnya dan Allah akan haramkan atas orang tersebut hidup di surganya Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Najar (Sehingga dia dapat membaktikan diri untuk ilmu dan ibadah) Telah berkata seorang penyair:

غَدًا تُوَفَّى النُّفُوْسُ مَا كَسَبَتْ  $   وَيَحْصُدُ الزَّارِعُوْنَ مَا زَرَعُوْا

Besok akan diberi balasan semua orang apapun yang telah dia kerjakan   $  Dan akan memanen orang-orang yang menanam pada apa saja yang mereka tanam

إِنْ أَحْسَنُوْا أَحْسَنُوْا لِأَنْفُسِهِمْ  $   وَإِنْ أَسَاءُوْا فَبِئْسَ مَا صَنَعُوْا

Jika mereka berbuat baik maka mereka berbuat baik utnuk diri mereka  $  Dan jika mereka berbuat buruk maka seburuk-buruk apa yang mereka kerjakan

فَاللّٰهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَذُوْ كَرَمٍ  $   وَإِنْ جَهِلْنَا فَحِلْمُهُ يَسَعُ

Maka Allah adalah dzat yang memiliki kasih sayang dan pemurah $   Jika kita bodoh maka sifat sabarnya Allah memuat itu semua

يَا رَبِّيْ فَاكْتُبْنَا الْيَوْمَ فِى مَلَاءٍ  $   تَمَسَّكُوْا بِالْكِتَابِ فَانْتَفَعُوْا

Wahai tuhanku catatlah kami semua hari ini bersama golongan orang-orang  $  Yang berpegangan pada Al-Qur'an sehingga mereka mendapatkan kemanfaatan

وَاغْنِنَا وَاعْفُ عَنْ جَرِيْمَتِنَا  $   وَامْنُنْ بِأَمْنٍ إِنَّنَا ضُرَّعٌ

Dan jadikanlah kami kaya dan maafkan kejahatan kami  $  Dan anugrahkanlah keamanan sesungguhnya kami adalah orang yang merengek

(وَقِلَّةُ النَّوْمِ) قَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْخَفِيْفِ:

(Dan sedikit tidur) Telah berkata seorang penyair dari bahar khofif:


يَا كَثِيْرَ الرَّقَادِ وَالْغَفَلَاتِ   $  كَثْرَةُ النَّوْمِ تُوْرِثُ الْحَسَرَاتِ

Wahai orang yang banyak tidur dan lalai $  Banyak tidur itu akan mewariskan penyesalan-penyesalan

إِنَّ فِى الْقَبْرِ إِنْ نَزَلْتَ إِلَيـ  $   ـهِ لَرَقَادًا يَطُوْلُ بَعْدَ الْمَمَاتِ

Sesungguhnya di alam qubur jika kamu sudah tinggal di dalamnya $ Pasti kamu tidur yang berkepanjangan setelah mati

أَأَمِنْتَ الثَّبَاتَ مِنْ مَلِكِ الْمَوْ  $   تِ أَنَادَى مُنَادٍ بِالْبَيِّنَاتِ

Apakah kamu merasa aman pada ketetapan dari malaikat Izarail  $   Ketika menyeru malaikat yang menjadi juru penyeru dengan membawakan bukti-bukti yang jelas

(قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ﴾ [الذاريات: الْآية ١٧] أَيْ كَانَ الْمُتَّقُوْنَ الْمُحْسِنُوْنَ فِى الدُّنْيَا بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ يَنَامُوْنَ فِى زَمَنٍ قَلِيْلٍ مِنَ اللَّيْلِ ﴿وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ﴾ [الذَّارِيَاتِ: الآية ١٨]).

(Telah berfirman Allah Ta'ala: Adalah hamba-hamba Allah sedikit sekali mereka tidur di waktu malam﴿ [Q.S Ad-Dzariyat: Ayat 17]. Maksudnya adalah orang-orang yang bertakwa orang-orang yang senantiasa berbuat baik di dunia dengan ucapan dan perbuatan mereka tidur di waktu yang sedikit pada waktu malam Dan di waktu sahur mereka memohon ampunan﴿ [Q.S Adz-Dzariyat: Ayat 18].)

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 14

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَنَسٌ) خَادِمُ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ (ابْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: إنَّ الْأَرْضَ تُنَادِي كُلَّ يَوْمٍ) إيَّانَا (بِعَشْرِ كَلِمَاتٍ وَتَقُولُ:) أَيْ الْأَرْضُ الَّتِي نَحْنُ عَلَيْهَا 

Maqolah yang keempat belas (Telah berkata Anas) Pembantu Rasulullah  (Putranya Malik Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya bumi menyeru setiap hari) Kepada kita (Dengan sepuluh kalimat, bumi berkata:)  Maksudnya bumi yang kita berada di atasnya

(يَا ابْنَ آدَمَ تَسْعَى) أَيْ تَجْرِي إلَى كُلِّ جِهَةٍ حَالَ كَوْنِكَ (عَلَى ظَهْرِيْ وَمَصِيْرُكَ فِى بَطِْنِيْ) أَيْ مَرْجِعُكَ فِى بَطْنِيْ

(Wahai Anak Adam kamu berjalan) Maksudnya kamu berjalan ke setiap arah ketika itu kamu berada (Di atas punggungku dan akhir takdirmu adalah di dalam perutku,) Maksudnya tempat kembalimu kedalam perutku

 (وَتَعْصِي) خَالِقَكَ (عَلَى ظَهْرِيْ وَتُعَذَّبُ) غَدًا إذَا كُنْتَ (فِي بَطْنِي، وَتَضْحَكُ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَبْكِي فِى بَطْنِيْ)

(Kamu bermaksiat) Kepada penciptamu (Di atas punggungku dan kamu akan diadzab) Besok ketika kamu berada (Di dalam perutku, kamu tertawa di atas punggungku dan kamu akan menangis di dalam perutku,)

قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: إذَا ضَحِكَ الْعَالِمُ ضَحْكَةً مَجَّ مِنَ الْعِلْمِ مَجَّةً.

Telah berkata Ali Karromallahu Wajhah: Jika tertawa seorang alim satu kali tertawa maka dia telah melepehkan sebagian ilmu satu kali lepehan

(وَتَفْرَحُ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَحْزَنُ فِى بَطْنِيْ) وَالْفَرَحُ يُسْتَعْمَلُ فِي مَعَانٍ أَحَدُهَا الْبَطَرُ، وَعَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى:﴿إنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ﴾ [الْقَصَصِ: الآية ٧٦] . 

(Kamu senang di atas punggungku dan kamu akan bersedih di dalam perutku,) Lafadz اَلْفَرَحُ digunakan untuk beberapa makna salah satunya adalah bermakna kesombongan, hal ini berdasarkan firman Allah: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbangga diri﴿ [Q.S Al-Qosos: Ayat 76].

وَالثَّانِي الرِّضَا وَعَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ﴾ [المؤمنون: الآية ٥٣]

Dan yang kedua adalah bermakna ridho, hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala: Setiap golongan ridho dengan apa yang ada pada mereka﴿ [Q.S Al-Mu'minun: Ayat 53].

وَالثَّالِثُ: السُّرُوْرُ وَعَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿فَرِحِيْنَ بِمَآ ءَاتَـٰهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهِ﴾ [آل عمران: الآية ١٧٠].

Dan yang ketiga adalah bermakna gembira, hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala: Mereka bergembira dengan apa apa yang telah Allah anugrahkan kepada mereka dari anugrah-Nya﴿ [Q.S Ali Imran: Ayat 170].

وَالرَّابِعُ: لَذَّةُ الْقَلْبِ بِنَيْلِ مَا يَشْتَهِى، يُقَالُ: فَرِحَ بِشَجَاعَتِهِ وَنِعْمَةِ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَبِمُصِيْبَةِ عَدُوِّهِ.

Dan yang keempat adalah bermakna kenikmatan hati dengan memperoleh apa yang dia inginkan, dikatakan: Orang bergembira karena keberaniannya dan orang bergembira karena nikmat Allah kepadanya dan orang bergembira karena musibah yang menimpa musuhnya.

(وَتَجْمَعُ الْمَالَ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَنْدَمُ) عَلَى ذٰلِكَ (فِي بَطْنِي) وَلَمْ تُنْفِقْهُ فِى طَاعَةِ اللّٰهِ تَعَالَى

(Kamu mengumpulkan harta di atas punggungku dan kamu akan menyesal) Karena mengumpulkan harta (Di dalam perutku,) dan kamu tidak menginfakkan harta tersebut dalam keta'atan kepada Allah

(وَتَأْكُلُ الْحَرَامَ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَأْكُلُكَ الدِّيدَانُ فِى بَطْنِيْ ، وَتَخْتَالُ) أَيْ تَتَكَبَّرُ وَتُعْجِبُ بِنَفْسِكَ مَرَحًا (عَلَى ظَهْرِيْ وَتَذِلُّ) أَيْ تَصِيْرُ ذَلِيْلًا (فِى بَطْنِيْ) 

(Kamu memakan makanan haram di atas punggungku dan akan memakan dirimu ulat-ulat tanah di dalam perutku, kamu bersombong-sombong) Maksudnya bersombong-sombong dan mengagung-agungkan dirimu sendiri dengan angkuh (Di atas punggungku dan kamu akan menjadi hina) Maksudnya menjadi rendah (Di dalam perutku,)

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّ إسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ الْمَخِيْلَةِ وَلَا يُحِبُّهَا اللّٰهُ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِأَمْرٍ هُوَ فِيْكَ فَلَا تُعَيِّرْهُ بِأَمْرٍ هُوَ فِيْهِ وَدَعْهُ يَكُوْنُ وَبَالُهُ عَلَيْهِ وَأَجْرُهُ لَكَ وَلَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا] رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Hindarilah olehmu memanjangkan kain di bawah mata kaki karena sesungguhnya memanjangkan kain di bawah mata kaki adalah bagian dari kesombongan, Dan Allah tidak menyukai kesombongan. Jika seseorang mencacimu dan mencelamu dengan sesuatu yang sesuatu itu ada pada dirimu maka janganlah kamu mencelanya dengan sesuatu yang sesuatu itu ada padanya. Biarkan hal itu, akan ada akibatnya atas orang tersebut dan pahalanya menjadi milikmu dan janganlah sekali-kali kamu memaki-maki kepada siapapun] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Hibban

(وَتَمْشِي) مَسْرُوْرًا (عَلَى ظَهْرِيْ وَتَقَعُ) أَيْ تَنْزِلُ (حَزِيْنًا فِى بَطْنِيْ، وَتَمْشِي فِي نُورِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَالسِّرَاجِ عَلَى ظَهْرِيْ وَتَقَعُ) أَيْ تَصِيرُ (فِى الظُّلُمَاتِ فِى بَطْنِيْ، 

(Kamu berjalan) Dengan gembira (Di atas punggungku dan engkau akan jatuh) Maksudnya turun (Dengan rasa sedih di dalam perutku, Kamu berjalan dengan penerangan cahaya matahari, rembulan dan lampu di atas punggungku dan kamu akan jatuh) Maksudnya kamu akan menjadi (Dalam kegelapan di dalam perutku,)

وَتَمْشِي إِلَى الْمَجَامِعِ) أَيْ إلَى مَوَاضِعِ اجْتِمَاعِ النَّاسِ (عَلَى ظَهْرِيْ وَتَقَعُ) أَيْ تَصِيْرُ (وَحِيْدًا) أَيْ مُنْفَرِدًا (فِي بَطْنِيْ).

Dan kamu berjalan di depan orang banyak) Maksudnya menuju tempat-tempat berkumpulnya manusia (Di atas punggungku dan kamu akan jatuh) Maksudnya menjadi (Sendirian) Maksudnya sendirian (Di dalam perutku).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 15

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَنْ كَثُرَ ضَحِكُهُ عُوْقِبَ بِعَشْرِ عُقُوْبَاتٍ أَوَّلُهَا: يَمُوْتُ قَلْبُهُ) كَمَا قِيْلَ ضَحْكَةُ الْمُؤْمِنِ غَفْلَةٌ مِنْ قَلْبِهِ 

Maqolah yang kelima belas (Telah bersabda Rasulullah : [Barang siapa yang banyak tertawanya maka dia akan dihukum dengan sepuluh macam hukuman, yang pertama dari sepuluh macam hukuman itu: Adalah mati hatinya,) Sebagaimana telah dikatakan tertawanya seorang mukmin merupakan kelalaian dari hatinya 

(وَيَذْهَبُ الْمَاءُ مِنْ وَجْهِهِ) رَوَى أَبُو إِدْرِيْسَ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [إيَّاكَ وَكَثْرَةَ الضَّحِكِ فَإِنَّهُ يُمِيْتُ الْقَلْبَ وَيَذْهَبُ بِنُوْرِ الْوَجْهِ]

(Hilang keceriaan dari wajahnya,) Telah meriwayatkan Abu Idris Al-Khoulani dari Abu Dzar Al-Ghifari berkata: Telah bersabda Rasulullah [Hindarilah olehmu banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah]

(وَيَشْمُتُ) أَيْ يَفْرَحُ (بِهِ الشَّيْطَانُ وَيَغْضَبُ عَلَيْهِ الرَّحْمٰنُ وَيُنَاقَشُ بِهِ) أَيْ بِسَبَبِ كَثْرَةِ الضَّحِكِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ) قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ عُذِبَ 

(Akan senang) Maksudnya bergembira (Sebab hal tersebut setan, Allah yang maha pengasih akan marah sebab hal tersebut, dia akan dihisab berat sebab hal tersebut,) Maksudnya dengan sebab banyak tertawa (Pada hari kiamat) Telah berkata Siti Aisyah Radhiallahu Anha: Barang siapa yang dihisab berat pasti dia akan diadzab

(وَيُعْرِضُ عَنْهُ النَّبِيُّ ﷺ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتَلْعَنُهُ الْمَلَائِكَةُ وَيُبْغِضُهُ أَهْلُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنِ وَيَنْسَى كُلَّ شَيْءٍ وَيَفْتَضِحُ) أَيْ تَنْكَشِفُ عُيُوْبُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

(Akan berpaling dari orang tersebut Nabi pada hari kiamat, akan melaknat kepada orang tersebut para malaikat, akan membenci kepada orang tersebut para penduduk langit dan para penduduk bumi, dia akan lupa pada segala sesuatu dan dia menjadi hina) Maksudnya akan terbuka aib-aibnya pada hari kiamat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 16

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: بَيْنَمَا أَطُوْفُ يَوْمًا فِى أَزِقَّةِ الْبَصْرَةِ) أَيْ أَدُوْرُ بِهَا 

Maqolah yang keenam belas (Telah berkata Hasan al-Basri rahimahullah Ta'ala: Ketika aku sedang berkeliling di gang-gang Basrah) Maksudnya berkeliling di dalamnya

(وَفِى أَسْوَاقِهَا مَعَ شَابٍّ عَابٍدٍ فَإِذَا أَنَا بِطَبِيْبٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى الْكُرْسِيِّ وَبَيْنَ يَدَيْهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ وَصِبْيَانٌ بِأَيْدِيهِمْ قَوَارِيْرُ فِيْهَا مَاءٌ وَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ يَسْتَوْصِفُ دَوَاءً) أَيْ يَطْلُبُ مِنْ ذٰلِكَ الطَّبِيْبِ أَنْ يَذْكُرَ صِفَاتِ دَوَاءٍ (لِدَائِهِ) أَيْ كُلِّ وَاحِدٍ 

(Dan di pasar-pasarnya dengan seorang pemuda yang rajin ibadah, tiba-tiba aku melihat seorang dokter dia sedang duduk di atas kursi dan di depannya ada pria, wanita, dan anak-anak, di tangan mereka ada botol yang berisi air dan setiap orang meminta resep obat) Maksudnya meminta kepada dokter tersebut untuk menyebutkan sifat-sifat obat (untuk penyakitnya) Maksudnya masing-masing orang.

(فَقَالَ) أَيْ اَلْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ (فَتَقَدَّمَ الشَّابُّ) أَيْ الْعَابِدُ (إلَى الطَّبِيْبِ فَقَالَ) أَيْ ذٰلِكَ الشَّابُّ (أَيُّهَا الطَّبِيْبُ هَلْ عِنْدَكَ دَوَاءٌ يَغْسِلُ الذُّنُوْبَ وَيَشْفِي مَرَضَ الْقُلُوْبِ ، فَقَالَ) أَيْ اَلطَّبِيْبُ (نَعَمْ) أَيْ ذٰلِكَ عِنْدِي

(Kemudian berkata) Maksudnya Hasan al-Basri (Kemudian pemuda tersebut maju) Maksudnya pemuda yang rajin beribadah (kepada dokter dan berkata) Maksudnya pemuda tersebut (Wahai dokter, apakah Anda memiliki obat yang dapat membersihkan dosa dan menyembuhkan penyakit hati? Maka dia berkata) Maksudnya dokter (Ya) Maksudnya itu ada padaku

(فَقَالَ) أَيْ الشَّابُّ (هَاتِ) أَيْ أَحْضِرْ ذٰلِكَ الدَّوَاءَ لِى (فَقَالَ) أَيْ الطَّبِيْبُ (خُذْ مِنِّيْ عَشَرَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ الْعَقَاقِيْرِ، قَالَ: (خُذْ عُرُوْقَ شَجَرَةِ الْفَقْرِ مَعَ عُرُوْقِ شَجَرَةِ التَّوَاضُعِ) شَبَّهَ الْفَقْرَ وَالتَّوَاضُعَ بِالشَّجَرَةِ فِى كَوْنِ كُلٍّ مُرْتَفِعًا وَالْعُرُوْقَ سَبَبٌ لِحَيَاةِ تِلْكَ الشَّجَرَةِ. 

(Kemudian dia berkata) Maksudnya pemuda (Berikanlah kepadaku) Maksudnya berikanlah obat itu kepadaku (Lalu dia berkata) Maksudnya doketer (Ambillah dariku sepuluh jenis obat) dari berbagai ramuan, dia berkata: (Ambillah akar pohon kemiskinan bersama dengan akar pohon kerendahan hati) Dia menyamakan kemiskinan dan kerendahan hati dengan pohon karena keduanya tinggi dan akar adalah penyebab kehidupan pohon tersebut.

وَالْمَعْنَى خُذِ الْعُرُوْقَ الَّتِي هِيَ مِنْ أَسْبَابِ وُجُوْدِ حَقِيْقَةِ الْفَقْرِ وَالتَّوَاضُعِ الْمُشَبَّهَيْنِ بِالشَّجَرَةِ الْعَالِيَةِ لِارْتِفَاعِهِمَا عِنْدَ اللّٰهِ تَعَالَى.

Maknanya, ambillah akar yang akar itu merupakan sebab adanya hakikat kemiskinan dan kerendahan hati yang disamakan keduanya dengan pohon yang tinggi karena keduanya mulia di sisi Allah Ta'ala.

قَالَ ابْنُ عَطَاءٍ: التَّوَاضُعُ قَبُوْلُ الْحَقِّ مِمَّنْ كَانَ. وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مِنَ التَّوَاضُعِ أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُ مِنْ سُؤْرِ أَخِيْهِ. 

Telah berkata Ibnu 'Atho: Kerendahan hati adalah menerima kebenaran dari siapapun. Dan telah berkata Ibnu Abbas: Sebagian dari kerendahan hati adalah bahwa seseorang meminum dari sisa minuman saudaranya.

وَقَالَ الْقُشَيْرِيُّ: وَالْفَقْرُ شِعَارُ الْأَوْلِيَاءِ وَحُلْيَةُ الْأَصْفِيَاءِ وَاخْتِيَارُ اللّٰهِ تَعَالَى لِخَوَاصِّهِ مِنَ الْأَتْقِيَاءِ وَالْأَنْبِيَاءِ.

Dan Telah berkata al-Qusyairi: Kemiskinan adalah lambang para wali dan perhiasan orang-orang pilihan, serta pilihan Allah Ta'ala untuk orang-orang yang istimewa bagi Allah dari golongan orang-orang yang bertakwa dan golongan para nabi.

(وَاجْعَلْ فِيْهَا) أَيْ فِى تِلْكَ الْعُرُوْقِ (إِهْلِيْلَجَ التَّوْبَةِ) هٰذَا مِنْ إِضَافَةِ الْمُشَبَّهِ بِهِ لِلْمُشَبَّهِ ، أَيْ اِجْعَلِ التَّوْبَةَ الْمُشَبَّهَةَ بِالْإِهْلِيْلَجِ فِى أَنَّ كُلًّا يُذْهِبُ الْوَسَخَ فَالْإِهْلِيْلَجُ يُذْهِبُ وَسَخَ الْبَطْنِ وَالتَّوْبَةُ تُذْهِبُ الذُّنُوْبَ. 

(Dan jadikanlah olehmu padanya) Maksudnya pada akar-akar tersebut (Bratawali tobat) Lafadz Ini adalah memudhofkan musyabbah bih pada musyabbah, Maksudnya jadikanlah olehmu tobat yang disamakan dengan Bratawali dalam hal bahwa masing masing dari Bratawali dan tobat itu dapat menghilangkan kotoran, Bratawali itu dapat menghilangkan kotoran perut, dan tobat itu dapat menghilangkan dosa.

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ]. وَإِذَا أَحَبَّ اللّٰهُ عَبْدًا لَمْ يَضُرَّهُ ذَنْبٌ (وَاطْرَحْهُ) أَيْ الْإِهْلِيْلَِجَ مَعَ تِلْكَ الْعُرُوْقِ (فِى هَاوُنِ الرِّضَا) أَيْ فِى الرِّضَا الشَّبِيْهِ بِالْمِهْرَاسِ فِى أَنَّ كُلًّا يُدَقُّ فِيْهِ. 

Telah bersabda Nabi [Orang yang bertobat dari dosa itu seperti orang yang tidak memiliki dosa]. Dan jika Allah mencintai seorang hamba, tidak akan membahayakannya suatu dosa (Dan jadikanlah itu) Maksudnya Batrawali itu bersama akar-akar tersebut (Di dalam lumpang keridhaan) Maksudnya dalam keridhaan yang disamakan dengan lumpang karena sesungguhnya masing-masing dari keduanya itu ditumbuk di dalamnya.

قَالَ النَّوَوِيُّ: اَلرِّضَا سُرُوْرُ الْقَلْبِ بِمُرِّ الْقَضَاءِ. وَقَالَ الْمُحَاسِبِيُّ: الرِّضَا سُكُوْنُ الْقَلْبِ تَحْتَ مَجَارِي الْأَحْكَامِ . وَقَالَ رُوَيْمٌ: اَلرِّضَا اِسْتِقْبَالُ الْأَحْكَامِ بِالْفَرَحِ

Telah berkata imam An-Nawawi: Keridhaan adalah kegembiraan hati dengan pahitnya takdir. Dan telah berkata al-Muhasibi: Keridhaan adalah ketenangan hati di bawah berjalannya hukum-hukum. Telah berkata ar-Ruwaim: Keridhaan adalah menerima hukum-hukum dengan sukacita 

(وَاسْحَقْهُ) أَيْ ذٰلِكَ الْمَجْمُوْعَ مِنَ الْفَقْرِ وَالتَّوَاضُعِ وَالتَّوْبَةِ وَالرِّضَا (بِمِنْجَارِ الْقَنَاعَةِ) أَيْ بِالْقَنَاعَةِ الشَّبِيْهَةِ بِالْمِدَقَّةِ.

(Dan lumatkanlah itu) Maksudnya gabungan dari kemiskinan, kerendahan hati, tobat, dan keridhaan (Dengan alu qonaah) Maksudnya dengan qonaah yang disamakan dengan alu.

قَالَ بَعْضُهُمْ: اَلْقَنَاعَةُ تَرْكُ التَّشَوُّفِ إِلَى الْمَفْقُوْدِ وَالْاِسْتِغْنَاءُ بِالْمَوْجُوْدِ. وَقَالَ أَبُو سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيُّ: اَلْقَنَاعَةُ مِنَ الرِّضَا بِمَنْزِلَةِ الْوَرَعِ مِنَ الزُّهْدِ فَالْقَنَاعَةُ أَوَّلُ الرِّضَا وَالْوَرَعُ أَوَّلُ الزُّهْدِ.

Telah berkata sebagian dari ulama: Qona'ah adalah meninggalkan keinginan terhadap yang tidak ada dan merasa cukup dengan yang ada. Dan telah berkata Abu Sulaiman ad-Darani: Qonaah dari keridhaan seperti kedudukan wara’ dari kezuhudan, maka qona'ah adalah awal keridhaan dan wara’ adalah awal kezuhudan.

(وَاجْعَلْهُ) أَيْ الْمَذْكُوْرَ مِنَ الْقَنَاعَةِ وَمَا قَبْلَهَا (فِى قِدْرِ التُّقَى) قَالَ أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ الرَّوْزَبَادِيُّ: التَّقْوَى مُجَانَبَةُ مَا يُبْعِدُكَ عَنِ اللّٰهِ، 

(Dan jadikanlah itu) Maksudnya hal yang telah disebutkan dari qonaah dan apa yang sebelumnya (ke dalam kuali taqwa) Telah berkata Abu Abdillah ar-Rauzabadi: Taqwa adalah menjauhi apa yang menjauhkanmu dari Allah.

وَقَالَ ابْنُ عَطَاءٍ: لِلتَّقْوَى ظَاهِرٌ وَبَاطِنٌ فَظَاهِرُهُ مُحَافَظَةُ الْحُدُوْدِ وَبَاطِنُهُ النِّيَّةُ وَالْإِخْلَاصُ 

Telah berkata Ibnu Atha: Taqwa itu ada yang lahir dan batin, yang lahir dari takwa adalah menjaga batasan-batasan hukum, dan yang batin dari takwa adalah niat dan keikhlasan.

(وَصُبَّ عَلَيْهِ) أَيْ اَلْمَجْمُوْعُ مِنَ التُّقَى وَمَا قَبْلَهَا (مَاءُ الْحَيَاءِ) وَقَالَ الْجُنَيْدُ: اَلْحَيَاءُ حَالَةٌ تَنْشَأُ مِنْ رُؤْيَةِ النِّعَمِ وَرُؤْيَةِ التَّقْصِيرِ. وَقَالَ ذُو النُّوْنِ الْمِصْرِيُّ: الْحَيَاءُ وُجُوْدُ الْهَيْبَةِ فِى الْقَلْبِ مَعَ وَحْشَةِ مَا سَبَقَ مِنْكَ إلَى رَبِّكَ، 

(Dan tuangkanlah di atasnya) Maksudnya gabungan dari taqwa dan apa yang sebelumnya (Air malu) Telah berkata al-Junaid: Malu adalah keadaan yang muncul dari melihat nikmat dan melihat kekurangan. Telah berkata Dzu an-Nun al-Mishri: Malu adalah adanya rasa takut dalam hati bersama kesepian dari apa yang telah berlalu darimu kepada Tuhanmu.

(وَاغْلِهِ) أَيْ اَغْلِ مَا فِى الْقِدْرِ مِنَ الْمَاءِ وَمَا مَعَهُ (بِنَارِ الْمَحَبَّةِ) قَالَ أَبُو يَزِيْدِ الْبُسْطَامِيُّ: الْمَحَبَّةُ اسْتِقْلَالُ الْكَثِيْرِ مِنْ نَفْسِكَ وَاسْتِكْثَارُ الْقَلِيْلِ مِنْ حَبِيْبِكَ، وَقَالَ أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ الْقُرَشِيُّ: حَقِيْقَةُ الْمَحَبَّةِ أَنْ تَهَبَ كُلَّكَ لِمَنْ أَحْبَبْتَ فَلَا يَبْقَى لَكَ مِنْكَ شَيْءٌ 

(Dan didihkanlah itu) Maksudnya didihkanlah apa yang ada di dalam kuali dari air dan apa yang bersamanya (Dengan api cinta) Telah berkata Abu Yazid al-Bustomi: Cinta adalah menganggap sedikit sesuatu yang banyak dari dirimu dan menganggap banyak sesuatu yang sedikit dari kekasihmu. Telah berkata Abu Abdillah al-Qurasyi: Hakikat cinta adalah engkau memberikan seluruh dirimu kepada yang kau cintai sehingga tidak tersisa untukmu dari dirimu suatu apapun.

(وَاجْعَلْهُ) أَيْ الْمَحَبَّةُ وَمَا يُغْلَى بِهَا (فِى قَدْحِ الشُّكْرِ) وَهُوَ الْاِعْتِرَافُ بِنِعْمَةِ الْمُنْعِمِ عَلَى وَجْهِ الْخُضُوْعِ

(Dan jadikanlah itu) Maksudnya cinta dan apa yang dididihkan dengannya (Ke dalam cawan syukur) Syukur adalah pengakuan tulus atas nikmat dari sang pemberi nikmat dengan kerendahan hati.

(وَرُوِّحْهُ) أَيْ مَا فِى الْقَدْحِ (بِمِرْوَحَةِ الرَّجَاءِ) قَالَ أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ بْنُ خَفِيْفٍ: اَلرَّجَاءُ هُوَ اسْتِبْشَارٌ بِوُجُوْدِ فَضْلِهِ تَعَالَى ، وَقِيْلَ هُوَ النَّظَرُ إلَى سَعَةِ رَحْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى 

(Dan segarkanlah itu) Maksudnya apa yang ada di dalam cawan (Dengan kipas roja) Telah berkata Abu Abdillah Ibnu Khafif: Roja adalah menyambut gembira dengan adanya karunia Allah Ta'ala. Dan dikatakan roja adalah memandang pada keluasan rahmat Allah Ta'ala.

(وَاشْرَبْهُ) أَيْ مَا فِي الْإِنَاءِ (بِمِلْعَقَةِ الْحَمْدِ) أَيْ اَلثَّنَاءِ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى مَعَ التَّعْظِيْمِ لَهُ وَالْمِلْعَقَةُ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَسُكُوْنِ اللَّامِ وَفَتْحِ الْعَيْنِ، وَيُقَالُ: مِعْلَقَةٌ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَسُكُوْنِ الْعَيْنِ وَفَتْحِ اللَّامِ

(Dan minumlah itu) Maksudnya apa yang ada di dalam wadah (Dengan sendok pujian) yaitu memuji Allah Ta'ala dengan pengagungan kepada-Nya. Lafadz مِلْعَقَةٌ dengan harokat kasrah pada huruf mim, sukun pada huruf lam, dan fathah pada huruf ain. Juga dikatakan: مِعْلَقَةٌ dengan harokat kasrah pada huruf mim, sukun pada huruf ain, dan fathah pada huruf lam.

(فَإِنَّكَ إنْ فَعَلْتَ ذٰلِكَ) أَيْ الْمَذْكُوْرَ كُلَّهُ مِنَ الْعَشَرَةِ (فَإِنَّهُ يَنْفَعُكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَبَلَاءٍ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ).

(Maka sesungguhnya jika kamu melakukan itu) Maksudnya semua yang telah disebutkan dari sepuluh (Maka itu akan bermanfaat bagimu dari segala penyakit dan musibah di dunia dan akhirat).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 17

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قِيْلَ: جَمَعَ بَعْضُ الْمُلُوْكِ خَمْسَةً مِنَ الْحُكَمَاءِ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَتَكَلَّمَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ بِحِكْمَتَيْنِ فَتَكَلَّمَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ بِحِكْمَتَيْنِ فَصَارَتْ) أَيْ جُمْلَةُ الْحِكَمِ مِنَ الْخَمْسَةِ أَشْخَاصٍ (عَشَرَةً، 

Maqolah yang ketujuh belas (Dikatakan: Sebagian dari para raja mengumpulkan lima orang dari kalangan para hukama, lalu raja tersebut memerintahkan mereka agar berbicara masing-masing dari mereka dengan dua hikmah, maka setiap orang dari mereka berbicara dua hikmah sehingga jadilah jumlahnya) Maksudnya jumlah kebijaksanaan dari lima orang tersebut (menjadi sepuluh,

فَقَالَ الْأَوَّلُ) مِنْهُمْ (خَوْفُ الْخَالِقِ) جَلَّ وَعَلَا (أَمْنٌ) أَيْ سَلَامَةٌ مِنَ الْمَخَاوِفِ (وَأَمْنُهُ) أَيْ عَدَمُ الْخَوْفِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (كُفْرٌ، وَأَمْنُ الْمَخْلُوْقِ عِتْقٌ) أَيْ عَدَمُ الْخَوْفِ مِنَ الْمَخْلُوْقِ خُرُوْجٌ عَنْ خِدْمَتِهِ (وَخَوْفُهُ) أَيْ الْمَخْلُوْقِ (رِقٌّ) أَيْ عَبْدٌ لَهُ.

Maka berkata yang pertama) dari mereka (Takut kepada Sang Pencipta) Yang Maha Agung dan maha luhur (adalah keamanan) Maksudnya adalah keselamatan dari segala ketakutan (dan merasa aman dari-Nya) Maksudnya tidak takut kepada Allah Ta'ala (adalah kekufuran. Merasa aman dari makhluk adalah kemerdekaan) Maksudnya tidak adanya rasa takut kepada makhluk merupakan kebebasan dari melayaninya (dan takut kepadanya) Maksudnya kepada makhluk (adalah perbudakan) yaitu menjadi hamba baginya.

(وَقَالَ الثَّانِي: اَلرَّجَاءُ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى غِنًى لَا يَضُرُّهُ فَقْرٌ وَالْيَأْسُ عَنْهُ) أَيْ قَطْعُ الرَّجَاءِ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (فَقْرٌ لَا يَنْفَعُ مَعَهُ غِنًى) 

(Dan berkata yang kedua: Harapan kepada Allah Ta'ala adalah kekayaan yang tidak akan membahayakannya kemiskinan, dan putus asa darinya) Maksudnya memutuskan harapan dari Allah Ta'ala (adalah kemiskinan yang tidak akan berguna bersamanya kekayaan)

قَالَ ذُو النُّوْنِ الْمِصْرِيُّ: مَنْ قَنِعَ اِسْتَرَاحَ مِنْ أَهْلِ زَمَانِهِ وَاسْتَطَالَ عَلَى أَقْرَانِهِ، وَقِيْلَ: مَنْ تَبِعَتْ عَيْنَاهُ مَا فِى أَيْدِي النَّاسِ طَالَ حُزْنُهُ.

Telah berkata Dzun-Nun al-Mishri: Barangsiapa yang mempunyai sifat qona'ah, ia akan beristirahat dari orang-orang di zamannya dan akan lebih unggul di atas teman-temannya, dan dikatakan: Barangsiapa  yang kedua matanya mengikuti pada apa yang ada di tangan orang lain maka akan menjadi berkepanjangan kesedihannya.

وَأَنْشَدَ بَعْضُهُمْ مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ فَقَالَ:

Dan sebagian dari ulama menyenandungkan syair dari Bahr Wafir:

وَأَحْسِنْ بِالْفَتَى مِنْ يَوْمِ عَارٍ  $   يَنَالُ بِهِ الْغِنَى كَىرْمٌ وَجُوْعٌ

Duhai alangkah baiknya seorang pemuda ketika hari mendapatkan aib  $   Dia dapat memperoleh dengannya kekayaan, kemulyaan dan lapar

 

(وَقَالَ الثَّالِثُ: لَا يَضُرُّ مَعَ غِنَى الْقَلْبِ) وَهُوَ الْقَنَاعَةُ (فَقْرُ الْكِيْسِ) أَيْ عَدَمُ الْمَالِ فِى يَدِهِ (وَلَا يَنْفَعُ مَعَ فَقْرِ الْقَلْبِ) وَهُوَ الطَّمَعُ (غِنَى الْكِيْسِ) أَيْ كَثْرَةُ الْمَالِ فِى قَبْضَتِهِ.

(Dan berkata yang ketiga: Tidak akan membahayakan bersama kekayaan hati) yaitu qonaah (kemiskinan kantong) Maksudnya ketiadaan uang di tangannya (dan tidak akan bermanfaat bersama kemiskinan hati) yaitu ketamakan (kekayaan kantong) Maksudnya banyaknya harta dalam genggamannya.

قَالَ وَهْبٌ: إِنَّ الْعِزَّ وَالْغِنَى خَرَجَا يَجُوْلَانِ يَطْلُبَانِ رَفِيْقًا فَلَقِيَا الْقَنَاعَةَ فَاسْتَقَرَّا، وَفِى الزَّبُوْرِ: اَلْقَانِعُ غَنِيٌّ وَإِنْ كَانَ جَائِعًا.

Telah berkata Wahb: Sesungguhnya kemuliaan dan kekayaan keduanya keluar mencari teman, lalu mereka bertemu dengan qona''ah kemudian menjadi tenanglah keduanya, dan di dalam kitab Zabur disebutkan: Orang yang qona'ah itu kaya walaupun dia lapar.

(وَقَالَ الرَّابِعُ: لَا يَزْدَادُ غِنَى الْقَلْبِ مَعَ الْجُوْدِ إِلَّا غِنًى) وَحَقِيقَةُ الْجُوْدِ أَنْ لَا يَصْعُبَ عَلَيْهِ الْبَذْلُ 

(Dan berkata yang keempat: Tidaklah bertambah kekayaan hati bersama kedermawanan kecuali semakin bertambah kaya) dan hakikat kedermawanan adalah tidak merasa sulit atas seseorang dalam memberi

(وَلَا يَزْدَادُ فَقْرُ الْقَلْبِ مَعَ غِنَى الْكِيْسِ إِلَّا فَقْرًا) قَالَ الدَّقَّاقُ: مَنْ لَمْ يَصْحَبْهُ التُّقَى فِى فَقْرِهِ أَكَلَ الْحَرَامَ الْمَحْضَ

(Dan tidaklah bertambah kemiskinan hati bersama kekayaan kantong kecuali semakin bertambah miskin) Telah berkata ad-Daqqaq: Barangsiapa yang tidak menyertai ketaqwaan dalam kemiskinannya, maka ia akan memakan perkara haram yang murni.

(وَقَالَ الْخَامِسُ: أَخْذُ الْقَلِيْلِ مِنَ الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ تَرْكِ الْكَثِيْرِ مِنَ الشَّرِّ وَتَرْكُ الْجَمِيْعِ مِنَ الشَّرِّ خَيْرٌ مِنْ أَخْذِ الْقَلِيْلِ مِنَ الْخَيْرِ)

(Dan berkata yang kelima: Mengambil yang sedikit dari kebaikan itu lebih baik daripada meninggalkan yang banyak dari keburukan, dan meninggalkan semua dari keburukan itu lebih baik daripada mengambil sedikit dari kebaikan)

هٰذَا قَرِيْبٌ مِنْ قَوْلِ بَعْضِ الْأَطِبَّاءِ: اَلرُّمَّانُ خَيْرٌ كُلُّهُ وَالْحُوْتُ شَرٌّ كُلُّهُ فَأَكْلُ الْقَلِيْلِ مِنَ الْحُوْتِ خَيْرٌ مِنْ أَكْلِ الْكَثِيْرِ مِنَ الرُّمَّانِ.

Ini mirip dengan perkataan sebagian tabib: Buah delima itu semuanya baik, dan ikan paus itu semuanya buruk, maka memakan sedikit dari ikan paus itu lebih baik daripada memakan banyak dari buah delima.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 18

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: [عَشَرَةُ أَصْنَافٍ) أَيْ أَنْوَاعٍ (مِنْ أُمَّتِيْ لَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إلَّا مَنْ تَابَ، أَوَّلُهُمُ الْقَلَّاعُ) بِفَتْحِ الْقَافِ وَتَشْدِيْدِ اللَّامِ

Maqolah yang kedelapan belas (Telah berkata Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma dari Nabi : "Sepuluh golongan) Maksudnya macam (Dari umatku mereka tidak akan masuk surga kecuali orang yang bertobat. Yang pertama adalah al-Qalla',) Lafadz اَلْقَلَّاعُ dengan memfathahkan huruf ق dan mentasydid huruf ل

(وَالْجَيُّوْفُ) وَيُقَالُ الْجَيَّافُ بِفَتْحِ الْجِيمِ وَتَشْدِيدِ الْيَاءِ كَمَا فِى الْقَامُوسِ (وَالْقَتَّاتُ وَالدَّيْبُوْبُ) بِفَتْحِ الدَّالِ وَسُكُوْنِ الْيَاءِ (وَالدَّيُّوْثُ وَصَاحِبُ الْعَرْطَبَةِ وَصَاحِبُ الْكُوْبَةِ وَالْعُتُلُّ وَالزَّنِيْمُ وَالْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ،

(al-Jayyūf,) dan dikatakan al-Jayyāf dengan memfathahkan huruf ج dan mentasydid huruf ي sebagaimana dalam kamus (al-Qattāt, ad-Daybūb,) dengan memfathahkan huruf د dan mentasydid huruf ي (ad-Dayyūts, pemilik al-Artabah, pemilik al-Kubah, al-‘Utul, az-Zanīm, anak yang durhaka kepada orang tuanya,

قِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ (يَا رَسُولَ اللّٰهِ مَا الْقَلَّاعُ ؟ قَالَ) :ﷺ (الَّذِيْ يَمْشِي بَيْنَ يَدَيْ الْأُمَرَاءِ) أَيْ وَهُوَ السَّاعِي إِلَيْهِمْ بِالْبَاطِلِ وَالْكَذِبِ

Dikatakan) kepada Rasulullah (Ya Rasulullah, siapa itu al-Qalla'? Kemudian bersabda) Nabi (Orang yang berjalan di depan para pemimpin) Maksudnya yaitu orang yang datang kepada pemimpin dengan kebatilan dan kebohongan

(وَقِيْلَ: مَا الْجَيُّوْفُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلنَّبَّاشُ) أَيْ سَرَّاقُ الْأَكْفَانِ مِنَ الْقُبُوْرِ.

(Dan dikatakan: Siapa itu al-Jayyūf? Kemudian bersabda) Nabi (Pencuri kain kafan) Maksudnya orang yang mencuri kain kafan dari kuburan.

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: كَانَ بِبَلَدِنَا نَبَّاشٌ وَكَانَ فِى الْبَلَدِ قَاضٍ صَالِحٍ فَلَمَّا قَرُبَتْ وَفَاتُهُ دَعَا ذٰلِكَ النَّبَّاشَ، وَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَنِيْ أَنَّكَ تَسْرِقُ الْأَكْفَانَ وَقَدْ دَنَتْ وَفَاتِيْ وَقَدْ أَعْدَدْتُ قِيْمَةَ كَفَنِيْ فَخُذْهُ الْآنَ وَلَا تَهْتِكْنِيْ فِى قَبْرِيْ، فَأَجَابَهُ النَّبَّاشُ إلَى ذٰلِكَ.

Telah berkata sebagian dari salaf: Ada di negeri kami seorang pencuri kain kafan dan ada di negeri itu seorang hakim yang sholeh. Ketika sudah dekat ajalnya, hakim tersebut memanggil pencuri kain kafan, dan hakim berkata: "Benar-benar telah sampai kepadaku bahwa kamu mencuri kain kafan dan benar-benar telah dekat ajalku, aku telah menyiapkan uang senilai kain kafanku, maka ambillah sekarang dan jangan merusakku di dalam kuburku," lalu menyetujuinya si pencuri kain kafan itu pada permintaan hakim.

فَلَمَّا جَاءَ وَقْتُ مَوْتِهِ سَمِعَ النَّبَّاشُ النَّاعِيَ فَأَخْبَرَ زَوْجَتَهُ بِمَا وَقَعَ مَعَ الْقَاضِي فَقَالَتْ: اِحْذَرْهُ. فَلَمَّا دُفِنَ ثَارَ فِى نَفْسِهِ أَنْ يَسْرِقَ كَفَنَهُ، فَقَالَتْ زَوْجَتُهُ: لَا تَفْعَلْ، فَلَمْ يَلْتَفِتْ إلَى قَوْلِهَا،

Ketika tiba waktu kematiannya hakim, pencuri kain kafan mendengar kabar kematiannya lalu dia memberitahu kepada istrinya tentang kesepakatan yang terjadi bersama hakim itu. kemudian berkata Istrinya: Berhati-hatilah kamu. Ketika hakim itu dikuburkan, timbul dalam dirinya keinginan untuk mencuri kain kafan hakim tersebut, kemudian berkatalah istrinya: Jangan kau lakukan, tetapi dia tidak mendengarkan kata-katanya.

فَلَمَّا حَفَرَ الْقَبْرَ وَدَخَلَ فِيْهِ فَإِذَا الْمَيِّتُ قَدْ أُجْلِسَ، فَقَالَ أَحَدُ الْمَلَكَيْنِ لِلْآخَرِ: شُمَّ رِجْلَيْهِ فَشَمَّهُمَا وَقَالَ: لَيْسَ فِيْهِمَا شَيْءٌ إنَّهُ لَمْ يَسْعَ بِهِمَا فِى مَعْصِيَةٍ قَطُّ ،

Ketika dia menggali kuburn dan masuk ke dalamnya, maka tiba-tiba mayat itu benar-benar sudah didudukkan. lalu berkatalah salah satu dari dua malaikat kepada malaikat yang lain: Ciumlah / enduslah kedua kakinya, maka dia mencium kedua kaki hakim tersebut dan berkata: Tidak ada pada kedua kaki ini dosa apapun, sungguh dia tidak pernah berjalan dengan kedua kakinya untuk suatu kemaksiatan sama sekali,

فَقَالَ: شُمَّ يَدَيْهِ، فَشَمَّهُمَا وَقَالَ: لَمْ يَعْمَلْ بِهِمَا مَعْصِيَةً، قَالَ: شُمَّ عَيْنَيْهِ فَشَمَّهُمَا وَقَالَ: إنَّهُ لَمْ يَنْظُرْ بِهِمَا إلَى مُحَرَّمٍ قَطُّ، فَقَالَ: شُمَّ سَمْعَهُ فَشَمَّ أَحَدَ أُذُنَيْهِ فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا ثُمَّ شَمَّ الْأُخْرَى فَوَقَفَ فَقَالَ أَحَدُ الْمَلَكَيْنِ؛ مَا وَجَدْتَ ؟ 

Kemudian berkatalah salah satu dari kedua malaikat itu: "Ciumlah kedua tangannya," maka dia mencium kedua tangannya dan berkata: "Dia tidak pernah melakukan dengan kedua tangannya suatu kemaksiatan." Kemudian salah satu dari kedua malaikat itu berkata: "Ciumlah keuda matanya," maka dia mencium kedua matanya dan berkata: "Sungguh dia tidak pernah melihat dengan kedua matanya kepada yang haram sama sekali." Kemudian salah satu dari kedua malaikat itu berkata: "Ciumlah pendengarannya," maka dia mencium salah satu dari kedua telinganya dan dia tidak menemukan dosa apapun, kemudian dia mencium telinga yang lainnya kemudian dia berhenti, lalu bertanyalah salah satu malaikat: "Apa yang kamu temukan?"

قَالَ: بَعْضَ نَتْنٍ، قَالَ: أَتَدْرِي مَا هٰذِهِ النَّتْنَةُ ؟ إنَّهُ أَصْغَى بِإِحْدَى سَمْعَيْهِ إلَى أَحَدِ الْخَصْمَيْنِ أَكْثَرَ مِنَ الْآخَرِ فَانْفُخْ فِيْهِ فَلَمَّا نَفَخَ فِيْهِ خَرَجَتْ مِنْهُ نَارٌ اِمْتَلَأَ الْقَبْرُ مِنْهَا نَارًا فَلَحِقَ بَصَرَ النَّبَّاشِ فَعَمِيَ، كَذَا فِى قَمْعِ النُّفُوْسِ.

Dia berkata: "Aku menemukan sebagan bau busuk," lalu dikatakan: "Apakah kamu tahu apa bau busuk ini? sungguh dia telah mendengarkan dengan salah satu dari kedua pendengarannya kepada salah satu dari dua orang yang sedang berperkara lebih banyak daripada yang lain. tiuplah pada telinga yang bau. Ketika malaikat meniupnya keluar dari salah satu telinga itu api, menjadi penuh kuburan dari api tersebut dengan api, lalu api itu mengenai mata si pencuri kain kafan sehingga dia menjadi buta, demikian dalam kitab 'Qam' an-Nufus'.

(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا الْقَتَّاتُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلنَّمَّامُ) قَالَ مُعَاذٌ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: قُلْتُ [يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ أَرَأَيْتَ قَوْلَ اللّٰهِ تَعَالَى :﴿يَوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ أَفْوَاجًا﴾ [النبأ: الآية ١٨]، 

Dikatakan) kepada Rasulullah (Siapa itu al-Qattāt? Kemudian bersabda) Nabi (Orang yang mengadu domba) Berkata Mu'adz Radhiallahu Anhu: Aku berkata: [Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang firman Allah Ta'ala: Pada hari ditiupnya sangkakala maka kalian datang berbondong-bondong﴿ [Q.S an-Naba: Ayat 18],

فَقَالَ ﷺ: يَا مُعَاذُ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ شَيْءٍ عَظِيْمٍ، ثُمَّ أَرْسَلَ عَيْنَيْهِ الشَّرِيْفَتَيْنِ بِالْبُكَاءِ، ثُمَّ قَالَ ﷺ: يُحْشَرُ عَشَرَةُ أَصْنَافٍ مِنْ أُمَّتِيْ أَشْتَاتًا قَدْ مَيَّزَهُمُ اللّٰهُ مِنْ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَيُبْدِي صُوَرَهُمْ، 

Kemudian Nabi bersabda: "Wahai Mu'adz, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang sangat besar," kemudian Nabi meneteskan air mata dari kedua matanya yang mulia dengan tangisan, lalu Nabi bersabda: "Akan dikumpulkan sepuluh golongan dari umatku dalam keadaan berpisah-pisah, Benar-benar Allah telah memisahkan mereka dari kumpulan kaum muslimin dan Allah menampakkan rupa-rupa mereka,

فَمِنْهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْقِرَدَةِ، وَبَعْضُهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْخَنَازِيْرِ، وَبَعْضُهُمْ مُنَكَّسُوْنَ بِأَرْجُلِهِمْ وَوُجُوْهِهِمْ يُسْحَبُوْنَ عَلَيْهَا،

Di antara mereka ada yang berwujud seperti kera, sebagian dari mereka berwujud seperti babi, sebagian dari mereka dengan kepala terbalik dan wajah mereka diseret di atas tanah,

وَبَعْضُهُمْ عُمْيٌ يَتَرَدَّدُوْنَ، وَبَعْضُهُمْ صُمٌّ بُكْمٌ لَا يَعْقِلُوْنَ، وَبَعْضُهُمْ يَمْضَغُوْنَ أَلْسِنَتَهُمْ مُتَدَلِّيَاتٍ عَلَى صُدُوْرِهِمْ يَسِيْلُ الْقَيْحُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ لُعَابًا يُقَذِّرُهُمْ أَهْلُ الْجَمْعِ،

Sebagian dari mereka buta dan mondar-mandir, sebagian dari mereka tuli dan bisu tidak berakal, sebagian dari mereka menggigit lidah mereka yang tergantung di dada mereka, mengalir nanah dari mulut mereka sebagai ludah yang menjadikan jijik kepada mereka orang-orang yang berkumpul di padang mahsyar,

وَبَعْضُهُمْ مُقَطَّعَةٌ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ، وَبَعْضُهُمْ مُصَلَّبُوْنَ عَلَى جُذُوْعٍ مِنَ النَّارِ، وَبَعْضُهُمْ أَشَدُّ نَتْنًا مِنَ الْجِيَفِ، وَبَعْضُهُمْ يُكْسَوْنَ جَلَابِيْبَ سَابِغَةً مِنْ قَطِرَانٍ،

Sebagian dari mereka terpotong-potong tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka, sebagian dari mereka disalib di atas batang-batang pohin dari api, sebagian dari mereka lebih bau busuk daripada bangkai-bangkai, dan sebagian dari mereka dikenakan jubah-jubah yang sangat panjang yang terbuat dari ter,

فَأَمَّا الَّذِيْنَ عَلَى صُوْرَةِ الْقِرَدَةِ فَالْقَتَّاتُ بَيْنَ النَّاسِ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ عَلَى صُوْرَةِ الْخَنَازِيْرِ فَأَكَلَةُ السُّحْتِ وَالْكَسْبِ الْحَرَامِ مِثْلُ الْمُكْسَةِ وَالرِّشَا، وَأَمَّا الْمُنَكَّسُوْنَ بِرُؤُوْسِهِمْ وَوُجُوْهِهِمْ فَأَكَلَةُ الرِّبَا، 

Adapun orang-orang yang berwujud seperti kera adalah mereka yang suka mengadu domba di antara manusia, adapun orang-orang yang berwujud seperti babi adalah mereka yang memakan harta haram seperti harta hasil malak dan suap, adapun mereka yang kepalanya terbalik dan wajah mereka diseret adalah orang-orang yang memakan riba

وَأَمَّا الْعُمْيُ فَمَنْ يَجُوْرُ فِى الْحُكْمِ، وَأَمَّا الصُّمُّ الْبُكْمُ فَهُمُ الَّذِيْنَ يَعْجَبُوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ يَمْضَغُوْنَ أَلْسِنَتَهُمْ فَالْعُلَمَاءُ وَالْقُصَّاصُ الَّذِيْنَ يُخَالِفُ قَوْلُهُمْ عَمَلَهُمْ،

Adapun mereka yang buta adalah orang-orang yang berbuat curang dalam hukum, adapun mereka yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang membangga-banggakan amal perbuatan mereka, adapun orang-orang yang menggigit lidah mereka adalah para ulama dan penceramah yang bertentangan antara perkataan mereka dan perbuatan mereka,

وَأَمَّا الْمُقَطَّعَةُ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ فَالَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْجِيْرَانَ، وَأَمَّا الْمُصَلَّبُوْنَ عَلَى جُذُوْعٍ مِنَ النَّارِ فَالسُّعَاةُ بِالنَّاسِ إلَى السُّلْطَانِ،

Adapun mereka yang dipotong tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka adalah orang-orang yang menyakiti tetangga-tetangga, adapun mereka yang disalib di atas batang-batang pohon dari api adalah mereka yang membawa berita bohong tentang manusia kepada penguasa,

وَأَمَّا الَّذِيْنَ هُمْ أَشَدُّ نَتْنًا مِنَ الْجِيَفِ فَالَّذِيْنَ يَتَمَتَّعُوْنَ بِالشَّهَوَاتِ وَاللَّذَّاتِ وَيَمْنَعُوْنَ حَقَّ اللّٰهِ تَعَالَى مِنْ أَمْوَالِهِمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ يُكْسَوْنَ الْجَلَابِيْبَ فَأَهْلُ الْكِبْرِ وَالْخُيَلَاءِ وَالْفَخْرِ] كَذَا رَوَاهُ الْقُرْطُبِيُّ.

Adapun orang-orang yang lebih bau busuk daripada bangkai adalah mereka yang menikmati syahwat dan kenikmatan dan meolak hak Allah Ta'ala dari sebagian harta mereka, adapun mereka yang dikenakan jubah-jubah adalah orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri] Demikian telah meriwayatkan pada hadits ini Imam al-Qurtubi.

(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا الدَّيْبُوْبُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ يَجْمَعُ فِى بَيْتِهِ الْفَتَيَاتِ) أَيْ اَلْإِمَاءَ (لِلْفُجُوْرِ) أَيْ اَلزِّنَا، أَيْ وَهُوَ الْجَامِعُ بَيْنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ

(Dan dikatakan) kepada Rasulullah (Siapa itu ad-Dayybūb? Bersabda) Nabi (Orang yang mengumpulkan gadis-gadis di dalam rumahnya) Maksudnya budak-budak perempuan (untuk berbuat zina) Maksudnya zina, yaitu orang yang mengumpulkan antara laki-laki dan perempuan.

(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا الدَّيُّوْثُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ لَا يَغَارُ عَلَى أَهْلِهِ) أَيْ زَوْجَتِهِ وَبِنْتِهِ وَأُخْتِهِ. (وَقِيْلَ) لِرَسُولِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا صَاحِبُ الْعَرْطَبَةِ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ يَضْرِبُ بِالطَّبْلِ) وَهُوَ الْكُوْبَةُ الْكَبِيْرَةُ.

(Dan dikatakan) kepada Rasulullah (Siapa itu ad-Dayyūts? Bersabda) Nabi (Orang yang tidak cemburu kepada keluarganya) Maksudnya istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya. (Dan dikatakan) kepada Rasulullah (Siapa itu pemilik al-‘Artabah? Bersabda) Nabi (Orang yang memukul drum) yaitu drum besar.

(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا صَاحِبُ الْكُوبَةِ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ يَضْرِبُ الطُّنْبُوْرَ) بِضَمِّ الطَّاءِ وَهُوَ الطَّبْلُ الصَّغِيْرُ. 

(Dan dikatakan) kepada Rasulullah (Siapa itu pemilik al-Kubah? Bersabda) Nabi (Orang yang memukul tambur) dengan mendhammahkan ta' yaitu drum kecil.

(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا الْعُتُلُّ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ لَا يَعْفُوْ عَنِ الذَّنْبِ وَلَا يَقْبَلُ الْعُذْرَ) أَيْ وَهُوَ الْمُتَكَبِّرُ.

(Dan dikatakan) kepada Rasulullah (Siapa itu al-‘Utul? Bersabda) Nabi : (Orang yang tidak memaafkan dosa dan tidak menerima permohonan maaf) Maksudnya orang yang sombong.

(وَقِيْلَ) لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: (مَا الزَّنِيْمُ ؟ قَالَ) ﷺ: (اَلَّذِيْ وُلِدَ مِنَ الزِّنَا) وَعُلِّقَ بِمَنْ لَيْسَ مِنْهُ (وَيَقْعُدُ عَلَى قَارِعَةِ الطَّرِيْقِ) أَيْ أَعْلَاهُ (فَيَغْتَابُ النَّاسَ) وَهُوَ ظَلُوْمٌ

(Dan dikatakan) kepada Rasulullah (Apa itu zanīm? Bersabda) Nabi (Orang yang dilahirkan dari zina) dan dinisbatkan kepada orang yang bukan ayahnya (dan dia duduk di tepi jalan) yaitu di tempat yang tinggi (lalu dia menggunjing orang lain) Sedangkan dia sendiri adalah orang yang zalim.

(وَالْعَاقُ]) مَشْهُوْرٌ ، وَضَابِطُ الْعُقُوْقِ هُوَ أَنْ يَصْدُرَ مِنَ الْوَلَدِ مَا يَتَأَذَّى الْوَالِدَانِ أَوْ أَحَدُهُمَا بِهِ إيْذَاءً لَيْسَ بِالْهَيِّنِ فِى الْعُرْفِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُحَرَّمًا

(Dan durhaka) itu sudah dikenal banyak orang, dan definisi durhaka adalah apabila keluar dari anak sesuatu yang dapat menyakiti orang tua atau salah satu dari mereka dengan sesuatu tersebut dengan benar-benar menyakiti yang itu tidak ringan menurut adat, meskipun sesuatu itu bukan sesuatu yang diharamkan

لَوْ فَعَلَهُ مَعَ الْغَيْرِ كَأَنْ يَلْقَاهُ فَيَقْطَبُ فِى وَجْهِهِ أَوْ يَقْدِمَ عَلَيْهِ فِى مَلَأٍ فَلَا يَقُوْمُ لَهُ وَلَا يَعْبَأُ بِهِ، وَنَحْوِ ذٰلِكَ مِمَّا يَقْضِي أَهْلُ الْعَقْلِ وَالْمُرُوْءَةِ بِأَنَّهُ مُؤْذٍ إِيْذَاءً عَظِيْمًا.

Andai dia mengerjakannya dengan orang lain seperti dia bertemu dengan orang tua lalu dia merengut di depan orang tua atau dia datang kepada orang tua di hadapan orang banyak lalu dia tidak berdiri untuk menyambut orang tua dan dia tidak peduli pada orang tua, dan hal-hal semacam itu dari hal-hal yang dianggap oleh orang-orang berakal dan beradab bahwa hal-hal itu sebagai menyakiti dengan benar-benar menyakiti yang berdampak besar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 19

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [عَشَرَةُ نَفَرٍ لَنْ يَقْبَلَ اللّٰهُ تَعَالَى صَلَاتَهُمْ: رَجُلٌ صَلَّى وَحِيْدًا) أَيْ مُنْفَرِدًا (بِغَيْرِ قِرَاءَةٍ) وَاتَّفَقَ الْإِمَامُ أَبُو حَنِيْفَةَ وَأَصْحَابُهُ وَالْإِمَامُ مَالِكٌ وَالْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ عَلَى صِحَّةِ صَلَاةِ الْمَأْمُوْمِ بِغَيْرِ قِرَاءَتِهِ شَيْئًا مِنَ الْفَاتِحَةِ.

Maqalah yang kesembilan belas (Telah bersabda Nabi : [Sepuluh golongan yang Allah Ta'ala tidak akan menerima sholat mereka: Orang yang sholat sendirian) Maksudnya Munfarid (tanpa membaca Al-Fatihah,). Dan telah bersepakat Imam Abu Hanifah, sahabat-sahabatnya, Imam malik dan Imam Ahmad bin Hambal Radhiallahu Anhum atas sahnya sholat makmum tanpa dia membaca sedikitpun dari surat al-Fatihah

(وَرَجُلٌ لَا يُؤَدِّي الزَّكَاةَ) أَيْ لَا يُخْرِجُ مَا يَجِبُ إخْرَاجُهُ مِنَ الْأَمْوَالِ الزَّكَوِيَّةِ إِلَى مُسْتَحِقِّيْهِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِيْنَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْتُوْنَ الزَّكَوٰةَ﴾ [فصلت: الآية ٧] فَسَمَّاهُمُ اللّٰهُ مُشْرِكِيْنَ.

(Seorang laki-laki yang tidak menunaikan zakat,) Maksudnya tidak mengeluarkan zakat yang wajib mengeluarkannya dari harta-harta zakat kepada para mustahiknya. Allah Ta'ala berfirman: Celakalah bagi orang-orang musyrik yang tidak menunaikan zakat﴿ [Fussilat: ayat 7], maka Allah menyebut mereka sebagai orang-orang musyrik.

(وَرَجُلٌ يَؤُمُّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ) قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [ثَلَاثَةٌ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ اَلْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَإِمَامٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ].

(Seorang laki-laki yang menjadi imam bagi suatu kaum, sedangkan kaum tersebut kepada lelaki itu membenci,) Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu Wassalam: [Tiga golongan yang tidak melewati pahala shalat mereka pada telinga mereka: Seorang budak yang melarikan diri sampai ia kembali, seorang wanita yang bermalam sedangkan suaminya marah padanya, dan seorang imam yang mengimami suatu kaum sedangkan kaum tersebut kepada imam itu membenci].

(وَرَجُلٌ مَمْلُوْكٌ آبِقٌ) أَيْ شَخْصٌ رَقِيْقٌ ذَكَرًا كَانَ أَوْ أُنْثَى هَارِبٌ مِنْ سَيِّدِهِ. قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [إذَا أَبَقَ الْعَبْدُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ، وَفِى رِوَايَةٍ فَقَدْ كَفَرَ حَتَّى يَرْجِعَ]

(Seorang budak yang melarikan diri,) Maksudnya seseorang yang berstatus budak, baik laki-laki maupun perempuan, yang melarikan diri dari tuannya. Telah bersabda Nabi [Jika melarikan diri seorang budak, maka tidak diterima shalatnya, dan dalam riwayat lain: Maka benar-benar dia telah kufur sampai ia kembali].

(وَرَجُلٌ شَارِبُ الْخَمْرِ مُدْمِنٌ) قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [اِجْتَنِبُوْا الْخَمْرَ فَإِنَّهَا أُمُّ الْخَبَائِثِ]. 

(Seorang laki-laki yang pecandu minuman keras) Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu Wassalam: [Jauhilah minuman keras, karena minuman keras itu adalah induk segala kejahatan].

(وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا سَاخِطٌ عَلَيْهَا) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللّٰهُ لَهُمْ صَلَاةً وَلَا تَصْعَدُ لَهُمْ إلَى السَّمَاءِ: اَلسَّكْرَانُ حَتَّى يَصْحُوَ وَالْمَرْأَةُ السَّاخِطُ عَلَيْهَا زَوْجُهَا وَالْعَبْدُ الْآبِقُ عَلَى مَوْلَاهُ حَتَّى يَرْجِعَ فَيَضَعَ يَدَهُ فِى يَدِّ مَوَالِيْهِ].

(Seorang wanita yang bermalam sedangkan suaminya marah padanya) Telah bersabda Nabi Alaihis Sholatu Wassalam: [Tiga golongan yang Allah tidak menerima shalat mereka dan tidak diangkat pahala shalat mereka ke langit: orang yang mabuk sampai ia sadar, seorang wanita yang suaminya marah padanya, dan seorang budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali dan meletakkan tangannya di tangan tuannya].

(وَامْرَأَةٌ حُرَّةٌ تُصَلِّي بِغَيْرِ خِمَارٍ) وَهُوَ ثَوْبٌ تُغَطِّي بِهِ الْمَرْأَةُ رَأْسَهَا

(Seorang wanita merdeka yang shalat tanpa mengenakan khimar) yaitu pakaian yang dapat menutupi dengan pakaian itu seorang perempuan pada kepalanya.

(وَآكِلُ الرِّبَا) قَالَ بَعْضُهُمْ: وَرَدَ أَنَّ أَكَلَةَ الرِّبَا يُحْشَرُوْنَ فِى صِفَةِ الْكِلَابِ وَالْخَنَازِيْرِ مِنْ أَجْلِ حِيْلَتِهِمْ عَلَى أَكْلِ الرِّبَا كَمَا مُسِخَ أَصْحَابُ السَّبْتِ حَتَّى تَحَيَّلُوْا عَلَى اصْطِيَادِ الْحِيْتَانِ الَّتِيْ نَهَاهُمُ اللّٰهُ عَنِ اصْطِيَادِهَا يَوْمَ السَّبْتِ

(Pemakan riba,) Sebagian dari ulama berkata: "Telah sampai riwayat bahwa para pemakan riba akan dikumpulkan dalam rupa anjing dan babi karena mereka mengakali untuk memakan riba, sebagaimana telah dirubah Ashabus Sabat karena mereka mengakali untuk tetap menangkap ikan-ikan yang mana Allah telah melarang mereka untuk mengakap ikan ikan itu di hari sabtu."

فَحَفَرُوْا لَهَا حِيْضَانَا تَقَعُ فِيْهَا يَوْمَ السَّبْتِ حَتَّى يَأْخُذُوْهَا يَوْمَ الْأَحَدِ فَلَمَّا فَعَلُوْا ذٰلِكَ مَسَخَهُمُ اللّٰهُ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ، وَهٰكَذَا الَّذِيْنَ يَتَحَيَّلُوْنَ عَلَى الرِّبَا بِأَنْوَاعِ الْحِيَلِ فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَخْفَى عَلَيْهِ حِيَلُ الْمُحْتَالِيْنَ، كَذَا نُقِلَ مِنَ الزَّوَاجِرِ.

Lalu mereka menggali untuk memburu ikan-ikan itu kolam-kolam yang akan jatuh ke dalamnya pada hari Sabtu, lalu mereka mengambilnya pada hari Ahad. Ketika mereka melakukan itu, Allah mengubah  wujud mereka menjadi kera dan babi. Demikian pula orang-orang yang mengakal-ngakali atas transaksi riba dengan macam-macam tipu daya, Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak ada samar bagi-Nya dari tipu daya orang-orang yang menipu daya, Demikian ini dinukil dari kitab Az-Zawajir.

(وَالْإِمَامُ الْجَائِرُ) عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ يَقُوْلُ: [يُجَاءُ بِالْوَالِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُنْبَذُّ بِهِ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ فَيَرْتَجُّ بِهِ الْجِسْرُ ارْتِجَاجَةً لَا يَبْقَى مِنْهُ مَفْصَلٌ إلَّا زَالَ عَنْ مَكَانِهِ فَإِنْ كَانَ مُطِيعًا لِلّٰهِ فِى عَمَلِهِ مَضَى وَإِنْ كَانَ عَاصِيًا انْخَرَقَ بِهِ الْجِسْرُ فَيَهْوَى بِهِ فِى جَهَنَّمَ مِقْدَارَ خَمْسِيْنَ أَلْفَ عَامٍ].

(Seorang imam yang zalim) Dari Abu Dzar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: [Akan didatangkan seorang penguasa pada hari kiamat, lalu ia akan dilemparkan ke atas jembatan Jahannam, maka akan berguncang jembatan itu bersamanya dengan guncangan yang dahsyat sehingga tidak ada satu sendi pun yang tersisa Kecuali sudah bergeser dari tempatnya. Jika ia taat kepada Allah dalam pekerjaannya, maka ia akan melintas, dan jika ia berdosa, maka akan runtuh jembatan itu bersamanya sehingga jembatan itu jatuh bersamanya ke dalam Jahannam selama lima puluh ribu tahun].

(وَرَجُلٌ لَا تَنْهَاهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَا يَزْدَادُ مِنَ اللّٰهِ إلَّا بُعْدًا) نُقِلَ عَنِ الْعَارِفِ الْمُرْسِي: اَلْعَمَلُ يَنْشَأُ مِنَ الْعَبْدِ عَلَى صُوْرَةِ اللُّقْمَةِ حِلًّا وَحُرْمَةً.

(Seorang laki-laki yang tidak mencegah kepadanya sholatnya dari perbuatan keji dan mungkar tidaklah dia bertambah dari Allah melainkan semakin jauh). Dinukil dari Arif al-Mursi: Amal perbuatan itu akan timbul pada seorang hamba berdasarkan satu suap makanan, baik halal maupun haram.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 20

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [يَنْبَغِي) أَيْ يُطْلَبُ (لِلدَّاخِلِ فِي الْمَسْجِدِ عَشْرُ خِصَالٍ: أَوَّلُهَا: أَنْ يَتَعَاهَدَ خُفَّيْهِ أَوْ نَعْلَيْهِ) أَيْ يَحْفَظَهُمَا مِنَ النَّجَاسَةِ لِئَلَّا تَقَعَ فِي الْمَسْجِدِ

Maqolah yang kedua puluh (Telah bersabda Nabi : [Selayaknya) Maksudnya dituntut (Bagi orang yang masuk masjid sepuluh perkara: Yang pertama dari sepuluh perkara itu: Adalah hendaknya dia menjaga kedua sepatunya atau kedua sendalnya) Maksudnya menjaga keduanya dari najis-najis supaya tidak jatuh di masjid  

(وَأَنْ يَبْدَأَ بِرِجْلِهِ الْيُمْنَى) عِنْدَ دُخُوْلِ الْمَسْجِدِ وَكُلِّ مَحَلٍّ شَرِيْفٍ وَمَا جَهِلَ حَالَهُ وَأَنْ يَنْزِعَ نَعْلَهُ الْيُسْرَى أَوَّلًا عِنْدَ وُصُوْلِهِ بَابَ الْمَسْجِدِ وَيَحُطَّ رِجْلَهُ الْيُسْرَى عَلَى ظَهْرِهَا ثُمَّ يَنْزِعَ نَعْلَهُ الْيُمْنَى.

(Dan hendaknya dia mendahulukan dengan kakinya yang kanan) Ketika masuk masjid dan ketika masuk setiap tempat yang mulia dan tempat yang dia tidak tahu keadaannya dan hendaknya dia melepas sendalnya yang kiri pertama kali ketika dia sampai di pintu masjid dan hendaknya dia menurunkan kakinya yang kiri di atas punggung sendalnya kemudian dia melepas sendalnya yang kanan

(وَ) الثَّانِي (أَنْ يَقُوْلَ إذَا دَخَلَ) أَيْ أَرَادَ الدُّخُوْلَ: أَعُوْذُ بِاللّٰهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَصَحْبِهِ

(Dan) Yang kedua (Hendaknya dia berucap ketika masuk) Maksudnya ketika ingin masuk: Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan Dzat-Nya yang maha mulia, dan dengan kekuasaan-Nya yang maha kekal, dari setan yang terkutuk. Segala puji adalah milik Allah. Ya Allah, limpahkanlah tambahan rahmat kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga Nabi Muhammad, dan kepada para sahabatnya

(بِسْمِ اللّٰهِ وَسَلَامٌ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ وَعَلَى مَلَائِكَةِ اللّٰهِ، اللّٰهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ إنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ) أَوْ يَقُوْلُ: اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، ثُمَّ يَقُوْلُ بِسْمِ اللّٰهِ.

(Dengan nama Allah, dan kesejahteraan semoga tercurah kepada Rasulullah dan kepada para malaikat Allah. Ya Allah, bukakanlah untuk kami pintu-pintu rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi karunia.) Atau berucap: Ya Allah ampunilah untukku dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu-pintu rahmatmu kemudian berucap: Bismillah

(وَ) الثَّالِثُ (أَنْ يُسَلِّمَ عَلَى أَهْلِ الْمَسْجِدِ وَأَنْ يَقُوْلَ إذَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ) أَيْ اَلْمَسْجِدِ (أَحَدٌ: اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللّٰهِ الصَّالِحِيْنَ).

(Dan) Yang ketiga (Hendaknya dia mengucapkan salam kepada ahli masjid dan hendaklah mengucapkan ketika tidak ada di dalamnya) Maksudnya di dalam Masjid (Seorangpun: Semoga keselamatan kepada kita dan kepada hamba-hamba Allah yang sholeh) 

(وَ) الرَّابِعُ (أَنْ يَقُوْلَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ).

(Dan) Yang keempat (Hendaknya dia mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Adalah utusan Allah)

(وَ) الْخَامِسُ (أَنْ لَا يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّي) فَيَحْرُمُ الْمُرُوْرُ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّي وَسُتْرَتِهِ فِى صَلَاةٍ صَحِيْحَةٍ فِى اعْتِقَادِ الْمُصَلِّي وَلَوْ نَفْلًا وَإِنْ لَمْ يَجِدِ الْمَارُّ طَرِيْقًا آخَرَ حَيْثُ لَمْ يُقَصِّرِ الْمُصَلِّي 

(Dan) Yang kelima (Hendaknya dia tidak melewati didepan orang yang sedang sholat) Karena haram lewat di depan orang yang sedang sholat dan di depan pembatasnya, dalam shalat yang sah menurut keyakinan orang yang sholat walaupun shalat sunnah dan meskipun tidak mendapati orang yang ingin lewat pada jalan yang lain sekiranya tidak lalai orang yang sholat tersebut.

وَيَجُوْزُ الْمُرُوْرُ إذَا اضْطَرَّ إلَيْهِ لِإِنْقَاذِ نَحْوِ غَرِيْقٍ عَلَى الْمُعْتَمَدِ، بَلْ نَقَلَ الْإِمَامُ عَنِ الْأَئِمَّةِ جَوَازَهُ إنْ لَمْ يَجِدْ طَرِيْقًا، وَهَذَا ضَعِيْفٌ. 

Dan boleh lewat jika terpaksa atas orang tersebut untuk menyelamatkan seumpama orang yang tenggelam menurut pendapat yang dapat diandalkan, bahkan telah menukil seorang imam dari para Imam bolehnya lewat jika dia tidak menemukan jalan lain, dan pendapat ini lemah.

أَمَّا إنْ قَصَّرَ الْمُصَلِّي بِأَنْ صَلَّى فِى مَحَلٍّ يَغْلِبُ فِيْهِ الْمُرُوْرُ ذٰلِكَ الْوَقْتَ كَالْمَطَافِ أَوْ تَرَكَ فُرْجَةً فِى صَفٍّ قُدَّامَهُ فَاحْتِيْجَ لِلْمُرُوْرِ بَيْنَ يَدَيْهِ لِسَدِّهَا فَلَا يَحْرُمُ وَإِنْ تَعَدَّدَتِ الصُّفُوْفُ.

Adapun jika lalai orang yang shalat dengan cara dia shalat di tempat yang pada umumnya di tempat tersebut sering dilewati pada waktu itu seperti di tempat thawaf atau dia meninggalkan celah dalam shaf di depannya sehingga diperlukan untuk lewat di depan orang yang sholat tersebut untuk menutup celah tersebut, maka tidak haram meskipun berjumlah banyak shaf-shaf shalat.

(وَ) السَّادِسُ (أَنْ لَا يَعْمَلَ) فِى الْمَسْجِدِ (بِعَمَلِ الدُّنْيَا) كَأَنْ يَبِيْعَ أَوْ يَشْتَرِيَ، وَيُسَنُّ أَنْ يَقُوْلَ عِنْدَ رُؤْيَةِ ذٰلِكَ: لَا أَرْبَحَ اللّٰهُ تِجَارَتَكَ.

(Dan) yang keenam, (hendaknya dia tidak melakukan) di dalam masjid (Dengan pekerjaan duniawi) semisal dia menjual atau membeli. Dan disunnahkan untuk mengatakan ketika melihat itu: "Semoga Allah tidak memberi keuntungan pada perdaganganmu."

(وَ) السَّابِعُ (أَنْ لَا يَتَكَلَّمَ بِكَلَامِ الدُّنْيَا) كَنَشْدِ ضَالَّةٍ وَيُسَنُّ أَنْ يَقُوْلَ عِنْدَ سَمَاعِ ذٰلِكَ: لَا رَدَّهَا اللّٰهُ عَلَيْكَ.

(Dan) yang ketujuh (hendaknya dia tidak berbicara dengan pembicaraan duniawi) seperti mencari barang hilang. Dan disunnahkan untuk mengatakan ketika mendengar itu: "Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu."

(وَ) الثَّامِنُ (أَنْ لَا يَخْرُجَ) وَلَا يَجْلِسَ (حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ) لَكِنْ إذَا دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَأَرَدْتَ الطَّوَافَ فَالْأَفْضَلُ أَنْ تَبْدَأَ بِالطَّوَافِ ثُمَّ تَنْوِي بِالرَّكْعَتَيْنِ سُنَّةَ الطَّوَافِ وَتَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ مَعًا.

(Dan) yang kedelapan (hendaknya dia tidak keluar) dan tidak duduk (sampai dia shalat dua rakaat). Tetapi jika kamu masuk ke Masjidil Haram dan kamu ingin melakukan tawaf, maka yang lebih utama adalah hendaknya kamu memulai dengan tawaf kemudian berniat dengan dua rakaat sunnah tawaf dan tahiyatul masjid sekaligus.

(وَ) التَّاسِعُ (أَنْ لَا يَدْخُلَ إلَّا بِوُضُوْءٍ) وَيُنْدَبُ لِمَنْ لَمْ يَأْتِ بِالتَّحِيَّةِ أَنْ يَقُوْلَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، فَتَنْدَفِعُ الْكَرَاهَةُ بِذٰلِكَ، وَهٰذَا حَيْثُ لَمْ يَتَيَسَّرْ لَهُ الْوُضُوْءُ فِى الْمَسْجِدِ قَبْلَ طُوْلِ الْفَصْلِ وَإِلَّا فَلَا يَكْفِي ذٰلِكَ لِتَقْصِيْرِهِ بِتَرْكِ الْوُضُوْءِ مَعَ تَيَسُّرِهِ.

(Dan) yang kesembilan (hendaknya dia tidak masuk kecuali dengan wudhu). Dan disunnahkan bagi siapa yang tidak melaksanakan tahiyatul masjid untuk mengatakan empat kali: "Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar," maka terhindar kemakruhan karena itu. Dan ini sekiranya tidak memungkinkan baginya wudhu di dalam masjid sebelum lama terpisah, kalau tidak maka tidak cukup membacca itu karena kelalaiannya meninggalkan wudhu padahal memungkinkan baginya.

(وَ) الْعَاشِرُ (أَنْ يَقُوْلَ إذَا قَامَ: سُبْحَانَك اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إلَيْكَ) 

(Dan) yang kesepuluh (hendaknya dia mengatakan ketika berdiri: "Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.")

رَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ جَلَسَ فِى مَجْلِسٍ وَكَثُرَ فِيْهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذٰلِكَ: سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إلَيْكَ إلَّا غَفَرَ اللّٰهُ لَهُ مَا كَانَ فِى مَجْلِسِهِ ذَلِكَ].

Telah meriwayatkan Imam Tirmidzi dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: ["Barangsiapa yang duduk di suatu majelis dan banyak di dalamnya keramaian, lalu dia berkata sebelum berdiri dari majelisnya itu: 'Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu', melainkan Allah akan mengampuni baginya dosa-dosa yang ada di majelisnya tersebut."]

وَرُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى فَلْيَقُلْ آخِرَ مَجْلِسِهِ أَوْ حِيْنَ يَقُوْمُ: ﴿سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ١٨٠ وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ ١٨١ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ١٨٢﴾ [الصافات: الآيات ١٨٢ ، ١٨٠].

Dan diriwayatkan dari Ali bahwa dia berkata: "Barangsiapa yang ingin mendapatkan timbangan dengan timbangan yang penuh, hendaklah ia mengucapkan di akhir majelisnya atau ketika ia berdiri: Mahasuci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan. Dan selamat sejahtera bagi para rasul pembawa risalah. dan segala puji adalah milik Allah Tuhan seluruh alam." [QS. As-Saffat: Ayat 180-182]

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: [اَلصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ) أَيْ قِوَامُ الدِّيْنِ كَمَا أَنَّ الْعَمُوْدَ قِوَامُ الْبَيْتِ

 (وَفِيْهَا) أَيْ الصَّلَاةِ (عَشْرُ خِصَالٍ: زَيْنُ الْوَجْهِ وَنُورُ الْقَلْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [صَلَاةُ الرَّجُلِ نُوْرٌ فِى قَلْبِهِ فَمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فَلْيُنَوِّرْ قَلْبَهُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

 (وَرَاحَةُ الْبَدَنِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [قُمْ فَصَلِّ فَإِنَّ الصَّلَاةَ شِفَاءٌ] رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ . وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ اللّٰهَ إذَا أَنْزَلَ عَاهَةً مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ صَرَفَهَا عَنْ عُمَّارِ الْمَسْجِدِ] رَوَاهُ الْعَسْكَرِيُّ.

 (وَأُنْسٌ فِى الْقَبْرِ ، وَمَنْزِلُ الرَّحْمَةِ، وَمِفْتَاحُ السَّمَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلصَّلَاةُ قُرْبَانُ كُلِّ تَقِيٍّ] رَوَاهُ الْقَضَاعِيُّ عَنْ عَلِيٍّ.

 (وَثِقَلُ الْمِيْزَانِ، وَمَرْضَاةُ الرَّبِّ) رُوِيَ أَنَّهُ قَالَ: [مَا مِنْ حَالَةٍ يَكُونُ عَلَيْهَا الْعَبْدُ أَحَبُّ إلَى اللّٰهِ تَعَالَى مِنْ أَنْ يَرَاهُ سَاجِدًا يَعْفِرُ وَجْهُهُ فِى التُّرَابِ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.

 (وَثَمَنُ الْجَنَّةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ الْمُصَلِّيَ لَيَقْرَعُ بَابَ الْمَلِكِ وَإِنَّهُ مَنْ يُدِمْ قَرْعَ الْبَابِ يُوْشِكُ أَنْ يُفْتَحَ لَهُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ. 

 (وَحِجَابٌ مِنَ النَّارِ) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [اَلصَّلَاةُ مِيْزَانٌ فَمَنْ أَوْفَى اسْتَوْفَى] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ. وَالْمَعْنَى: اَلصَّلَاةُ مِيْزَانُ الْإِيْمَانِ فَمَنْ أَوْفَى بِهَا بِحِفْظِ وَاجِبَاتِهَا وَمَنْدُوْبَاتِهَا اسْتَوْفَى مَا وَعَدَ اللّٰهُ بِهِ مِنَ الْفَوْزِ بِدَارِ الثَّوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ أَلِيْمِ الْعِقَابِ.

 (فَمَنْ أَقَامَهَا) أَيْ الصَّلَاةَ (فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ]) 

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [خَمْسُ صَلَوَاتٍ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهِنَّ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَلَا بُرْهَانًا وَلَا نَجَاةً وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ فِرْعَوْنَ وَقَارُوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ.

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. bersabda:

“Salat adalah tiang agama, barangsiapa menunaikannya, berarti menegakkan agama dan siapa mengabaikannya, berarti menumbangkan agama.”

Selanjutnya Nabi saw. bersabda:

“Di dalam salat ada sepuluh perkara, yaitu menghiasi muka, menerangi hati, menyenangkan badan, dihibur di dalam kubur, turun rahmat, kunci surga, berat timbangan, disenangi Tuhan, harga surga dan penghalang dari neraka.”

Salat dapat menyinari hati, sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadis:

“Salat seseorang adalah penerang hatinya, barangsiapa di antara kamu yang ingin hatinya diterangi, hendaklah memperbanyak salatnya.” (H.R. Ad-Dailami).

Salat juga mengandung arti kesembuhan badan. Nabi saw. bersabda:

“Bangkitlah kamu, lalu salatlah, karena salat adalah obat.” (H.R. Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

Dalam hadis lain Nabi saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah apabila menurunkan penyakit dari langit ke ahli bumi, maka Allah memalingkannya dari orang yang meramaikan mesjid. ” (H.R. Al-Asykari).

Salatpun mendatangkan rahmat dan kunci langit. Nabi saw. bersabda:

“Salat itu menjadi kurban bagi setiap orang yang takwa.” (H.R. Al-Oudha’i, dari Ali).

Salat juga menambah berat timbangan amal dan mendatangkan eridaan Allah. Dalam hal ini Nabi saw. bersabda: .

“Tidak ada suatu keadaan pun bagi seorang hamba yang lebih dicintai oleh Allah, selain Dia melihatnya dalam keadaan sujud seraya membenamkan mukanya ke tanah.” (H.R. Ath-Thabrani).

Salat adalah menjadi penebus surga. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw, bersabda:

“Sesungguhnya orang yang salat adalah orang yang mengetuk pintu Maha Raja dan sesungguhnya orang yang senantiasa mengetuk pintu, maka akan cepat dibukakan pintu itu baginya.” (H.R. Ad-Dailami).

Salat juga menjadi penghalang dari api neraka. Nabi saw. bersabda:

“Salat adalah timbangan, barangsiapa yang memenuhinya, maka dia akan dipenuhi.” (H.R. Al-Baihagi dari Ibnu Abbas).

Secara keseluruhan, salat fardu lima kali sehari, adalah seperti yang dijelaskan oleh sabda Nabi saw.:

“Lima kali salat, barangsiapa yang memeliharanya, maka baginya menjadi cahaya dan tanda serta keselamatan pada hari Kiamat. Barangsiapa yang tidak memeliharanya, maka baginya tidak mempunyai cahaya, tanda dan keselamatan, dan pada hari Kiamat dia bersama Firaun, Haman, Marun, dan Ubay bin Khalaf.” (H.R. Ibnu Nashr).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AH

Ijazah Doa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk Kemajuan NU

Sebagai organisasi yang didirikan oleh para ulama, keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam menjaga tradisi Islam Ahluss...