“Sholatlah sebelum kau disholatkan”
“Sholatlah sebelum kamu sekarat”
Masih ingat syair lagu diatas?, pernah dinyanyikan oleh artis cilik Dhea Imut 10 tahun yang lalu. Syair lagu tersebut seyogyanya mengingatkan kita akan janji Alloh SWT. kepada seluruh mahluknya, sebuah ketetapan yang pasti akan dialami oleh seluruh mahluk. Ya, benar... Kematian.
Alloh SWT. telah menegaskan dalam firman-Nya, surat Al-Ankabut : 57“Sholatlah sebelum kamu sekarat”
Masih ingat syair lagu diatas?, pernah dinyanyikan oleh artis cilik Dhea Imut 10 tahun yang lalu. Syair lagu tersebut seyogyanya mengingatkan kita akan janji Alloh SWT. kepada seluruh mahluknya, sebuah ketetapan yang pasti akan dialami oleh seluruh mahluk. Ya, benar... Kematian.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٥٧
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.Segala kenikmatan di dunia yang kita rasakan sekarang dari mulai makanan, minuman, pakaian, fasilitas kehidupan, istri, anak-anak, keluarga dan lain sebagainya ketika kita dipanggil kepada-Nya maka semua itu akan kita tinggalkan. Mereka tak akan pernah menemani kita berada di alam kubur, tak akan menjenguk kita saat berada di barzakh, tak akan membantu kita saat menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Terkecuali dengan keimanan, ketaqwaan dan amal sholeh lah yang akan membantu kita selamat menuju akhirat.
Syaikh Abu Abdul Rahman Hatim bin Alwan, dikenal dengan gelar Al-’Ashom, beliau termasuk tokoh guru besar/Syaikh di Khurasan (sekarang meliputi wilayah Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan), beliau adalah murid Syaikh Syaqiq Al-Balkhi. Hatim dijuluki Al-’Ashom (orang yang tuli) bukan karena ia tuli akan tetapi pernah ia berpura-pura tuli karena untuk menjaga kehormatan seseorang hingga ia dijuluki dengan Al-’Ashom.
Pernah suatu ketika Syaikh Hatim Al-’Ashom ditanya oleh gurunya yaitu Syaikh Syaqiq, tentang pelajaran apa saja yang telah diterima selama 30 tahun mengabdi bersama gurunya. Syaikh Hatim pun menjawab bahwa salah satu diantara hikmah dan pelajaran yang telah ia terima adalah tentang bagaimana memaknai kehidupan setelah di dunia. Syaikh Hatim berkata kepada gurunya, Syaikh Syaqiq :
“Ketika aku memandangi makhluk yang ada di dunia ini, aku melihat masing-masing mempunyai sesuatu yang disayangi apapun bentuknya, dan ia ingin selalu bersamanya bahkan hingga ke dalam kuburnya (mati). Ketika ia telah meninggal dunia, ia tidak dapat lagi bersama dan berpisah dengan yang disayanginya. Maka dari itu, aku ingin menjadikan perbuatan baik (amal Sholeh) sebagai kekasihku, sebab ketika aku masuk kubur maka ia pun akan ikut bersamaku”.
Sumber : Kisah Syaikh Hatim Al-Ashom dikutip dari kitab Nashoihul Ibad dan Ihya Ulumnuddin jilid 1 Bab Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar