Jumat, 24 Juni 2022

Kitab Nashoihul 'Ibad Maqalah 21

 

Kitab Nashoihul 'Ibad Maqalah 21 

Maqolah 21 Bagian Kedua: Manusia Dalam Pandangan Allah, Dirinya Sendiri dan dalam Pandangan Orang Lain

كُنْ عِنْدَ اللهِ خَيْرَ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ شَرَّ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلًا مِنَ النَّاسِ

Telah diriwayatkan dari Ali ra. sebagai berikut :

"Jadilah engkau orang yang paling baik dalam pandangan Allah, dan jadilah engkau orang yang paling hina dalam pandanganmu sendiri, dan jadilah engkau orang yang sewajarnya dalam pandangan orang lain. "

Keterangan :

Kita harus memeandang diri orang lain lebih baik daripada kita dan memandang diri kita lebih jelek daripada orang lain dalam hal iman, ilmu, dan amal. Namun kita jangan memandang non-muslim lebih baik daripada kita. Sebab, Allah berfirman :

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْأَ عْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْ مِنِيْنَ .

"Janganlah kamu merasa hina dan jangan pula merasa bersedih hati, sedang kamu ada dalam derajat yang tinggi apabila kamu dalam keadaan beriman."

اِذَالَقِيْتَ اَحَدًا مِنَ النَّاسِ رَأَيْتَ الْفَضْلَ لَهُ عَلَيْكَ وَتَقُوْلُ عَسَى اَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ اللهِ خَيْرًا مِنِّىْ وَاَرْفَعَ دَرَجَةً فَإِنْ كَانَ صَغِيْرًا قُلْتَ : هَذَ الَمْ تَعْصِ اللهَ وَاَنَاقَدْ عَصَيْتُ فَلَا شَكَّ اَنَّهُ خَيْرٌ مِنِّىْ وَاِنْ كَانَ كَبِيْرًا قُلْتَ هَذَا قَدْ عَبَدَ اللهَ قَبْلِىْ وَاِنْ كَانَ عَالِمًا قُلْتَ هَذَا اُعْطِيَ مَالَمْ اَبْلُغْ وَنَالَ مَالَمْ اَنَلْ وَعَلِمَ مَاجَهِلْتُ وَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ وَاِنْ كَانَ جَاهِلًا قُلْتَ هَذَا عَصَى اللهَ بِجَهْلٍ وَ اَنَاعَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ وَلَا اَدْرِىْ بِمَ يُخْتَمُ لِىْ اَوْبِمَ يُخْتَمُ لَهُ, وَاِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ لَااَدْرِىْ عَسَى اَنْ يُسْلِمَ فَيُخْتَمُ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ وَعَسَى اَنْ اَكْفُرَ فَيُخْتَمُ لِىْ بِسَوْءِ الْعَمَلِ .

Syekh Abdul Qadir Al Jaelani berkata, `"Apabila kamu bertemu dengan seseorang, hendaklah engkau memandangnya lebih utama daripada kamu, dan engkau mengatakan, `mungkin dia lebih baik disisi Allah daripada aku, dan lebih tinggi derajatnya`. Apabila dia lebih kecil hendaklah engaku mengatakan,`orang ini tidak berbuat dosa kepada Allah sedangkan aku telah berbuat dosa, maka aku  tidak ragu lagi bahwa ia lebih baik dari pada aku`.

Dan apabila keadaan orang yang kau lihat lebih tua, hendaklah engkau mengatakan, `Orang ini telah beribadah kepada Allah sebelum aku`. Apabila keadaan orang yang engkau pandang seorang alim (kiai), hendaklah engkau mengatakan, `Orang ini telah diberi sesuatu (anugerah) yang belum aku dapatkan dan ia telah mengetahui apa yang belum aku ketahui serta mengamalkan ilmunya`.

Apabila orang itu bodoh, hendaklah engkau mengatakan, `Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sementara aku berdosa karena aku berilmu. Aku tidak tahu dengan apa aku diakhiri atau dengan apakah dia diakhiri (kehidupannya(  حُسْنُ الْخَاتِمَةِatau سُوْءُ الْخَتِمَةِ . Dan apabila keadaan orang yang engkau lihat kafir, hendaklah aku mengatakan,`Aku tidak tahu, mungkin aku menjadi kafir sehingga aku berakhir dengan amal yang jelek`."

اَللَّهُمَّ اَجْعَلْنِىْ صَبُوْرًا وَاجْعَلْنِى شَكُوْرًا وَاجْعَلْنِى فِى عَيْنِىْ صَغِيْرًا وَفِى اَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيْرًا 

Islam tidak membeda-bedakan manusia karena perbedaan harta, tahta, atau turunan. Akan tetapi, Islam mengajarkan manusia sama derajatnya di sisi Allah dan manusia yang lebih mulia adalah orang yang lebih taqwa di antara mereka. Oleh karena itu, sebagian para ulama berdoa dengan doa sebagai berikut :

"Ya Allah, jadikanlah aku orang yang sabar dan bersyukur, dan jadikanlah aku dalam memandang diriku seorang yang kecil/hina dan jadikanlah aku seorang yang memandang besar ketika memandang diri orang lain."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AH

NASAB HABIB BA ALAWI SEPERTI MALAM LIKURAN

Para habaib sering mengungkapkan narasi bahwa, nasab para habib Ba Alawi sudah terang benderang bagaikan matahari di sianghari. Jika di sian...