Kamis, 29 Desember 2022

Kisah Inspiratif "Kisah Sya’ban RA, Sahabat Rasulullah yang Menyesal Ketika Sakaratul Maut"

 

Kisah Sya’ban RA, Sahabat Rasulullah yang Menyesal Ketika Sakaratul Maut

            Dikisahkan ada seorang sahabat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam bernama Sya’ban RA. Sya’ban diketahui memiliki rutinitas yang unik saat ia hendak melaksanakan shalat di masjid. Dimana sahabat Nabi ini akan datang sebelum masuk waktu shalat berjamaah, lalu posisi yang selalu ia tempati untuk shalat bermajaah ataupun iktikaf yaitu di pojok sisi Masjid.

            Hal ini dilakukannya karena Sya’ban tidak ingin menghalangi orang lain yang akan melaksanakan ibadah di masjid tersebut. Karena kebiasaannya ini, alhasil semua orang yang juga sering datang ke Masjid itu telah memahami perlakuan Sya’ban, bahkan hingga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam pun mengetahuinya.

            Tetapi pada suatu pagi saah hendak dilaksanakannya shalat shubuh berjamaah, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam heran karena beliau tidak melihat keberadaan Sya’ban di posisi yang biasa ia tempati. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pun bertanya kepada jamaah lain yang hadir pada pagi itu. Namun, tidak ada satu orangpun yang melihat kedatangan Sya’ban RA. Akhirnya dalam rangka menunggu kedatangan Sya’ban, Rasulullah memerintahkan untuk menunda terlebih dahulu shalat berjamaah itu. Setelah ditunggu beberapa waktu, Sya’ban pun tak kunjung hadir.

Karena kondisi waktu yang terus berlarut, Nabi Muhammad pun memutuskan agar shalat shubuh berjamaahnya dimulai saja tanpa harus menunggu kehadiran Sya’ban. Selesai melakukan shalat shubuh berjamaah, Sya’ban masih belum hadir juga. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tak ada seorang pun yang menjawab.

            Karena rasa khawatir yang mendalam terhadap sahabatnya tersebut, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam meminta tolong agar diantar ke rumah Sya’ban. Perjalanan dengan jalan kaki dari Masjid hingga rumah-nya memakan waktu yang cukup lama karena jarak yang jauh.

            Rasulullah dan sahabat yang lain baru sampai di rumah Sya’ban pada waktu dhuha. Setibanya di rumah Sya’ban, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam langsung mengucap salam. Seorang wanita pun membalas salam tersebut lalu keluar. Rasulullah bertanya apakah ini benar rumah Sya’ban. Wanita itu menjawab “Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.”

            Tanpa berbasa basi lagi, Rasulullah bertanya langsung kepada istri Sya’ban apakah Rasullulah dan sahabatnya boleh menemui Sya’ban. “Bolekah kami menemui Sya’ban RA, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul. Namun reaksi dari istri Sya’ban cukup mengkhawatirkan. Dengan tangis pilu istri Sya’ban pun menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”. “Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.

            Penyebab tidak hadir-nya Sya’ban RA pada ibadah sholat shubuh pagi itu karena ajal menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban RA bertanya kepada Rasulullah mengenai apakah ada tanda-tanda yang akan dialami Ketika ajal akan menjemput kita. “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”, tanya Istri Sya’ban.

            Lalu Rasullulah Kembali bertanya apa saja kalimat yang diucapkan Sya’ban menjelang kematiannya. “Apa saja kalimat yang diucapkan olehnya?” tanya Rasulullah. Istrinya pun menjawab “Dimasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,”

            Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam langsung memberikan penjelasan dimana Ketika umat manusia sedang berada dalam fase sakaratul maut, perjalanan semasa hidupnya akan ditayangkan Kembali oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Memang orang lain tidak bisa melihatnya, namun manusia yang sedang mengalaminya bisa dengan jelas melihat gambaran perjalanan hidupnya.

            “Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalat berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ucap Rasulullah.

            Dalam keadaan menjelang meninggal, Sya’ban diperlihatkan bagaimana bentuk surga yang dijanjikan. Saat ia melihatnya timbul penyesalan-penyesalan. Pertama Ketika ia mengucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh”, hal tersebut merupakan penyesalannya karena mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi agar pahala yang didapatkan setiap ia sholat berjamaah di Masjid akan lebih indah. Kedua Ketika ia menyebutkan “Aduh kenapa tidak yang baru”, ini berkaitan dengan suatu kejadian dimana saat itu musim dingin tiba, dan ia harus pergi ke Masjid. Namun dengan kondisi cuaca yang sangat dingin akhirnya ia mengambil satu baju lagi sebagai lapisan. Pakaian yang digunakan didalam yaitu pakaian yang baru, sedangkan yang diluar yang sudah lama dan jelek karena ia berfikir bahwa ia dapat melepas baju yang terkena debu tersebut dan memakai pakaian yang lebih bagus Ketika ia hendak melaksanakan shalat nanti.

            Di perjalanannya menuju Masjid, Sya’ban pun bertemu seseorang yang sedang terbaring kedinginan dengan kondisi yang buruk. Karena iba, ia segera membuka lapisan luar baju-nya dan memberikan pakaian tersebut ke orang yang ia temui hingga memapahnya ke masjid. Berkat bantuan dari Sya’ban RA, orang itupun selamat dari kondisi hampir mati kedinginan. Sya’ban menyesalinya karena mengapa ia tidak memberikan baju yang masih baru kepada orang yang ia tolongin itu. Ketiga, Sya’ban mengucap “Aduh kenapa tidak semua!!”, dimana waktu itu ia hendak sarapan dengan roti yang dicelupkan kedalam susu. Ketika baru ingin menyuap roti tersebut, datanglah pengemis yang menghampirinya dan meminta sedikit roti itu karena pengemis tersebut sudah tiga hari belum makan. Sya’ban kemudian merasa iba Kembali, ia akhirnya membagikan susu dan roti ukuran yang sama besar, lalu mereka makan Bersama sama. Sya’ban pun menyesal kenapa ia tidak memberikan semua rotinya kepada pengemis tersebut.

            Semua kejadian-kejadian semasa hidup Sya’ban diperlihatkan dengan gambaran surga Allah Subhanahu wa ta'ala yang sangat indah. Sya’ban mengucapkan ketiga kalimat tersebut karena ia menyesal, andaikan ia mampu untuk memberikan yang lebih optimal, mungkin Sya’ban akan mendapatkan surga yang lebih baik. Semua yang hidup pasti akan mati. Menuju kematian kita, Allah Subhanahu wa ta'ala akan memperlihatkan berbagai macam perbuatan yang sudah dilakukan semasa hidup. Mungkin kita juga akan merasakan penyesalan dalam porsi yang berbeda sesuai dengan perbuatan di dunia. Namun, kematian adalah sebuah takdir yang tidak bisa diprediksi , dan tidak bisa pula ditunda. Untuk itu, senantiasa kita harus beribadah kepada Allah swt, berusaha untuk berbuat kebaikan dengan sesama makhluk, bersedekah, serta mengindari segala macam perilaku yang mampu menimbulkan dosa.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AH

NASAB HABIB BA ALAWI SEPERTI MALAM LIKURAN

Para habaib sering mengungkapkan narasi bahwa, nasab para habib Ba Alawi sudah terang benderang bagaikan matahari di sianghari. Jika di sian...