K. Ang Hidayah Asy-Syafi'ie
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Ajjiluu bishsholaati qoblal faut wa ajjiluu bittaubaati qoblal maut !!
Shalat bisa dikerjakankan oleh semua usia dari anak-anak sampai kakek-nenek. Hanya saja, cukupkah shalat dikerjakan ? Sementara di dalam Al Qur-an ditegaskan bahwa shalat harus didirikan.
Alangkah indahnya apabila shalat dimaknai dari segi syari'at, thorikat, hakikat, dan ma'rifat.
Dari segi (alam) syari'at, shalat mengandung makna suatu perbuatan yang memiliki hukum wajib yang harus dikerjakan menurut aturan dan ketentuan yang sudah dibakukan oleh syara'. Setelah berniat melakukan suatu shalat, mulailah dengan takbirotul ihrom dan diakhiri dengan berucap salam sambil menengok ke kanan dan ke kiri. Tentunya dengan melakukan gerakan-gerakan dan melafadzkan bacaan-bacaan yang sudah ditetapkan. Orang akan merasa berdosa apabila tidak mengerjakan atau melalaikan shalat.
Dari segi (alam) thorikat, shalat adalah jalan yang mesti dilalui untuk mencapai tujuan, menemuai-Nya. Setiap bacaan, gerakan, dan aturan shalat sudah mulai direalisasikan dan dibiasakan di dalam kehidupan sehari-harinya. Misal, seseorang sering dan memperbanyak membaca laa ilaaha illallaah dalam dzikirnya. Dia sedang merealisasikan sebagian bacaan attahiyat : asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan Rosuulullaah. Misal lain, seseorang membiasakan menjaga wudlunya (bersuci) setiap waktunya, baik ketika di rumah, di perjalanan, di kantor/tempat pekerjaan, ataupun di mana saja dia berada. Hal ini memiliki pengertian bahwa dia sedang merealisasikan salah satu yang menjadi syarat syah shalat.
Dari segi (alam) hakikat, shalat dimaknai sebagai sarana berkomunikasi dengan Sang Kholik, Allah Swt. Bagi orang yang sudah masuk ke alam hakikat ini, apabila mendengar suara adzan dia merasa Allah memanggilnya dengan kerinduan-Nya. Serta merta dia pun bersegera menjumpai-Nya dalam shalatnya. Dia merasa sedang berhadapan dan berdialog dengan-Nya. Atau, paling tidak, berkeyakinan bahwa Allah sedang menatapnya. Dalam kesehariannya dia merasa selalu diawasi oleh Allah Swt. Ketika melihat makhluk ciptaan-Nya, dia merasa Allah ada di sana.
Dari segi (alam) ma'rifat, seseorang dalam shalatnya benar-benar sedang merasakan nikmatnya, indahnya, dan bahagianya berkasih sayang penuh rindu dan cumbu rayu dengan Sang Kekasih, Allah Swt. Seperti, menikmati gula, terasa benar manisnya yang khas, Dia tidak ingin shalatnya cepat selesai, ingin berlama-lamaan. Walaupun salam telah mengakhiri shalatnya, dia selalu rindu untuk segera bertemu kembali dengan Kekasih yang mencintainya. Dalam kesehariannya dia berusaha selalu berbuat dan bersikap ihsan supaya Sang Kekasih tidak marah. Dia sayang kepada setiap insan. Dia tak mau dan tak mampu menyakiti hewan ataupun tumbuhan.
Mungkin diantara kita ada yang bangga dapat mengerjakan shalat selalu awal waktu dan berjamaah. Atau mungkin juga diantara kita merasa malu tatkala teringat dalam shalatnya betapa agung kasih-sayang Allah yang senantiasa tercurahkan walaupun kita tak dapat menghitung dosa yang pernah dlakukan.
Masih inginkah kita shalat dihadiahi dengan syurga ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KHUTBAH JUM'AH
NASAB HABIB BA ALAWI SEPERTI MALAM LIKURAN
Para habaib sering mengungkapkan narasi bahwa, nasab para habib Ba Alawi sudah terang benderang bagaikan matahari di sianghari. Jika di sian...
-
UMUR NU BAROKAH مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًامِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ "Saha jalma anu ka-ayaan dina poe ieu leuwih alus tiba...
-
Bismillahirohmanirahim 🍁 🌻 Imam Syafi’i adalah adalah seorang ulama besar yang banyak melakukan dialog dan pandai dalam berdebat. S...
-
Kesempurnaan Konsep Takhalli, Tahalli dan Tajalli Tasawuf adalah salah satu diantara khazanah tradisi dan warisan keilmuan islam yang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar